Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN KUALITAS DAN KUANTITAS TIDUR

DENGAN PRESTASI BELAJAR


MAHASISWA KEPERAWATAN ANGKATAN 2018
DI STIKES DIAN HUSADA
KOTA MOJOKERTO

OLEH:
PUTRI DIAH NINGTYAS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
nya penyusun dapat menyelesaikan Proposal Penelitian yang berjudul “HUBUNGAN KUALITAS
DAN KUANTITAS TIDUR DENGAN PRESTASI BALAJAR MAHASISWA MAHASISWA
ANGKATAN 2018 DI STIKES DIAN HUSADA KOTA MOJOKERTO” dalam proposal ini,
penyusun tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Sutomo, S.Kep.,Ns.,.M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan telaten
membimbing kami
2. Orang tua yang selalu mendukung dan memotivasi kami dalam belajar
3. Teman-teman yang selalu memberikan kritik dan sarannya
Penyusun menyadari, proposal ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
sempurnanya proposal. Semoga proposal ini dapat bermanfaat baik bagi penyusun maupun
bagi pembaca.

Mojokerto, 10 Agstus 2021

(Putri Diah)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL PROPOSAL 1
LEMBAR PENGESAHAN 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masaalah 5
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian 9

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep Teori 11
B. Kerangka Konseptual 33
C. Hipotesis Penelitian 34

BAB III METODE PENELITIAN


Desain penelitian 35
Kerangka kerja 36
Sampling desain 37
Identifikasi variable 38
Definisi operasional 39
Pengumpulan data dan analisa data 40
Etika penelitian 44
Rencana pelaksanaan 45
Keterbatasan penelitian 46

DAFTAR PUSTAKA 47
LAMPIRAN 49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidur merupakan proses fisiologis yang amat penting untuk manusia serta memberi
pengaruh besar terhadap psikologi dan kesehatan fisik terutama kepada siswa yang sedang
dalam proses belajar. Selain itu, prestasi belajar juga sangat berhubungan dengan circadian
rhythm yaitu variasi dalam ritme fisiologis berdasarkan tempo 24 jam yang diatur oleh
suprachiasmatic nucleus di hipotalamus (Kobayasi N, 2010). Kualitas tidur dikatakan baik
jika tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam
tidur. Kondisi kurang tidur banyak ditemui dikalangan dewasa muda terutama mahasiswa
yang nantinya bisa menimbulkan efek, seperti berkurangnya konsentrasi belajar dan
gangguan kesehatan (Hidayat, 2006
Kebutuhan tidur setiap individu berbeda-beda, tergantung usia setiap individu
tersebut, dan setiap individu harus memenuhi kebutuhan tidurnya agar dapat menjalankan
aktifitas dengan baik. Pola tidur yang buruk dapat berakibat pada gangguan keseimbangan
fisiologis dan psikologis. Dampak fisiologis meliputi penurunan aktifitas sehari-hari, rasa
lelah, penurunan daya tahan tubuh dan ketidakstabilan tanda-tanda vital (potter & Perry,
2010).
Beberapa penelitian juga telah dilaksanakan untuk menilai akibat dari kekurangan
tidur dan didapati bahwa kehilangan satu malam dari tidur akan mengganggu proses berpikir
inovatif, proses pengambilan keputusan yang fleksibel dan beberapa fungsi kognitif yang
lain (Lima dkk, 2009). Menurut Wicaksono (2012), kelelahan juga termasuk dalam faktor
yang dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Semakin tinggi tingkat kelelahan yang
dialami seseorang, maka kualitas tidurnya pun semakin buruk. Kebutuhan tidur pada usia
dewasa awal berkisar 7 sampai 9 jam, namun ternyata hanya sekitar 6 jam sehari karena
faktor aktivitas dan kehidupan sosial. Hal ini akan memberikan pengaruh terhadap waktu
tidur.
Menurut Deshinta (2009) pelajar dan mahasiswa sangat rentan mengalami kualitas
tidur yang buruk, hal itu dibuktikan dengan penelitiannya. Di dapatkan 220 pelajar dari
jumlah total 287 pelajar SMA Negeri 1 Tanjung Morawa mempunyai kualitas tidur yang
buruk. Menurut Hanafi Nilifda (2015), yang telah melakukan penelitian pada 177 orang
mahasiswa FK Universitas Andalas ada 99 orang yang memiliki kualitas tidur buruk dan 78
orang memiliki kualitas tidur baik yang memberikan dampak pada prestasinya. Penelitian
Listiani (2005) menunjukkan bahwa responden yang mengalami gangguan tidur pada malam
hari akan merasa lelah dan merasa mengantuk pada saat siang hari sehingga tidak
konsentrasi dalam belajar dan menyebabkan nilai anak didik menu bbrun
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan kepada 10 orang mahasiswa
angkatan 2018 melalui kuisioner leawat google form. Didapatkan 8 orang tau kebutuhan jam
tidur pada orang dewasa,7 orang merasa terganggu saat tidur, dan 9 orang mengaku saat
kegiatan belajar mengajar sering mengantuk dan 7 orang mengaku sering tertidur saat
kehiatan belajar mengajar.Apalagi di saat pandemi covid-19 kegiatan belajar mengajar
menjadi daring.
Disamping itu, alasan peneliti mengambil sampel angkatan 2018 dikarenakan
angkatan 2018 merupakan angkatan yang sudah banyak melalui berbagai proses perkuliahan.
Selain itu, berdasarkan uraian sebelumnya, kelompok usia yang banyak mengalami
gangguan tidur adalah usia dewasa muda. Hal ini sesuai dengan usia mahasiswa angkatan
2018yang rata-rata 18- 20 tahun.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Prestasi BelajarMahasiswa
Angkatan 2018 di STIKES DIAN HUSADA Kota Mojokerto
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu
“Apakah ada Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Prestasi BelajarMahasiswa Angkatan
2018 di STIKES DIAN HUSADA KOTA MOJOKERTO”
C. Pernyataan msalah
Mahasiswa memiliki persepsi yang berbeda tentang Hubungan antara Kualitas Tidur dengan
Prestasi BelajarMahasiswa Angkatan 2018 di STIKES DIAN HUSADA KOTA
MOJOKERTO”
D. Pertanyaan masalah
Apakah ada Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Prestasi BelajarMahasiswa Angkatan
2018 di STIKES DIAN HUSADA KOTA MOJOKERTO”
E. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui apakah ada Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Prestasi
BelajarMahasiswa Angkatan 2018 di STIKES DIAN HUSADA KOTA MOJOKERTO”
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui apakah ada Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Prestasi
BelajarMahasiswa Angkatan 2018 di STIKES DIAN HUSADA KOTA MOJOKERTO”
2. Tujuan khusus
Mendeskripsikan kualitas dan kuantitas tidur pada mahasiswa keperawatan dian husada
F. Manfaat penelitian
1. Bagi peneliti
Sebagai media pembelajaran dan pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka
menambah wawasan pengetahuan serta pengembangan diri khususnya dalam bidang
penelitian.
2. Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran dan referensi serta acuan
rujukan bagi penelitian hubungan antara kualitas tidur dengan prestasi belajar.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan sehingga
dapat menambah wawasan keilmuan khususnya mengenai Hubungan antara Kualitas
Tidur dengan Prestasi BelajarMahasiswa Angkatan 2018 di STIKES DIAN HUSADA
KOTA MOJOKERTO”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
A. Kualitaas dan kuantitas tidur
Kualitas tidur adalah ukuran dimana seseorang itu dapat kemudahan dalam memulai
tidur dan untuk mempertahankan tidur, kualitas tidur seseorang dapat digambarkan dengan
lama waktu tidur, dan keluhan – keluhan yang dirasakan saat tidur ataupun sehabis bangun
tidur. Kebutuhan tidur yang cukup ditentukan selain oleh faktor jumlah jam tidur (kuantitas
tidur), juga oleh faktor kedalaman tidur (kualitas tidur). Beberapa faktor yang mempengaruhi
kuantitas dan kualitas tidur yaitu, faktor fisiologis, faktor psikologis, lingkungan dan gaya
hidup. Dari faktor fisiologis berdampak dengan penurunan aktivitas sehari – hari, rasa lemah,
lelah, daya tahan tubuh menurun, dan ketidak stabilan tanda tanda vital, sedangkan dari
faktor psikologis berdampak depresi, cemas, dan sulit untuk konsentrasi (Potter dan Perry.
2005)
B. Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas tidur
Pemenuhan kebutuhan tidur bagi setiap orang berbeda – beda , ada yang yang dapat
terpenuhi dengan baik bahkan sebaliknya. Seseorang bisa tidur ataupun tidak dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu diantaranya sebagai berikut, (Asmadi. 2008).
1. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan nyenyak,
sedangkan untuk seseorang yang kondisinya kurang sehat (sakit) dan rasa nyeri , makan
kebutuhan tidurnya akan tidak nyenyak (Asmadi. 2008).
2. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada lingkungan
bersih, bersuhu dingin, suasana yang tidak gaduh (tenang), dan penerangan yang tidak terlalu
terang akan membuat seseorang tersebut tertidur dengan nyenyak, begitupun sebaliknya jika
lingkungan kotor, bersuhu panas, susana yang ramai dan penerangan yang sangat terang,
dapat mempengaruhi kualitas tidurnya (Asmadi. 2008).
3. Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekwensi tidur. Hal ini disebabkan
karena kondisi cemas akan meningkatkan norepineprin darah melalui sistem saraf simpatis.
Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM (Asmadi. 2008).
4. Diet
Makanan yang banyak menandung L – Triptofan seperti keju, susu, daging, dan ikan tuna
dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya minuman yang menandung kafein
maupun alkohol akan mengganggu tidur (Asmadi. 2008).
5. Gaya hidup
Kelelahan yang dirasakan seseorang dapat pula memengaruhi kualitas tidur seseorang.
Kelelahan tingkat menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan
yang berlebih akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek (Asmadi. 2008).
6. Obat – obatan
Obat – obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan tidur, adapula
yang sebaliknya mengganggu tidur (Asmadi. 2008).
C. Jenis – jenis tidur
Pada hakekatnya tidur dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu dengan gerakan
bola mata cepat (Rapid Eye Movement– REM), dan tidur dengan gerakan bola mata lambat
Non – Rapid Eye Movement – NREM, (Asmadi. 2008).
1. Tidur REM
Merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial. Hal tersebut bisa
disimpulkan bahwa seseorang dapat tidur dengan nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu
gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif. Tidur REM ini ditandai dengan mimpi,
otot – otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat (mata cenderung
bergerak bolak – balik), sekresi lambung meningkat, ereksi penis tidak teratur sering
lebih cepat, serta suhu dan metabolisme meningkat, tanda tanda orang yang mengalami
kehilangan tidur REM yaitu, cenderung hiperaktif, emosi sulit terkendali, nafsu makan
bertambah, bingung dan curiga (Asmadi. 2008).
2. Tidur NREM
Menurut Asmadi (2008), merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM
gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur. Tanda
- tanda tidur NREM ini antara lain : mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah
turun, kecepatan pernapasan turun, metabolisme turun, dan gerakan bola mata lambat.
Pada tidurNREM ini mempunyai empat tahap masing – masing tahap ditandai dengan
pola perubahan aktivitas gelombang otak.
1. Tahap I
Merupakan tahap tranmisi dimana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur.
Ditandai dengan seseorang merasa kabur dan rileks, seluruh otot menjadi lemas,
kelopak mata menutup mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan kekanan
kecepatan jantung dan pernapasan menurun secara jelas, seseorang yang tidur pada
tahap ini dapat dibangunkan dengan mudah.
2. Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menerus. Tahap ini ditandai
dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, pernapasan turun
dengan jelas. Tahap II ini berlangsung sekitar 10 – 15 menit.
3. Tahab III
Merupakan tahap fisik yang lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara
menyeluruh. Kecepatan jantung, pernapasan, dan proses tubuh berlanjut mengalami
penurunan akibat dominasi sistem saraf parasimpatis. Seseorang yang tidur pada
tahap III ini sulit untuk dibangunkan.
4. Tahap IV
Merupakan tahap dimana seseorang tersebut tidur dalam keadaan rileks, jarang
bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah lunglai, dan sulit dibangunkan. Pada
tahap IV ini dapat memulihkan keadaan tubuh.
Selain keempat tahap tersebut, sebenarnya ada satu tahap lagi yakni tahap V. Tahap
ini merupakan tahap tidur REM dimana setelah tahap IV seseorang masuk pada tahap
V, yang ditandai dengan kembali bergeraknya kedua bola mata yang berkecepatan
lebih tinggi dari tahap – tahap sebelumnya. Tahap ini berlangsung sekitar 10 menit,
dan dapat pula terjadi mimpi. Selama tidur malam sekitar 6 – 7 jam, seseorang
mengalami REM dan NREM bergantian sekitar 4 – 6 kali (Asmadi. 2008).

Pre – sleep

Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV

Tidur REM

Tahap II Tahap III

Gamba Siklus Tidur

Sumber. Asmadi 2008

Keterangan : kondisi pre – sleep merupakan dimana seseorang masih dalam keadaan sadar penuh,
namun mulai ada keinginan untuk tidur. Pada perilaku pre – sleep ini, misalnya, sesorang pergi ke
kamar tidur lalu berbaring di kasur atau berdiam diri merebahkan badan dan melemaskan otot,
namun belum tidur. Selanjutnya mulai merasakan ngantuk, maka orang tersebut memasuki tahap I.
Bila tidak bangun, baik itu disengaja ataupun tidak, maka orang tersebut telah memasuki tahap II.
Begitu seterusnya sampai tahap IV.
Setelah selesai tahap IV, ia akan kembali memasuki tahap III dan selanjutnya tahap II. Ini adalah
fase tidur NREM. Dan ketika memasuki tahap V , ini disebut tidur REM. Bila telah terlalui semua,
maka orang tersebut telah melalui siklus tidur pertama baik NREM maupun REM. Siklus ini
berlanjut selama orang tersebut tidur. Namun, pergantian siklus ini tidak lagi dimulai dari awal tidur,
yaitu pre – sleep dan tahap I, tetapi langsung tahap II ke tahap selanjutnya seperti pada siklus yang
pertama. Semua siklus ini berakhir ketika orang tersebut terbangun dari tidurnya (Asmadi. 2008)
D. Gangguan tidur
Gangguan tidur ialah merupakan suatu keadaan seseorang dengan kualitas tidur yang kurang
(Gunawan L, 2001 dalam Wahyuningsih 2007).
1. Insomnia
Insomnia adalah kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tidur, atau gangguan tidur
yang membuat penderita merasa belum cukup tidur pada saat terbangun. Gejala fisik : Muka
pucat, mata sembab, badan lemas dan daya tahan menurun sehingga menjadi mudah
terserang penyakit, dan gejala psikisnya : Lesu, lambat menghadapi rangsangan dan sulit
berkonsentrasi.
2. Hipersomnia
Hipersomnia adalah gangguan jumlah tidur yang berlebihan dan selalu mengantuk di siang
hari. Gangguan ini dikenal sebagai narkolepsi yaitu pasien tidak dapat menghindari untuk
tidur. Dapat terjadi pada setiap usia, tapi paling sering pada awal remaja atau dewasa muda.
Gejala fisik : mengantuk yang hebat, gugup, depresi, harga diri rendah, hilangnya tonus otot
dipicu oleh emosi mengakibatkan immobilisasi, tidak mampu bergerak waktu mula – mula
bangun. Gejala psikis: halusinasi visual atau audio (pendengaran).
3. Parasomnia
Parasomnia adalah gangguan tidur yang tidak umum dan tidak diinginkan, yang tampak
secara tiba – tiba selama tidur atau terjadi pada ambang terjaga dan tidur. Sering muncul
dalam bentuk mimpi buruk yang ditandai mimpi lama dan menakutkan. Gejala fisik : jalan
watu tidur, kadang – kadang berbicara waktu tidur, mendadak duduk ditempat tidur dan
matanya tampak membelalak liar. Gejala psikis : penderita jarang memngingat kejadiannya
(Anonim, 2004, Mekanisme tidur).

D. Kebutuhan Tidur
Kebutuhan tidur pada manusia tcrgantung pada tingkat perkembangan,
Tabel 1\Kebutuhan Tidur Manusia
Umur
Tingkat Perkembangan 
 0 - 1 bulan 
Bayi baru lahir Jumlah Kebutuhan tidur
14 - 18 jam/hr
 Masa bayi
1 bulan - 18 bulan 12 - 14 jam/ hari
 Masa anak 
18 bulan - 3 tahun 11 - 12 jam/hari
 Masa prasekolah 
3 tahun - 6 tahun 11 jam/hari
 Masa sekolah 
6 tahun - 12 tahun 10 jam/ hari
 Masa remaja 
12 tahun - 18 tahun 8,5 jam/hari
 Masa dewasa
18 - 40 tahun 7 - 8 jam/hari
 Masa muda paruh baya 
40 tahun - 60 tahun 7 jam/hari
 Masa dewasa tua 
60 tahun keatas 6 jam/hari
Pola Tidur 
Pola Tidur Normal berdasarkan tingkat usia:
• Usia Tingkat perkembangan Jumlah kebutuhan tidur Pola tidur normal
0-1 bulan Masa Neonatus 14-18 jam/hari Pernafasan teratur gerak tubuh sedikit, 50% tidur NREM.,
banyak waktu tidurnya di lewatkan pada tahap II dan IV tidur NREM.setiap siklus sekitar 45-60 
menit
• ( 1 bulan-18bulan)
 Masa Bayi 12-14 jam/hari 20%-30% tidur REM, tidur lebih lama pada malam hari, punya pola
terbangun sebentar.
• (18 bulan-3 tahun) 
Masa Anak 11-12 Jam/Hari 25% tidur REM banyak tidur pada mala hari, terbangun dini hari
berkurang, siklus bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun
• (3-6 tahun) 
Masa prasekolah 11 jam/hari 20 % tidur REM ,periode terangun kedua hilang pada umur 3 tahun,
umur 5 tahun tidur tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari.
• (6-12 Tahun)
Masa sekolah 10 jam/hari 18,5% tidur REM, sisa waktu tidur relative kostan.
• (12-18 Tahun)
 Masa Remaja 8,5jam/hari 20% tidur REM.

• (18-40 Tahun)
Masa dewasa muda 7-8 jm/hari 20-25% tidur REM, 5%-10% tidur terhadap I, 50% tidur tahap II,
dan 10-20% tidur tahap III dan IV.

• (40-60 Tahun)
 Masa paruh baya 7 jam/hari 20% tidur REM, mungkin mengalami imsomnia dan sulit untuk dapat
tidur.

• (60 tahun ke atas) 


Masa dewasa tua 6 jam/ hari 20%-25% tidur REM, tidur tahap IV nyata berkurang terkadang tak
ada, mungkin menngalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur malam hari.
Prestasi Belajar
A. Definisi Prestasi Belajar
Dalam proses pendidikan prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari proses
belajar mengajar, yakni penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah
laku yang dapat diukur dengan tes tertentu (Abu Muhammad, 2008).
Prestasi belajar adalah hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah
melakukan kegiatan belajar yang diberikan berdasarkan atas pengukuran tertentu
(Ilyas, 2008). Prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang dianggap penting
yang diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar
siswa, baik yang berdimensi cipta, dan rasa maupun yang berdimensi karsa (Syah M,
2006).
Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai hasil dari suatu aktivitas belajar
yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil pendidikan
yang diwujudkan berupa angka ataupun nilai maupun indeks prestasi. Penggolongan
hasil belajar mahasiswa berdasarkan penggolongan prestasi keberhasilan: sangat
baik (4,00), baik (3,00-3,50), cukup (2,00-2,50), kurang(1,00), gagal (0,00) (Aiyuda,
2009).
Dari pendapat tersebut mengenai prestasi belajar dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam mencapai tingkat
kedewasaan yang dapat diukur langsung dengan tes.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
1. Faktor dari dalam diri (Internal)
Sehubungan dengan faktor internal ini ada tingkatan yang perlu diketahui yaitu
faktor kondisi fisik, tingkat emosi, daya ingat, dan daya konsentrasi.
a. Faktor Kondisi Fisik (Jasmani)
Dalam faktor jasmania ini dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor
kesehatan dan faktor cacat tubuh.
b. Kecerdasan Emosi
Kemunculan istilah kecerdasan emosi dalam pendidikan, dan adanya pengaruh
kecerdasan emosi dalam belajar, bagi sebagian orang mungkin dianggap
sebagai hal yang yang baru. Teori Daniel Goleman, sesuai dengan judul
bukunya, memberikan definisi baru terhadap kata cerdas. Menurut Goleman,
khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis
tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu
kritis, rewel,cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit
mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung
dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti
ini sering menjadi sumber masalah.Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang
memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka
cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah
frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi
lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi
sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi (Goleman, 2009).
c. Daya Ingat
1. Memori Jangka Pendek (Short Term Memory)
Semua individu memiliki akses menuju memori jangka pendek. Memori ini
menahan data memori selama beberapa detik dan terkadang juga bisa
sampai beberapa menit. Menurut model Atkinson dan Shiffrin, simpanan
jangka pendek hanya dapat mengingat beberapa hal saja. Ia juga dapat
diakses oleh sejumlah proses pengontrolan yang mengatur aliran informasi
kepada dan dari simpanan jangka panjang. Biasanya, materi masih tetap
bertahan di dalam memori jangka pendek kira-kira 30 detik saja, kecuali
dilatih untuk mempertahankannya lagi. Kapasitas memori jangka pendek
menyimpan informasi dalam suatu area penyimpanan sementara bersifat
sangat terbatas dan rentan terhadap memudarnya informasi dengan cepat
(Wade, 2008).

2. Memori Jangka Panjang (Long Term Memory)

Ingatan jangka panjang adalah suatu tipe memori yang relatif tetap dan
tidak terbatas. Kapasitas yang dimiliki memori jangka panjang sepertinya
tidak terbatas. Informasi dalam jumlah yang sangat besar yang tersimpan
dalam memori jangka panjang memungkinkan individu untuk belajar,
menyesuaikan diri dengan lingkungan, serta mengembangkan identitas diri
dan sejarah kehidupan. Memori jangka panjang tempat menyimpan
memori-memori yang terus tinggal dalam pikiran selama periode yang
panjang. Lokasi tempat memori tersimpan adalah di seluruh bagian otak,
meskipun juga terpusat di bagian-bagian tertentu (Wade, 2008).

d. Daya Konsentrasi

Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan


mengenyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar
konsentrasi berarti pemusatan perhatian dan kesadaran sepenuhnya kepada
materi pelajaran yang sedang dipelajari dengan mengeyampingkan semua hal
yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kegiatan tersebut. Bila
seseorang tidak bisa berkonsentrasi, proses tersebut tidak berjalan dengan baik
sehingga kemungkinan besar tidak dapat menyerap, menyimpan, dan
mengingat kembali informasi dengan baik.
2. Faktor dari luar (Eksternal)
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah interaksi sosial. Faktor ini
dikelompokkan menjadi tiga yaitu faktor keluarga, faktor kampus, faktor lingkungan masyarakat.
1. Faktor keluarga
Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi mahasiswa dan dapat mempengaruhi keluarga
antara lain : cara mendidik, relasi antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian
orang tua, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah.
2. Faktor kampus
Faktor kampus dapat berupa : cara mengajar dosen, peralatan belajar mengajar, kurikulum,
waktu kuliah, interaksi dosen dan mahasiswa, kode etik mahasiswa, dan media pendidikan.
3. Faktor lingkungan masyarakat
Faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa antara lain : teman bergaul,
kegiatan lain di luar kampus dan cara hidup lingkungan keluarganya (Slameto, 2010).
Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Prestasi Belajar

Seperti yang telah diketahui tidur merupakan proses fisiologis yang


sangat penting untuk hidup. Kualitasnya berhubungan erat dengan
psikologi dan kesehatan fisik serta pengukuran-pengukuran lain dalam
kehidupan seseorang. Kuantitas daripada tidur juga amat penting karena
berkaitan baik dengan kesiagaan dan juga pemusatan perhatian (Lima,
2009). Salah satu efek akibat dari kekurangan tidur adalah rasa
mengantuk pada siang hari, rasa lelah dan kurang tumpuan serta dapat
mempengaruhi suasana hati (mood). Ini akhirnya menjadi faktor utama
penurunan prestasi belajar pada siswa (Eliasson, 2009). Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa tidur sangat berpengaruh besar dalam hal
kewaspadaan, energi, suasana hati, berat badan, persepsi, daya ingat,
daya pikir dan lain sebagainya.
Hasil penelitian yang mengkaji waktu tidur dan fungsi optimal
anak remaja pada siang harinya membuktikan adanya hubungan antara
gangguan pada pola tidur dengan prestasi belajar. Hal ini disebabkan
hasil daripada penelitian tersebut menunjukkan siswa yang memperoleh
Indeks Prestasi (IP) yang tinggi melaporkan masa tidur yang lebih
panjang dan waktu tidur yang lebih awal pada hari persekolahan
berbanding siswa yang memperoleh IP yang lebih rendah (Wolfson dkk,
1998). Berdasarkan hasil penelitian yang lain didapatkan masa memulai
tidur dan bangun pada tidur lebih memberi kesan kepada prestasi belajar
siswa berbanding jumlah masa tidur siswa itu sendiri. Hasil ini
menunjukkan siswa yang lebih berprestasi mempunyai kemampuan
untuk mengubah waktu tidur mereka menjadi lebih awal berbanding
siswa yang kurang berprestasi (Eliasson, 2009).
Sedangkan menurut satu lagi penelitian yang meneliti mengkaji
hubungan antara ritme sirkadian, waktu persekolahan dan tingkat
kesukaran subjek yang dipelajari mendapati bahwa pada subyek yang
lebih sukar, masa optimal siswa memberi pengaruh besar terhadap
keputusan ujian mereka (McElroy dkk, 2006).
B. Kerangka Konseptual

FAKTOR INTERNAL

1. Kondisi Fisik
2. Kecerdasan Emosi
3. Daya Ingat
4. Daya Konsentrasi

KUALITAS TIDUR PRESTASI BELAJAR

FAKTOR EKSTERNAL

Lingkungan masyarakat
Keluarga
Kampus/tempat belajar

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian Keterangan :


= Variabel Dependen = Variabel Independen

= Variabel Peranc

C. Hipotesis penelitian
1. Hipotesis Nol (H0)
Tidak ada hubungan antara kualitas tidur dengan prestasi belajar pada mahasiswa
keperawatan Dian husada Mojokerto
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada hubungan antara kualitas tidur dengan prestasi belajar pada mahasiswa keperawatan
Dian husada Mojokerto
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif analitik yang

mencari hubungan kualitas tidur dengan prestasi belajar pada mahasiswa

keperawatan angkatan 2018 di STIKES DIAN HUSADA KOTA

MOJOKERTO Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional,

dimana telah dilakukan pengumpulan data melalui pertanyaan-pertanyaan di

dalam kuesioner untuk menilai kualitas tidur mahasiswa. Kemudian nilai

prestasi akademik mahasiswa dilihat dari nilai indeks prestasi (IP) dan

dilakukan hanya pada satu kali pengamatan.

B. KERANGKA EKRJA

Populasi
10 Mahasiswa Dian Husada
Mojokerto

Sampling
Pengambilan acak

Sample
10 mahasiswa dian husada
Mojokerto

Desain Penelitian
Deskriptif Analtik

Metode Pengumpulan Data


Editing, Coding, Scoring,
Tabulating

Kuisioner hubungan kualitas dan


kauntitas tidur dengan prestasi
akademik mahasiswa

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan
C. SAMPLING DESAIN
1. POPULASI
Populasi adalah subjek (misalnya manusia atau klien) yang mempengaruhi kriteria yang
telah ditetapkan.populasi yang saya ambil dari topik ini adalah beberapa mahasiswa di Dian
husada Mojokerto yang kualitas dan kuantitaas mempengaruhi prestasi akademik.
2. SAMPEL
adalah terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling. Sampel pada penelitian ini adlah beberapa mahasiswa dian
husada
3. SAMPLING
Sampling adalah teknik untuk pengambilan sampel. Sampling pada penelitian kali ini adalah
acak

Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin


n= N
1 +N(d²)
Keterangan:
N: Jumlah Sampel
N: Populasi ditemap penelitian
S: Standart eror
n=10
1+10(0,05²)
=9,756

D. IDENTIFIKASI VARIABEL
1. Variabel independen pada penelitian kali ini adalah kebutuhan tidur
2. Variabel dependent pada penelitian kali ini adalah hubungan dengan prestasi
akademik mahasiswa
E. DEFINISI OPERASIONAL
Indentifikasi Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor
variabel Operasional
Variabel Independen
Kebutuhan tidurTindakan yang di Kebutuhan Kuesioner guttmen Pertanyan
lakukan untuk tidur sesuai dengan
mengetahui usia nilai:
berapa waktu Ya:1 poin
tidur sesuai Tidak:0 poin
kebutuhan usia
F. PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA
1. Prosesnpengumpulan data
Pada proses pengumpulan data kali ini, peneliti menggunakan alat ukur yaitu kuisioner
terdiri dari 10 pertanyaan yang indikatornya meliputi kualitas dan kuantitas tidur pada
orang dewasa. Peneliti membuat google form lalu disebarkan kepada Mahasiswa
STIKES DIAN HUSADA. Responden menjawab pertanyaan di google form dengan
jawaban YA nilai skor 1 dan TIDAK nilai skor 0. Penelitian dilakukan pada 1 Juli 2021
di rumah masing masing karena tidak memungkinkan di pandemic COVID-19
melakukan penelitian seacra observasi langsung pada responden
2. Instrumen data
Instrument yang digunakandalam penelitian kali ini adalah kuisioner dengan metode
Tanya jawab dengan jumlah soal 10 butir dan sudah dilakukan uji validitas dan
reliabalitas dengan nilai alpha 0,79069 yangbmana reliabilitas instumen diterima jika
nilai alpha combach >0,666

G. ANALISIS DATA
1. Tahap penyunting/Editing
Peneliti melakukan pengecekan ulang data yang sudah diisi oleh responden. Apakah data
sudah diisi atau kelengkapanya sudah sesuai apa belum

2. Tahap pengkodean
Jenis kelamin
Kode L : Laki-laki
Kode P : perempuan

3. Responden
Responden 1 : R1
Responden 2 : R2
Responden 3 : R3
Dll

4. Tahap penskoran/skoring
Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan. Pertanyaan tersebut seputar pengetahuan tentang
KUalitas dan kuantitas tidur. Nilai YA (skor 1)dan nilai TIDAK (0)

Tahap mendeskripsikan data/tabulasi


Pengelola data dengan menyajikan dalam bentuk tabel yang sudah ada
Tingkat pengetahuan Pengetahuan Total
Ya Tidak
N % N %
Baik
Kurang

ETIKA PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan etika penelitian. Prinsip etik diterapkan dalam
kegiatan penelitian dimulai dari penyusunan proposal hingga penelitian ini di publikasikan
(Notoatmodjo, 2018).
KETERBATASAN
Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuesioner yaitu terkadang jawaban yang
diberikan oleh sampel tidak menunjukkan keadaan sesungguhnya.

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medik
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/4164/1/HUSNUL%20QIRA%27AH%20AWAL%2001.pdf

Anda mungkin juga menyukai