PNI Kel.2 FIX
PNI Kel.2 FIX
Dosen Pembimbing
Anik Supriyani,S.Kep,Ns.,M.Kes
Nama Kelompok
1. Afifatussholikhah 0118004
2. Agustin Mega Astutik 0118005
3. Alifvia Nur Afisha 0118006
4. Diana Nur Azizah 0118010
5. Ela Farera 0118013
6. Irbah Syarof Agustin 0118019
7. Moh. Andi Darmawan 0118025
8. Moh. Holillurohman 0118026
9. Serly Prasetya Oktaviani 0118037
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul “Koping Individu Terhadap
Stressor” dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak
sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang di tujukan untuk
penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan ego yang di gunakan untuk melindungi diri (Gail. W. Stuart,
2006)
Terbentuknya mekanisme koping dapat diperoleh melalui proses belajar. Pada saat
seseorang mengalami stress, mereka akan menggunakan koping tertentu untuk mengatur
emosi mereka (van der Veek, Kraaij & Garnefski, 2009 : 295). Terdapat berbagai tipe
koping dalam koping kognitif. Koping kognitif diartikan sebagai usaha kognitif untuk
mengelola suatu kejadian yang menimbulkan rangsangan emosi. Tipe koping kognitif
dibedakan menjadi sembilan, yaitu Self-blame, Other-blame, Rumination,
Catastrophizing, Putting Into Perspective, Positive Refocusing, Positive Reappraisal,
Acceptance dan Planning (Garnefski & Kraaij, 2006a : 1660).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Mekanisme Koping ?
2. Apa saja Model Koping ?
3. Apa yang dimaksud Eustress dan Distress ?
4. Apa Pengaruh Terhadap Hormonal ?
5. Bagaimana Adaptasi pada Tingkat Sel ?
6. Bagaimana Ekspresi Gen Terhadap Stress ?
7. Bagaimana Tingkatan structural ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Mekanisme Koping.
2. Untuk Mengetahui Model Koping.
3. Untuk Mengetahui Eustress dan Distress
4. Untuk Mengetahui Pengaruh Terhadap Hormonal.
5. Untuk Mengetahui Adaptasi Tingkat Sel.
6. Untuk Mengetahui Ekspresi Gen Terhadap Stress.
7. Untuk Mengetahui Tingkatan structural.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mekanismie Koping
1. Definisi Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang di tujukan untuk penatalaksanaan
stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan ego
yang di gunakan untuk melindungi diri (Gail. W. Stuart, 2006).
Mekanisme koping merupakan cara yang dilakukan oleh individu dalam
menyelesaiakan masalah, menyesuaikan diri terhadap perubahan, respon terhadap situasi
yang mengancam. Upaya individu ini dapat berupa kognitif , perubahan perilaku dan
perubahan lingkungan yang bertujuan untuk menyelesaikan stress yang dihadapi.
Kemampuan koping diperlukan manusia untuk mampu bertahan hidup di lingkungannya
yang selalu berubah dengan cepat. Koping merupakan pemecahan masalah dimana
seseorang menggunakannya untuk mengelola kondisi stress. Dengan adanya penyebab
stress / stressor maka orang akan sadar dan tidak sadar untuk bereaksi untuk mengatasi
masalah tersebut. Dalam keperawatan konsep koping sangat perlu karena semua pasien
mengalami stress, sehingga sangat perlu kemampuan untuk mengatasinya dan
kemampuan koping untuk adaptasi terhadap stress yang merupakan faktor penentu yang
terpenting dalam kesejahteraan manusia ( Keliat, 2007)
Mekanisme koping merupakan perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan
psikologis terhadap peristiwa yang menegangkan. Mekanisme ini digunakan seseorang
untuk membantu melindungi terhadap perasaan yang tidak berdaya dan ansietas, kadang
mekanisme pertahanan diri menyimpang dan tidak lagi mampu untuk membantu
seseorang seseorang dalam menghadapi stressor. (Patricia & Anne Griffin, 2005).
Mekanisme pertahanan ego adalah reaksi individu untuk memperlunak kegagalan,
menghilangkan kecemasan, mengurangi perasaan yang menyakitkan karena pengalaman
yang tidak enak dan juga untuk mempertahankan perasaan layak serta harga diri.
(W.F.Maramis. 2005).
Koping itu sendiri dimaknai sebagai sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk
menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan atau luka atau kehilangan atau
ancaman. Jadi koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan
– tuntutan yang penuh dengan tekanan atau yang membangkitkan emosi. Atau dengan
kat lain koping adalah bagaimana reaksi orang ketika mengahadapi stress atau tekanan.
(siswanto, 2007).
Koping adalah semua aktivitas kognitif dan motorik yang di lakukan ole orang sakit
untuk mempertahankan integritas tubuh dan psikisnya, memulihkan fungsi tubuh yang
rusak dan membatasi kerusakan yang tidak bisa di pulihkan.( Z.J.Lpowski. 2011).
Koping adalah perubahan kognitif perilaku secara konstan dalam upaya mengatasi
tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber
individu. (Lazarus, 1976 dikutip siswanto).
Mekanisme koping adalah peroses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan
situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologis.(Rasmun, 2004).
2. Penggolongan Mekanisme Koping
a) Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan
mencapai tujuan.
Adaptif, jika memenuhi keriteria sebagai berikut:
1. Masih mengontrol emosi pada dirinya dengan cara berbicara pada orang lain
2. Melakukan aktifitas yang kontruktif
3. Memiliki persepsi yang luas
4. Dapat menerima dukungan dari orang lain
5. Dapat memecahkan masalah secara efektif
Mengatasi stres yang diarahkan pada masalah yang mendatangkan stres (problem
focused coping) bertujuan untuk mengurangi tuntutan hal, peristiwa, orang, keadaan
yang mendatangkan stres atau memperbesar sumber daya untuk menghadapinya.
Metode yang dipergunakan adalah metode tindakan langsung. Sedangkan pengatasan
stres yang diarahkan pada pengendalian emosi (emotion focused coping) bertujuan
untuk menguasai, mengatur, dan mengarahkan tanggapan emosional terhadap situasi
stres. Pengendalian emosi ini dapat dilakukan lewat perilakunegatif seperti
menenggak minuman keras atau obat penenang, atau dengan perilaku positif seperti
olahraga, berpaling pada orang lain untuk meminta bantuan pertolongan. Cara lain
yang dipergunakan dalam penanganan stres lewat pengendalian emosi adalah dengan
mengubah pemahaman terhadap masalah stres yang di hadapi (Bart Smet, 1994: 143-
145).
Koping stres yang berpusat pada emosi (emosional focused coping), yaitu:
1. Pelarian diri dari masalah: suatu usaha dari individu untuk meninggalkan
masalah dengan membayangkan hal-hal yang baik.
2. Meringankan beban masalah: usaha untuk mengurangi, merenungkan suatu
masalah dan bertindak seolah tidak terjadi apa-apa.
3. Menyalahkan diri sendiri: suatu tindakan pasif yang berlangsung dalam batin,
kemudian baru pada masalah dihadapinya dengan jalan menganggap bahwa
masalah itu terjadi karena kesalahannya.
4. Mencari arti: usaha untuk menemukan kepercayaan baru atau sesuatu yang
penting dari kehidupan.
1. Eustress
2. Distress
Stres akut dapat muncul dan hilang dalam waktu singkat dan sering muncul.
Sementara stres kronis adalah stres yang membutuhkan waktu yang lama
untuk disembuhkan. Dilansir dari Help Better, berikut adalah dampak
dari distress:
Mudah lelah dan lesu;
Emosional dan lebih sensitif;
Jam tidur yang tidak teratur;
Merasa bersalah dan mudah putus asa;
Hingga akhirnya kinerja menurun.
2. Adaptasi psikologis
Perilaku adaptasi psikologi membantu kemampuan seseorang untuk
menghadapi stresor, diarahkan pada penatalaksanaan stres dan didapatkan melalui
pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan pengidentifikasian perilaku yang dapat
diterima dan berhasil.
Perilaku adaptasi psikologi dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku konstruktif
membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik. Perilaku
destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan pemecahan masalah,
kepribadian dan situasi yang sangat berat, kemampuan untuk berfungsi.
Perilaku adaptasi psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping.
Mekanisme ini dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan teknik
pemecahan masalah secara langsung untuk menghadapi ancaman atau dapat juga
mekanisme pertahanan ego, yang tujuannya adalah untuk mengatur distres emosional
dan dengan demikian memberikan perlindungan individu terhadap ansietas dan stres.
Mekanisme pertahanan ego adalah metode koping terhadap stres secara tidak
langsung.
a). Task oriented behavior Perilaku berorientasi tugas mencakup penggunaan
kemampuan kognitif untuk mengurangi stres, memecahkan masalah,
menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan (Stuart & Sundeen, 2005).
Tiga tipe umum perilaku yang berorientasi tugas adalah:
(1). Perilaku menyerangAdalah tindakan untuk menyingkirkan atau mengatasi
suatu
stresor.
(2). Perilaku menarik diri Adalah menarik diri secara fisik atau emosional dari
stresor.
(3). Perilaku kompromi Adalah mengubah metode yang biasa digunakan,
mengganti
tujuan atau menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan untuk memenuhi lain
atau untuk menghindari stres.
b). Ego Dependen Mekanism
Perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis terhadap
peristiwa yang menegangkan (Sigmund Frued). Mekanisme ini sering kali
diaktifkan oleh stressor jangka pendek dan biasanya tidak mengakibatkan
gangguan psikiatrik.
Ada banyak mekanisme pertahanan ego, yaitu:
1. Represi
Menekan keinginan, impuls/dorongan, pikiran yang tidak menyenagkan ke
alam tidak sadar dengan cara tidak sadar.
2. Supresi
Menekan secara sadar pikiran, impuls, perasaan yang tidak menyenangkan
ke alam tidak sdar.
3. Reaksi formasi
Tingkah laku berlawanan dengan perasaan yang mendasari tingkah laku
tersebut.
4. Kompensasi Tingkah laku
Menggantikan kekurangan dengan kelebihan yang lain :
a) Kompensasi langsung
b) Kompensasi tidak langsung
5. Rasionalisasi
Berusaha memperlihatkan tingkah laku yang tampak sebagai pemikiran
yang logis bukan karenakeinginan yang tidak disadari.
6. Substitusi
Mengganti obyek yang bernilai tinggi dengan obyek yang kurang bernilai
tetapi dapat diterima oleh masyarakat.
7. Restitusi
Mengurangi rasa bersalah dengan tindakan pengganti.
8. Displacement
Memindahkan perasaan emosional dari obyek sebenarnya kepada obyek
pengganti.
9. Proyeksi
Memproyeksikan keinginan, perasaan, impuls, pikiran pada orang
lain/obyek lain/lingkungan untuk mengingkari.
10. Simbolisasi
Menggunakan obyek untuk mewakili ide/emosi yang menyakitkan untuk
diekspresikan.
3. Adaptasi Perkembangan
Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas
perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan
tersebut. Stres yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat
kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk ekstrem,
stres yang terlalu berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.
Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stresor di rumah. Jika diasuh
dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan
harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat
(Haber et al, 2002) Anak- anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa
kecukupan. Mereka mulai menyadari bahwa akumulasi pengetahuan dan
penguasaan keterampilan dapat membantu mereka mencapai tujuan, dan harga diri
berkembang melalui hubungan berteman dan saling berbagi diantara teman. Pada
tahap ini, stress ditunjukan oleh ketidakmampuan atau ketidakinginan untuk
mengembangkan hubungan berteman.
Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu
yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem
pendukung sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk
menyesuaikan diri terhadap stresor, tetapiremaja tanpa sistem pendukung sosial
sering menunjukan peningkatan masalah psikososial (Dubos, 2002).
Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke
tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab
pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan dan realitas. Usia
setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga, menciptakan karier
yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua mereka. Mereka biasanya dapat
mengontrol keinginan dan pada beberapa kasus menggantikan kebutuhan
pasangan, anak-anak, atau orang tua dari kebutuhan mereka.
Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam keluarga
dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman hidup. Usia dewasa
tua juga harus menyesuaikan terhadap perubahan penampilan fisik dan fungsi
fisiologis.
4. Adaptasi sosial budaya
Mengkaji stresor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup
penggalian tentang besaranya, tipe dan kualitas dari interaksi sosial yang ada.
Stresor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien
atau keluarga secara keseluruhan (Reis & Heppner, 2003).
5. Adaptasi spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stresdalam
banyak cara, tetapi stres dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stres
yang berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin
memandang stresor sebagai hukuman
G. TINGKATAN STRUCTURAL
Sedangkan Patel menjelaskan adanya berbagai jenis tingkat stress yang
umumnya dialami manusia meliputi:
1. Too Litle stress MIALI
Dalam kondisi ini, sesorang belum mengalami tantangan yang berat dalam
memenuhi kebutuhan pribadinya. Seluruh kemampuan belum sampai
dimanfaatkan, serta kurangnya stimulasi mengakibatkan munculnya kebosanan dan
kurangnya makna dalam tujuan hidup.
2. Optimum Stres
Seseorang mengalami kehidupan yang seimbang pada situasi "atas maupun
"bawah" akibat proses menajemen yang baik oleh dirinya. Kepuasan dan perasaan
mampu individu dalam meraih prestasi menyebabkan seseorang mampu menjalani
kehidupan dan pekerjaan sehari-hari tanpa menghadapi masalah yang terlalu
banyak atau rasa lelah yang berlebihan.
3. Too Much Stres
Dalam kondisi ini, seseorang merasa telah melakukan pekerjaan yang terlalu
banyak setiap hari. Dia mengalami kelelahan fisik maupun emosional, serta tidak
mampu menyediakan waktu untuk beristirahat atau bermain. Kondisi ini dialami
secara terus-menerus tanpa memperoleh hasil yang diharapkan.
4. Breakdown Stres
Ketika pada tahap too much stress, individu tetap meneruskan usahanya
pada kondisi yang statis. Kondisi akan berkembang menjadi adanya kecenderungan
neurotis yang kronis atau munculnya rasa sakit psikosomatis. Misalnya pada
individu yang memiliki perilaku merokok atau kecanduan minuman keras,
konsumsi obat tidur, dan terjadinya kecelakaan kerja. Ketika individu tetap
menerusk an usahanya ketika mengalami kelelalhan, ia akan cenderung mengalami
breakdown baik secara fisik maupun psikis (Wulandari, 2008: 09).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mekanisme koping merupakan cara yang dilakukan oleh individu dalam
menyelesaiakan masalah, menyesuaikan diri terhadap perubahan, respon terhadap situasi
yang mengancam. Upaya individu ini dapat berupa kognitif , perubahan perilaku dan
perubahan lingkungan yang bertujuan untuk menyelesaikan stress yang dihadapi.
Kemampuan koping diperlukan manusia untuk mampu bertahan hidup di lingkungannya
yang selalu berubah dengan cepat. Koping merupakan pemecahan masalah dimana
seseorang menggunakannya untuk mengelola kondisi stress. Dengan adanya penyebab
stress stressor maka orang akan sadar dan tidak sadar untuk bereaksi untuk mengatasi
masalah tersebut. Dalam keperawatan konsep koping sangat perlu karena semua pasien
mengalami stress, sehingga sangat perlu kemampuan untuk mengatasinya dan
kemampuan koping untuk adaptasi terhadap stress yang merupakan faktor penentu yang
terpenting dalam kesejahteraan manusia.
Mekanisme koping merupakan perilaku tidak sadar yang memberikan
perlindungan psikologis terhadap peristiwa yang menegangkan. Mekanisme ini
digunakan seseorang untuk membantu melindungi terhadap perasaan yang tidak berdaya
dan ansietas, kadang mekanisme pertahanan diri menyimpang dan tidak lagi mampu
untuk membantu seseorang seseorang dalam menghadapi stressor.
B. Saran
Demi kesempurnaan makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran
yang bersifat membangun ke arah kebaikan demi kelancaran dan kesempurnaan penulis
ini. Makalah ini tidak luput dari banyak kekurangan. Maka dari itu, marilah kita cari dan
bacalah buku tentang Psiko Neuro Imunologi yang lain di berbagai buku-buku atau dari
internet agar wawasan kita mengenai Koping Individu Terhadap Stressor bisa
dikembangkan lebih luas.
Daftar Pustaka
Gail W. Stuart. 2006. (Ed. 5.Cet 1). Buku Saku Keperawatan jiwa. Jakarta : EGC
Potter, Patricia A.; Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep,
proses, dan praktik. Jakarta: Penerbit EGC