Anda di halaman 1dari 153

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK ROXY JAGAKARSA


JL. JAGAKARSA RAYA NO.54 JAKARTA SELATAN
PERIODE 5 AGUSTUS – 30 AGUSTUS 2019

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Memperoleh Gelar Apoteker (Apt)
Program Studi Profesi Apoteker

Disusun Oleh :

Novianti Listiani, S.Farm 1843700481


Silvi Karlila Sari, S.Farm 1843700451

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2019
ii
SURAT PERNYATAAN
PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

iii
1. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapatkan gelar akademik Apoteker, baik di Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta maupun di Universitas lain.
2. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini murni gagasan, rumusan dan
penilaian penyusun, tanpa bantuan pihak lain, kecuali tim pembimbing.
3. Dalam laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker tidak terdapat karya atau
pendapat yang telah ditulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam
naskah dengan disebutkan dan atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara
tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan
disebutkan nama pengarang serta dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya, apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
penyusun bersedia menerima sanksi akademik serta sanksi lainnya sesuai
peraturan perundang-undangan dan norma akademik yang berlaku di
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.

Jakarta, Agustus 2019


Yang Membuat Pernyataan,

(Penyusun)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan dan

iv
laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Roxy Jagakarsa yang
berlokasi di Jl. Jagakarsa Raya No.54 Kelurahan Jagakarsa Kecamatan Jagakarsa,
Kotamadya Jakarta Selatan, periode 5 Agustus – 30 Agustus2019 dengan baik.
Laporan PKPA ini disusun sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi
untuk memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus
1945 Jakarta dengan harapan agar calon Apoteker mendapat gambaran secara
jelas mengenai peran dan tugas Apoteker di Apotek sebagai salah satu tempat
pengabdian profesi Apoteker.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Diana Laila Ramatillah, M.Farm., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
2. Ibu Diah Ramadhani, M.Farm., Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
3. Ibu Rabima, M.Farm.,Apt. selaku Koordinator PKPA di Fakultas Farmasi
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
4. Direksi Apotek Roxy Grup yang telah memberikan kesempatan melaksanakan
PKPA.
5. Bapak Drs. Baginda Nasution, Apt., MM. selaku Apoteker Pengelola Apotek
Roxy Jagakarsa.
6. Ibu Yuniar Kurniasih, S.Si., Apt selaku Manager Apotek Roxy Jagakarsa.
7. Ibu Shahyawidya R. S.Farm., Apt selaku Pembimbing di Apotek Roxy
Jagakarsa.
8. Ibu Lilih Riniwasih Kadiwijati, M.Farm, Apt selaku Pembimbing PKPA di
Fakultas Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
9. Seluruh Asisten Apoteker, Juru Racik dan Karyawan Apotek Roxy Jagakarsa
yang telah memberikan bantuan, pengalaman, bimbingan, dan kerjasama
selama pelaksanaan PKPA.
10. Orangtua penulis dan seluruh keluarga yang senantiasa memberikan dukungan
dan doa atas kelancaran pelaksanaan PKPA ini.

v
11. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang
telah mendukung secara langsung maupun tidak langsung selama proses
kegiatan dan penyusunan laporan ini.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini.Oleh karena itu penyusun
menerima segala kritik dan saran untuk perbaikan dikemudian hari.Semoga
laporan ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam dunia
farmasi pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Ilmu dan pengalaman
yang telah diperoleh penulis selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Apotek Roxy ini dapat berguna bagi calon Apoteker sebagai bekal
untuk terjun ke masyarakat dalam rangka pengabdian profesi serta kepustakaan di
Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.

Jakarta, Agustus 2019

(Penyusun)

vi
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................... ii
SURAT PERNYATAAN .................................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................... iv
DAFTAR ISI.......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................. 1
1.2 Tujuan PKPA.................................................................. 2
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1 Gambaran Umum Apotek.............................................. 3
2.2 Aspek Usaha.................................................................. 10
2.3 Aspek Saran dan Prasarana............................................ 13
2.4 Pelayanan Farmasi Klinik.............................................. 19
2.5 Aspek Asuhan Kefarmasian (Pharmaceutical Care).... 22
BAB III TINJAUAN KHUSUS
3.1 Apotek Roxy................................................................. 26
A. Sejarah Apotek....................................................... 26
B. Visi dan Misi Apotek Roxy.................................... 26
3.2 Struktur Organisasi Apotek Roxy................................. 26
3.3 Budaya Perusahaan........................................................... 27
3.4 Kebijakan Mutu Perusahaan............................................. 28
3.5 Penerapan Sistem Manajemen Mutu................................ 28
3.6 Operasional dan Ketentuan Umum................................... 29
3.7 Apotek Roxy Jagakarsa.................................................... 29
A. Lokasi..................................................................... 29
B. Struktur Organisasi................................................. 30

vii
C. Tata Ruang Apotek................................................. 30
3.8 Kegiatan Teknis Kefarmasian.......................................... 32
A. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai...................................... 32
B. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan
Kesehatan Lainnya................................................. 35
3.9 Sistem Informasi............................................................... 48
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................... 49
4.1 Tata Ruang Apotek........................................................... 52
4.2 Kegiatan Kefarmasian dan Non Kefarmasian.................. 53
4.3 Sumber Daya Manusia Apotek. ....................................... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.................................................................... 57
5.2 Saran.............................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 59
LAMPIRAN............................................................................................ 62

viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1. Logo Apotek Roxy........................................................ 26


Gambar 2. Penandaan Obat Bebas.................................................. 35
Gambar 3. Penandaan Obat Bebas Terbatas.................................... 36
Gambar 4. Penandaan Peringatan Pada Obat Bebas Terbatas......... 36
Gambar 5. PenandaanLogo Obat Keras dan Psikotropika.............. 36
Gambar 6. Penandaan Obat Narkotika............................................ 39
Gambar 7. Logo dan Penandaan Jamu............................................ 39
Gambar 8. Logo dan Penandaan Obat Herbal Terstandar.............. 47
Gambar 9. Logo dan Penandaan Fitofarmaka................................. 48
Gambar 10. Logo dan Penandaan Obat Generik............................ 48

ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1.Struktur Organisasi Apotek Roxy Group..................... 62


Lampiran 2.Struktur Organisasi Apotek Roxy Jagakarsa................ 63
Lampiran 3.Alur Pelayanan Resep................................................... 64
Lampiran 4.Alur Pemesanan dan Penerimaan Obat......................... 65
Lampiran 5.Surat Pesanan Psikotropika........................................... 66
Lampiran 6.Surat Pesanan Narkotika............................................... 66
Lampiran 7.Pelayanan PIO.............................................................. 67
Lampiran 8.Salinan Resep ............................................................... 67
Lampiran 9.Kartu Stok..................................................................... 68
Lampiran 10. Kwitansi..................................................................... 68
Lampiran 11.Lemari Narkotika dan Psikotropika............................ 69
Lampiran 12.Rak Penyimpanan Obat.............................................. 69
Lampiran 13.Kasir dan Tempat Penyerahan Obat........................... 70
Lampiran 14.Area Swalayan............................................................ 70
Lampiran 15.Meja Racik.................................................................. 71
Lampiran 16.Sediaan Obat dalam Lemari Pendingin...................... 71

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan
oleh pemerintah dan atau masyarakat. Dalam melaksanakan suatu upaya
kesehatan, diperlukan fasilitas kesehatan sebagai wadah dalam melakukannya.
Upaya kesehatan yang dilakukan perlu didukung pula oleh fasilitas pelayanan
kesehatan yang memadai, meliputi rumah sakit, puskesmas, apotek dan lain-lain.
Fasilitas pelayanan kefarmasian merupakan salah satu sarana yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, sehingga harus
terus ditingkatkan kualitasnya. Yang termasuk dalam fasilitas pelayanan
kefarmasian adalah Apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, dan
toko obat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, Apotek adalah
sarana kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.
Pelayanan kefarmasian di Apotek meliputi dua kegiatan, yaitu kegiatan yang
bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai mulai dari perencanaan sampai pelaporan dan pelayanan
farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia,
sarana dan prasarana.
Pengelolaan Apotek secara resmi dipimpin oleh Apoteker Pengelola
Apotek (APA). Seorang APA  bertanggung jawab dalam pelayanan kefarmasian
kepada masyarakat, terutama  peningkatan kualitas pelayanan kesehatan melalui
pengelolaan, dan pemberian informasi penggunaan obat secara tepat, aman, dan
rasional. Dalam menjalankan  profesinya melalui pengelolaan Apotek, seorang
Apoteker harus memiliki  pengetahuan tentang manajemen yang baik. Pelayanan
kefarmasian semakin berkembang. Pada saat ini pelayanan kefarmasiaan telah
bergeser orientasinya dari drug oriented ke patient oriented yang mengacu
kepada Pharmaceutical Care. Sebagai konsekuensi perubahan tersebut, perlu
dilakukan penerapan asuhan kefarmasian yang baik atau GPP (Good
Pharmaceutical Practice) di Apotek yang telah diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 73 Tahun 2016, tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak
profesional serta melindungi profesi dalam menjalankan praktek.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian, Pasal 21 ayat 2 disebutkan bahwa penyerahan dan
pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker. Apoteker
dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku untuk dapat
melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara
lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat
untuk mengetahui tujuan akhimya sesuai dengan harapan dan terdokumentasi
dengan baik. Selain itu, Apoteker juga harus bertanggung jawab atas semua obat
yang digunakan oleh pasien sehingga dapat memastikan semua terapi yang
digunakan efektif, efisien, rasional, aman, bermutu, dan terjangkau.Kegiatan
pelayanan kefarmasiaan tidak terbatas hanya pada penyiapan obat dan penyerahan
obat pada pasien, tetapi perlu melakukan interaksi dengan pasien dan profesional
kesehatan lainnya.
Menyadari pentingnya peran dan tanggung jawab dari seorang Apoteker,
maka sebagai seorang Apoteker harus memiliki bekal ilmu pengetahuan, dan
keterampilan yang cukup dibidang kefarmasian baik dalam teori maupun
prakteknya. Melalui Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek inilah gambaran
nyata pembekalan, dan pengalaman dapat diperoleh bagi para calon Apoteker.
Berbekal pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman pelaksanaan pengelolaan
Apotek maka seorang calon Apoteker kelak dapat berperan aktif dan peran
aktifnya dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai seorang Penanggung Jawab
Apotek yang berhubungan langsung dengan masyarakat.
Guna menghasilkan sumber daya yang berkualitas dan mempunyai
kompetensi yang memadai, maka Program Profesi Apoteker menyelenggarakan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan mulai tanggal 5
Agustus 2019 sampai 30 Agustus 2019. Melalui kegiatan ini diharapkan
mahasiswa yang merupakan calon Apoteker dapat mendapatkan ilmu dan
menjalankan perannya sebagai Apoteker.

1.2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Roxy Jagakarsa
dilaksanakan oleh calon Apoteker dengan tujuan:
1. Mahasiswa mampu mengetahui gambaran umum kegiatan rutin pelayanan
kefarmasian di apotek dan dapat menerapkannya saat bekerja.
2. Mahasiswa mampu memahami peran dan fungsi Apoteker di apotek
terutama dalam hal pelayanan kefarmasian.
3. Mahasiswa mampu memahami peran dan fungsi Apoteker di apotek
terutama dalam aspek manajerial yang mencakup pengelolaan sumber
daya manusia kesehatan, pengelolaan perbekalan farmasi dan perbekalan
kesehatan, pengelolaan administrasi keuangan apotek.
4. Mempelajari konsep swalayan farmasi sebagai bentuk modifikasi
pengembangan apotek.
5. Mempelajari tata cara berkomunikasi yang efektif dengan pasien terutama
saat memberikan informasi obat, edukasi, dan konseling mengenai terapi
suatu penyakit.
BAB II
TINJAUAN UMUM

1. Gambaran Umum Apotek


1. Definisi Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.9 Tahun
2017, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.73 Tahun
2016 pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian menjelaskan bahwa praktek kefarmasian yang
dimaksud adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
2. Landasan Hukum Apotek
a. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Undang-undang Republik Indonesia No. 2 tahun 2017 tentang Narkotika.
c. Undang-undang Republik Indonesia No. 3 tahun 2017 tentang
Psikotropika.
d. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2010 tentang Prekursor.
e. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9 Tahun 2017
tentang Apotek.
h. Peraturan Menteri Kesehatan No. 31 Tahun 2016 Tentang Registrasi, Izin
Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
i. Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2015 tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekusor Farmasi.
3. Tugas dan Fungsi
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 51 Tahun 2009 tentang tugas dan
fungsi Apotek antara lain, yaitu:
a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
b. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian.
c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sedian farmasi
antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.
d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaaan penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Apotek Sebagai sarana pelayanan kesehatan harus dapat
mendukung dan membantu upaya pemerintah untuk menyediakan obat
bermutu baik dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat, terutama
untuk masyarakat yang kurang mampu.Apotek diharapkan memberikan
informasi mengenai penggunaan obat yang tepat, aman dan rasional yang
bertujuan untuk mendidik masyarakat agar dapat mandiri dalam rangka
mencapai derajat kesehatan yang optimal.
4. Persyaratan Mendirikan Apotek
A. Perizinan Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 9 tahun 2017 tentang
Apotek, Apotek dapat didirikan oleh Apoteker dengan modal sendiri dan/atau
modal dari pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan. Namun,
pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh Apoteker yang
bersangkutan apabila pendirian suatu Apotek bekerja sama dengan pemilik
modal. Sebelum suatu Apotek dapat beroperasi, seorang Apoteker harus
memiliki Surat Izin Apotek (SIA). SIA berlaku selama 5 tahun dan dapat
diperpanjang apabila masih memenuhi persyaratan. Apoteker harus
mengajukan permohonan tertulis untuk memperoleh SIA melalui Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kabupaten/Kota apabila perizinan dilakukan diluar
wilayah DKI Jakarta atau PTSP Kecamatan apabila perizinan dilakukan di
wilayah DKI Jakarta. Permohonan harus ditandatangani oleh Apoteker disertai
dengan kelengkapan dokumen administratif meliputi:
1) Fotokopi SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker), dapat menggunakan SIPA
kesatu, kedua atau ketiga;
2) Fotokopi KTP Apoteker;
3) Surat Pernyataan bahwa APA tidak merangkap/bekerja di Apotek lain/
Industri lain dan sanggup bekerja sebagai APA di Apotek dimaksud;
4) Fotokopi perjanjian kerjasama antara APA dan Pemilik Sarana Apotek
(PSA) (di depan Notaris);
5) Surat pernyataan PSA bahwa tidak pernah terlibat pelanggaran perundang-
undangan dibidang Farmasi;
6) Peta Lokasi dan Denah Bangunan Apotek;
7) Status Bangunan dan kaitannya dengan PSA (Hak Milik/Sewa/Kotrak);
8) Daftar Asisten Apoteker dilampiri Fotokopi Ijasah dan SIPTTK;
9) Surat izin Atasan untuk APA yang bekerja sebagai PNS/BUMN; dan
10) Surat Izin Tempat Usaha (SITU).
Paling lama dalam waktu 6 hari kerja sejak menerima permohonan dan
dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumen administratif, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa untuk melakukan
pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek. Tim pemeriksa harus
melibatkan unsur dinas kesehatan kabupaten/kota yang terdiri atas tenaga
kefarmasian dan tenaga lainnya yang menangani bidang sarana dan prasarana.
Paling lama dalam waktu 6 hari kerja sejak tim pemeriksa ditugaskan, tim
pemeriksa harus melaporkan hasil pemeriksaan setempat yang dilengkapi
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Paling lama dalam waktu 12 hari kerja sejak Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota menerima laporan dan dinyatakan memenuhi persyaratan,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerbitkan SIA dengan tembusan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Bila hasil pemeriksaan oleh tim pemeriksa dinyatakan masih belum
memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus
mengeluarkan surat penundaan paling lama dalam waktu 12 hari kerja.
Pemohon dapat melengkapi persyaratan paling lambat dalam waktu 1 bulan
sejak surat penundaan diterima. Apabila pemohon tidak dapat memenuhi
kelengkapan persyaratan, maka Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
mengeluarkan Surat Penolakan.Apabila Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dalam menerbitkan SIA melebihi jangka waktu (12 hari kerja), Apoteker
pemohon dapat menyelenggarakan Apotek dengan menggunakan BAP sebagai
pengganti SIA.Pemerintah daerah menerbitkan SIA bersamaan dengan
penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA.Oleh sebab itu, masa berlaku
SIA mengikuti masa berlaku SIPA. Setiap perubahan alamat di lokasi yang
sama atau perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan Apotekerpemegang
SIA, atau nama Apotek harus dilakukan perubahan izin mengikuti ketentuan
seperti pengajuan SIA untuk pertama kalinya. Namun, untuk Apotek yang
melakukan perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan nama
Apotek tidak perlu dilakukan pemeriksaan setempat oleh tim pemeriksa.
Untuk memperoleh SIPA sesuai dengan PP RI No. 51 Tahun 2009 tentang
Tenaga Kefarmasian, seoarang Apoteker harus memiliki Surat Tanda
Registrasi Apoteker (STRA). STRA ini dapat diperoleh jika seorang Apoteker
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki Ijazah Apoteker.
2) Memiliki Sertifikat Kompetensi Apoteker.
3) Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah dan janji apoteker.
4) Surat sehat fisik dan mental dari dokter yang mempunyai surat izin
praktek.
5) Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan etika profesi.

Sarjana farmasi Apoteker (Lulus)

 Ijazah Apoteker
 Sertifikat Kompetensi Apoteker
 + Syarat Lain

Diberikan oleh Menteri


 STRA
melalui Komite Farmasi
 + Syarat
Lain Nasional (KFN)

SIPA SIPA SIK

Untuk Untuk Yang


Untuk Yang
Apoteker Bekerja Selain di
Bekerja Di RS
Pendamping Apotek dan IFRS
dan Apotek

(Ka. Dinkes Kabupaten/Kota)

B. Perubahan Izin Apotek


1) Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat
dan pindah lokasi, perubahan Apoteker pemegang SIA, atau nama
Apotek harus dilakukan perubahan izin.
2) Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang sama atau
perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan Apoteker pemegang
SIA, atau nama Apotek, wajib mengajukan permohonan perubahan
izin kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
3) Terhadap Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang
sama atau perubahan nama Apotek tidak perlu dilakukan pemeriksaan
setempat oleh tim pemeriksa.
4) Tata cara permohonan perubahan izin bagi Apotek yang melakukan
perubahan alamat dan pindah lokasi atau perubahan Apoteker
pemegang SIA.
C. Pencabutan Surat Izin Apotek
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.9 tahun 2017 tentang Apotek dapat dikenai sanksi
administratif. Sanksi administratif berdasarkan pasal 31 berupa:
1) Peringatan tertulis
2) Penghentian sementara kegiatan
3) Pencabutan SIA
Sedangkan pencabutan SIA pada pasal 32 dilakukan oleh pemerintah
daerah kabupaten/kota berdasarkan:
1) hasil pengawasan; dan/atau
2) rekomendasi Kepala Balai POM.
Pelaksanaan pencabutan SIA dilakukan setelah dikeluarkan teguran tertulis
berturut-turut sebanyak 3 kali dengan tenggang waktu masing-masing 1
bulan.Dalam hal Apotek melakukan pelanggaran berat yang
membahayakan jiwa, SIA dapat dicabut tanpa peringatan terlebih
dahulu.Keputusan Pencabutan SIA oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota disampaikan langsung kepada Apoteker dengan tembusan
kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kepala
Badan. Dalam hal SIA dicabut selain oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, selain ditembuskan kepada Direktur Jenderal, Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kepala Badan, juga ditembuskan kepada
Dinas Kabupaten/Kota.
2. Aspek Usaha
A. Permodalan Dan Perhitungan BEP
Menurut Permenkes RI No. 9 Tahun 2017 Apoteker dapat mendirikan
Apotek dengan modal sendiri dan atau modal dari pemilik modal baik
perorangan maupun perusahaan.Dalam hal Apoteker yang mendirikan
Apotek bekerjasama dengan pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian
harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan.
1) Pengertian Break Even Point (BEP)
Menurut Supriyono Break Even Point atau sering disebut
dengan impas atau pulang pokok merupakan suatu keadaan perusahaan
dimana besarnya jumlah total penghasilan sama dengan jumlah total
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau rugi labanya = nol.
Sedangkan Harahap (2007) berpendapat bahwa, Break Even
Point berarti suatu keadaan di mana perusahaan tidak mengalami laba
dan juga tidak mengalami rugi, artinya seluruh biaya itu dapat ditutupi
oleh penghasilan penjualan. Beberapa pernyataan dari para ahli dapat
disimpulkan bahwa break even point atau impas merupakan suatu
keadaan yang dialami oleh perusahaan dimana tidak mendapatkan
penghasilan setelah perusahaan tersebut mengeluarkan biaya-biaya
yang digunakan untuk memenuhi kegiatan produksi, dengan kata lain
jumlah total pendapatan sama dengan jumlah total biaya.
2) Kegunaan Analisis Break Even Point (BEP)
Menurut Kasmir (2010) terdapat beberapa manfaat di dalam
analisis break even point (BEP) bagi manajemen perusahaan,
diantaranya yaitu :
a. Mendesain spesifikasi produk
b. Menentukan harga jual persatuan
c. Menentukan target penjualan dan penjualan minimal
d. Memaksimalkan jumlah produksi dan penjualan
e. Merencanakan laba yang diinginkan serta tujuan lainnya.
3) Keterbatasan Analisis Break Even Point (BEP)
Ada beberapa keterbatasan yang perlu untuk diketahui dalam analisis
break even point menurut Keown, dkk (2010) adalah sebagai berikut:
a. Hubungan biaya, volume, laba diasumsikan meningkat secara
linear.
b. Kurva total pendapatan (kurva penjualan) diasumsikan meningkat
secara linear sesuai dengan volume output.
c. Diasumsikan perpaduan antara produksi dan penjualan relatif tetap.
d. Diagram break even dan perhitungan break even merupakan bentuk
analisis statis.
Formula:
- Penjualan per tahun = Variabel Cost/Tahun + Fixed Cost
- FC (Fixed Cost) = Sales – Variabel Cost
- BEP dalam satuan waktu = FC / (Sales – VC)
B. Strategi Pengembangan Apotek
Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘strategos’ atau ‘strategus’
(stratos = tentara atau militer, dan ag = memimpin) yang berarti seni
berperang. Definisi strategi adalah ilmu perencanaan dan pengarahan
sumber daya untuk operasi secara besar-besaran, melansir kekuatan pada
posisi siap yang paling menguntungkan sebelum melakukan penyerangan
terhadap lawan. Secara umum dapat didefinisikan bahwa strategi adalah
rencana tentang serangkaian manuver, yang mencakup seluruh elemen
yang kasat mata maupun tak kasat mata, untuk menjamin keberhasilan
mencapai tujuan (Hutabarat dan Huseini, 2006).
Strategi didefinisikan sebagai sebuah tindakan yang bersifat senantiasa
meningkat (incremental) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan
sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa
depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang
dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya
kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen
memerlukan kompetensi inti (core competencies).Perusahaan perlu
mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan (Hamel dan
Prahalad, 1997).
Tujuan manajemen strategi adalah untuk mengeksploitasi dan
menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang. Secara
umum manfaat yang diperoleh perusahaan dalam menerapkan manajemen
strategi adalah sebagai berikut (Hutabarat dan Huseini, 2006):
1) Meningkatkan kinerja perusahaan, baik dalam hal profitabilitas maupun
keberhasilan lainnya.
2) Memperbaiki proses manajemen dan partisipasi di dalam organisasi.
3) Memperbaiki pengambilan keputusan.
4) Memperbaiki sikap, disiplin dan motivasi individu di dalam organisasi.
5) Memperbaiki antisipasi dan kepedulian terhadap masa depan dan
peluang yang terjadi
Tahapan proses tersebut dijelaskan sebagai berikut :
a. Tahap Input (Input Stage)
Pada tahap ini proses yang dilakukan adalah meringkas informasi dasar
yang dibutuhkan dalam merumuskan strategi. Pada tahap ini
menggunakan alat analisis EFE dan IFE.
b. Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Tahap pencocokan menggunakan alat analisis matriks SWOT
(Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Alat ini bersandar
pada informasi yang diturunkan dari tahap input untuk mencocokkan
peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan
internal.
c. Tahap Keputusan (Decision Stage)
Tahap keputusan menggunakan alat analisis Quantitative Strategic
Planning Matrix (QSPM). Alat analisis ini secara obyektif
mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik.
C. Kewirausahaan
Kewirausahaan menurut Suryana dan Bayu (2010) adalah kemampuan
kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk
mencari peluang menuju sukses atau peluang untuk menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda melalui berfikir kreatif dan bertindak inovatif untuk
menciptakan peluang.

3. Aspek Sarana dan Prasarana


A. Sumber Daya Manusia
Semua Apoteker yang akan melaksanakan praktek kefarmasian harus
memiliki sertifikat kompetensi Apoteker. Sertifikat kompetensi profesi
Apoteker berlaku selama lima tahun dan dapat dilakukan sertifikasi ulang
setelah habis masa berlakunya. Calon Apoteker yang baru lulus pendidikan
profesi harus mengikuti Uji Kompetensi Apoteker Indonesia (UKAI)
sebelum dapat diberikan sertifikat kompetensi Apoteker. (Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian
(TTK) dan/ atau tenaga administrasi dalam pengelolaan Apotek. Apoteker
wajib memiliki surat izin praktek sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan berupa Surat Izin Praktek Apotek (SIPA). (Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, 2017). Sebelum memperoleh SIPA,
Apoteker harus memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 31 tahun 2016 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Nomor 889 tahun 2011 tentang
Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, STRA
diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. Menteri
akan mendelegasikan pemberian STRA kepada Komite Farmasi Nasional
(KFN). Masa berlaku STRA selama 5 tahun dan dapat diregistrasi ulang
selama memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki ijazah Apoteker;
2) Memiliki sertifikat kompetensi profesi;
3) Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker;
4) Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki surat izin praktek; dan
5) Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan
etika profesi.

Pengurusan SIPA dilakukan di Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu


Pintu Kabupaten/Kota tempat Apoteker akan melaksanakan Pekerjaan
Kefarmasian. Permohonan SIPA harus melampirkan:
1) Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN;
2) Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat
keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian;
3) Surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan
4) Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4
sebanyak 2 (dua) lembar.

Apoteker yang bekerja di fasilitas pelayanan kefarmasian dapat


memiliki paling banyak 3 SIPA untuk fasilitas pelayanan kefarmasian,
sementara Apoteker yang memiliki SIA (Surat Izin Apotek), boleh
memiliki paling banyak 2 SIPA di fasilitas pelayanan kefarmasian lain.
B. Sarana Dan Prasarana
1. Lokasi
Jarak antara Apotek tidak dipersyaratkan, namun Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran Apotek di wilayahnya
dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan kefarmasian. Lokasi Apotek harus memenuhi Persyaratan
kesehatan lingkungan Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama
dengan kegiatan pelayanan dan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi
(Menteri Kesehatan RI, 2017). Selain itu juga mempertimbangkan segi
penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk,
dan kemampuan daya beli penduduk di sekitar lokasi Apotek, dan
keamanan. Bangunan Apotek harus dapat memberikan keamanan,
kenyamanan, dan kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada
pasien termasuk penyandang cacat, anak – anak dan orang lanjut usia.
Selain itu, Apotek harus mempunyai luas yang cukup dan
memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran
pelaksanaan tugas dan fungsi Apotek, serta memelihara mutu
perbekalan kesehatan di bidang farmasi.Apotek sekurang-kurangnya
harus memiliki ruang penerimaan Resep, ruang pelayanan Resep dan
peracikan maupun produksi sediaan secara terbatas, ruang penyerahan
sediaan farmasi dan alat kesehatan; ruang konseling, ruang
penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, dan ruang arsip.
Bangunan Apotek harus bersifat permanen dan merupakan bagian
dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko,
rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis (Menteri
Kesehatan RI, 2017).
Apotek juga harus dilengkapi dengan sumber air yang
memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang baik, alat pemadam
kebakaran yang befungsi baik, ventilasi dan sistem sanitasi yang baik
dan memenuhi syarat higienis, serta papan nama. Papan nama terdiri
atas papan nama Apotek yang memuat paling sedikit informasi
mengenai nama Apotek, nomor SIA, dan alamat, serta papan nama
praktek Apoteker yang memuat paling sedikit informasi mengenai
nama Apoteker, nomor SIPA, dan jadwal praktek Apoteker. Papan
nama harus dipasang di dinding bagian depan bangunan atau
dipancangkan di tepi jalan, secara jelas dan mudah terbaca. Selain itu,
jadwal praktek Apoteker harus berbeda dengan jadwal praktek
Apoteker yang bersangkutan di fasilitas kefarmasian lain (Menteri
Kesehatan RI, 2017).
2. Bangunan dan Kelengkapan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 Tahun 2017
tentang Apotek, sarana dan prasarana Apotek ditujukan untuk
menjamin mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai serta kelancaran praktek Pelayanan Kefarmasian. Sarana
dan Prasarana di Apotek terdiri atas:
a. Area penerimaan Resep
Area ini ditempatkan di bagian paling depan sehingga mudah
terlihat oleh pasien. Sekurang kurangnya terdiri atas counter
penerimaan resep serta satu set komputer untuk melakukan
pekerjaan administrasi.
b. Ruang pelayanan Resep dan peracikan
Ruang pelayanan Resep dan peracikan meliputi rak Obat dan meja
peracikan. Sekurang-kurangnya tersedia peralatan peracikan,
timbangan Obat, air minum (mineral) untuk pengencer, sendok
Obat, bahan pengemas Obat, lemari pendingin, termometer
ruangan, blanko salinan Resep, etiket, dan label Obat. Ruangan
dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan.
c. Area penyerahan Obat
Area penyerahan Obat berupa counter penyerahan Obat yang dapat
digabungkan atau bersebelahan dengan counter penerimaan Resep.
d. Ruang konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan
kursi konseling, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu
konseling, buku catatan konseling dan formulir catatan pengobatan
pasien.
e. Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP).
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi,
temperatur, kelembaban, serta ventilasi untuk menjamin mutu
produk dan keamanan petugas.Ruang penyimpanan harus
dilengkapi dengan lemari Obat, pendingin ruangan (AC), lemari
pendingin, alat pengukur suhu dan catatan suhu.
f. Ruang arsip
Digunakan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP serta
catatan pelayanan kefarmasian seperti catatan konseling maupun
catatan pengobatan pasien dalam jangka waktu tertentu.

Selain itu bangunan apotek harus dilengkapi dengan:


a. Sumber air yang memenuhi persyaratan kesehatan.
b. Penerangan yang cukup sehingga dapat menjamin pelaksanaan
tugas dan fungsi apotek.
c. Alat pemadam kebakaran minimal dua buah yang masih
berfungsi dengan baik.
d. Ventilasi dan sistem sanitasi yang memenuhi persyaratan hygiene
lainnya.
e. Papan nama apotek, yang memuat nama apotek, nama APA,
nomor Surat Izin Apotek (SIA), alamat apotek dan nomor telpon
apotek (bila ada).
3. Perlengkapan Apotek
Perlengkapan yang wajib dimiliki oleh apotek adalah :
a. Alat pembuatan, pengelolaan, peracikan obat, seperti: timbangan,
mortir, stemper, gelas piala, dan sebagainya.
b. Wadah untuk bahan pengemas dan bahan pembungkus seperti:
etiket, wadah pengemas dan pembungkus penyerahan obat.
c. Perlengkapan dan tempat penyimpanan perbekalan farmasi seperti
lemari dan rak untuk penyimpanan oabt, lemari pendingin, lemari
untuk penyimpanan narkotik dan psikotropika.
d. Alat administrasi seperti blanko pemesanan obat, kartu stok obat,
faktur, nota penjualan, salinan resep, alat tulis dan sebagainya.
e. Pustaka, seperti Farmakope edisi terbaru dan kumpulan peraturan
perundang-undangan serta buku-buku penunjang lain yang
berhubungan dengan apotek.
C. Administrasi
Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu
dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi (Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, 2016):
1) Administrasi umum
Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan
dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Administrasi pelayanan Pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan
pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.
SIPNAP (Sistem Informasi Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika).Aplikasi SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika) dikembangkan dan dikelola oleh Direktorat Bina Produksi
dan Distribusi Kefarmasian, Ditjen Binfar dan Alkes. Software SIPNAP ini
diberikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai user
akan melakukan input data unit pelayanan, seperti Apotek, puskesmas, dan
rumah sakit, ke dalam software SIPNAP. Software akan memberikan
output berupa lembar kerja dalam format Microsoft Excel yang kemudian
dibagikan kepada unit pelayanan yang ada di kabupaten/kota tersebut.
Lembar kerja tersebut diisi oleh unit pelayanan melalui komputer dan
selanjutnya diserahkan kembali kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dalam bentuk softcopy setiap bulannya. Hasil isian lembar kerja dari unit
pelayanan tersebut lalu dimasukkan ke dalam software SIPNAP oleh pihak
pengelola SIPNAP di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Setelah semua
hasil laporan dari unit pelayanan direkapitulasi, selanjutnya data tersebut
dikirimkan melalui internet ke server yang ada di Kementerian Kesehatan.
Program SIPNAP ini juga dilengkapi dengan aplikasi berupa daftar dalam
form Excel berisi nama-nama narkotika dan psikotropika yang dapat
dilaporkan (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, 2008).
Implementasi penggunaan SIPNAP ini dilakukan melalui
bimbingan teknis oleh petugas dari Kementerian Kesehatan kepada Dinas
Kesehatan Provinsi dan satu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
berada di ibukota provinsi. Pihak Kementerian Kesehatan akan
memberikan user ID dan password kepada pengelola SIPNAP di Dinas
Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Laporan
terdiri dari laporan pemakaian narkotika dan psikotropika untuk bulan
bersangkutan meliputi periode, status pelaporan, jenis entry, produk,
status transaksi, stok awal, pemasukan dari PBF (jika ada transaksi),
pemasukan dari sarana (jika ada transaksi), pengeluaran untuk Resep
(jika ada transaksi), pengeluaran untuk sarana (jika ada transaksi), status
pemusnahan, nomor Berita Acara Pemusnahan (BAP), tanggal BAP,
jumlah yang dimusnahkan, dan stok akhir. Setelah dilakukan input dan
pengiriman laporan dalam SIPNAP, maka rekapitulasi pelaporan dapat
diunduh dan disimpan kemudian ditampilkan dalam format file excel
untuk diprint dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA).
Password dan username untuk login ke dalam SIPNAP didapatkan
setelah melakukan registrasi pada Dinkes setempat.
Melalui server tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
melihat hasil laporan yang telah dikirimkan ke server Kementerian
Kesehatan.Dinas Kesehatan Provinsi bertugas untuk mengecek
pengiriman laporan yang telah dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melalui server SIPNAP tersebut. Selain itu, Dinas
Kesehatan Provinsi juga melakukan pembinaan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melalui sosialisasi dan pelatihan software SIPNAP serta
memberi teguran kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang belum
mengirimkan laporannya (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian, 2011).
4. Pelayanan Farmasi Klinik
Seorang Apoteker di Apotek bertanggung jawab melaksanakan
pelayanan farmasi klinik, hal ini berhubungan langsung dengan pasien untuk
meningkatkan kualitas hidupnya. Sesuai yang tercantum dalam Peraturan
Menteri Kesehatan nomor 73 tahun 2016, yang termasuk pelayanan farmasi
klinik adalah:
1) Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian Resep dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Kajian administratif, meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin dan
berat badan, nama dokter, nomor Surat Izin Praktek (SIP), alamat,
nomor telepon dan paraf, dan tanggal penulisan Resep.
b. Kajian kesesuaian farmasetik, meliputi bentuk dan kekuatan, sediaan
stabilitas sediaan, dan kompatibilitas (ketercampuran Obat).
c. Pertimbangan klinis, meliputi ketepatan indikasi dan dosis Obat,
aturan, cara dan lama penggunaan Obat, duplikasi dan/atau
polifarmasi, reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping
Obat, manifestasi klinis lain), kontra indikasi, dan interaksi.
2) Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi Obat, kegiatannya dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep, dengan
menghitung kebutuhan jumlah Obatsesuai dengan Resep dan
mengambil Obat.
b. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
c. Memberikan etiket dengan ketentuan warna putih untuk Obat oral,
warna biru untuk Obat luar dan suntik, dan pelabelan “kocok dahulu”
pada bentuk sediaan suspensi atau emulsi.
d. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk
Obat yang berbeda.
e. Memeriksa kembali penulisan nama pasien pada etiket, cara
penggunaan serta jenis dan jumlah Obat.
f. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien, lalu memastikan ulang
identitas dan alamat pasien serta memastikan bahwa yang menerima
Obat adalah pasien atau keluarganya.
g. Menyerahkan Obat disertai pemberian informasi Obat meliputi cara
penggunaan Obat, manfaat Obat, makanan dan minuman yang harus
dihindari, kemungkinan efek samping, dan cara penyimpanan.
h. Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf oleh
Apoteker (apabila diperlukan).
i. Menyimpan Resep pada tempatnya.
j. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien (patient medication
record).
Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau
pelayanan swamedikasi disertai edukasi kepada pasien yang memerlukan
Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan Obat bebas
atau bebas terbatas yang sesuai maupun Obat Wajib Apotek (OWA).
3) Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan
metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, efikasi,danainlain.
Pelayanan Informasi Obat harus didokumentasikan untuk membantu
penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat.
4) Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran
dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan
Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali
konseling, Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat
kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health
Belief Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau
keluarga pasien sudah memahami Obat yang digunakan.

5) Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)


Pelayanan Kefarmasian ini bersifat kunjungan rumah, dilakukan
khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit
kronis lainnya.
6) Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping. Hal utama yang
dilakukan adalah mengidentifikasi masalah terkait Obat. Selanjutnya
memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi rencana
pemantauan dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi dan
meminimalkan efek yang tidak dikehendaki dan dikomunikasikan dengan
tenaga kesehatan terkait untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
7) Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.

5. Aspek Asuhan Kefarmasian (Pharmaceutical Care)


1) Konseling Promosi Dan Edukasi
A. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran
dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan
Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali
konseling, Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat
kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health
Belief Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau
keluarga pasien sudah memahami Obat yang digunakan. Kriteria
pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
1) Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau
ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2) Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM, AIDS,
epilepsi).
3) Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off).
4) Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
teofilin).
5) Pasien dengan polifarmasi.
Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
B. Promosi
Pomosi adalah strategi mengenai bagaimana Apotek dapat dikenal oleh
konsumen atau masyarakat luas. Beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk promosi apotek yaitu Advertising (Iklan) melalui brosur,
spanduk, poster, iklan dimajalah atau koran, pemasangan papan nama
atau neon box serta promosi harga dengan personal selling yaitu
penjualan langsung kepada konsumen dengan menawarkan produk
dengan harga promosi tertentu.
C. Edukasi
Edukasi merupakan suatu kegiatan untuk mendidik pasien dengan
tujuan meningkatkan pengetahuan pasien terhadap penyakit yang
diderita, sehingga pasien mampu mengendalikan penyakitnya dan
mengurangi pengobatan di rumah sakit.
Pelayanan yang terpusat pada pasien tergantung pada
kemampuan apoteker mengembangkan hubungan yang dipercaya,
mengajak dalam pertukaran informasi yang terbuka, melibatkan pasien
dalam proses pengembalian keputusan yang berkaitan dengan
pengobatan, serta untuk meningkatkan kepuasan kerja, sebagai
tambahan servis untuk menarik konsumen, meningkatkan daya saing
dan meningkatkan pendapatan apotek.

2) Pengobatan Sendiri (Self Medication)


Pengobatan sendiri atau Swamedikasi adalah kegiatan pengobatan diri
sendiri oleh masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan
menggunakan Obat-Obatan yang dijual bebas di pasaran atau Obat keras
yang bisa didapat tanpa Resep Dokter dan diserahkan oleh Apoteker di
Apotek. Peran dan tanggung jawab Apoteker sebagai profesional dalam
pelayanan swamedikasi diantaranya adalah:
a. Memberikan nasehat dan informasi yang benar, cukup dan objektif
tentang swamedikasi dan semua produk yang tersedia untuk
swamedikasi.
b. Merekomendasikan kepada pasien agar segera mencari nasehat medis
yang diperlukan, apabila dipertimbangkan swamedikasi tidak
mencukupi.
c. Memberikan laporan kepada lembaga pemerintah yang berwenang, dan
untuk menginformasikan kepada produsen Obat yang bersangkutan,
mengenai efek tak dikehendaki (adverse reaction) yang terjadi pada
pasien yang menggunakan Obat tersebut dalam swamedikasi.
d. Mendorong anggota masyarakat agar memperlakukan obat sebagai
produk khusus yang harus dipergunakan dan disimpan secara hati-hati,
dan tidak boleh dipergunakan tanpa indikasi yang jelas.

Kriteria Obat yang dapat diserahkan tanpa Resep Dokter adalah adalah:

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak


di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan Obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit.
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia.
e. Memiliki rasio khasiat dan keamanan yang dapat dipertanggung
jawabkan untuk pengobatan sendiri.

Untuk mewujudkan asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care) dalam


pelayanan swamedikasi digunakan metode WWHAM. Hal ini dilakukan
untuk memberikan pemilihan obat yang tepat dalam rangka penyembuhan,
pencegahan penyakit, pemulihan, maupun untuk peningkatan kesehatan
pasien. Metode WWHAM terdiri dari (5):
a. Who is it for ? (Siapa Yang Sakit)
b. What are the symptoms ? (Apa Gejalanya)
c. How long have the symptoms ? (Sudah Berapa Lama Gejala Diderita)
d. Action taken so far ? (Tindakan Yang Sudah Dilakukan)
e. Medication being taken ? (Obat Yang Sudah Digunakan
3) Pelayanan Residensial (Home Care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
Jenis pelayanan kefarmasian dirumah yang dapat dilakukan oleh Apoteker,
meliputi:
a. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan
pengobatan.
b. Identifikasi kepatuhan pasien.
c. Pendampingan pengelolaan obat dan atau alat kesehatan dirumah,
misalnya cara pemakaian obat asma, penyimpanan insulin.
d. Konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum.
e. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan.
f. Dokumentasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian dirumah.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS

1. Apotek Roxy
A. Sejarah
APOTEK ROXY berdiri sejak tahun 1954 yang berpusat di Jl.Biak No.39,
Jakarta pusat yang dipimpin oleh Direktur utama sekaligus pemilik yaitu Bapak
Thomas Hosean Ciovhanlee dan telah memiliki 37APOTEK ROXY cabang yang
berada di wilayah JAKARTA, TANGGERANG, BEKASI, DEPOK.

Gambar 1. Logo Apotek Roxy

B. Visi dan Misi Apotek Roxy


1. Visi
APOTEK ROXY sebagai pilihan utama dari masyarakat serta
mampu meningkatkan kepuasan pelanggan.
2. Misi
a) Berada di lokasi strategis.
b) Gedung yang bersih, rapi dan nyaman
c) Selalu teliti cepat/tanggap, murah, lengkap.
d) Menciptakan dan memenuhi kebutuhan konsumen
e) Penguasaan product knowledge

2. Struktur Organisasi Apotek Roxy


Apotek Roxy group di kepalai oleh President Directur. President directur
membawahi Internal Audititor, Manajemen Refresentatife (MR). Sekretaris
Direktur dan Ahli Retail Supervisor, Management Representative (MR)
membawahi Deputy Management Representative (Deputy MR), President
Director membawahi langsung Business Development Manager. Development
Manager membawahi Architec, Area Manager dan Design Grafis.
Buinesss Development Manager bertugas untuk menetapkan karakteristik
dari proses dan jasa yang berkaitan dengan pelanggan maupun organisasi,
memastikan adanya system seperti yang di tetapkan dalam persyaratan pelanggan,
melakukan proses pengembangan terhadap kebutuhan pelanggan, melakukan
fungsi koordinasi dalam pengembangan proses operasional apotek dan melakukan
analisis terhadap perhitungan harga jual produk (bersama-sama dengan Top
Manajemen) . arsitek bertugas untuk menetapkan pengembangan desain dan
layout sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh organisasi maupun
pelanggan, mengidentifikasi potensi pengubahan terkait dengan pengembangan
desain dan layout dan membuat perencanaan terhadap proses pengembangan
desain dan layout yang ada.

3. Budaya Perusahaan
Apotek Roxy group hadir dengan konsep interior dan eksterior baru, yang
secara total mencerminkan budaya perusahan yang baru. Pembenahan secara terus
menerus dipastikan dilakukan pada seluruh cabang Apotek Roxy Group. Realisasi
dari proses perbaikan ditunjang oleh pengembangan desain terhadap produk baru,
seperti penyedian kelengkapan terhadap obat obatan tradisional indonesia, fasilitas
herbal medicine, serta penambahan keanekaragaman produk yang dimiliki.
Pengembangan yang berkaitan dengan pelayanan jasa adalah dengan mengubah
konsep apotek menjadi pusat pelayanan kesehatan atau Health center yang
didukung oleh berbagai aktivitas penunjang seperti praktek dokter, layanan
dr.Umum maupun layanan dr. Spesialis Internis (penyakit dalam), dr.Spesialis
Kulit dan Kelamin. Apotek Roxy juga di lengkapi dengan adanya layanan dr.Gigi
dan dr.Kecantikan. Seiring majunya usaha farmasi tersebut, Apotek Roxy juga
mempunyai program Hospitals Care (Perawatan Rumah Sakit), program ini
diperuntukan untuk membantu pasien yang ingin menebus resep yang didapat dari
rumah sakit, dengan memberikan potongan harga sebesar 5% dari harga obat yang
tertera di resep tersebut, jasa konsultasi mengenai kesehatan serta layanan lainnya
yang menunjang kebutuhan pelanggan akan barang-barang kesehatan dan obat
obatan.
4. Kebijakan Mutu Perusahaan
Pihak Manajemen Apotek Roxy Group memastikan tersedianya proses
implementasi ISO 9001:2008 yang berkesinambungan dan menghasilkan
perbaikan secara terus menerus terhadap proses bisnis perusahaan. Komitmen
tersebut dijelaskan dengan beberapa hal berikut :
a. Meningkatkan profit perusahaan, dengan memastikan adanya peningkatan
terhadap volume penjualan.
b. Memastikan adanya peningkatan loyalitas pelanggan dengan
meningkatkan penjualan repeat order dan peningkatan jumlah pelanggan
tetap perusahaan (coorporate) pada setiap tahunnya minimal 5 pelanggan
pada setiap cabang.
c. Meningkatkan kompetensi karyawan dengan merealisasikan minimal jam
traning min 18 jam/3 bulan.
d. Melakukan proses pengembangan pelayanan baru minimal 5 jenis
pelayanan baru pertahun.
e. Pemenuhan kepuasan pelanggan minimal 80%
f. Melaksanakan proses perbaikan yang berkesinambungan.

5. Penerapan Sistem Manajemen Mutu


Dalam rangka meningkatkan daya saing perusahaaan, Apotek Roxy
bertekad untuk menerapkan suatu sitem manajemen yang bertaraf internasional,
yaitu sistem manejemen mutu ISO 9001:2008. Penerapan dimulai sejak pedoman
ini disahkan dengan ruang lingkup penerapan mencakup proses realisasi resep
dan proses pembelian produk secara retail serta penetapan proses lainnya yang
secara karakteristik berhubungan dengan aspek keputusan pelanggan, penerapan
dilakukan pada seluruh organisasi Apotek Roxy kecuali bagian Finance
Accounting & Tax.
6. Operasional dan Ketentuan Umum
A. Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM)
Setiap apotek dapat mengajukan permohonan SDM yang disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing apotek. Permintaan SDM setiap apotek melalui
pengajuan form khusus yang harus diisi lengkap dengan alasan pemintaannya oleh
Apotek Manager untuk kemudian dilanjutkan di HO (sesuai dengan bidangnya)
maupun di apotek disesuaikan dengan kebutuhan dan dilakukan oleh HRD serta di
koordinasikan dengan apotek managernya. Setelah proses seleksi dan penerimaan
dilakukan, kemudian bagian HRD akan memasukkan dalam data karyawan baru
dan menempatkan karyawan tersebut pada apotek yang membutuhkan. Evaluasi
karyawan baru dilakukan oleh apotek manager masing masing yang
dikoordinasikan dengan HRD.
B. Pelatihan SDM
Setiap karyawan akan menerima program dalam rangka peningkatan SDM.
Pelatihan ditunjukkan untuk menunjang kelancaran operasional dan peningkatan
pelayanan kepada pelanggan. Karyawan wajib mengikuti pelatihan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan. Setiap karyawan yang akan mengikuti pelatihan baik
dikantor pusat maupun ditempat lain, diberikan biaya transportasi yang akan
diatur dalam ketentuan sendiri. Pelatihan yang telah diberikan perusahaan wajib
diterapkan dalam kegiatan operasional setiap harinya sebagai bentuk perubahan
yang akan menuju pada kemajuan perusahaan.

7. Apotek Roxy Jagakarsa


A. Lokasi
Apotek Roxy Jagakarsa berlokasi di Jl. Jagakarsa Raya No.54 Kelurahan
Jagakarsa Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Ditinjau dari lokasi,
Apotek Roxy Jagakarsa ini cukup strategis karena terletak di tepi jalan dan di lalui
oleh kendaraan umum. Disamping apotek terdapat Klinik Praktek Dokter 24 jam,
disekitar apotek terdapat Rumah Makan, Alfamart, Indomaret,
perkantoran,sekolah, dan pemukiman penduduk.
Area parkir terletak di depan apotek yang dikhususkan untuk pelanggan
apotek. Bagian paling depan apotek dilengkapi dengan papan nama Apotek Roxy
yang berwarna kuning dengan tulisan Apotek Roxy, hal ini dibuat dengan tujuan
agar masyarakat lebih mudah untuk menemukan lokasi apotek.
B. Struktur Organisasi
Struktur organisasi di apotek diperlukan agar semua kegiatan di apotek dapat
berjalan dengan lancar dan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab
menjadi jelassertamemudahkan pengawasan dan pertanggung jawaban.
Personalia Apotek Roxy Jagakarsa dibagi menurut tugasnya sebagai berikut :
1) Apotek Manager
2) Apoteker Penanggung Jawab
3) Apoteker Pendamping
4) Asisten Apoteker
5) Juru Racik
6) Admin
7) Kasir
8) Office Boy
9) Security

C. Tata Ruang Apotek


Apotek Roxy Jagakarsa terdiri dari bangunan 2 lantai dan dilengkapi dengan
tempat parkir. Lantai 1 adalah tempat pelayanan kefarmasian yang terdapat
ruangan tunggu pasien tempat penerimaan resep dan penyerahan obat, swalayan
farmasi, ruang peracikan, ruang administrasi dan gudang penyimpanan produk.
Swalayan farmasi di dekat ruang tunggu sehingga memudahkan konsumen untuk
melihat, memilih, dan membeli obat-obat bebas serta kebutuhan kesehatan lainnya
yang ada di swalayan tersebut. Sedangkan lantai 2 terdapat mess tempat istirahat
karyawan Apotek Roxy, serta memiliki perlengkapan CCTV, AC, yang berfungsi
sebagai fasilitas keamanan dan kenyamanan.
1) Ruang Tunggu
Ruang tunggu terdapat disebelah kanan pintu masuk apotek, ruangan ini
dilengkapi dengan bangku sebagai tempat duduk dan televisi.
2) Swalayan Apotek.
Ruangan ini berada di sebelah kiri pintu masuk apotek, ruangan ini
terdiri atas rak-rak untuk meletakkan berbagai macam produk, obat-obat
bebas, obat herbal, produk susu, makanan ringan, dan lain-lain.
3) Tempat Penerimaan dan Penyerahan Obat
Tempat ini dibatasi oleh suatu meja yang tingginya sebatas dada yang
membatasi ruang dalam apotek dengan pasien.
4) Tempat Penyiapan Obat dan Tempat Peracikan
Tempat penyiapan obat terletak dibagian belakang tempat penerimaan
resep dan penyerahan obat yang dibatasi oleh pintu dan loket obat.
Penyimpanan obat di letakkan berdasarkan farmakologi kemudian
disusun secara alfabetis, sedangkan untuk obat narkotika dan
psikotropika di letakkan di lemari yang khusus memiliki pintu ganda dan
dengan double kunci. Terdapat pula lemari es untuk menyimpan obat
obat seperti suppositoria, ovula, dan insulin. Selanjutnya terdapat meja
dan komputer yang digunakan untuk mencetak etiket dan aktifitas
penyiapan obat sebelum diserahkan kepada pasien.
Tempat peracikan terletak di bagian belakang tempat penyiapan obat. Di
area ini dilakukan penimbangan, peracikan, pencampuran, dan
pengemasan obat-obat yang dilayani berdasarkan resep dokter dilengkapi
dengan fasilitas alat peracikan.
5) Ruang Penunjang Lainnya.
Ruang ini terdiri dari toilet, ruang penyimpanan arsip resep, gudang
penyimpanan obat, dan tempat praktik dokter.
8. Kegiatan Teknis Kefarmasian
A. Penggelolaan Sedian Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.35 tahun 2014 pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dilakukan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan. Apotek Roxy Jagakarsa telah
melakukan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai dengan baik diantaranya:
1) Perencanaan
System perencanaan dalam pengadaan barang dilakukan melalui
kalkulasi purchase order dari program back office system. Kalkulasi
tersebut merupakan sistem yang terkomputerisasi yang terdapat di
Apotek Roxy yang berfungsi untuk memperkirakan secara otomatis
jumlah kebutuhan barang dalam rentang waktu 8 hingga 15 hari
kedepan.
2) Pengadaan
Pengadaan barang di Apotek Roxy Jagakarsa dilakukan setiap hari
melalaui system komputerisasi dengan cara pemesanan melalui
penginputan jumlah barang yang akan dipesan dan data barang yang
dipesan langsung terkirim melalui sistem kepusat distribusi Apotek
roxy. Pemesanan obat golongan narkotika, psikotropika dan
prekursor dilakukan dengan pemesanan secara langsung ke PBF.
Untuk pengadaan obat narkotika dilakukan dengan pemesanan
tertulis melalui surat pesanan narkotika kepada Pedagang Besar
farmasi (PBF).
3) Penerimaan
Obat atau barang yang datang dilakukan peeriksaan oleh karyawan
yang bertugas. Setiap barang yang datang segera diperiksa
kesesuainnya oleh karyawan antara fisik dengan bukti laporan
pembelian barang (LPB) atau surat jalan yang meliputi expired date,
jika terdapat obat atau barang yang tidak sesuai dengan surat jalan
seperti obat atau barang yang rusak,tidak dating, salah datang,
kurang jumlah barang atau lebih maka dapat ditulis keterangannya
pada surat jalan, kemudian dibuat form service level yang meliputi
nama dan jumlah obat sesuai kesalahan barang yang dikirim saat
pemesanan untuk selanjutnya dikirim complain ke Apotek Roxy
pusat.
4) Penyimpanan
Penyimpanan obat di Apotek Roxy Jagakarsa dibagi menjadi obat
etichal dan obat bebas atau barang swalayan. Obat atau bahan obat
yang terdapat di Apotek Roxy Jagakarsa disimpan dalam wadah
aslidari pabrik dan semua obat atau bahan obatnya telah disimpan
pada kondisi yang sesuai sehingga keamanan dan stabilitasnya
terjaga. Setiap pemasukan dan penggunaan obat atau barang harus di
entry kedalam komputer dan dicatatat pada kartu stok yang meliputi
tanggal pengisian atau pengambilan nomor dokumennya, pengisian
harus disertai paraf petugas kartu stok diletakkan dimasing-masing
obat atau barang.
Apotek Roxy Jagakarsa juga menggunakan system FEFO (First
Expired First Out) dan FIFO (First In First Out) maka barang yang
memiliki tanggal kadaluarsa yang lebih cepat dikeluarkan lebih
dahulu untuk dijual. Pengontrolan stok barang dilakukan setiap
harinya oleh dua orang yang berbeda.
5) Pemusnahan
a. Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan sediaan sedangkan pemusnahan resep dapat dilakukan dalam
jangka waktu 5 tahun.
b. Untuk sediaan farmasi yang telah expired dan tidak bisa
dikembalikan ke supplier, wajib segera dipisahkan dalam rak
terpisah supaya mudah diidentifikasi.
c. Dilakukan koreksi stock dengan menginput data tersebut ke dalam
komputer.
d. Sediaan yang telah diinput tersebut dilaporkan terlebih dahulu ke
pihak audit internal untuk dibuatkan jadwal pemusnahan yang akan
disaksikan oleh Audit Internal.
e. Berita acara pemusnahan dibuat dan harus ditandatangani oleh
Apotek Manager dan Internal Auditor.
f. Pemusnahan obat ethical maupun OTC yang merupakan sediaan
padat, setengah padat maupun cair dilakukan dengan cara direndam
dalam air.
g. Untuk sediaan aerosol dilarang untuk dimusnahkan dengan cara
dibakar karena akan menimbulkan ledakan.
h. Untuk Narkotika dan Psikotropika dilakukan pemusnahan di
hadapan aparat yang berwenang (Dinkes atau Badan POM).
6) Pengendalian stock
Pengendalian untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau
pengadaan, penyimpanan, dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan,
kerusakan, kadaluarsa, kehilangan, pengembalian pesanan serta
melakukan perencanaan jumlah obat atau barang yang akan dipesan
secara otomatis berdasarkan data konsumsi atau pembelian yang
diatur ke dalam sistem komputer. Pengendalian persediaan dilakukan
melalui pemeriksaan stok harian.Kegiatan pemeriksaan stok setiap
harinya dilakukan oleh dua orang yang berbeda untuk menghindari
kesalahan dalam penghitungan maupun pemeriksaan stok.
Komponen pemeriksaan stok meliputi nama obat, tanggal kadaluarsa,
jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.

7) Pencatatan dan Pelaporan.


Pencatatan dilakukan setiap proses penggelolaan sedian farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok dengan system
komputerisasi), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya sesuai dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.Pelaporan
internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen apotek meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan meliputi pelaporan narkotika, psikotropika, dipisahkan dan
diberigaris bawah dengan menggunakan tinta merah. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah Apoteker dalam pembuatan
laporan penggunaan narkotika dan psikotropika.
B. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya
1) Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, dan Obat Keras
Obat bebas adalah Obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli
tanpa Resep dokter.Obat bebas memiliki tanda khusus pada kemasan
dan etiket yaitu lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam
(Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, 2007). Contoh:
Vitamin C tablet.

Gambar 2. Logo Obat Bebas

Obat bebas terbatas adalah Obat keras yang dapat diserahkan oleh
Apoteker tanpa Resep dokter dengan disertai tanda peringatan berupa
persegi panjang berwarna hitam dengan panjang 5 cm dan lebar 2 cm
dengan huruf berwarna putih. Obat bebas terbatas memiliki tanda
khusus pada kemasan dan etiket yaitu lingkaran biru dengan garis
tepi berwarna hitam (Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan,
2007). Contoh: Betadine gargle, Dimenhidrinat (Antimo).

Gambar 3. Logo Obat Bebas Terbatas

Gambar 4. Peringatan Pada Obat Bebas Terbatas

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di Apotek dengan
Resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K
dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh:
Captopril, Glibenklamid.

Gambar 5. Logo Obat Keras Dan Psikotropika

2. Pengelolaan Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, dan Obat Keras


a. Perencanaan
Perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai dilakukan dengan mengamati pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
b. Pengadaan
Pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan agar kualitas terjamin.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian
jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang
tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari
pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi
dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat,
nomor batch dan tanggal kadaluarsa.
2. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secar
alfabetis.
4. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expired First
Out) dan FIFO (First In First Out).
5. Obat yang memiliki nama maupun bentuk kemasan yang
mirip (Look Alike Sound Alike/ LASA) tidak boleh diletakkan
berdekatan dan harus diberikan penanda dengan stiker LASA
pada tempat penyimpanan Obat.

e. Pemusnahan
1. Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluarsa atau
rusak yang mengandung narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat selain
narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat
izin praktek atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan
dengan berita acara pemusnahan.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima)
tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh
Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di
apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang
dibuktikan dengan berita acara pemusnahan resep dan
selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai dengan kebutuhan pelayanan, melalui
pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan
pengeluaran.Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluarsa,
kehilangan, serta pengembalian pesanan. Pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara
manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat
nama obat, tanggal kadaluarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran dan sisah persediaan.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai, meliputi
pengadaan (surat pesanan,faktur), penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.Pelaporan
internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan
lainnya.Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat
untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika, psikotropika
dan pelaporan lainnya.

3) Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor


Narkotika adalah zat atau Obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilang rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.

Gambar 6. Logo Obat Narkotika

A. Narkotika
Menurut Undang-Undang No 2 tahun 2017 tentang Narkotika,
Narkotika digolongkan menjadi:
1) Narkotika Golongan I
Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan. Dalam jumlah terbatas, Narkotika
Golongan I dapat digunakan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk
reagensia diagnostik, serta reagensia laboratorium setelah
mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Contoh: Seluruh bagian
tanaman Papaver Somniverum L. kecuali bijinya.
2) Narkotika Golongan II
Narkotika golongan dua berkhasiat untuk pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin, Fentanil.
3) Narkotika Golongan III
Narkotika golongan tiga adalah narkotika yang memiliki daya
adiktif ringan, tetapi bermanfaat dan berkhasiat untuk
pengobatan dan penelitian. Contoh: Kodein, Buprenorfin,
Etilmorfin.

B. Psikotropika
Menurut Undang-Undang No 3 tahun 2017 tentang Psikotropika
yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma
ketergantungan digolongkan menjadi :
1) Psikotropika golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: MDMA (3,4-methylenedioxy-
methamphetamine), LSD (Asam lisergat dietilamida)
2) Psikotropika golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: Metamfetamin.

3) Psikotropika golongan III


Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: Amobarbital.
4) Psikotropika golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: Diazepam,
Klordiazepoksid.

C. Prekursor
Pengelolaan prekursor farmasi terdapat dalam Peraturan
Pemerintah nomor 44 tahun 2010, Peraturan Kepala BPOM
nomor 40 tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah nomor 3 tahun
2015. Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau
bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong
untuk keperluan proses produksi industri farmasi atau produk
antara, produk ruahan, dan produk jadi Narkotika dan
Psikotropika. Prekursor digolongkan menjadi 2, yaitu Prekursor
Tabel I seperti Potassium Permanganat, 1-Fenil 2- Propanon,
Asam Asetat Anhidrat, Asam Asetil Antranilat, Isosafrol, 3,4-
Metilendioksifenil 2-Propanon, Piperonalm Safrol, Efedrin,
Pseudoefedrin, Fenil Propanol Amin Hidroklorida, Ergometrin
dan Asam Lisergat, serta Prekursor Tabel II seperti Asam
Hidroklorida, Asam Sulfat, Toluen, Dietil Eter, Aseton, Metil Etil
Keton, Asam Fenil Asetat, Asam Antranilat dan Piperidin.
Prekursor dalam penggolongan Tabel I merupakan bahan awal
dan pelarut yang sering digunakan dan diawasi lebih ketat
dibandingkan Prekursor dalam penggolongan pada Tabel II.
4) Pengelolaan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Pengelolaan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 3 tahun 2015 tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi, pengelolaan Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor meliputi:
a. Pemesanan
Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
di Apotek hanya dapat dilakukan berdasarkan surat pesanan.
Surat pesanan untuk Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
hanya dapat berlaku untuk masing-masing Narkotika,
Psikotropika, atau Prekursor Farmasi.Surat pesanan narkotika
hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) jenis narkotika.Surat
pesanan Psikotropika atau Prekursor Farmasi dapat
digunakan untuk beberapa jenis Psikotropika atau Prekursor
Farmasi. Surat pesanan harus terpisah dari pesanan barang
lain. Surat pesanan narkotika dibuat rangkap 4, sementara
surat pesanan psikotropika dibuat rangkap 3 dan surat
pesanan prekursor dibuat rangkap 2.
b. Penyimpanan
Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi di fasilitas pelayanan kefarmasian termasuk Apotek
harus mampu menjaga keamanan, khasiat, dan mutu
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi. Narkotika
dan Psikotropika di Apotek disimpan di dalam lemari
khusus.Sedangkan untuk Prekursor Farmasi harus disimpan
dalam bentuk Obat jadi di tempat penyimpanan Obat yang
aman berdasarkan analisis risiko. Lemari khusus untuk
menyimpan Narkotika dan Psikotropika di Apotek harus
terbuat dari bahan yang kuat, tidak mudah dipindahkan dan
mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda, diletakkan di
tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum dan kunci
lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung
jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang
dikuasakan.
c. Penyerahan
Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika dan/atau
Psikotropika kepada Apotek lainnya, puskesmas; instalasi
Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik; dokter; dan
pasien. Hal yang harus diperhatikan dalam pelayanan Resep
yang mengandung Narkotika antara lain adalah:
1. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan
pengobatan atau ilmu pengetahuan.
2. Narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk
pengobatan penyakit berdasarkan Resep Dokter.
3. Apotek dilarang mengulangi penyerahan Narkotika atas
dasar salinan Resep Dokter.
4. Apotek dilarang melayani salinan Resep yang
mengandung Narkotika.
5. Untuk Resep Narkotika yang baru dilayani sebagian atau
belum sama sekali, Apotek boleh membuat salinan Resep,
tetapi salinan Resep tersebut hanya boleh dilayani oleh
Apotek yang menyimpan Resep asli.
d. Pemusnahan
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
hanya dapat dilakukan dalam hal diproduksi tanpa memenuhi
standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat
diolah kembali, telah kadaluarsa, tidak memenuhi syarat
untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk sisa penggunaan,
dibatalkan izin edarnya, atau berhubungan dengan tindak
pidana.
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
harus dilakukan dengan tidak mencemari lingkungan dan
tidak membahayakan kesehatan masyarakat. Pemusnahan
dilakukan dengan tahapan yaitu penanggung jawab Apotek
menyampaikan surat pemberitahuan dan permohonan saksi
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai
Besar Badan Pengawas Obat dan Makanan setempat serta
harus membuat Berita Acara Pemusnahan yang paling sedikit
memuat hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan, tempat
pemusnahan, nama penanggung jawab fasilitas
produksi/fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan
kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktek perorangan,
nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan saksi lain
badan/sarana tersebut, nama dan jumlah Narkotika dan
Psikotropika yang dimusnahkan, cara pemusnahan, serta
tanda tangan penanggung jawab fasilitas pelayanan
kefarmasian dan saksi. Berita Acara Pemusnahan harus dibuat
paling sedikit sebanyak 3 (tiga) rangkap.
e. Pencatatan dan Pelaporan
Apotek wajib membuat pencatatan mengenai pemasukan dan
pengeluaran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
Pencatatan paling sedikit terdiri atas:
1. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
2. Jumlah persediaan
3. Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan.
4. Jumlah yang diterima.
5. Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan
penyaluran/penyerahan.
6. Jumlah yang disalurkan/diserahkan.
7. Nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau
penyaluran/penyerahan.
8. Paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.
Pencatatan yang dilakukan harus sesuai dengan dokumen
penerimaan dan dokumen penyaluran. Seluruh dokumen
pencatatan, dokumen penerimaan, dokumen penyaluran,
dan/atau dokumen penyerahan termasuk surat pesanan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib
disimpan secara terpisah paling singkat 3 (tiga) tahun.
Pelaporan disampaikan paling lambat setiap tanggal 10 setiap
bulan melalui aplikasi SIPNAP (Sistem Informasi Pelaporan
Narkotika dan Psikotropika) yang dapat diakses di website
http:// www. sipnap.kemkes.go.id

5) Penggolongan Obat-Obat Tertentu


Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.7
tahun 2016, obat-obat tertentu adalah obat-obat yang bekerja di sistem
susunan syaraf pusat selain Narkotika dan Psikotropika, yang pada
penggunaan di atas dosis terapi dapat menyebabkan ketergantungan
dan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku, terdiri atas
obat-obat yang mengandung Tramadol, Triheksifenidil, Klorpromazin,
Amitriptilin dan/atau Haloperidol. Secara garis besar pengelolaan
obat-obat tertentu meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan,
pelaporan, dan pemusnahan.
1) Pemesanan
Pemesanan obat-obat tertentu memerlukan SP, dimana satu SP bisa
digunakan untuk beberapa jenis obat. Dalam surat pemesanan obat-
obat tertentu harus disertai dengan tujuan penggunaan nya serta
disahkan oleh apoteker penanggung jawab sarana dan nomor SIPA.
Surat pesanan terdiri dari 3 rangkap, aslinya diserahkan ke pihak
distributor sementara salinannya disimpan oleh pihak apotek
sebagai arsip. Pada penerimaan bahan Obat-Obat Tertentu harus
dilakukan pemeriksaan kesesuaian antara fisik dan dokumen
pengadaan meliputi Kebenaran nama obat, jumlah, bentuk dan
kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan; Nomor bets dan tanggal
daluwarsa.
b. Penyimpanan
Obat-Obat Tertentu disimpan di tempat yang aman berdasarkan
analisis risiko masing-masing sarana. Beberapa analisis risiko
yang perlu dipertimbangkan antara lain akses personil, dan mudah
diawasi secara langsung oleh penanggungjawab. Melakukan
investigasi adanya selisih stok dengan fisik saat stock opname dan
mendokumentasikan hasil investigasi. Obat-Obat Tertentu yang
rusak, kedaluwarsa, dan/atau telah dibatalkan izin edarnya dari
Obat-Obat Tertentu yang masih layak dan menyimpannya dengan
aman disertai pencatatan sebelum dimusnahkan atau dikembalikan
kepada Industri Farmasi/PBF.
c. Pelayanan
Penyerahan Obat-Obat Tertentu kepada fasilitas pelayanan
kefarmasian lain hanya dapat dilakukan oleh Apotek kepada
Apotek lain, Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau Instalasi Farmasi
Klinik dan hanya dapat dilakukan untuk memenuhi kekurangan
kebutuhan Obat-Obat Tertentu yang tertera dalam resep.
Penyerahan Obat-Obat Tertentu kepada pasien harus dilakukan
oleh Apoteker berdasarkan resep dokter. Penyerahan tersebut
dapat dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian.
d. Pelaporan
Apotek wajib membuat pencatatan secara tertib dan akurat
terhadap setiap tahapan pengelolaan mulai dari pengadaan,
penyimpanan, penyaluran, penarikan kembali obat (recall), dan
pemusnahan serta mendokumentasikannya. Resep Obat-Obat
Tertentu harus diarsipkan terpisah dari obat lain dan diurutkan
berdasarkan nomor urut dan tanggal. Dokumen wajib disimpan di
tempat yang aman dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 3
(tiga) tahun dan mudah diperlihatkan pada saat pelaksanaan audit
atau diminta oleh pemeriksa.

6) Obat Tradisional
Obat Tradisional sering disebut obat bahan alam yang diproduksi di
Indonesia. Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim
penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, obat bahan alam
dikelompokkan menjadi:
a. Jamu
Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai persyaratan yang
ditetapkan klaim, khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris ;
dan memenuhi persyaran mutu yang berlaku.

Gambar 7. Logo dan Penandaan Jamu

b. Obat Herbal Terstandar


Obat herbal terstandar harus memenuhi kriteria aman sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan klaim klasiat dibuktikan
secara ilmia/praklinik ; telah dilakukan standarisasi terhadap
bahan baku yang di gunakan dam produk jadi.

Gambar 8. Logo dan Penandaan Obat Herbal Terstandar

c. Fitofarmaka
Fitofarmaka harus memenuhi kriteria aman sesuai yang dengan
persyaratan yang ditetepakan ; klaim khasiat dibuktikan dengan
ujian klinik, telah dilakukan uji standarisasi terhadap bahan
baku yang digunakan pada produk jadi.

Gambar 9. Logo dan Penandaan Fitofarmaka

7) Obat Generik
Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang telah
ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan International Non
Proprietary Name (INPN) WHO untuk zat berkhasiat yang
dikandungnya. Selain itu obat generik dapat juga merupakan
obat yang telah habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi
oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar
royalti.Ada dua jenis obat generik yaitu obat generik bermerek
dagang dan obat generik berlogo yang dipasarkan dengan
merek kandungan zat aktifnya.

Gambar 10. Logo Dan Penandaan Obat Generik

9. Sistem Informasi
Apotek Roxy Jagakarsa menggunakan sistem komputerisasi yang
tersentral dalam pelaksanaan di apotek. Setiap data yang keluar masuk dan
jumlah penjualan produk dapat dipantau secara komputerisasi serta
ketersediaan obat di apotek-apotek cabang dapat terlihat sehingga
memudahkan dalam proses permintaan atau pembelian antar cabang Apotek
Roxy.
BAB IV
PEMBAHASAN

PT. Kreanova Pharmaret (Apotek Roxy Group) merupakan salah satu


perusahaan yang bergerak di bidang retail yang juga memiliki Apotek sebagai
salah satu sarana untuk meningkatkan upaya kesehatan masyarakat dengan cara
menyediakan obat-obat yang berkhasiat dan rasional. Pada tahun 2019 Apotek
Roxy Saat ini sudah mencapai 37 cabang yang berada diseluruh Jabodetabek
(Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang & Bekasi).
Apotek Roxy Jagakarsa berada di area Jakarta Selatan. Apotek Roxy
Jagakarsa terbilang strategis Ditinjau dari lokasi, karena terletak di tepi jalan dan
dilalui oleh kendaraan umum.Disamping Apotek terdapat Klinik Praktek Dokter
Umum 24 jam, disekitar Apotek terdapat Rumah Makan, Alfamart, Indomaret,
perkantoran, sekolah, dan pemukiman padat penduduk kelas menengah keatas
yang dilalui kendaraan pribadi dan kendaraan umumsehingga menjadi keuntungan
bagi Apotek karena ramai pengunjung. Kemudahan akses menuju Apotek
merupakan faktor penting dalam penjualan karena pasien dapat dengan mudah
datang ke Apotek sehingga dapat meningkatkan omset penjualan Apotek. Faktor
lain yang sama pentingnya yaitu desain eksterior Apotek seperti tiang logo nama
Apotek terlihat jelas dan terbaca dari dua arah jalur kendaraan, dan bangunan yang
terlihat jelas serta terdapat tempat parkir yang cukup luas untuk meningkatkan
kenyamanan/kepuasan pasien yang berkunjung ke Apotek sehingga dapat menarik
perhatian pasien. Semua ini merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan
keuntungan Apotek. Sumber daya manusia yang terdapat di Apotek memiliki
tanggung jawab masing-masing dan struktur organisasi yang baik agar pembagian
tugas, wewenang dan tanggung jawab menjadi jelas, tidak terjadi penyimpangan
dalam bekerja, serta memudahkan pengawasan dan pertanggung jawaban agar
kegiatan Apotek dapat berjalan dengan lancar.
Untuk mencapai keberhasilan tersebut, Apotek Roxy Jagakarsa melakukan
melakukan pelayanan kefarmasian setiap hari selama 24 jam termasuk hari
minggu dan libur nasional, kegiatan Apotek yang non stop ini tidak luput dari
kerja keras staff Apotek Roxy Jagakarsa. Apotek Roxy Jagakarsa memiliki 3 shift
(07.00 – 15.00, 15.00 – 23.00, 23.00 – 07.00). Dalam setiap pergantian shift, staff
di shift berikutnya harus datang 15 menit lebih awal dengan maksud mengetahui
proses kegiatan yang sedang dilakukan (komunikasi) sehingga tidak terjadi error
dalam pelayanan. Apotek Roxy Jagakarsa memiliki 1 manager, 1 Apoteker
Penanggung Jawab, 1 Apoteker Pendamping dan 1 Administrasi dibantu dengan 8
TTK (tenaga teknis kefarmasian), 4 kasir, 2 juru resep, 2 satpam, dan 2 cleaning
service. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009
tentang pekerjaan kefarmasian, yaitu dalam menjalankan praktek kefarmasian
Apoteker dapat dibantu Apoteker Pendamping atau Tenaga Teknis Kefarmasian.
Tenaga kefarmasian di Apotek Roxy Jagakarsa seperti Apoteker dan
Tenaga Teknis Kefarmasian memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik
atau Surat Izin Kerja. Hal ini sesuai dengan Permenkes RI Nomor 35 Tahun 2014
bahwa pelayanan Kefarmasian di Apotek di selenggarakan oleh Apoteker, dapat
dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang
memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja.
Dalam hal tata ruang juga menentukan tingkat keberhasilan Apotek.Tata
ruang yang baik dan nyaman dapat menarik konsumen untuk datang ke Apotek.
Adapun sistem penyimpanan obat di Apotek Roxy Jagakarsa:
a. Alfabetis
Hampir semua obat-obatan di Apotek Roxy Jagakarsa disusun secara alfabetis
dengan tujuan untuk memudahkan dalam hal pencarian obat.
b. Kelas Terapi
Obat dengan bentuk sediaan tablet, kapsul, maupun sirup di Apotek Jagakarsa
ditata berdasarkan Indikasi atau tujuan terapi obat (farmakologi) yang dibagi
dalam beberapa departemen yang terdiri dari :
00 : Obat Generik 23: Obat Prostat
01 : Narkotika 24 : Obat Antihemoroid
02 : Psikotropika 25: Obat Antifungi
03: Prekursor & OOT 26 : Obat ISPA
04: - 27 : Injeksi
05: Prekursor Sediaan Sirup 28: Sirup Drop
07: Antihistamin 30 : Sediaan Tetes Telinga, Tetes
08: Obat Lambung Mata, Salep Mata, Inhaler/Nebules
09: Inflamasi 31 : ALKES
10: Diare 33 : Antiinlamasi LASA
12: Vitamin 34: Obat Anti Diabetik
13: Vitamin Tulang 35: Obat Hipertensi
14: - 36 : Antibiotik
15: Pil KB & Hormon Sediaan Salep, Cream & Lotion
16 : Tiroid Sirup (Antibiotik)
17 : Obat Saluran Kemih Sirup (Lambung)
18: Obat Neurologi Sirup (Diare)
19 : Obat Antivirus Obat (Racikan)
20: Anti Epilepsi Alkohol, Rivanol
21: Obat Pendarahan
22: Obat Parkinson

Dengan menggunakan departemen yang berbeda pada setiap kelas terapi


bertujuan untuk memudahkan dalam hal pencarian obat dan memudahkan dalam
hal subtitusi obat dengan aktivitas farmakologi yang sama sehingga mempercepat
pelayanan.
Obat - obat tertentu seperti Hexymer, Cepezet, Partal, Arkine, Iodomer,
Lodomer, Phenobarbital, Analtram, Tramal, Tegretaadalah obat-obat yang
bekerja di sistem susunan syaraf pusat selain Narkotika dan Psikotropika, yang
pada penggunaan di atas dosis terapi dapat menyebabkan ketergantungan dan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku, terdiri atas obat-obat yang
mengandung Tramadol, Triheksifenidil, Klorpromazin, Amitriptilin dan/atau
Haloperidol. Secara garis besar pengelolaan obat-obat tertentu meliputi
pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan, dan pemusnahan.
Pengelolaan prekursor farmasi terdapat dalam Peraturan Pemerintah nomor
44 tahun 2010, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 40
tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah nomor 3 tahun 2015. Prekursor Farmasi
adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan sebagai
bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri farmasi atau
produk antara, produk ruahan, dan produk jadi Narkotika dan Psikotropika.
Seperti: Rhinos, Lapifed, Tremenza, Aldisa, Alfered, Trifed, Zentra, Tuzalos yang
ada di Apotek Roxy Jagakarsa.

4.1 Tata Ruang Apotek


Apotek Roxy Jagakarsa terdiri dari bangunan2 lantai dan dilengkapi dengan
tempat parkir.Lantai 1 adalah tempat pelayanan kefarmasian yang terdapat tempat
penerimaan resep dan pemberian obat, tempat racik, swalayan, dan gudang.
Sedangkan lantai 2 terdapat mess tempat istirahat karyawan Apotek Roxy.
Dilihat dari desain eksterior, Apotek memenuhi standar dengan ciri khusus
terdapat papan nama berlogo Roxy Jagakarsa yang cukup besar. Hal ini
merupakan tanda pengenal bagi keberadaan Apotek Jagakarsa sehingga mudah
dikenali dan diingat oleh konsumen. Sedangkan berdasarkan desain interior,
terdapat ruang tunggu, swalayan, tempat penerimaan resep dan kasir, ruang
penyimpanan obat, ruang peracikan dan tempat penyerahan resep. Ruang tunggu
Apotek yang dilengkapi dengan AC, dan televisi dikondisikan agar pasien merasa
nyaman. Swalayan apotek terletak satu ruangan dengan ruang tunggu yang
sudah tertata dengan baik dan rapi. Barang yang terdapat di swalayan merupakan
obat-obat over the counter (OTC) dan kosmetik. Barang-barang yang disediakan
sudah cukup lengkap dengan penataan berdasarkan jenisnya yaitu produk bayi,
obat-obat bebas, obat tradisional, vitamin dan mineral, produk oral dan topikal,
sabun, produk rumah tangga, sabun, peralatan mandi, dan produk perawatan
pribadi. Hal ini bertujuan agar penyusunan lebih artistik sehingga memudahkan
pelanggan dalam mencari obat yang diinginkannya. Pada dinding bagian dalam
Apotek terpampang papan nama Apoteker yang berisikan nama, SIPA, STRA,
hari dan jam praktik Apoteker Pengelola Apotek. Seluruh bagian Apotek
dilengkapi dengan kamera pengawas (CCTV), sehingga memudahkan dalam
mengawasi pasien serta staff Apotek.

4.2 Kegiatan Non Kefarmasian dan Kefarmasian


4.2.1 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian
Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Roxy
Jagakarsa berupa pemesanan barang melalui purchase order dari program back
office system, return barang, pembuatan laporan narkotika dan psikotropika setiap
bulan, pengecekan stok barang yang ada di Apotek dan penerimaan barang.
Kegiatan pengelolaan di Apotek Roxy Jagakarsa, terdiri dari perencanaan,
penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian.Kegiatan perencanaan di Apotek
Roxy Jagakarsa dilakukan berdasarkan riwayat penjualan, efidemiologi, dan fokus
produk.Sistem pemesanan obat-obatan di Apotek Roxy Jagakarsa sudah
dilakukan online dan komputerisasi langsung ke Pusat Distribusi Roxy Group
untuk pemesanan obat-obat bebas, bebas terbatas, dan obat keras. Untuk
menghindari kekosongan barang, Apotek dapat melakukan permintaan barang
(biasanya untuk barang-barang fast moving) kepada Outlet Roxy lainnya
dengan membuat surat jalan transfer antar outlet Roxy Group. Adanya sistem
komputerisasi berguna untuk memudahkan Apotek dalam hal pengadaan dan
admininstrasi sekaligus sebagai penyimpanan data pasien berupa nama,
alamat, nomor telepon serta nama obat -obatan yang dibeli.
Pengadaan narkotik harus menggunakan surat pemesanan (SP) rangkap
empat untuk satu macam dosis dan jenis obat yang ditujukan untuk BPOM, PBF,
Dinas Kesehatan dan untuk apotek sendiri. SP tersebut harus ditandatangani oleh
Apoteker Pengelola Apotek. Untuk pengadaan obat psikotropika harus
menggunakan surat pesanan dua rangkap yang ditujukan untuk PBF dan untuk
Apotek sendiri. Untuk SP obat psikotropika bisa digunakan untuk pemesanan
beberapa jenis obat psikotropika.SP obat psikotropika harus ditandatangani oleh
Apoteker Pengelola Apotek.
Setelah pesanan barang datang, maka dilakukan penerimaan barang oleh
orang yang bertanggung jawab menerima barang dan dilakukan pemeriksaan
kembali meliputi: pemeriksaan nama, kemasan, jumlah, tanggal kadaluarsa
dan kondisi barang dan nomor batch, setelah sesuai dengan pemesanan yang
diminta lalu barang disimpan dan siap untuk dijual/didistribusikan kepada pasien.
Untuk obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan secara terpisah
dari obat lain didalam lemari khusus dan tidak terlihat oleh umum. Lemari khusus
narkotika dan psikotropik dilengkapi dengan sistem pintu ganda (double door) dan
kunci ganda (double lock). Lemari narkotika dan psikotropika ini sudah memenuhi
persyaratan menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 tahun 2015 tentang
peredaran, pemusnahan dan penyimpanan narkotika.Untuk pencatatan setiap obat
narkotika dan psikotropika dilakukan secara langsung ketika obat dikeluarkan
maupun ditambahkan jumlahnya dalam kartu stok serta dilakukan juga secara
komputerisasi. Dalam pencatatan obat narkotika dan psikotropika harus
diperhatikan tanggal, nama pasien dan jumlah obat yang digunakan, karena
penggunaan obat narkotika dan psikotropika harus dilaporkan setiap bulannya
secara online ke Dinas Kesehatan melalui SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika
dan Psikotropika).
Penyimpanan persediaan obat juga harus memperhatikan kondisi yang
dapat menjamin kestabilan dari obat, oleh karena itu disediakan lemari es untuk
menyimpan obat-obat termolabil seperti serum, dan suppositoria yang perlu
disimpan pada suhu rendah.
Pengendalian obat di Apotek dilakukan dengan melakukan pengecekan stok
harian, dengan menghitung jumlah fisik obat dibandingkan dengan jumlah yang
terdapat di kartu stok dan komputer. Jika terjadi ketidak sesuaian jumlah maka
perlu ditelusuri penyebabnya. Selain melihat jumlahnya, yang harus diperhatikan
juga adalah tanggal kadaluarsa obat tersebut, untuk obat yang masa kadaluarsanya
sisa 8 bulan, maka obat tersebut dipindahkan ke departemen Expired atau obat
tersebut kemudian dapat dikembalikan ke PBF (dengan kesepakatan PBF), namun
jika tidak dapat dikembalikan maka obat yang expired akan menjadi beban
Apotek.

4.2.2 Kegiatan Teknis Kefarmasian

Kegiatan kefarmasian Apotek Roxy Jagakarsa meliputi penerimaan


resep.Resep diterima di kasir oleh Tenaga Teknis Kefarmasian kemudian
dilakukan skrining resep yang meliputi persyaratan administratif (seperti nama
dokter, SIK dokter, Tanggal penulisan resep dan nama pasien), kesesuaian
farmasetik (seperti bentuk sediaan, cara dan lama pemberian) dan pertimbangan
klinis (seperti adanya efek samping dan interaksi obat). Setelah dilakukan skrining
resep, kemudian pengecekan ketersediaan obat dan pemberian harga.Bila harga
disetujui oleh pasien maka obat disiapkan.
1) Perjanjian dan pembayaran : Pengambilan obat semua atau sebagian,
ada/tidak penggantian obat atas persetujuan dokter/pasien.
2) Peracikan : Penyiapan etiket/penandaan obat dan kemasan, peracikan obat
(hitung, dosis, timbang, campur, kemas) dan penyajian hasil akhir.
3) Pemeriksaan akhir : Kesesuaian hasil peracikan dengan resep (nomor
resep, nama obat, bentuk dan jenis sediaan, jumlah dan aturan pakai, nama
pasien, umur, alamat dan nomor telepon).
4) Penyerahan obat dan pemberian informasi : Penyerahan obat harus disertai
dengan penjelasan informasi (nama obat, bentuk dan jenis sediaan, dosis,
jumlah dan aturan pakai, cara penyimpanan, efek samping yang mungkin
timbul dan cara mengatasinya), tanda terima pasien/penerima obat.
5) Layanan purna jual : Komunikasi dan informasi setiap waktu, penggantian
obat bila diperlukan atas permintaan dokter.
Apotek Roxy Jagakarsa juga memiliki pelayanan plus seperti :
a) Layanan Antar : tanpa harus keluar rumah/kantor, Apotek siap
melayani pesanan via telepon/resep via fax dan via WhatsApp dengan
layanan antar secara gratis.
b) Waktu layanan : dengan layanan yang cepat dan handal, karena penyiapan
obat resep non racikan tidak lebih dari 15 menit, untuk yang resep racikan
tidak lebih dari 30 menit, dan disertai dengan pemberian informasi obat
kepada pasien kurang lebih selama 5 menit.
c) Cermat dan higienis : dalam melayani kebutuhan pasien, proses
penyiapan obat racikan dilakukan dengan cermat dan higienis.

Apotek juga menyediakan fasilitas seperti pengecekan kadar glukosa,


kolesterol, asam urat, dan tekanan darah secara gratis pada waktu-waktu tertentu.
Item obat di Apotek juga cukup lengkap, sehingga banyak obat yang tidak tersedia
di Apotek lain dapat ditebus di Apotek Roxy Jagakarsa.
4.2.3 Komunikasi, Informasi dan Edukasi
Apoteker harus lebih aktif dan berinisiatif memberikan edukasi kepada
pasien yang ingin melakukan upaya pengobatan diri sendiri (swamedikasi) untuk
penyakit yang ringan dengan memilihkan obat yang sesuai. Apoteker juga perlu
melakukan pemantauan penggunaan obat pada pasien tertentu. Selain itu untuk
meningkatkan peran dan kepercayaan pasien, Apoteker perlu ikut membantu
memberikan informasi, antara lain dengan pengadaan leaflet/brosur, poster terkait
penyuluhan obat dan penyakitnya, dan dalam bentuk lainnya.

4.3 Sumber Daya Manusia (SDM) Apotek


Apotek Roxy Jagakarsa menggunakan sistem kerja 3 shift. Masing-masing
shift selama 8 jam kerja yaitu shift pagi, sore, dan malam. Dalam pelaksanaan
pelayanan kefarmasian pada setiap shift dilayani oleh kasir terdiri dari 3 orang
petugas kasir untuk pelayanan resep, 1 petugas untuk pelayanan di counter
swalayan dan 2 petugas lagi untuk pelayanan resep. Pelayanan kasir sudah cukup
ramah dalam melayani pelanggan. Petugas menyambut pelanggan dengan
senyum dan salam yang ramah, menawarkan bantuan, serta mengakhiri proses
layanan kasir dengan ucapan terima kasih atas kunjungan pelanggan dan harapan
agar pasien lekas sembuh.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang telah dilakukan di
Apotek Roxy Jagakarsa dapat disimpulkan:
1. Pelayanan di Apotek Roxy Jagakarsa mengacu kepada konsep
Pharmaceutical Care melalui penerapan Standar Operating Procedure
(SOP) untuk setiap aspek pelayanan.
2. Peran dan fungsi Apoteker di Apotek, terutama dalam aspek profesional
yang mencakup ilmu kefarmasian dan pelayanan kefarmasian di Apotek
adalah memberikan pelayanan informasi obat, konseling mengenai
pengobatan kepada pasien dan memberikan rekomendasi atas obat kepada
pasien swamedikasi.
3. Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi yang dilakukan di Apotek Roxy
Jagakarsa menggunakan sistem administrasi yang dilakukan secara
terpusat.
4. Apotek Roxy Jagakarsa menjalankan kegiatan di Apotek dibawah struktur
manajemen yang baik dan teratur dimana setiap orang memiliki tanggung
jawab pekerjaan masing-masing, namun tetap saling bekerjasama dan
memiliki komunikasi yang baik serta tiap bagian turut berpartisipasi dalam
menyelesaikan masalah atau memberikan solusi demi keberlangsungan
Apotek yang lebih baik.
5. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
yang dilakukan di Apotek Roxy Jagakarsa telah berjalan dengan baik dan
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 35 tahun 2014.

5.2 Saran
1. Sebaiknya perlu adanya tambahan Tenaga Teknis Kefarmasian
dikarenakan jumlah pasien yang banyak dan Apotek buka 24 jam, agar
seluruh pasien yang menebus obat dan memerlukan informasi mengenai
terapi yang dijalaninya dapat terlayani.
2. Sebaiknya disediakan tempat tertutup untuk konseling untuk memberikan
kenyamanan dan menjaga privasi pasien.
3. Disarankan untuk sistem komputerisasi (IT) yang ada di Apotek Roxy
Jagakarsa diupgrade programnya agar pelayanan semakin efektif dan
efisien.
4. Untuk pelayanan dikasir dan penyerahan obat sudah baik, namun
keramahan kepada pasien harus ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Afifah Surur. 2010. Skripsi Rumusan Strategi Pengembangan Usaha Apotek


Cibuluh Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Arga Wahyu Hidayat. 2017. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek
Kimia Farma No. 389 Depok Periode Bulan Juli 2017.Depok : Universitas
indonesia

DepKes RI. 2009. Undang-undang No. 36 tentang kesehatan.Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

DepKes RI. 2009. Peraturan Pemerintah No. 51 tentang Pekerjaan


Kefarmasian.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

DepKes RI. 2014.Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tentang standar pelayanan


kefarmasian di Apotek.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Depkes RI. 2014. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1027/MENKES/SK/X/2004 tentang standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Depkes RI. 2004.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1332/Menkes/SK/2002 tentang perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. (2007). Pedoman


Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Ditjen Binfar dan Alkes

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.(2008). Training of


Trainer Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) dan Sistem
Pelaporan Dinamika Obat Pedagang Besar Farmasi.Dalam Buletin
INFARKES 1, Edisi Agustus 2008, 5.

Harahap, S. S. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Hamel, G and C.K. Prahalad. 1997. Competing For The Future. Harvard Business
School Press. Boston.
Hutabarat, J dan M. Huseini. 2006. Proses, Formasi dan Implementasi
Manajemen Strategik Kontemporer: Operasionalisasi Strategi. Elex Media
Komputindo.

Kasmir. 2010. Aanalisis Laporan Keuangan.ed.2. Yogyakarta: BPFE Group.

Keown, A. J., J. D. Martin, J. W. Petty, D. F. Scott. 2013. Manajemen Keuangan:


Prinsip Dan Penerapan. Jilid2. ed.10. Jakarta: PT Indeks.

KemenKes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9


Tahun 2017 Tentang Apotek. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:
Jakarta

KemenKes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31


tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Nomor 889/MENKES/PER/V/2011
tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesi: Jakarta.

KemenKes RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3


Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta.

KemenKes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73


Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta.

Menteri Kesehatan. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan


1027/MENKES/SK/IX/2004. Jakarta.

PerKaBPOM. 2013. No. 40 Tentang Pengelolaan Prekursor Farmasi dan Obat


mengandung Prekursor Farmasi.Peraturan Kepala badan Pengawasan Obat
dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta.

Presiden RI. 2009. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang


Pekerjaan Kefarmasian. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Presiden RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009


Tentang Narkotika. Sekretariat Negara Republik Indonesia: Jakarta.

Presiden RI. 1997 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997


Tentang Psikotropika.Sekretariat Negara Republik Indonesia: Jakarta.

Presiden RI. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44 Tahun 2010
tentang Prekursor.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Supriyono, R.A. 2000. Akuntansi Biaya: Perencanaan Dan Pengendalian Biaya
Serta Pembuatan Keputusan. Buku 2 cetakan kedelapan.ed.2.Yogyakarta.

Y. Hari Maliantoro. 2017. Tesis Perencanaan Bisnis Apotek Merah Jl. Laksada
Adisucipto KM. 9. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Yuyus Suryana, Kartib Bayu. 2010. Kewirausahaan: Pendekatan Karakteristik


Wirausahawan Sukses.ed pertama cetakan ke 2. Jakarta. Kencana.
Lampiran 1.Struktur Organisasi PT. Kreanova Pharmaret (Apotek Roxy Group)

Direktur Umum
President Director

FINANCE MANAGER HRD MANAGER MANAGER


MANAGER IT SUPLY CHAIN

DIVISI DIVISI DIVISI DIVISI DIVISI


KEUAN INTERNAL SEKRETARIS SATUAN SUPLY
GAN & AUDIT PERUSAHAA PENGAWASA CHAIN
AKUTA N N INTERASI
NSINSI

UNIT UNIT
TEKNOLOGI KEPATUHA
INFORMASI N&
MANAJEME
N RESIKO
Pasien menunggu obat
disiapkan

Lampiran 2. Struktur Organisasi Apotek Roxy Jagakarsa

Apotek Manager
Apoteker Pengelola Apotek
. Baginda Nasution, Apt., MM.
Yuniar Kurniasih, S.Si., Apt

Apoteker Pendamping
Shahyawidya R, S.Farm., Apt

Asisten Apoteker Admin Kasir Juru Racik


8 Orang 1 Orang 4 orang 2 Orang

Security Office Boy


2 Orang 1 Orang
Lampiran 3. Alur Penerimaan Resep

Penerimaan Resep di kasir

Pemeriksaan kelengkapan
resep, keabsahan resep
dilakukan pembayaran

Obat diperiksa oleh AA dan


disiapkan

Obat Jadi Obat Racikan

Pemberian Etiket

Pemeriksaan Kesesuaian Obat yang


dilakukan oleh AA yang lain

Penyerahan Obat yang Disertai PIO

Obat diterima oleh Pasien

Resep Asli Disimpan dan Copy resep


diberikan pada pasien
Lampiran 4. Alur Pemesanan dan Penerimaan Obat

Pemesanan Obat Non OKT Pemesanan Obat OKT

Pusat Distribusi Roxy Group

Obat Datang

Dilakukan pemeriksaan nama, kemasan,


jumlah, tanggal kadaluarsa dan kondisi
barang dan nomor batch

Obat disimpan

Kimia Farma dan PBF


Lainnya
Lampiran 5. Surat Pesanan Psikotropika

Lampiran 6. Surat Pesanan Narkotika


Lampiran 7. Pelayanan PIO

Lampiran 8. Salinan Resep


Lampiran 9. Kartu Stock

Lampiran 10. Kwitansi


Lampiran 11.Lemari Narkotika dan Psikotropika

Lemari Narkotika Lemari Psikotropika

Lampiran 12.Rak Penyimpanan Obat


Lampiran 13.Kasir dan Tempat Penyerahan Obat

Lampiran 14.Area Swalayan


Lampiran 15.Meja Racik

Lampiran 16.Sediaan Obat dalam Lemari Pendingin (Kulkas)


LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI APOTEK ROXY JAGAKARSA JAKARTA SELATAN
PERIODE 5 AGUSTUS – 30 AGUSTUS 2019

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Memperoleh Gelar Apoteker (Apt)
Program Studi Profesi Apoteker

Disusun Oleh :

Novianti Listiani, S.Farm 1843700481


Silvi Karlila Sari, S.Farm 1843700451
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2019
SURAT PERNYATAAN
PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

Yang bertanda tangan di bawah ini :


5. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapatkan gelar akademik Apoteker, baik di Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta maupun di Universitas lain.
6. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini murni gagasan, rumusan dan
penilaian penyusun, tanpa bantuan pihak lain, kecuali tim pembimbing.
7. Dalam laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker tidak terdapat karya atau
pendapat yang telah ditulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam
naskah dengan disebutkan dan atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara
tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan
disebutkan nama pengarang serta dicantumkan dalam daftar pustaka.
8. Pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya, apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka
penyusun bersedia menerima sanksi akademik serta sanksi lainnya sesuai
peraturan perundang-undangan dan norma akademik yang berlaku di
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.

Jakarta, Agustus 2019


Yang Membuat Pernyataan,

(Penyusun)
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii

SURAT PERNYATAAN................................................................................ iii

DAFTAR ISI................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR.................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Tujuan ....................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 3

2.1 Resep ....................................................................................... 3

2.2 Skrining Resep......................................................................... 7

2.3 Penulisan Resep Yang Rasional.............................................. 7

BAB III HASIL SKRINING RESEP ....................................................... 9

BAB IV KESIMPULAN .............................................................................. 38

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 39


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan dan
laporan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Roxy
Jagakarsa yang berlokasi di Jl. Jagakarsa Raya No.54 Kelurahan Jagakarsa
Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan, periode 5 Agustus – 30
Agustus 2019 dengan baik. Laporan Tugas Khusus PKPA ini disusun sebagai
salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Apoteker di
Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta dengan harapan agar calon
Apoteker mendapat gambaran secara jelas mengenai peran dan tugas Apoteker di
Apotek sebagai salah satu tempat pengabdian profesi Apoteker.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
12. Ibu Dr. Diana Laila Ramatillah, M.Farm., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
13. Ibu Diah Ramadhani, M.Farm., Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
14. Ibu Rabima, M.Farm., Apt. selaku Koordinator PKPA di Fakultas Farmasi
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
15. Direksi Apotek Roxy Grup yang telah memberikan kesempatan melaksanakan
PKPA.
16. Bapak Drs. Baginda Nasution, Apt., MM. Selaku Apoteker Pengelola Apotek
Roxy Jagakarsa.
17. Ibu Yuniar Kurniasih, S.Si., Apt selaku Manager Apotek Roxy Jagakarsa
18. Ibu Shahyawidya Ramadanti S.Farm., Apt selaku Pembimbing di Apotek
Roxy Jagakarsa.
19. Ibu Lilih Riniwasih Kadiwijati, M.Farm, Apt selaku Pembimbing PKPA di
Fakultas Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
20. Seluruh asisten Apoteker, Juru Racik dan Karyawan Apotek Roxy Jagakarsa
yang telah memberikan bantuan, pengalaman, bimbingan, dan kerjasama
selama pelaksanaan PKPA.
21. Orang tua penulis dan seluruh keluarga yang senantiasa memberikan
dukungan dan doa atas kelancaran pelaksanaan PKPA ini.
22. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang
telah mendukung secara langsung maupun tidak langsung selama proses
kegiatan dan penyusunan laporan ini.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu penyusun
menerima segala kritik dan saran untuk perbaikan dikemudian hari. Semoga
laporan ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam dunia
farmasi pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Ilmu dan pengalaman
yang telah diperoleh penulis selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Apotek Roxy ini dapat berguna bagi calon Apoteker sebagai bekal
untuk terjun ke masyarakat dalam rangka pengabdian profesi serta kepustakaan di
Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.

Jakarta, Agustus
2019

(Penyusun)
BAB I
PENDAHULUAN

1.3 Latar Belakang


Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik
dalam paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku. Resep merupakan hal penting sebelum pasien menerima
obat. Dalam alur pelayanan resep, apoteker wajib melakukan skrining resep yang meliputi
pengkajian administratif seperti nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan. Nama
dokter, no surat izin praktek (SIP), alamat, nomor telpon, paraf dan tanggal penulisan
resep. Kajian kesesuaian farmasetik terdiri dari bentuk kekuatan sediaan, stabilitas,
kompatibilitas. Sedangkan pertimbangan klinis meliputi ketepatan indikasi dan dosis obat,
aturan, cara dan lama penggunaan obat, reaksi obat yang tidak diinginkan kontraindikasi
dan interaksi.
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, penyiapan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai termasuk peracikan obat,
pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Sebelum obat diserahkan kepada
pasien harus dilakukan pemeriksaaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat. Apoteker juga dapat melayani obat
non resep atau pelayanan swamedikasi, apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien
yang memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan dan memilihkan obat bebas atau
bebas terbatas yang sesuai. Pada saat pelayanan informasi obat apoteker harus menjawab
semua pertanyaan baik lisan maupun tulisan.
Aspek administrasi resep dipilih karena merupakan skrining awal pada saat resep
dilayani diapotek, skrining administrasi perlu dilakukan karena mencakup seluruh
informasi didalam resep yang berkaitan dengan kejelasan tulisan obat, kejelasan informasi
didalam resep. Untuk mengantisipasi terjadi kesalahan peresepan perlu melakukan
pendekatan untuk pemantauan resep atau pasien agar dapat mencegah dan mencari
penyelesaian terkait masalah resep. Penggunaan obat yang rasional adalah pasien
menerima obat yang tepat sesuai kebutuhan klinis dan sesuai dosis. Dikatakan pengobatan
rasional dan tepat secara klinis jika didalam resep memenuhi persyaratan dalam tepat
indikasi, tepat dosis, tepat obat, alergi obat dan efek samping yang tidak diinginkan.

1.4 Tujuan
Tujuan dilakukan skrining resep pada laporan ini adalah :
a. Tujuan Umum
Untuk menskrining beberapa resep dari Apotek Roxy Jagakarsa, Jakarta Selatan.

b. Tujuan Khusus
1. Agar mengetahui deskripsi skrining resep
2. Agar mengetahui kelengkapan dan legalitas resep
3. Agar mengetahui bahasa latin yang biasa digunakan dalam resep
4. Agar mengetahui prosedur pelayanan resep
5. Agar mengetahui analisis resep berdasarkan peraturan perundang-undangan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resep
A. Definisi Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
Apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.

Demi keamanan penggunaan, obat dibagi dalam beberapa golongan. Secara


garis besar dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu obat bebas (OTC= Other of
the counter) dan Ethical (obat narkotika, psikotropika dan keras),harus dilayani
dengan resep dokter.Jadi sebagian obat tidak dapat diserahkan langsung pada
pasien atau masyarakat tetapi harus melalui resep dokter (on medical prescription
only) (Jas,2009).

B. Tujuan Penulisan Resep


1. Memudahkan dokter dalam pelayanan kesehatan di bidang farmasi
2. Meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat.
3. Terjadi kontrol silang (cross check) dalam pelayanan kesehatan dibidang
farmasi.
4. Pemberian obat lebih rasional dibandingkan dispensing
5. Pelayanan lebih berorientasi kepada pasien (patient oriented) ( Wibowo,2010).

C. Format Penulisan Resep


Menurut Jas (2009), resep terdiri dari 6 bagian :
a. Inscriptio : Nama dokter, no.SIP, alamat/telepon/kota/tempat, tanggal penulisan
resep.
b. Invocatio : permintaan tertulis dokter dalam singkatan lain “R/ = recipe” artinya
ambillah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan Apoteker di
Apotek.
c. Prescriptio atau Ordonatio: nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang
diinginkan.
d. Signatura : yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan intravena
waktu pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan keberhasilan
terapi.
e. Subcrioptio : yaitu tanda tangan/paraf dokter penulis resep berguna sebagai
legalitas dan keabsahan resep tersebut.
f. Pro (diperuntukkan) : dicantumkan nama dan tanggal lahir pasien.Khusus
untuk obat narkotika juga harus dicantumkan alamat pasien (untuk pelaporan ke
Dinkes setempat).

D. Kerahasiaan Dalam Penulisan Resep


Resep merupakan sarana komunikasi profesional antara dokter (penulis
resep), APA (Penyedia/Pembuat obat) dan penderita (yang menggunakan obat)
(lestari,2002). Oleh karena itu, resep tidak boleh diberikan atau diperlihatkan
kepada yang tidak berhak karena resep bersifat rahasia.
Menurut Syamsuni (2007) dan Jas (2009), resep asli harus disimpan di
Apotek dan tidak boleh diperlihatkan kecuali oleh yang berhak,yaitu :
1. Dokter yang menulis atau merawatnya.
2. Pasien atau keluarga pasien yang bersangkutan.
3. Paramedis yang merawat pasien.
4. Apoteker yang mengelola Apotek bersangkutan.
5. Aparat pemerintah (Kepolisian,Kehakiman) yang ditugaskan untuk
memeriksa.
6. Petugas asuransi untuk kepentingan kleim pembayaran.

E. Pola Penulisan Resep


PT. Global Harmony Retalindo
Poliklinik Inti Gnda Perdana Group
Jl. Pegangsaan Dua,KM 1,6 Kelapa Gading
Telp.(021)4602755 Jakarta 14259-Indonesia

dr.
SIP :
Jakarta, .........................................,20....
R/

Pro : Npk:
Umur : Bagian :

F. Contoh Resep
PT. Global Harmony Retalindo
Poliklinik Inti Gnda Perdana Group
Jl. Pegangsaan Dua,KM 1,6 Kelapa Gading
Telp.(021)4602755 Jakarta 14259-Indonesia

dr.
SIP :
Jakarta, 12 / 4/ 2017

invactio

R/ Obat A tablet 10 mg No. X


S 3 dd 1 prescriptio

................................paraf

R/ Obat B tablet 10 mg No. X


S 3 dd 1
subcriptio
.................................paraf

signature

Pro

Pro : Tn. RD Npk: 496


Umur : 31 thn Bagian : IGP

2.2 Skrining Resep


Kegiatan Pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan
pertimbangan klinis. Kajian administratif meliputi:
a. Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
b. Nama dokter, nomor surat izin praktik (sip), alamat, nomor telepon dan paraf; dan
c. Tanggal penulisan Resep.
Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
a. Bentuk dan kekuatan sediaan;
b. Stabilitas; dan
c. Kompatibilitas (ketercampuran Obat).
Pertimbangan klinis meliputi:
a. Ketepatan indikasi dan dosis Obat;
b. Aturan, cara dan lama penggunaan Obat;
c. Duplikasi dan/atau polifarmasi;
d. Reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat, manifestasi klinis
lain);
e. Kontra indikasi; dan
f. Interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker
harus menghubungi dokter penulis Resep. Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan,
pemeriksaan ketersediaan, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai
pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error).

2.3 Penulisan Resep Yang Rasional


Penulisan resep yang tepat dan rasional merupakan penerapan berbagai ilmu,
karena begitu banyak variabel-variabel yang harus diperhatikan, maupun variabel
unsur obat dan kemungkinan kombinasi obat, ataupun variabel penderitanya secara
individual. Resep yang jelas adalah tulisannya terbaca. Misalnya nama obat yang
ditulis secara benar dan lengkap. Nama obat harus ditulis dengan benar, hal itu perlu
mendapat perhatian karena banyak obat yang tulisannya atau bunyinya hampir sama,
sedangkan khasiat berbeda.
Resep yang tepat, aman dan rasional adalah resep yang memenuhi lima tepat,
ialah sebagai berikut :
a. Tepat obat : obat dipilih dengan mempertimbangkan manfaat dan resiko, rasio
antara manfaat dan harga dan rasio terapi.
b. Tepat dosis: dosis ditentukan oleh faktor obat ( sifat kimia, fisika dan
toksisitas), cara pemberian obat (oral, parenteral, rektal, lokal), faktor
penderita ( umur, berat badan, jenis kelamin, ras, obesitas, sensitivitas dan
patofisiologi).
c. Tepat bentuk sediaan obat: menentukan bentuk sediaan berdasarkan efek
terapi maksimal, efek samping minimal, aman dan cocok, mudah, praktis dan
harga murah.
d. Tepat cara dan waktu penggunaan obat : obat dipilih berdasarkan daya kerja
obat, bioavailabilitas, serta pola hidup penderita (pola makan, pola tidur,
defekasi dan lain-lain).
e. Tepat penderita : obat disesuaikan dengan keadaan penderita yaitu bayi, anak-
anak, dewasa dan orang tua, ibu menyusui, obesitas dan malnutrisi.

BAB III
HASIL SKRINING RESEP

Analsis Resep 1
Resep Analisa Tulisan Resep

R/ Clindamicyn 300 No.XV


S3dd1
R/ Kaltrofen No. X
2dd1
R/ Tramal No.X
2dd1
R/ Sanmol 500 No.X
3dd1
R/ Pantoprazol 40 No.X
1dd1

Pro: -
Umur: -

-ASSESMENT
1.Menggali Riwayat Pasien
No Kriteria Keterangan
1 Data Pasien Nama:
Umur: -
Jenis Kelamin: -
Alamat: -
No. Hp: -
BB/TB: -
Pekerjaan: -
Kondisi: -

2 Riwayat Penyakit -
3 Riwayat Pengobatan -
4 Keadaan Khusus Pasien -
2.Skrinning Resep Administratif (Kelengkapan Resep)

No Uraian Pada Resep


Ada Tidak
Inscription
Identitas dokter:
1. Nama Dokter 
2. SIP Dokter 
3. Alamat Dokter 
4. Nomor Telepon
5. Tempat dan Tanggal
Penulisan Resep

Invocatio
6. Tanda Resep diawal 
penulisan resep (R/)
Prescriptio/Ordonatio
7. Nama Obat 
8. Kekuatan Obat 
9. Jumlah Obat 
Signatura
10. Nama Pasien 
11. Jenis Kelamin 
12. Umur Pasien 
13. Berat Badan 
14. Alamat Pasien 
15. Aturan Pakai Obat 
16. Iter atau tanda lain 

Subscriptio
17. Tanda Tangan atau paraf 
dokter

3. Pertimbangan Klinis

R/ Clindamycin
Clindamycin
Komposisi clindamisin
Indikasi Untuk infeksi akibat bakteri anaerob atau aerob
gram positif. Infeksi saluran nafas bawah,
jaringan lunak dan kulit, infeksi tulang dan sendi,
infeksi ginekologi.
Kontra Indikasi Hipersensitivitas
Peringatan Neonatus, anak-anak, kehamilan, menyusui, diare,
kolitis, meningitis, gangguan lambung, gangguan
fungsi ginjal dan hati.
Efek samping Gangguan saluran cerna, hipersensitivitas, gangguan
pada tes fungsi hati, gangguan fungsi ginjal,
gangguan hematopoietik, gangguan kardiovaskular.
Dosis Dewasa: Diberikan150-300 mg tiap 6 jam.
Anak: 8-16 mg/kg BB dalam 3-4 dosis

Interaksi obat Clindamisin + Digoxin, clindamisin akan


meningkatkan efek digoksin.
Clindamisin + warfarin, clindamisin akan
meningkatkan efek warfarin

R/ Kaltrofen

Kaltrofen
Komposisi Ketoprofen
Indikasi Nyeri radang pada penyakit reumatik dan
gangguan otot skelet lainnya, setelah
pembedahan artopedik gout akut:dismenorea.
Kontra Indikasi Riwayat asma, urtikaria, atau reaksi alergi lain setelah
penggunaan OAINS. Ginjal dan hati berat
Peringatan
Efek samping Iritasi rektum pada pemberian suppositoria.
Pendarahan dan ulserasi saluran cerna, sakit kepala
vertigo gangguan fungsi hati dan ginjal.
Dosis 2-3 kali 50-100 mg sehari
Interaksi obat Ketoprofen + Ibuprofen, asam mefenamat, keduanya
meningkatkan antikoagulasi.
Ketoprofen + kaptopril dapat menyebabkan
penurunan fungsi ginjal.
Ketoprofen + acebutolol, bisoprolol, celecoxib, dapat
meningkatkan kalium serum.
Ketoprofen + chlortalidon, gentamisin, dapat
mengurangi kalium serum.
Ketoprofen + aspirin, dapat meningkatkan
antikoagulan.
Ketoprofen + candesartan, dapat mengurangi efek
candesartan.
Ketoprofen + glimepirid, ketoprofen dapat
meningkatkan efek glimepirid
Ketoprofen + metilprednisolon, akan meningkatkan
toksisitas.

R/ Tramal
Tramal
Komposisi Tramadol
Indikasi Nyeri akut dan kronik berat, nyeri pasca operasi.
Kontra Indikasi Depresi nafas akut, alkoholisme akut, penyakit hati
akut, peningkatan tekanan intrakarnial atau cedera
kepala (feokromositoma)
Peringatan Hati-hati pada pasien hipotensi, hipotiroidisme, asma,
hipertrofi, gangguan prostat, gangguan konvulsi.
Efek samping Mual, muntah, konstipasi, rasa mengantuk..
Dosis Dewasa: 50-100 mg/kali diberikan tiap 4-6 jam
Anak: tidak direkomendasikan
Interaksi obat Tramadol + phenytoin, phenytoin akan
meningkatkan efek tramadol.
Tramadol + fenobarbital, morfin, haloperidol
keduanya akan meningkatkan sedasi.
Tramadol + ketokonazol, ketokonazol akan
meningkatkan efek tramadol.
Tramadol + isoniazid, ergotamin, keduanya akan
mengingkatkan kadar serotonin.
Tramadol + epineprin, tramadol meningkat dan
epineprin mengurangi sedasi.
Tramadol + dopamin, tramadol akan meningkat dan
dopamin mengurangi sedasi.

R/ Sanmol
Sanmol
Komposisi Parasetamol
Indikasi Nyeri ringan sampai sedang, demam.
Kontra Indikasi Hipersensitif, gangguan hati.
Peringatan Gangguan fungsi hati, ginjal, ketergantungan alkohol.

Efek samping Mual, muntah, konstipasi, rasa mengantuk..


Dosis Dewasa: 500-1000 mg/kali diberikan 4-6 jam.
Anak <12 tahun: 10 mg/kgBB
Interaksi obat Parasetamol + kolestiramin dapat menurunkan
absorbsi parasetamol.
Parasetamol + metoklopramid & domperidon
meningkatkan efek parasetamol
Parasetamol + warfarin dapat meningkatkan kadar
warfarin

R/ Pantoprazol
Pantoprazol
Komposisi Pantoprazol
Indikasi Tukak lambung, tukak duodenum, GERD
Kontra Indikasi Hipersensitif terhadap pantoprazol atau ppi lainnya
Peringatan Gangguan fungsi hati, ginjal, lanjut usia
Efek samping Mual, muntah, konstipasi, urtikaria, kembung, nyeri
abdomen, lesu, paraestasia, nyeri otot dan sendi.
Dosis Dosis awal: 1 x 20 mg/ hari selama 4-8 minggu.
Dapat ditingkatkan menjadi 40 mg/hari pada kasus
berat/kambuh.
Interaksi obat Pantoprazol + ketokonazol, itrakonazol dapat
menghambat absorbsi ketokonazol dan itrakonazol.
Pantoprazol dapat meningkatkan kadar warfarin,
diazepam, cyclosporin dan phenitoin.

Kesimpulan skrining resep:

Resep tidak lengkap secara administratif, namun dalam pertimbangan klinis


pada resep sudah sesuai dengan dosis dan tidak ada kontraindikasi antara obat yang
diresepkan oleh dokter, walaupun terdapat beberapa efek samping yang ditimbulkan
masing-masing obat, tetapi hal tersebut masih dapat dimonitoring dengan mengatur dan
memperhatikan dosis yang dianjurkan dari masing-masing obat, sehingga pemakaian obat
masih dapat dilanjutkan.

Penyerahan dan pemberian informasi obat/PIO, konfirmasi informasi edukasi/KIE,


dan konseling

1. Informasikan mengenai nama obat / komposisi obat, aturan pakai, kegunaan


masing-masing obat, dan cara penyimpanan obat yang baik dan benar
2. Obat yang diberikan harus diminum secara teratur, agar terapi pengobatan yang
diinginkan tercapai.

Analsis Resep 2

Resep Analisa Tulisan Resep


R/ Alprazolam 0,5 mg No. X
S1dd1 sebelum makan
R/ Inpepsa No. I
S3dd c 1 sebelum makan
R/ Pariet 20 mg No.XX
S2dd1
R/ Vometa No.XV
3dd1sebelum makan

Pro:
Umur: -

ASSESMENT

1.Menggali Riwayat Pasien


No Kriteria Keterangan
1 Data Pasien Nama:
Umur: -
Jenis Kelamin: -
Alamat: -
No. Hp: -
BB/TB: -
Pekerjaan: -
Kondisi: -

2 Riwayat Penyakit -
3 Riwayat Pengobatan -
4 Keadaan Khusus Pasien -
2. Skrinning Resep Administratif (Kelengkapan Resep)

No Uraian Pada Resep


Ada Tidak
Inscription
Identitas dokter:
1. Nama Dokter 
2. SIP Dokter 
3. Alamat Dokter 
Nomor Telepon 
4.
5. Tempat dan Tanggal

Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep diawal 
penulisan resep (R/)
Prescriptio/Ordonatio
7. Nama Obat 
8. Kekuatan Obat 
9. Jumlah Obat 
Signatura
10. Nama Pasien 
11. Jenis Kelamin 
12. Umur Pasien 
13. Berat Badan 
14. Alamat Pasien 
15. Aturan Pakai Obat 
16. Iter atau tanda lain 

Subscriptio
17. Tanda Tangan atau paraf 
dokter

3. Pertimbangan Klinis

R/ Alprazolam
Alrazolam
Komposisi Alprazolam
Indikasi Ansietas, campuran ansietas dan depresi &
gangguan panik (pemakaian jangka pendek.
Kontra Indikasi Pasien yang hipersensitif terhadap benzodiazepin,
glaukoma, miastenia gravis, penyakit hati atau ginjal
kronik
Peringatan Pada usia lanjut dan anak dapat terjadi reaksi yang
berlawanan, berupa kegelisahan, spastisitas otot
meningkat dan gangguan tidur.
Dapat mengganggu kemampuan mengemudi/
mengoperasikan mesin.
Hati-hati pada menyusui, bayi, usia lanjut, penyakit
hati dan ginjal.
Efek samping Mengantuk, kelemahan otot, ataksia, reaksi
paradoksikal dalam agresi, gangguan mental,
amnesia, ketergantungan, depresi pernapasan, kepala
terasa ringan dan bingung.
Dosis Untuk gangguan cemas: 3 x 0,25-0,5 mg/hari
Gangguan panik: 2-4 mg/hari
Interaksi obat Alprazolam + ketokonazol, ketokonazol akan
meningkatkan kadar alprazolam.
Alprazolam + karbamazepin, karbamazepin akan
menurunkan atau meningkatkan efek alprazolam.
Alprazolam + simetidin, simetidin akan
meningkatkan efek alprazolam.
Alprazolam + klorpeniramin, keduanya
meningkatkan sedasi.
Alprazolam + deksametason, deksametason akan
menurunkan efek alprazolam.
Alprazolam + isoniazid dan nipedipin,isoniazid dan
nipedipin akan meningkatkan efek alprazolam.

R/ Inpepsa

Inpepsa
Komposisi Sukralfat
Indikasi Tukak lambung, tukak duodenum.
Kontra Indikasi
Peringatan Gangguan ginjal, hamil, menyusui.
Efek samping Konstipasi, diare, mual, muntah, gangguan
pencernaan, gangguan lambung, pusing, sakit kepala,
vertigo
Dosis 4 x 1 gram/ hari (2 jam sebelum makan dan sebelum
tidur malam) selama 4-6 minggu.
Interaksi obat Sukralfat dapat menurunkan absorbsi ciprofloksasin,
warfarin, ofloksasin, tetrasiklin, phenytoin,
ketokonazol, tiroksin. Berikan sukralfat 2 jam setelah
pemberian obat tersebut.

R/ Pariet
Pariet
Komposisi Rebeprazol
Indikasi Refluk asam, tukak lambung, GERD.
Kontra Indikasi Penderita yang hipersensitif terhadap rebeprazol
Peringatan Pasien dengan penyakit hati, kehamilan, menyusui.
Efek samping Pusing, kebingungan, detak jantung tidak merata,
merasa gelisah, diare berair atau berdarah, kran otot,
kelemahan otot.
Dosis Dewasa: 20 mg sekali sehari setelah makan pagi,
selama 4-8 minggu.
Anak: 5 mg sekali sehari dengan meningkatkan dosis
sampai 10 mg sekali sehari
Interaksi obat -

R/ Vometa
Vometa
Komposisi Domperidon
Indikasi Terapi mual muntah
Kontra Indikasi Jika stimulasi terhadap motilitas lambung dianggap
membahayakan, tumor hipofisis, prolaktinoma
Peringatan Gangguan ginjal, hamil, menyusui.
Efek samping Kadar prolaktin naik, penurunan libido, ruam, dan
reaksi alergi lain, reaksi distonia akut.
Dosis Dewasa: 3 -4 kali 10-20 mg sehari
Anak: 0,2 mg/kgBB diberikan tiap 8 jam.
Interaksi obat Pemberian obat antikolinergik secara bersamaan
dapat mengantagonisasi efek domperidon.
Domperidon bersama obat antasida dan antisekresi
jika diberikan bersamaan dapat menurunkan
bioavailabilitas domperidon.

Kesimpulan skrining resep:

Resep tidak lengkap secara administratif, namun dalam pertimbangan klinis


pada resep sudah sesuai dengan dosis dan tidak ada kontraindikasi antara obat yang
diresepkan oleh dokter, walaupun terdapat beberapa efek samping yang ditimbulkan
masing-masing obat, tetapi hal tersebut masih dapat dimonitoring dengan mengatur dan
memperhatikan dosis yang dianjurkan dari masing-masing obat, sehingga pemakaian obat
masih dapat dilanjutkan.
Penyerahan dan pemberian informasi obat/PIO, konfirmasi informasi edukasi/KIE,
dan konseling

1. Informasikan mengenai nama obat / komposisi obat, aturan pakai, kegunaan


masing-masing obat, dan cara penyimpanan obat yang baik dan benar.
2. Obat yang diberikan harus diminum secara teratur, agar terapi pengobatan yang
diinginkan tercapai.

Analsis Resep 3

Resep Analisa Tulisan Resep

R/ Ryvel 10 mg/ml drop 10


ml
1 x 0,2 ml 1 btl

R/ Mucopect 4 mg
Ventolin 0,4 mg
Rinofed 1/7
Flamicort 1,25 mg
S1 qs
Mf pulv dtd No.XV/ 3 x
pulv 1 ( batuk pilek pc)

Pro:
Umur: -

ASSESMENT
1. Menggali Riwayat Pasien
No Kriteria Keterangan
1 Data Pasien Nama:
Umur: -
Jenis Kelamin: -
Alamat: -
No. Hp: -
BB/TB: -
Pekerjaan: -
Kondisi: -

2 Riwayat Penyakit -
3 Riwayat Pengobatan -
4 Keadaan Khusus Pasien -

2. Skrinning Resep Administratif (Kelengkapan Resep)

No Uraian Pada Resep


Ada Tidak
Inscription
Identitas dokter:
1. Nama Dokter 
2. SIP Dokter 
3. Alamat Dokter 
Nomor Telepon 
4.
5. Tempat dan Tanggal

Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep diawal 
penulisan resep (R/)
Prescriptio/Ordonatio
7. Nama Obat 
8. Kekuatan Obat 
9. Jumlah Obat 
Signatura
10. Nama Pasien 
11. Jenis Kelamin 
12. Umur Pasien 
13. Berat Badan 
14. Alamat Pasien 

15. Aturan Pakai Obat
16. Iter atau tanda lain 
Subscriptio
17. Tanda Tangan atau paraf 
dokter

3. Pertimbangan Klinis
R/ Ryvel

Ryvel Drop
Komposisi Cetirizin 2 HCl
Indikasi Rinitis alergi menahun dan musiman
Kontra Indikasi Hipersensitif terhadap cetrizin, wanita hamil, dan
menyusui.
Peringatan Dapat mengganggu kemampuan dalam menjalankan
mesin atau mengemudi.
Efek samping Retardasi psikomotor, mengantuk, insomnia,
kelelahan.
Dosis Dewasa dan anak 12 tahun: 1 ml 1 x/ hari.
Anak 2-6 tahun: 0,5 ml/hari.
Interaksi obat Cetirizin + azitromisin, akan meningkatkan efek
cetirizin.
Alprazolam + clobazam, pemberian bersama dapat
meningkatkan potensi efek ssp (sedasi, depresi).
Alprazolam + theophillin dapat meningkatkan kadar
setrizin.

R/ Mucopect
Mucopect
Komposisi Ambroxol
Indikasi Sebagai sekretolitik pada gangguan saluran napas
akut dan kronis
Kontra Indikasi Hipersensitif terhadap ambroxol
Peringatan Hati-hati pada kehamilan dan menyusui, gangguan
ginjal. Metabolit ambroxol mungkin terakumulasi
dihati.
Efek samping Reaksi alergi pada kulit seperti eritema multiforme,
sindrom steven jonson, pembengkakan wajah,
dispnea
Dosis Dewasa dan anak diatas 1 tahun 2-3 x 30 mg/ hari
Anak-anak: 1,2-1,6 mg/kgBB/hari.
Interaksi obat Ambroxol bersama antibiotik (amoksisilin,
cefuroksim, eritromisin, doxyciklin dapat
meningkatkan kadar antibiotik dalam jaringan paru.

R/ Ventolin
Ventolin
Komposisi Salbutamol
Indikasi Meredakan bronkospasme pada asma dan
obstruksi saluran napas reversibel lainnya.
Kontra Indikasi Hipersensitif terhadap salbutamol.
Peringatan Hati-hati penyakit hipertiroid, penyakit
kardiovaskular, aritmia, peka terhadap perpanjangan
interval qt, hipertensi, DM.
Efek samping Tremor, ketergantungan, sakit kepala, kram otot,
palpitasi, takikardia, aritmia, vasodilatasi perifer,
gangguan tidur dan tingkah laku.
Dosis Oral: Dewasa 3-4 mg /hari (lansia dan pasien yang
sensitif awal 2 mg)
Anak 0,05-0,1 mg/kgBB/kali setiap 6-8 jam.
Inhalasi aerosol: dewasa 100-200 mcg (1-2 hirupan)
untuk gejala yang persisten 3-4 kali sehari.
Anak 100 mcg(1 hirupan) dapat dinaikkan 200 mcg
( 2 hirupan bila perlu).
Inhalasi nebulizer: dewasa dan anak diatas 18 bulan
2,5 mg, diberikan sampai 4 kali sehari.
Interaksi obat Efek antagonis bersama penghambatan beta non
selektif seperti propanolol, nadolol, pindolol,
oksprenolol, timolol, alprenolol, penbutolol, satolol.

R/ Rhinofed
Rhinofed
Komposisi Pseudoefedrin sulfate dan terfenadin
Indikasi Untuk meringankan gejala bersin & hidung
tersumbat karena pilek.

Kontra Indikasi Hipersensitivitas, hipertensi berat


Peringatan Menderita hipertensi atau punya potensi hipertensi
atau stroke, seperti pada penderita dengan BB
berlebihan atau lansia, menyusui.

Efek samping Susah tidur, palpitasi, mual muntah, hipertensi.


Dosis Dewasa: 4 x 60 mh/hari
Anak 6-12 tahun: 3 x 15 mg sehari
Anak 2-5 tahun: 3 x 7,5 mg sehari
Interaksi obat Pseudoefedrin dan klorpheniramin maleat + codein,
codein dapat meningkat dan pseudoefedrin
mengurangi sedasi.
Pseudoefedrin dan klorpheniramin maleat +
diazepam, keduanya dapat meningkatkan sedasi.
Pseudoefedrin dan klorpheniramin maleat + efedrin,
dapat mengurangi sedasi.
Pseudoefedrin dan klorpheniramin maleat +
haloperidol, haloeridol meningkat dan pseudoefedrin
mengurangi sedasi.
Pseudoefedrin dan klorpheniramin maleat +
lorazepam, lorazepam meingkat dan pseudoefedrin
mengurangi sedasi.
Pseudoefedrin dan klorpheniramin maleat +
metildopa, metildopa meningkatkan efek
pseudoefedrin.

R/ Flamicort
Flamicort
Komposisi Triamcinolon acetonide
Indikasi Demam reumatik, asma bronkial, rinitis
vasomotor, leukemia, limfosarkoma, fibrosis
paru, bursitis akut.
Kontra Indikasi DM, tukak peptik/duodenum, infeksi berat, hipertensi
atau gangguan kardiovaskular lainnya.
Peringatan
Efek samping Penghentian tiba-tiba setelah penggunaan lama dapat
menyebabkan insufisiensi adrenal akut dengan gejala
demam, mialgia, atralgia, dan malaise.
Dosis Dewasa: 4-8 mg/hari dalam dosis terbagi (disesuaikan
dengan jenis penyakit dan respon pasien).
Interaksi obat Triamcinolon acetonide + klaritromisin dan
ketokonazol, klaritromisin dan ketokonazol akan
meningkatkan efek triamcinolon asetonid.
Triamcinolon acetonide + ketokonazol
Triamcinolon acetonide + celecoxib, akan
meningkatkan toksisitas.
Triamcinolon acetonide + klopidogrel, akan
meningkatkan efek klopidogrel.

Kesimpulan skrining resep:

Resep tidak lengkap secara administratif, namun dalam pertimbangan klinis


pada resep sudah sesuai dengan dosis dan tidak ada kontraindikasi antara obat yang
diresepkan oleh dokter, walaupun terdapat beberapa efek samping yang ditimbulkan
masing-masing obat, tetapi hal tersebut masih dapat dimonitoring dengan mengatur dan
memperhatikan dosis yang dianjurkan dari masing-masing obat, sehingga pemakaian obat
masih dapat dilanjutkan.

Penyerahan dan pemberian informasi obat/PIO, konfirmasi informasi edukasi/KIE,


dan konseling

1. Informasikan mengenai nama obat / komposisi obat, aturan pakai,


kegunaan masing-masing obat, dan cara penyimpanan obat yang baik dan benar
2. Obat yang diberikan harus diminum secara teratur, agar terapi pengobatan yang
diinginkan tercapai.

Analsis Resep 4

Resep Analisa Tulisan Resep

R/ Syr claneksi No. 1


S3dd1 cth
R/ Rhinos junior syr No.1
S3dd ½ cth

Pro:
Umur: -

ASSESMENT

1. Menggali Riwayat Pasien


No Kriteria Keterangan
1 Data Pasien Nama:
Umur: -
Jenis Kelamin: -
Alamat: -
No. Hp: -
BB/TB: -
Pekerjaan: -
Kondisi: -

2 Riwayat Penyakit -
3 Riwayat Pengobatan -
4 Keadaan Khusus Pasien -

2. Skrinning Resep Administratif (Kelengkapan Resep)

No Uraian Pada Resep


Ada Tidak
Inscription
Identitas dokter:
1. Nama Dokter 
2. SIP Dokter 
3. Alamat Dokter 
4. Nomor Telepon 
Tempat dan Tanggal 
5.
Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep diawal 
penulisan resep (R/)
Prescriptio/Ordonatio
7. Nama Obat 
8. Kekuatan Obat 
9. Jumlah Obat 
Signatura
10. Nama Pasien 
11. Jenis Kelamin 
12. Umur Pasien 
13. Berat Badan 
14. Alamat Pasien 
15. Aturan Pakai Obat 
16. Iter atau tanda lain 

Subscriptio
17. Tanda Tangan atau paraf 
dokter
3. Pertimbangan Klinis

R/ Claneksi sirup
Claneksi sirup
Komposisi Amoksisilin dan asam klavulanat
Indikasi Infeksi saluran nafas atas & bawah, saluran
kemih, kulit & jaringan lunak, tulang dan sendi.
Kontra Indikasi Hipersensitif terhadap penisilin
Peringatan Bayi yang lahir dari ibu yang alergi penisilin, hamil
dan laktasi, superinfeksi
Efek samping mual, muntah, diare, ruam, reaksi alergi (urtikaria,
anafilaksis)
Dosis Dewasa: 250-500 mg tiap 8 jam.
Anak 20 mg/kgBB terbagi tiap 8 jam
Interaksi obat Amoksisilin dan asam klavulanat + doksisiklin,
doksisiklin akan mengurangi efek amoksisilin.
Amoksisilin dan asam klavulanat+ allopurinol,
allopurinol akan mengurangi toksisitas amoksisilin.
Amoksisilin dan asam klavulanat + kloromfenikol,
kloromfenikol mengurangi efek amoksisilin.
Amoksisilin dan asam klavulanat + klaritromisin,
klaritromisin mengurangi efek amoksisilin.
Amoksisilin dan asam klavulanat +metotreksat,
amoksisilin mengurangi kadar metotreksat dengan
mengurangi pembersihan ginjal.

R/ Rhinos junior

Rhinos junior
Komposisi Pseudoefedrin dan klorpheniramin maleat
Indikasi Meredakan gejala bersin-bersin dan hidung
tersumbat akibat pilek
Kontra Indikasi Hipertensi berat
Peringatan Gangguan fungsi hati dan ginjal, glakoma, hipertrofi
prostat, retensi urin, gangguan fungsi jantung, DM,
Hipertensi, BB berlebihan.
Efek samping Palpitasi, mual muntah, pusing, hipertensi.
Dosis Dewasa dan anak > 12 tahun: 3 kali sehari 10 ml.
Anak 6-12 tahun: 3 kali sehari 5 ml.
Anak 2-5 tahun: 3 kali sehari 2,5 ml.
Interaksi obat Pseudoefedrin dan klorpheniramin maleat + codein,
codein dapat meningkat dan pseudoefedrin
mengurangi sedasi.
Pseudoefedrin dan klorpheniramin maleat +
diazepam, keduanya dapat meningkatkan sedasi.
Pseudoefedrin dan klorpheniramin maleat + efedrin,
dapat mengurangi sedasi.
Pseudoefedrin dan klorpheniramin maleat +
haloperidol, haloeridol meningkat dan pseudoefedrin
mengurangi sedasi.
Pseudoefedrin dan klorpheniramin maleat +
lorazepam, lorazepam meingkat dan pseudoefedrin
mengurangi sedasi.
Pseudoefedrin dan klorpheniramin maleat +
metildopa, metildopa meningkatkan efek
pseudoefedrin.

Kesimpulan skrining resep:

Resep tidak lengkap secara administratif, namun dalam pertimbangan klinis


pada resep sudah sesuai dengan dosis dan tidak ada kontraindikasi antara obat yang
diresepkan oleh dokter, walaupun terdapat beberapa efek samping yang ditimbulkan
masing-masing obat, tetapi hal tersebut masih dapat dimonitoring dengan mengatur dan
memperhatikan dosis yang dianjurkan dari masing-masing obat, sehingga pemakaian obat
masih dapat dilanjutkan.

Penyerahan dan pemberian informasi obat/PIO, konfirmasi informasi edukasi/KIE,


dan konseling

1. Informasikan mengenai nama obat / komposisi obat, aturan pakai,


kegunaan masing-masing obat, dan cara penyimpanan obat yang baik dan benar
2. Obat yang diberikan harus diminum secara teratur, agar terapi pengobatan yang
diinginkan tercapai.
Analilis Resep 5
Resep Analisa Tulisan Resep

R/Rhinos Caps No. X


S3 dd Caps I

R/ Fluimucyl Caps No. X


S3 dd Caps I

R/ Captopril 12,5mg tab No.X


S1 dd tab I (pagi)

Pro: -
Umur: -

ASSESMENT
1. Menggali Riwayat Pasien
No Kriteria Keterangan
1 Data Pasien Nama: Ny. Anis
Umur: -
Jenis Kelamin: P
Alamat: -
No. Hp: -
BB/TB:-
Pekerjaan:-
Kondisi:-

2 Riwayat Penyakit -
3 Riwayat Pengobatan -
4 Keadaan Khusus Pasien -

27
2. Skrinning Resep Administratif (Kelengkapan Resep)

No Uraian Pada Resep


Ada Tidak
Inscription
Identitas dokter:
1. Nama Dokter 
2. SIP Dokter 
3. Alamat Dokter 

4. Nomor Telepon 
5. Tempat dan Tanggal

Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep diawal

penulisan resep(R/)
Prescriptio/Ordonatio
7. Nama Obat 
8. Kekuatan Obat 
9. Jumlah Obat 
Signatura
10. Nama Pasien 
11. JenisKelamin 
12. UmurPasien 
13. Berat Badan 
14. Alamat Pasien

15. Aturan Pakai Obat

16. Iter atau tandalain

Subscriptio
17. TandaTangan atau paraf 
Dokter

3. PertimbanganKlinis

R/ Rhinos
Rhinos
Komposisi Pseudoephedrine-Loratadine

Indikasi Untuk meringankan gejala bersin & hidung


tersumbat karena pilek.
kontraindikasi Hipersensitvitas, hipertensi berat, mendapat anti
depresan MAO inhibitor, neonates.
Efek samping Susah tidur, palpitasi, pusing, mual, muntah,
hipertensi
Interaksi obat Penggunaan bersama antidepresan MAOI dapat
mengakibatkan kriris hipertensi.
Dosis Dewasa & anak >12th : 1 kapsul 2x sehari

R/ Fluimucyl
Fluimucyl
Indikasi Terapi hipersekresi mucus kental dan tebal pada
saluran pernapasan.

Kontraindikasi Hipersensitif te.rhadap acetylcysteine.

Efek samping Pada penggunaan sistemik : menimbulkan reaksi


hipersensitivitas seperti urtikaria dan brankospasme,
psoriasis, mual, muntah, diare, stomatitis, pusing,
tinitus
Interaksi obat -

Dosis Dewasa : 3 x 1 kapsul sehari

R/ Captopril
Captopril
Indikasi Hipertensi
kontraindikasi Hipersensitif, wanita hamil (bersifat teratogenik),
menyusui, hiperkalemia
Efek samping Hipotensi, gangguan fungsi ginjal, batuk kering yang
menetap, angioedema, ruam kulit, gangguan
pengecapan, gangguan saluran cerna (mual, muntah,
diare, dyspepsia, konstipasi, dan nyeri abdomen).
Hyperkalemia, hipoglikemi, dan kelainan darah
termasuk trombositopenia, leukopenia dan
neutropenia.
Interaksi obat Pemberian bersama diuretic hemat kalium dapat
menimbulkan hyperkalemia.
Pemberian bersama antasida mengurangu absorpsi
ACE-inhibitor
Pemberian bersama OAINS akan mengurangi efek
anti hipertensi ACE inhibitor dan menambah resiko
hyperkalemia.
Dosis Dosis awal : 2 x 12,5mg/hari
Usia lanjut 2 x 6,25mg/hari
Kesimpulan skrining resep:

Resep tidak lengkap secara administratif, namun dalam pertimbangan klinis


pada resep sudah sesuai dengan dosis dan tidak ada kontraindikasi antara obat yang
diresepkan oleh dokter, walaupun terdapat beberapa efek samping yang ditimbulkan
masing-masing obat, tetapi hal tersebut masih dapat dimonitoring dengan mengatur dan
memperhatikan dosis yang dianjurkan dari masing-masing obat, sehingga pemakaian obat
masih dapat dilanjutkan.

Penyerahan dan pemberian informasi obat/PIO, konfirmasi informasi edukasi/KIE,


dan konseling

1. Informasikan mengenai nama obat / komposisi obat, aturan pakai, kegunaan


masing-masing obat, dan cara penyimpanan obat yang baik dan benar
2. Obat yang diberikan harus diminum secara teratur, agar terapi pengobatan yang
diinginkan tercapai.
Analisa Resep 6

Resep Analisa Tulisan Resep

R/Sagestam tts mata No.I S3 dd


2 tts ODS

R/ Lasal 0,75mg
Amtocort 1,5mg
Mucopect 1/3 tab
Tremenza ¼ tab
Histrin FT5 1/3 tab
Mf pulv dtd No.XX bks. 3x1
iter 1x

R/Edoten syr 1
S 3 x 2,5 ml

R/ vit nafsu makan


Zamel syr 1
Pronicy 8 tab
Mf. Sirup. Signa 1 dd cth 1

Pro: An. Adinda Annaira


Khaliqa Dani
Umur : 3 tahun, 2 bulan

ASSESMENT
1. Menggali Riwayat Pasien
No Kriteria Keterangan
1 Data Pasien Nama: An. Adinda Annaira Khaliqa Dani
Umur: 3 tahun, 2 bulan
Jenis Kelamin:P
Alamat: -
No. Hp: -
BB/TB:-
Kondisi:-

2 Riwayat Penyakit -
3 Riwayat Pengobatan -
4 Keadaan Khusus Pasien -

2. Skrinning Resep Administratif (Kelengkapan Resep)


No Uraian Pada Resep
Ada Tidak
Inscription
Identitas dokter:
1. Nama Dokter 
2. SIPDokter 
3. Alamat Dokter 

4. NomorTelepon 
5. Tempat dan Tanggal

Penulisan Resep
Invocatio
6. TandaResep diawal

penulisan resep(R/)
Prescriptio/Ordonatio
7. Nama Obat 
8. Kekuatan Obat 
9. Jumlah Obat 
Signatura
10. Nama Pasien 
11. JenisKelamin 
12. UmurPasien 
13. Berat Badan 
14. Alamat Pasien

15. Aturan Pakai Obat
Iter atau tandalain 
16. 
Subscriptio
17. TandaTangan atau paraf  
Dokter

3. Pertimbangan Klinis

R/ Sagestam tts mata


Sagestam tts mata
Indikasi Untuk pengobatan infeksi pada bagian luar bola mata
& andeksanya yang disebabkan oleh argonisme yang
sensitive terhadap gentamycin

kontraindikasi h
Hipersensitivitas terhadap gentamycin atau
aminoglikosida lainnya. Infeksi mata yang
disebabkan oleh virus dan jamur.

Efek samping Iritasi, rasa gatal, panas dan perih


Interaksi obat -

Dosis 1-2 tetespada mata yang sakit, 6 kali sehari (tiap 4


jam). Frekuensi pemberian dapat ditingkatkan bila
diperlukan. Untuk infeksiberat dosis awal 1-2 tetes
tiap 15-20 menit, frekuensi dikurangi secara bertahap
agar infeksi terkontrol.

R/ Lasal
Lasal
Indikasi Untuk bronkospasme (penyakit asma bronkial,
bronchitis asmatis) dan penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK)

Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap salbutamol atau obat agnis


adrenoreseptor beta-2 lainnya

Efek samping Palpitasi, nyeri dada, denyut jantung cepat, tremor


terutama pada tangan, kram otot, sakit kepala dan
gugup. Takikardi, aritmia, gangguan tidur dan
tingkah laku.
Interaksi obat Bila diberikn bersama dengan obat golongan beta-2
agoni akan menghambat kerja lasal
Pemberian bersama obat golongan beta-blocker non-
selektif seperti propranolol, akan menyebabkan
bronkospasme parah pada pasien asma.

Dosis Dewasa & anak >12th dosis awal : 3-4x/hari 2-4mg


Anak 6-12th : 3x sehari 2mg

R/ Mucopect
Mucopect
Komposisi Ambroxol
Indikasi Sebagai sekretolitik pada gangguan saluran napas
akut dan kronis.
kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap ambroxol
Efek samping Gangguan saluran cerna, pembengkakan wajah,
dyspnea, demam (jarang)
Interaksi obat Pemberian bersama antibiotic (amoxicillin,
cefuroxime, erythromycin, doxycycline) dapat
mningkatkan kadar antibiotic dalam jaringan paru.

Dosis Dewasa & anak >12th : 20-3 x 30mg/hari


Dosis yang dianjurkan untuk anak-anak : 1,2-
1,6mg/kgBB/hari

R/ Tremenza
Tremenza
Komposisi pseudoephedrine + triprolidine

Indikasi Rhinitis alergi dan flu


kontraindikasi Hipersensitvitas, hipertensi berat, mendapat anti
depresan MAO inhibitor, neonates.
Efek samping Reaksi alergi seperti gatal-gatal, sulit bernapas,
bengkak pada wajah, bibir, lidah atau tenggorokan
Interaksi obat Penggunaan bersama MAOI dapat meningkibatkan
krisis hipertensi.
Dosis Usia >12th : 1 tablet 3-4 x /hari
Usia 6-12 :1/2 tab 3-4x/hari

R/ Histrin
Histrin
Komposisi Cetirizine HCL
Indikasi Rhinitis menahun, rhinitis alergi seasonal,
konjungtivitis, pruritus, urtikaria idiopati kronis
kontraindikasi hipersensistivitas, laktasi
Efek samping Sakit kepala, mengantuk, agitasi, mulut kering, rasa
tidak nyaman di perut, reaksi hipersensitifitas seperti
reaksi kulit dan angioedema.
Interaksi obat Cetirizin + azitromisin, akan meningkatkan efek
cetirizin.
Alprazolam + clobazam, pemberian bersama dapat
meningkatkan potensi efek ssp (sedasi, depresi).
Alprazolam + theophillin dapat meningkatkan kadar
setrizin.
Dosis Dosis dewasa : 1 x 10mg/hari
Dosis anak >2th : 0,25mg/kgBB/x diberikan tiap 12-
24 jam.

R/ Edotin Syr
Edotin Syr = Erdostein
Komposisi Erdostein
Indikasi Mukolitik pada infeksi saluran napas akut & kronik
kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap erdosteine, pasien sirosis
hati dan kekurangan enzim crystathionine sintetase,
fenilketonuria, pasien gagal ginjal (CrCl
<25ml/menit)
Efek samping Psoriasis, mual, muntah, diare, stomatitis, pusing,
tinitus.
Interaksi obat -
Dosis Sediaan sirup anak BB 15-19kg : 2 x 175mg/hari
BB 20-30kg: 3 x 175mg/hari
Deawasa & anak BB >30kg : 2 x 350mg/hari

R/ Zamel
Zamel
Indikasi Suplemen vitamin dan mineral untik anak-anak.
kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap komponen multivitamin.
Efek samping Gangguan pencernaan, diare, konstipasi,
Interaksi obat Pemberian bersamaan suplemen lain, meningkatkan
efek samping
Dosis Dosis anak umuru <1th : 0,5ml sekali/hari
Dosis anak umur 1 - 3th : 1ml sekali/hari

R/ Pronicy tab
Pronicy tab
Komposisi Cyproheptadine HCL
Indikasi Gejala alergi, rhinitis alergi, urtikaria.
Kontraindikasi Bayi baru lahir, bayi premature, anak <2th, hipertrofi
prostat, porfiria
Efek samping Mengantuk, nyeri kepala, gangguan psikomotor,
gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare),mulut
kering, pandangan kabur, kelainan darah, anemia
hemolitik, leukopenia, agranulositosis,
Interaksi obat trombositopenia.
Pemberian bersama alcohol atau obat depsesan SPP
memperkuat efek sedasi.
Pemberian bersam MAOI dapat memperpanjang efek
antikolinergik
Dosis Alergi dewasa : dosis lazim 3-4 x 4mg/hari
Anak <2th : tidak dianjurkan
Anak 2-6th : 2-3 x 2mg/hari, maks 12mg/hari
Anak 7-14th : 2-3 x 4mg/hari, maks 16mg/hari
Kesimpulan skrining resep:

Resep tidak lengkap secara administratif, namun dalam pertimbangan klinis


pada resep sudah sesuai dengan dosis dan tidak ada kontraindikasi antara obat yang
diresepkan oleh dokter, walaupun terdapat beberapa efek samping yang ditimbulkan
masing-masing obat, tetapi hal tersebut masih dapat dimonitoring dengan mengatur dan
memperhatikan dosis yang dianjurkan dari masing-masing obat, sehingga pemakaian obat
masih dapat dilanjutkan.

Penyerahan dan pemberian informasi obat/PIO, konfirmasi informasi edukasi/KIE,


dan konseling

1. Informasikan mengenai nama obat / komposisi obat, aturan pakai, kegunaan


masing-masing obat, dan cara penyimpanan obat yang baik dan benar
2. Obat yang diberikan harus diminum secara teratur, agar terapi pengobatan yang
diinginkan tercapai.
BAB IV
KESIMPULAN

1. Kelengkapan administratif resep belum lengkap, karena dokter tidak


mencantumkan nama dokter, sip dokter, tanggal penulisan resep, jenis
kelamin pasien, berat badan pasien, bentuk sediaan obat, ruang unit asal
resep dan paraf dokter.
2. Untuk aspek kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis pada resep
sudah sesuai.

xxxviii
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Drug Information Handbook, 17th ed. American pharmacist


Association. United State of America.

Anonim. 2018. MIMS Indonesia Concise Prescribing Information, Issue 1, 2018,


Jakarta: Penerbit Asli (MIMS Pharmacy Guide).

BNF. 2009. British Medical Association Royal Pharmacetical of Great Britain.


England.

Jas A.2009. Perihal Resep dan Dosis serta Latihan Menulis Resep edisi 2, Medan:
Universitas Sumatra Utara Press

Kuo GM, Phillips RL, Graham D, Hickner JM.Medication errorsreported by US


family physicians and their office staff. QualSaf Health Care 2008; 17:
286– 90.

Lexicomp, Drug Information, (application online), (https://online.lexi.com


/lco/action/home).

Medscape, Drug Information, (applicationonline), (http://www.reference.


medscape.com/drug-interactionchecker).

Stockley, L.H. 2008.Stockley’s Drug Interaction Edisi Kedelapan .Great


Britan.Phrmaceutical Press

Syamsuni,H.A. 2007. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi.Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran.EGC

Velo GP, Munuz P. Medication errors: Prescribing foults and prescription errors.
Br J Clin Pharmacol. 2009; 67 (6): 624-628.
LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI APOTEK ROXY JAGAKARSA JAKARTA SELATAN
PERIODE 5 AGUSTUS – 30 AGUSTUS 2019

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Memperoleh Gelar Apoteker (Apt)
Program Studi Profesi Apoteker

Disusun Oleh :

Novianti Listiani, S.Farm 1843700481


Silvi Karlila Sari, S.Farm 1843700451

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2019
SURAT PERNYATAAN
PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

Yang bertanda tangan di bawah ini :


9. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapatkan gelar akademik Apoteker, baik di Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta maupun di Universitas lain.
10. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini murni gagasan, rumusan dan
penilaian penyusun, tanpa bantuan pihak lain, kecuali tim pembimbing.
11. Dalam laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker tidak terdapat karya atau
pendapat yang telah ditulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam
naskah dengan disebutkan dan atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara
tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan
disebutkan nama pengarang serta dicantumkan dalam daftar pustaka.
12. Pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya, apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka
penyusun bersedia menerima sanksi akademik serta sanksi lainnya sesuai
peraturan perundang-undangan dan norma akademik yang berlaku di
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.

Jakarta, Agustus 2019


Yang Membuat Pernyataan,

(Penyusun)
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii

SURAT PERNYATAAN................................................................................ iii

DAFTAR ISI................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR.................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Tujuan ....................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 3

2.1 Resep ....................................................................................... 3

2.2 Skrining Resep......................................................................... 7

2.3 Penulisan Resep Yang Rasional.............................................. 7

BAB III HASIL SKRINING RESEP ....................................................... 9

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan dan
laporan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Roxy
Jagakarsa yang berlokasi di Jl. Jagakarsa Raya No.54 Kelurahan Jagakarsa
Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan, periode 5 Agustus – 30
Agustus 2019 dengan baik. Laporan Tugas Khusus PKPA ini disusun sebagai
salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Apoteker di
Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta dengan harapan agar calon
Apoteker mendapat gambaran secara jelas mengenai peran dan tugas Apoteker di
Apotek sebagai salah satu tempat pengabdian profesi Apoteker.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
23. Ibu Dr. Diana Laila Ramatillah, M.Farm., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
24. Ibu Diah Ramadhani, M.Farm., Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
25. Ibu Rabima, M.Farm., Apt. selaku Koordinator PKPA di Fakultas Farmasi
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
26. Direksi Apotek Roxy Grup yang telah memberikan kesempatan melaksanakan
PKPA.
27. Bapak Drs. Baginda Nasution, Apt., MM. Selaku Apoteker Pengelola Apotek
Roxy Jagakarsa.
28. Ibu Yuniar Kurniasih, S.Si., Apt selaku Manager Apotek Roxy Jagakarsa
29. Ibu Shahyawidya Ramadanti S.Farm., Apt selaku Pembimbing di Apotek
Roxy Jagakarsa.
30. Ibu Lilih Riniwasih Kadiwijati, M.Farm, Apt selaku Pembimbing PKPA di
Fakultas Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
31. Seluruh asisten Apoteker, Juru Racik dan Karyawan Apotek Roxy Jagakarsa
yang telah memberikan bantuan, pengalaman, bimbingan, dan kerjasama
selama pelaksanaan PKPA.
32. Orang tua penulis dan seluruh keluarga yang senantiasa memberikan
dukungan dan doa atas kelancaran pelaksanaan PKPA ini.
33. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang
telah mendukung secara langsung maupun tidak langsung selama proses
kegiatan dan penyusunan laporan ini.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu penyusun
menerima segala kritik dan saran untuk perbaikan dikemudian hari. Semoga
laporan ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam dunia
farmasi pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Ilmu dan pengalaman
yang telah diperoleh penulis selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Apotek Roxy ini dapat berguna bagi calon Apoteker sebagai bekal
untuk terjun ke masyarakat dalam rangka pengabdian profesi serta kepustakaan di
Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.

Jakarta, Agustus
2019

(Penyusun)
BAB I
PENDAHULUAN

1.5 Latar Belakang


Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam paper maupun elektronik untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Resep merupakan
hal penting sebelum pasien menerima obat. Dalam alur pelayanan resep, apoteker
wajib melakukan skrining resep yang meliputi pengkajian administratif seperti
nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan. Nama dokter, no surat izin
praktek (SIP), alamat, nomor telpon, paraf dan tanggal penulisan resep. Kajian
kesesuaian farmasetik terdiri dari bentuk kekuatan sediaan, stabilitas,
kompatibilitas. Sedangkan pertimbangan klinis meliputi ketepatan indikasi dan
dosis obat, aturan, cara dan lama penggunaan obat, reaksi obat yang tidak
diinginkan kontraindikasi dan interaksi.
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai termasuk
peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Sebelum
obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaaan kembali mengenai
penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat.
Apoteker juga dapat melayani obat non resep atau pelayanan swamedikasi,
apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang memerlukan obat non
resep untuk penyakit ringan dan memilihkan obat bebas atau bebas terbatas yang
sesuai. Pada saat pelayanan informasi obat apoteker harus menjawab semua
pertanyaan baik lisan maupun tulisan.
Aspek administrasi resep dipilih karena merupakan skrining awal pada
saat resep dilayani diapotek, skrining administrasi perlu dilakukan karena
mencakup seluruh informasi didalam resep yang berkaitan dengan kejelasan
tulisan obat, kejelasan informasi didalam resep. Untuk mengantisipasi terjadi
kesalahan peresepan perlu melakukan pendekatan untuk pemantauan resep atau

1
pasien agar dapat mencegah dan mencari penyelesaian terkait masalah resep.
Penggunaan obat yang rasional adalah pasien menerima obat yang tepat sesuai
kebutuhan klinis dan sesuai dosis. Dikatakan pengobatan rasional dan tepat secara
klinis jika didalam resep memenuhi persyaratan dalam tepat indikasi, tepat dosis,
tepat obat, alergi obat dan efek samping yang tidak diinginkan.

1.6 Tujuan
Tujuan dilakukan skrining resep pada laporan ini adalah :
a. Tujuan Umum
Untuk menskrining beberapa resep dari Apotek Roxy Jagakarsa, Jakarta
Selatan.

b. Tujuan Khusus
6. Agar mengetahui deskripsi skrining resep
7. Agar mengetahui kelengkapan dan legalitas resep
8. Agar mengetahui bahasa latin yang biasa digunakan dalam resep
9. Agar mengetahui prosedur pelayanan resep
10. Agar mengetahui analisis resep berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resep
A. Definisi Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi,
kepada Apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang
berlaku.

Demi keamanan penggunaan, obat dibagi dalam beberapa


golongan. Secara garis besar dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu obat
bebas (OTC= Other of the counter) dan Ethical (obat narkotika,
psikotropika dan keras),harus dilayani dengan resep dokter.Jadi sebagian
obat tidak dapat diserahkan langsung pada pasien atau masyarakat tetapi
harus melalui resep dokter (on medical prescription only) (Jas,2009).

B. Tujuan Penulisan Resep


6. Memudahkan dokter dalam pelayanan kesehatan di bidang farmasi
7. Meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat.
8. Terjadi kontrol silang (cross check) dalam pelayanan kesehatan
dibidang farmasi.
9. Pemberian obat lebih rasional dibandingkan dispensing
10. Pelayanan lebih berorientasi kepada pasien (patient oriented)
( Wibowo,2010).

C. Format Penulisan Resep


Menurut Jas (2009), resep terdiri dari 6 bagian :
a. Inscriptio : Nama dokter, no.SIP, alamat/telepon/kota/tempat, tanggal
penulisan resep.
b. Invocatio : permintaan tertulis dokter dalam singkatan lain “R/ =
resipe” artinya ambillah atau berikanlah,sebagai kata pembuka komunikasi
dengan Apoteker di Apotek.
c. Prescriptio atau Ordonatio: nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan
yang diinginkan.
d. Signatura : yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan
intravena waktu pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat
dan keberhasilan terapi.
e. Subcrioptio : yaitu tanda tangan/paraf dokter penulis resep berguna
sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut.
f. Pro (diperuntukkan) : dicantumkan nama dan tanggal lahir
pasien.Khusus untuk obat narkotika juga harus dicantumkan alamat pasien
(untuk pelaporan ke Dinkes setempat).

D. Kerahasiaan Dalam Penulisan Resep


Resep merupakan sarana komunikasi profesional antara dokter
(penulis resep), APA (Penyedia/Pembuat obat) dan penderita (yang
menggunakan obat)(lestari,2002). Oleh karena itu, resep tidak boleh
diberikan atau diperlihatkan kepada yang tidak berhak karena resep
bersifat rahasia.
Menurut Syamsuni (2007) dan Jas (2009), resep asli harus
disimpan di Apotek dan tidak boleh diperlihatkan kecuali oleh yang
berhak,yaitu :
7. Dokter yang menulis atau merawatnya.
8. Pasien atau keluarga pasien yang bersangkutan.
9. Paramedis yang merawat pasien.
10. Apoteker yang mengelola Apotek bersangkutan.
11. Aparat pemerintah (Kepolisian,Kehakiman) yang ditugaskan untuk
memeriksa.
12. Petugas asuransi untuk kepentingan kleim pembayaran.
E. Pola Penulisan Resep

PT. Global Harmony Retalindo


Poliklinik Inti Gnda Perdana Group
Jl. Pegangsaan Dua,KM 1,6 Kelapa Gading
Telp.(021)4602755 Jakarta 14259-Indonesia

dr.
SIP :
Jakarta, .........................................,20....
R/

Pro : Npk:
Umur : Bagian :
F. Contoh Resep

PT. Global Harmony Retalindo


Poliklinik Inti Gnda Perdana Group
Jl. Pegangsaan Dua,KM 1,6 Kelapa Gading
Telp.(021)4602755 Jakarta 14259-Indonesia

dr.
SIP :
Jakarta, 12 / 4/ 2017

invactio

R/ Obat A tablet 10 mg No. X


S 3 dd 1 prescriptio
................................paraf

R/ Obat B tablet 10 mg No. X


S 3 dd 1
subcriptio
.................................paraf

signature

Pro

Pro : Tn. RD Npk: 496


Umur : 31 thn Bagian : IGP
2.2 Skrining Resep
Kegiatan Pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian
farmasetik dan pertimbangan klinis. Kajian administratif meliputi:
d. Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
e. Nama dokter, nomor surat izin praktik (sip), alamat, nomor telepon dan
paraf; dan
f. Tanggal penulisan Resep.
Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
d. Bentuk dan kekuatan sediaan;
e. Stabilitas; dan
f. Kompatibilitas (ketercampuran Obat).
Pertimbangan klinis meliputi:
g. Ketepatan indikasi dan dosis Obat;
h. Aturan, cara dan lama penggunaan Obat;
i. Duplikasi dan/atau polifarmasi;
j. Reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat, manifestasi
klinis lain);
k. Kontra indikasi; dan
l. Interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka
Apoteker harus menghubungi dokter penulis Resep. Pelayanan Resep
dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, penyiapan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai termasuk peracikan
Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap
tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan
pemberian Obat (medication error).

2.3 Penulisan Resep Yang Rasional


Penulisan resep yang tepat dan rasional merupakan penerapan
berbagai ilmu, karena begitu banyak variabel-variabel yang harus
diperhatikan, maupun variabel unsur obat dan kemungkinan kombinasi obat,
ataupun variabel penderitanya secara individual. Resep yang jelas adalah
tulisannya terbaca. Misalnya nama obat yang ditulis secara benar dan
lengkap. Nama obat harus ditulis dengan benar, hal itu perlu mendapat
perhatian karena banyak obat yang tulisannya atau bunyinya hampir sama,
sedangkan khasiat berbeda.
Resep yang tepat, aman dan rasional adalah resep yang memenuhi
lima tepat, ialah sebagai berikut :
f. Tepat obat : obat dipilih dengan mempertimbangkan manfaat dan
resiko, rasio antara manfaat dan harga dan rasio terapi.
g. Tepat dosis: dosis ditentukan oleh faktor obat ( sifat kimia, fisika dan
toksisitas), cara pemberian obat (oral, parenteral, rektal, lokal), faktor
penderita ( umur, berat badan, jenis kelamin, ras, obesitas, sensitivitas
dan patofisiologi).
h. Tepat bentuk sediaan obat: menentukan bentuk sediaan berdasarkan
efek terapi maksimal, efek samping minimal, aman dan cocok,
mudah, praktis dan harga murah.
i. Tepat cara dan waktu penggunaan obat : obat dipilih berdasarkan
daya kerja obat, bioavailabilitas, serta pola hidup penderita (pola
makan, pola tidur, defekasi dan lain-lain).
j. Tepat penderita : obat disesuaikan dengan keadaan penderita yaitu
bayi, anak-anak, dewasa dan orang tua, ibu menyusui, obesitas dan
malnutrisi.
BAB III
HASIL SKRINING RESEP

No Resep Nama Obat Komposisi Indikasi Dosis Efek Samping Konseling


1 R/ Cinolon-n cream Cinolon-n 10 Fluocinolon Dermatitis akibat peradangan , alergi dan Fluocinolon Reaksi alergi Oleskan tipis pada
No.I mg asetonid. pruritis. asetonid 0,25 mg. seperti ruam kulit yang
merah, gatal, terinfeksi.
sue Neomycin Sulfate. Pesoriasis, menumpukan sel kulit yang Neomycin Sulfate 5 sensasi terbakar.
menyebabkan bercak bersisik. mg.
Tumbuh rambut
Infeksi yang disebabkan bakteri yang secara berlebihan.
peka terhadap kortikosteroid.
Kulit kering,
terkelupas,
hiperkortisisme,
hilangnya kolagen
kulit, artrofi kulit.
2 R/ Mefinal 500 VI Mefinal 500 Asam mefenamat Nyeri ringan sampai sedang seperti sakit Dewasa 2-3 X 250- Gangguan saluran Obat diminum 2 x
mg kepala, sakit gigi, desminore primer, 500 mg/ Hari. cerna (dispepsia, sehari 1 tablet
S2dd2 termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot, diare, gejala iritasi
dan nyeri pasca operasi. mukosa lambung).
3 R/ Phenobarbital 60 Phenobarbita Phenobarbital Epilepsi (semua jenis kecuali tipe Dewasa epilepsi: Mengantuk, Obat diminum 2 x
l 30 mg petitmall), status konvulsi dosis awal 50-100 letargi,depresi sehari setengah
30 mg mg/ hari. mental, ataksia tablet
2 dd ½ tab Dosis anak
antikonvulsi 4-6
mg/kg BB/ hari

9
4 R/ Betaserc 8 mg VI Betaserc Betahistin Vertigo dan pusing pada penyakit 1-2 tablet (6-12 mg) Gangguan Obat diminum 2 x
meniere, sindrom meniere, vertigo perifer diberikan 3 x sehari gastrointestinal, sehari 1 tablet
2dd1 ruam kulit, gatal

5 R/ Diamicron 50 V Diamicron 50 Gliklazid DM tipe 2 320 mg/hari Hipoglikemik dan Obat diminum 1 x
mg peningkatan BB. sehari 1 tablet.
S1dd1 Mual muntah diare
konstipasi dan
gangguan fungsi
hati.
6 R/ Klonidin No. LX Clonidine Klonidin Hipertensi Hipertensi: 1,25 g/ Mulut kering, Obat diminum 1 x
hari sedasi, depresi, sehari untuk
Sdd1 bradikardi, menurunkan
gangguan ereksi tekanan darah.
7 R/ Comtusi syr No.I Comtusi Oxememazine. Untuk meredakan batuk akibat alergi, dan Dewasa: sehari 3-4 Mual muntah sakit Obat diminum 3 x
sirup 60 mg pengencer batuk berdahak. x 5-10 ml kepala sehari 1 sendok
S3dd cth I Guaifenesin teh
8 R/ Proris tab No. X Proris Ibuprofen 200 mg Nyeri ringan sampai sedang dan sakit Dewasa: 3-4 x 400 Diare, Obat diminum 3
kepala. mg. hematemesis, kali sehari 1 tablet
S3dd1 penglihatan kabur,
ruam kulit, gatal
dan bengkak
9 R/ Cefat 100 mg cap Cefat 100 mg Cefadroksil 500 Infeksi saluran napas, kulit, jaringan 2 x sehari 500 mg Alergi atau Obat diminum 2
X mg lunak, dan saluran kemih kelamin hipersensitifitas kali sehari dan
berupa sesak nafas dihabiskan
S2dd1
10 R/ Co-Amoxiclav 60 Co-Amoxilav Asam klavulanat. Mengatasi infeksi akibat bakteri yang 500 mg diminum 2 Reaksi alergi berat Obat diminum 3
mg XV Amoksisilin sudah resisten terhadap amoksisilin x sehari hingga ringan kali sehari 1 tablet
tunggal terhadap obat ini. dihabiskan.
S3dd1 Umumnya muncul
pada seseorang
dengan riwayat
alergi penisilin
11 R/ Flamar 50 mg Racikan 15 - natrium Meredakan nyeri, Mengobati mual, Gangguan Obat diminum 3
kapsul diklofenak 50 mg muntah, mencegah sekresi asam koordinasi, kali sehari 1
Vosedon 10 mg  flamar lambung berlebihan pusing, sakit kapsul setelah
Cimetidine 200 kepala, makan
-domperidone mengantuk
mg 10 mg 
M.f dtd cap No. XV vosedon

S 3 dd 1 pc - cimetidine 200
mg

12 R/ Dexamethasone Racikan - dexamethasone Arthritis, reaksi alergi, masalah kulit/ - Mengantuk, kulit Obat diminum 3
tab No. VI puyer 10 0,5 mg mata tertentu, masalah pernapasan, kering, ruam, kali sehari 1
bungkus anti alregi sakit kepala, bungkus.
CTM tab No. VI - pusing, sensasi
chlorpheniramine berputar, mual,
Vit. C tab No. VI maleat 4 mg kembung,
M.f da in pulv No. - vit. C kelemahan otot,
X nafsu makan
S 3 dd pulv I berkurang,
sembelit atau
konstipasi
13 R/ Zinkid Syr Fl Zinkid sirup Tiap 5 ml Pelengkap untuk pengobatan diare - Bayi 2 – 6 bulan: Mual dan muntah Obat diminum 1
No. I mengandung pada anak – anak dibawah 5 tahun 5 ml kali sehari 5 ml
zinc sulfat 27, 45 selama 10 hari
S 1 dd Cth 1 mg setara dengan - Anak 6 bulan – berturut – turut
zinc 10 mg 10 tahun: 10 ml meskipun diare
10 hari
sudah sembuh.
Apabila terjadi
muntah dalam
waktu setengah
jam setelah
pemberian obat,
berikan lagi yang
masih baru.
R/ L – Bio sachet L – Bio Sel hidup ≥ 109 Suplemen untuk membantu menjaga - Anak ≥ 12 tahun: Munculnya reaksi Suplemen
No. X CFU kesehatan sistem pencernaan 3 sachet/ hari alergi seperti diberikan 2 kali
(Lactobacillus pembengkakan sehari 1 sachet
S 2 dd 1 pc acidophilus - Anak ≥ 2 tahun: padawajah, bibir, setelah makan.
W55, 2 – 3 sachet lidah, atau Dapat dicampur
Lactobacillus tenggorokan. pada makanan.
casei W56, Kesulitan
Lactobacillus bernapas, gatal,
salivarius W57, dan ruam.
Bifidobacterium
lactis W51,
Bifidobacterium
lactis W52,
Lactobacillus
lactis W58), pati,
maltodextrin
14 R/ Otopain Ear Otopain Setiap 5 ml Antiseptik telinga dengan Obat diteteskan
Drop Fl I tetes telinga mengandung: kortikosteroid 3 kali sehari dua
tetes pada telinga
S 3 dd II gtt - polymyxin B kanan dan kiri
sulfate 50. 000
IU
- Neomycin
sulfat 25 mg
- fludrokortison
asetat 5 mg
- lidokain HCl
200 mg
R/ Amoxsan 250 Racikan - amoxicillin 250 Meredakan nyeri - Ruam, mual, Obat diminum 3
mg puyer 12 mg sakit perut,sakit kali sehari 1
bungkus kepala, pusing, bungkus setelah
Antalgin tab ½ - metampiron mengantuk, makan
250 mg bengkak
CTM 1,5 mg
- dexamethasone
Dexamethasone 0,25 mg
0,25 mg
SL q.s
m. f. Pulv dtd No.
XII
S 3 dd 1
15 R/ Omeprazole No. Omeprazole Omeprazole 20 Ulkus peptikum, eradikasi H. Pylori, 20 – 40 mg 1 kali Diare, intestinel Obat diminum 2
X kapsul mg GERD sehari. Durasi nefritis, defisiensi kali sehari 1
pemakaian: 4 vit. B12, mual, kapsul sebelum
S 2 dd 1 ac minggu (ulkus muntah, diare, makan.
duodenum), 8 konstipasi, nyeri
minggu (ulkus perut
peptikum)
R/ Neurosanbe No. Neurosanbe - Metampiron 500 mg Defisiensi Vit B12, anemia, Obat dikonsumsi 3 Edema paru, Obat diminum
X kaplet - Vit B1 50 mg
kekurangan asam folat kali sehari. gagal jantung sekali sehari 1
Maksimal 4 kaplet kongesif, diare, kaplet setelah
S 1 dd 1 - Vit B6 100 mg per hari. gatal, nyeri, makan
- Vit B12 100 mcg gelisah
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Dari resep yang telah dilakukan skrining resep diatas tidak lengkap terutama
pada kelengkapan administrasi dan kesesuaian farmasetik
2. Disarankan untuk monitoring penggunaan obat yang diresepkan karena
interaksi obat yang merugikan

4.2 Saran

Disarankan untuk memberikan jeda waktu penggunaan obat yang dapat


berinteraksi dengan obat lain, jika interaksi obat menyebabkan toksisitas tinggi
bahkan mengancam jiwa maka diganti dengan obat alternatif lainnya
DAFTAR PUSTAKA

BNF. 2009. British Medical Association Royal Pharmacetical of Great


Britain. England.

DepKes RI, 2006. Modul Pelatihan Penggunaan Obat Rasional.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin. Diakses 23 Agustus 2019

Jas A. 2009. Perihal Resep dan Dosis serta Latihan Menulis Resep edisi 2,
Medan: Universitas Sumatra Utara Press.

Medscape, Drug Information, (applicationonline), (http://www.reference.


medscape.com/drug-interactionchecker). Diakses 25 Agustus 2019

Syamsuni, H.A. 2007. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi.Jakarta:


Penerbit
Buku Kedokteran.EGC.

Anda mungkin juga menyukai