Anda di halaman 1dari 24

MODUL 6

TRANSFUSI DARAH

SKENARIO 6

DARAH DIMASUKKAN ATAU DIKELUARKAN?

Hendra, 24 tahun, dibawa ke IGD RSUP M.Djamil setelah mengalami kecelakaan lalulintas
dengan kondisi patah tulang terbuka di tungkai bawah. Darah sangat banyak mengucur dari
lukanya. Setelah pemeriksaan fisik dan pertolongan pertama terhadap luka dan patah tulangnya,
dilakukan pemeriksaan laboratorium. Dari hasil laboratorium didapatkan kadar Hb 6,2 gr/dL.
Hendra direncanakan untuk transfusi darah sebelum penatalaksaan lebih lanjut terhadap patah
tulangnya. Dokter mengisi formulir permintaan darah, dan dikirim beserta contoh darah Hendra
ke Bank Darah untuk persiapan transfusi. Dokter meminta empat unit Packed Red Cells (PRC).
Dari pemeriksaan pretransfusi didapatkan golongan darah Hendra adalah A, Rhesus-D positif,
crossmatch mayor negatif, crossmatch minor negatif dan autocontrol negatif pada keempat
kantong darah yang diminta, kemudian darah ditransfusikan pada Hendra. Setelah 15 menit
transfusi berjalan, Hendra menggigil, sesak nafas, acral dingin dan tekanan darah turun. Dokter
langsung menghentikan transfusi dan segera memperbaiki keadaan darurat sesuai dengan protap
yang sudah ada. Pada saat dirawat di RS, Hendra bertemu dengan temannya yang melakukan
kontrol rutin terhadap penyakitnya. Secara berkala, darah dikeluarkan dari tubuh teman Hendra
untuk mencegah berbagai komplikasi. Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada
Hendra dan temannya?

JUMP 1 ( TERMINOLOGI )

1. Cross Match Mayor


pemeriksaan dengan mereaksikan serum pasien dnegan sel pendonor, apabila
terdapat antibody yang melawan sel maka dapat merusak sel donor
2. Cross match minor
merupakan serum pasien direaksikan dengan sel donor, apabila di dalam serum pasien
terdapat antibodi yang melawan terhadap sel maka dapat merusak sel donor, tidak bisa
dilakukan untuk pretransfusi
3. Pemeriksaan Pre-Transfusi
bertujuan agar sel-sel darah yang ditransfusikan dapat hidup di tubuh pasien dan tidak
menimbulkan kerusakan pada sel darah pasien, dilakukan untuk mendapatkan kecocokan
pada transfusi darah
4. Transfusi darah
Suatu pemberian darah dari orang yang sehat ke orang yang sakit
5. PRC
Konsentrat eritrosit yang berasal dari sentrifograsi wole glud, dipekatkan dengan
memisahkan komponen-komponen lain sehingga mencapai
hematokrit 65-70%, yang berarti menghilangnya 125-150 ml plasma dari satu
unitnya. PRC merupakan pilihan utama untuk anemia kronik karena volumenya
6. Auto Control
serum penerima ditambahkan sel penerima yang digunakansebagai kontrol reaksi
antibodi dan antigen resipien menunjukkan hasil tidak aglutinasiyang berarti tidak ada
autoimun yang terbentuk dalam tubuh resipien sendiri

Jump 2

1. Apa Penyebab kondisi patah tulang terbuka di tungkai bawah dg kejadian kecelakaan
Lalulintas pada Hendra dan Hubungan Hendra yg berusia 24 tahun terhadap kejadian
patah tuang terbuka di tungkai bawah dg kejadian kecelakaan Lalulintas?
Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat memengaruhi mekanisme fraktur pada
kecelakaan, antara lain mekanisme cedera (direct, indirect force), besar kekuatan energi
(lowenergy, high-energy), tipe benda yang terlibat dalam kejadian fraktur (tajam dan
tumpul), serta kronologis tertentu dalam suatu kecelakaan.
Sementara fraktur terbuka diakibatkan oleh mekanisme direct force dengan kekuatan
high-energy dan keterlibatan benda tajam seperti badan kendaraan yang lebih sering
terjadi pada kecelakaan lalu lintas.
beberapa faktor risiko yang memengaruhi fraktur tulang panjang pada kejadian
kecelakaan, antara lain usia, jenis kelamin, kekuatan otot, dan juga kekuatan struktur
tulang per individu. Usia anak dan remaja lebih sering mengalami fraktur tulang panjang
karena proses pertumbuhan terjadi pada lempeng fisis yang lebih rapuh. Usia tua sering
disertai dengan keadaan patologis tulang atau kepadatan tulang yang berkurang.
Perempuan lebih mudah mengalami fraktur pada usia lansia yang dipengaruhi oleh proses
pengeroposan tulang. Namun, laki-laki pada penelitian ini lebih sering mengalami fraktur
2. Apa indikasi dilakukannya transfusi darah pada pak hendra?
. Indikasi :
- Kondisi Hb, Hb minimal 7gr/dl
- Kehilangan darah akut, bila 20–30% total volume darah hilang dan perdarahan masih
terus terjadi.
- Anemia berat
- Syok septik (jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan sirkulasi darah dan
sebagai tambahan dari pemberian antibiotik)
- Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan faktor pembekuan, karena
komponen darah spesifik yang lain tidak ada
- Transfusi tukar pada neonatus dgn ikterus berat.
3. apa ha yang harus diperhatikan sblm melakukan tranfusi darah ?
Karena open fraktur perdarahan perlu tranfusi darah
- Golongan darah donor sama dengan golongan darah resipien dan nama anak serta
nomornya tercantum pada label dan formulir (pada kasus gawat darurat, kurangi risiko
terjadinya ketidakcocokan atau reaksi transfusi dengan melakukan uji silang golongan
darah spesifik atau beri darah golongan O bila tersedia)
- Kantung darah transfusi tidak bocor
- Kantung darah tidak berada di luar lemari es lebih dari 2 jam, warna plasma darah tidak
merah jambu atau bergumpal dan sel darah merah tidak terlihat keunguan atau hitam
- Tanda gagal jantung. Jika ada, beri furosemid 1mg/kgBB IV saat awal transfusi darah
pada anak yang sirkulasi darahnya normal. Jangan menyuntik ke dalam kantung darah.
- Lakukan pencatatan awal tentang suhu badan, frekuensi napas dan denyut nadi anak.
- Jumlah awal darah yang ditransfusikan harus sebanyak 20 ml/kgBB darah utuh, yang
diberikan selama 3-4 jam, dan di perketat selama 15 mnt
Syarat :
- Sehat jasmani dan rohani
- Usia 17-65
- Bb min 45
- Td sistol
- Hb 12, 5-17 gr%
4. Apa perbedaan pemeriksaan crossmatch mayor dan minor ?
Mayor : serum resepien ditetesi eritrosit pendonor
Minor : serum donor di tetesi eritrosit rrsepien
5. Apa tujuan dan jenis pemeriksaan crossmatch ?
.Pemeriksaan crossmatch Bertujuan untuk Mengetahui ada tidaknya reaksi antara darah
donor dan pasien sehingga menjamin kecocokan darah yang akan ditranfusikan bagi
pasien, Kemudian dapat untuk Mendeteksi antibodi yang tidak diharapkan dalam serum
pasien yang dapat mengurangi umur eritrosit donor/ menghancurkan eritrosit donor
- Ada atau tidaknya reaksi darah donor dan darah pasien
- Mendeteksi antobodi yg tidak diharapkan yg dapat menghancurkan sel darah
donor
Jenis :
- Metode tabung
- Metode gel
- Metode otomatis
Prinsip :
- Mayor, dengan menggunakan serum pasien yg direaksikan dengan sel donor
- Minor, serum donor direaksikan dengan sel pasien
Mayor – minor – AC - : darah donor dapat ditransfusikan
Mayor + minor – AC - : darah donor diganti
Mayor – minor + AC – : ganti darah donor
Mayor – minor + AC + : dapat transfuse bila minor lebih kecil atau sama dengan
ACinformed consent
6. Mengapa dokter meminta packed red cell dan bagaimana makna dari golondan darah
Hendra adalah A, Rhesus-D positif, crossmatch mayor negatif, crossmatch minor negatif
dan autocontrol negatif pada keempat kantung darah yg diminta, bgmna cara
penyimpananya dan pemberian ?
modalitas terapi yang umum digunakan untuk mengobati pasien yang hanya
membutuhkan komponen sel darah merah saja,
Jika pada reaksi tersebut golongan darah A,B dan O penerima dan donor sama, baik
mayor maupun minor test tidak bereaksi serta autocontrol negatif berarti cocok
Jika berlainan, misalnya donor golongan darah O dan penerima golongan darah A maka
pada test minor akan terjadi aglutinasi atau juga bisa sebaliknya berarti tidak cocok, dan
untuk mengembalikan eritrosit yang hilang
Pada pemberian PRC di batasi 2-4 jam dosis 3 ml/kg akan meningkatkan Ht 3%
7. Mengapa Hendra mengalami menggigil , acral dingin dan hipotensi ?
Hendra pada scenario tersebut mengalami menggigil setelah 15 menit setelah
dilakukanya tindakan transfuse darah disebabkan oleh terjadinya Inkompatibilitas yang
memicu terjadinya reaksi hemolitik akut karena eritrosit dari pendonor mengalami lisis
akibat antibodi yang di bentuk oleh tubuh Tn.Hendra tersebut,sehingga kondisi tersebut
akan menyebabkan terjadinya penurunan darah secara mendadak yang dapat berimplikasi
kepada manifestasi klinis lain berupa acral yang menjadi dingin dan menggigil ,di
samping itu menggigil dan acral yang berubah menjadi dingin bisa di sebabkan oleh
menurunya tekanan darah secara mendadak hingga mencapai tekanan > 20 mmHg yang
menyebabkan kaku otot hingga tampak tampilan klinis seperti menggigil, dan akibat
reaksi transfuse akut, di mana reaksi ini langsung terjadi setelah dilakukan transfuse
darah.
Reaksi demam non hemolitik paska transfusi/ febrile nonhemolytic
transfusion reactions (FNHTR) adalah kenaikan temperatur tubuh minimal 1oC di atas
37oC dalam 24 jam paska transfusi.
8. .Mengapa dokter merencanakan tindakan transfuse darah terlebih dahulu ketimbang
penatalaksanaan terhadap patah tulangnya ?
dikarenakan untuk mencegah terjadinya komplikasi berupa syok hipovolemik
dikarenakan jumlah perdarahan pada tungkai bawah banyak menyebabkan darah yang
keluar akibat kecelakaan tersebut.
9. Mengapa tmn Hendra darah dikeluarkan dari tubuhnya ?
Flebotomi dapat merupakan pengobatan yang adekuat bagi seorang pasien
polisitemia selama bertahun-tahun dan merupakan pengobatan yang
dianjurkan. Indikasi flebotomi adalah
- Polisitemia sekunder fisiologis hanyaa dilakukan jika Ht >55% (target Ht
≤55%).
- Polisitemia sekunder non fisiologis bergantung pada derajat beratnya gejala
yang ditimbulkan akibat hiperviskositas dan penurunan,shear rate, atau
sebagai penatalaksanaan terbatas gawat darurat sindrom paraneoplastik.
Pada PV tujuan prosedur flebotomi tersebut ialah mempertahankan hematokrit
≤42% pada perempuan, dan ≤47% pada pria untuk mencegah timbulnya
hiperviskositas dan penurunan shear rate. lndikasi flebotomi terutama pada
semua pasien pada permulaan penyakit, dan pada pasien yang masih dalam
usia subur.
Akan terjadi stasis pada tubuhnya dan mengalami gangguan pada eritrositnya
Untuk menjaga hematokrit dilakukan px selama 2 bulan
10. Apa saja hasil uji crossmatch dan interpretasinya?
Crossmatch mayor, minor dan AC(auto control) = negatif, darah pasien
kompatibel dengan darah donor maka darah boleh dikeluarkan. 2. Crossmtacth mayor =
positif, minor = negatif, AC = negatif, diperiksa sekali
lagi golongan darah pasien apakah sudah sama dengan donor, apabila
golongan darah sudah sama artinya ada irregular antibody pada serum
pasien. Darah donor diganti dengan melakukan crossmatch lagi sampai
didapat hasil cross negatif pada mayor dan minor, apabila tidak ditemukan
hasil crossmatch yang kompatibel meskipun darah donor telah diganti maka
harus dilakukan screening dan identifikasi antibodi pada serum pasien, dalam
hal ini sampel darah dikirim ke UTD Pembina terdekat. 3. Crossmatch mayor = negatif,
minor = positif, AC = negatif, artinya ada
irregular antibody pada serum / plasma donor. Penyelesaiannya darah donor
diganti dengan yang lain, lakukan crossmatch lagi.
Crossmatch mayor = negatif, minor = positif, AC = positif, lakukan direct
coombs test (DCT) pada pasien. Hasil DCT positif pada crossmatch minor
dan AC berasal dari autoantibody. Apabila derajat positif pada minor sama
atau lebih kecil dibandingkan derajat positif pada AC / DCT, darah boleh
dikeluarkan. Apabila derajat positif pada minor lebih besar dibandingkan
derajat positif pada AC / DCT, darah tidak boleh dikeluarkan. Ganti darah
donor, lakukan crossmatch lagi sampai ditemukan positif pada minor sama
atau lebih kecil dibanding AC / DCT. 5. Mayor, Minor, AC = positif.
4 kategori hasil :
Bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor tidak mengakibatkan
aglutinasieritrosit, maka diartikan bahwa darah donor sesual dengan darah resipien
sehinggatransfuse darah boleh dilakukan; bila crossmatch mayor menghasilkan
aglutinasi, tanpamemperhatikan basil crossmatch minor, diartikan bahwa darah
donor tidak sesuaidengan darah resipiensehingga transfusi darah tidak dapat
dilakukan denganmenggunakan darah donor itu. Bila crossmatch mayor tidak
menghasilkan aglutinasi, sedangkan dengan crossmatchminor terjadi aglutinasi, maka
crossmatch minor harus diulangi dengan menggunakanserum donor yang diencerkan.
Bila pemeriksaan terakhir ternyata tidak menghasilkanaglutinasi, maka transfuse darah
masih dapat dilakukan dengan menggunacan darahdonor tersebut, hal ini disesuaikan
dengan keadaan pada waktu transfusi dilakukan,yaitu serum darah donor akan mengalami
pengaan dalam aliran darah resipien.  Bila pemeriksaan dengan serum donor yang
diencerkanmenghasilkan aglutinasi, makadarah donor itu tidak dapat ditransfusikan
11. Apa saja komplikasi dari transfuse darah ?
Risiko Akut
Risiko akut terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam dan dapat terjadi pada 1-2% kasus.
Alergi ringan
Reaksi alergi ringan atau urtikaria yang terjadi akibat interaksi antara alergen dengan
antibodi yang menimbulkan gejala morbilliform rash, urtikaria dan angioedema lokal
Anafilaksis
Reaksi anafilaksis akibat adanya antibodi terhadap protein plasma donor. Reaksi ini
ditandai dengan adanya gejala mukokutaneus,hipotensi dan gejala respirasi seperti
stridor, disfonia dan bronkospasme
Reaksi Inkompatibilitas
Reaksi hemolitik akibat reaksi inkompatibilitas yang mengaktifkan hemolisis
intravaskuler yang ditandai dengan menggigil, demam, nyeri pinggang, hipotensi,
hemoglobinuria, oliguria dan disseminated intravascular coagulation
Reaksi transfusi non hemolitik akibat adanya sitokin dan antibodi terhadap sel darah
putih donor. Keadaan ini ditandai dengan demam > 38 derajat C, menggigil, nyeri kepala
dan muntah
Sepsis
Sepsis akibat reaksi transfusi. Masuknya bakteri dapat terjadi akibat proses transfusi yang
tidak steril ataupun bakteri yang berasal dari darah pendonor sehingga terjadi sepsis.
Gejala ini ditandai dengan adanya demam, menggigil, hipotensi, gagal ginjal akut, syok,
perdarahan dari mukokutan
RIsiko Lambat
Risiko lambat yang terjadi dalam waktu lebih dari 24 jam, yaitu:
Reaksi hemolitik lambat yang ditandai dengan menurunnya jumlah haemoglobin,
demam, dan jaundice
Graft Versus Host Disease (GVHD) yang ditandai dengan demam, gejala gastrointestinal,
ruam, hepatitis dan pansitopenia
Infeksi yang dapat menular melalui proses transfusi yaitu infeksi HIV, hepatitis B,
hepatitis C, sifilis, malaria, cytomegalovirus dan infeksi lainnya seperti EBV,
toxoplasma, dan chagas disease
Penanganan Komplikasi
Jika pada pasien terjadi komplikasi, tindakan yang dapat dilakukan adalah:
Segera menghentikan proses transfusi
Mengembalikan kantong darah dan set transfusi ke unit transfusi dan segera
mengumpulkan sampel urin dan darah (satu sampel yang dicampur dengan antikoagulan
dan satu sampel tanpa dicampur)
12. Bagaimana Prosedur yang mengatur dan dapat dilakukan pada kasus Hendra yang
mengalami kegagalan saat Transfusi di atas ?
.Prosedur Tetap yang bisa di lakukan pada Tn.Hendra tersebut yang mengalami
kegagalan pada saat transfuse darah dapat dilakukan tindakan berupa dengan langkah
pertama untuk menghentikan tindakan transfuse yang sedang berjalan dan kemudian
mengganti nya dengan larutan NaCl 0,9 % , kemudian diikuti dengan mengganti blood
set baru , atasi syok dengan memberikan dopamine drip secara IV dengan dosis 5-10
mmHg / KgBB untuk mengatasi reaksi mengggil pada Tn.Hendra tersebut , Kemudian
lakukan pemeriksaan faal hemostasis.
13. Bgmana kondisi klinis dan gejala2 pada teman Hendra ?
1. Gejala awal (early symptom)
Gejala awal dari polisitemia vera minimal dan tidak selalu ditemukan
kelainan walaupun telah diketahui melalui tes laboratorium. Gejala awal
yang terjadi biasanya sakit kepala (48%), telinga berdenging (43%),
mudah lelah(47%), gangguan daya ingat , susah bernapas (26%), darah
tinggi (72%), gangguan penglihatan (3l%), rasa panas pada tangan atau
7
kaki (29%), gatal (pruritus) (43%), juga terdapat perdarahan dari hidung,
lambung (stomach ulcers) (24%) atau sakit tulang (26%).
2. Gejala akhir (later symptomps) dan Komplikasi
Sebagai penyakit progresif, pasien dengan polisitemia vera mengalami
perdarahan (hemorrhage) atau trombosis. Trombosis adalah penyebab
kematian terbanyak dari polisitemia vera. Komplikasi Iain peningkatan
asam urat dalam darah sekitar 10% berkembang ,menjadi gout dan
peningkatan resiko ulkus pepticum (10%).
3. Fase splenomegali
Sekitar 30% gejala akhir berkembang menjadi fase splenomegali. Pada
tase ini terjadi kegagalan sumsum tulang dan pasien menjadi anemia berat,
kebutuhan transfusi meningkat, liver dan limpa membesar.

Jump 4 Skema

Golongan Darah
Transfusi Darah

Indikasi Kontraindikasi

Komplikasi / Reaksi
Transfusi Darah

Tatalaksana
Transfusi Darah

Jump 5
1. Golongan darah
A. Prinsip pemeriksaan ABO dan RH
B. Menentukan kepentingan golongan darah
2. Transfusi darah
A. Indikasi dan kontra indikasi
B. Pemberian dan penyimpanan
C. Komplikasi
D. Rx inkompatibilitas
E. Tatalaksana
Jump 7
1. Penggolongan darah ABO dan RH
a. Macam-macam Sistem Penggolongan Darah
Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan
Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Namun kami akan memberikannya beberapa saja,
diantaranya sebagai berikut.

b. Penggolongan Darah Berdasarkan Sistem ABO


Dalam sistem A-B-O dikenal 2 macam antigen, yaitu antigen A dan antigen B.
Golongan darah kita ditentukan oleh perpaduan gen yang diwariskan oleh ayah dan gen
yang diwariskan oleh ibu kita. Pewarisan gen yang menentukan golongan darah
mengikuti hukum Mendel. Jenis gen yang diwariskan itu disebut genotip (genotype), terdiri
dari genotip A, B, dan O.
• Jika kita bergolongan darah O, kita hanya mempunyai gen O.
• Jika kita bergolongan darah A, kita mungkin mempunyai gen A saja, atau mempunyai
gen A dan gen O.
• Jika kita bergolongan darah B, kita mungkin mempunyai gen B saja, atau mempunyai
gen B dan gen O.
• Jika kita bergolongan darah AB, kita mempunyai gen A dan gen B.

Cara menentukan golongan darah dengan sistem ABO adalah sebagai berikut: 
a. Ujung jari dibersihkan dengan kapas yg telah dibasahi alkohol 70%, jangan diusap agar
tetap steril.
b. Jarum dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahi alkohol 70%, kemudian ditusuk ke
ujung jari dengan alkohol 70%, apabila darah telah di teteskan.
c. Pijit ujung jari agar darah mudah keluar, kemudian teteskan pada kaca objek A dan B.
d. Bersihkan kembali ujung jari dengan alkohol 70% apabila darah telah di teteskan.
e. Beri setetes serum anti A pada darah di kaca A dan serum anti B pada darah di kaca B.
f. Campur tetesan darah yg telah diberi serum dan amati hasilnya.

Tentukan golongan darah berdasarkan keterangan berikut:

• Jika darah di A menggumpal sedangkan di B tidak maka termasuk golongan darah A.

• Jika darah di A tidak menggumpal sedangkan di B menggumpal maka termasuk


golongan     darah B.

• Jika darah di A dan B menggumpal maka termasuk golongan darah AB.

• Jika darah A dan B tidak menggumpal maka termasuk golongan darah O

Tabel kecocokan RBC

Donor
Golongan darah
resipien
O− O+ A− A+ B− B+ AB− AB+

O−

O+

A−
A+

B−

B+

AB−

AB+

Penyebaran golongan darah A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi


atau ras. Salah satu pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi
yang berbeda-beda.

c. Penggolongan Darah Berdasarkan Sistem Rhesus


Landsteiner dan Weiner tahun 1940 menemukan antigen sistem Rhesus pada sel
darah merah. Mula-mula mereka menyuntikkan sel darah monyet Rhesus pada kelinci,
ternyata serum kelinci yang telah disuntik atau diimunisasi tersebut, mengandung zat anti
atau antibody yang mengagglutinasikan (menggumpalkan) sel darah merah, seperti pada
±85% orang-orang Eropa, dan golongan darah mereka kemudian disebut golongan Rhesus
Positif (Rh Positif). Pada ±15% sisanya, yang sel-selnya tidak diagglutinasikan (tidak
digumpalkan) disebut golongan Rhesus negatif (Rh negatif).
Dalam sistem Rhesus tidak ada anti RH yang timbul secara alami. Bila dalam
tubuh seseorang ada zat anti, anti RH, pasti hal itu karena immunisasi. Proses immunisasi
memerlukan waktu, mungkin beberapa minggu setelah penyuntikan antigen, sebelum zat
antinya terbentuk dalam darah.
Dalam sistem Rhesus telah ditemukan beberapa macam antigen dan antigen yang
utama, yaitu antigen D. Antigen ini merupakan antigen yang kuat yang dapat menyebabkan
komplikasi, berupa reaksi transfusi hemolitik, yaitu reaksi hancurnya sel-sel darah merah.
Pada bayi menyebabkan penyakit Hemolytic disease of the newborn, yaitu bayi lahir
kuning atau bahkan bengkak di seluruh tubuh atau mungkin lahir meninggal.
Cara seseorang mendapatkan immunisasi antigen golongan darah adalah:
1. Transfusi darah. Seseorang yang mempunyai golongan Rhesus negatif ditransfusi
dengan golongan Rhesus positif, pada orang itu dapat berbentuk zat anti atau antibody,
yaitu anti-D.
2. Kehamilan. Wanita yang mempunyai golongan Rhesus negatif, menikah dengan laki-
laki yang mempunyai golongan Rhesus positif, kemudian hamil bayi golongan Rhesus
positif, pada wanita tersebut dapat berbentuk zat anti atau antibody, yaitu anti-D.
Perlu diketahui bahwa adanya zat anti atau antibody dalam serum seseorang, tidak
dengan sendirinya mempengaruhi kesehatan seseorang, tetapi keadaan ini dapat menjadi
buruk pada keadaan:
1. Transfusi darah. Bahaya timbulnya reaksi transfusi hemolitik.
2. Kehamilan. Bahaya timbulnya Hemolytic disease of the newborn pada bayi.
d. Penggolongan Darah Berdasarkan Sistem MN
Sistem penggolongan darah MN, M, dan N didasarkan pada dua molekul spesifik
yang terletak pada permukaan sel darah merah. Orang-orang dengan golongan darah M
mempunyai satu dari kedua tipe molekul ini dan orang dengan golongan darah N
mempunyai tipe yang lainnya. Golongan MN dikarakterisasi oleh adanya kedua molekul
pada sel darah merah.
Sebuah lokus gen tunggal, dimana dua variasi alel bisa berada, menentukan
golongan-golongan darah ini. Individu M adalah homozigot untuk satu alel; individu N
adalah homozigot untuk alel yang lainnya. Kondisi heterozigot terdapat pada golongan
MN. Perlu diperhatikan bahwa fenotip MN bukanlah intermediet antara fenotip M dan N,
tetapi kedua fenotip tersebut secara sendiri-sendiri terekspresikan oleh adanya kedua tipe
molekul ini pada sel darah merah.
Golongan darah M, N, dan MN tidak menimbulkan penggumpalan pada darah
manusia, karena darah manusia tidak membentuk zat anti M dan anti N. Penggumpalan
akan terjadi apabila antigen tersebut (M, N, dan MN) disuntikkan ke tubuh kelinci.
Menurut penelitian, keberadaan antigen itu ditentukan oleh suatu gen yang memiliki dua
alel. Dengan demikian, golongan darah M memiliki genotip LMLM; golongan darah N
memiliki genotip LNLN; sedangkan golongan darah MN memiliki genotip LMLN.
Bagaimanakah hubungannya dengan golongan darah AB0? Ternyata, pada semua
golongan darah ditemukan golongan darah golongan darah MN. Jadi, golongan darah A
ada kemungkinan memiliki golongan darah M, N, atau MN. Demikian pula, golongan
darah B dan 0. Misalnya, orang bergolongan darah A, M mempunyai genotip I AIA, LMLM.
Golongan darah B, M memiliki genotip IBIB, LMLM. Golongan darah A, N memiliki genotip
IAIA, LNLN, dan seterusnya.

2. Transfusi Darah
a. Definisi
Transfusi darah adalah proses transfer darah atau produk berbasis darah dari satu
orang ke sistem peredaran darah orang lain. Transfusi darah dapat menyelamatkan jiwa
dalam beberapa situasi, seperti kehilangan darah dalam jumlah besar karena trauma, atau
dapat digunakan untuk menggantikan darah yang hilang selama operasi. Transfusi darah
juga dapat digunakan untuk mengobati anemia berat atau trombositopenia yang disebabkan
oleh karena penyakit darah.

b. Tujuan Transfusi Darah


• Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.
• Memelihara keadaan biologis darah atau komponen – komponennya agar tetap
bermanfaat.
• Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran
darah (stabilitas peredaran darah).
• Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah.
• Meningkatkan oksigenasi jaringan.
• Memperbaiki fungsi Hemostatis.
• Tindakan terapi kasus tertentu.

c. Indikasi Transfusi Darah


1. Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr% atau Ht <30%, Pada orang tua, kelainan paru,
kelainan jantung Hb <10 g/dl
2. Pada pembedahan mayor kehilangan darah >20% volume darah
3. Pada bayi anak yang kehilangan darah >15%, dengan kadar Hb yang normal Pada
bayi anak, jika kehilangan darah hanya 10-15% dengan kadar Hb normal tidak perlu
transfusi darah, cukup dengan diberi cairan kristaloid atau koloid, sedang >15% perlu
transfusi karena terdapat gangguan pengangkutan Oksigen.
4. Pada orang dewasa yang kehilangan darah sebanyak 20%, dengan kadar Hb normal.
Kehilangan darah sampai 20% dapat menyebabkan gangguan faktor pembekuan.
d. Macam Macam Transfusi Darah
A. Darah Lengkap/ Whole Blood (WB)
Darah lengkap ini berisi sel darah merah, leukosit, trombosit dan plasma. Satu unit
kantong darah lengkap berisi 450 ml darah dan 63 ml antikoagulan. Di Indonesia satu
kantong darah lengkap berisi 250 ml darah dengan 37 ml antikoagulan. Suhu simpan
antara 1-6 0C. lama simpan dari darah lengkap ini tergantung dari antikoagulan yang
dipakai pada kantong darah, pada pemakaian sitrat fosfat dektrose (CPD) lama simpan
adalah 21 hari, sedangkan dengan CPD adenine (CPDA) adalah 35 hari. Pada dewasa, 1
unit darah lengkap akan meningkatkan Hb sekitar 1 g/dl atau hematokrit 3-4 %. Pada
anak-anak darah lengkap 8 ml/kg akan meningkatkan Hb sekitar 1 g/dl.

Darah utuh ada 3 macam, yaitu:

a) Darah utuh sangat segar, umurnya < 6 jam, masih berisi trombosit dan semua factor
pembekuan (juga factor labil (V,VII))
b) Darah Utuh Segar, umurnya < 24 jam yang masih berisi trombosit dan factor-faktor
pembekuan kecuali factor labil
c) Darah Utuh Simpan, umurnya > 24 jam sampai 3-4 minggu, selain eritrosit hanya
berisi factor-faktor pembekuan yang umurnya panjang dan albumin5.
Darah lengkap diberikan dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui. Diberikan
pada penderita yang mengalami perdarahan akut, syok hipovolemik, bedah mayor
dengan perdarahan >1500 ml.

Indikasi:
1. Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar
2. Pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25% dari volume
darah total.

Kontraindikasi
 Tidak diberikan pada pasien dengan anemia kronik yang normovolemik atau
yang bertujuan meningkatkan sel darah merah.
Rumus kebutuhan whole blood:
6 x  ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
Ket:
-Hb normal: Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb pasien: Hb pasien saat ini

B. Packed Red Cell


PRC berasal dari darah lengkap yang disedimentasikan selama penyimpanan, atau dengan
sentrifugasi putaran tinggi. Sebagian besar (2/3) dari plasma dibuang. Satu unit PRC dari
500 ml darah lengkap volumenya 200-250 ml dengan kadar hematokrit 70-80%, volume
plasma 15-25 ml, dan volume antikoagulan 10-15 ml. Mempunyai daya pembawa
oksigen dua kali lebih besar dari satu unit darah lengkap. Waktu penyimpanan sama
dengan darah lengkap.

Rumus kebutuhan darah (ml) :

3 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x


BB
Ket :

-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal

-Hb pasien : Hb pasien saat ini

Indikasi Transfusi Sel darah Merah


A) Transfusi sel darah merah hampir selalu diindikasikan pada kadar Hemoglobin (hb) <7
g/dl, terutama pada anemia akut.
B) Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10 g/dl apabila ditemukan
hipoksia yang bermakna secara klinis dan laboratorium.
C) Transfusi darah tidak dapat dilakukan bila kadar Hb> 10 g/ dl, kecuali bila ada indikasi
tertentu, misalnya penyakit yang membutuhkan kapasitas transport oksigen lebih tinggi
(contoh: PPOK berat dan penyakit jantung iskemik)
C. Sel darah merah Pekat Dengan Sedikit Leukosit (Packed Red Blood Cell Leukocytes
Reduced)
Setiap unit sel darah merah pekat mengandung 1-3 x 109 leukosit. American Association
of Blood bank Standard for Transfusion Services menetapkan bahwa sel darah merah
yang disebut dengan sedikit leukosit jika kandungan leukositnya kurang dari 5x106
leukosit/unit.

Indikasi penggunaan sel darah merah pekat dengan sedikit leukosit yaitu:
a.untuk meningkatkan jumlah sel darah merah pada pasien yang sering mendapatkan/
tergantung pada transfusi darah
b. pada pasien sering mendapat reaksi alergi yang disebabkan oleh protein plasma atau
antibodi leukosit.

D. Sel Darah Merah Pekat Cuci (Packed Red Blood Cell Washed)
Dibuat dari darah utuh yang dicuci dengan normal saline sebanyak tiga kali untuk
menghilangkan antibodi. Washed PRC hanya dapat disimpan selama 4 jam pada suhu
4oC, karena itu harus segera diberikan. Sel darah merah yang dicuci dengan normal salin
memiliki hematokrit 70-80 % dengan volume 180 ml.

Indikasi pemberian sel darah merah pekat cuci yaitu :


a.Pada dewasa komponen ini dipakai mencegah reaksi alergi yang berat atau alergi yang
berulang.

E. Sel Darah Merah Pekat Beku Yang Dicuci (Packed Red Blood Cell Frozen, Packed
Red Blood Cell Deglycerolized)
Sel darah merah beku ini dibuat dengan penambahan gliserol suatu sediaan krioprotektif
terhadap darah yang usianya kurang dari 6 hari. Darah ini kemudian dibekukan pada suhu
-650C atau -2000C (tergantung sediaan gliserol) dan dapat disimpan selama 10 tahun.

F. Leukosit/Granulosit konsentrat
Diberikan pada penderita yang jumlah leukositnya turun berat, infeksi yang tidak
membaik/ berat yang tidak sembuh dengan pemberian antibiotik, kualitas leukosit
menurun. Komponen ini dibuat dari seorang donor dengan metode pemutaran melalui
hemonetic –30.
Indikasi :
a. Penderita neutropenia dengan febris yang tinggi yang gagal dengan antibiotik
b. Anemia aplastik dengan lekosit kurang dari 2000/ml
c. Penyakit-penyakit keganasan lainnya.

G. Trombosit Pekat
Trombosit pekat berisi beberapa leukosit dan sel darah merah serta plasma. Satu kantong
trombosit pekat yang berasala dari 450ml darah lengkap seseorang donor berisi kira-kira
5,5 x 1010 trombosit dengan volume sekitar 50 ml. Trombosit pekat ini dapat disimpan
pada suhu 20o-24o dan trombosit dapat disimpan selama 3 hari.

Indikasi pemberian komponen trombosit ialah :


a. Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya
kurang dari 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura,
leukemia, anemia aplastik, demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang karena
pemberian sitostatika terhadap tumor ganas.
b. Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal juga
memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah.
c. Profilaksis dilakukan bila hitung trombosit < 50.000/ ul. Pada pasien yang akan
menjalani operasi, prosedur invasif lainnya atau sesudah tranfusi masif.
d. Pasien dengan kelainan fungsi trombosit yang mengalami perdarahan

Kontraindikasi dan perhatian pemberian Trombosit pekat yaitu :


a.transfusi trombosit biasanya tidak efektif pada pasien destruksi trombosit yang sangat
cepat seperti ITP, DIC dan biasanya transfusi dilakukan hanya pada saat terjadi
perdarahan yang aktif.
b.Transfusi berulang dari trombosit dapat menyebabkan aloimunisasi dengan antigen
serta terjadi refrakter yang ditandai dengan tidak adanya peningkatan trombosit

Rumus Transfusi Trombosit

BB x 1/13 x 0.3
H. Plasma biasa dan Plasma Segar Beku
Dari 250 ml darah utuh diperoleh 125 ml plasma. Plasma banyak digunakan untuk
mengatasi gangguan koagulasi yang tidak disebabkan oleh trombositopenia, mengganti
plasma yang hilang, defisiensi imunoglobulin dan overdosis obat antikoagulans
(warfarin,dsb). Plasma tersedia dalam berbagai bentuk sediaan sebagai berikut :
 Plasma segar (Fresh Plasma)
Dari darah utuh segar (<6 jam). Berisi semua faktor pembekuan (juga faktor labil) dan
trombosit. Harus diberikan dalam 6 jam.
 Plasma Segar Beku (Fresh Frozen Plasma)
Kriteria pemberian Fresh Frozen Plasma :
a. Perdarahan menyeluruh yang tidak dapat dikendalikan dengan jahitan bedah atau
kauter.
b. Peningkatan PT atau PTT minimal 1,5 kali dari normal.
c. Hitung trombosit lebih besar dari 70.000/mm3 (untuk menjamin bahwa
trombositopenia bukan merupakan penyebab perdarahan).
 Plasma biasa (Plasma Simpan)
Indikasi :
a. Untuk mengatasi keadaan shok (sebelum darah datang).
b. Memperbaiki volume sirkulasi darah.
c. Mengganti protein plasma yang hilang pada luka bakar yang luas.
d. Mengganti dan menambah jumlah faktor-faktor tertentu yang hilang misalnya
fibrinogen, albumin, dan globulin.

I. Cryopresipitate
Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII, faktor pembekuan
XIII, faktor Von Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk menghentikan
perdarahan karena kurangnya faktor VIII di dalam darah penderita hemofili A.

Indikasi pemberian cryopresipitate yaitu :


- Profilaksis pada pasien dengan defisiensi fibrinogen yang akan menjalani
prosedur invasif dan terapi pada pasien yang mengalami perdarahan.
- Pasien dengan hemofilia A dan penyakit von Willebrand yang mengalami
perdarahan atau yang tidak responsif terhadap pemberian desmopresin asetat atau
akan menjalani operasi.

Rumus Kebutuhan Cryopresipitate :

0.5x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

J. Albumin Dan Fraksi Protein Plasma


Albumin merupakan derivate plasma yang diperoleh dari darah lengkap atau
plasmafaresis, terdiri dari 96 % albumin dan 4 % globulin dan beberapa protein lain yang
dibuat dengan proses fraksinasi alcohol dingin. Derivate ini kemudian dipanaskan 60 0C
selama 10 jam sehingga bebas virus.

Rumus Kebutuhan Albumin

∆ albumin x BB x 0.4

e. Langkah Langkah / Persiapan untuk Transfusi darah

1. Uji Kompatibilitas dan Pemeriksaan Laboratorium lain


Uji kompatibilitas bertujuan untuk memprediksi dan untuk mencegah reaksi antigen-
antibodi sebagai hasil transfusi sel darah merah. Donor dan penerima donor darah harus
diperiksa adanya antibodi yang tidak baik.
Uji ini dilakukan untuk melihat reaksi antigen-antibodi yang berbahaya in vitro sehingga
dapat mencegah terjadinya reaksi antigen-antibodi in vivo. Golongan darah donor harus
diuji untuk mengetahui golongan darah ABO dan Rh yang benar dan disaring untuk
mengetahui antibodi yang tidak diharapkan. Darah resipien juga harus melalui uji yang
sama. Setelah lengkap dilakukan uji kompatibilitas antara darah donor dan darah resipien
yang dikenal dengan uji silang.

2. Tes ABO-Rh
Reaksi transfusi yang paling berat adalah yang berhubungan dengan inkompatibilitas
ABO. Antibodi yang didapat secara alami dapat bereaksi melawan antigen dari transfusi
(asing), mengaktifkan komplemen, dan mengakibatkan hemolisis intravaskular. Sel darah
merah pasien diuji dengan serum yang dikenal mempunyai antibodi melawan A dan B
untuk menentukan jenis darah. Oleh karena prevalensi secara umum antibodi ABO alami,
konfirmasi jenis darah kemudian dibuat dengan menguji serum pasien melawan sel darah
merah dengan antigen yang dikenal.
Sel darah merah pasien juga diuji dengan antibodi anti-D untuk menentukan Rh. Jika
hasilnya adalah Rh-Negative, adanya antibodi anti-D dapat diuji dengan mencampur serum
pasien dengan sel darah merah Rh (+). Kemungkinan berkembangnya antibodi anti-D
setelah paparan pertama pada antigen Rh adalah 60-70%. Antigen D terdapat pada eritrosit
85% orang kulit putih.

3. Crossmatching
Suatu crossmatch transfusi: sel donor dicampur dengan serum penerima. Crossmatch
mempunyai tiga fungsi: (1) Konfirmasi jenis ABO dan Rh (kurang dari 5 menit), (2)
mendeteksi antibodi pada golongan darah lain, dan (3) mendeteksi antibodi dengan titer
rendah atau tidak terjadi aglutinasi. Yang dua terakhir memerlukan sedikitnya 45 menit.

4. Screening Antibodi
Tujuan tes ini adalah untuk mendeteksi dalam serum adanya antibodi yang biasanya
dihubungkan dengan reaksi hemolitik non-ABO. Test ini (dikenal juga Coombs Tes tidak
langsung) memerlukan 45 menit dan dengan mencampur serum pasien dengan sel darah
merah dari antigen yang dikenal; jika ada antibodi spesifik, membran sel darah merah
dilapisi, dan penambahan dari suatu antibodi antiglobulin menghasilkan aglutinasi sel darah.
Screening ini rutin dilakukan pada seluruh donor darah dan dilakukan untuk penerima donor
sebagai ganti dari crossmatch.

e. Komplikasi / Reaksi Inkompatibilitas Transfusi Darah

1) Reaksi Akut
Reaksi akut adalah reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam 24 jam setelah
transfusi. Reaksi akut dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan, sedang-berat dan
reaksi yang membahayakan nyawa. Reaksi ringan ditandai dengan timbulnya pruritus,
urtikaria dan rash. Reaksi ringan ini disebabkan oleh hipersensitivitas ringan.

Reaksi sedang-berat ditandai dengan adanya gejala gelisah, lemah, pruritus, palpitasi,
dispnea ringan dan nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan adanya warna
kemerahan di kulit, urtikaria, demam, takikardia, kaku otot. Reaksi sedang-berat biasanya
disebabkan oleh hipersensitivitas sedang-berat, demam akibat reaksi transfusi non-
hemolitik (antibodi terhadap leukosit, protein, trombosit), kontaminasi pirogen dan/atau
bakteri.

Pada reaksi yang membahayakan nyawa ditemukan gejala gelisah, nyeri dada, nyeri di
sekitar tempat masuknya infus, napas pendek, nyeri punggung, nyeri kepala, dan dispnea.
Terdapat pula tanda-tanda kaku otot, demam, lemah, hipotensi (turun ≥20% tekanan
darah sistolik), takikardia (naik ≥20%), hemoglobinuria dan perdarahan yang tidak jelas.
Reaksi ini disebabkan oleh hemolisis intravaskular akut, kontaminasi bakteri, syok septik,
kelebihan cairan, anafilaksis dan gagal paru akut akibat transfusi.
a. Hemolisis intravaskular akut
Reaksi hemolisis intravaskular akut adalah reaksi yang disebabkan inkompatibilitas
sel darah merah. Antibodi dalam plasma pasien akan melisiskan sel darah merah
yang inkompatibel. Meskipun volume darah inkompatibel hanya sedikit (10-50 ml)
namun sudah dapat menyebabkan reaksi berat. Semakin banyak volume darah yang
inkompatibel maka akan semakin meningkatkan risiko.

Penyebab terbanyak adalah inkompatibilitas ABO. Hal ini biasanya terjadi akibat
kesalahan dalam permintaan darah, pengambilan contoh darah dari pasien ke tabung
yang belum diberikan label, kesalahan pemberian label pada tabung dan
ketidaktelitian memeriksa identitas pasien sebelum transfusi. Selain itu penyebab
lainnya adalah adanya antibodi dalam plasma pasien melawan antigen golongan
darah lain (selain golongan darah ABO) dari darah yang ditransfusikan, seperti
sistem Idd, Kell atau Duffy.

b. Kelebihan cairan
Kelebihan cairan menyebabkan gagal jantung dan edema paru. Hal ini dapat terjadi
bila terlalu banyak cairan yang ditransfusikan, transfusi terlalu cepat, atau penurunan
fungsi ginjal. Kelebihan cairan terutama terjadi pada pasien dengan anemia kronik
dan memiliki penyakit dasar kardiovaskular.

c. Reaksi anafilaksis
Risiko meningkat sesuai dengan kecepatan transfusi. Sitokin dalam plasma
merupakan salah satu penyebab bronkokonstriksi dan vasokonstriksi pada resipien
tertentu. Selain itu, defisiensi IgA dapat menyebabkan reaksi anafilaksis sangat berat.
Hal itu dapat disebabkan produk darah yang banyak mengandung IgA. Reaksi ini
terjadi dalam beberapa menit awal transfusi dan ditandai dengan syok (kolaps
kardiovaskular), distress pernapasan dan tanpa demam. Anafilaksis dapat berakibat
fatal bila tidak ditangani dengan cepat dan agresif.

d. Cedera paru akut akibat transfusi (Transfusion-associated acute lung injury =


TRALI)
Cedera paru akut disebabkan oleh plasma donor yang mengandung antibodi yang
melawan leukosit pasien. Kegagalan fungsi paru biasanya timbul dalam 1-4 jam
sejak awal transfusi, dengan gambaran foto toraks kesuraman yang difus. Tidak ada
terapi spesifik, namun diperlukan bantuan pernapasan di ruang rawat intensif.

2) Reaksi Lambat
a. Reaksi hemolitik lambat
Reaksi hemolitik lambat timbul 5-10 hari setelah transfusi dengan gejala dan tanda
demam, anemia, ikterik dan hemoglobinuria. Reaksi hemolitik lambat yang berat dan
mengancam nyawa disertai syok, gagal ginjal dan DIC jarang terjadi. Pencegahan
dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium antibodi sel darah merah dalam plasma
pasien dan pemilihan sel darah kompatibel dengan antibodi tersebut.

b. Purpura pasca transfusi


Purpura pasca transfusi merupakan komplikasi yang jarang tetapi potensial
membahayakan pada transfusi sel darah merah atau trombosit. Hal ini disebabkan
adanya antibodi langsung yang melawan antigen spesifik trombosit pada resipien.
Lebih banyak terjadi pada wanita. Gejala dan tanda yang timbul adalah perdarahan
dan adanya trombositopenia berat akut 5-10 hari setelah transfusi yang biasanya
terjadi bila hitung trombosit <100.000/uL. Penatalaksanaan penting terutama bila
hitung trombosit ≤50.000/uL dan perdarahan yang tidak terlihat dengan hitung
trombosit 20.000/uL. Pencegahan dilakukan dengan memberikan trombosit yang
kompatibel dengan antibodi pasien.

c. Penyakit graft-versus-host
Komplikasi ini jarang terjadi namun potensial membahayakan. Biasanya terjadi pada
pasien imunodefisiensi, terutama pasien dengan transplantasi sumsum tulang; dan
pasien imunokompeten yang diberi transfusi dari individu yang memiliki tipe
jaringan kompatibel (HLA: human leucocyte antigen), biasanya yang memiliki
hubungan darah. Gejala dan tanda, seperti demam, rash kulit dan deskuamasi, diare,
hepatitis, pansitopenia, biasanya timbul 10-12 hari setelah transfusi. Tidak ada terapi
spesifik, terapi hanya bersifat suportif.

d. Kelebihan besi
Pasien yang bergantung pada transfusi berulang dalam jangka waktu panjang akan
mengalami akumulasi besi dalam tubuhnya (hemosiderosis). Biasanya ditandai
dengan gagal organ (jantung dan hati). Tidak ada mekanisme fisiologis untuk
menghilangkan kelebihan besi. Obat pengikat besi seperti desferioksamin, diberikan
untuk meminimalkan akumulasi besi dan mempertahankan kadar serum feritin
<2.000 mg/l.

f. Tatalaksana reaksi transfusi

1. Reaksi transfusi hemolitik


a. Hentikan transfusi segera dan diganti infus NaCl 0,9%
b. Atasi shock dengan dopamine drip intravena 5-10 mg/kgBB per menit sampai
tekanan darah sistolik > 100 mmHg dan perfusi jari-jari terasa hangat
c. Bila urine < 1 cc/kgBB/jam, maka segera berikan furosemide 1-2 mg/kgBB untuk
mempertahankan urine > 100 cc/jam
d. Atasi demam dengan antipiretik
e. Periksa faal hemostasis untuk mengatasi kemungkinan DIC
2. Reaksi transfusi alergi
a. Transfusi dihentikan dan diganti dengan infus NaCl 0,9%
b. Antihistamin (IM atau IV)
Setelah gejala hilang transfusi dapat dilanjutkan, sebaiknya dengan unit darah yang
lain.

3. Reaksi anafilaksis
a. Tinggikan kedua tungkai untuk memperbaiki venous return
b. Hentikan transfusi dan diganti dengan infus NaCl 0,9%
c. Adrenalin 0,1-0,2 mg IV diulang tiap 5-15 menit sampai sirkulasi membaik.
Mungkin perlu dilanjutkan dopamine drip.
d. Berikan antihistamin (IM atau IV)
e. Steroid (hidrokortison 100 mg IV, deksametason 4-5 mg IV)
f. Aminofilin 5 mg/kgBB setelah tekanan darah membaik
g. Oksigen

4. Kelebihan cairan
a. Hentikan transfusi
b. Posisi penderita setengah duduk dan berikan oksigen
c. Furosemid 1-2 mg/kgBB IV dan digitalisasi cepat
d. Pertimbangkan phlebotomy, darah dikeluarkan 500 cc
 Pada edema paru berat perlu diberikan morfin IV dengan titrasi pelan 1 mg pelan-
pelan, diulang tiap 10 menit sampai sesak mereda. Sedikit overdosis morfin akan
menyebabkan depresi nafas/apnea.

Anda mungkin juga menyukai