Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE

Dosen Pembimbing : GAYUH SISKA LAKSANANNO, S. Kep, Ns, M.


Kep Sp. Kep. An

Disusun Oleh

Nama : Roudhotul Maksunah

Kelas : 2B

NIM : P1337421018100

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG PRODI DIII KEPERAWATAN TEGAL


Jl. Dewi Sartika No. 1 Debong Kulon RT. 001 / RW. 001, Tegal Selatan, Debong Kulon, Tegal,
Kode Pos: 52133

2020
BAB I

TINJAAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
1. Definisis Penyakit
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah/lendir saja.
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses.
Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, dan bila buang air
besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu
24 jam (Dinkes, 2016).
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a. Lama waktu diare :
Diare akut : berlangsung kurang dari 2 minggu
Diare kronik : berlangsung lebih dari 2 minggu
b. Mekanisme patofisiologis : osmotik atau sekretorik dll
c. Berat ringan diare : kecil atau besar
d. Penyebab infeksi atau tidak : infeksi atau non infeksi
e. Penyebab organik atau tidak : organik atau fungsional
2. Etiologi
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab
lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada
sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Penyakit diare terutama
pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana apabila
terlambat.
Faktor penyebab diare, antara lain :
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enternal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Meliputi infeksi eksternal sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri : Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
aeromonas.
b) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki, Poliomyelitis) Adeno-virus,
Rotavirus, astrovirus, dan lain-lain.
c) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris, Strongyloides), protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur
(Candida albicans.
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti : otitits media
akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut, dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).
3. Tanda dan Gejala
a. Tanda :
1. Cengeng
2. Anus dan daerah sekitar lecet
3. BB menurun
4. Turgor berkurang
5. Mata dan ubun-ubun besar dan menjadi cekung (pada bayi)
6. Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering
7. Nadi cepat dan kecil
8. Denyut jantung jadi cepat
9. TD menurun
10. Kesadaran menurun
11. Pucat, nafas cepat
12. Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-anak atau dewasa.
13. Suhunya tinggi
b. Gejala
1. Tidak nafsu makan
2. Lemas
3. Dehidrasi
4. Gelisah
5. Cengeng
6. Oliguria
7. Anuria
8. Rasa haus
4. Patofisisologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik,
akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam
usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis, misalnya
ketakutan atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui stimulasi usus oleh saraf
parasimpatis. Juga terdapat jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam jumlah
sedikit tetapi sering. Penyebab diare jenis ini antara lain adalah kolitis ulserabutiv dan
penyakit Crohn. Kedua penyakit ini memiliki komponen fisik dan psikogenik.
PATHWAY

Infeksi Makan Psikologi

Berkembang di usus Toksik tidak dapat Ansietas

diserap

Hipersekresi air &

Elektrolit

Hiperpristaltik

Isi usus

Penyerapan makanan di usus

Diare

Frekuensi BAB Distensi Abdomen

Hilang cairan & Mual muntah


elektrolit berlebihaan
Kerusakan integritas
gangguan keseimbangan kulit Nafsu makan
cairan dan elektrolit

Ketidakseimbangan
Dehidrasi nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Kekurangan Volume
cairan
5. Prosedur Diagnostik
a. Pemeriksaan Tinja
1. Makroskopis
Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.
2. Mikroskopis
Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja ( normal : 55-95
mEq/l ), kalium dalam tinja ( normal : 25-26 mEq/l ), HCO3, dalam tinja ( normal :
14-31 mEq/l ).
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label klining test bisa diduga
terjadi intoleransi gula.
1. PH normal kurang dari 6.
2. Gula tinja, normalnya tidak terjadi gula dalam tinja.
c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, lebih cepat dilakukan
dengan pemeriksaan analisa gas darah. Dalam pemeriksaan gas darah nilai jika terjadi
alkaliosis metabolic/asidosis respiratorikmaka nilai CO2 lebih tinggi dari nilai O2,
sedangkan jiaka terjadi asidosis metabolik alkalosis respiratori maka nilai CO2 lebih
rendah dari O2.
d. Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui fool ginjal
1. Urin normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya dehidrasi
2. Kreatinin normal 0,5-1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya
penurunan fungsi ginjal.
e. Pemeriksaan darah lengkap
Darah lengkap meliputi elektroda serum, kreatinin, menunjukan adanya dehidrasi. Nilai
normal hemoglobin adalah 13-16 g/dl, hematokrit 40-48 vol%. Hemoglobin dan
hematokrit biasanya mengalami penurunan diare akut.
f. Duodeual Intubation
Gunanya untuk mengetahui kuman secara kuantitatif terutama pada diare kronik.
Penyebab yang ditemukan tidak ada yang berupa mikroba tunggal baik itu Shigela,
Crypto Sporodium dan E. Colienteroagregatif.
Hasil pemeriksaan duodeual intubation berupa +++ ( positif 3 ) menunjukan adanya 3
kuman bakteri yang menjadi penyebab diare.
6. Penatalaksanaan         
Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan).
Tindakan :
1. Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari biasanya
2.  ASI (Air Susu Ibu) diteruskan - Makanan diberikan seperti biasanya
3.  Bila keadaan anak bertambah berat, segera bawa ke Puskesmas terdekat
Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang
Tindakan :
1. Berikan oralit
2.  ASI (Air Susu Ibu) diteruskan
3. Teruskan pemberian makanan, sebaiknya yang lunak, mudah dicerna dan tidak
merangsang
4. Bila tidak ada perubahan segera bawa kembali ke Puskesmas terdekat.
Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat
Tindakan :
1. Segera bawa ke Rumah Sakit/Puskesmas dengan fasilitas Perawatan
2.  Oralit dan ASI diteruskan selama masih bisa minum
Takaran Pemberian Oralit
1. Di bawah 1 thn :
3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0.5 gelas setiap kali mencret
2.  Di bawah 5 thn (anak balita) :
3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali mencret
3. Anak diatas 5 thn :
3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali mencret
4. Anak diatas 12 thn & dewasa :
3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret (1 gelas : 200 cc)
Dasar Pengobatan Diare
1. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
a. Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang
bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak
diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit,
sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena
banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
b. Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai
berikut :
1. Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1
ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1
ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
2. Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
3. Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
4.  Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis
cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15
tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
5. Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa
10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
2. Pengobatan dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7
kg, jenis makanan:
a. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh)
b. Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang
tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
7. Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b. Hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektro kardiagram).
d.  Hipoglikemia.
e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili
mukosa, usus halus.
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.
Dari komplikasi Gastroentritis, tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 –5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang
elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
2. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5–8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek,
suara serak, penderita jatuh pre syok, nadi cepat dan dalam.
3. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8-10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda
dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot
kaku sampai sianosis.
B. Pengkajian
a. Wawancara
Anamnesa yang perlu diketahui pada pasien diare sebagai berikut :
1. Umur
Pada pasien geriatric biasanya akibat tumor, divertikulitis, laksan berlebih. Pada pasien
muda dan anak- anak biasanya infeksi, intoleransi lactase, sindrom kolon iritatif.
2. Frekuensi Diare
Biasanya frekuensi diare oleh infeksi bakteri biasanya dari hari ke hari makin sering,
berbeda dengan diare akibat minum laksan atau akibat salah makan
3. Lamanya Diare
Diare akut biasanya berlangsung cepat, diare kronik berlangsung lama.
b. Data Subyektif
1) Keluhan utama : BAB cair, lemas, gelisah, mual muntah, anoreksia, badan panas.
2) Frekuensi BAB cair dalam sehari lebih dari 3x
3) Adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/inuman, atau lingkungan.
4) Pengobatan diare telah dilakukan dan efektifitasnya
5) Kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan terbuka, suka makan makanan
pedas.
c. Data Obyektif
1) Mata cekung
2) Ubun–ubun besar dan cekung
3) Turgor kulit kurang dan kering
4) Lidah, bibir, dan mukosa kering
5) Konsistensi feses cair
6) Peningkatan suhu tubuh
7) Penurunan BB
8) Pasien tampak lemah dan lemas
d. Pemeriksaan fisik
kesadaran : compasmentis, pasda dehidrasi berat dapat terjadiapatis, somnolen, kadaang
sopokomateus.
Keadaan umum : sedamg atau lemah
Vital sign :
1. Pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hupovolemik dengan :
a. TD menurun ( missal 90/40 mmHg )
b. Nadi sepat sekali (tachikardi )
c. Suhu terjadi peningkatan karena dehidrasi dan dapat juga karena adanya infeksi dalam
usus
d. Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dam berat karena adanya kompensasi asam
basa.
Pemerisaan Fisik
a. Kepala dan Muka
Kepala : inspeksi ada tidaknya ubun-ubun yang besar dan agak
cekung
Rambut : terjadi rontok atau merah karena malnutrisi
Mata : mata pada umumnya agak cekung
Mulut : mukosa kering, bibir pecah-pecah, lidah kering, bibir
sianosis.
Pipi : pada tulang pipi biasanya menonjol
Wajah : tampak lebih pucat
b. Leher
Umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid
c. Jantung
Menimbulkan aritmia jantung
d. Abdomen
Inspeksi : inspeksi umumnya simetris, supel tidak ada lesi
Perkusi : tympani ( kembung)
Palpasi : umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu bagian usus dan dapat
terjadi kejang perut.
Auskultasi : bising usus >30x / menit
e. Anus
Anus terjadi iritasi, kemerahan padsa daerah sekitarnya
f. Kulit
Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah 1-2 detik
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Data Laboratorium
a) Pemeriksaan Tinja
1. Makroskopis : Bentuk cair, kurang lebih jumlahnya 250 gram dalam sehari
2. Mikroskopis : Na normal dalam tinja 56-105 mEq/l, chloride normal dalam tinja
55-95 mEq/l, kalium normalnya 25-26 mEq/l, HCO3 normalnya 14 – 31 meq/l.
b) PH dan kadar gula dapat diperiksa dengan kertas lakmus dan tablet clini test bila
diduga terjadi intoleransi gula.
1. PH kurang dari 6
2. gula tinja + : 0.5 %

++ : 0.75 %

+++ :1%

++++ :2%

3. normalnya tidak ada gula dalam tinja


c) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah lebih tepat lagi
dengan dilakukan pemeriksaan analisa gas darah

Pemeriksaan BE CO2 PH

Nilai normal 48 mEq/l 27 mEq/l 7,4

Alkalosis metabolic +

Alkalosis respiratorik -

Asidosis metabolic -

Asidosis respiratorik +
d) Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
1. Urin : normalnya 20–40 mg / dl, jika terjadi peningkatan maka menunjukan
terjadi dehidrasi
2. Kreatinin : normalnya 0.5 – 1.5 mg/dl
e) Pemeriksaan Darah
Darah lengkap meliputi elektrolit serum, kreatinin, BUN menunjukan adanya
dehidrasi, hemoglobin, hematokrit, dan BUN biasanya mengalami penurunan pada
diare akut.
f) Duodenal Intubation
Untuk mengetahui kuiman penyebab secar kuantitatif terutama pada diare
kronik.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi di usus
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Kerusakaan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi/BAB sering
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake makanan
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
D. Rencana Keperawatan \
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi di usus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan diare tidak
terjadi lagi dengan
Kriteria Hasil :

Indikator IR ER
1. Eliminasi defekasi 2 4
efektif
2. Keseimbangan cairan 2 4
3. Keseimbangan 2 4
elektrolit
4. Hidrasi yang adekuat 2 4
Ket :
1 = kuat
2 = berat
3 = sedang
4 = ringan
5 = tidak ada
Intervensi Keperawatan:
1. Pantau frekuensi dan pola defekasi
2. Monitor kebutuhan cairan
3. Monitor keseimbangan cairan
4. Anjurkan klien untuk meningkatkan cairan
5. Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan
cairan dan elektrolit dapat terasi dengan
Kriteria Hasil :
1. Input dan output cairan elektrolit seimbang.
2. Menunjukkan membran mukosa lembab dan turgor jaringan normal.
Intervensi Keperawatan
1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan
2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
3. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan ortostatik),
jika diperlukan
4. Monitor vital sign
5. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
6. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian cairan IV
3. Kerusakaan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi/BAB sering
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kerusakan
integritas kulit dapat teratasi dengan
Kriteria Hasil :
1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
2. Tidak ada luka atau lesi pada kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidera
berulang
5. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
Intervensi Keperawatan
1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
3. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali
4. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah tertekan
5. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
6. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake makanan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisi terpenuhi dengan
Kriteria Hasil :
1. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
2. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
3. Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
4. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi Keperawatan
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien
3. Anjurukan pasien untuk meningkatkan intake IV
4. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi, jelaskan tentang pembatasan diet (makanan
berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
5. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau  yang tak sedap atau sampah, sajikan
makanan dalam keadaan hangat
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan ansietas dapat
teratasi dengan
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
3. Vital sign dalam batas normal
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas, menunjukkan
berkurangnya kecemasan
Intervensi Keperawatan
1. Monitor TTV
2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
3. Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
5. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat untuk mengurangi kecemasan

DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi NANDA NIC-NOC jilid 1.
Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Sujana, S. Kep., Ns. 10 Februari 2013. Diare, https://scribd.lpdiare.com, diakses pada 12 Mei
2020 pukul 21.56
D. Ardyani. 20 juni 2018. Diare, http://repository.unimus.ac.id/1769/4/BAB%20II.pdf, diakses
pada 12 Mei 2020 pukul 22.00
Isnaeni Rakhmatika, 4 Desember 2014. Diare, 4 Desember 2014. Diare,
http://eprints.undip.ac.id/37538/1/Festy_G2A008082_Lap_kti.pdf, diakses pada 13 Mei 2020 pukul
08.00
dr. Willy Tjin, 23 Agustus 2017. Diagnosis Diare, https://www.alodokter.com/diare/diagnosis,
diakses pada tanggal 13 Mei 2020 pukul 10.23

Anda mungkin juga menyukai