Anda di halaman 1dari 14

MODUL 1

PENDIDIKAN KESEHATAN

Skenario 1 : ASI Ekslusif

Dokter Rakas merupakan dokter layanan primer yang bertugas di Puskesmas Luwuk Timur.
Berdasarkan data Puskesmas Luwuk Timur didapatkan masih rendahnya pemberian ASI ekslusif pada
bayi sebelum 6 bulan oleh ibu bayi. Dokter Rakas ingin meningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu-ibu
yang salah selama ini, dengan memberikan pendidikan kesehatan melalui pemberian edukasi dan
konseling ASI pada ibu hamil sebagai sasarannya. Konsep dan strategi pendidikan kesehatan yang akan
diberikan merupakan suatu penerapan dari proses belajar masyarakat khususnya ibu bayi mengenai
pentingnya pemberian ASI ekslusif pada bayi sebelum 6 bulan agar nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi
dapat tercukupi melalui ASI. Sehingga tujuan pendidikan kesehatan dapat tercapai secara baik dengan
perubahan perilaku ibu bayi yang akan mempengaruhi langsung dengan meningkatnya indikator
kesehatan sebagai outcome dari pendidikan kesehatan tersebut. Program edukasi dan konseling ASI ini
melibatkan seluruh petugas kesehatan yang mendukung dalam pemberian pendidikan kesehatan di
masyarakat.

Bagaimana Dokter Rakas dapat melakukan pendidikan kesehatan dengan baik?


Jump 1

1. ASI Ekslusif : pemberian asi selama 6 bulan tanpa pemberian susu formula dan makan padat
2. Indicator kesehatan : karakteristik yang dapat di kuantifikasi yang dapat menggambarkan
kesehatan populasi atau penduduk
3. Petugas kesehatan : merupakan orang yang mengabdikan dan pengetahuan dan ketrampilan di
bidang kesehatan dan memerlukan wewenang untuk melakukan upaya kesehatan
4. Edukasi dan konseling ASI : komunikasi dua arah antara ibu dengan seseorang yang memberikan
informasi dan pembelajaran mengenai pemberian asi agar tercapai kebutuhan bayi tersebut dan
asi bisa efektif
5. Pendidikan kesehatan : cara yang dapat menghasilkan peningkatan pengetahuan tergantung
dari proses nya, Pendidikan kesehatan dapat berperan untuk merubah perilaku individu,
kelompok dan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.
6. Outcome : respon dari partisipan dari pelayanan suatu program, sasaran melakukan apa yang
diharapkan

JUMP 2

1. Apa tugas dari dr layanan primer ?


2. Apa saja factor yang mempengaruhi rendahnya pemberian asi pada wilayah kerja dr akas?
3. Apa tujuan pendidikan kesehatan ?
4. Apa tujuan dr Rakas yg ingin meningkatkan pengetahuan&prilaku ibu” yg salah selama ini?
5. Apa saja yang dapat dinilai dari indicator kesehatan ?
6. Bg konseling yang tepat asi pada ibu?
7. Siapa saja yang tepat menjadi sasaran pendidikan kesehatan ?
8. Metode pendidikan kesehatan spt apa yang tepat oleh dr rakas agar tercapai tujuan yang
diharapkan ?
9. Bagaimana manfaat dari penerapan pada ibu bayi mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif
sebelum 6 bulan ?
10. Apa langkah2 yang harus di persiapkan oleh dr rakas sblm memmulai pendidikan kesehatan ?
11. Apa saja strategi yg dapat dilakukan untuk meningkatkan indikator kesehatan?

JUMP 3

1. Dr layanan primer scr holistic, beriorientasi kedokteran keluarga, ahli dalam epidemiologi
penangana penyakit, bisa mjd gate keeper
2. Kemungkinan dr raka berkerja di daerah pendalam sehingga kurang nya promosi dan pendidikan
kesehatan
faktor utama penyebab
- rendanya cakupan IMD dan ASI eksklusif yaitu lemahnya komitmen pemerintah, dukungan
keluarga yang kurang , pendidikan dan pekerjaan ibu, tidak aktifnya konseling ASI, bayi lahir
tidak cukup bulan serta faktor budaya.
- Internal : usia ibu , gizi ibu
- Ekternal: tergantung dari pemantauam pemberian asi ekslusif, ibu yang berkerja
3. Who, umum: merubah prilaku indivudu dalam perilaku kesehatan harus seluruh masyaraka ikut
berkontribusi
- Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat oleh sebab itu,
pendidikan kesehatan bertanggung jawab mengarahkan cara cara hidup sehat menjadi
kebiasaan hidup masyarakat sehari–hari.
- Mendorong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan
untuk mencapai tujuan hidup sehat.
- Mendorong penggunaan dan pengembangan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang
ada.
- Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan masalah dan
kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yg dapat mereka lakukan terhadap
masalahnya, dengan sumber daya yg ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari
luar, dan mampu memutuskan kegiatan yg tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup
sehat dan kesejahteraan masyarakat
4. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya asi selama 6 bln,
sehingga manfaat secara spesifik ibu bayi mempunyai informasi dan pengetahuan untuk
menerapkan pemberian ASI secara eksklusif pada bayinya sampai usia 6 bulan. Jika hal ini
terwujud, maka outcomenya yaitu meningkatnya pemberian asi eksklusif pada bayi sebelum 6
bulan oleh ibu bayi. Bisa menurunkan angka kematian bayi dan angka kekurangan gizi pada bayi
5. Terdapat Beberapa Klasifikasi dari Indikator Kesehatan di antaranya adalah
- Indikator Kesehatan yang berhubungan dengan Status Kesehatan Masyarakat yakni meliputi
Indikator Komperhensif dan Indikator Spesifik
- Klasifikasi kedua adalah Indikator Kesehatan yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan di antaranya di pengaruhi oleh beberapa hal seperti Rasio antara pusat pelayanan
kesehatan harus seimbang dengan penduduk , distribusi tenaga kesehatan harus seimbang
sehingga terjaminya semua penduduk untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama
rata , dan Informasi yang lengkap mengenai Puskesmas,Klinik,Maupum Rumah Sakit
- Klasifikasi ketiga adalah Indikator Kesehatan yang di dasarkan kepada indeks derajat
kesehatan yang di ukur melalui beberapa Variabel tertentu seperti angka
mortalitas,morbiditas,dan Status Gizi yang ada pada suatu Penduduk yang tinggal di suatu
wilayah tertentu
- Klasifikasi keempat adalah Indikator Kesehatan Masyarakat yang di dasarkan pada hasil
antara dimana Variabel yang dinilai dalam hal ini adalah Keadaan Lingkungan yang Sehat
dan Perilaku Masyarakat di suatu Wilayah Tertentu.
6. SATU TUJU
- SA : salam
- T : Tanya
- U : uraikan sesuai keperluannya
- TU ; bantu
- J: jelaskan mengenai pilihannya
- U ; ulangi
Upaya berupa konseling akan lebih efektif dilakukan sejak pre-natal hingga ibu
menyusui. Hasil penelitian membuktikan bahwa konseling pada masa prenatal memiliki
dampak terhadap pemberian ASI sampai 4-6 minggu, sedangkan konseling yang diberikan
pada saat prenatal dan postnatal berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif sampai 6
bulan. Pemberian konseling yang bertujuan untuk meningkatkan pemberian ASI dapat
diberikan baik secara individu ataupun kelompok ibu hamil.Sikap yang baik
- Menjelaskan manfaat asi
- Jenis jenis asi
- Menjelaskan cara memperbanyak, menumpan asin
- Menanyakan kembali apakah sudah mengerti
- Bisa menggunakan media dan pendokumentasi
7. - sasaran primer : lgsg ke masyarakat
- Sekunder ; tokoh masyarakat
- Tersier : pembuat keputusan di tingkat pusat maupun daerah
- Individu
- Keluarga binaan yang tergolong dari resiko tinggi ( masalah ekonomi , penyakit menular, )
8. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat yang tepat dan dapat di lakukan oleh dr.Rakas yang
bertugas di Kecamatan Luwuk Timur tersebut adalah dengan menggunakan metode Skoratik
yang di kombinasikan dengan Demonstrasi ,dimana dengan menggunakan Metode Skoratik
dalam Pendidikan Kesehatan ini lebih mudah untuk membangun komunikasi dua arah antara
dr.Rakas sebagai penyuluh dan Ibu-Ibu yang memiliki Balita tersebut agar dapat lebih berperan
aktif untuk memahami dan mempraktikan materi-materi yang di sampaikan ,Kombinasi dengan
Demonstrasi merupakan pilihan yang lebih baik di karenakan dengan adanya Demonstrasi di
awal pelaksanaan kegiatan akan membuat Ibu-Ibu yang memiliki Balita tersebut memiliki
pengetahuan dasar yang semakin kuat untuk di terapkan selanjutnya.
Metode Pendidikan Kesehatan Metode sokratik ( two way method)Dalam metode ini
peserta didik diberikan kesempatan untuk bertanya sehingga terjadi komsumsi dua arah ( two
way method) antara pendidik dan peserta didik. Yang termasuk metode ini yaitu diskusi, panel,
seminar, role paly dan studi kasus . Media Pendidikan Kesehatan Leaflet, ialah bentuk
penyampaian pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk
kalimat maupun gambar, atau kombinasi.
Metode dengan curah pendapat, diskusi kelompok, bola salju, pemberian stimulasi, bisa
mengguanakan alat bantyu untuk lbh efektif dalam penyampaian
9. etugas kesehatan berperan pada tingkat kepatuhan ibu bayi dalam pemberian ASI ekslusif
sebelum 6 bln. Peran petugas kesehatan antara lain:
- Sebagai komunikator, petugas seharusnya memberikan informasi secara jelas kepada
pasien.
- Sebagai motivator, petugas harus menanyakan kepatuhan ibu bayi dalam memberikan ASI
sesuai dengan ketentuan pemberian asi eksklusif dengan pemberian ASI saja sampai 6 bulan
tanpa tambahan makanan tambahan. Dengarkan keluhan yang disampaikan
- Sebagai konselor dengan membantu ibu bayi mencapai perkembangan yang optimal dalam
batas-batas potensi yang dimiliki dan secara khusus bertujuan untuk mengarahkan perilaku
yang tidak sehat menjadi perilaku sehat, membimbing ibu belajar membuat keputusan dan
membimbing ibu mencegah timbulnya masalah.
10. – perencanaan
- Pengumpulan data ( demografi, kesehatan )
- Prioritas kesehatan
- Perencanaan kerja ( metode, kriteria, materi disesuaikan dengan sasaran, konseling yang
akan di berikan)
- Penilaian ( sejauh mana hasil dari perubahan prilaku kesehatan dari pendidikan yang sudah
di berikan )
- Kaji ulang
- Lakukan kerja sama linta sektor
Sebelum Melakukan Pendidikan Kesehatan Masyarakat di Wilayah Kerja dr.Rakas pada
Kecamatan Luwuk Timur tersebut hendaknya dr.Rakas mempersiapkan terlebih dahulu
beberapa hal di antaranya mengindentifikasi dan menetapkan masalah kesehatan yang ada
di wilayah kerja dr.Rakas Tersebut ,Kemudian Melakukan Perencanaan Kerja untuk
Menemukan Solusi atas Masalah Kesehatan Masyarakat yang ada di wilayah kerja dr.Rakas
Tersebut , Kemudian Memilih Metode Penyelesaian Masalah Tersebut ,dan melakukan
Monitoring dan Evaluasi terhadap Outcome yang di peroleh dari Kegiatan Pendidikan
Kesehatan Masyarakat yang telah di lakukan oleh dr.Rakas Tersebut.
11. Menurut Soekidjo (2003) untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan kesehatan dilakukan
strategi kegiatan sebagai berikut :
- Penyebarluasan Informasi Kesehatan Kegiatan ini meliputi pengkajian sosial budaya
kesehatan, sistem komunikasi dan teknologi yang tepat dalam pengembangan masyarakat.
Pengembangan penciptaan dan penyebarluasan bahan pendidikan kesehatan melalui media
massa agar pesan kesehatan menjadi bagian yang terpadu dengan pesan pembangunan
nasional.
- Pengembangan Potensi Swadaya Masyarakat di Bidang Kesehatan Kegiatan ini meliputi
pengembangan sikap, kemampuan dan motivasi LSM dan organisasi kemasyarakatan
lainnya dalam pembudayaan hidup sehat dan penyebarluasan metodologi pengembangan
masyarakat melalui ormas dan kelompok potensial lainnya. Pengembanagan kerja sama
yang paling menguntungkan antara pemerintah dan masyarakat berpenghasilan tinggi guna
menopang kesehatan masyarakat miskin serta mengembangkan kelompok keluarga mandiri
sebagai teladan.
- Pengembangan Penyelenggaraan Penyuluhan Di selenggarakan melalui pengembanagan
sikap, kemampuan dan motivasi petugas kesehatan baik pemerintah maupun swasta di
bidang penyuluhan, institusi pendidikan dan litbang serta pembentukan kemitraan antara
pemerintah, kelompok profesi dan masyarakat dalam penyelenggaraan penyuluhan.
JUMP 4

JUMP 5

1 . Pendidikan kesehatan
2. Strategi pendkes
3. Ruang lingkup pendkes

JUMP 6

1. Pendidikan Kesehatan
a. Definisi Pendidikan Kesehatan

Istilah pendidikan kesehatan telah dirumuskan oleh para ahli pendidikan kesehatan dalam berbagai
pengertian, tergantung pada sudut pandang masing-masing. Berikut ini akan dikemukakan beberapa
pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut.
Wood (1926 dalam Suliha et al, 2000) dalam definisi yang dikemukakannya (Hanlon, hlm.578) yang
dikutip Tafal, (1984) mengemukakan bahwa pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman
yang mendukung kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan individu,
masyarakat, dan ras.

Stuart (1986 dalam Suliha et al, 2000) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan adalah komponen
program kesehatan dan kedokteran yang terdiri atas upaya terencana untuk mengubah perilaku
individu, kelompok maupun masyarakat yang merupakan perubahan cara berfikir, bersikap, dan
berbuat dengan tujuan membantu pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit, dan promosi
hidup sehat.

Nyswander (1974) yang dikutip Notoatmodjo (1997) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan
adalah proses perubahan perilaku yang dinamis bukan proses pemindahan materi dari seseorang ke
orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Hal itu dapat dilihat dari definisi yang dikemukan,
yaitu: Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang dihubungkan
dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat
diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan
atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan
yang berubah secara dinamis, yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap,
maupun praktik baru, yang bertujuan dengan hidup sehat (Suliha et.al, 2002).

Ketiga definisi tersebut menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan merupakan suatu proses
perubahan perilaku yang dinamis dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia
yang meliputi komponen pengetahuan, sikap, ataupun praktik yang berhubungan dengan tujuan
hidup sehat baik secara individu, kelompok maupun masyarakat, serta merupakan komponen dari
program kesehatan (Suliha et.al, 2002).

b. Tujuan Pendidikan Kesehatan


Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah mengubah perilaku individu/masyarakat
dibidang kesehatan (WHO, 1984 dalam Notoatmodjo 1997). Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut
menjadi : 1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimata masyarakat. 2) Menolong
individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai
tujuan hidup sehat. 3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada (Suliha, 2002).
Secara operasional, tujuan pendidikan kesehatan diperinci oleh Wong (1974) yang dikutip Tafal
(1984) sebagai berikut:
1) Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatan (dirinya),
keselamatan lingkungan, dan masyarakatnya.
2) Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah terjadinya sakit menjadi lebih
parah dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitasi cacat yang disebabkan oleh
penyakit.
3) Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan perubahan-perubahan
system dan cara memanfaatkannya dengan efesien dan efektif.
4) Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana caranya, tanpa selalu
meminta pertolongan kepada sistem pelayanan formal.

Dari kedua uraian tentang tujuan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah pemahaman individu, kelompok, dan masyarakat
di bidang kesehatan agar menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai, mandiri dalam
mencapai tujuan hidup sehat, serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
dengan tepat dan sesuai (Suliha, 2002).
c. Batasan Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi
orang lain, mulai idividu, kelompok, keluarga, dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup
sehat. Sama halnya dengan proses pembelajaran pendidikan kesehatan memiliki tujuan yang
sama yaitu terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
adalah sasaran pendidikan kesehatan, perilaku pendidikan, proses pendidikan dan perubahan
perilaku yang diharapkan.

Menurut Green (1980 dalam Setiawati dan Darmawan, 2008), kegiatan pendidikan kesehatan
ditujukan pada tiga faktor diantaranya adalah:
1) Pendidikan Kesehatan Dalam Faktor-Faktor Predisposisi
Pendidikan Kesehatan ditujukan untuk menggugah kesadaran, memberikan dan
meningkatkan pengetahuan sasaran pendidikan kesehatan yang menyangkut tentang
pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan untuk individu, kelompok dan masyarakat.
2) Pendidikan Kesehatan Dalam Faktor-Faktor Enabling/ pemungkin
Pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh faktor enabling atau kemungkinan diantaranya
sarana dan prasarana kesehatan bagi pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan
dilakukan dengan memberi bimbingan, pelatihan dan bantuan teknis lainnya yang
dibutuhkan individu, keluarga dan masyarakat.
3) Pendidikan Kesehatan Dalam Faktor-Faktor Reinforcing
Faktor-faktor reinforcing ini antara lain tokoh agama, tokoh masyarakat dan petugas
kesehatan. Pemberian pelatihan pendidikan kesehatan ditujukan kepada tokoh-tokoh
tersebut. Individu, keluarga dan masyarakat akan menjadikan mereka teladan dalam bidang
kesehatan. Perubahan perilaku hidup sehat akan lebih mudah tercapai jika yang
memberikan pendidikan kesehatan adalah orang yang diyakini kebenarannya atas
perkataan, sikap dan perilakunya.
d. Komunikasi dalam pendidikan kesehatan
(Suliha et. al, 2009) menyatakan Menurut Hovland (dalam Notoatmodjo, 1997) komunikasi
adalah suatu proses ketika individu sebagai komunikator mengalihkan rangsangan dalam bentuk
lambang, bahasa, atau gerak untuk mengubah tingkah laku individu yang lain (komunikan).
Menurut Williams (dalam Notoatmodjo, 1997) komunikasi adalah setiap aktivitas saling
memberi informasi. Dalam hal ini komunikator sebagai sumber informasi mengalihkan
informasi, dan gagasan dengan maksud mengubah perilaku komunikan (Suliha et. al, 2009)
Peran komunikasi dalam pendidikan kesehatan yang utama adalah mengkondisikan faktor
predisposisi. Petugas kesehatan sebagai sumber informasi harus mampu berkomunikasi dengan
sasaran didik (pasien). Komunikasi yang terjadi menggambarkan hubungan interaksi perawat-
pasien dalam arti komunikasi terjadi timbale balik atau dua arah. Perawat sebagai sumber
informasi mentransfer pengetahuan dan pasien memahami informasi yang diterima sebagai
hasil belajar. Komunikasi sebagai suatu proses mengartikan bahwa komunikasi merupakan
kegiatan yang terus-menerus, tidak pernah berakhir atau bermula. Dalam komunikasi terjadi
proses interaktif antara komunikator, yaitu perawat dan komunikan (pasien), sehingga terjadi
timbal balik (feedback).
2. Strategi Pendidikan Kesehatan
Pengelolaan pembelajaran dalam pendidikan kesehatan merupakan suatu langkah yang
sistematis yang dimulai dari pengenalan masalah pendidikan kesehatan, penyusunan
perencanaan, implementasi, dan evaluasi pendidikan kesehatan, dan upaya tindak lanjut. Untuk
melaksanakan strategi ini, proses manajemen harus dipakai. Kegiatan ini meliputi :
1) Perencanaan.
Pada tahap perencanaan ini ahli pendidikan kesehatan harus sudah diikutsertakan agar
dapat menyumbangkan usaha untuk mengubah perilaku dan meyakinkan masyarakat
tentang manfaat usaha kesehatan.
2) Pelaksanaan.
Pada tahap ini ahli pendidikan kesehatan diikut sertakan dalam mengawasi perkembangan
usaha tersebut. Jika ada hambatan atau penyimpangan, ia akan dapat memberikan bahan
pertimbangan atau cara penyelesaian yang lain, terutama yang berhubungan dengan
keadaan social budaya masyarakat setempat. Dengan demikian, usaha yang dijalankan tidak
bertentangan dengan sistem norma yang berlaku di tempat tersebut.
3) Penilaian.
Pada tahap ini ahli pendidikan kesehatan diminta untuk turut menilai seberapa jauh
program atau usaha itu telah mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. Jika terjadi
kemacetan, pendidikan kesehatan dapat ikut memberikan gagasan tentang usaha
pemecahan masalah yang dianggap tepat.
4) Tindak lanjut.
Tahap ini sebenarnya termasuk dalam kegiatan untuk memantapkan usaha sehingga dapat
berlanjut dengan baik, dan di sini lah perlu diciptakan suatu sistem/ mekanisme yang tepat
agar usaha tersebut tidak mengalami kemandekan.

Pengelolaan pembelajaran dalam pendidikan kesehatan harus memperhatikan aspek-aspek


berikut :
1) Proses belajar mencakup kegiatan latihan dalam memperoleh tingkah laku baru
2) Kegiatan belajar dapat dilaksanakan dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja dengan
berfokus pada aspek kemandirian peserta didik sehingga pengajar harus menciptakan
kondisi dan stimulus tertentu agar peserta didik mau belajar mandiri dan mengubah
perilaku sehat atas kemauannya sendiri.
3) Peserta didik dipandang sebagai orang dewasa, sehingga pengelolaan proses belajar yang
digunakan harus sesuai dengan kondisi peserta didik.

 Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan


Metode pendidikan kesehatan pada dasarnya merupakan pendekatan yang digunakan
dalam proses pendidikan untuk penyampaian pesan kepada sasaran pendidikan kesehatan,
yaitu individu, kelompok/ keluarga, dan masyarakat. Metode pembelajaran dalam
pendidikan kesehatan dapat berupa metode pendidikan individual, metode pendidikan
kelompok, dan metode pendidikan massa.

Metode pendidikan individual pada pendidikan kesehatan digunakan untuk membina


perilaku baru serta membina perilaku individu yang mulai tertarik pada perubahan perilaku
sebagai proses inovasi. Metode pendidikan individual yang biasa digunakan adalah
bimbingan dan penyuluhan, konsultasi pribadi, serta wawancara. Metode pendidikan
kelompok dapat dibagi ke dalam kategori kelompok kecil yang beranggotakan kurang dari
lima belas orang dan kelompok besar yang beranggotakan lebih dari lima belas orang. Pada
kelompok kecil metode pendidikan dapat digunakan seperti diskusi kelompok, curah gagas/
ide, bola salju, buzz group, permainan peran, simulasi, dan demonstrasi. Pada kelompok
besar dapat digunakan metode pendidikan seperti ceramah, seminar, dan forum panel.

Metode pendidikan massa digunakan pada sasaran yang bersifat missal yang bersifat umum
dan tidak membedakan sasaran dari umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi,
tingkat pendidikan. Pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode pendidikan massa
tidak dapat diharapkan sampai terjadinya perubahan perilaku, namun mungkin hanya
mungkin sampai pada tahap sadar (awareness).

Beberapa bentuk metode pendidikan massa adalah : ceramah umum, pidato, simulasi,
artikel di majalah, film cerita dan papan reklame. Suatu metode pembelajaran dalam
pendidikan kesehatan dipilih berdasarkan tujuan pendidikan kesehatan, kemampuan
perawat sebagai tenaga pengajar, kemampuan individu/keluarga/kelompok/masyarakat,
besarnya kelompok, waktu pelaksanaan pendidikan kesehatan, serta ketersediaan fasilitas
pendukung. Berikut ini diuraikan bentuk metode pendidikan kesehatan yang membahas
pengertian, penggunaan, keunggulan, dan kekurangannya.

1) Metode ceramah
a) Definisi metode ceramah
Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara didepan
sekelompok pengunjung. Ceramah pada hakikatnya adalah proses transfer
informasi dari pengajar kepada sasaran belajar. Dalam proses transfer informasi
ada tiga elemen yang penting, yaitu pengajar, materi pengajaran, dan sasaran
belajar.
b) Penggunaan metode
Metode ceramah digunakan pada sifat sasaran sebagai berikut, sasaran belajar
mempunyai perhatian yang selektif, sasaran belajar mempunyai lingkup perhatian
yang terbatas, sasaran belajar perlu menyimpan informasi, sasaran belajar perlu
menggunakan informasi yang diterima.
c) Keunggulan metode ceramah
(1) Dapat digunakan pada orang dewasa
(2) Penggunaan waktu yang efesien
(3) Dapat dipakai pada kelompok yang besar
(4) Tidak terlalu banyak menggunakan alat bantu pengajaran
(5) Dapat dipakai untuk member pengantar pada pelajaran atau suatu kegiatan
d) Kekurangan metode ceramah
(1) Menghambat respons dari yang belajar sehingga pembicara sulit menilai
reaksinya
(2) Tidak semua pengajar dapat menjadi pembicara yang baik, pembicara harus
menguasai pokok pembicaraannya
(3) Dapat menjadi kurang menarik, sulit untuk dipakai pada anak-anak
(4) Membatasi daya ingat dan biasanya hanya satu indera yang dipakai 2) Metode
diskusi kelompok
2) Diskusi kelompok
a. Definisi diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan di
antara tiga orang atau lebih tentang topi tertentu dengan seorang pemimpin.
b. Penggunaan Metode diskusi kelompok digunakan bila sasaran pendidikan
kesehatan, diharapkan :
(1) Dapat saling mengemukakan pendapat
(2) Dapat mengenal dan mengolah problem kesehatan yang dihadapi
(3) Mengharapkan suasana informal
(4) Diperoleh pendapat dari orang-orang yang tidak suka berbicara
(5) Agar problem kesehatan yang dihadapi lebih menarik untuk dibahas
c. Keunggulan metode diskusi kelompok Keunggulan metode diskusi kelompok adalah
(1) Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat
(2) Merupakan pendekatan yang demokratis, mendorong rasa kesatuan
(3) Dapat memperoleh pandangan dan wawasan
(4) Membantu mengembangkan kepemimpinan
d. Kekurangan metode diskusi kelompok Kekurangan metode diskusi kelompok
adalah:
(1) Tidak efektif dipakai pada kelompok yang lebih besar
(2) Keterbatasan informasi yang didapat oleh peserta
(3) Membutuhkan pemimpin diskusi yang terampil
(4) Kemungkinan didominasi orang yang suka berbicara
(5) Biasanya sebagian besar orang menghendaki pendekatan formal
3) Metode Demonstrasi
a) Definisi metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menyajikan suatu
prosedur atau tugas, cara menggunakan alat, dan cara berinteraksi. Demonstrasi
dapat dilakukan secara langsung atau menggunakan media, seperti video dan film.
b) Penggunaan Metode demonstrasi digunakan :
(1) Jika memerlukan contoh prosedur atau tugas dengan benar
(2) Apabila tersedia alat-alat peraga
(3) Bila tersedia tenaga pengajar yang terampil
(4) Membandingkan suatu cara dengan cara yang lain
(5) Untuk mengetahui serta melihat kebenaran sesuatu, bila berhubungan dengan
mengatur sesuatu, dan proses mengerjakan atau menggunakan sesuatu.
c) Keunggulan metode demonstrasi adalah
(1) Dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan konkret
(2) Dapat menghindari verbalisme
(3) Lebih menarik
(4) Peserta didik dirangsang untuk mengamati
(5) Menyesuaikan teori dengan kenyataan dan dapat melakukan sendiri
(redemonstrasi)
d) Kekurangan Kekurangan metode demonstrasi adalah :
(1) Memerlukan keterampilan khusus dari pengajar
(2) Alat-alat/biaya, dan tempat yang memadai belum tentu tersedia
(3) Memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang

3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain dimensi sasaran
pendidikan kesehatan, tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan, dan tingkat pelayanan
pendidikan kesehatan.

1) Sasaran pendidikan kesehatan


Dari dimensi sasaran, ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu :
a) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.
b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.

2) Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan.

Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat


sehingga dengan sendirinya sasarannya juga berbeda. Misalnya :

a) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid, yang


pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya kesehatan sekolah (UKS)
b) ) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat,
Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum maupun Khusus dengan sasaran pasien dan keluarga
pasien.
c) Pendidikan kesehatan ditempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan.

2) Tingkat pelayanan pendidikan kesehatan


Dalam dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of preventi) dari Leavel dan Clark
(Notoadmojo, 1997), yaitu:
a) Promosi kesehatan (Health Promotion)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam kebersihan perorangan,
perbaikan sanitasi lingkungan, pemeriksaan kesehatan berkala, peningkatan gizi, dan kebiasaan
hidup sehat.
b) Perlindungan Khusus (Specific Protection)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
Misalnya tentang pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap penyakit pada anak
maupun orang dewasa. Program imunisasi merupakan bentuk pelayanan perlindungan khusus.
Contoh lainnya adalah perlindungan kecelakaan di tempat kerja.
c) Diagnosa Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena rendahnya tingkat pengetahuan dan
kesadaran masyarakat akan kesehatan dan penyakit yang terjadi di masyarakat. Keadaan ini
menimbulkan kesulitan mendeteksi penyakit yang terjadi di masyarakat, masyarakat tidak mau
diperiksa dan diobati penyakitnya. Kegiatan pada tingkat pencegahan ini meliputi pencarian
kasus individu atau masal, survey penyaringan kasus, penyembuhan dan pencegahan
berlanjutnya proses penyakit,pencegahan penyebaran penyakit menular, dan pencegahan
komplikasi.
d) Pembatasan Cacat (Disability Limitation)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena masyarakat sering didapat tidak mau
melanjutkan pengobatannya sampai tuntas atau tidak mau melakukan pemeriksaan dan
pengobatan penyakitnya secara tuntas. Pengobatan yang tidak layak dan tidak sempurna dapat
mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi cacat atau memiliki ketidakmampuan untuk
melakukan sesuatu. Hal ini terjadi karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat akan
kesehatan dan penyakitnya. Pada tingkat ini kegiatan meliputi perawatan untuk menghentikan
penyakit, pencegahan komplikasi lebih lanjut, serta fasilitas untuk mengatasi cacat dan
mencegah kematian.
e) Rehabilitasi (Rehabilitation)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena setelah sembuh dari suatu penyakit
tertentu, seseorang mungkin menjadi cacat. Untuk memulihkan kecacatannya itu diperlukan
latihan-latihan. Untuk melakukan suatu latihan yang baik dan benar sesuai dengan program
yang ditentukan, diperlukan adanya pengertian dan kesadaran dari masyarakat yang
bersangkutan. Di sampng itu, ada rasa malu dan takut tidak diterima untuk kembali ke
masyarakat setelah sembuh dari suatu penyakit atau sebaliknya masyarakat mungkin tidak mau
menerima anggota masyarakat lainnya yang baru sembuh dari suatu penyakit. (Suliha, 2002).

Anda mungkin juga menyukai