Anda di halaman 1dari 8

Prosiding 5 th Konferensi Internasional NA tentang Teknik Industri dan Manajemen Operasi Detroit, Michigan, AS, 10-14 Agustus 2020

Tipologi Klasifikasi dan Elastisitas Terhadap Pertumbuhan Ekonomi


(Studi Kasus: Aceh)

Irham Iskandar
Bidang penelitian dan pengembangan
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Aceh
Banda Aceh, Indonesia irham.iskandar84@gmail.com

Murtala
Departemen Ekonomi dan Bisnis, Universitas Malikussaleh
Lhokseumawe, Indonesia tala.murtala@gmail.com

Sugiarto
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh, Indonesia sugiarto@unsyiah.ac.id

Abstrak
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil tipologi klasifikasi dan elastisitas kontribusi sektor tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi.
Jenis metode penelitiannya adalah penelitian pengembangan, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan temuan penelitian atau teori-teori
sebelumnya, baik untuk keperluan ilmu murni maupun ilmu terapan dan sebagainya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa data kuantitatif yang meliputi pertumbuhan ekonomi dan kontribusi sektoral. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui instansi atau instansi terkait
yaitu Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Aceh.
Hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa 1). Tipologi kelas tersebut memperlihatkan lima bidang sektor ekonomi yang salah satunya dipilih sebagai andalan yang terdiri dari
pertanian, kehutanan dan perikanan; konstruksi; perdagangan grosir dan eceran: bengkel mobil dan sepeda motor; transportasi dan pergudangan; administrasi
pemerintah, pertanahan dan jaminan sosial adalah wajib; 2). Regresi menunjukkan bahwa elastisitas terbesar andalan adalah pertanian, kehutanan dan
perikanan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah kabupaten / kota diharapkan memberikan perhatian khusus terhadap pengembangan potensi unggulan
masing-masing daerah.

Kata kunci: tipologi klasifikasi, pertumbuhan ekonomi, kontribusi sektor

1. Perkenalan
Salah satu kebijakan yang diambil pemerintah untuk mempersempit ketimpangan daerah adalah pelaksanaan kebijakan pembangunan daerah melalui
konsep kawasan andalan, yang bertumpu pada potensi daerah. Kawasan andalan merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai prime mover yang memiliki kriteria
sebagai kawasan yang tumbuh pesat dibandingkan dengan lokasi lain di suatu daerah, memiliki sektor unggulan dan memiliki keterkaitan ekonomi dengan kawasan
sekitarnya (Royat, 1996).
Pertumbuhan kawasan andalan diharapkan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi kawasan sekitarnya (hinterland), melalui
pemberdayaan sektor / subsektor unggulan sebagai penggerak perekonomian daerah dan keterkaitan ekonomi antar daerah. Penekanan pada
pertumbuhan ekonomi sebagai arah kebijakan penentuan kawasan andalan mengingat “pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu variabel
ekonomi yang menjadi indikator kunci dalam pembangunan” (Kuncoro, 2000).

Inti dari pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara terus menerus menuju kondisi yang lebih
baik untuk jangka waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai proses peningkatan kapasitas produksi suatu perekonomian yang
diwujudkan dalam bentuk peningkatan pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi mereka merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pembangunan ekonomi tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth), pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan
sebaliknya pertumbuhan ekonomi memudahkan proses pembangunan ekonomi.

3763
Prosiding 5 th Konferensi Internasional NA tentang Teknik Industri dan Manajemen Operasi Detroit, Michigan, AS, 10-14 Agustus 2020

Pertumbuhan ekonomi ini berdampak pada peningkatan pendapatan dan pada akhirnya juga berdampak pada pendapatan daerah. Semakin mampu
menggali potensi ekonomi daerah yang ada maka semakin besar pula produk domestik daerah bruto dan pendapatan asli daerah, sehingga dapat meningkatkan
keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah.
Selain itu, pembangunan merupakan proses multidimensi yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental yang akrab dan kelembagaan
nasional termasuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengurangi ketimpangan dan memberantas kemiskinan absolut (Todaro, 2006). Senada dengan hal tersebut, Sukirno
(1985) menyatakan pula bahwa pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka
panjang.
Proses pembangunan ekonomi tidak hanya berjalan beriringan, tetapi dilakukan secara bertahap dan sejalan dengan berbagai pihak yang bertujuan
untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Artinya sangat diperlukan penanaman modal dalam skala yang saat ini dapat meningkatkan produktivitas
di bidang pertanian, pertambangan, perkebunan dan industri.
Selanjutnya penyelenggaraan otonomi daerah difokuskan pada pemerintah kabupaten / kota, sehingga pemerintah kabupaten / kota
diharapkan mampu mandiri dalam penyelenggaraan pemerintahan, menentukan kebijakan pembangunan dan pendanaan. Kondisi ini akan mampu
meningkatkan kemampuan untuk menggali dan mengelola sumber-sumber potensi yang dimiliki daerah, sehingga ketergantungan kepada pemerintah
pusat diminimalisir. Munir (2002) menyatakan bahwa kunci keberhasilan sistem desentralisasi melalui otonomi daerah adalah kebijakan pembangunan
daerah yang menekankan pada karakteristik daerah yang bersangkutan dengan memanfaatkan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan
fisik lokal.

Aceh memiliki sumber daya alam yang melimpah. Potensi kekayaan alam berasal dari hasil hutan, perkebunan, pertanian, perikanan dan
pertambangan. Sektor pertambangan telah mampu memberikan kontribusi sekitar 10,83 persen perekonomian Aceh dengan komoditas migas.
Selain pertambangan, kegiatan ekonomi masyarakat dominan di sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan. Gambar 1 menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi Aceh terus meningkat pada periode 2011-2012, kemudian menurun pada 2012-2015. Selama periode 2011-2015, kinerja
ekonomi Provinsi Aceh tumbuh rata-rata 1,52 persen, pertumbuhan ekonomi Aceh dari tahun 2012-2015 melambat akibat penurunan dampak
kegiatan pertambangan dan manufaktur, yang ditunjukkan dengan pertumbuhan negatif keduanya. sektor.

Gambar 1. Laju Pertumbuhan PDRB dengan Harga Konstan

Pertumbuhan PDRB merupakan bagian dari sektor ekonomi. Besar kecilnya kontribusi sektor ekonomi dimulai dari proses perencanaan yang dilakukan di daerah.
Tentunya melalui perencanaan yang baik akan berdampak pada semakin besarnya kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB suatu daerah, yang pada akhirnya akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sinaga (2015); Endaryanto et. semua (2015);
Cahyono dan Wahyu (2014); Andiatma (2014); Sukriah (2014); Mahardiki dan Rokhedi (2013); Nindhitya (2013); Sutrisno (2012); dan Aswandi dan
Mudrajat (2002). Hasilnya untuk mengetahui tipologi klasifikasi dan elastisitas kontribusi sektor terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun data yang
dijadikan sampel untuk mengetahui elastisitas adalah sumbangan sektor ekonomi andalan berdasarkan hasil tipologi kelas. Tujuannya untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita kabupaten / kota di Aceh.

Secara teori, perkembangan sektor PDRB akan berdampak pada perekonomian. Sumber ekonomi tersebut dapat dilihat dari pendapatan
daerah. Ada tiga pendekatan yang biasa digunakan untuk menghitung PDRB, yaitu pendekatan produksi dan pengeluaran, dan pendekatan
pendapatan.
Namun dari ketiga pendekatan tersebut, pendekatan sektoral merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan dalam penghitungan PDRB.
Pendekatan produksi adalah penghitungan PDRB yang merangkum semua nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh setiap sektor dalam perekonomian. Kesembilan
sektor tersebut adalah sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor kelistrikan, sektor gas dan air bersih, sektor bangunan,
sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor transportasi, sektor keuangan dan persewaan, dan terakhir sektor jasa.

3764
Prosiding 5 th Konferensi Internasional NA tentang Teknik Industri dan Manajemen Operasi Detroit, Michigan, AS, 10-14 Agustus 2020

PDRB juga disebut sebagai perimbangan daerah dimana isinya dapat dipisahkan seperti PDRB sektoral di sisi kiri dan PDRB sesuai
penggunaan di sisi kanan. Dalam hal pemanfaatan, PDRB digunakan sebagai dasar penghitungan prediksi, berbagai rasio, dan ukuran disparitas
wilayah. Dalam arti lain, data PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah / daerah dalam mengelola sumber dayanya. Oleh karena itu, nilai
PDRB yang dihasilkan oleh setiap daerah / daerah sangat bergantung pada potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan teknologi (faktor
produksi) di daerah / daerah tersebut. Kondisi sumber daya alam yang terbatas dan ketersediaan faktor-faktor produksi menyebabkan besaran
PDRB berbeda antar daerah / daerah.

Lebih lanjut, elastisitas adalah derajat kepekaan kuantitas yang diminta atau ditawarkan terhadap salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi
permintaan atau penawaran (Arsyad, 2011). Elastisitas merupakan ukuran besarnya respon terhadap jumlah permintaan atau banyaknya penawaran
atas perubahan salah satu determinan (Gita dan Sukarsa, 2013).

1.1. Tujuan Penelitian


Kajian ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita kabupaten / kota di Aceh. Untuk mencapai
tujuan penelitian telah ditentukan hasil analisis tipologi klasifikasi dan elastisitas kontribusi sektor terhadap pertumbuhan ekonomi, dimana sampel
untuk menentukan elastisitas adalah kontribusi sektor ekonomi andalan berdasarkan hasil tipologi klasifikasi.

2. Metodologi
Jenis metode penelitiannya adalah penelitian pengembangan, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan temuan penelitian
atau teori-teori sebelumnya, baik untuk keperluan ilmu murni maupun ilmu terapan dan sebagainya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder berupa data kuantitatif yang meliputi pertumbuhan ekonomi dan kontribusi sektoral. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui instansi
atau instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Aceh.

2.1. Pengumpulan data


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten / kota (18 kabupaten dan 5 kota) yang ada di Provinsi Aceh. Penelitian ini dilakukan secara
sensus dengan data sekunder berupa time series dari tahun 2013 sampai dengan 2015. Data cross section terdiri dari 23 kabupaten / kota, sehingga dikumpulkan
data yang merupakan gabungan dari data time series (2013- 2015: 3 tahun) dengan data lintas seksi 23 kabupaten / kota.

2.2 Metode Analisis Data


Model analisisnya ada dua, tipologi pertama klassen. Analisis tipologi classen merupakan teknik yang akan mengklasifikasikan sektor-sektor
yang ada dengan melihat pertumbuhan dan kontribusi sektor-sektor tertentu terhadap total PDRB di Provinsi Aceh. Tabel 1 menunjukkan bahwa suatu
sektor dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu sektor ekonomi andalan, sektor ekonomi potensial, sektor ekonomi berkembang, dan sektor ekonomi
tertinggal.
Tabel 1. Pengelompokan Sektor Ekonomi Berdasarkan Tipologi Klassen

Sektoral
Kontribusi Kontribusi Sektoral Kontribusi Di Bawah Sektoral
Ekonomis Diatas rata-rata
Pertumbuhan

Pertumbuhan Ekonomi Di Atas Rata-Rata Ekonomi Andalan Sektor Ekonomi Potensial


Sektor
Pertumbuhan Ekonomi Di Bawah Rata-Rata Pembangunan Ekonomi Ekonomi Tertinggal
Sektor Sektor

Kedua, menggunakan pengujian data panel. Indikasinya adalah melihat elastisitas sektor-sektor dominan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kontribusi
sektor terpilih termasuk dalam sektor ekonomi andalan, karena merupakan sektor yang berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini
menggunakan spesifikasi linier log dan model ini kemudian ditetapkan sebagai model
Sebuahllo
•• s••
•• w : ••
f •• + •• 1
Hai0 •• •••••••••• •••• + •• 2 •••••••••• •••• + •• 3 •••••••• •••• + •• 4 •••••••••• •••• + •• 5 •••••••••• •••• + •• … (1)
•••• s =

3765
Prosiding 5 th Konferensi Internasional NA tentang Teknik Industri dan Manajemen Operasi Detroit, Michigan, AS, 10-14 Agustus 2020

dimana EG adalah pertumbuhan ekonomi, AF adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan; Cr adalah konstruksi; T adalah perdagangan besar dan eceran: bengkel mobil dan
sepeda motor; Tr adalah transportasi dan pergudangan; GA adalah administrasi pemerintahan wajib, pertanahan dan jaminan sosial.

3. Hasil Analisis
Sebelum melakukan analisis menggunakan uji data panel. Kemudian langkah pertama adalah membuat peta tipologi klasifikasi. Tabel 2
menunjukkan bahwa sektor yang dapat dikategorikan maju dan tumbuh pesat (Kuadran I) adalah pertanian, kehutanan dan perikanan; konstruksi;
perdagangan grosir dan eceran: bengkel mobil dan sepeda motor; transportasi dan pergudangan; administrasi pemerintah, pertanahan dan jaminan
sosial adalah wajib. Dengan kata lain, di provinsi ini sektor tersebut memiliki tingkat kinerja dan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dibandingkan
dengan keadaan nasional secara keseluruhan.

Selanjutnya sektor pengadaan listrik dan gas; pasokan air, pengelolaan limbah, limbah dan daur ulang; penyediaan akomodasi dan
makanan untuk minum; informasi dan Komunikasi; jasa keuangan dan asuransi; perumahan; layanan perusahaan; layanan pendidikan; pelayanan
kesehatan dan kegiatan sosial; Pelayanan lain menurut tipologi Klassen dikategorikan sebagai sektor maju tetapi tertekan (Kuadran II). Sektor ini
memiliki nilai pertumbuhan PDRB yang lebih rendah dari pertumbuhan PDRB nasional, namun memiliki kontribusi yang lebih besar terhadap PDRB
provinsi dibandingkan dengan kontribusi nilai sektor tersebut terhadap PDB nasional.

Analisis tipologi klasik juga menemukan bahwa di provinsi ini terdapat banyak sektor yang masuk dalam kategori sektor potensial atau
masih berkembang pesat (Kuadran III). Sektor-sektor ini adalah pertambangan dan penggalian; industri pengolahan. Sektor pada Kuadran III dapat
didefinisikan sebagai sektor yang sedang booming. Meski pangsa pasar regional relatif lebih kecil dari rata-rata nasional.

Dalam konteks tipologi kelas ini juga terlihat bahwa sektor yang tergolong sektor relatif tertinggal (Kuadran IV) adalah nol.

Tabel 2. Hasil Tipologi Klassen

Sektoral
Kontribusi
Kontribusi Sektoral Di Atas Kontribusi Di Bawah Sektoral
Rata-rata

Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi Di Atas Rata-Rata Sektor Ekonomi Andalan Sektor Ekonomi Potensial
- Pertanian, kehutanan dan - Pengadaan listrik
perikanan dan gas
- Konstruksi - Pengadaan Air, Limbah,
- Perdagangan grosir dan eceran: Reparasi Limbah dan Daur Ulang
mobil dan motor
Pengelolaan
- Transportasi dan pergudangan - Penyediaan
- Administrasi pemerintah, akomodasi dan makanan
Tanah dan Jaminan Sosial adalah untuk minum
wajib - Informasi dan
komunikasi
- Keuangan dan asuransi
jasa
- Perumahan
- Layanan perusahaan
- Layanan pendidikan
- Pelayanan kesehatan dan sosial

kegiatan
- Layanan lainnya
Pertumbuhan Ekonomi Di Bawah Rata-Rata Sektor Ekonomi Berkembang Ekonomi Tertinggal
- Penambangan dan penggalian Sektor
- Industri pengolahan

3766
Prosiding 5 th Konferensi Internasional NA tentang Teknik Industri dan Manajemen Operasi Detroit, Michigan, AS, 10-14 Agustus 2020

Variabel independen kemudian dilakukan studi empiris dengan menganalisis data yang diperoleh dari sumber data. Tabel 3 menunjukkan bahwa analisis ini
melihat pengaruh variabel-variabel yang terkait dengan kontribusi sektor tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil analisis adalah dimana EG adalah pertumbuhan
ekonomi, AF adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan; Cr adalah konstruksi; T adalah perdagangan grosir dan eceran: bengkel mobil dan sepeda motor; Tr
adalah transportasi dan pergudangan; GA adalah administrasi pemerintahan wajib, pertanahan dan jaminan sosial.

Tabel 3. Model Estimasi Pooled Least Square Cross-Section Bobot Variabel dependen
: EG
Variabel independen Koefisien t-Statistik Masalah.

AF 1 2,320 2,345 0,025 *)


Kr 2 1.125 2.364 0,013 *)
T3 0,641 3.256 0,044 *)
Tr 4 1.180 3.328 0,035 *)
GA 5 0,101 2.453 0,231
R 2 = 0,781
R disesuaikan 2 = 0,792 Prob. F
F-Stat = 30.142
Statistik = 0,000
*) Signifikan pada level 5%

4. Pembahasan Hasil
Berdasarkan peta tipologi klasifikasi, Tabel 4 menunjukkan bahwa sektor andalan perekonomian adalah sektor pertanian; sektor pembangunan;
perdagangan grosir dan eceran dan perbaikan mobil dan sepeda motor; sektor transportasi dan pergudangan; administrasi pemerintahan, pertanahan dan
jaminan sosial. Lima sektor andalan tersebut merupakan sektor yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut terlihat dari pertumbuhan sektor
unggulan yang meningkat seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Persentase Pertumbuhan Sektor Andalan


Pertumbuhan

Pertumbuhan Sektor Andalan 2013 2014 2015


1. Pertanian 4,98 2,45 4,85
2. Konstruksi 8,57 8,94 9,48
3. Perdagangan grosir dan eceran dan perbaikan mobil dan sepeda motor 5,60 4.03 3,92
4. Transportasi dan pergudangan 7,70 7,73 8,01
5. Administrasi pemerintahan, pertanahan dan jaminan sosial 2,95 7,13 6,83

Hal ini sejalan dengan Sudirman dan Alhudori (2018) yang mendefinisikan sektor ekonomi unggulan sebagai sektor yang dapat mendukung dan mempercepat
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah berdasarkan kriteria kemampuan sektor tersebut untuk berkontribusi pada pendapatan PDRB daerah, tingkat kemampuan
menyerap tenaga kerja, potensi menghasilkan komoditas ekspor dan keterkaitan yang kuat dengan sektor lain.

Menurut Urbanus dan Prihawantoro (2002), kriteria komoditas unggulan suatu daerah, termasuk komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan

ekonomi; komoditas unggulan memiliki keterkaitan maju dan mundur yang kuat, baik komoditas unggulan maupun komoditas lainnya; komoditas unggulan mampu bersaing dengan produk sejenis

dari daerah lain di pasar nasional maupun pasar internasional, baik dari segi harga produk, biaya produksi, kualitas pelayanan, dan aspek lainnya; komoditas unggulan daerah memiliki keterkaitan

dengan daerah lain, baik dari segi pasar (konsumen) maupun pasokan bahan baku (bila bahan baku di daerah itu sendiri tidak mencukupi atau tidak tersedia sama sekali); komoditas unggulan

memiliki status teknologi yang semakin meningkat, terutama melalui inovasi teknologi; komoditas unggulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai skala produksi;

komoditas unggulan dapat bertahan dalam kurun waktu tertentu, mulai dari fase lahir, tumbuh, puncak hingga menurun. Ketika komoditas unggulan mengalami penurunan, komoditas unggulan

lainnya harus mampu menggantikannya; komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal; Pengembangan komoditas unggulan harus mendapat dukungan berbagai

bentuk. Misalnya, dukungan untuk keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar, komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal; Pengembangan komoditas

unggulan harus mendapat dukungan berbagai bentuk. Misalnya, dukungan untuk keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar, komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak

eksternal dan internal; Pengembangan komoditas unggulan harus mendapat dukungan berbagai bentuk. Misalnya, dukungan untuk keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar,

3767
Prosiding 5 th Konferensi Internasional NA tentang Teknik Industri dan Manajemen Operasi Detroit, Michigan, AS, 10-14 Agustus 2020

kelembagaan, fasilitas insentif / disinsentif, dan lain-lain; pengembangan komoditas unggulan yang berorientasi pada kelestarian sumber daya dan
lingkungan.
Hasil regresi model fungsi produksi menunjukkan bahwa PDRB yang mewakili pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan positif dengan
pertumbuhan di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; konstruksi; perdagangan grosir dan eceran: bengkel mobil dan sepeda motor; transportasi
dan pergudangan; administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial adalah wajib. Artinya peningkatan variabel independen akan meningkatkan
PDRB suatu negara / wilayah.
Berdasarkan hasil analisis data di atas diperoleh nilai t hitung variabel AF sebesar 2,320 dengan probabilitas 0,025 Artinya probabilitas
yang diperoleh lebih kecil dari α = 5% (0,025 <0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa Disimpulkan bahwa kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini sesuai dengan penelitian empiris sebelumnya oleh Block (1999);
Changsheng Xu et.all (2003) menyatakan bahwa kontribusi sektor pertanian meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Variabel Cr sebesar 1,125 dengan probabilitas 0,013. Artinya probabilitas yang diperoleh lebih kecil dari α = 5% (0,013 <0,05), sehingga
dapat disimpulkan bahwa kontribusi sektor konstruksi berpengaruh dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut sejalan dengan teori
Mankiw yang menyatakan bahwa modal atau modal merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat dilaksanakan suatu kegiatan
produksi atau usaha. Kegiatan produksi dilakukan untuk menghasilkan barang dan jasa dimana jumlah akhir barang dan jasa merupakan komponen
untuk melihat tingkat PDRB.

Pemerintah daerah tetap mengutamakan sektor konstruksi karena selain mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar juga memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Apalagi konstruksi merupakan salah satu cara untuk menjalankan perekonomian yang produktif. Hal ini menunjukkan bahwa
pembangunan yang ada mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, karena sebagian besar berada pada areal lahan produksi di sektor pertanian, perkebunan dan
kehutanan.
Variabel T sebesar 0,641 dengan probabilitas 0,044. Artinya probabilitas yang diperoleh lebih kecil dari α = 5% (0,044 <0,05), sehingga
dapat disimpulkan bahwa kontribusi sektor perdagangan besar dan eceran: reparasi mobil dan sepeda motor berpengaruh dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. . Hal ini sejalan dengan penelitian Gunawan dan Penangsang (2017).

Hal tersebut sesuai dengan teori pertumbuhan Harrod-Domar yang menyatakan bahwa investasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan sektor
perdagangan. Investasi yang dimaksud adalah menunda konsumsi untuk mendapatkan nilai yang lebih baik di masa mendatang. Artinya, pertumbuhan sektor perdagangan
besar dan eceran: reparasi mobil dan sepeda motor berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan pertumbuhan ekonomi, apabila investasi di bidang perdagangan di Aceh
dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini disebabkan investasi sektor perdagangan yang besar dan eceran: perbaikan mobil dan sepeda motor memberikan nilai tambah
yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi.

Variabel Tr sebesar 1,180 dengan probabilitas 0,035. Artinya probabilitas yang diperoleh lebih kecil dari α = 5% (0,035 <0,05), sehingga
dapat disimpulkan bahwa kontribusi sektor pengangkutan dan pergudangan berpengaruh dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Transportasi dan pergudangan merupakan elemen penting dalam kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial, politik dan mobilitas
penduduk yang tumbuh bersama dan mengikuti perkembangan di berbagai bidang dan sektor. Namun yang mendesak adalah peran dan pentingnya
transportasi dalam kaitannya dengan aspek ekonomi dan sosial ekonomi. Sehubungan dengan hal tersebut yang utama adalah ketersediaan barang,
stabilisasi dan pemerataan harga, penurunan harga, peningkatan nilai tanah, terjadinya peminatan antar daerah, berkembangnya usaha
besar-besaran, serta terjadinya urbanisasi dan konsentrasi penduduk dalam kehidupan. .

Variabel GA adalah 0,101 dengan probabilitas 0,231. Artinya probabilitas yang diperoleh lebih besar dari α = 5% (0,232 <0,05), sehingga
dapat disimpulkan bahwa kontribusi penyelenggaraan pemerintahan, pertanahan dan jaminan sosial tidak boleh berpengaruh dan berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Meski data menunjukkan peningkatan di sektor ini karena banyaknya lembaga pemerintah yang telah melakukan
reformasi birokrasi yang telah meningkatkan belanja pegawai dengan adanya remunisi PNS.

Namun hasil regresi variabel GA sangat sejalan dengan teori publik karena peningkatan belanja pegawai tidak berdampak langsung terhadap
pertumbuhan ekonomi. Namun yang secara langsung berdampak pada pertumbuhan ekonomi adalah belanja publik (pembangunan).

5. Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan, tujuan, teori dan analisa diatas. Maka dapat disimpulkan bahwa untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan perkapita kabupaten / kota di Aceh adalah memaksimalkan sektor ekonomi andalannya, setelah itu memperhatikan sektor ekonominya yang
potensial. Sektor ekonomi andalan yang dipilih terdiri dari pertanian, kehutanan dan perikanan; konstruksi; perdagangan grosir dan eceran: bengkel mobil dan
sepeda motor; transportasi dan pergudangan; administrasi pemerintahan, pertanahan dan jaminan sosial.

3768
Prosiding 5 th Konferensi Internasional NA tentang Teknik Industri dan Manajemen Operasi Detroit, Michigan, AS, 10-14 Agustus 2020

Sektor yang dominan dilihat dari elastisitas sektor ekonomi andalan yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa pemerintah kabupaten / kota diharapkan dapat memaksimalkan sektor tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

6. Rekomendasi
Selanjutnya mengembangkan potensi daerah sebagai salah satu peningkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita masyarakat. Sehingga
perlu adanya rekomendasi beberapa hal yang akan dilakukan pemerintah daerah untuk mengejar ketertinggalan daerah lain, seperti percepatan pembangunan
ekonomi daerah melalui dimensi spasial; meningkatkan pembangunan pedesaan yang terintegrasi dengan strategi pembangunan perkotaan; motivasi tinggi untuk
mempercepat pembangunan daerah, seperti permodalan dan infrastruktur; perlunya visi, misi dan strategi RPJM penanggulangan daerah miskin dan tertinggal
yang sejalan.

7. Pengakuan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bappeda Aceh dan Mitra Bestari yang telah memberikan saran-saran perbaikan untuk skripsi ini.

8. Referensi
Ambardi, Urbanus dan Prihawantoro, Socia. 2002. Pengembangan wilayah dan otonomi daerah, Jakarta. Penerbit
dari pusat teknologi dan pengembangan kebijakan regional.
Andiatma, MS 2014. Analisis Potensi Ekonomi Sektoral Koridor Utara Selatan Provinsi Jawa Timur
2005-2009. Jurnal Pembangunan Ekonomi, Vol. 12, No. 2 Desember 2014. Arsyad, Azhar. 2011. Media
Pembelajaran. Cetakan ke-15. Jakarta: Rajawalli Press.
Aswandi H dan Mudrajad K. 2002. Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan: Studi Empiris di Kalimantan Selatan
1993-1999. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 17, No. 1, 2002, 27-45
Cahyono AS dan Wahyu WW 2014. Identifikasi sektor ekonomi unggulan dan ketimpangan pendapatan di antaranya
kecamatan di Sub DAS Bengawan Solo Hulu. Jurnal Riset Sosial dan Ekonomi Kehutanan, Vol. 11 No. 1 Maret 2014, halaman 32 - 43

Changsheng Xu, dkk. 2003, Kontribusi Chang Pei-kang untuk ekonomi pembangunan, Jurnal Asia
Ekonomi, 189-200
Endaryanto T, M. Firdaus, Hermanto S, Dedi Budiman H. 2015. Dampak Pemekaran Daerah terhadap Perekonomian
Struktur: Studi Kasus di Provinsi Lampung, Indonesia. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR), Vol. 23, No
2, hlm 1-18
Fattah, S dan Abdul R. 2013. Analisis Perkembangan Ekonomi Daerah di Kabupaten / Kota di Selatan
Provinsi Sulawesi Di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan, Vol. 4, No.1, 2013
Gita, P., Putri S., D., dan Sukars, I., Made, 2013. Pengaruh Harga Canang dan Pendapatan Konsumen terhadap Permintaan Canang di
Desa Sanur. E-Journal of Economic Development di Universitas Udayana, Vol. 2, No. 3
Gunawan, dan Penangsang P. 2017. Analisis Pengaruh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap Perekonomian
Pertumbuhan (Studi Kasus di Kota Surabaya). Jurnal Ekonomi & Bisnis, hlm. 317 - 334 Volume 2 Nomor
1.
Kuncoro, Mudrajad. 2000. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan, UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Mahardiki D dan Rokhedi PS
2013. Analisis Perubahan Ketimpangan Pendapatan dan Pertumbuhan Ekonomi Antara
Provinsi di Indonesia 2006-2011. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan JEJAK, Vol. 6 (2) (2013): 103-213 Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan
Daerah. Jakarta: Penerbit Erlangga Munir, Badrul. 2002. Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Perspektif Otonomi Daerah, Edisi Pertama,
NTB
Bappeda Provinsi, Mataram
Nindhitya R O. 2013. Pemetaan Sub Bidang Pertanian Dalam Rangka Pembangunan Ekonomi Daerah di PT
Kabupaten Wonosobo, Jurnal Analisis Pembangunan Ekonomi, Vol. 2 (1) (2013)
Royat, S. 1996. Proyeksi Peran Pulau Jawa dalam Mendukung Pertumbuhan Pembangunan Ekonomi Terpadu
Wilayah (KAPET) Luar Jawa. Makalah disajikan pada Konvensi Masa Depan Jawa Nasional Abad 21, Jakarta. Saleh, L. 2015. Penetapan
Sub Sektor Unggulan Ekonomi dan Pembangunan Sub Sektor Unggulan Pertanian
Terhadap Ketahanan Ekonomi Daerah di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Agritech, Vol. XVII No.1 Juni 2015: 73 - 86.

Sinaga, D. 2015. Analisis Penetapan Sektor Ekonomi Unggulan Terhadap PDRB Pembentuk Daerah di Simalungun.
Jurnal Internasional Penelitian Inovatif dalam Manajemen, masalah 4 volume 3)

3769
Prosiding 5 th Konferensi Internasional NA tentang Teknik Industri dan Manajemen Operasi Detroit, Michigan, AS, 10-14 Agustus 2020

Soebyakto BB dan Abdul Bashir. 2014. Analisis Tipologi dan Hubungan antara Indeks Pembangunan Manusia dan
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan. Call for Papers Seminar Nasional dan Silatnas IV FORDEBI
Steven A. Block. 1999. Pertanian dan pertumbuhan ekonomi di Ethiopia: Pengganda pertumbuhan dari simulasi empat sektor
model. Jurnal ekonomi pertanian, 241-252
Sudirman dan Alhudori M. 2018. Analisis Sektor Unggulan dalam Meningkatkan Perekonomian dan Pembangunan
Wilayah Provinsi Jambi. Jurnal Manajemen dan Sains ( JMAS), Vol. 3 No.1. Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan (proses, masalah
dan kebijaksanaan dasar). Jakarta: Grafis Bima BG. Sukriah E. 2014. Pariwisata Sebagai Sektor Unggulan di Kota Bandung. Jurnal Manajemen
Resor & Kenyamanan, Vol.
11, No. 1.
Sutrisno A. 2012. Analisis Ketimpangan Pendapatan dan Perkembangan Sektor Unggulan di Kecamatan di Kabupaten
Barlingmascakeb Region 2007-2010. Jurnal Analisis Pembangunan Ekonomi 1 (1). Todaro MP 2006. Perkembangan
Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Biografi / Biografi
Irham Iskandar, SE, M.Si menyelesaikan SE bidang Kajian Ekonomi dan Pembangunan dari Universitas Syiah Kuala (Indonesia), M.Si bidang
Sumber Daya Alam dan Lingkungan dari Universitas Syiah Kuala (Indonesia), dan Dr. bidang Ekonomi Masyarakat dari Universitas Padjadjaran
(Indonesia). Saya sekarang bekerja di bidang penelitian dan pengembangan di Bappeda Aceh. Memiliki minat dan pengalaman khusus dalam
perekonomian daerah dan perekonomian masyarakat.

Murtala, SE, M.Si menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 1990, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama pada tahun
1993, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas pada tahun 1996, dan selama 4 tahun menyelesaikan studi sarjana ekonomi di Fakultas
Ekonomi Universitas Syiah Kuala pada tahun 2000. dan Selanjutnya melanjutkan pendidikan Magister Ekonomi Pembangunan dan selesai pada
tahun 2007, dan pada tahun 2017 memperoleh gelar Doktor Ekonomi di Universitas Syiah Kuala. Saat ini Murtala adalah pengajar di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas MAlikussaleh dan Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Malikussaleh.

Dr. Eng. Sugiarto memegang B.Eng di bidang Teknik Sipil dari Universitas Syiah Kuala (Indonesia), M.Eng di bidang Teknik Transportasi dari Asian
Institute of Technology (Thailand) dan Dr.Eng di bidang Perencanaan Transportasi dari Universitas Nagoya (Jepang). Dia sekarang bekerja sebagai
profesor madya di Departemen Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala. Ia memiliki minat dan pengalaman khusus dalam perencanaan transportasi,
Kebijakan, pemodelan transportasi, analisis perilaku perjalanan, psikologi transportasi, dan transportasi berkelanjutan.

3770

Anda mungkin juga menyukai