Anda di halaman 1dari 26

1

ABSTRAK

PERBEDAAN NILAI UJIAN SOOCA ANTARA MAHASISWA DENGAN


KUALITAS TIDUR BAIK DAN TIDAK BAIK PADA ANGKATAN 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

1
Nadia Mufliha Zahro, 2 Ike Rahmawati, 3R.Kince
Sakinah,

Abstrak
Kurangnya kualitas tidur dapat memberikan efek pada penurunan dalam
berkonsentrasi, ikut serta dalam aktivitas sehari-hari, dan membuat keputusan.
Karena itu hal ini harus diperhatikan karena menurunnya kualitas tidur akan
mempengaruhi dari proses belajar, memori terganggu dan kesehatan emosi.
Metode penelitian yakni deskriptif comparative dengan rancangan cross
sectional. Sampel penelitian ialah mahasiswa FK Angkatan 2019 berjumlah 100
orang, dengan pengambilan sampel secara random sampling. Variabel bebas
kualitas tidur dan variabel terikat adalah pencapaian akademik. Analisis data yang
digunakan adalah univariat dan bivariat, analisis bivariat dengan uji Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur pada mahasiswa FK Unisba
Angkatan 2019 sebagian besar baik dengan skor (68%) dan nilai SOOCA sebagian
besar baik (64%). Hasil uji statistik diperoleh tidak terdapat perbedaan nilai ujian
SOOCA antara mahasiswa dengan kualitas tidur baik dan tidak baik pada
Angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (p-value = 0.83 >
0.05).

Kata Kunci: Kualitas Tidur & SOOCA

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tidur ialah kebutuhan mendasar pada seseorang yang bersifat fisiologi.1

Pada saat beristirahat dan tidur terjadi proses pemulihan untuk pengembalian

stamina hingga tubuh dapat kembali pada kondisi yang ideal. Disamping itu

kualitas tidur didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk seseorang agar tetap

tidur , bukan hanya mencapai jumlah atau lama tidur.2

Tidur bukan hanya sekedar istirahat karena nikmat tidur adalah anugerah

yang terbesar, Allah Berfirman :

ٓ ٰ ‫ار ثُ َّم يَ ْب َعثُ ُك ْم فِ ْي ِه لِيُ ْق‬ ٰ


‫رْ ِج ُع ُك ْم ثُ َّم يُنَبُِّئ ُك ْم‬NN‫ ِه َم‬N ‫ ّم ًۚى ثُ َّم اِلَ ْي‬N ‫ضى اَ َج ٌل ُّم َس‬ ِ َ‫َوهُ َو الَّ ِذيْ يَتَ َوفّى ُك ْم بِالَّ ْي ِل َويَ ْعلَ ُم َما َج َرحْ تُ ْم بِالنَّه‬

َ‫بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُوْ ن‬

“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang

kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari

untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-

lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu

kerjakan”(QS. Al-An’am[60]:6).

Penyebab perubahan pola tidur biasanya diakibatkan karena terdapat

aktivitas yang berat atau tuntutan yang membuat kebutuhan untuk tidur menjadi

2
2

berkurang, karena itu tak jarang pada siang hari akan merasakan rasa kantuk yang

berlebih. Kebutuhan akan tidur dapat ditentukan dengan kedalaman tidur (kualitas

tidur). Dinilai baiknya kualitas tidur saat tidak mengalami masalah tidur, dan tidak

memperlihatkan adanya tanda dari kurangnya waktu tidur. Kurangnya tidur ini

sering terjadi pada usia dewasa muda terutama pada mahasiswa yang akan dapat

mempengaruhi bebagai hal yang kurang baik, seperti penurunan pencapaian

belajar.2

Buruknya kualitas tidur akan berakibat pada rasa kantuk saat siang hari

yang berlebih yang didefinisikan menjadi paksaan yang tiba-tiba dan tidak

terkendali untuk tertidur di siang hari.3 Kurangnya kualitas tidur dapat

memberikan efek pada penurunan dalam berkonsentrasi, ikut serta dalam aktivitas

sehari-hari, dan membuat keputusan.2 Karena itu hal ini harus diperhatikan karena

menurunnya kualitas tidur akan mempengaruhi dari proses belajar, memori

terganggu dan kesehatan emosi.2

Kualitas tidur mempengaruhi konsentrasi belajar. Aspek memori serta

konsentrasi dapat dipengaruhi dengan kurang tidur sehingga dapat dikatakan

kualitas tidur dapat berdampak besar dalam keseharian.1

Mahasiswa kedokteran adalah populasi yang sangat rentan dibandingkan

mahasiswa non-medis dan masyarakat umum. Hal ini adalah hasil dari banyak

faktor yang menyebabkan stres, beberapa di antaranya termasuk beban akademik

yang berlebihan, jadwal yang padat, sesi belajar yang lama, stres ujian, tekanan

teman sebaya, harapan orang tua yang tinggi, dan lingkungan yang sangat

kompetitif.3
3

Di luar pertimbangan akademis, masalah tidur pada mahasiswa sering

dihubungkan dengan mental health issues seperti kelelahan kronis, depresi, stress,

optimisme yang lebih rendah, kecemasan dan kualitas kehidupan yang lebih

rendah. Taylor dkk4 menyatakan terdapat korelasi antara insomnia dan masalah

kesehatan mental untuk masalah medis (yaitu, migrain, penyakit gastrointestinal,

penyakit menular seksual). Bahkan kemudian, korelasi yang signifikan ditemukan

untuk gejala obsesif-kompulsif, somatisasi, depresi, kecemasan dan gejala

keseluruhan.4

Menurut Gaultney4 menyatakan jika terdapat 27% dari semua mahasiswa

setidaknya memiliki risiko satu gangguan tidur. Lebih lanjut, pada penelitian

lainnya menyatakan jika minimal 7,7% mahasiswa menderita gangguan tidur dan

24,3% mengalami mimpi buruk dari temuan ini menyimpulkan bahwa hal yang

mengganggu keberhasilan akademik mahasiswa dapat disebabkan karena

mengalami masalah tidur dan gangguan tidur. Buboltz dkk4 menyatakan bahwa

terdapat 31% dari seluruh siswa menderita kelelahan pada pagi hari. Hal itu

disebabkan jadwal tidur yang tidak teratur dan durasi tidur yang lebih pendek dan

secara signifikan berkorelasi dengan nilai yang lebih rendah.4

Selain itu, penulis mengambil sampel pada angkatan 2019 karena angkatan

2019 yaitu angkatan yang sedang mengalami transisi menyesuaikan waktu antara

skripsi dengan kegiatan akademik. Pencapaian akademik adalah nilai ujian lisan

(SOOCA) sistem RPS, karena penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi

gangguan tidur yang terjadi setidaknya selama sebulan terakhir dan berulang agar

hasilnya lebih akurat.


4

Berdasarkan pada penjelasan di atas, dibutuhkan identifikasi hubungan

kualitas tidur mahasiswa Fakultas Kedokteran Unisba tahun 2019 dengan

pencapaian akademik yang diperoleh. Penilaian kualitas tidur dilakukan pada

mahasiswa fakultas kedokteran karena ilmu kedokteran mempelajari masalah

yang kompleks sehingga mahasiswa perlu memahami informasi ini.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijabarkan, maka rumusan

masalah dari penelitian ini yaitu bagaimana perbedaan nilai ujian SOOCA

pada mahasiswa dengan kualitas tidur baik dan tidak baik pada angkatan 2019

Kedokteran Universitas Islam Bandung?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan antara kualitas tidur dengan perbedaan kualitas

tidur antara mahasiswa dengan nilai ujian SOOCA baik dan tidak baik pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung angkatan 2019.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan pada penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui kualitas tidur umumnya pada Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Bandung Angkatan 2019.

2. Untuk mengetahui Nilai ujian SOOCA Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Bandung Angkatan 2019.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis


5

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi ilmiah yang

bermanfaat dalam pengembangan pembelajaran mengenai kualitas tidur dan

hubungannya dengan hasil ujian SOOCA

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu

pendidikan kesehatan masyarakat, dan kedokteran khususnya di Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Bandung.

2. Dapat menjadi referensi agar meningkatkan promosi kesehatan tidur sebagai

upaya preventif bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya kelompok

berisiko salah satunya mahasiswa.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Tidur

2.1.1.1 Definisi Tidur

Tidur adalah tahap yang aktif, bukan hanya hilangnya fase terbangun.

Pada saat tidur tingkat aktivitas otak keseluruhan tidak menurun. Di fase tertentu

pada tidur, penyerapan oksigen dengan otak justru akan meningkat dan lebih dari

taraf normal pada saat waktu terbangun.5 Kurangnya tidur akan berdampak pada

pembelajaran, kinerja, dan mengganggu perhatian.6

2.1.1.2 Manfaat Tidur

Ada banyak teori fungsi tidur. Terdapat dua kategori besar; teori

konektivitas saraf dan teori tubuh. Teori konektivitas neuron menunjukkan bahwa

tidur berfungsi untuk mempertahankan, mengkonsolidasikan atau memperbaiki

sinapsis serta sirkuit neuron di mana mereka berfungsi. Teori-teori tubuh berfokus

pada fungsi ekstra-kranial tidur seperti pemulihan simpanan energi.7

Pada saat tidur dapat terjadi beberapa macam efek fisiologis utama:

1. Efek pada Sistem Saraf

Pada saat tertidur, otak akan beristirahat serta mengembalikan fungsi

neuron yang rusak. Selain itu tidurpun memiliki peran untuk me-refresh koneksi

penting antara neuron yang digunakan.8

6
7

2. Penyusunan Memori

Pada saat tidur otak akan terjadi penyusunan ulang data atau memori

supaya dapat mendapatkan solusi suatu masalah. Tidur dapat membantu saat

merasa pusing atau tidak tahu bagaimana untuk mengatasi suatu masalah. Sangat

memungkinkan setelah tidur, solusi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah

yang dihadapi dapat ditemukan.8

3. Maturasi Saraf

Salah satu fungsi lain dari tidur yaitu maturasi dari saraf, memfasilitasi

memori, proses belajar atau kognisi, dan energi metabolisme. Dapat disimpulkan

bahwa fungsi utama tidur bertujuan agar dapat mengembalikan keseimbangan

alami di antara pusat-pusat neuron.9

4. Restorasi dan Pemulihan

Pada saat tidur REM fungsi "restorasi dan pemulihan" merupakan jalur-

jalur saraf agar sebagian mendapatkan kembali sensitivitas totalnya. Pada saat

terjaga, sebagian besar neuron pada otak yang menghasilkan neurotransmiter

serotonin dan norepinefrin menjadi aktif secara maksimal dan continue. Tidur

REM mungkin dibutuhkan agar dapat mengembalikan sensitivitas reseptor untuk

bisa ke fungsi yang optimal selama fase keadaan terjaga berikutnya.5

2.1.1.3 Tahapan Tidur Normal

Komponen dari tidur normal terdiri dari : rapid eye movement (REM) dan

non-rapid eye movement (NREM).6

1. Tidur NREM terbagi menjadi empat tahap penggabungan secara bertahap:

Tahap 1 yaitu transisi diantara terjaga serta tidur yang umumnya

berlangsung 1–7 menit. mata tertutup dengan santai serta mempunyai pikiran
8

sekilas. Seseorang yang terbangun pada tahap ini sering berkata jika mereka

belum tidur.6

Tahap 2 atau tidur ringan sebenarnya merupakan tahap awal dari tidur.

Pada saat ini, seseorang lebih sedikit sulit untuk dibangunkan. Pada fase ini mata

secara perlahan berputar dari sisi ke sisi dan dapat mengalami mimpi.6

Tahap 3 memasuki pada periode tidur pulas. Menurunnya suhu tubuh dan

tekanan darah, serta akan sulit dibangunkan. Tahap ini terjadi sekitar 20 menit

setelah tertidur.6

Tahap 4 adalah tingkat tidur yang paling dalam. Walaupun ketika saat ini

metabolisme otak menurun secara drastis dan suhu tubuh menurun, sebagian besar

refleks masih utuh, dan tonus otot hanya sedikit menurun.6

2. Tidur REM

Pada malam yang normal sepanjang tidur, tidur REM terjadi sekitar 5

hingga 30 menit umumnya timbul setiap 90 menit. Pada keadaan kantuk berat,

tidur REM hanya terjadi secara singkat dan mungkin tidak ada. Kebalikannya,

waktu tidur REM juga akan semakin lama dan menjadi lebih nyenyak sepanjang

malam.9

2.1.1.4 Siklus Tidur

Siklus bangun-tidur merupakan perubahan siklus normal dalam kesadaran

terhadap lingkungan. Berbeda dengan saat terbangun, Pada saat tidur seorang

individu secara tidak sadar mengetahui dunia eksternal, tetapi individu tersebut

dapat mengalami pengalaman kesadaran dunia internal contohnya yaitu mimpi.5

1. Sistem keadaan terjaga diatur oleh kelompok neuron pada hipotalamus.

Neuron tersebut akan menyekresikan neurotransmiter eksitatorik hipokretin


9

(oreksin). Hipokretin dikenal sebagai sinyal untuk peningkatan nafsu makan,

dan diketahi memiliki peran penting dalam keterjagaan. Neuron penyekresi

hipokretin ini menghasilkan muatannya sendiri dan continue agar menjaga

tetap sadar dan waspada dengan merangsang RAS. Agar dapat tertidur

neuron-neuron ini harus dihambat.5

2. Sleep-On Neuron

Tidur gelombang lambat berperan penting untuk menginduksi tidur, akan

terjadi proses untuk menghambat neuron yang mencetuskan kesadaran dengan

melepaskan neurotransmiter inhibitorik GABA. Mekanisme ini dapat

menjabarkan mengapa kita memasuki tidur gelombang lambat lebih dahulu ketika

tertidur. Sleep-on neuron menjadi tidak aktif ketika seseorang terbangun dan aktif

secara maksimal hanya selama fase tidur gelombang lambat.5

3. Sleep-On Neuron REM

Tidur paradoksal di pusat pengaturan menjadi sangat aktif selama tidur

REM. Mereka bisa mematikan sleep-on neuron serta mengganti pola tidur dari

tidur gelombang lambat menjadi tidur REM.5

2.1.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur

1. Cahaya

Cahaya matahari atau kondisi yang terang dapat menjadi penyebab

keadaan terbangun. Pada saat merasa kantuk dan tidur keadaan tersebut

berhubungan dengan irama sirkadian pada pengaturan siang serta malam. Cahaya

mempengaruhi tidur dan aktivitas otak selama terjaga, sedangkan, ritme sirkadian,

dan homeostasis mempengaruhi regulasi tidur manusia. Dalam produksi


10

melatonin cahaya memiliki peran penting. Melatonin yaitu suatu hormon yang

terdapat pada setiap organisme dengan tingkat berbeda tergantung paparan cahaya

dan siklus hidup . Kelenjar pineal di otak merupakan bagian penting yang

menghasilkan melatonin. Melatonin berperan penting dalam membantu kualitas

tidur.8

2. Aktivitas Fisik

Karena aktivitas ataupun latihan fisik merupakan faktor yang dapat

meningkatnya tingkat kelelahan dan akan meningkatkan kebutuhan untuk tidur.

Latihan fisik yang berat sebelum tidur membuat tubuh dingin dan meningkatnya

relaksasi. Seseorang yang merasakan lelah umumnya mengalami tidur yang

nyenyak terutama setelah bekerja atau melakukan kegiatan yang membuat

senang.8

3. Stress Emosional

Lebih dari separuh responden dapat ditentukan bahwa terdapat lima faktor

psikologis pertama yang paling mempengaruhi tidur; masalah psikologis, stres,

kesedihan, depresi, kecemasan serta ketegangan. mahasiswa banyak mengeluhkan

bahwa masalah psikologis dan stres secara signifikan terkait dengan faktor-faktor

yang berkontribusi terhadap pengalaman tidur yang buruk.10

4. Umur

Salah satu factor yang berpengaruh lainnya adalah umur. Dengan

bertambahannya usia kebutuhan tidurpun akan berkurang. Kebutuhan tidur

dewasa muda berbeda dengan kebutuhan lansia. Begitu juga kebutuhan tidur pada

anak akan berbeda dengan kebuthan tidur pada orang dewasa. 8


11

2.1.1.6 Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan keadaan saat tidur yang dialami dapat

memberikan rasa segar dan bugar pada waktu bangun. Kualitas tidur terdiri dari

aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif,

seperti tidur dalam dan istirahat.11

Kualitas tidur dinyatakan juga sebagai rasa puas suatu individu dengan

tidurnya, sehingga tidak menunjukan adanya rasa letih, mudah panik, lesu,

kehitaman di area mata, kelopak mata bengkak, mata perih, area konjungtiva

merah, tidak fokus, pusing,sakit kepala dan sering mengantuk ataupun menguap.12

Kualitas tidur terdiri dari beberapa aspek kebiasaan seseorang.

Menurunnya kualitas tidur berhubungan dengan perasaan marah,cemas, depresi,

kelelahan, kebingungan dan mengantuk di siang hari. Berbeda dengan kualitas

tidur yang baik akan memberikan perasaan energik, tenang pada pagi hari, dan

tidak mengeluhkan gangguan tidur.13

Kualitas tidur bisa dinyatakan baik apabila tidak memiliki masalah dalam

tidur tidak dan juga tidak didapatkannya tanda-tanda dari kekurangan tidur. 14

2.1.2. Pencapaian Akademik

Terdapat beberapa macam pencapaian akademik pada fakultas kedokteran

diantaranya terdiri dari :

1. Multidiciplinary Examination (MDE) yaitu bentuk tes tertulis objektif (Pilihan

ganda atau Multiple Choice Question)


12

2. Student Objective Oral Case Analysis (SOOCA) berupa ujian lisan

menggunakan cara menganalisis suatu kasus baik pada Biomedik maupun

pada modul sistem.

3. Objective Structure Clinical Examination (OSCE) yang menilai ketrampilan

klinik pada modul sistem (tidak diujikan pada KBBK dan Biomedik)

4. Ujian praktikum Laboratory Activity pada Biomedik dan Sistem.

5. Ujian pada mata ajar/mata kuliah program seperti Komunikasi Efektif Dokter,

Humaniora, PAI, PHCM, Epidemiologi, Biostatistik dan Metoda Ilmiah,

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, serta elektif program menggunakan

jenis ujian tulis berupa MCQ final test (UTS dan UAS) untuk semua mata

ajar.

2.1.3. Student Objective Oral Case Analysis (SOOCA)

Student Objective Oral Case Analysis (SOOCA) berupa ujian lisan

menganalisis suatu kasus baik pada Biomedik maupun pada modul sistem.

Metode ini memperkenalkan metode komunikasi khusus untuk menentukan

karakteristik linguistic dan rhetorical siswa.15

Student Oral Case Analysis dianggap sebagai kegiatan komunikatif yang

penting dalam mekanisme pembelajaran dan evaluasi bagi siswa. Hal ini

memungkinkan siswa untuk secara profesional menunjukkan pengetahuan,

keterampilan komunikasi, dan interaksi ilmiah mereka. SOOCA dapat membantu

mendukung karir medis mahasiswa, serta melatih mahasiswa untuk melakukan

analisis, membuat keputusan klinis, dan mengkomunikasikan keputusan tersebut

kepada pasien atau keluarga mereka. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

SOOCA dapat meningkatkan motivasi mahasiswa untuk belajar dan menganalisis


13

kasus medis. SOOCA memberikan manfaat yang signifikan sebagai tes verbal,

karena kemampuannya untuk mengevaluasi pengetahuan siswa dan memantau

plagiarisme dalam tes tertulis.15

2.1.4. Hubungan Kualitas Tidur Dengan Pencapaian Akademik

Pada studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa kurang tidur,

peningkatan frekuensi tidur jangka pendek, dan tidur larut malam dan bangun pagi

mempengaruhi kapasitas belajar, kinerja akademik, dan fungsi neurobehavioral.

Penelitian terdahulu telah menunjukkan jika jumlah tidur yang dilaporkan oleh

individu sebagai tidur yang tertunda atau tidak tepat, bangun terlalu larut,

terutama di akhir pekan dan kantuk di siang hari dikaitkan dengan kinerja

akademik yang terganggu pada anak-anak dan orang dewasa. Beberapa penelitian

telah menekankan hubungan antara waktu mulai yang tertunda kelas dan

keberhasilan akademis. Pengurangan tidur semalaman atau pola tidur yang

berubah telah dikaitkan dengan kantuk parah dan kegagalan dalam keberhasilan

akademis. Dalam beberapa penelitian, efisiensi tidur dianggap penting untuk

pemulihan, pemrosesan kognitif, dan integrasi memori.16

Karena selama proses pembelajaran dalam pendidikan kedokteran

dibutuhkan kemampuan dalam memahami serta mengingat pengetahuan yang

kompleks dalam waktu yang singkat kondisi ini dialami banyak mahasiswa

terutama mahasiswa kedokteran 1

2.2. Kerangka Pemikiran

Buruknya kualitas tidur akan berakibat pada rasa kantuk saat siang hari

yang berlebih yang didefinisikan menjadi paksaan yang tiba-tiba dan tidak

terkendali untuk tertidur di siang hari.3 Kurangnya kualitas tidur dapat


14

memberikan efek pada penurunan dalam berkonsentrasi, ikut serta dalam aktivitas

sehari-hari, dan membuat keputusan.2 Karena itu hal ini harus diperhatikan karena

menurunnya kualitas tidur akan mempengaruhi dari proses belajar, memori

terganggu dan kesehatan emosi.2

Buruknya kualitas tidur dapat berpengaruh pada efek pada sistem saraf,

penyusunan memori,maturasi saraf,restore dan pemulihan yang merupakan jalur-

jalur saraf agar sebagian mendapatkan kembali sensitivitas totalnya.

Kualitas tidur juga mempengaruhi konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar

adalah suatu kemampuan untuk memfokuskan perhatian yang sangat berhubungan

dengan memori (ingatan). Memori merupakan suatu hal penting yang berguna

dalam proses mempertahankan dan memproses informasi karena agar dapat

berhasil dalam belajar dan bernalar, tentunya perlu mempertahankan informasi

dan mengeluarkannya kembali jika diperlukan.1Dari faktor-faktor tersebut akan

mempengaruhi pada pencapaian akademik.


15

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai ujian SOOCA

antara mahasiswa dengan kualitas tidur baik dan tidak baik pada Angkatan 2019

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Subjek dalam penelitian ini

berjumlah 100 orang mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi.

4.1. Analisis Univariat

4.1.1. Karakteristik Responden

Setelah dilakukan penelitian tentang gambaran karakteristik mahasiswa

Angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung berdasarkan jenis

kelamin dan usia, didapat data yang disajikan dalam analisis sebagai berikut:

Tabel 4. 1 Karakteristik Mahasiswa Angkatan 2019 Fakultas Kedokteran


Universitas Islam Bandung
Jumlah Persentase
Karakteristik
(N=100) (%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 43 43
Perempuan 57 57
Usia     
<20 tahun 1 1
≥ 20 tahun 99 99

Maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini

adalah perempuan sebanyak 57% dan dapat disimpulkan bahwasanya mayoritas

dari responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa dengan usia ≥20 tahun

(99%).
16

4.1.2. Gambaran Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Angkatan 2019 Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Bandung

Hasil penelitian mengenai gambaran kualitas tidur pada Mahasiswa Angkatan

2019 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung dibagi atas 7 komponen,

yaitu kualitas tidur subjektif, latensi tidur (kesulitan memulai tidur), lama tidur,

efisiensi tidur, gangguan tidur di malam hari, penggunaan obat tidur dan

gangguan aktivitas di siang hari.

Tabel 4. 2 Gambaran Kualitas Tidur


Perse
Indikator kualitas tidur Jumlah
n
KTS: Kualitas Tidur Subjektif  
Sangat baik 3 3
Cukup baik 45 45
Cukup buruk 46 46
Sangat buruk 6 6
LT: Latensi Tidur
Latensi tidur 0 18 18
Latensi tidur 1-2 jam 33 33
Latensi tidur 3-4 jam 36 36
Latensi tidur 5-6 jam 13 13
DT: Durasi Tidur    
Durasi tidur >7 jam 12 12
Durasi tidur 6-7 jam 27 27
Durasi tidur 5-6 jam 31 31
Durasi tidur <5 jam 30 30
ETS: Efisiensi Tidur Sehari-hari
Efisiensi tidur >85% 6 6
Efisiensi tidur 75-84% 9 9
Efisiensi tidur 65-74% 1 1
Efisiensi tidur <65% 84 84
GT: Gangguan Tidur    
Gangguan tidur 0 13 13
Gangguan tidur 1-9 67 67
Gangguan tidur 10-18 19 19
Gangguan tidur 19-27 1 1
POT: Penggunaan Obat Tidur  
Tidak pernah sama sekali 95 95
17

Kurang dari sekali dalam seminggu 3 3

Satu atau dua kali seminggu 1 1


>3 kali seminggu 1 1
Disfungsi siang hari    
0 8 8
1-2 jam 43 43
3-4 jam 35 35
5-6 jam 14 14
Skor Kualitas Tidur    
≤5 68 68
>5 32 32

Hasil penelitian mengenai kualitas tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Bandung Angkatan 2019 menunjukkan bahwa: pada komponen

kualitas tidur subjektif sebagian besar pada kriteria cukup buruk dengan

persentase sebesar 46%, pada komponen latensi tidur sebagian besar berada pada

kriteria 3-4 jam dengan persentasi 36%, pada komponen durasi tidur sebagian

besar berada pada durasi tidur 5-6 jam dengan persentase 31%, pada komponen

efisiensi tidur sehari-hari sebagian besar berada pada <65% dengan persentase

84%, pada komponen gangguan tidur sebagian besar berada pada 1-9 dengan

persentase 67%, pada komponen penggunaan obat tidur hampir seluruhnya tidak

menggunakan obat tidur dengan persentase 95%, dan pada komponen disfungsi

siang hari sebagian besar berada pada 1-2 jam dengan persentase 43%,

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 100 orang mahasiswa

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Angkatan 2019,

didapatkan sebanyak 68 orang (68%) memiliki skor kualitas tidur ≤10 dan 32

orang (32%) memiliki nilai skor kualitas tidur >10.


18

4.1.3. Gambaran Nilai Ujian SOOCA Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Bandung Angkatan 2019

Hasil penelitian mengenai gambaran nilai ujian SOOCA Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Bandung Angkatan 2019 dijelaskan sebagai

berikut:

Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Nilai Ujian SOOCA


Persentase
Nilai SOOCA
Jumlah (%)
Baik 64 64.0
Cukup 21 21.0
Kurang baik 15 15.0
Total 100 100.0

Hasil penelitian mengenai nilai SOOCA menunjukkan bahwa sebanyak 64

orang (64%) memiliki nilai yang baik, sebanyak 21 orang (21%) memiliki nilai

SOOCA yang cukup baik dan 15 orang (15%) memiliki nilai SOOCA yang

kurang baik.

4.1.4. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui perbedaan nilai ujian SOOCA antara mahasiswa dengan

nilai skor kualitas tidur pada Angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas

Islam Bandung dengan menggunakan uji chi square.

Tabel 4. 4 Perbedaan Nilai Ujian Sooca Antara Mahasiswa dengan Nilai Skor
Kualitas Tidur pada Angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Bandung
Nilai SOOCA    
*P-
Variabel Baik Cukup Kurang Total
Value
N=64 % N=21 % N=15 %
64.7 20.5 14.7
≤10 44 14 10 68
Kualitas Tidur 1 9 1 0.83
>10 20 62.5 7 21.8 5 15.6 32
19

0 8 3
* uji chi square

Hasil penelitian pada tabel 4.17, sebanyak 51 orang (65%) memiliki kualitas

tidur ≤10 disertai dengan nilai SOOCA yang baik juga, 14 orang (20.59%)

memiliki kualitas tidur ≤10 disertai dengan nilai SOOCA yang cukup baik dan

hanya 10 orang (14.71%) yang memiliki kualitas tidur ≤10 tapi nilai SOOCAnya

kurang baik. Selanjutnya, sebanyak sebanyak 20 orang (62.50%) memiliki

kualitas tidur >10 disertai dengan nilai SOOCA yang baik , 7 orang (21.88%)

memiliki kualitas tidur >10 disertai dengan nilai SOOCA yang cukup baik dan

hanya 5 orang (115.63%) yang memiliki kualitas tidur >10 tapi nilai SOOCAnya

kurang baik. Hasil analisis menggunakan uji chi-square menunjukkan perbedaan

nilai ujian SOOCA antara mahasiswa dengan nilai skor kualitas tidur pada

Angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung dengan nilai

p=0.83. Sehingga tidak terdapat perbedaan nilai ujian sooca antara mahasiswa

dengan nilai skor kualitas tidur pada Angkatan 2019 Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Bandung.

4.2. Pembahasan

Hasil ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fikri

Haikal (2022) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat Hubungan bermakna

antara Kualitas Tidur dengan Prestasi Belajar (Nilai kedokteran tropis) pada

Mahasiswa Angkatan 2019 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Makassar3. Diperkuat penelitian dari Aminuddin (2018)

menyatakan tidak ada hubungan antara kualitas tidur dengan prestasi belajar4.
20

Hasil penelitian mengenai kualitas tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Bandung Angkatan 2019 yang memiliki kualitas tidur kurang

baik sebanyak 32 orang (32%) dan skor kualitas tidur baik sebanyak 68 orang

(68%). Hal ini menggambarkan bahwa Mahasiswa FK UNISBA angkatan 2019

sebagian besar memiliki kualitas tidur yang baik, kualitas tidur yang buruk ini

dimungkinkan karena mahasiswa angkatan 2019 memiliki kualitas tidur subyektif

cukup buruk, latensi tidur kurang baik, kurangnya lama tidur, efisiensi tidur yang

kurang baik, memiliki gangguan saat tidur malam, dan sering terganggunya

aktifitas di siang hari oleh berbagai hal. Beraktifitas sepanjang hari mulai dari

kuliah dan banyak tugas membuat mahasiswa agar terbangun saat malam,

kemungkinan mengambil peranan juga terhadap jam tidur dari mahasiswa. Waktu

tidur yang baik adalah sebelum pukul 23.00 dan bangun pukul 05.00, karena pada

pukul 23.00 sampai 05.00 terjadi regenerasi organ dalam tubuh, bila pada jam

tersebut tubuh masih dalam keadaan terjaga makan akan menyebabkan regenerasi

tidak dapat berjalan dengan baik. Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif dan

kualitatif dari tidur, seperti durasi tidur, waktu onset tidur, dan aspek subjektif,

seperti kedalaman dan kepulasan tidur.1

Kualitas tidur dapat diukur dengan menggunakan PSQI. Kuisioner PSQI yang

digunakan untuk menentukan kualitas tidur seseorang mengukur faktor 7 terkait

tidur yaitu kualitas tidur subyektif, durasi tidur, latensi tidur, efisiensi tidur,

gangguan tidur, penggunaan obat tidur, disfungsi di siang hari. Pada penelitian ini,

setelah dikalkulasikan ke 7 komponen kedalam nilai ≤ 10 dan nilai > 10. Kualitas

dan kuantitas tidur yang buruk tidak hanya mengakibatkan gangguan secara fisik

saja, namun juga bisa menyebabkan rusaknya memori dan kemampuan kognitif
21

seseorang. Menurut Potter, dkk Kualitas dan kuantitas tidur yang tidak baik

apabila terjadi secara terus-menerus maka terjadi komplikasi yang lebih

berbahaya, sangat mungkin untuk terjadi seperti serangan jantung, stroke, sampai

permasalahan pada psikologis seperti misalnya atau gangguan perasaan yang

lainnya2

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan mahasiswa yang memiliki nilai

SOOCA baik sebanyak 64 orang (64%), nilai cukup baik sebanyak 21 orang

(21%) dan yang kurang baik sebanyak 5 orang (5%). Angka tersebut

menggambarkan bahwa sebagian besar Mahasiswa yang memiliki nilai SOOCA

di nyatakan lulus. Penilaian dalam hasil ujian SOOCA merupakan hasil

pengukuran dalam proses belajar yang berwujud huruf (A, B, C, dan E) ataupun

penghayatan yang merupakan tingkat penguasaan materi pada ujian lisan

menganalisis suatu kasus baik pada biomedik maupun pada modul system.

SOOCA secara professional bisa menjadi kesempatan mahasiswa untuk dapat

mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan komunikasi dan interaksi ilmiah.

Kesempatan ini untuk meningkatkan keterampilan presentasi akademik mereka.

Kemampuan untuk mengukur kedalaman pengetahuan mahasiswa dan

menghadapi kemungkinan plagiarism dalam ujian tertulis juga penting dalam

ujian lisan.5

Dari penelitian ini di dapat dilihat dari hasil uji statistik di dapatkan Pvalue =

0,83, artinya p-value >0,05, dapat di simpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan

bermakna antara kualitas tidur dan nilai ujian SOOCA antara mahasiswa pada

Angkatan 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Tidak terdapat

perbedaan yang bermakna antara nilai akademik dengan kualitas tidur karena hasil
22

belajar bukan hanya dipengaruhi oleh kualitas tidur tetapi ada faktor yang lebih

mempengaruhi hasil belajar faktor internal yang terdiri dari faktor jasmani yaitu

faktor fisiologis dari individu seseorang, kelelahan/kejenuhan dalam belajar dan

psikologi serta faktor eksternal yang terdiri dari faktor keluarga, tempat menimba

ilmu, faktor masyarakat dan lingkungan. Keberhasilan akademik mahasiswa

kedokteran di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain motivasi

diri, keluarga, lingkungan kampus, aktif berorganisasi, dan tergantung setiap

individu faktor mana yang paling berperan .17 Faktor non akademik juga

mempengaruhi keberhasilan akademis mahasiswa. Salah satu faktor yang

mempengaruhi prestasi mahasiswa adalah motivasi. Motivasi mahasiswa untuk

berprestasi secara akademik merupakan kecenderungan mahasiswa untuk

bertindak dengan cara tertentu dan mengevaluasi tindakan mereka sendiri yang

dapat meningkatkan prestasi mereka.17

4.3. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian dilakukan hanya pada kampus Fakultas Kedokteran Universitas

Bandung Angkatan 2019, sehingga hasil penelitian ini terasa kuang bermakna

karena tidak membandingkan dengan fakultas kedokeran lainnya

2. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, peneliti tidak mengikuti

perkembangan responden.

3. Penelitian ini hanya mengetahui perbedaan nilai ujian SOOCA dengan

kualitas tidur baik dan tidak baik. Peneliti belum meneliti mengenai faktor-

faktor apa saya yang menyebabkan perbedaan nilai ujian SOOCA.


23
24

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dari penelitian ini simpulan yang dapat saya tarik adalah:

1. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kualitas tidur mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Bandung Angkatan 2019 sebagian besar berada

pada skor ≤10 dengan persentase 68%

2. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa nilai SOOCA mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Angkatan 2019 sebagian

besar berada pada kriteria baik dengan persentase 64%.

3. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna nilai ujian SOOCA antara

mahasiswa dengan nilai skor kualitas tidur pada Angkatan 2019 Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Bandung.

5.2. Saran

5.2.1 Saran Akademik

Perlu dilakukan penelitian lanjutan menggunakan rancangan studi lainya,

menambah area dan sampel penelitiannya sehingga diperoleh hasil yang

lebih baik lagi.

5.2.2 Saran Praktis

Penelitian ini dapat digunakan untuk Fakultas Kedokteran Universitas Islam

Bandung dalam mempertimbangkan aspek kualitas tidur mahasiswanya agar

keberhasilan prestasi semakin baik.


25

Anda mungkin juga menyukai