FORUM PERTEMUAN KE 3
DOSEN
DISUSUN OLEH
AKUNTANSI
2019/2020
PENDAHULUAN
untuk melunasi kewajibannya. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan, ada
indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan
keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu. Rasio keuangan dapat
Terdapat tiga faktor penyebab kebangkrutan atau kegagalan perusahaan yaitu (Sartono, 1994):
memenuhi kewajibannya yang segera jatuh tempo tetapi asset perusahaan nilainya lebih
2. Perusahaan yang menghadapi legally insolvent, jika nilai asset perusahaan lebih rendah
3. Perusahaan yang menghadapi kebangkrutan yaitu jika tidak dapat membayar utangnya
Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar
arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk: Insolvensi Teknis dan
Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan. Insolvensi teknis adalah Perusahaan dapat dianggap
gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Jika perusahaan
mencapai tahap tidak solvabel, pada dasarnya ada dua pilihan, yaitu likuidasi (kebangkrutan)
atau reorganisasi.
PEMBAHASAN
Bangkrut atau pailit berdasarkan Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 Pasal 2 ayat 1
tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang menjelaskan, sita umum atas
semua kekayaan Debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator
dibawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana di atur dalam undang undang ini.
kerjasama dengan perusahaan lain yang dibuat oleh suatu perusahaan dapat juga menjadi
penyebabnya. Hal ini dapat terjadi apabila ada suatu perusahaan melakukan suatu perjanjian
kerjasama dengan perusahaan lain, ternyata setelah perjanjian tersebut berlangsung beberapa
waktu, perusahaan yang menjadi debitur tidak dapat membayar utangnya kepada pihak kreditor
Ada beberapa faktor perlunya pengaturan mengenai kepailitan dan penundaan kewajiban
pembayaran utang.
Pertama, untuk menghindari perebutan harta debitur apabila dalam waktu yang sama ada
Kedua, untuk menghindari adanya kreditur pemegang hak jaminan kebendaan yang
menuntut haknya dengan cara menjual barang milik debitur tanpa memperhatikan
bagian kepada kreditur terhadap kekayaan debitur berdasarkan besaran hak masing-masing
kreditur. Oleh karena itu mekanisme serta persyaratan pengajuan kepailitan di dalam Undang-
Undang No. 37 Tahun 2004 di permudah agar para kreditur tidak mengalami kesulitan yang
B. PERLAKUAN AKUTANSI
Suatu perusahaan dinyatakan pailit maka segala pengelolaan kekayaan dilakukan oleh
kurator dan diawasi oleh hakim pengawas, proses pailit dilanjutkan ke proses likuidasi ketika
tidak diperoleh kesepakatan antara debitur dan kreditur. Kemudian Tim likuidasi dibentuk.
diwilayah Indonesia yang memiliki kehlian khusus untuk melakukan pengurusan dan
Penjualan assets dalam proses likuidasi oleh tim likuidasi harus memperhatikan hal-hal berikut:
Assets yang dilelang sebaiknya ditawar/ diminati oleh lebih dari satu penawar
(bidder)
likuidasi.
Akuntansi tim likuidasi, setelah data finansial perusahaan pailit diketahui maka dengan
dasar data tersebut harta pailit diserahkan kepada tim likuidasi sebagai pihak yang menangani
Menjual assets-assets.
Membayar kreditur.
Dengan jurnal yang dilakukan oleh tim likuidasi maka pengelolaan perusahaan pailit ada
pada tim likuidasi. Selanjutnya setiap transaksi yang terkaitdengan operasional perush pailit
C. PEMBAHASAN CHAPTER 18
nilainya lebih berharga apabila perusahaan tersebut tetap menjalankan bisnisnya. Hal tersebut
ditujukan juga agar tekanan menyebabkan kerugian bagi pemangku kepentingan lainnya.
Hukum kepailitan bersifat fleksibel karena menyediakan ruang untuk negosiasi antara
perusahaan, kreditor, angkatan kerja, dan pemegang sahamnya. Sebuah kasus dibuka dengan
mengajukan sebuah petisi dengan salah satu dari 291 pengadilan kebangkrutan yang melayani 90
distrik peradilan. Petisi tersebut dapat bersifat sukarela atau tidak disengaja; Itu bisa diajukan
baik oleh manajemen perusahaan atau oleh para krediturnya. Setelah mengajukan pengajuan,
sebuah komite kreditur tanpa jaminan kemudian ditunjuk oleh Kantor UE untuk melakukan
negosiasi dengan manajemen untuk reorganisasi, yang dapat mencakup restrukturisasi hutang.
Di bawah Bab 11, wali amanat akan ditunjuk untuk mengambil alih perusahaan jika
pengadilan menganggap manajemen saat ini tidak kompeten atau jika kecurigaan dicurigai.
Biasanya, manajemen yang ada tetap memegang kendali. Jika tidak ada reorganisasi yang adil
dan layak dapat dilakukan, hakim kebangkrutan akan memerintahkan agar perusahaan tersebut
Dalam kasus likuidasi Bab 7 dan kasus reorganisasi Bab 11, perusahaan debitur diharuskan
1. Ajukan daftar kreditor, jadwal aset dan liabilitas, dan laporan debitur urusan keuangan.
3. Menyerahkan semua properti kepada wali amanat, termasuk buku, dokumen, catatan,
makalah yang berkaitan dengan perkebunan dalam kasus yang melibatkan wali amanat.
adalah tugas penting karena kreditor yang telah diberitahu tentang proses kebangkrutan hanya
dapat menerima sebagian dari klaim mereka. Para kreditor yang tidak diberitahu berhak untuk
jumlah penuh.
undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 yang mulai berlaku sejak 18 Oktober 2004. Tujuan
utama dari kepailitan adalah untuk melakukan pembagian antara para kreditur atas kekayaan
debitur oleh kurator. Kepailitan dimaksudkan untuk menghindari terjadinya sitaan terpisah atau
eksekusi terpisah oleh kreditur dan menggantikannya dengan mengadakan sitaan bersama
sehingga kekayaan debitur dapat dibagikan kepada semua kreditur sesuai hak masing-masing.
Hukum kepailitan yang berlaku di Indonesia memiliki banyak perbedaan dengan hukum
kepailitan yang berlaku di AS. Perbedaan tersebut meliputi sistematika dalam hukum kepailitan
masing-masing negara. Demikian pula dengan perbedaan terkait pihak-pihak yang dinyatakan
pailit, pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pailit, prosedur dan tata cara pengajuan
permohonan pernyataan kepailitan, penundaan kewajiban pembayaran utang, jangka waktu yang
harus ditempuh, hukum acara yang dipergunakan, reorganisasi perusahaan dan lain-lain.
Di samping perbedaan di atas, terdapat beberapa persamaan yang ada dalam hukum
kepailitan yang berlaku di Indonesia dengan hukum kepailitan yang berlaku di AS. Di antaranya
adalah terkait dengan definisi pengertian antara kreditor, debitor, dan kurator. Selain itu, terdapat
persamaan dalam hal lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang di Indonesia dengan
Reorganizarion di Amerika Serikat. Dalam hukum kepailitan di Indonesia dan AS juga sama-
sama memungkinkan kreditor dan debitor untuk menyelesaikan sengketa kepailitan di luar
pengadilan.
PENUTUP
Kebangkrutan (bankcruptcy) merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk
melunasi kewajibannya. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan, ada
indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan
Bangkrut atau pailit berdasarkan Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 Pasal 2 ayat 1 tentang
kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang menjelaskan, sita umum atas semua
kekayaan Debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator dibawah
kemudian dimodifikasi secara substansial pada tahun 1938 dan 1978, serta beberapa penyesuaian
dilakukan pada tahun 1986. Pada tahun 2005, Kongres mengubah ketentuan kebangkrutan lebih
lanjut, mempercepat proses kebangkrutan bagi perusahaan dan,mengatur proses yang lebih sulit
bagi konsumen untuk memanfaatkan ketentuan yang bisa menghapus hutang tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Toto, Prihadi. 2011. Analisis Laporan Keuangan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PPM.
http://fe.um-surabaya.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/Pertemuan-MK-13-Revisi.pdf, (Diakses
https://id.scribd.com/presentation/412933218/Likuidasi-Perseroan-Dan-Reorganisasi (Diakses