468
RHABDOMIOTISIS
RM Suryo Anggoro KW
Rhabdomiolisis adalah suatu sindroma yang ditandai
dengan kerusakan sel otot skeletal/otot lurik dan
lepasnya substansi intrasel ke cairan ekstrasel dan ke dalam
sirkulasi. Sindroma ini dapat bermanifestasi sebagai
kelainan laboratoris saja tanpa gejala sampai gagal
ginjal akut, gangguan elektrolit berat, dan gagal multi
organ yang potensial fatal. Rhabdomiolisis dapat timbul
akibat penyakit lain, atau karena toksin dan obat-obatan.
Rhabdomiolisis pertama dilaporkan di Jerman tahun 1881
tapi baru dideskripsikan dengan detail oleh Bywaters dan
Beall pada perang dunia kedua.l
EPIDEMIOLOGI
Rhabdomiolisis dilaporkan terjadi sebanyak 26000 kasus
per tahun di Amerika Serikat.2,3 Rhabdomiolisis diduga
berkontribusi terhadap 5-25% kasus gagal ginjal akut.
Sekitar 10-50% kasus rhabdomiolisis mengalami gagal
ginjal akut. Rhabdomiolisis terjadi pada 85% trauma
multipel dan pasien dengan trauma multipel yang
menjalani gagal ginjal akut memiliki mortalitas 20%.4
ETIOLOGI
Terdapat banyak penyebab rhabdomiolisis. Secara umum
penyebab rhabdomiolisis dapat dibagi menjadi penyebab
fisik dan nonfisik. Berbagai penyebab rhabdomiolisis
dapat dilihat pada tabel 1. Penyebab terbanyak
rhabdomiolisis di Amerika Serikat adalah latihan fisik,
kokain, dan imobilisasi.a Trauma dan crush injury pada
kecelakaan lalu lintas atau gedung runtuh juga merupa-
kan penyebab yang cukup sering. Berbagai infeksi dan
kelainan endokrin atau metabolik dapat menyebabkan
rhabdomiolisis. Efek samping obat-obatan dapat juga
menyebabkan rhabdomiolisis. Berbagai obat-obatan
3s60
yang dapat menimbulkan rhabdomiolisis dapat dr im
pada tabel 2. Heroin dan kokain adalah obat rekreas.crd,
penyebab rhabdomiolisis yang tersering.3 Pada ba^14
kasus etiologi rhabdomiolisis tidak dapat diten::r-ant
dengan pasti. Beberapa kasus tersebut datang der-,:am
myoglobinuria rekuren yang kemudian disebut seba;n
idiopathic paroxysmal myoglobinurio (Penyakit Me1er.-
Betz).1
PATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal, sarcolemma yaitu membran 1an$
membungkus sel otot lurik memiliki berbagai pompa .r'r
yang mengatur gradien elektrokimia. Konsentrasi natrr-fi"
intrasel diatur oleh pompa Na/K-ATPase yang secara a'rcr-
memompa natrium dari dalam sel sehingga intrasel meqrxi
lebih negatif. Gradien tersebut akan mendorong natrJr
masuk ke sel dan melalui pompa Ca2.-ATPase akan berturs
dengan kalsium yang dipompa keluar sel. Kedua porirt
tersebut memerlukan ATP sebagai sumber energi.l
Meskipun penyebab rhabdomiolisis sangat bervan.s
akan tetapi secara umum jalur patofisiologi utama y'a*,6
menyebabkan rhabdomiolisis adalah destruksi sel c:n
yang menyebabkan lepasnya komponen intrasel otot €
sirkulasi. Deplesi ATP akan menyebabkan pompa ion tioa*
berfungsi sehinga terjadi akumulasi natrium dan kalsi,.l-
di intrasel. Kalsium yang berlebihan ini akan mengaktiftr
enzim proteolitik intrasel yang menghancurkan sel otc'--
Sel otot yang rusak melepaskan kalium, fosfat, aldolase
myoglobin, creatine kinase (CK), laktat dehidrogenas€
(LDH), berbagai protease dan asam urat ke sirkulasi. M1e-
globin yang dilepas dalam jumlah besar akan melebihi ks-
mampuan pengikatan oleh plasma dan akhirnya terfiltras
di ginjal. Myoglobin dapat menyebabkan nefrotksisiias
langsung dan menimbulkan obstruksi tubulus ginjal da-
akhirnya terjadi gagal ginjal akut.1
 urel)elexol
jtteqe'i urderlan6
ueloleH 1erqrlo.rdr1 eurzeiadonuul
V)V] lerqtj.olf autzeuiold
utseJdosen uoualolllng lerqrlezol) eurdexol
PIFEIL g ursrJelolutv lerq rleza€ eurzeuto.rdlo;rp
utlelnqral uudorlezy urlelseAeJd autzeLllaurold
ull[oel urel ueleqo-leqo urlelseAuJts aurzeuaqdla6
autloq)l^ul?lns eutule;r{xo6 u!lelse^ol eutzlausqd
autuq)^Jls urureJprLlualtc aur;ftdu1oq
1ru;aprdrlodrg
leltstles uruelsrqtluv aprulrlaqlnlg urnlqul
eulplutnb lorlo)lv leJnlrqJeg ;opr.redo;ep
au rurelouedoJdl'(ueq6 uelozet{
csr eurzeuaqdng
eurprlrr{ruaq6 uopelaAl u.redazerol aurlexonH
autptureluad ururelatuiv uledaze.llrunl3 uldexoq
eutuellt)tued ute)o) uedaze.rlrS urdexou.ly
loulelaseJed ulolaH tuedazer6 urlrldr.rlrury
loloualdxg t!u!pe lez jrlepos >11loudrg 111o>11sd rlue uep uese.rdapgug
sls!loluopqeqX,uer;deqC{ua6 uettodeltO: 6uei(' rlirpqorleq6 ;f{
sryso{r-uoleuleq
srgrso{ulr;o6
unurolne 12e^uod
stsoptseolo)
pro.rrlodr;1
orrr sIu o.lelso p 1
r
eled q/od g r
uu)opua uen66ue9 a tu ot p u Is 1u o u 6n o w
' 41d apt na61
e
rulalelsolod r;1 orwtaqlaarfq'luou6nor4
eru.re;elodrg at!q$otJ
eruas;elodrg eru-r.re1.rad rqlodrg
erue.rleu;edlq/odrg uells)a nqns
l!lorqala uen66ue9 .rr1ad uelequre5
etulaJelnl ue1e6ua5
4r.r1sr1
snrololdall5 tslo^otPl4l
ellauoulles
)ul)als erapqt
e1;auor6el snuelal
(qnelleiel r.re1 :lesru) leroq nlellel )lst] ueqtlel
,n,,n r"ofll 6uele1 nele rsda;rd3
ulnredrr;e; etJelenl ulnUlla€
snlt^ot))esxo) utu-lelojt!e stsopje^o
ts)aJul
lelaq lolo sel!^g:i/
uelPqo_leqo
1o{s ueepeqp
teln uey6l67e66ue;es ue1e6ue5 ueqepaquad eped talnlsen utap
leraq ule60l tse)ts)olul tloquaoqu04
u!$l01 Jeln)se^ tsnHo
oseut)ol)nltolsoj tsuetsuac
eu puo)oltut ultzuo tsuatstlao rsrsod u eq eq n.red ed u e1 uep euler tr:ff !itrT3:[l
(ese;uolso;o{ur rsuersr;ap) olplvl! .1 1>1e{ue6 ue; n1 n uuedTu ees1r,{ua4
aserelsuell ;{o1rur;ed eutu t}eelt tsuetst}a6 eurne{
1edr11nu.r
eutltuJe) tsuatstlao ,{tnfut qsnq
lrloqeleu uen66ueg rse;du.ro1 uep eune[
{lslruoN qeqefue6 4rsl1 qeqafrry
srsuoluopqeqg qeqa{ue4
__v .I,I_;at11-
r998 slsll()Al toogYll
h
3562
Berbagai penyebab fisik seperti suhu ekstrem, aktivitas
fisik berat, kejang, trauma atau cedera elektrik menimbul-
kan kerusakan langsung pada sel otot. Aktivitas fisik berat
juga menimbulkan deplesi ATP. Faktor risiko rhabdomiolisis
karena aktivitas fisik berat adalah hipokalemia karena
hipokalemia mengganggu vasodilatasi mikrovaskuler
otot.a Keadaan iskemia seperti syok, tromboemboli atau
klem vaskular juga menimbulkan iskemia pada otot.
lmobilisasi lama dapat pula menyebabkan rhabdomiolisis
melalui iskemia pada bagian otot yang tertekan dan
material dari ototyang nekrosis tersebutterlepas ke sirkulasi.
Pada infeksi, mekanisme terjadinya rhabdomiolisis ada-
lah hipoksia jaringan akibat sepsis, hipoksia sistemik,
asidosis, invasi bakterial langsung ke otot, aktivasi enzim
lisosom, dan mekanisme yang melibatkan endotoksin.
Berbagai gangguan elektrolit atau endokrin menyebab-
kan rhabdomiolisis melalui terganggunya permeabilitas
sarcolemma. Berbagai sindrom genetik menyebabkan
rhabdomiolisis melalui defisiensi enzim yang akhirnya
menimbulkan deplesi ATP.1.a Obat golongan statin
akan memblok produksi farnesyl pyrophosphate yang
merupakan zat antara dalam sistesis koenzim Q10 (Co
Q10) sementara Co Q10 berperan penting dalam produksi
energi di mitokondria.2 Selain itu penggunaan statin di-
duga mengganggu produksi kolesterol di membran sel
yang akhirnya mengganggu permeabilitas sarcolemma.s
Alkohol menimbulkan rhabdomiolisis melalui toksistas
langsung pada sarcolemma dan mengganggu permea-
bilitas sarcolemma terhadap natrium.a
DIAGNOSIS
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis rhabdomiolisis sangat bervariasi dari
asimptomatik sampai gagal multiorgan. Trias klasik
rhabdomiolisis adalah nyeri dan kelemahan otot serta
warna urin yang gelap.a Secara umum gejala rhabdo-
myolisis dapat dikelompokkan menjadi gejala otot, gejala
sistemik, dan komplikasi. Gejala otot dapat berupa nyeri
' atau kelemahan otot yang dapat terjadi pada sekelompok
otot atau menyeluruh. Otot yang paling sering terkena
adalah otot betis dan pinggang. Dapat dijumpai pem-
bengkakan, kram, kekakuan dan, nyeri tekan pada otot
serta lesi kulit atau indurasi yang menunjukkan adalanya
nekrosis pada otot.1 Gambaran klasik ini hanya ditemui
pada sekitar 10% pasien dan lebih dari 50% pasien tidak
mengalami nyeri atau kelemahan pada otot.a Sering-
kali gejala yang paling mencolok bagi pasien adalah
urin yang berubah warna menjadi merah muda, seperti
cola atau hitam. Manifestasi sistemik dari rhabdomiolisis
adalah lemas, demam, takikardia, dan mual. Komplikasi
rhabdomiolisis adalah gagal ginjal akut, aritmia, kejang,
PENYAKIT OTOT DAN
sampai gagal multi organ. Kejang atau penurulrl
kesadaran dapat terjadi akibat uremia atau gang$e
elektrolit. Aritmia dan henti jantung dapat terjadi kacr
hiperkalemia. Fungsi liver dapat terganggu akiH
protease otot yang menimbulkan hepatotoksisitrr-
Koagulasi intravaskuler diseminata beserta gagal gliil
akut adalah manifestasi komplikasi lambat padr
rhabdomiolisis yang terjadi 12-72jam dari onset.a
PEM ERI KSAAN LABORATORI U M
Seringkali gejala klinik rhabdomiolisis tidak terlalu jeb
u kan pemeri ksaan laboratorium. Terdapt
sehi ng ga diperl
beberapa pemeriksaan laboratorium yang menunjar;
diagnosis rhabdomiolisis.
Kadar Creatine Kinase (CK) Serum
Pemeriksaan kadar CK adalah pemeriksaan yang pahg
sensitif untuk mendiagnosis rhabdomiolisis. Kadar €f,
akan mulai meningkat 2-12 jam setelah cedera offi
kemudian mencapai kadar puncak pada hari 1-3 kemr-ldr
menurun pada hari 3-5.1,a Peningkatan kadar CK daprt
menjadi prediktor terjadinya gagal ginjal akut. fid*
ada batas yang secara universal diterima untuk men-
diagnosis rhabdomiolisis. Beberapa penulis menyaranh
peningkatan CK 5 kali lipat atau lebih dari kadar nonrC
menunjukkan adanya rhabdomiolisis.a Meskipu n demikin
peningkatan CK 2-3 kali lipat kadar normal dengan konnr.
klinis yang mendukung dapat menjadi dasar kecuriga
awal adanya rhabdomiolisis.2 Kadar CK yang persish
tinggi menunjukkan kerusakan otot terus terjadi atau F
jadi comportment syndrome.l lsoenzim CK yang dominn
meningkat pada rhabdomiolisis adalah CK-MM.
Kadar Myoglobin Urin atau Serum
Pemeriksaan kadar myoglobin serum atau urin dapil
membantu mendiagnosis rhabdomiolisis teruatarn
pada fase awal cedera otot. Apabila terjadi cedera offi
myoglobin akan diikat globulin namun apabila kadr
myoglobin melebihi kemampuan pengikatan oleh
globulin maka myoglobin akan diekskresikan di urin dan
menimbulkan penampakan urin berwarna gelap. Myto-
globin tidak akan meningkat tanpa terjadinya myolisb
akan tetapi rhabdomiolisis dapat terjadi tanpa perubahan
urin secara makroskopik. Diperlukan kadar myoglotrirn
serum lebih dari 1,5 g/dL dan kadar myoglobin urin lebif,r
dari 100 mSldl untuk menimbulkan perubahan warna
urin.1 Kegunaan myoglobin dalam diagnosis rhabdon*-
olisis memiliki keterbatasan mengingat kadarnya yarg
meningkat sebelum CK meningkat dan waktu paruhnya
yang singkat (2-3 jam) serta kadarnya menurun dengan
cepat mencapai nilai normal dalam 6-8 jam.a
 -lnqultuau ledep etwale)JadtH JtseJ6e ue6uop eueqelelel
-rp snleq sts^lo^ulopqeqJ eped lllorUale uen66ueg
',r'ueJte)
rselsnseJ ue)tJaqlp qelol undt)sau len)ope 6ue{ srseln
-rp suodsal ue)uoquoul 1eprl 6ueI uarsed eped er{ueq
leuoqJe)tq uep loltueui ue)traqulour 1n1un uel.rnlue6ueu.r
ueelelsndal nles e66utqas 1er{ueq 1epr1 er{u;nleqos }euoq
-Jelrq uep loltueu ueuaqued 6unlnpueu.r 6uer{ qerup
!l>lnQ tde1a1 ue)V'ststlotutopqeqr reuabuauu uee4elsndel
ede.reqaq rp uel.rnluerp 6uer{ ;euorsrpel} eues)ele}el ue)
-ednleul uun tsestutlelle uep loltueu uetJaqt!ad
,uun
,'qeJep ltloll)ela uep 'qeJep Hd ;_1d ueneluer-uad
ue)n)eltp n;lad ur.rn tsestutle)le uer.raqurad ewe;a5 .u.rel
/lu 00;. ueledera>1 ue6uap snluup uetpnulo) %S esoltxop
I I Luelep blLu Zgl-gg nele aunos-hoq 1 y epedblw W
leuoqle)tq uJntJleu ue)uaquarrr ue6uep ue)nleltp utJn
rsesrurle)lV'r.ltqol nele 9,9 rederuau-r.re6e e6efip ur.rn gd uep
qe6errp snreq uun ueluesea) .ststloturopqeq.r eped
;elur6
ue)esnla) qe6aruauu 1n1un eun6.raq uun tsestutle)lV
'er.rn6r;o rue;e6ueut uetpnula)
uarsed elrq dolsrp snreq uep stsolntp nelueuau
)nlun
ueleun6rp lolrue1,r! 'ueq/6 0ZI leto] ue6uap urel7gg61
/6 1'g uellnluellp uep llueu.r g1 euelas gg6)/6 S,0 srsop
uebuap ue)uaqtp %02 loltue4 .ta6ua,tocs Toupat-aatJ
re6eqas ueredlaq uep ueu.r6rd rsrsodep qe6erualu ,1esn.r
6uer{ 1o1o tlep euapa ueltel lueuaul ,snlnlauol6 rserl;r;
nfe; uep ;efur6 qelep ueltle ue)le)6uruau 'Joln)se^ellut
oLunlo^ ue11e16urueu euaJe) loltueut ;rlrsod )alo ue)
-lnfunuaul rpnls edeleqeg .eun6r;o epe )eptl uep tserptq
-ra1 qepns uarsed elrqede ue)rraqtp ledep ;o1rue6;
]rsuolut
)rueurpoueq uenelueutad ueln;lar_uaut enl etsn nele
e{uun;aqas ;elur6 uen66ue6 ,6un}uef }r1er{ued ptqloLuo)
uebuap uatsed 'utln Jalale) 6uesedlp uarsed eXulreqes
uep ]ela) elefas ue)n)eltp utJn uenelueulad .-lln
000t ))
Jepe) tedules ue11n[ue;rp ueJte) tse]tsnsa1 r'aurr-ue;{xop
rse)rs)olut leq!)e ststloil.uopqeql eped outlesoruJou
uel6urpueqrp )leq qlqal leqe; .ra6uu uellnfunuau.r rpnls
nles uet)tuap undrlsa4 .tseltsnsor uelep ueputqtp
snJeq ulntle) uep leUel 6unpue6uau 6ue{ uelrer ue>1
-rnlue6ueur ueelelsndel edelaqag .utet/gg64/nu nep7
u.ref71u.r 00€-002 ur.rn rslnpord uelueqelladwou
)nlun
wel./1 S'L tedues Luetgg6)nul Sl-0t autlesoLuJou uelte)
ue)rJaqtp uep Jesaq uern)n eua^ sas)e 6uesedrp sn.req
uarsed epe6 :rodsuellrp uatsed u.tnleqes uetpefa) tse)ol
rp ue)n)eltp snleq eunerl snsel eped uep epunttp qoloq
)eprl ueJte) tseltsnsar ueuequad .rse1r;du.ro1 qe6e)uaLu
1nlun Ourluad uerad 6ue6euleu leme tselstsnsou
'rse1r;duro1
ueqe6aruad uep 'qeqe{uod tseututla ,leme tse}tsnsaJ
uep rsestltqels qelepe ststloLuopqeql eues)elelel drsur.16
VNVS)VlVIVI
8998
r')rrnl ]olo DtJls rDlnJsnw uep las rlur er{u6ue;q
ue)nuloltp 6uer{ r6o;o1ed ue.requreg .ue)nleltp
u nd rlsalu I u opq eJ s rsou 6er p rser-ut rrtuol
stst lo 6uaur
1o1o rsdorg r'ue)esnla) rule;ebueu 6ue,{ 1o1o uep
]eqrlau )nlun ue)n)eJrp ledep Qy11t1) 6u16out1
tpu6otu qndes r6o;orpel uees)lJauad .etultJe
euore) erwas;elodrq uep etuole)jadrq rpedas
uen66ue6 lpel"raf e;rqede ue)n)eltp n;.rad u.re
-orl)ela ueequatuad'1o1o rsdorq uep,r6o;orpel
'(9;3) uet6otpre)olUala qelepe ststlol.uopqeqr
ue)n)eltp ledep 6uer{ ure; 6uelunuad uees
NIVl 9NVfNNNld NVVS)I
'srsrlonuopqeql qeqa{uad
rqol uep r6o;our.rlopue
1n1un r 6o;o1 uees>luaulad
ue)n)eltp ledep 6ueI utel untJoleJoqel uees)tlaurqd
L'srsr
lor.uopqeql ue6uap r"rq
o7og7
eped ue)nuleltp rleq rs6un; uen66ue9 .lel6q
6ue{ leLurp-q uep,erutaue6ouuqrlodrq,er
-oqluoJ] nlrer{ eleurulastp Jeln)sp^ellur rse;n6eo1
redtunfip e;nd 1ede6 ';elur6 ;e6e6 leqt)e uep 'pta)sr
leuel uese 'lss ts)nJlsap ]eqt)e leJn [uese
]eqqe )tloqelau stsoptsp redu.rnfip ledep qe.rep se6
epe4 '1e16uruou ue)e lern uese lepe) L.e
'erualelsolJodrq'erue;e1.redrq qe;epe redulnfrp
seq) ]tlolUala ueutelo) .6ue.rn1 nele L:g rpefuau.r
1:g; e{u;euuou 6ue{ tut}eaJ):Nng Jepe) .unJnuaul
urutleol):t-unaJn otser e66urqas 1n1e ;efur6
;e6e6
uep ]olo ue)esnla) euaJe) le)6utueul uele srst
-qeqt eped ututleol) lepe) .tleq ts6un] u
uep qeJep seb esr;eue ,lern ulese ,rse;n6eo1
'l!loJUola ';efut6 rs6unJ uees)tJeuad nle{
rJefuoru )nlun qelepe euelnlal srsr;ortuopqeqt
e@
-,tedrp nlted 6uer{ ure; unuoleloqel uesluourqd
s'ZoL< lrintr]eu leuotsleJ] tsars)a uebuep
rJep qtqol ue)e utJn untrleu repe) .qeraut qeJep
lasu
e{ueq uelnu-re1rp lrdolsor)tul uees)uau.rad eped
ue)e ?+ nele t+ uellnfunuar-u ledep ur.rn 1sa1
uees)tJoulod ,']eJn ulese lelstr) nele ;efur6 .ralnqnl
'ysoctolnuotb u/Aorq paluautird ,walotd ue)nualp
de;e6 eu:eru.raq ur.rn redulnfip ledep uun ueeoguaurad
'srsrlotruopqeql eped ue)nleltp n;.red ur.rn
NIV] WNIUOIVUOSV] NWS)
o'1e16uruatu
ledep 1 uruodoll uep 1 uluodoJl lepe) lel6uruatu pdrpgr
oseJprque-leuoqre) uep,eseiaJsuelloutue'Hcl
rlradas urel lolo turzua edeleqaq urqol6or{tu uep)f qm;
ulel lolo urlzuf
slslro^]lrxn
F
i

3564 PENYAKIT OTOT DA'I

kan aritmia sehingga pemberian insulin, kalsium dan bila solution and 0,9% saline in the treatment of
induced by doxylamine intoxication. Emerg Merl J-
perlu dialisis dilakukan untuk mengatasi hiperkalemia.
24(4):p.276-80.
Pada kadar CK lebih dari 60000 U/L kadar kalium harus 7. BoschX, PochE,GrauJM. Rhabdomyolysis and acute
dipantau setiap 4 jam.? Bila kadar kalium lebih dari 6 injury . N Engl I Med 2009. 2009; 361: p. 62-72.
mEq/L perlu dilakukan pemantauan intesif pada pasien.T
Pemberian insulin, bikarbonat atau beta agonis dapat
menurunkan kalium 10-30 menit setelah koreksi dan
efeknya bertahan 2-6 jam.7 Beta agonis seperti salbutamol
diberikan sebanyak 10-20 mg dalam 4 cc normosaline
dan diinhalasi selama 10 menit.T Hipokalsemia pada
umumnya tidak diterapi kecuali menimbulkan gejala atau'
bila terjadi hiperkalemia.T Hiperfosfatemia perlu diterapi
dengan pengikat fosfat oral bila kadar fosfat lebih dari
7 mgldL. Pada akhir perjalanan penyakit rhabdomiolisis
dapat dijumpai hipofosfatemia. Pada kondisi tersebut
hipofosfatemia perlu diterapi bila kadar fosfat kurang
dari 1 mgld1.1
Dialisis dapat memperbaiki morbiditas dan mortali-
tas pada pasien dengan rhabdomiolisis yang mengalami
komplikasi gagalginjal akut. Dialisis dilakukan pada pasien
rhabdomiolisis yang mengalami asidosis persisten atau
oliguria serta hiperkalemia. Dialisis peritoneal kurang
adekuat untuk mengatasi gagal ginjal akut pada rhabdo-
myolisis akan tetapi dapat berguna sebagai tatalaksana
sementara.a Salah satu hal unik dari rhabdomiolisis ada-
lah pada masa pemulihan gagal ginjal akut dapat timbul
hiperkalsemia pada 20-30% pasien sehingga pemberian
suplementasi kalsium pada masa tersebut harus berhati-
hati.

PROGNOSIS

Prognosis pasien dengan rhabdomiolisis bergantung pada

penyebab dan ada tidaknya komorbid. Dengan tatalaksana
awal yang agresif dan segera, prognosis pasien rhgbdo-
myolisis cukup baik. Prognosis perbaikan fungsi ginjal
pada gagal ginjal akut akibat rhabdomiolisis juga secara
umum baik dengan kesintasan mencapai 78%.s

REFERENSI

1. Khan FY. Rhabdomyolysis: A review of the literature. Neflr/

Med. 2009 ; 67 (9): p. 272-83.
2. Walter LA,Catenacci MH. Rhabdomyolysis. Hosp Physician.
2008; January p. 25-31.
3. O'Connor FG,Deuster PA. Rhnbdomuolysis, tn, Czcil medicine.
Goldman L and Ausiello D, Editors: Philadelphia;2008.
4. Huerta-Alardin AL, Varon J,Marik PE. Bench-to-bedside
' review: Rhabdomyolysis - an overview for clinicians. Cnl
Care.2005;9(2).
5. Efstratiadis G, Voulgaridou A, Nikiforou D, Kyventidis A,
Kourkouni E,Vergoulas G. Rhabdomyolysis updated' Hip-
pokratia. 2007; 11.(3): p. 129-37 .

6. Cho YS, Lim H,Kim SH. Comparison of lactated ringer>s