ABSTRAK
1
Nadia Mufliha Zahro, 2 Ike Rahmawati, 3R.Kince
Sakinah,
Abstrak
Kurangnya kualitas tidur dapat memberikan efek pada penurunan dalam
berkonsentrasi, ikut serta dalam aktivitas sehari-hari, dan membuat keputusan.
Karena itu hal ini harus diperhatikan karena menurunnya kualitas tidur akan
mempengaruhi dari proses belajar, memori terganggu dan kesehatan emosi.
Metode penelitian yakni deskriptif comparative dengan rancangan cross
sectional. Sampel penelitian ialah mahasiswa FK Angkatan 2019 berjumlah 100
orang, dengan pengambilan sampel secara random sampling. Variabel bebas
kualitas tidur dan variabel terikat adalah pencapaian akademik. Analisis data yang
digunakan adalah univariat dan bivariat, analisis bivariat dengan uji Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur pada mahasiswa FK Unisba
Angkatan 2019 sebagian besar baik dengan skor (68%) dan nilai SOOCA sebagian
besar baik (64%). Hasil uji statistik diperoleh tidak terdapat perbedaan nilai ujian
SOOCA antara mahasiswa dengan kualitas tidur baik dan tidak baik pada
Angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (p-value = 0.83 >
0.05).
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat beristirahat dan tidur terjadi proses pemulihan untuk pengembalian
stamina hingga tubuh dapat kembali pada kondisi yang ideal. Disamping itu
kualitas tidur didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk seseorang agar tetap
Tidur bukan hanya sekedar istirahat karena nikmat tidur adalah anugerah
“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang
kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari
lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu
kerjakan”(QS. Al-An’am[60]:6).
aktivitas yang berat atau tuntutan yang membuat kebutuhan untuk tidur menjadi
2
2
berkurang, karena itu tak jarang pada siang hari akan merasakan rasa kantuk yang
berlebih. Kebutuhan akan tidur dapat ditentukan dengan kedalaman tidur (kualitas
tidur). Dinilai baiknya kualitas tidur saat tidak mengalami masalah tidur, dan tidak
memperlihatkan adanya tanda dari kurangnya waktu tidur. Kurangnya tidur ini
sering terjadi pada usia dewasa muda terutama pada mahasiswa yang akan dapat
belajar.2
Buruknya kualitas tidur akan berakibat pada rasa kantuk saat siang hari
yang berlebih yang didefinisikan menjadi paksaan yang tiba-tiba dan tidak
memberikan efek pada penurunan dalam berkonsentrasi, ikut serta dalam aktivitas
sehari-hari, dan membuat keputusan.2 Karena itu hal ini harus diperhatikan karena
mahasiswa non-medis dan masyarakat umum. Hal ini adalah hasil dari banyak
yang berlebihan, jadwal yang padat, sesi belajar yang lama, stres ujian, tekanan
teman sebaya, harapan orang tua yang tinggi, dan lingkungan yang sangat
kompetitif.3
3
dihubungkan dengan mental health issues seperti kelelahan kronis, depresi, stress,
optimisme yang lebih rendah, kecemasan dan kualitas kehidupan yang lebih
rendah. Taylor dkk4 menyatakan terdapat korelasi antara insomnia dan masalah
keseluruhan.4
setidaknya memiliki risiko satu gangguan tidur. Lebih lanjut, pada penelitian
lainnya menyatakan jika minimal 7,7% mahasiswa menderita gangguan tidur dan
24,3% mengalami mimpi buruk dari temuan ini menyimpulkan bahwa hal yang
mengalami masalah tidur dan gangguan tidur. Buboltz dkk4 menyatakan bahwa
terdapat 31% dari seluruh siswa menderita kelelahan pada pagi hari. Hal itu
disebabkan jadwal tidur yang tidak teratur dan durasi tidur yang lebih pendek dan
Selain itu, penulis mengambil sampel pada angkatan 2019 karena angkatan
2019 yaitu angkatan yang sedang mengalami transisi menyesuaikan waktu antara
skripsi dengan kegiatan akademik. Pencapaian akademik adalah nilai ujian lisan
gangguan tidur yang terjadi setidaknya selama sebulan terakhir dan berulang agar
masalah dari penelitian ini yaitu bagaimana perbedaan nilai ujian SOOCA
pada mahasiswa dengan kualitas tidur baik dan tidak baik pada angkatan 2019
tidur antara mahasiswa dengan nilai ujian SOOCA baik dan tidak baik pada
2.1.1. Tidur
Tidur adalah tahap yang aktif, bukan hanya hilangnya fase terbangun.
Pada saat tidur tingkat aktivitas otak keseluruhan tidak menurun. Di fase tertentu
pada tidur, penyerapan oksigen dengan otak justru akan meningkat dan lebih dari
taraf normal pada saat waktu terbangun.5 Kurangnya tidur akan berdampak pada
Ada banyak teori fungsi tidur. Terdapat dua kategori besar; teori
konektivitas saraf dan teori tubuh. Teori konektivitas neuron menunjukkan bahwa
sinapsis serta sirkuit neuron di mana mereka berfungsi. Teori-teori tubuh berfokus
Pada saat tidur dapat terjadi beberapa macam efek fisiologis utama:
neuron yang rusak. Selain itu tidurpun memiliki peran untuk me-refresh koneksi
6
7
2. Penyusunan Memori
Pada saat tidur otak akan terjadi penyusunan ulang data atau memori
supaya dapat mendapatkan solusi suatu masalah. Tidur dapat membantu saat
merasa pusing atau tidak tahu bagaimana untuk mengatasi suatu masalah. Sangat
3. Maturasi Saraf
Salah satu fungsi lain dari tidur yaitu maturasi dari saraf, memfasilitasi
memori, proses belajar atau kognisi, dan energi metabolisme. Dapat disimpulkan
Pada saat tidur REM fungsi "restorasi dan pemulihan" merupakan jalur-
jalur saraf agar sebagian mendapatkan kembali sensitivitas totalnya. Pada saat
serotonin dan norepinefrin menjadi aktif secara maksimal dan continue. Tidur
Komponen dari tidur normal terdiri dari : rapid eye movement (REM) dan
berlangsung 1–7 menit. mata tertutup dengan santai serta mempunyai pikiran
8
sekilas. Seseorang yang terbangun pada tahap ini sering berkata jika mereka
belum tidur.6
Tahap 2 atau tidur ringan sebenarnya merupakan tahap awal dari tidur.
Pada saat ini, seseorang lebih sedikit sulit untuk dibangunkan. Pada fase ini mata
secara perlahan berputar dari sisi ke sisi dan dapat mengalami mimpi.6
Tahap 3 memasuki pada periode tidur pulas. Menurunnya suhu tubuh dan
tekanan darah, serta akan sulit dibangunkan. Tahap ini terjadi sekitar 20 menit
setelah tertidur.6
Tahap 4 adalah tingkat tidur yang paling dalam. Walaupun ketika saat ini
metabolisme otak menurun secara drastis dan suhu tubuh menurun, sebagian besar
2. Tidur REM
Pada malam yang normal sepanjang tidur, tidur REM terjadi sekitar 5
hingga 30 menit umumnya timbul setiap 90 menit. Pada keadaan kantuk berat,
tidur REM hanya terjadi secara singkat dan mungkin tidak ada. Kebalikannya,
waktu tidur REM juga akan semakin lama dan menjadi lebih nyenyak sepanjang
malam.9
terhadap lingkungan. Berbeda dengan saat terbangun, Pada saat tidur seorang
individu secara tidak sadar mengetahui dunia eksternal, tetapi individu tersebut
tetap sadar dan waspada dengan merangsang RAS. Agar dapat tertidur
2. Sleep-On Neuron
menjabarkan mengapa kita memasuki tidur gelombang lambat lebih dahulu ketika
tertidur. Sleep-on neuron menjadi tidak aktif ketika seseorang terbangun dan aktif
REM. Mereka bisa mematikan sleep-on neuron serta mengganti pola tidur dari
1. Cahaya
keadaan terbangun. Pada saat merasa kantuk dan tidur keadaan tersebut
berhubungan dengan irama sirkadian pada pengaturan siang serta malam. Cahaya
mempengaruhi tidur dan aktivitas otak selama terjaga, sedangkan, ritme sirkadian,
melatonin cahaya memiliki peran penting. Melatonin yaitu suatu hormon yang
terdapat pada setiap organisme dengan tingkat berbeda tergantung paparan cahaya
dan siklus hidup . Kelenjar pineal di otak merupakan bagian penting yang
tidur.8
2. Aktivitas Fisik
Latihan fisik yang berat sebelum tidur membuat tubuh dingin dan meningkatnya
senang.8
3. Stress Emosional
Lebih dari separuh responden dapat ditentukan bahwa terdapat lima faktor
bahwa masalah psikologis dan stres secara signifikan terkait dengan faktor-faktor
4. Umur
dewasa muda berbeda dengan kebutuhan lansia. Begitu juga kebutuhan tidur pada
memberikan rasa segar dan bugar pada waktu bangun. Kualitas tidur terdiri dari
aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif,
Kualitas tidur dinyatakan juga sebagai rasa puas suatu individu dengan
tidurnya, sehingga tidak menunjukan adanya rasa letih, mudah panik, lesu,
kehitaman di area mata, kelopak mata bengkak, mata perih, area konjungtiva
merah, tidak fokus, pusing,sakit kepala dan sering mengantuk ataupun menguap.12
tidur yang baik akan memberikan perasaan energik, tenang pada pagi hari, dan
Kualitas tidur bisa dinyatakan baik apabila tidak memiliki masalah dalam
tidur tidak dan juga tidak didapatkannya tanda-tanda dari kekurangan tidur. 14
klinik pada modul sistem (tidak diujikan pada KBBK dan Biomedik)
5. Ujian pada mata ajar/mata kuliah program seperti Komunikasi Efektif Dokter,
jenis ujian tulis berupa MCQ final test (UTS dan UAS) untuk semua mata
ajar.
menganalisis suatu kasus baik pada Biomedik maupun pada modul sistem.
penting dalam mekanisme pembelajaran dan evaluasi bagi siswa. Hal ini
kasus medis. SOOCA memberikan manfaat yang signifikan sebagai tes verbal,
peningkatan frekuensi tidur jangka pendek, dan tidur larut malam dan bangun pagi
Penelitian terdahulu telah menunjukkan jika jumlah tidur yang dilaporkan oleh
individu sebagai tidur yang tertunda atau tidak tepat, bangun terlalu larut,
terutama di akhir pekan dan kantuk di siang hari dikaitkan dengan kinerja
akademik yang terganggu pada anak-anak dan orang dewasa. Beberapa penelitian
telah menekankan hubungan antara waktu mulai yang tertunda kelas dan
berubah telah dikaitkan dengan kantuk parah dan kegagalan dalam keberhasilan
kompleks dalam waktu yang singkat kondisi ini dialami banyak mahasiswa
Buruknya kualitas tidur akan berakibat pada rasa kantuk saat siang hari
yang berlebih yang didefinisikan menjadi paksaan yang tiba-tiba dan tidak
memberikan efek pada penurunan dalam berkonsentrasi, ikut serta dalam aktivitas
sehari-hari, dan membuat keputusan.2 Karena itu hal ini harus diperhatikan karena
Buruknya kualitas tidur dapat berpengaruh pada efek pada sistem saraf,
dengan memori (ingatan). Memori merupakan suatu hal penting yang berguna
BAB IV
antara mahasiswa dengan kualitas tidur baik dan tidak baik pada Angkatan 2019
kelamin dan usia, didapat data yang disajikan dalam analisis sebagai berikut:
dari responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa dengan usia ≥20 tahun
(99%).
16
yaitu kualitas tidur subjektif, latensi tidur (kesulitan memulai tidur), lama tidur,
efisiensi tidur, gangguan tidur di malam hari, penggunaan obat tidur dan
kualitas tidur subjektif sebagian besar pada kriteria cukup buruk dengan
persentase sebesar 46%, pada komponen latensi tidur sebagian besar berada pada
kriteria 3-4 jam dengan persentasi 36%, pada komponen durasi tidur sebagian
besar berada pada durasi tidur 5-6 jam dengan persentase 31%, pada komponen
efisiensi tidur sehari-hari sebagian besar berada pada <65% dengan persentase
84%, pada komponen gangguan tidur sebagian besar berada pada 1-9 dengan
persentase 67%, pada komponen penggunaan obat tidur hampir seluruhnya tidak
menggunakan obat tidur dengan persentase 95%, dan pada komponen disfungsi
siang hari sebagian besar berada pada 1-2 jam dengan persentase 43%,
didapatkan sebanyak 68 orang (68%) memiliki skor kualitas tidur ≤10 dan 32
berikut:
orang (64%) memiliki nilai yang baik, sebanyak 21 orang (21%) memiliki nilai
SOOCA yang cukup baik dan 15 orang (15%) memiliki nilai SOOCA yang
kurang baik.
nilai skor kualitas tidur pada Angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas
Tabel 4. 4 Perbedaan Nilai Ujian Sooca Antara Mahasiswa dengan Nilai Skor
Kualitas Tidur pada Angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Bandung
Nilai SOOCA
*P-
Variabel Baik Cukup Kurang Total
Value
N=64 % N=21 % N=15 %
64.7 20.5 14.7
≤10 44 14 10 68
Kualitas Tidur 1 9 1 0.83
>10 20 62.5 7 21.8 5 15.6 32
19
0 8 3
* uji chi square
Hasil penelitian pada tabel 4.17, sebanyak 51 orang (65%) memiliki kualitas
tidur ≤10 disertai dengan nilai SOOCA yang baik juga, 14 orang (20.59%)
memiliki kualitas tidur ≤10 disertai dengan nilai SOOCA yang cukup baik dan
hanya 10 orang (14.71%) yang memiliki kualitas tidur ≤10 tapi nilai SOOCAnya
kualitas tidur >10 disertai dengan nilai SOOCA yang baik , 7 orang (21.88%)
memiliki kualitas tidur >10 disertai dengan nilai SOOCA yang cukup baik dan
hanya 5 orang (115.63%) yang memiliki kualitas tidur >10 tapi nilai SOOCAnya
nilai ujian SOOCA antara mahasiswa dengan nilai skor kualitas tidur pada
p=0.83. Sehingga tidak terdapat perbedaan nilai ujian sooca antara mahasiswa
dengan nilai skor kualitas tidur pada Angkatan 2019 Fakultas Kedokteran
4.2. Pembahasan
Hasil ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fikri
antara Kualitas Tidur dengan Prestasi Belajar (Nilai kedokteran tropis) pada
menyatakan tidak ada hubungan antara kualitas tidur dengan prestasi belajar4.
20
Universitas Islam Bandung Angkatan 2019 yang memiliki kualitas tidur kurang
baik sebanyak 32 orang (32%) dan skor kualitas tidur baik sebanyak 68 orang
sebagian besar memiliki kualitas tidur yang baik, kualitas tidur yang buruk ini
cukup buruk, latensi tidur kurang baik, kurangnya lama tidur, efisiensi tidur yang
kurang baik, memiliki gangguan saat tidur malam, dan sering terganggunya
aktifitas di siang hari oleh berbagai hal. Beraktifitas sepanjang hari mulai dari
kuliah dan banyak tugas membuat mahasiswa agar terbangun saat malam,
kemungkinan mengambil peranan juga terhadap jam tidur dari mahasiswa. Waktu
tidur yang baik adalah sebelum pukul 23.00 dan bangun pukul 05.00, karena pada
pukul 23.00 sampai 05.00 terjadi regenerasi organ dalam tubuh, bila pada jam
tersebut tubuh masih dalam keadaan terjaga makan akan menyebabkan regenerasi
tidak dapat berjalan dengan baik. Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif dan
kualitatif dari tidur, seperti durasi tidur, waktu onset tidur, dan aspek subjektif,
Kualitas tidur dapat diukur dengan menggunakan PSQI. Kuisioner PSQI yang
tidur yaitu kualitas tidur subyektif, durasi tidur, latensi tidur, efisiensi tidur,
gangguan tidur, penggunaan obat tidur, disfungsi di siang hari. Pada penelitian ini,
setelah dikalkulasikan ke 7 komponen kedalam nilai ≤ 10 dan nilai > 10. Kualitas
dan kuantitas tidur yang buruk tidak hanya mengakibatkan gangguan secara fisik
saja, namun juga bisa menyebabkan rusaknya memori dan kemampuan kognitif
21
seseorang. Menurut Potter, dkk Kualitas dan kuantitas tidur yang tidak baik
berbahaya, sangat mungkin untuk terjadi seperti serangan jantung, stroke, sampai
lainnya2
SOOCA baik sebanyak 64 orang (64%), nilai cukup baik sebanyak 21 orang
(21%) dan yang kurang baik sebanyak 5 orang (5%). Angka tersebut
pengukuran dalam proses belajar yang berwujud huruf (A, B, C, dan E) ataupun
menganalisis suatu kasus baik pada biomedik maupun pada modul system.
ujian lisan.5
Dari penelitian ini di dapat dilihat dari hasil uji statistik di dapatkan Pvalue =
0,83, artinya p-value >0,05, dapat di simpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
bermakna antara kualitas tidur dan nilai ujian SOOCA antara mahasiswa pada
perbedaan yang bermakna antara nilai akademik dengan kualitas tidur karena hasil
22
belajar bukan hanya dipengaruhi oleh kualitas tidur tetapi ada faktor yang lebih
mempengaruhi hasil belajar faktor internal yang terdiri dari faktor jasmani yaitu
psikologi serta faktor eksternal yang terdiri dari faktor keluarga, tempat menimba
individu faktor mana yang paling berperan .17 Faktor non akademik juga
bertindak dengan cara tertentu dan mengevaluasi tindakan mereka sendiri yang
Bandung Angkatan 2019, sehingga hasil penelitian ini terasa kuang bermakna
perkembangan responden.
kualitas tidur baik dan tidak baik. Peneliti belum meneliti mengenai faktor-
BAB V
5.1. Simpulan
1. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kualitas tidur mahasiswa Fakultas
mahasiswa dengan nilai skor kualitas tidur pada Angkatan 2019 Fakultas
5.2. Saran