Anda di halaman 1dari 51

TUGAS PAPER

KERANGKA ACUAN KERJA PEKERJAAN DI BIDANG PENGAIRAN

Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah Kewirausahaan Kelas F

Dosen Pengampu :

Ir. Suwanto Marsudi, MS.

NIP. 19730217 199903 1 001

Di susun oleh :

KELOMPOK 4

1. Melinda Priskila S (195060400111026/ 02)


2. Erma Rachmadani (195060401111022/ 21)
3. Kurnia Ulfi Listyana (195060401111026 / 23)
4. Feby Fetry Rasyid (195060407111028/ 31)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan petunjuk serta rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan di Bidang Pengairan.”

Penyusunan makalah ini merupakan prasyarat yang harus ditempuh untuk tugas
pengganti ujian tengah semester pada mata kuliah Kewirausahaan di Fakultas Teknik Jurusan
Pengairan Universitas Brawijaya Malang.

Makalah ini tentu saja banyak pihak yang turut membantu, untuk itu penyusun
berterima kasih kepada :

1. Ir. Suwanto Marsudi, MS. selaku dosen pembimbing dalam penyempurnaan Makalah
yang berjudul “Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan di Bidang Pengairan.”
2. Semua pihak yang telah membantu tersusunnya yang berjudul “Kerangka Acuan Kerja
Pekerjaan di Bidang Pengairan.”

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan
saran sangatlah diharapkan dengan tujuan memberi masukan untuk kedepannya.

Akhir kata semoga Makalah yang berjudul “Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan di Bidang
Pengairan” ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Malang, April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KERANGKA ACUAN KERJA

PEKERJAAN :PENINGKATAN JARINGAN DAERAH IRIGASI JEMAJA (DAK PENUGASAN)

1. LATAR BELAKANG Keberadaan infrastruktur irigasi yang handal untuk mengairi


areal pertanian tanaman pangan merupakan faktor utama
yang harus dikembangkan dalam rangka mewujudkan
ketahanan pangan nasional. Potensi pertanian di luar Pulau
Jawa harus dieksplorasi secara benar dan dimanfaatkan
secara optimal untuk meningkatkan produktivitas pertanian
tanaman pangan dalam rangka memenuhi kebutuhan beras
penduduk Indonesia yang semakin tumbuh jumlahnya setiap
tahun. Daerah Irigasi (DI) Jemaja merupakan daerah irigasi
seluas ± 386 Haterletak di Pulau Jemaja yang menjadi
wewenang dan tanggungjawab Pemerintah Daerah
Kabupaten Kepulauan Anambas yang ditetapkan melalui
Permen PUPR No.14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan
Penetapan Status Daerah Irigasi.DI Jemaja mempunyai tiga
bendung yang berfungsi sebagai pemasok air yaitu Bendung
Matan, Bendung Dapit dan Bendung Jelis. Namun,
persawahan yang ada sudah tidak produktif karena
diindikasikan akibat kerusakan jaringan irigasi yang ada.
Dalam usaha mengoptimalkan DI Jemaja dan mewujudkan
Program Peningkatan Produksi Pangan, Pemerintah Pusat
memberi dukungan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK)
Bidang Infrastruktur Irigasi. Tujuan DAK Bidang
Infrastruktur Irigasi adalah mempertahankan tingkat layanan,
mengoptimalkan fungsi, dan membangun prasarana sistem
irigasi yang menjadi kewenangan kab/kota dan provinsi
khususnya daerah lumbung pangan nasional dalam rangka
mendukung program prioritas pemerintah bidang kedaulatan
pangan. Pada tahun 2018 ini, sebagai tindak lanjut
pengelolaan jaringan irigasi agar dapat dimanfaatkan secara
efektif dan optimal, Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang
dan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Bidang
Sumber Daya Air, Kabupaten Kepulauan Anambas akan
melanjutkan peningkatan jaringan irigasi DI Jemaja antara
lain pembangunan bending sungai dapit, saluran sekunder,
dan bangunan pelengkap lainnya yang dibutuhkan

2. MAKSUD DAN TUJUAN

a. Maksud Maksud dari pekerjaan ini adalah meningkatkan


produksi pertanian dalam rangka mewujudkan prioritas
nasional program ketahanan pangan.

b.Tujuan Adapun tujuan pekerjaan ini adalah meningkatkan


fungsi jaringan irigasi mulai dari sumber waduk, saluran
primer, sekunder, tersier, pembuang dan bangunan irigasi
lainnya sehingga dapat mengaliri sawah pertanian dengan
baik.

3. TARGET/SASARAN Target/sasaran yang ingin dicapai dalam pekerjaan ini adalah


meningkatkan jumlah petakan sawah dan produksi padi.

4. NAMA ORGANISASI

PENGADAAN
BARANG DAN JASA Nama Organisasi yang menyelenggarakan /melaksanakan
pengadaan jasa konstruksi ini adalah:

 Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perumahan


Rakyat dan Kawasan Permukiman Kabupaten Kepulauan
Anambas, Bidang Sumber Daya Air,

 PPK Kegiatan Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-


Gorong (DAK).

5. SUMBER DANA DAN

PERKIRAAN BIAYA a. Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai


Peningkatan Jaringan Daerah Irigasi Jemaja (DAK
Penugasan) berasaldari Dana Alokasi Khusus (DAK)
Penugasan Tahun Anggaran 2018.

b.Total perkiraan biaya yang diperlukan untuk pekerjaan ini


adalah sebesar Rp. 3.561.550.000,- (tiga milyar lima ratus
enam puluh satu juta lima ratus lima puluh ribu rupiah)
6. RUANG LINGKUP,LOKASI

PEKERJAAN,

FASILITAS PENUNJANG a. Ruang lingkup pekerjaan ini adalah pembangunan bending


sungai dapit, saluran sekunder, dan bangunan pelengkap
lainnya yang dibutuhkan.

b.Lokasi pekerjaan ini berada di Kecamatan Jemaja Timur.


Gambar 1. LokasiPekerjaan Sumber:
https://www.google.com/maps/@2.9396294,105.7772369,11
.5z

7. JANGKA WAKTU

PELAKSANAAN Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini selama 150 (seratus


lima puluh) hari kalender.

8. TENAGA AHLI Tenaga ahli yang diperlukan untuk melaksanakan Kegiatan


ini adalah:

1. General Supertendent :
 Berpendidikan minimal S1 Teknik Sipil lulusan
universitas/perguruan tinggi negeri atau yang telah
disamakan,
 Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan bendung dan
bangunan irigasi sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.
 Mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA) Ahli Teknik
Bendungan Besar Madya dan Ahli Manajemen Konstruksi
Madya

2. Site Manager :
 Berpendidikan minimal S1 Teknik Sipil lulusan
universitas/perguruan tinggi negeri atau yang telah
disamakan,
 Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaannya
sekurangkurangnya 5 (lima) tahun.
 Mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA) Ahli Sumber Daya
Air Utama dan Ahli Sistem Manajemen Mutu Madya.

3. Tenaga Ahli Pelaksana Lapangan :


 Berpendidikan minimal S1 Teknik Sipil lulusan
universitas/perguruan tinggi negeri atau yang telah
disamakan,
 Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaannya
sekurangkurangnya 5 (lima) tahun.
 Mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA) Ahli Sumber Daya
Air Madya.

4. Ahli K3 Konstruksi :
 Berpendidikan minimal S1 Teknik Sipil lulusan
universitas/perguruan tinggi negeri atau yang telah
disamakan,
 Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaannya
sekurangkurangnya 5 (lima) tahun.
 Mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA) Ahli K3 Konstruksi
Madya dan sertifikat SMK3.

5. Teknisi Penghitung Kuantitas Pekerjaan SDA :


 Berpendidikan minimal D3 Teknik Sipil lulusan
universitas/perguruan tinggi negeri atau yang telah
disamakan,
 Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaannya
sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun.  Mempunyai Sertifikat
Keterampilan (SKT) Teknisi Penghitung Kuantitas Pekerjaan
Sumber Daya Air.
6. Pelaksana Bangunan Irigasi :
 Berpendidikan minimal D3 Teknik Sipil lulusan
universitas/perguruan tinggi negeri atau yang telahdi
samakan,
 Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaannya
sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun.  Mempunyai Sertifikat
Keterampilan (SKT) Pelaksana Bangunan Irigasi.

7. Teknisi Pengerukan :
 Berpendidikan minimal D3 Teknik Sipil lulusan
universitas/perguruan tinggi negeri atau yang telahdi
samakan,
 Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaannya
sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun.  Mempunyai Sertifikat
Keterampilan (SKT) Teknisi Pengerukan.

8. Juru Ukur :
 Berpendidikan minimal D3 Teknik Sipil lulusan
universitas/perguruan tinggi negeri atau yang telah
disamakan,
 Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaannya
sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun.  Mempunyai Sertifikat
Keterampilan (SKT) JuruUkur/Teknisi Survey Pemetaan.

9. Juru Gambar :
 Berpendidikan minimal D3 Teknik Sipil lulusan
universitas/perguruan tinggi negeri atau yang telah
disamakan,
 Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaannya
sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun.  Mempunyai Sertifikat
Keterampilan (SKT) Juru Gambar/Draftman-sipil.
10. Mekanik Alat Berat :
 Berpendidikan minimal D3 Teknik Mesin lulusan
universitas/perguruan tinggi negeri atau yang telah
disamakan,
 Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaannya
sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun.  Mempunyai Sertifikat
Keterampilan (SKT) Mekanik Alat Berat.

11. Pelaksana Pemasangan Pintu Air :

 Berpendidikan minimal D3 Teknik Lingkungan lulusan


universitas/perguruan tinggi negeri atau yang telah
disamakan,

 Berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaannya sekurang-


kurangnya 3 (tiga) tahun.

 Mempunyai Sertifikat Keterampilan (SKT) Pelaksana


Pemasangan Pintu Air

12. Administrasi Seorang yang memiliki kualifikasi minimal


SMA/SMK dengan pengalaman dibidang Administrasi
selama minimal 3 (tiga) tahun.

9. KELUARAN PRODUK

YANG DIHASILKAN Keluaran produk yang dihasilkan dari pekerjaan ini adalah
terbangunnya jaringan irigasi yang sesuai dengan desain dan
fungsi serta pemanfaatannya untuk masyarakat.

10. SPESIFIKASI TEKNIS


PEKERJAAN KONSTRUKSI Spesifikasi teknis yang diperlukan, meliputi:

1. Ketentuan penggunaan bahan/material yang diperlukan;

2. Ketentuan penggunaan peralatan yang diperlukan;

3. Ketentuan pengunaan Tenaga kerja;

4. MetodeKerja/Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan;

5. Ketentuan gambar Kerja;

6. Ketentuan perhitungan prestasi pekerjaan untuk


pembayaran;

7. Ketentuan pembuatan laporan dan dokumentasi;

8. Ketentuan mengenai penerapan manajemen K3 konstruksi


(Keselamatan dan Kesehatan Kerja);

Bidang Sumber Daya Air KAK pemerintah kabupaten Kepulauan Anambas


USULAN TEKNIS SUPERVISI KONSTRUKSI PEMBANGUNAN
BENDUNG BALIASE KAB. LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI
SELATAN

1.1 PENDEKATAN UMUM


1.1.1 Pendekatan Teknis

Agar diperoleh hasil SUPERVISI KONSTRUKSI PEMBANGUNAN BENDUNG


BALIASE KAB. LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN, salah satu
aspek pokok adalah pengetahuan tentang kondisi teknis Bendung Baliase dengan
segala permasalahan yang ada. Berdasarkan data sekunder yang kami peroleh berikut
diuraikan pendekatan teknis Bendung Baliase.

1. Pemahaman Tentang Bendung Baliase.

A. Lokasi Bedungan

Lokasi rencana Bendung Baliase secara geografis berada pada di kabupaten Luwu
Utara yang tepatnya di kecamatam Masamba yang terletak di Sungai Baliase,
Panjang Sungai Baliase, ± 112,59 Km, Daerah Aliran Sungai ± 946,20 Km².

Untuk mencapai lokasi Bendungan dapat ditempuh melalui :

 Jalur Udara : Dari Bandara Sultan Hasanuddin (Maros) ke Bandara Andi


Djemma (Masamba) dengan pesawat ringan.

 Jalur Darat: Dari Kota Makassar menuju Kota Pare-Pare – Pangkajene


(Kab. Sidrap) – Anabanua (Kab. Wajo) – Belopa (Kab. Luwu) – Masamba
(Kab. Luwu Utara) dengan jarak tempuh ± 452 Km. Dari Makassar
Gambar 1. Peta Areal Irigasi Bendung Baliase

Gambar 2. Peta Lokasi Bendung Baliase


A. Data Teknis
Bendung Baliase adalah sebagai berikut :

Nama : Bendung Baliase

Type : Bendung Tetap, mercu Bulat, Ruang Olak Vlughter.

Beban Konstruksi : Beton dengan Selimut Beton Bertulang.

Tinggi Bendung :

Terhadap lantai depan = 4,00 m


Terhadap ruang olak = 8,93 m

Panjang Bendung :

Dari muka tubuh bendung sampai dengan ruang olak = 28,26 m


Dari lantai depan sampai dengan tubuh bending = 40,00 m

Lebar Bendung :Dari abutment kiri sampai dengan kanan = 100,00 m

Ruang Olak :

Panjang Ruang Olak = 18,50 m


Tinggi Ensill terhadap Ruang Olak = 1,00 m
Pembilas Bendung Kiri :

Pembilas Bawah, Lebar @ 1,75 m, Tinggi @ 2,85 m = 3 buah


Pembilas Atas, Lebar @ 1,75 m, Tinggi @ 1,45 m = 3 buah

Pembilas Bendung Kanan :

Pembilas Bawah, Lebar @ 1,75 m, Tinggi @ 2,65 m = 3 buah


Pembilas Atas, Lebar @ 1,75 m, Tinggi @ 1,65 m = 3 buah

Pintu Pengambilan :

Kiri, Lebar @ 3,00 m, Tinggi @ 1,10 m = 4 buah


Kanan, Lebar @ 3,00 m, Tinggi @ 1,30 m = 5 buah
Bangunan Sediment Trap Kiri :

Panjang Total = 200 m


Lebar Total = 16,20 m
Jumlah Kamar / Ruas = 4 buah
Lebar tiap ruas = 3,50 m
Pintu Bilas Sedimen, L = @ 2,50 m T= @ 1,80 m = 4 buah

Bangunan Sediment Trap Kanan :

Panjang Total = 231,00 m


Lebar Total = 27,60 m
Jumlah Kamar / Ruas = 5 buah
Lebar tiap ruas = 5,00 m
Pintu Bilas Sedimen, L = @ 2,5 m T = @ 2 m = 5 buah

Bangunan Ukur Debit Kiri :

Type = Ambang Lebar


Lebar = 13,80 m
Tinggi (h1) = 0,64 m

Bangunan Ukur Debit Kanan :

Type = Ambang Lebar


Lebar = 13,80 m
Tinggi (h1) = 0,61 m

Bangunan Fasilitas O & P :

Kantor (10,00 m x 26,00 m) = 1 buah


Rumah Dinas Kepala O & P (7 x 10 m) = 1 buah
Rumah Dinas Karyawan (6 x 5 m) = 3 buah
Rumah Jaga (2,5 x 3 m) = 2 buah
Gambar LAYOUT BENDUNGAN,
Gambar DENAH BENDUNG BALIASE
Gambar POTONGAN BENDUNG
Gambar POTONGAN INTAKE KANAN BENDUNG

Gambar POTONGAN INTAKE KIRI BENDUNG


1.1.2 Metodologi

Untuk menerapkan metodologi pengendalian proyek secara baik dan sistematis, maka
Konsultan membaginya ke dalam beberapa tahap :

A. Tahapan Program.
Pada tahapan ini aktivitas–aktivitas proyek dijabarkan sampai ke level yang
terendah yang mencerminkan keterkaitan antara aktivitas. Tahapan ini dimulai
dari pendiskripsian dan penggolongan aktivitas proyek yang ada, menentukan
volume dan bobot dari masing–masing aktivitas, pengurutan pelaksanaan
aktivitas (network planning) dan tipe dari relasi – relasi antar aktivitas.

Setiap aktivitas dilengkapi dengan volume pekerjaan, bobot (presentase


perbandingan antar volume pekerjaan dengan nilai nominal - rupiah). Hasil dari
tahap ini akan digunakan sebagai baseline / dasar untuk pengendalian proyek
pada saat pelaksanaan.

B. Tahapan Pengendalian.
Pada tahapan ini Ms Project dipergunakan untuk memonitor dan mengawasi
jalannya pelaksanaan proyek. Termasuk di dalam tahapan ini adalah proses
update data kemajuan hasil pelaksanaan proyek, yang terperinci dari prestasi
sampai ke prestasi secara umum, mengawasi aktivitas–aktivitas kritis yang
ditampilkan pada barchart dan pengawasan terhadap resource yang terlibat
dengan menambah atau mengurangi jumlah resource (tenaga, bahan dan alat)
apabila perlu.

C. Tahapan Pelaporan.
Pada pelaporan ini ditujukan untuk menyampaikan kemajuan pelaksanaan proyek
aktual di lapangan kepada pihak Pemberi Tugas untuk mendapatkan gambaran
kemajuan proyek di lapangan, dengan ikut memperhatikan hal–hal kritis yang
diperoleh dari analisa pelaksanaan proyek. Bentuk laporan ini disesuaikan
dengan kebutuhan pelaporan, dan terbagi menjadi pelaporan kemajuan proyek
secara tabular. Pelaporan kemajuan proyek secara barchart, serta dalam bentuk S-
Curve, yang membandingkan pencapaian aktual dengan baseline proyek.

1. Aspek Biaya.
Perencanaan dan pengendalian biaya konstruksi dilakukan oleh konsultan dengan
tujuan agar harga kontrak tidak terlampaui dan Pemberi Tugas melakukan
pembayaran kepada Kontraktor sesuai dengan besar Volume yang dapat dihasilkan.
Untuk dapat mengamankan biaya konstruksi tersebut perlu diambil langkah – langkah
tertentu antara lain memonitor volume pekerjaan dengan perubahan–perubahan
konstruksi yang terjadi.

A. Monitoring Kuantitas Pekerjaan.


Monitoring Kuantitas Pekerjaan perlu dilakukan dari waktu ke waktu untuk
mengetahui apakah kuantitas pekerjaan masih mencukupi atau tidak untuk
mempertahankan harga kontrak. Monitoring dilakukan dengan
mengakumulasikan volume yang telah selesai dikerjakan dan sisa pekerjaan yang
masih ada. Bila terdapat salah satu item yang diperkirakan kurang maka item
pekerjaan lain harus ada yang bisa dikurangi namun tidak mempengaruhi kualitas
dan fungsi bangunan.

B. Perubahan Pekerjaan (Contract Change Order).


Apabila ternyata perlu dilakukan penyesuaian kuantitas pekerjaa, Konsultan
bersama-sama dengan Kontraktor akan berkonsultasi Kepada Pemberi Tugas
yang dalam hal ini diwakili oleh Pejabat Pembuat Komitmen perihal tersebut
Konsultan akan meneliti usulan Kontraktor dan memberikan advis–advis teknis
sehubungan dengan Contract Change Order.

C. Pembayaran Bulanan ( Monthly Certificate )


Konsultan akan memeriksa setiap pengajuan pembayaran oleh kontraktor apakah
volume pekerjaan yang dimintakan pembanyarannya, cara perhitungan volume
maupun kualitas pekerjaannya sudah memenuhi persyaratan spesifikasi atau
belum. Prosedur mengenai pengajuan pembayaran ini digambarkan dalam
Gambar 6.3

GAMBAR 6.3.
PROSEDUR PEMBAYARAN HASIL PEKERJAAN

PEMBERI TUGAS KONSULTAN KONTRAKTOR

PERSIAPAN
- Data - data Pendukung

PENGAJUAN
PERMOHONAN
PEMERIKSAAN DAN
PENGUKURAN HASIL
TIDAK PEKERJAAN
PERSETUJUAN
YA
Pejabat LAPORAN PENGUKURAN
Pembuat BERSAMA
Komitmen

Pejabat LAPORAN TIDAK


Pembuat PERSETUJUAN
Komitmen
YA

PEMERIKSAAN TIDAK
TERHADAP HASIL PERBAIKAN PEKERJAAN
PENGUJIAN MUTU

LAPORAN YA

Pejabat PERHITUNGAN VOLUME HASIL


Pembuat PEKERJAAN DISETUJUI
Komitmen

PEMERIKSAAN PENYUSUNAN BERITA ACARA


TANGGUNGAN
AKHIR PEMBAYARAN

YA
PEMERIKSAAN
PERSETUJUAN TIDAK
AKHIR

TIDAK
PERSETUJUAN

TIDAK
PEMBAYARAN
HASIL PEKERJAAN

2. Aspek Lingkup Pekerjaan.

Pengendalian lingkup pekerjaan bertujuan untuk memastikan bahwa semua lingkup


pekerjaan yang tertuang di dalam dokumen kontrak telah dikerjakan oleh Kontraktor
dengan melakukan proses verifikasi terhadap semua item pekerjaan antara yang
tercantum di dalam dokumen kontrak beserta addendemunya dengan yang telah
dilaksanakan oleh Kontaktor.

Pada tahap initialisasi, Konsultan akan membuat struktur lingkup pekerjaan


konstruksi berdasarkan lingkup pekerjaan yang disepakati antara Pejabat Pembuat
Komitmen Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang Kementerian
Pekerjaan Umum, dengan Kontraktor, yang tertuang di dalam dokumen kontrak.
Struktur tersebut akan dibuat cukup detail sampai kepada paket-paket pekerjaan yang
harus dikerjakan oleh Kontraktor, dimana struktur tersebut akan digunakan sebagai
acuan bagi proses verifikasi lingkup pekerjaan Kontraktor. Pada dasarnya, pada tahap
pengendalian lingkup pekerjaan adalah mengelola adanya pengajuan pekerjaan
tambahan atau kurang. Pengelolaan Pekerjaan tambah kurang memenuhi tujuan dari
diadakannya proyek tersebut. Secara ringkas proses pengelolaan pekerjaan tambah
kurang dijelaskan dalam diagram alir yang tercantum pada Gambar 6.4.

1.1.3 Rencana Kerja Konsultan Supervisi


Untuk mencapai tujuan pekerjaan SUPERVISI KONSTRUKSI PEMBANGUNAN
BENDUNG BALIASE KAB. LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN,
Konsultan merencanakan Rencana Kerja sebagai berikut :
Bagan Hubungan Kerja antara Direksi Proyek, Konsultan dan Kontraktor. KONSEP
HUBUNGAN KERJA SEPERTI Gambar 6.5 .

Langkah Kerja Tiap Pekerjaan :

1. Tahap awal (Persiapan)

Kegiatan utama pada tahap awal antara lain :

 Mobilisasi dan koordinasi dengan Direksi Proyek dan Instansi yang terkait.

 Mempelajari Laporan DED Bendung Baliase yang berhubungan dengan


desain Bangunan

 Membahas/diskusi dengan Direksi tentang Rencana Kerja Konsultan


Supervisi agar diperoleh kesamaan persepsi dalam pelaksanaannya.

 Orientasi lapangan dan Kondisi Lingkungan sekitar proyek.

 Menyiapkan Laporan pendahuluan serta Standart formulir kerja

2. Tahap Konstruksi

Langkah – langkah yang diperlukan selama tahap konstruksi antara lain :

 Meneliti rencana kerja (work plan) yang diajukan oleh kontraktor untuk
setiap tahapan pekerjaan bangunan

 Melakukan pemeriksaan penggunaan bahan/ material beserta penyediaannya


(stok bahannya)

 Mengerahkan penggunaan peralatan yang berkaitan dengan jenis


pekerjaannya.

 Melakukan supervisi selama berlangsungnya kegiatan pekerjaan konstruksi

 Monitoring perkembangan progress masing – masing tahap pekerjaan

 Membuat laporan kegiatan yang berkaitan dengan progress pekerjaan


kosntruksi

 Memberikan pemecahan (solusi) bilamana terdapat permasalahan yang


terjadi dilapangan.
Gambar 6.5

BAGAN HUBUNGAN KERJA

DIREKSI PEKERJAAN

KONTRAKTOR KONSULTAN

GENERAL
SUPERINTEDENT TEAM LEADER

ADMINISTRASI Supporting Staff

PELAKSANA PEKERJAAN
CONSTRUCTION INSPECTOR

PEL LAPANGAN 1 ASISTEN INSPEKTOR

: Garis Instruksi

: Garis Koordinasi

3. Tahap Akhir Pekerjaan / Konstruksi

Sebelum penerimaan hasil akhir pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh


kontraktor, langkah – langkah yang dilakukan oleh konsultan supervisi dalam
pemeriksaan akhir pekerjaan guna memberikan kelengkapan data (dokumen
pemeriksaan) proyek pada Direksi adalah sebagai berikut :

 Pemeriksaan riwayat berlangsungnya pekerjaan yang berkaitan dengan


prosedur progress kegiatan, hasil – hasil pemeriksaan kualitas dan kuantitias
yang tercantum dalam sertifikat bulanan (monthly certificate) terutama
tahapan pembayaran yang telah dilakukan (Financial Program)

 Melakukan pemeriksanaan bersama (kontraktor, konsultan, Direksi) terhadap


hasil phisik pekerjaan dilapangan (Melakukan PHO, Profesional Hand Over)

 Melakukan perhitungan (phisik dan keuangan) bilamana terdapat perubahan


(penambahan atau pengurangan) pekerjaan (change order), yang dinyatakan
dalam pembuatan pernyataan peritungan akhir.

 Menyiapkan draft sertifikat pekerjaan seleksi beserta addedumnya (final


addendum).

Dalam pekerjaan Supervisi Kontruksi ini kegiatan pengawasan dikelompokkan menjadi :

1). Kegiatan pada Tahap Pra Konstruksi.

2). Kegiatan pada Tahap Konstruksi.

3). Kegiatan pada Tahap Pasca Konstruksi.

Setiap tahap tersebut kemudian dirinci menjadi kegiatan yang lebih kecil, baik dalam lingkup
waktu yang dibutuhkan dan sumber daya yang diperlukan. Dengan pemecahan tersebut,
pengendalian menjadi lebih sederhana.

A. Tahap Aktivitas Pra Konstruksi.

Jenis aktivitas yang dilaksanakan dalam tahap ini meliputi :

A.1. Mobilisasi Tim Konsultan.

A.2. Serah Terima Lapangan.

A.3. Review Data / Dokumen Kontrak.

A.4. Pemeriksaan Lapangan

A.5. Pemeriksaan Program Mobilisasi Kontraktor.

A.6. Pemeriksaan Rencana Kerja Kontraktor.

A.7. Pemeriksaan Rencana Pengaturan lalu lintas.

- Pengalihan aliran
- Kontruksi – konstruksi Sementara (Kisdam)
A.8. Pre Construction Meeting

B. Tahap Aktivitas Konstruksi.

Jenis aktivitas yang dilaksanakan dalam tahap ini meliputi :

B.1. Pemeriksaan Shop Drawing / Gambar Kerja

B.2. Survey dan Pengukuran.

B.3. Pengujian material

B.4. Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan

B.5. Perhitungan Kuantitas dan Pembayaran Pekerjaan

B.6. Pemantauan Kemajuan pekerjaan (Progress Monitoring)

B.7. Pengendalian Biaya Konstruksi

B.8. Pengendalian Proyek.

B.9. Rapat Koordinasi.

B.10. Sistem Pencatatan.

B.11. Sistem Pelaporan.

C. Tahap Aktivitas Pasca Konstruksi.

Jenis aktivitas yang dilaksanakan dalam tahap ini meliputi :

C.1. Pemeriksaan Akhir dan Serah Terima pekerjaan

C.2. Penyiapan Laporan Akhir

C.3. Penyiapan Laporan Akhir dan Penyusunan Petunjuk Pemeliharaan.

Secara diagramatik metodologi konsultan diperlihatkan dalam Gambar 6.6.


Penyiapan dan Penyerahan

- Manual Pemeliharaan

CA KONSTRUKSI
- Laporan Akhir
Konsultan Dengan Pejabat Pemeriksaan Pengawasan Teknik
Pembuat Komitmen Rencana Kerja Pelaksanaan

Pengendalian Mutu

Survey
Pengukuran Pemeriksaan
Perhitungan Akhir dan
Kuantitas dan Serah Terima
Pemeriksaan
Pembayaran
Program
Mobilisasi

A. Tahap Aktivitas Pra Konstruksi.


Mobilisasi Pemeriksaan Pemantauan
Pengumpulan Pemeriksaa Gambar Kemajuan Kerja
dan Review n Site
Data

Pemeriksaan
Rencana Pengendalian dan
Pengaturan Lalu Schedule Proyek Persetujuan
Lintas Gambar
Pengujian
Material Terlaksana

Rapat Koordinasi

Pre
Penyusunan
Construction
Laporan
Meeting

TAHAP PRA KONSTRUKSI TAHAP KONSTRUKSI TAHAP

GAMBAR 4.6. METODOLOGI KERJA TIM KONSULTAN


Pada tahap ini konsultan akan membantu pihak Pemberi tugas dalam
mempersiapkan aktifitas selama kontruksi agar aktivitas konstruksi dapat
berjalan sesuai dengan rencana dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

A.1. Mobilisasi Tim Konsultan

Mobilisasi Tim Konsultan akan segera dilakukan setelah Surat Perintah


Kerja diterima Konsultan. Rencana kerja yang lebih terperinci dari Tim
Konsultan akan disusun dan dibicarakan dengan Pejabat Pembuat
Komitmen. Pembahasan pelaksanaan pekerjaan akan segera dilakukan
dengan Pemberi Tugas guna tercapainya koordinasi kerja yang baik antara
berbagai pihak yang akan terlibat dalam penanganan pekerjaan ini.

Konsultan juga akan menyiapkan sistem dan prosedur kerja serta format–
format standar yang akan diterapkan dalam melaksanakan pengawasan
teknis ini yang meliputi, antara lain :

- Format Pengujian Mutu pekerjaan.


- Format Pengukuran dan Perhitungan Kuantitas Pekerjaan.
- Format Instruksi Kepada Kontraktor.
- Format Laporan Harian dan Mingguan.
- Format Pembayaran dan Sertifikat Pembayaran.
- Format Monitoring Kemajuan Pekerjaan.
- Format Laporan Bulanan.

A.2. Serah Terima Lapangan.

Tim Supervisi akan memulai pekerjaan segera setelah melakukan


mobilisasi dan memberitahukan keberadaannya kepada Pejabat Pembuat
Komitmen dan juga kepada Kontraktor. Agar pelaksanaan pekerjaan
Kontraktor dapat dimulai segera setalah penandatanganan kontrak, maka
Team Leader akan berkonsultasi dengan Pejabat Pembuat Komitmen
untuk melakukan serah terima lapangan dari Pejabat Pembuat Komitmen
staf-nya kepada Kontraktor. Serah terima ini akan dicatat dalam Berita
Acara Serah Terima Lapangan.

Berita Acara Serah Terima lapangan ini sebaiknya dilengkapi dengan


dokumentasi foto dan progress pekerja yang sudah ada.
A.3. Review Data / Dokumen Kontrak.

Berbagai data dan laporan perencanaan dari paket–paket ini, dikumpulkan


dan segera direview oleh Tim Konsultan.

Konsultan akan melakukan pengecekan secara detail terhadap seluruh


kelengkapan data yang ada dan akan dipergunakan sebagai acauan
pelaksanan konstruksi, antara lain :

- Persyaratan Kontrak.

- Spesifikasi Teknis dan

- Gambar Rencana.

Dalam hal ini Konsultan memberikan catatan tambahan yang mungkin


masih diperlukan sebagai penjelasan detail yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan konstruksi.

A.4. Pemeriksaan Lapangan.

Segera setelah selesai pengkajian ulang (review) dari data perencanaan dan
laporan – laporan teknis lainnya, maka Team Leader dan Tenaga Ahli akan
mengunjungi dan memeriksa lokasi proyek.

Pemeriksaan ini antara lain meliputi :

- Kesesuaian kondisi lapangan dengan gambar rencana.

- Identifikasi atas lokasi–lokasi yang memerlukan data dan


perencanaan detail tambahan.

- Identifikasi atas jenis dan estimasi volume pekerjaan minor yang


diperlukan.

- Identifikasi atas masalah–masalah yang diperkirakan akan dihadapi


dalam pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.

- Masalah–masalah khusus lokasi–lokasi yang mungkin belum dapat


dibebaskan sepenuhnya.
Hasil pemeriksaan lapangan ini kemudian akan disusun, dilaporkan dan
dibahas dengan Pejabat Pembuat Komitmen. Diharapkan hasil
pemeriksaan lapangan ini sudah dapat diselesaikan sebelum kontraktor
melakukan mobilisasi agar berdasarkan temuan–temuan ini mereka dapat
menyesuaikan Program Mobilisasi yang disiapkannya.

A.5. Pemeriksaan Program Mobilisasi Kontraktor

Sebelum melakukan mobilisasi, Kontraktor akan menyiapkan,


menyerahkan dan mendapatkan persetujuan dari Pejabat Pembuat
Komitmen suatu Program mobilisasi yang terdiri dari :

- Daftar alat berat yang akan digunakan.


- Daftar peralatan laboratorium lapangan.
- Daftar Tenaga kerja kontraktor.
- Financial Schedule.
- Network Planning, Construction Project Management.
- Time Schedule.
- Dan lain–lain.

Tim Konsultan Supervisi akan memeriksa Program Mobilisasi Kontraktor


ini guna meyakinkan bahwa :

- Program Kontraktor tersebut cukup praktis


- Program Kontraktor tersebut cukup memadai.
- Program Kontraktor sesuai dengan kemampuannya.
- Program Kontraktor tidak bertentangan dengan sesuatu
peraturan Pemerintah.
- Program Kontraktor tidak ditentang oleh sesuatu pihak luar
manapun.

A.6. Pemeriksaan Rencana Mutu Kontrak dan Rencana Kerja


Kontraktor.

Suatu rencana kerja yang merupakan langkah awal untuk


terlaksananya pekerjaan secara detail, tepat waktu dan tepat biaya.
Pada tahap ini, konsultan akan memeriksa jadwal kerja yang diajukan
oleh Kontraktor dan akan meninjau jadwal kerja dari berbagai aspek,
antara lain :

- Waktu pelaksanaan.
- Metode konstruksi
- Pengadaan dan penyiapan material.
- Mobilisasi dan penggunaan peralatan.
- Organisasi kerja
- Sub Kontraktor ( apabila ada ).
- Sumber Daya Manusia.
- Sistem Dokumentasi,
- Dan lain – lain.

Setelah mengevaluasi Rencana Kerja Kontraktor, Konsultan akan


memberikan kesempatan kepada kontraktor untuk melakukan
perbaikan dari rencana kerjanya. Secara garis besar proses pembuatan
rencana kerja Kontraktor dapat dilihat pada Gambar 6.7.

a. Lokasi untuk Base Camp dan Pelaksanaan Aktivitas


Lainnya.
Tim Supervisi lapangan akan memeriksa apakah lokasi–
lokasi yang diperlukan Kontraktor untuk Kantor, Base
Camp, Gudang, tempat Pabrikasi dan pelaksanaan aktivitas
lainnya cukup memadai dan memenuhi persyaratan di
dalam spesifikasi umum, dan konsultan akan memeriksa
apakah lokasi/kawasan yang diperlukan benar– benar
tersedia dan Kontraktor telah merundingkannya dengan
pemiliknya yang syah.

b. Kantor Kontraktor dan Fasilitasnya


Semua bangunan dan fasilitasnya di Base Camp Kontraktor
harus cukup memenuhi syarat–syarat kesehatan, memiliki
sistem drainase yang baik, sistem penerangan dan
pengamanan yang baik pula.

c. Kantor Direksi Teknik dan Stafnya


Akan diperiksa tentang kelengkapan Kantor Direksi
Teknik dan stafnya , jika di dalam kontrak tercantum.

d. Bengkel.
Di lapangan Kontraktor harus memiliki bengkel yang
diperlengkapi dengan peralatan perbengkelan secukupnya,
serta gudang untuk penyimpangan suku cadang peralatan.

e. Pelayanan Pengujian Laboratorium.


Pada hakekatnya pekerjaan pengujian dilaksanakan oleh
Kontraktor di bawah pengawasan Konsultan. Tetapi
beberapa pengujian tertentu sesuai kebutuhan akan
dilaksanakan oleh Konsultan dan Pemberi Tugas.

1). Kantor Lapangan.

2). Sumber Material.


Di dalam Gambar Rencana tersedia gambar sumber material
yang memberi indikasi tentang jenis dan lokasi dari masing–
masing material. Pada Tahap awal / mobilisasi, lokasi sumber
material ini akan diperiksa oleh Team Leader.

Contoh–contoh bahan yang diperlukan akan teruji, untuk


bahan–bahan aspal, semen dan bahan pabrikasi lainnya yang
diusulkan untuk dipakai, syarat-nya adalah bahwa harus ada
surat tanda lulus pengujian dari Produsen atau Instansi
Pengujian Independent, dan diserahkan kepada Konsultan untuk
dimintakan persetujuannya.

Penyimpangan dari Material–material ini harus memenuhi


syarat–syarat dan ketentuan dalam Spesifikasi Umum.

3). Perencanaan Sumber Daya / Resources Planning.

Dapat terlaksananya pekerjaan secara baik, tepat waktu, dan


masih dalam batasan nilai kontrak, akan sangat tergantung pada
adanya perencanaan (planning) yang memadai dari Kontraktor
atas pemberi daya (resource) yang dimilikinya.

Pada hakekatnya hal tersebut sepenuhnya menjadi tanggung


jawab Kontraktor, tetapi kepentingan Pemberi Tugas juga
tergantung padanya, mengingat bahwa keberhasilan
penanganan proyek berkaitan erat dengan hal tersebut.

Dengan demikian, minimal Team Leader dan Pejabat Pembuat


Komitmen harus mengetahui rencana kerja (planning)
Kontraktor untuk :

Equipment provision, operation dan maintenancenya

- Labour supply
- Material supply
- Cash Flow
Dan juga harus waspada terhadap kemungkinan
berkembangnya setiap persoalan yang berkaitan dengan hal
tersebut.

Dalam kasus tertentu Kontraktor mungkin memerlukan bantuan


yang lebih aktif jika kemampuan manajemen-nya atau
pengertiannya terhadap kondisi setempat atau hal – hal lain
tampaknya sangat kurang. Dalam hal ini Team Leader akan
juga ambil bagian dalam proses planning ini dan memberikan
saran – sarannya pada Kontraktor untuk memperbaiki
planningnya tersebut.

Yang penting adalah bahwa Kontraktor disarankan untuk


memperbaiki plannya tersebut, bukan diperintahkan untuk
melakukannya.

A.7. Penyusunan Rencana Pengaturan Lalu Lintas.

Mengingat lokasi pekerjaan di beberapa ruas tertentu, maka


pengaturan lalu lintas selama masa kontruksi adalah masalah yang
sangat penting dan harus sangat diperhatikan dan direncanakan secara
baik dan efektif, sehingga lalu lintas dapat tetap bergerak secara
lancar.

Fasilitas pengatur lalu lintas akan dikoordinasikan dengan Dinas


Perhubungan setempat dengan peralatan pengaturan lalu lintas antara
lain :

 Traffic cones.
 Rambu – rambu konstruksi (yang bersifat tetap).
 Rambu konstruksi yang dapat dipindah – pindah.
 Rambu – rambu peringatan dan marka replektor.
 Lampu kedip (flashing light).
 Pagar (fence).
 Orang pemegang bendera (pengatur), dan
 Papan (rambu) petunjuk.
Pemasangan
Item berikut ini akan diatur dan dipasang berdasarkan peraturan lalu
lintas yang berlaku, seperti :

 Lokasi dan batas pemasangan peralatan dan rambu-rambu.


 Batas transisi untuk pengaturan lalu lintas.
 Jarak antara cones dengan penghalang, dan
 Pengaturan / pemasangan pagar.
A.8. Pre Construction Meeting.

Koordinasi awal yang melibatkan ketiga pihak yaitu Direksi,


Konsultan dan Kontraktor akan diadakan sebelum kegiatan lapangan
dimulai. Koordinasi kerja diperlukan untuk memperlancar pelaksanaan
pekerjaan serta mencapai hasil kerja yang sebaik – baiknya. Untuk itu
diperlukan kejelasan mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawab
masing-masing pihak. Dalam hal ini Konsultan Supervisi bertugas
membantu Pejabat Pembuat Komitmen dalam Pengawasan teknik,
memberi nasehat dan saran penyelesaian masalah serta administrasi
proyek.

Selanjutnya koordinasi terpadu selama periode pelaksanaan konstruksi


dilakukan dengan mengadakan pertemuan berkala secara teratur. Hal
penting dalam koordinasi awal adalah mencakup semua persiapan
yang akan dilakukan oleh masing–masing pihak. Pekerjaan persiapan
tersebut mencakup:

 Organisasi dari masing–masing pelaku proyek (direksi,


Konsultan dan Kontraktor).
 Pembahasan mengenai spesifikasi teknik yang kurang jelas dan
kurang dimengerti.
 Bentuk serta jenis/macam pelaporan dan sistem serta batas
waktu pelaporan hendaknya telah dijelaskan dalam pertemuan
awal.
 Wewenang dan tanggung jawab serta segala sanksi yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan dibahas dengan jelas.
 Menentukan waktu kunjungan bersama ke lokasi menentukan
batas awal serta akhir proyek serta survei lapangan dengan
kondisi saat ini sebagai bahan dalam diskusi lanjutan dan
menentukan metode kerja selanjutnya.

B. Aktivitas Tahap Konstruksi.

Dalam tahap ini konsultan akan melakukan aktivitas pengawasan teknik


terhadap pekerjaan Kontraktor agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan
hasil yang sesuai dengan rencana meliputi aspek mutu, waktu dan biaya.

B.1. Pemeriksaan Shop Drawing/Gambar Kerja.

Sebelum melaksanakan pekerjaan konstruksi, Kontraktor harus


menyiapkan Gambar Kerja secara detail berdasarkan Gambar Rencana
yang telah dikaji ulang (review). Gambar kerja tersebut akan memuat
semua informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Tim
Konsultan akan memeriksa secara cermat Gambar Kerja tersebut dan
melakukan koreksi – koreksi yang diperlukan. Kontraktor akan
melakukan revisi Gambar Kerja sesuai dengan koreksi – koreksi yang
diberikan oleh Tim Konsultan tersebut. Revisi Gambar kerja tersebut
akan diperiksa kembali oleh Tim Konsultan dan dilanjutkan kepada
Proyek dan bila telah sesuai Team Leader akan memberikan
persetujuan untuk dapat dilaksanakan. Prosedur pengajuan Gambar
kerja dapat dilihat pada Gambar 6.8.
B.2. Survey dan Pengukuran

Dalam pekerjaan Supervisi pekerjaan survei dan pengukuran meliputi :

1). Pengecekan Design.

Diharapkan crew survey Kontraktor sudah dimobilisasi di Site


terlebih dahulu sebelum mobilisasi dan peralatan lainnya, dan
mereka sebelum mobilisasi dan peralatan.

2). Pengukuran Stock Piles.

Pengukuran ini terutama dimaksudkan guna verifikasi atas


ketersediaan dan kebutuhan angkutan material, seperti gravel,
agregat, pasir, batu pecah dan lain-lain ke site.

3). Pengukuran Pres Construction.

Untuk sejumlah item pekerjaan, pembayaran kepada Kontraktor


dihitung berdasarkan kuantitas dari pada pekerjaan yang
diselesaikan. Untuk ini diperlukan sejumlah pengukuran yang
meliputi pengukuran kondisi existing dan lain–lainnya, sebelum
pekerjaan konstruksi dimulai sehingga kualitas pekerjaan dapat
dihitung dari survei selanjutnya yang akan diadakan setelah
pekerjaan yang dimaksud selesai.

4). Pengukuran Pekerjaan Sedang Berjalan.

Pengukuran pekerjaan sedang berjalan (in progress) diadakan


guna :

- Tersedianya catatan yang lengkap tentang kemajuan


pekerjaan.

- Tersedianya data yang cukup jika timbul ketidakpastian


5). Pengukuran Pekerjaan Yang Telah Selesai.

Pengukuran ini diperlukan sebagai data penunjang dalam


penagihan Kontraktor atas pekerjaan yang telah selesai
dikerjakannya.

Bagan alir pekerjaan pengukuran dan perubahan gambar dapat


dilihat pada Gambar 6.9.

GAMBAR 4.9.
BAGAN ALIR PEKERJAAN PENGUKURAN DAN PERUBAHAN GAMBAR

START

RAPAT PRA PELAKSANAAN


(PRE CONSTRUCTION MEETING)

KONTRAKTOR BERSAMA - SAMA KONSULTAN


PENGAWAS TEKNIK DAN STAFF KA. SATKER
MEMERIKSA KE LAPANGAN DAN GAMBAR
KERJA
(ISSUED FOR CONSTRUCTION)
APAKAH ADA KETIDAKSESUAIAN

TIDAK
ADA KETIDAKSESUAIAN ?

YA

TIDAK
ADA PERUBAHAN BIAYA ? SIAPKAN REVISI GAMBAR

YA

SIAPKAN REVISI GAMBAR

SIAPKAN COA
(CHANGE ORDER ACTIVATOR)

SIAPKAN CCA
(CONTRACT CHANGE ORDER )

DICATAT DI SISTEM
DIBUATKAN BERITA SECARA DOKUMENTASI ARSIP
PERUBAHAN GAMBAR (FILE)

END

B.3. Pengujian Material


Pengujian material konstruksi dilakukan oleh Kontraktor dengan
menggunakan peralatan test di lapangan maupun di laboratorium yang
disediakan Kontraktor serta mengikuti standar prosedur pengujian
seperti yang tercantum dalam Dokumen Kontrak. Pengujian mutu
dilakukan secara rutin dengan mengambil contoh secara acak pada
lokasi–lokasi yang dicantumkan oleh Konsultan. Secara garis besarnya
pengujian akan mencakup :

1). Pengujian Material Konstruksi.

Pengujian Material Konstruksi dilakukan sebelum material


digunakan sebagai komponen struktur seperti beton, penerapa
batu kali, aspal, concrete, tanah untuk timbunan, dll.

Pengujuan material dilakukan ulang setiap terjadi perubahan


lokasi sumber material / quarry. Pengujian itu antara lain :

 Test keausan agregat.


 Test ekstraksi agregat.
 Test portland cement.
 Test kandungan zat kimia air.
Bagan Alir Proses Pengujian Material Konstruksi dapat dilihat
pada Gambar 6.10.
2). Pengujian Hasil Pekerjaan.

Setelah material digunakan dalam konstruksi, maka perlu diuji


apakah dalam aplikasinya Kontraktor telah menerapkan cara
yang benar sehingga menghasilkan konstruksi yang sesuai
dengan spesifikasi. Pengujian itu antara lain :

 Pengujian kepadatan.
 Pengujian mutu beton.

3). Pengujian Job Mix Formula

Pengujian ini antara lain berupa test terhadap bahan campuran


untuk pekerjaan jalan, bahan agregat dan beton. Konsultan akan
mengawasi, memeriksa dan mengevaluasi pekerjaan pengujian
laboratorium dan pengetesan di lapangan terhadap material
konstruksi yang akan dipergunakan. Berdasarkan hasil
pengujian tersebut, Konsultan akan membuat rekomendasi
berupa persetujuan dan penolakan berikut alasan teknis sesuai
dengan persyaratan teknis dalam spesifikasi. Diagram Alir
Pembuatan Job Mix Formula dapat dilihat pada Gambar 6.11.
B.4. Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan.

Sebelum melaksanakan pekerjaan Kontraktor harus mengajukan


permohonan kerja yang dilampirkan dengan Gambar Rencana untuk
disetujui oleh Konsultan dan pemberi Tugas.

Prosedur Permohonan kerja tersebut dapat dilihat pada Gambar E.12.

Selama pelaksanaan konstruksi Tim Konsultan akan melakukan


pengawasan teknis dan pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, Pengawasan dan Pemeriksaan ini mencakup seluruh aspek
kualitas dan kuantitas. Tim Konsultan harus memberikan petunjuk
yang benar kepada Kontraktor untuk memperoleh kerja yang lebih
efektif dan efisien dalam rangka pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat
terlaksana sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dan tepat waktu.

a. Galian dan timbunan ( Cut and Fill ).

Pekerjaan ini merupakan pekerjaan saluran Utama dan tanggul


pembentukan, dimana dalam pelaksanaannya dapat
dikategorikan sebagai berikut :

Suitable excavation for embankment, yaitu penggalian tanah


yang selanjutnya material tanah tersebut digunakan untuk
timbunan di lokasi yang berdekatan.

Unsuitbale excavation for disposal, yaitu penggalian tanah yang


secara teknis material tersebut tidak memenuhi syarat untuk
digunakan sebagai material timbunan, sehingga material
tersebut harus dibuang keluar lokasi proyek.

Pekerjaan penimbunan tanah dilaksanakan dengan cara lapis


per lapis dengan tebal 20cm, dimana material timbunan dari
lokasi galian tanah yang secara teknis memenuhi persyaratan
spesifikasi. Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan galian
timbunan sebagai berikut :

 Dump truck :
Mengangkut/memindahkan material tanah galian ke
lokasi timbunan.

 Motor grader :
Pembentukan dan perataan hamparan tanah timbunan.

 Bulldozer :
Mendorong dan mengumpulkan tanah galian.

 Excavator :
Menggali dan memindahkan tanah ke dump truck.

 Vibro :
Pemadatan lapisan tanah timbunan.
 Tire Roller :
Pemadatan akhir lapisan tanah timbunan.

Untuk pekerjaan timbunan ke lokasi penggatian material tanah


(unsuitable excavation for disposal), maka sebelum dilakukan
penggatian tanah, sebelum-nya terlebih dahulu dilakukan
pemadatan tanah sehingga mencapai kepadatan 90%
kepadatan menurut AASHTO T-99.

Kepadatan minimum yang harus dicapai pada pekerjaan


timbunan dengan lapis per lapis adalah 95%, data
pengendalian mutu pekerjaan pemadatan tanah akan
dilampirkan pada dokumen pengendalian mutu (quantity
control).

Bagan Alir Pekerjaan Tanah dapat dilihat pada Gambar 6.13.


Catatan : Bila Borrow Area belum ditetapkan tempat

b. Sub-base Course dan Base Course


Pekerjaan ini dilakukan pada tanggul yang berfungsi sebagai
jalan:

 Menyiapkan elevasi muka subgrade sesuai rencana.


 Material untuk sub-base dan base course harus diperiksa
kesesuaiannya dengan spesifikasi.
 Pemadatan.
c. Lapis Asphalt
Langkah – langkah yang akan dilakukan untuk mendapatkan
pekerjaan lapis aspal yang sesuai mutu yang ditetapkan adalah :

 Pemeriksaan alat.
Peralatan yang diperiksa mencakup :

- Mesin pencaca batu.


- Mesin penyemprot aspal.
- Mesin penggelar campuran aspal.
 Percobaan Pemadatan.
Konsultan akan memastikan prosedur pemadatan aspal
dengan malakukan beberapa percobaan pemadatan. Dari
percobaan ini akan dapat ditentukan :

- Luas lapis agregat yang dilapisi aspal resap pengikat.


- Temperatur penyemprotan aspal.
- Volume penggelaran agregat per satuan waktu.
- Metode pemadatan.
 Pemeriksaan permukaan yang akan diaspal.
Langkah ini untuk memastikan bahwa permukaan aspal
lama siap untuk dipasangi aspal.

 Pemeriksaan hasil pengaspalan.


Konsultan akan melakukan pengujian campuran aspal
yang dipadatkan.

B.5. Perhitungan Kuantitas dan Pembayaran Pekerjaan.


Kontraktor akan diminta untuk menyerahkan daftar kuantitas
pekerjaan dan bahan yang digunakan selama bulan bersangkutan.
Daftar tersebut akan diterima oleh Team Leader untuk diperiksa dan
dimintakan pesetujuan Pejabat Pembuat Komitmen.

Pemeriksaan lapangan akan dilakukan secara bersama–sama antara


Kontraktor dan Konsultan dalam pekerjaan galian, timbunan, galian
saluran, dan lain–lain. Tim Konsultan akan memastikan kuantitas
pekerjaan dan bahan berdasarkan pengamatan lapangan, gambar
rencana dan hasil pengukuran dengan mengacu kepada dokumen
kontrak dan menyetujui nilai yang diajukan Kontraktor.

Atas dasar kuantitas yang telah disetujui antara Konsultan dan


Kontraktor, maka berita acara pembayaran bulanan (MC) yang
menunjukkan kuantitas pekerjaan dan nilai uang netto yang harus
dibayarkan kepada Kontraktor akan disiapkan oleh Konsultan.
Penyiapan MC ini harus diselesaikan paling cepat tanggal 25 setiap
bulan yang bersangkutan dan paling lambat pada tanggal 5 bulan
berikutnya.

Jumlah kumulatif dari kuantitas pekerjaan dan nilai uang yang


dibayarkan dari waktu sebelumnya akan dicantumkan dalam sertifikat
pembayaran bulanan. Sertifikat bulanan akan ditandatangani oleh
Konsultan dan Kontraktor sebelum diserahkan kepada Pemberi Kerja.

Pada akhir kontrak pekerjaan, Konsultan akan memeriksa ulang semua


jenis pekerjaan yang telah diselesaikan dan menghitung ulang semua
volume pekerjaan untuk setiap jenis (item) pekerjaan.

B.6. Pemantauan Kemajuan Pekerjaan (Progress Monitoring).

Kemajuan semua pekerjaan konstruksi akan dimonitor terus menerus.


Begitu terjadi keterlambatan, Kontraktor diingatkan untuk
memperbaiki jadwal kerjanya dan Konsultan akan memeriksa jadwal
yang baru tersebut. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan
apakah tanggal penyelesaian yang diajukan cukup masuk akal dan
akan tepat atau mungkin sebelum jadwal utama Pejabat Pembuat
Komitmen akan selalu diberitahu mengenai kemajuan pekerjaan dan
langkah – langkah yang telah dilakukan untuk memastikan proyek
selesai tepat waktu. Berdasarkan pengalaman Konsultan dalam
pekerjaan Pengawasan untuk pekerjaan sejenis, pengamatan secara
kontinyu dan perubahan secara periodeik jadwal kerja Kontraktor
hampir selalu perlu dilakukan. Selain itu dibutuhkan pula identifikasi
hal – hal yang memungkinkan terjadinya keterlambatan pekerjaan
yang dilakukan Konsultan. Karena itu, Konsultan akan secara teratur
mereview jadwal kerja Kontraktor sesuai dengan urutan pekerjaan
yang benar.

Konsultan mengusulkan untuk mengajukan beberapa metode


penjadwalan yang sudah umum digunakan yaitu CPM (Critical Path
Method), Diagram Ruang Waktu dan bar Chart. Penampilan ketiga
metode tersebut secara grafis akan sangat mudah untuk dipahami.
Sedangkan penggunaan komputer akan sangat membantu untuk
mengetahui secara cepat daftar pekerjaan kritis, dan juga untuk
membantu menganalisa kondisi : jika ada dari suatu pekerjaan yang
mengalami keterlambatan.Dalam melaksanakan teknik – teknik
penjadwalan di atas, Konsultan akan selalu berkoordinasi dengan
Kontraktor untuk membahasnya secara lebih lengkap, antara lain
melalui rapat-rapat secara periodik, yaitu rapat mingguan dan rapat
bulanan.

B.7. Pengendalian Biaya Konstruksi

Pengendalian biaya akan dilakukan oleh Konsultan agar Biaya


Konstruksi yang ada tidak mengalami perubahan dan tetap sesuai
dengan Harga Kontrak yang ada.

Pengendalian tersebut meliputi :

1. Mencatat semua volume pekerjaan yang telah diselesaikan oleh


Kontraktor.
2. Melakukan Change Orfer untuk mempertahankan harga kontrak
pekerjaan.
Pengawasan terhadap biaya pekerjaan aka dilakukan oleh Konsultan
agar harga kontrak tidak terlampaui dan hasil pekerjaan sesuai dengan
persyaratan spesifikasi.

Untuk dapat mengamankan harga kontrak perlu diambil langkah-


langkah tertentu yaitu antara lain melakukan monitoring terhadap
kuantitas pekerjaan dan perubahan-perubahan pekerjaan yang terjadi
yang tidak diduga sebelumnya.

1. Monitoring Kuantitas Pekerjaan.


Kuantitas pekerjaan yang terdapat dalam bill of quantities adalah
kuantitas prakiraan yang dapat berubah setiap saat. Oleh karena
itu, perlu dilakukan monitoring dari waktu ke waktu untuk
mengetahui apakah kuantitas pekerjaan tersebut mencukupi atau
tidak.Selanjutnya langkah – langkah apa yang harus diambil bila
terjadi penambahan atau pengurangan kuantitas sehubungan
dengan hal–hal yang tidak diperkirakan sebelumnya yang dapat
mempengaruhi terhadap nilai kontrak yang ada. Monitoring
kuantitas pekerjaan dilakukan dengan mengakumulasikan
kuantitas pekerjaan yang telah selesai dikerjakan dan sisa
kuantitas yang ada. Bila terdapat satu item pekerjaan yang
diperkirakan kurang, maka untuk mencukupi kekurangan
tersebut akan diambilkan dari kuantitas item pekerjaan yang
diperkirakan lebih atau berprioritas lebih rendah bila diharapkan
harga kontrak yang ada tetap dipertahankan.

2. Change Order.
Dalam hal perlu dilakukan penyesuaian kuantitas pekerjaan baik
karena keadaan lapangan ataupun untuk mempertahankan biaya
keseluruhan proyek, maka Change Order dapat dilakukan
Konsultan atas masukan dari Kontraktor akan memberitahukan
terlebih dahulu kepada Pemberi Tugas tentang adanya change
order yang harus dilakukan disertai dengan data pendukung,
gambar detail, prakiraan kuantitas, prakiraan kebutuhan alat dan
personil, waktu yang dibutuhkan, prakiraan biaya dan lain-lain.
Change order sedapat mungkin dihindari karena dapat
mengakibatkan perubahan harga satuan atau tambahan waktu
yang dapat dituntut oleh Kontraktor.Data – data tersebut di atas
akan diserahkan kepada Pemberi Tugas untuk dapat disetujui
dan dilaksanakan perubahannya.

B.8. Pengendalian Proyek

Tahapan pelaporan ini ditujukan untuk menyampaikan kemajuan


pelaksanaan proyek aktual di lapangan kepada pihak pemberi tugas /
Pejabat Pembuat Komitmen untuk mendapatkan gambaran kemajuan
proyek di lapangan, dengan ikut memperhatikan hal – hal kritis yang
diperoleh dari analisa pelaksanaan proyek. Bentuk laporan ini
disesuaikan dengan kebutuhan pelaporan dan terbagi menjadi
pelaporan kemajuan proyek secara tabular, pelaporan kemajuan
proyek secara barchart, serta dalam bentuk S-Curve ; yang
membandingkan pencapaian aktual dengan baseline proyek.

B.9. Rapat Koordinasi

Mengingat terdapatnya cukup banyak pihak yang terlibat dalam


penanganan pekerjaan ini, suatu sistem komunikasi dan konsultasi
yang efektif harus tetap dijaga. Flexibilitas dan kemampuan untuk
menghadapi berbagai ragam permasalahan membutuhkan sejumlah
kontak – kontak baik formal maupun informal, khusunya antara
anggota dari Team Supervisi Lapangan, antara Resident Engineer
dengan Kontraktor dan Pejabat Pembuat Komitmen. Suatu reguler
meetings yang terencana dengan agenda dan catatan (minute) akan
merupakan suatu keharusan, guna menjamin adanya catatan dari setiap
diskusi, kesepakatan ataupun keputusan. Konsultan berpendapat
bahwa rapat – rapat / pertemuan yang diperlukan antara lain adalah :

 Rapat mingguan intern antara anggota Tim Supervisi


Lapangan.
 Rapat mingguan antara Tim Konsultan dengan Kontraktor.
 Rapat bulanan antara Tim Konsultan dengan Kontraktor.
 Rapat mingguan antara Tim Konsultan dengan Pejabat
Pembuat Komitmen.
 Rapat mingguan Antara Tim Konsultan dengan Pejabat
Pembuat Komitmen dan Kontraktor.
Frekuensi rapat yang diusulkan di atas tentunya dapat disesuaikan
dengan kondisi setempat.

B.10. Sistem Pencatatan.

Pencatatan yang baik digunakan untuk keperluan :

 Menunjang sistem pelaporan.


 Sebagai dasar perhitungan kualitas.
 Sebagai dasar untuk menyelesaikan ketidaksepakatan
 Sebagai dasar perhitungan pembayaran.
Jenis – jenis pencatatan yang diperlukan antara lain, adalah :

 Buku harian
 Catatan Pengujian.
 Catatan Pengukuran.
 Koresponden.
 Notulen Rapat – rapat koordinasi,
 Perhitungan Pembanyaran dan Sertifikat Pembayaran.
 Data Teknik Lapangan.
 (Contractor’s Request) Permohonan Kerja Konstruksi.
 (Shop Drawings) Gambar Kerja.
 (Construction Schedule) Jadwal Pelaksanaan Kontruksi
 Daftar Peralatan Kontraktor.
 Data Perhitungan Kuantitas.
 Pengukuran Materials on-site.
 Daftar Pekerjaan Tambah.
 Progres Kemajuan Pekerjaan Bulanan.
 (MC Back-up data) Data Penunjang Sertifikat Bulanan.
 (Change Orders) Perintah Perubahan.
 Addenda.
 Perpanjangan Waktu yang disetujui.
 Klaim
 Catatan Keterlambatan.
 Catatan Kecelakaan Kerja.
 Kondisi Cuaca.
 Foto.
 dan lain – lain.
B.11. Sistem Pelaporan.

1) Laporan harian, mingguan dan bulanan.


2) Berita acara rapat berikut daftar hadirnya.
3) Lembar request dan pengesahannya.
4) Buku direksi yang merupakan lembar komunikasi lapangan.
5) Surat menyurat.
6) Hasil pemeriksaan uji konstruksi dan material, baik dari uji
lapangan, uji laboratorium maupun rekomendasi pabrik.
7) Berkas-berkas administrasi penagihan.
8) Foto-foto dokumentasi dari 0% hingga 100%.
9) Catatan khusus apabila terdapat Contract Change Order.
10) Catatan khusus apabila sampai terjadi Addendum Kontrak

Anda mungkin juga menyukai