Anda di halaman 1dari 17

JURNAL TEKNIK MESIN

INSTITUT TEKNOLOGI PADANG


http://ejournal.itp.ac.id/index.php/tmesin/ e-ISSN: 2598-8263
Vol. 10, No. 1, April 2020 p-ISSN: 2089-4880

Studi Eksergi Siklus Steam Flash & Siklus Daya Kalina


Pada Sistem Operasi Waste Heat Recovery Power Generation

Exergy Study of Steam Flash Cycle & Kalina Cycle at Waste Heat Recovery
Power Generation Operation System

Arfidian Rachman 1,*, Benny Arianto 2


1
Department of Mechanical Engineering, Institut Teknologi Padang
2
Undergraduate Program, Department of Mechanical Engineering, Institut Teknologi Padang
Jl. Gajah Mada Kandis Nanggalo, Padang, Indonesia

doi.10.21063/JTM.2020.v10.i1.16-32
Correspondence should be addressed to drarfidianrachman@gmail.com
Copyright © 2020 A. Rachman. This is an open access article distributed under the CC BY-NC-SA 4.0.

Article Information Abstract

Submitted : Waste Heat from cement kiln factories has begun developed to power
generation in the world. Waste Heat Recovery Power Generation (WHRPG)
March 6, 2020
is the one of power generation with use hot gas from cement kiln to increase
Accepted : water temperature in After Quenching Cooler (AQC) & Preheater (SP)
Boiler, and change water into superheated steam stage. Superheated Steam
April 5, 2020
will delivery in to turbine and drive the generator. The quality of hot gasses
Published : will affect the turbine work and power generator. The temperature of hot
gasses frequently at below 340°C. It will cause turbine not work in optimally
April 30, 2020 condition. This research done for study using ammonia – water on kalina
cycle at WHRPG to resolve the problem in WHRPG. From this study found
that value of total exergy destruction at Steam Flash Cycle is 19,97 MW with
power generator 7,011 MW. While at kalina cycle, total exergy destruction
the kalina cycle is 18,33 MW with power generator at 8,459 MW.

Keywords: Waste Heat Recovery Power Generation (WHRPG), Steam Flash


Cycle, Kalina Cycle.

dikeluarkan lewat pre heater dan cooler. Emisi


1. Pendahuluan gas panas ini mempunyai suhu temperatur
Pembangkit tenaga uap pada awalnya sekitar 360°C. Sebelum pemasangan WHRPG,
menggunakan bahan bakar fosil untuk emisi gas panas hasil pembakaran semen di kiln
menaikkan boiler, sehingga temperatur dalam Pabrik Indarung V ini dimanfaatkan untuk
boiler naik dan air dalam boiler menguap pada pemanasan awal raw material sebelum
tekanan kerja turbin yang dapat mencapai memasuki kiln. Sisa nya sebanyak lebih kurang
tekanan 110 atm. Namun seiring perkembangan 130.000-ton CO2 akan terbuang ke udara setiap
teknologi, sumber energi termal pada hari. Penggunaan WHRPG mampu mengurangi
pembangkit tenaga uap mulai memanfaatkan gas CO2 yang dihasilkan selama proses
sumber energi lain. Salah satunya adalah emisi produksi semen, hal ini terjadi karena gas panas
gas panas industri. Waste Heat Recovery Power yang mengandung CO2 dapat dimanfaatkan
Generation (WHRPG) adalah suatu pembangkit untuk pemanasan boiler sehingga dapat
listrik yang menggunakan emisi gas panas dari menggerakkan sudu turbin dan generator yang
proses pembakaran semen di kiln. Proses akan menghasilkan listrik. Penggunaan energi
pembakaran semen pada tungku pembakaran yang terbuang dari kiln dengan sistem WHRPG
kiln akan menghasilkan emisi gas panas yang juga merupakan salah satu upaya untuk

Published by Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) - ITP


A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32 17

mengurangi biaya produksi semen. Sehingga A. Siklus Tenaga Uap (Steam Rankine Cycle)
harga semen lebih kompetitif. Sistem pembangkit daya tenaga uap
Siklus energi pada WHRPG PT Semen merupakan salah satu mesin kalor dengan
Padang merupakan siklus uap flasher atau lebih sistem pembakaran luar. Pembakaran dilakukan
dikenal Steam Flash Cycle. Steam Flash Cycle di luar mesin untuk menghasilkan energi panas
merupakan pilihan yang paling efisien terhadap yang kemudian ditransfer ke uap. Energi input
WHRPG yang yang memiliki temperatur tersebut kemudian sebagian diubah menjadi
Temperatur emisi gas panas dari pre heater dan kerja oleh turbin dan sebagian lagi dilepas ke
great cooler ini mempunyai temperatur rata– lingkungan yang memiliki temperatur yang
rata 340°C-360°C. Temperatur ini lebih rendah lebih rendah. Secara skematik mesin kalor
apabila dibandingkan dengan temperatur kerja dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
pembangkit tenaga uap yang menggunakan
bahan bakar fosil. Dan sekarang ini temperatur
yang di hasilkan dari pre heater dan cooler tidak
stabil, seringkali di bawah 340°C tergantung
dari feeding di kiln. Semua ini akan
menyebabkan massa jenis uap yang di hasilkan
akan lebih rendah. Hali ini terjadi karena
tekanan jenuh pada temperature 200-300°C
jauh dibanding tekanan kritis air. Sehingga akan
berdampak pada rendahnya efisiensi peralatan
pembangkit. Disamping itu juga rendah nya
temperatur emisi gas panas akan menyebabkan
tidak tercapainya energi untuk mengubah fluida
Gambar 1. Siklus Mesin Kalor [1]
kerja air menjadi fasa uap superheated, ini akan
menyebabkan erosi pada sudu turbin. Untuk
menghindari masalah temperatur rendah pada Siklus Rankine adalah siklus termodinamika
emisi gas panas , aplikasi fluida kerja air diganti yang mengubah energi panas menjadi kerja /
dengan fluida kerja lain. Yaitu siklus fluida energi gerak. Panas disuplai secara eksternal
kerja organic yang di sebut Organic Rankine pada aliran tertutup, yang biasanya
Cycle (ORC) dan siklus fluida kerja air yang menggunakan air sebagai fluida yang bergerak.
dicampur dengan ammonia di sebut Kalina Dikembangkan oleh William John Macquorn
Cycle (KC). Rankine pada abad ke-19. Siklus ini
Organic Rankine Cycle (ORC) merupakan menghasilkan 90% dari seluruh energi listrik
siklus kerja yang mirip dengan Steam Flash yang dihasilkan di seluruh dunia.
Cycle. Fluida kerja pada ORC menggunakan
fluida kerja organic seperti silicon oil, propane,
haloalkana (Freon), isopentane, iso-butane, p-
xylene, dan toluene yang mempunyai boiling
point yang lebih rendah serta tekanan uap yang
tinggi dibanding fluida kerja air. Hal ini dapat
membuat WHRPG beroperasi pada temperature
rendah bahkan hingga 60°C.
Kalina Cycle atau siklus kalina merupakan
siklus energi yang memanfaatkan sifat
termodinamika dari amonia dan air atau dapat
juga disebut dengan Ammonia – Water.
Amonia (NH3) mempunyai sifat termodinamika
yang dapat digunakan sebagai fluida kerja Gambar 2. Siklus Rankine [2]
dalam sistem pembangkit. Amonia memiliki
titik didih yang rendah sehingga akan mudah
menguap pada temperatur rendah. Sistem siklus Rankine terdiri atas empat
komponen, yaitu:
1. Pompa
2. Boiler
3. Turbin
18 A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32

4. Kondenser Besarnya kerja yang dibutuhkan pompa,


Air menjadi fluida kerja siklus rankine dan panas yang diberikan boiler, kerja yang
mengalami siklus tertutup (close-loop cycle) dihasilkan turbin dan panas yang dibuang pada
artinya secara konstan air pada akhir proses Kondenser dapat diperhitungkan dengan
siklus masuk kembali ke proses awal siklus. bantuan Tabel Enthalpy-entropy air-uap air.
Pada siklus rankine, air ini mengalami empat
proses, yaitu: B. Siklus Rankine Ideal
1. Proses 3-4 : Fluida kerja / air dipompa dari Jika fluida kerja mengalir melalui berbagai
tekanan rendah ke tinggi, dan pada proses komponen dari sebuah siklus tenaga uap
ini fluida kerja masih berfase cair sehingga sederhana tanpa ireversibilitas, penurunan
pompa tidak membutuhkan input tenaga tekanan secara fraksional tidak akan terjadi
yang terlalu besar. Proses ini dinamakan pada boiler dan Kondenser, fluida kerja
proses kompresi-isentropik karena saat mengalir melalui komponen komponen ini pada
dipompa, secara ideal tidak ada perubahan tekanan konstan. Selain itu dengan tidak adanya
entropi yang terjadi. ireversibilitas dan perpindahan kalor dengan
2. Proses 4-1 : Air bertekanan tinggi tersebut lingkungan sekitar, proses yang terjadi melalui
masuk ke boiler untuk mengalami proses turbin dan pompa adalah isentropic (s=konstan),
selanjutnya, yaitu dipanaskan secara maka siklus ini disebut siklus Rankine ideal.
isobarik (tekanan konstan). Sumber panas Mengacu pada Gambar dibawah ini , terlihat
didapatkan dari luar seperti pembakaran fluida kerja melewati urutan proses yang
batubara, solar, atau juga reaksi nuklir. Di reversible secara internal sebagai berikut:
boiler air mengalami perubahan fase dari
cair, campuran cair dan uap, serta 100%
uap kering.
3. Proses 1-2 : Proses ini terjadi pada turbin
uap. Uap air kering dari boiler masuk ke
turbin dan mengalami proses ekspansi
secara isentropik. Energi yang tersimpan di
dalam uap air dikonversi menjadi energi
gerak pada turbin.
4. Proses 2-3 : Uap air yang keluar dari turbin
uap masuk ke kondensor dan mengalami
kondensasi secara isobarik. Uap air diubah Gambar 4. Diagram temperatur-entropi untuk Siklus
fasenya menjadi cair kembali sehingga Rankine ideal [2]
dapat digunakan kembali pada proses
siklus. Proses 1-2: Ekspansi isentropik (s = konstan)
dari fluida kerja melalui turbin dan uap jenuh
pada kondisi 1 hingga mencapai tekanan
kondenser.
Proses 2-3: Perpindahan kalor dari fluida kerja
ketika mengalir pada tekanan konstan melalui
kondenser dengan cairan jenuh pada kondisi 3.
Proses 3-4: Kompresi isentropic (s = konstan)
dalam pompa menuju ke kondisi 4 dalam
daerah hasil kompresi.
Proses 4-5: Perpindahan kalor ke fluida kerja
ketika mengalir pada tekanan konstan melalui
boiler untuk menyelesaikan siklus.

C. Siklus Rankine Aktual


Penyimpangan siklus aktual dari siklus
Gambar 3. Diagram T-s Siklus Rankine ideal dikarenakan karena beberapa faktor
seperti gesekan fluida, kerugian panas, dan
kebocoran uap. Gesekan fluida mengakibatkan
A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32 19

tekanan jatuh pada banyak peralatan seperti proses pembangkitan listrik WHRPG sebagai
boiler, kondensor dan di pipa-pipa yang berikut:
menghubungkan banyak peralatan. Tekanan 1. Air dari tangki sumber air sirkulasi pabrik di
jatuh yang besar pada boiler mengkibatkan saring melalui sand filter dan dipompakan
pompa membutuhkan tenaga yang lebih untuk ke raw water tank.
mempompa air ke boiler. Tekanan jatuh juga
2. Dari raw water tank, air diproses secara
mengakibatkan tekanan uap dari boiler ke
kimia yang dinamakan demineralisasi untuk
turbin menjadi lebih rendah sehingga kerja
mengurangi kandungan mineral seperti
turbin tidak maksimal.
kalsium, magnesium, kadar oksigen dan
konduktivitasnya agar mencegah terjadinya
korosi pada pipa-pipa boiler. Kemudian air
demin tersebut disimpan kedalam tangki
demin (demineralizer) untuk kemudian
digunakan sebagai air pengisi yang
dipompakan menuju vaccum condenser.
3. Pada vaccum condenser, air demin
bercampur dengan air hasil kondensasi uap
yang telah bersikulasi dipompakan menuju
economizer untuk pemanasan awal feed
water boiler dan kemudian di masukkan ke
Gambar 5. Siklus Rankine Aktual [2] dalam steam drum. Feed water kemudian di
pompa menggunakan boiler feed pump
Kerugian energi panas banyak terjadi pada (BFP) menuju generator boiler dan masuk
peralatan. Pada turbin karena proses ekspansi kembali ke dalam steam drum. Disini fluida
uap panas pada sudu-sudu dan rumah turbin kerja air telah berubah menjadi uap jenuh
banyak kehilangan panas. Kebocoran uap juga tapi belum layak untuk memutar sudu turbin
mengibatkan kerugian yang tidak dapat karena masih berupa uap jenuh yang
diremehkan, biasanya terjadi di dalam turbin. mengandung kadar air yang dapat mengikis
Karena sebab-sebab tersebut mengakibatkan sudu turbin. Oleh karena itu uap jenuh di
efisiensi menjadi turun. panaskan lagi melewati superheater boiler
agar menjadi uap kering yang bertekanan
tinggi yang disebut dengan steam. Steam di
D. Siklus Steam Flash WHRPG PT Semen teruskan ke turbin untuk menggerakkan
Padang turbin dan memutar generator sehingga akan
Siklus pada WHRPG pada prinsipnya menghasilkan listrik.
hampir sama dengan PLTU. Perbedaannya
hanya pada pemakaian bahan bakar untuk
memanaskan fluida kerja air pada boiler dan
pemakaian flasher. Dimana pada PLTU
menggunakan bahan bakar fosil batu bara untuk
memanaskan boiler. Sedangkan pada WHRPG
adalah penggunaan gas buang Kiln pada boiler
untuk memanaskan air dan mengubah air
tersebut menjadi uap yang sangat panas yang
digunakan untuk menggerakkan turbin dan
menghasilkan tenaga listrik dari kumparan
medan magnet di generator. Sistem Pengaturan Gambar 6. Aliran uap pada sistem WHRPG [3]
yang digunakan pada power plant ini
menggunakan sistem pengaturan Loop tertutup, 4. Steam yang digunakan untuk memutar
dimana air yang digunakan untuk beberapa turbin melalui beberapa buah sudu–sudu
proses merupakan putaran air yang sama, hanya sehingga mengalami penurunan tekanan dan
perlu ditambahkan jika memang level yang kecepatan dan turun kembali ke menuju
ada kurang. Bentuknya saja yang berubah, vacuum condenser. Pada vacuum condenser
pada level tertentu berwujud air, tetapi pada dialiri dengan air dingin yang berasal dari
level yang lain berwujud uap. Secara sederhana cooling tower sehigga terjadi proses
perpindahan panas dan uap tersebut
20 A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32

mengalami proses kondensasi pada akhirnya terbatas, mengurangi pertumbuhan entropi pada
berubah wujud kembali menjadi alat penukar kalor oleh fluida utama. Kisaran
condensate/air. temperatur pada proses pendidihan dari
campuran ammonia-water dalam proses Kalina
pada 100°C.
E. Siklus Kalina
Kalina cycle dapat pula dijelaskan dengan
Siklus Kalina merupakan penemuan oleh Dr.
menyatukan teknologi pada siklus Rankine dan
Alexander Kalina seorang ilmuwan dari Rusia,
juga teknologi AAR / ammonia absorption
Siklus Kalina merupakan pendekatan yang
refrigeration. Siklus Kalina memanfaatkan
benar-benar baru untuk meningkatkan efisiensi
ammonia-water mixture sebagai fluida kerjanya.
konversi. Keunggulan siklus Kalina berada
Maka setiap sistem didisain untuk
pada proses yang terjadi di dalamnya dengan
mengeksploitasi fluida kerja untuk memperoleh
temperatur yang bervariasi dan dapat
efisiensi yang lebih besar. Setiap disain
dicocokkan dengan temperatur jatuh pada
memiliki aplikasi sesuai pemakaiannya.
sumber panas dengan kapasitas kalor yang

Gambar 7. Siklus Kalina untuk Geothermal Low Temperature [4]

Pada KCS 11 memiliki dua buah rendah sehingga langsung masuk ke


Evaporator untuk menguapkan semua fluida Condenser. Untuk KCS 34 cocok digunakan
kerja menjadi uap karena energi sumbernya sebagai combined power production
besar sehingga cocok digunakan pada sedangkan KCS 34g digunakan untuk plant
temperatur geotermal 121°C-204°C, KCS 34 yang lebih kecil [4]. Temperatur pada sumber
merupakan modifikasi dari KCS 34g dengan panas WHRPG yang berasal dari preheater
efisiensi lebih besar (adanya recuperator) dan dan aftercooler pada pabrik semen mempunyai
digunakan pada temperatur lebih rendah range 200°C - 400°C. Maka sumber panas
sehingga penguapannya tidak sempurna dan tersebut di kategorikan sebagai medium to low
harus dipisahkan lagi dengan menggunakan temperature heat for electrical power
separator (uap kaya amoniak menuju turbin, generation. Aliran gas panas yang paling
sedangkan cairan miskin amoniak menuju HT cocok pada kategori tersebut adalah
Recuperator), sedangkan KCS 34g dibuat menggunakan proses siklus kalian.
dengan lebih sedikit heat exchanger, pada Siklus kalina dapat menggunakan emisi gas
KCS 34g tidak ada Recuperator sehingga panas dari proses produksi semen untuk
fluida kerja yang menuju Evaporator tidak menghasilkan energi listrik tanpa tambahan
mengalami pemanasan mula sehingga konsumsi bahan bakar, dan mengurangi biaya
efisiensinya lebih rendah, fluida kerja yang energi listrik pada produksi semen. Kalina
keluar dari Evaporator kemudian dipisahkan Cycle System (KCS) 1-2 diadopsi untuk
dengan Separator. Pertimbangan untuk KCS teknologi WHRPG pada pabrik semen. Tipikal
34g untuk pembangkit skala kecil dan fluida prosesnya dapat dilihat pada Gambar 7.
keluaran turbin dengan temperatur lebih
A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32 21

Dibandingkan dengan sistem Organic F. Properties Fluida Kerja Ammonia Water


Rankine Cycle dan Steam Rankine Cycle, Campuran ammonia-water memiliki sifat
Siklus kalina memiliki performa terbaik pada fisika dan kimia yang tidak sama dengan fluida
segi efisiensi eksergi nya. Pada kondisi yang murni pembentuknya yaitu air dan amoniak.
sama ORC memiliki efisiensi eksergi yang Jadi pencampuran keduanya akan
lebih rendah sehingga ORC tidak cocok menghasilkan fluida dengan sifat fisika dan
digunakan pada WHRPG pabrik semen karena kimia yang baru. Esensi dari kemampuan
temperatur emisi gas panas yang dibutuhkan ammonia-water mixture adalah untuk
harus diatas 340°C. Dengan temperatur mendidih dan mengembun pada temperatur
tersebut, siklus kalina memiliki 20% sampai yang bervariasi. Amoniak memiliki titik didih
40% lebih efisien dibanding siklus rankine. dan titik embun yang rendah jika dibandingkan
dengan air. Oleh karena itu, pencampuran
amoniak dan air akan menjadi lebih volatile
(mudah menguap). Maksudnya adalah ketika
ammonia-water dipanaskan maka amoniak
akan terlebih dulu mendidih maka akan terjadi
distilasi. Juga sebaliknya ketika ammonia-
water didinginkan maka air yang akan
mengembun terlebih dulu. Sifat unik inilah
yang ditunjukkan pada Gambar 8. Dengan
memahami diagram ini akan menjadi kunci
mengenal siklus Kalina.
Diagram tersebut memplot temperatur vs.
Gambar 8. Siklus Kalina untuk Kiln Pabrik Semen [5] konsentrasi ammonia-water pada 20.7 bar
(tekanan ini ialah tekanan terendah dari
Temperatur pada sumber panas WHRPG kisarannya 20.7 – 31 bar) Pada titik 1,214°C
yang berasal dari preheater dan aftercooler ialah titik jenuh air murni. Pada titik ini air
pada pabrik semen mempunyai range 200°C - akan mendidih atau uap mulai mengembun.
400°C. Maka sumber panas tersebut di Sama halnya juga pada titik 2,51°C ialah titik
kategorikan sebagai medium to low saturasi untuk amoniak. Kurva bagian bawah
temperature heat for electrical power diantara kedua titik tadi merupakan titik jenuh
generation. Aliran gas panas yang paling (saturate) cairan, atau titik didih konsentrasi
cocok pada kategori tersebut adalah berbeda pada ammonia-water. Disinilah letak
menggunakan proses siklus kalina. Siklus awalnya penguapan terjadi ketika dipanaskan
kalina dapat menggunakan emisi gas panas atau awal kondensasi/pengembunan terjadi
dari proses produksi semen untuk ketika didinginkan. Kurva bagian atas
menghasilkan energi listrik tanpa tambahan merupakan titik jenuh (saturated) uap, atau
konsumsi bahan bakar, dan mengurangi biaya titik embun (dew) penguapan komplit atau
energi listrik pada produksi semen. Kalina awal pengembunan terjadi.
Cycle System (KCS) 1-2 diadopsi untuk Ketika campuran ammonia-water menguap
teknologi WHRPG pada pabrik semen. atau mengembun, diagram fase tersebut akan
Tipikal prosesnya dapat dilihat pada Gambar menjelaskan prosesnya. Sebagai contoh pada
2.7. Dibandingkan dengan sistem Organic titik 3,84% cairan campuran ammonia-water,
Rankine Cycle dan Steam Rankine Cycle, yang merupakan campuran pada umumnya
Siklus kalina memiliki performa terbaik untuk siklus Kalina. Ketika sumber panas
pada segi efisiensi eksergi nya. Pada kondisi dimasukkan, maka temperatur campuran
yang sama ORC memiliki efisiensi eksergi tersebut mulai meningkat. Ketika mencapai
yang lebih rendah sehingga ORC tidak cocok temperatur 57 °C dititik 4, campuran mulai
digunakan pada WHRPG pabrik semen karena mendidih. Ingatlah yang pertama mulai
temperatur emisi gas panas yang dibutuhkan mendidih adalah amoniaknya. Setelah larutan
harus diatas 340°C. Dengan temperatur ini mulai mendidih, tapi sebelum mencapai
tersebut, siklus kalina memiliki 20% sampai fully vaporize, larutan tersebut sebenarnya
40% lebih efisien dibanding siklus rankine. memiliki dua komponen terpisah – yakni uap
dan cairan. Disebut dengan fase
campuran/mix-phase. Sebagai contoh, pada
22 A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32

temperatur 110 °C fase campuran, larutan G. Availability (Eksergi)


konsentrasi 84% pada titik 5. Persamaan kerja aktual dan kerja reversibel
Komponen uap ditunjukkan pada titik 6, sering diformulasikan dalam term fungsi
seperti yang telah dijelaskan fase campuran ini exergy untuk sebuah sistem terbuka dan sistem
memiliki 96% uap amoniak. Untuk komponen tertutup. Sampai saat ini adalah penting untuk
cairan pada titik 7 mengandung sedikit menentukan kerja potensial dari sebuah sistem
konsentrasi amoniak yakni 42%. Sumber panas pada state tertentu menuju state kesetimbangan
memiliki temperatur maksimal yakni 116°C. dengan lingkungan sementara sejumlah kalor
Proses penguapan ammonia-water akan yang dipindahkan merupakan satu-satunya
berhenti di sekitar titik 5, dengan mas adanya interaksi dengan lingkungan.
cairan didalam uap. Oleh karena inilah
digunakan separator (pemisah fase) untuk tipe
H. Dead state
Siklus Kalina KCS 34 dan 34g yang digunakan
pada geotermal temperatur rendah. Separator Ketika sistem dan lingkungan berada pada
ini untuk memastikan bahwa yang masuk kesetimbangan, tidak ada perubahan state pada
kedalam turbin adalah hanya uap saja pada sistem secara mendadak yang bisa terjadi, dan
titik 6. dengan demikian tidak ada kerja yang
dilakukan. Karena proses yang telah dijelaskan
Untuk penggunaan sumber panas yang
diatas memberikan kerja reversible maksimum
tinggi, proses penguapan berlanjut dari titik 5
atau kerja potensial yang berhubungan dengan
menuju kurva uap jenuh bagian atas pada
state sebuah sistem maka ketika sistem dan
temperatur 143 °C, titik 8. pada titik tersebut
lingkungannya telah mencapai kesetimbangan
menandakan bahwa seluruh ammonia-water
satu sama lain, sistem dikatakan pada kondisi
telah menguap, dan uap ini mengandung 84%
dead state. Khususnya, sebuah sistem pada dead
amoniak. Dan uap ini akan menjadi superheat
state secara termal dan mekanikal setimbang
atau uap kering jika sumber panas memang
dengan lingkungan pada T0 dan P0. Nilai
benar-benar tinggi temperaturnya, titik 9.
numerik (T0, P0) direkomendasikan untuk dead
proses penguapan telah dijelaskan dengan
state /kedudukan mati adalah yang berada pada
komplit dan pada proses pengembunan maka
atmosfer standar, 298.15 K dan 1.01325 bar
prosesnya ammonia- water tinggal dibalik saja
(1atm) Syarat tambahan dead state adalah
yakni didinginkan. Fluida ammonia-water
kecepatan dari fluida sistem tertutup atau arus
dapat disesuaikan untuk berbagai
fluida adalah nol dan energi gravitasi potensial
pemanfaatannya dengan merubah tekanannya
juga nol. Syarat ini akan dipenuhi dengan
atau dengan merubah campuran konsentrasi
merubah pengaturan beberapa ketinggian dari
amoniaknya. Fleksibilitas ini untuk merubah
bumi, seperti ketinggian air laut atau tanah
fluida kerja sebagai penyesuaian dari sumber
menjadi nol.
panas dan temperatur pendinginan adalah
kunci dari pemanfaatan siklus Kalina. Pembatasan temperatur, tekanan, kecepatan,
dan karakter ketinggian adalah sebuah
pembatasan dead state yang berhubungan
dengan kesetimbangan termomekanikal dengan
atmosfer. Dengan demikian pembatasan pada
pengertian keseimbangan kimia dengan
lingkungan tidak dipertimbangkan. Sehingga,
massa-kendali tidak diperbolehkan untuk
melewati atau bereaksi secara kimia dengan
lingkungan. Kerja potensial pada sistem relatif
terhadap dead state, yang akan menukar kalor
dengan lingkungan disebut dengan exergy-
termomekanikal pada state tersebut. Metode
yang digunakan untuk mengevaluasi exergy dan
pertukaran exergy untuk sistem tertutup dan
sistem steady-state terbuka, seperti halnya
proses perpindahan kalor adalah dengan
mengevaluasi perpindahan-exergy yang
Gambar 9. Diagram T-x Ammonia-Water mixture [4] berhubungan dengan interaksi kerja terhadap
lingkungan. Konsekuensinya, perpindahan-
exergy yang berhubungan dengan perpindahan
A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32 23

kerja nyata (tidak termasuk kerja terhadap Menurut standar konvensi penandaan, 𝑈,𝑖𝑛
lingkungan) sama dengan kerja-bermanfaat itu sama dengan 𝑈,𝑜𝑢𝑡. Oleh karena itu, output
sendiri. kerja-bermanfaat reversibel diberikan oleh
tanda negatif dari Persamaan (2) menjadi
I. Eksergi untuk Sistem Tertutup
Sistem siklus tertutup merupakan suatu 𝑊 = 𝐸0−𝑈+𝑃0(𝑉−𝑉0) −𝑇0(𝑆−𝑆0) (3)
sistim yang dimana massa konstan sedangkan
energi dapat keluar masuk batas sistim. Situasi Dimana output reversibel menyatakan output
umum untuk sistem tertutup ditunjukkan oleh maksimum. Catatan hasil ini hanya terbatas
Gambar 10 di bawah ini. pada dead state. Persamaan ini kemudian
mengukur exergy pada sistem tertutup. Exergy
pada sistem tertutup diberikan simbol dan dapat
dihitung dari hubungan berikut ini:

Φ = 𝐸−𝑈0+𝑃0(𝑉−𝑉0) −𝑇0(𝑆−𝑆0)
Φ = (𝐸−𝑃0𝑉−𝑇0𝑆) +(𝑈0−𝑃0𝑉0−𝑇0𝑆0) (4

Dimana E = U + KE + PE adalah total energi


Gambar 10. Sistem tertutup [6] pada sistem tertutup, maka eksergi spesifik
dapat di tuliskan sebagai berikut:
Dimana boundary / batasan diGambar mengitari
sistem tertutup dan wilayah perpindahan kalor. 𝜙 = Φ/m = 𝑒−𝑢0+𝑃0(𝑣−𝑣0) −𝑇0(𝑠−𝑠0) (5)
Perlu dicatat bahwa temperatur boundary Tb
dimana perpindahan kalor yang terjadi adalah Dimensi dan unit dari availability dan
seragam dan konstan. availability spesifik sama seperti energi dan
energi spesifik, secara berurutan. Dengan
𝑊 ̇ =E2−𝐸1+𝑃0 (𝑉2−𝑉1) −𝑇0 (𝑆2−𝑆1) (1) menggunakan persamaan [2.8] sebagai state
awal dan akhir 1 dan 2 pada sistem tertutup,
didapat:
Persamaan (1) memberikan penjelasan
hubungan dari exergy pada sistem tertutup.
Exergy dari sebuah sistem tertutup pada state 𝛥𝛷= (𝛥𝑈+𝑃0𝛥𝑉−𝑇0𝛥𝑆) =
yang ditentukan didefinisikan sebagai kerja 𝑚(𝛥𝑢+𝑃0𝛥𝑣−𝑇0(𝑠−𝑠0) (6)
output maksimum yang bermanfaat yang
mungkin diperoleh dari kombinasi sistem- Persamaan (6) akan digunakan pada
atmosfer seperti halnya sistem berjalan dari pengembangan keseimbangan availability.
state setimbang yang diberikan terhadap dead
state oleh sebuah proses dimana letak
perpindahan kalor terjadi hanya dengan J. Kaitan perpindahan availability
atmosfer. terhadap perpindahan kalor
Untuk sistem tertutup yang berjalan dari Perpindahan entropi yang dikaitkan dengan
state yang diberikan relatif terhadap dead state perpindahan kalor Qj melintasi batasan sistem
dalam sebuah proses dimana perpindahan kalor pada Tj diGambarkan dengan nilai Qj/Tj.
terjadi hanya dengan lingkungan, kerja perpindahan dari availability juga dikaitkan
bermanfaat reversibel diperoleh langsung dari dengan perpindahan kalor. Pada temperatur TR
Persamaan (1), maka hasilnya adalah maka:

𝑊 ̇ =𝐸0−𝑈+𝑃0 (𝑉0−𝑉) −𝑇0 (𝑆0−𝑆) (2) 𝑊𝑝𝑜𝑡 = 𝑄𝜂𝑐𝑎𝑟𝑛𝑜𝑡 = 𝑄 [1− ] (7)

Dimana E0, V0 dan S0 merupakan properties Dimana temperatur penampung adalah T0 pada
dari sistem tertutup pada dead state. lingkungan dan Wpot bernilai positif. Tetapi
kerja potensial pada energi relatif terhadap dead
state adalah availability-nya. Sehingga:
24 A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32

ΦQ,R = 𝑄 [1−To/TR] (8) 𝛷𝑄=∫ *1 − + (12)

Dengan Φ𝑄, 𝑅 sebagai simbol dari


perpindahan-availability berkaitan dengan Untuk perpindahan availability ΦQ pada basis
perpindahan kalor Q masuk atau keluar pada unit massa, dapat ditulis dengan:
sistem tertutup dengan temperatur TR konstan.
Persamaan untuk Q, R memilki intepretasi
sebagai berikut pada TS diagram. Pertama, 𝛷𝑄= ∫ *1 − + 𝑞 (13)
Persamaan (8) dapat dituliskan seperti:
Hal penting dari Persamaan (12) dan (13):
Φ𝑄,𝑅 = 𝑄 − 𝑇0 [Q/T0] = 𝑄−𝑇0Δ𝑆𝑅 (9) jika sistem temperatur TA lebih besar dari T0,
maka sistem mendapat availability ketika
Dimana ΔS merupakan perubahan entropi perpindahan kalor ke sistem, dan sebaliknya.
selama proses reversible pada sistem tertutup Bagaimanapun juga, jika temperatur sistem TA
pada temperatur konstan TR. Setiap variabel lebih kecil dari T0, kemudian kerugian
persamaan diatas diwakili oleh area kontak availability sistem ketika perpindahan kalor ke
pada Gambar 11 dan perpindahan kalor Q = TR. sistem dan menambah availability ketika
ΔSR perpindahan kalor keluar. Jadi aliran energi dan
aliran availability berlawanan arah,
Pada situasi umum dimana temperatur
ditunjukkanpada Gambar 12 di bawah ini.
sistem tertutup bervariasi selama proses
berlangsung, seperti perubahan temperatur
konstan yang ditunjukkan pada diagram T-S
Gambar 11.

Gambar 11. Plot T-S menunjukkan area dari perpindahan


availability [6]

Penambahan perpindahan kalor 𝛿Qj yang


dipindahkan dari sistem pada temperatur T j a
harus mempertimbangkan. Kerja reversible Gambar 12. Arah perpindahan kalor Q dan perpindahan
availability ΦQ [6]
untuk penambahan pada perpindahan kerja.
Sehingga persamaannya adalah:
K. Keseimbangan Availability untuk Massa
Kendali
𝛿𝑊𝑟𝑒𝑣= [1− ]𝛿𝑄𝑗= 𝛿𝑄𝑗 – (10) Persamaan [2.9] dikembangkan untuk
mencari nilai kerja-bermafaat Wu berkaitan
dengan sistem tertutup dimana perpindahan
𝛷𝑄=∫ *1 − + (11) kalor Qj melintasi permukaan kendali pada
temperatur uniform Tb hasilnya adalah:

Dimana ΦQ didefinisikan sebagai


( )
perpindahan-availability berkaitan dengan 𝑊̇ = −∑ 𝑄̇ *1 − +
perpindahan kalor Q ke atau dari sistem
tertutup yang uniform tetapi temperatur (14)
variabel Tj. Penekanan pada temperatur
batasan adalah uniform dimana perpindahan Untuk sistem tertutup stationery, energy
kalor terjadi, temperatur boundary dapat kinetik dan energi potensial tidak berubah, dan
diwakili oleh Tb, sehingga persamaannya E dapat digantikan dengan U. Untuk perubahan
menjadi: finite pada state pada kasus ini adalah:
A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32 25

𝑊̇ = −∫ *1 − + ̇ 𝑃 −𝑇 Peningkatan dalam prinsip entropi pada sistem


terisolasi menyatakan bahwa:
𝑇 (15)

Δ𝑆𝑖𝑠𝑜𝑙 = 𝜎𝑖𝑠𝑜𝑙 ≥0 (21)


Tapi term pertama bagian kanan
didefinisikan oleh Persamaan (15) sebagai ΦQ,
dan term kedua bagaian kanan didefinisikan Sama halnya, ketika Q dan W adalah nol
oleh Persamaan (16) sebagai ΔΦ dan yang pada sistem terisolasi, keseimbangan
terakhir didefinisikan sebagai irreversibility Icm availability oleh Persamaan (21) berkurang
didalam sistem tertutup. Maka persamaan menjadi :
tersebut menjadi:
ΔΦ𝑖𝑠𝑜𝑙 = − 𝐼𝑖𝑠𝑜𝑙 (22)
ΔΦ𝑐𝑚=Φ𝑄+𝑊𝑢−𝐼𝑐𝑚 (16)
Karena Iisol harus selalu bernilai positif pada
Disini Icm mengukur availability destruction/ proses aktualnya, nilai availability berubah
penghancuran ketersediaan didalam sistem untuk sistem terisolasi menjadi negatif. Maka
tertutup. Dengan kata lain, persamaan tersebut
menyatakan bahwa ΔΦ𝑖𝑠𝑜𝑙 ≤ 0 (23)

Ini adalah rumus untuk peningkatan pada


prinsip entropi sistem terisolasi.

L. Perhitungan umum analisis energi dan


Dengan demikian Persamaan (16) eksergi
menyatakan keseimbangan availability untuk
Kesetimbangan massa, energi dan eksergi
massa kendali melintasi perpindahan kalor dan
untuk setiap volume kendali pada keadaan
interaksi kerja. Semua irreversibility akan
tunak dengan mengabaikan perubahan energi
menghancurkan availability dan dapat
kinetik dan potensial dapat dinyatakan dengan:
dievaluasi langsung dari keseimbangan
availability dengan menuliskan Persamaan (17)
dengan format: Σ𝑚̇ = Σ𝑚̇ (24)

𝐼𝑐𝑚=𝑊𝑢−(Δ𝛷𝑐𝑚 −𝛥𝛷𝑄) (17) 𝑄̇ −𝑊̇ = Σ𝑚̇ ̇ −Σ 𝑚̇ ̇ (25)

Sebagai tambahan, persamaan diatas dapat


𝐸̇ −𝑊̇ = Σ𝐸̇ − Σ𝐸̇ +𝐸̇ 𝐸̇ (26)
ditulis sebagai interaksi kerja. Untuk proses
reversibel, dimana Icm = 0.
Dimana 𝑄̇ dan 𝑊̇ merupakan net heat input dan
𝑊𝑟𝑒𝑣, 𝑢= (Δ𝛷𝑐𝑚 −𝛥𝛷𝑄) (18) work output, 𝑚̇ adalah laju aliran massa dari
suatu fluida, h adalah entalpi, tanda in dan out
merupakan relasi dari masukan dan keluaran,
Subtitusi pada persamaan diatas untuk Wrev,u 𝐸𝐷 merupakan laju eksergi destruction/looses,
ke persamaan [2.19] akan menghasilkan: dan E heat adalah net eksergi yang dipindahkan
oleh panas pada temperatur T, yang diberikan
𝐼𝑐𝑚=𝑊𝑢−𝑊𝑟𝑒𝑣,𝑢 (19) oleh:

𝐼𝑄 = 𝛷𝑄, 𝑖𝑛−𝛥𝛷𝑄,𝑜𝑢𝑡 (20) 𝐸̇ ℎ𝑒𝑎𝑡=Σ (1− )𝑄̇ (27)

Perpindahan availability ini dikaitkan Dimana T adalah temperatur dimana


dengan perpindahan kalor pada boundary perpindahan panas dimulai. Laju eksergi
wilayah perpindahan-kalor semata-mata spesifik dan laju dari total eksergi diberikan.
menentukan irreversibility didalam wilayah.
26 A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32

e = h – ho – To (s – s0 ) (28)
𝑚̇1ℎ1 + 𝑚̇2ℎ2 – 𝑚̇3ℎ3 = 𝑚̇5ℎ5 – 𝑚̇4ℎ4
𝐸̇ = 𝑚̇ .𝑒
𝑚̇1 (ℎ1−ℎ3) + 𝑚̇2 (ℎ2−ℎ3) = 𝑚̇𝑐 (ℎ5−ℎ4)
Dimana subskrip nol merupakan batasan dead
state dan To adalah temperatur dead state.
Efisiensi dari eksergi dan energy secara umum
dapat dijabarkan dalam persamaan:

𝜂 =* +

𝜂 =* +

2. Metode
Gambar 14. skema kondenser [7]
Perhitungan Energi WHRPG PT Semen
Padang
Proses perhitungan energi melibatkan proses Kesetimbangan Energi pada Turbin
perhitungan energi masuk, perhitungan energi
keluar, perhitungan konsumsi energi, dan
perhitungan efisiensi sistem.

Kesetimbangan Energi pada Heat


Exchanger
Persamaan energi atau heat transmit adalah
𝑃 = 𝐸(𝑖) =∑ ( () ( ))
Gambar 15. skema turbin
∑ ( () 𝛷 ( )) (29)

𝑃𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛𝑒 = 𝜂𝑚 𝑚̇ (ℎ1−ℎ2)
𝑃𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 = 𝜂𝑚,𝑒 . 𝑃𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛𝑒
𝜂𝑚 = efisiensi mekanis turbin
𝜂𝑚, 𝑒 = efisiensi mekanikal elektrikal
𝜂𝑖 = efisiensi isentropic
ℎ2𝑠 = entalpi proses isentropic

Gambar 13. skema Evaporator [7]

Heat transmits: Qt = 𝑚1 ( h1 - h2 )
Heat absorbs: Qa = m2 ( h7 - h6 )

Kesetimbangan Energi pada Kondenser


𝑚̇ = 𝑚̇1 + 𝑚̇2, 𝑚̇4 = 𝑚̇5 = 𝑚̇𝑐
Qdeliver = Qabsorb Gambar 16. Proses ekspansi pada turbin uap [8]
A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32 27

Kesetimbangan Energi pada Pompa Total produced electric/mechanical power =


Pgenerator

Total own consumption = jumlah total energi


yang digunakan untuk menjalankan pompa =
Gambar 17. Skema pompa
total Ppump.

Perhitungan energi pada pompa selalu Total energi input = total heat absorbed pada
memperhatikan nilai efisiensi mekanikal dan Evaporator.
efisiensi isentropik.
Perhitungan Eksergi WHRPG PT Semen
𝑚̇1 = 𝑚̇2 = 𝑚̇ Padang
̇( ) Dalam analisa eksergi dari proses dan sistem
𝑃𝑝𝑢𝑚𝑝 =
termodinamika melibatkan perhitungan eksergi
yang diabsorb oleh sistem, eksergi yang
dideliver, serta besarnya kerugian (losses) pada
proses tersebut. Losses ini dapat disebabkan
oleh drainage dan degradation energi. Besarnya
jumlah losses dapat dihitung dengan
menggunakan efisiensi eksergi dari proses,
komponen, atau sistem.
Efisiensi eksergi dapat digunakan untuk
menganalisa dan mengoptimasi proses dan
sistem. Optimasi dapat dilakukan dengan
meningkatkan efisiensi eksergi melalui
pengurangan kerugian eksergi (eksergi losses).
Efisiensi eksergi juga dapat menunjukkan
Gambar 18. Proses penaikan tekanan cairan pada kualitas dari konversi energi pada sistem
pompa [9] pembangkit.
Untuk menghitung nilai eksergi, pertama
𝑆 𝑆 harus ditentukan dahulu referensi atau kondisi
lingkungan ketika perhitungan dilakukan.
Misalnya suhu dan tekanan lingkungan T0 dan
𝜂 =
P0.

𝜂 = efisiensi mekanikal elektrikal Kesetimbangan Eksergi pada Heat


𝜂𝑖 = efisiensi isentropik Exchanger
ℎ3𝑠 = entalpi proses isentropic Persamaan eksergi yang mengalir pada
sistem adalah :

Efisiensi Energi Sistem

Gross Thermal Efficiency =

Net Thermal Eff =

Gambar 19. Kesetimbangan Eksergi pada Heat


Exchanger [7]
28 A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32

𝐸 𝑥𝑝ℎ1−𝐸 𝑥𝑝ℎ2=(ℎ1−ℎ2) −𝑇0(𝑠1−𝑠2) 𝑚̇1 = 𝑚̇2 = 𝑚̇


𝑚̇𝑒1 + 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 𝑚̇𝑒2+𝐼𝑝
Eksergi absorb (ℎ1−𝑇0𝑠1) + (ℎ2−ℎ1) = (ℎ2−𝑇0𝑠2) +𝐼𝑝
𝐸 𝑥𝑎= (ℎ2−ℎ1) −𝑇0 (𝑠2−𝑠1) (ℎ1−ℎ2) +𝑇0(𝑠2−𝑠1) = (ℎ1−ℎ2) +𝐼𝑝
𝐼𝑝= 𝑚̇ 𝑇0 (𝑠2−𝑠1)
Eksergi deliver 𝐼𝑝= Exergy losses pump
𝐸 𝑥𝑑=(ℎ7−ℎ6) −𝑇0(𝑠7−𝑠6)
Untuk mengetahui besarnya efisiensi energi
Eksergi losses dan eksergi yang dihasilkan oleh siklus SFC
−𝐸 𝑥𝑎 𝑚1−𝐸 𝑥𝑑 𝑚5 pada WHRPG Indarung V PT Semen Padang
dan siklus kalina KCS 1-2 yang merupakan
𝑚1 (𝑒1−𝑒2) =𝑚2 (𝑒4−𝑒3) +𝐼𝑡 sebagai pembandingnya seberapa besar efisiensi
𝑚1 (ℎ1−ℎ2−𝑇0 (𝑠1−𝑠2)) =𝑚2 (ℎ4−ℎ3−𝑇0(𝑠4−𝑠3)) energi dan eksergi yang dihasilkan apabila
+𝐼ℎ fluida kerja menggunakan ammonia-water.
𝐼ℎ= Exergy losses heat exchanger Dimana dalam penelitian ini dapat digolongkan
sebagai studi kasus deskriptif dengan
mengumpulkan data-data yang belum
Kesetimbangan Eksergi pada Turbin teranalisis dan belum memiliki kesimpulan
ilmiah.
Data pada siklus ini menggunakan data
lapangan pada WHRPG Indarung V PT Semen
Padang sebagai acuan data siklus Steam Flash
dan siklus Kalina. Dimana Siklus steam flash
terdapat data temperatur, tekanan, dan laju
aliran masa pada AQC Boiler, SP Boiler,
Kondensor, dsb. Data Tersebut di gunakan juga
pada siklus kalina namun dengan fluida sistem
Gambar 20. Kesetimbangan Eksergi pada Turbin [7] yang berbeda.

𝑚̇1=𝑚̇2=𝑚̇
𝑚̇ (𝑒1−𝑒2) =𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙+𝐼𝑡
𝑚̇ (ℎ1−ℎ2−𝑇0(𝑠1−𝑠2)) =𝑚̇ (ℎ1−ℎ2) +𝐼𝑡
(ℎ1−ℎ2) −𝑇0(𝑠1−𝑠2) =(ℎ1−ℎ2) + ̇
𝐼𝑡= 𝑚̇ 𝑇0(𝑠2−𝑠1)
𝐼𝑡= Exergy losses turbine

Nilai efisiensi eksergi dari turbin dapat


dihitung dengan rumus

𝜂 ( )=

Gambar 22. Siklus Kalina WHRPG


Kesetimbangan Eksergi pada Pompa
Untuk menyelesaikan perhitungan dan
analisis data, penulis menggunakan rumus-
rumus yang mengacu pada landasan teori, yaitu
siklus Steam Flasher Cycle dengan fluida kerja
air dan siklus Kalina Cycle dengan fluida kerja
ammonia-water.

Gambar 21. Kesetimbangan Eksergi pada Pompa [7]


A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32 29

3. Analisa dan Pembahasan di Indarung V PT Semen Padang. Dimana


didapat Temperatur lingkungan pada area
Analisa hasil Perhitungan eksergi siklus
WHRPG Indarung V adalah sebesar 30°C pada
flash uap & siklus kalina WHRPG PT Semen
tekanan 101,33 kPa pada atmosfer standar.
Padang.
Tabel 1 dapat dilihat Laju Energi dan Eksegi
Pada pengolahan data penelitian, data Spesifik yang dihitung pada tiap state siklus
lingkungan yang di pakai adalah data SFC.
temperatur dan tekanan udara pada lingkungan

Tabel 1. Laju Eksergi & Eksergi spesifik tiap state siklus Steam Flasher WHRPG

Tabel 2. Laju Eksergi & Eksergi spesifik gas buang WHRPG siklus Steam Flash

Tabel 3. Exergy Looses, Exergy Efficiency, & Irreversibility komponen SFC WHRPG Indarung

Pada Tabel 1 didapat besar laju eksergi pada nilai entalpi dan entropi lingkungan WHRPG
tiap state dimana eksergi tersebut merupakan Indarung V yang menjadi referensi pengolahan
hasil pengurangan energi suatu sistem dengan data penelitian ini. Jika suatu sistem memiliki
30 A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32

suhu temperatur yang tinggi, maka terdapat menggunakan komponen tambahan yaitu
selisih yang besar antara sistem dengan flasher yang banyak digunakan untuk
lingkungan. Begitu juga sebaliknya, semakin pembangkit listrik panas bumi (PLTP). Secara
rendah temperatur, maka semakin kecil juga teoritis pada fluida dengan fase homogen yang
selisih antara sistem dengan lingkungan. masuk ke dalam flasher tank, maka terjadi
Sehingga semakin tinggi temperatur, maka nilai proses yang bersifat isenthalpic (enthalpy
enthalpy dan entropy nya juga semakin tinggi. konstan) dan sering juga disebut sebagai
Eksergi yang masuk tiap komponen tidak sama adiabatic flash. Pada saat uap air basah yang
dengan eksergi yang keluar pada tiap komponen berada di fase saturasinya dan berada pada
nya.Hal ini dikarenakan adanya eksergi yang temperatur serta tekanan tertentu, akan
dimusnahkan (ireversibilitas). Semakin besar mengalami penurunan temperatur secara instan
nilai ireversibilitas maka efisiensi eksergi suatu apabila ia secara tiba-tiba dikeluarkan ke area
komponen semakin rendah. Pada Tabel 3 dapat bertekanan rendah. Akibat dari penurunan
kita lihat besar nilai ireversibilitas tiap temperatur ini, terjadi pelepasan energi panas
komponen SFC WHRPG PT Semen Padang. oleh kondensat membentuk uap air yang biasa
disebut flash steam. Sebagian lagi mengalami
Pada siklus Steam Flash mempunyai
kondensasi dan membentuk kondensat.
perbedaan dengan siklus uap pada pembangkit
listrik tenaga uap (PLTU), dimana SFC

Tabel 4. Laju Eksergi & Eksergi spesifik tiap state siklus Kalina WHRPG

Tabel 5. Laju Eksergi & Eksergi spesifik tiap state siklus Kalina WHRPG

Dari Tabel 1 dapat kita lihat, bahwa untuk menghitung eksergi tiap komponen WHRPG.
menghitung eksergi diperlukan data Pada Tabel 1 menunjukan laju eksergi dari
termodinamika terkait dengan laju aliran massa, tiap state. Dimana temperatur dan tekana pada
entalpi aliran, dan entropi aliran. Nilai enthalpi uap dapat dilihat nilai enthalpi dan entropi dari
didapat dari Tabel steam properties, dan juga Tabel properties uap. Sehingga dapat dihitung
dengan memakai software Computer Aided nilai laju Eksergi tiap state nya. Untuk laju
Thermodynamics Table (CATT). Data sifat eksergi dari gas buang dapat dilihat pada
termodinamika ini merupakan data awal untuk
A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32 31

Tabel 2 pada siklus steam flash dan Tabel 5 steam flash, yang mana pada Tabel 6 nilai
untuk siklus kalina. eksergi yang musnah terjadi paling tinggi pada
Besar eksergi yang musnah pada masing- komponen turbin. Hal ini disebabkan karena
masing komponen diperoleh dari selisih antara pengaruh gesekan fluida ammonia-water
eksergi dari fluida yang masuk dan eksergi dari terhadap sudu turbin tinggi. Total eksergi yang
fluida yang keluar pada suatu komponen. musnah dari seluruh komponen siklus steam
Sehingga akan diperoleh data eksergi yang flash adalah 19,96 MW. Namun jika
musnah pada komponen WHRPG. Eksergi dibandingkan dengan siklus kalina, total
yang musnah pada siklus steam flash paling eksergi yang musnah lebih rendah
besar terjadi pada komponen SP Boiler yakni dibandingkan dengan siklus steam flash yakni
sebesar 7,85 MW. Sedangkan pada siklus sebesar 18,1 MW.

Tabel 6. Laju Eksergi & Eksergi spesifik tiap state siklus Kalina WHRP

eksergi siklus steam flash WHRPG paling


tinggi terjadi pada komponen Flasher yakni
80,27%. Pada komponen AQC Boiler saat
memakai fluida air, efisiensi eksergi AQC
Boiler adalah sebesar 47,96%. Ketika memakai
fluida ammonia-water naik menjadi 94,30%.
Pada grafik 4.1 dan 4.2 juga mengGambarkan
semakin tinggi eksergi loses komponen
WHRPG maka akan semakin rendah efisiensi
eksergi komponen WHRPG.
Daya turbin yang dihasilkan pada
Gambar 23. Grafik Efisiensi Eksergi & Eksergi loses siklus steam flash adalah sebesar 7,38 MW
siklus Steam Flash komponen WHRPG dengan daya generator sebesar 7,01 MW.
Dengan menggunakan fluida ammonia-water,
daya turbin dapat ditingkatkan menjadi 8,9
MW dan daya generator menjadi 8,46 MW,
seperti pada Tabel 7.

Tabel 7. Daya turbin dan daya generator

Diagram sankey untuk siklus steam flash


Gambar 24. Grafik Efisiensi Eksergi & Eksergi loses
dapat dilihat pada Gambar 25. Gambar
siklus kalina komponen WHRPG tersebut menjelaskan aliran laju eksergi pada
siklus WHRPG. Total Laju eksergi dari gas
panas menuju AQC dan SP boiler sebesar
Dari grafik Gambar 23 menunjukan
15,15 MW. Karena adanya eksergi yang
eksergi loses dan eksergi efisiensi siklus steam
musnah pada komponen AQC dan SP Boiler,
flash pada tiap komponen WHRPG. Efisiensi
32 A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32

laju eksergi pada keluaran dari AQC dan SP 2. Sedangkan dengan memakai fluida
Boiler menjadi 11,78 MW. Pada inlet turbin ammonia-water siklus kalina, didapat total
terjadi ekspansi isentropik dari total eksergi kerugian eksergi sistem kalina adalah
sebesar 12 MW. Eksergi yang musnah sebesar 18,11 MW dengan kerja output
sebesar5,72 MW mengakibatkan daya turbin pada turbin sebesar 8,9 MW.
yang dihasilkan menjadi sebesar 7,3 MW.
Gambar 26 menjelaskan aliran laju eksergi
pada siklus kalina. Karena sifat properties Referensi
fluida kerja ammonia-water menyebabkan [1] Priyadarshini, S Nivethidha. D. B.
terjadinya peningkatan laju eksergi pada output Sivakumar. 2014. Waste Heat Recovery
AQC dan SP Boiler dibanding fluida air. Laju in Cement Plant. Department of
eksergi pada inlet turbin menjadi 11,78 MW. mechanical Engineering ANNA
Fluida ammonia-water pada kondisi University Trichy. India L. Talleen.
superheated, mengalami ekspansi pada turbin (1996, Apr.). The Intranet Architecture.
dan menghasilkan daya turbin sebesar 8,9 MW. Amdahl Corp., CA. [Online]. Available:
http://amdahl.com/ infra/
[2] Cengel Y.A., and Boles M.A.,
Thermodynamics an Engineering
Approach 7th ed 2011; UK.
[3] Ino T. Kawasaki Plant Systems, Waste
Heat Recovery Power Generation
(WHRPG) for Cement Plants, Cement
International Review, cilt. 8, 2010 s.36-
45.
[4] A. Mlcak, Henry (2002)., “Kalina Cycle
Concepts for Low Temperatur
Geothermal”. Journal of Geothermal
Resources Council Transaction vol. 26.
Gambar 25. Diagram Sankey Eksergi siklus Steam Flash halaman 712, 708
WHRPG [5] MIROLLI, M. D., „The Kalina Cycle for
Cement Kiln Waste Heat Recovery
Power Plants,‟ IEEE Cement Industry
Technical Conference Record (2005),
pp. 330 - 336.
[6] Ismawati Ayu Setya., Analisis Eksergi
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Siklus Binner dengan Regenerative
Organic Rankine Cycle (RORC), Tugas
Akhir 2012; Universitas Indonesia.
[7] Evangelos A Bellos. 2013. Energetic
and Exergetic Of Waste Heat Recovery
Systems in The Cement Industry.
National Technical University of Athens
Gambar 26. Diagram Sankey Eksergi siklus kalina [8] Self, S.J. Reddy, B.V. and Rosen, M.A.
WHRPG
2015. Energy and Exergy Analyses of
Geothermal Power Plants with and
4. Simpulan without Re-Injection.
Dari hasil pembahasan dapat ditarik beberapa [9] Nurdin, budi. 2015.” Perhitungan
kesimpulan sebagai berikut: Efisiensi Siklus Operasi Pada Sistem
1. Dengan Memakai fluida air dengan siklus Waste Heat Recovery Power Generator
Steam Flash pada Waste Heat Recovery ( HRPG)”. Politeknik Bandung.
Power Generation (WHRPG), jumlah Özgener O, TÜTÜNCÜ G.
kerugian eksergi sistem SFC adalah sebesar Thermodynamics Analysis for Waste
19,9 MW dengan kerja output pada turbin Heat Recovery System in a Cement
sebesar 7.3 MW. Industries, Cilt. 18, 2016, s.221.

Anda mungkin juga menyukai