Jurnal Teknik Mesin Institut Teknologi Padang
Jurnal Teknik Mesin Institut Teknologi Padang
Exergy Study of Steam Flash Cycle & Kalina Cycle at Waste Heat Recovery
Power Generation Operation System
doi.10.21063/JTM.2020.v10.i1.16-32
Correspondence should be addressed to drarfidianrachman@gmail.com
Copyright © 2020 A. Rachman. This is an open access article distributed under the CC BY-NC-SA 4.0.
Submitted : Waste Heat from cement kiln factories has begun developed to power
generation in the world. Waste Heat Recovery Power Generation (WHRPG)
March 6, 2020
is the one of power generation with use hot gas from cement kiln to increase
Accepted : water temperature in After Quenching Cooler (AQC) & Preheater (SP)
Boiler, and change water into superheated steam stage. Superheated Steam
April 5, 2020
will delivery in to turbine and drive the generator. The quality of hot gasses
Published : will affect the turbine work and power generator. The temperature of hot
gasses frequently at below 340°C. It will cause turbine not work in optimally
April 30, 2020 condition. This research done for study using ammonia – water on kalina
cycle at WHRPG to resolve the problem in WHRPG. From this study found
that value of total exergy destruction at Steam Flash Cycle is 19,97 MW with
power generator 7,011 MW. While at kalina cycle, total exergy destruction
the kalina cycle is 18,33 MW with power generator at 8,459 MW.
mengurangi biaya produksi semen. Sehingga A. Siklus Tenaga Uap (Steam Rankine Cycle)
harga semen lebih kompetitif. Sistem pembangkit daya tenaga uap
Siklus energi pada WHRPG PT Semen merupakan salah satu mesin kalor dengan
Padang merupakan siklus uap flasher atau lebih sistem pembakaran luar. Pembakaran dilakukan
dikenal Steam Flash Cycle. Steam Flash Cycle di luar mesin untuk menghasilkan energi panas
merupakan pilihan yang paling efisien terhadap yang kemudian ditransfer ke uap. Energi input
WHRPG yang yang memiliki temperatur tersebut kemudian sebagian diubah menjadi
Temperatur emisi gas panas dari pre heater dan kerja oleh turbin dan sebagian lagi dilepas ke
great cooler ini mempunyai temperatur rata– lingkungan yang memiliki temperatur yang
rata 340°C-360°C. Temperatur ini lebih rendah lebih rendah. Secara skematik mesin kalor
apabila dibandingkan dengan temperatur kerja dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
pembangkit tenaga uap yang menggunakan
bahan bakar fosil. Dan sekarang ini temperatur
yang di hasilkan dari pre heater dan cooler tidak
stabil, seringkali di bawah 340°C tergantung
dari feeding di kiln. Semua ini akan
menyebabkan massa jenis uap yang di hasilkan
akan lebih rendah. Hali ini terjadi karena
tekanan jenuh pada temperature 200-300°C
jauh dibanding tekanan kritis air. Sehingga akan
berdampak pada rendahnya efisiensi peralatan
pembangkit. Disamping itu juga rendah nya
temperatur emisi gas panas akan menyebabkan
tidak tercapainya energi untuk mengubah fluida
Gambar 1. Siklus Mesin Kalor [1]
kerja air menjadi fasa uap superheated, ini akan
menyebabkan erosi pada sudu turbin. Untuk
menghindari masalah temperatur rendah pada Siklus Rankine adalah siklus termodinamika
emisi gas panas , aplikasi fluida kerja air diganti yang mengubah energi panas menjadi kerja /
dengan fluida kerja lain. Yaitu siklus fluida energi gerak. Panas disuplai secara eksternal
kerja organic yang di sebut Organic Rankine pada aliran tertutup, yang biasanya
Cycle (ORC) dan siklus fluida kerja air yang menggunakan air sebagai fluida yang bergerak.
dicampur dengan ammonia di sebut Kalina Dikembangkan oleh William John Macquorn
Cycle (KC). Rankine pada abad ke-19. Siklus ini
Organic Rankine Cycle (ORC) merupakan menghasilkan 90% dari seluruh energi listrik
siklus kerja yang mirip dengan Steam Flash yang dihasilkan di seluruh dunia.
Cycle. Fluida kerja pada ORC menggunakan
fluida kerja organic seperti silicon oil, propane,
haloalkana (Freon), isopentane, iso-butane, p-
xylene, dan toluene yang mempunyai boiling
point yang lebih rendah serta tekanan uap yang
tinggi dibanding fluida kerja air. Hal ini dapat
membuat WHRPG beroperasi pada temperature
rendah bahkan hingga 60°C.
Kalina Cycle atau siklus kalina merupakan
siklus energi yang memanfaatkan sifat
termodinamika dari amonia dan air atau dapat
juga disebut dengan Ammonia – Water.
Amonia (NH3) mempunyai sifat termodinamika
yang dapat digunakan sebagai fluida kerja Gambar 2. Siklus Rankine [2]
dalam sistem pembangkit. Amonia memiliki
titik didih yang rendah sehingga akan mudah
menguap pada temperatur rendah. Sistem siklus Rankine terdiri atas empat
komponen, yaitu:
1. Pompa
2. Boiler
3. Turbin
18 A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32
tekanan jatuh pada banyak peralatan seperti proses pembangkitan listrik WHRPG sebagai
boiler, kondensor dan di pipa-pipa yang berikut:
menghubungkan banyak peralatan. Tekanan 1. Air dari tangki sumber air sirkulasi pabrik di
jatuh yang besar pada boiler mengkibatkan saring melalui sand filter dan dipompakan
pompa membutuhkan tenaga yang lebih untuk ke raw water tank.
mempompa air ke boiler. Tekanan jatuh juga
2. Dari raw water tank, air diproses secara
mengakibatkan tekanan uap dari boiler ke
kimia yang dinamakan demineralisasi untuk
turbin menjadi lebih rendah sehingga kerja
mengurangi kandungan mineral seperti
turbin tidak maksimal.
kalsium, magnesium, kadar oksigen dan
konduktivitasnya agar mencegah terjadinya
korosi pada pipa-pipa boiler. Kemudian air
demin tersebut disimpan kedalam tangki
demin (demineralizer) untuk kemudian
digunakan sebagai air pengisi yang
dipompakan menuju vaccum condenser.
3. Pada vaccum condenser, air demin
bercampur dengan air hasil kondensasi uap
yang telah bersikulasi dipompakan menuju
economizer untuk pemanasan awal feed
water boiler dan kemudian di masukkan ke
Gambar 5. Siklus Rankine Aktual [2] dalam steam drum. Feed water kemudian di
pompa menggunakan boiler feed pump
Kerugian energi panas banyak terjadi pada (BFP) menuju generator boiler dan masuk
peralatan. Pada turbin karena proses ekspansi kembali ke dalam steam drum. Disini fluida
uap panas pada sudu-sudu dan rumah turbin kerja air telah berubah menjadi uap jenuh
banyak kehilangan panas. Kebocoran uap juga tapi belum layak untuk memutar sudu turbin
mengibatkan kerugian yang tidak dapat karena masih berupa uap jenuh yang
diremehkan, biasanya terjadi di dalam turbin. mengandung kadar air yang dapat mengikis
Karena sebab-sebab tersebut mengakibatkan sudu turbin. Oleh karena itu uap jenuh di
efisiensi menjadi turun. panaskan lagi melewati superheater boiler
agar menjadi uap kering yang bertekanan
tinggi yang disebut dengan steam. Steam di
D. Siklus Steam Flash WHRPG PT Semen teruskan ke turbin untuk menggerakkan
Padang turbin dan memutar generator sehingga akan
Siklus pada WHRPG pada prinsipnya menghasilkan listrik.
hampir sama dengan PLTU. Perbedaannya
hanya pada pemakaian bahan bakar untuk
memanaskan fluida kerja air pada boiler dan
pemakaian flasher. Dimana pada PLTU
menggunakan bahan bakar fosil batu bara untuk
memanaskan boiler. Sedangkan pada WHRPG
adalah penggunaan gas buang Kiln pada boiler
untuk memanaskan air dan mengubah air
tersebut menjadi uap yang sangat panas yang
digunakan untuk menggerakkan turbin dan
menghasilkan tenaga listrik dari kumparan
medan magnet di generator. Sistem Pengaturan Gambar 6. Aliran uap pada sistem WHRPG [3]
yang digunakan pada power plant ini
menggunakan sistem pengaturan Loop tertutup, 4. Steam yang digunakan untuk memutar
dimana air yang digunakan untuk beberapa turbin melalui beberapa buah sudu–sudu
proses merupakan putaran air yang sama, hanya sehingga mengalami penurunan tekanan dan
perlu ditambahkan jika memang level yang kecepatan dan turun kembali ke menuju
ada kurang. Bentuknya saja yang berubah, vacuum condenser. Pada vacuum condenser
pada level tertentu berwujud air, tetapi pada dialiri dengan air dingin yang berasal dari
level yang lain berwujud uap. Secara sederhana cooling tower sehigga terjadi proses
perpindahan panas dan uap tersebut
20 A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32
mengalami proses kondensasi pada akhirnya terbatas, mengurangi pertumbuhan entropi pada
berubah wujud kembali menjadi alat penukar kalor oleh fluida utama. Kisaran
condensate/air. temperatur pada proses pendidihan dari
campuran ammonia-water dalam proses Kalina
pada 100°C.
E. Siklus Kalina
Kalina cycle dapat pula dijelaskan dengan
Siklus Kalina merupakan penemuan oleh Dr.
menyatukan teknologi pada siklus Rankine dan
Alexander Kalina seorang ilmuwan dari Rusia,
juga teknologi AAR / ammonia absorption
Siklus Kalina merupakan pendekatan yang
refrigeration. Siklus Kalina memanfaatkan
benar-benar baru untuk meningkatkan efisiensi
ammonia-water mixture sebagai fluida kerjanya.
konversi. Keunggulan siklus Kalina berada
Maka setiap sistem didisain untuk
pada proses yang terjadi di dalamnya dengan
mengeksploitasi fluida kerja untuk memperoleh
temperatur yang bervariasi dan dapat
efisiensi yang lebih besar. Setiap disain
dicocokkan dengan temperatur jatuh pada
memiliki aplikasi sesuai pemakaiannya.
sumber panas dengan kapasitas kalor yang
kerja nyata (tidak termasuk kerja terhadap Menurut standar konvensi penandaan, 𝑈,𝑖𝑛
lingkungan) sama dengan kerja-bermanfaat itu sama dengan 𝑈,𝑜𝑢𝑡. Oleh karena itu, output
sendiri. kerja-bermanfaat reversibel diberikan oleh
tanda negatif dari Persamaan (2) menjadi
I. Eksergi untuk Sistem Tertutup
Sistem siklus tertutup merupakan suatu 𝑊 = 𝐸0−𝑈+𝑃0(𝑉−𝑉0) −𝑇0(𝑆−𝑆0) (3)
sistim yang dimana massa konstan sedangkan
energi dapat keluar masuk batas sistim. Situasi Dimana output reversibel menyatakan output
umum untuk sistem tertutup ditunjukkan oleh maksimum. Catatan hasil ini hanya terbatas
Gambar 10 di bawah ini. pada dead state. Persamaan ini kemudian
mengukur exergy pada sistem tertutup. Exergy
pada sistem tertutup diberikan simbol dan dapat
dihitung dari hubungan berikut ini:
Φ = 𝐸−𝑈0+𝑃0(𝑉−𝑉0) −𝑇0(𝑆−𝑆0)
Φ = (𝐸−𝑃0𝑉−𝑇0𝑆) +(𝑈0−𝑃0𝑉0−𝑇0𝑆0) (4
Dimana E0, V0 dan S0 merupakan properties Dimana temperatur penampung adalah T0 pada
dari sistem tertutup pada dead state. lingkungan dan Wpot bernilai positif. Tetapi
kerja potensial pada energi relatif terhadap dead
state adalah availability-nya. Sehingga:
24 A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32
e = h – ho – To (s – s0 ) (28)
𝑚̇1ℎ1 + 𝑚̇2ℎ2 – 𝑚̇3ℎ3 = 𝑚̇5ℎ5 – 𝑚̇4ℎ4
𝐸̇ = 𝑚̇ .𝑒
𝑚̇1 (ℎ1−ℎ3) + 𝑚̇2 (ℎ2−ℎ3) = 𝑚̇𝑐 (ℎ5−ℎ4)
Dimana subskrip nol merupakan batasan dead
state dan To adalah temperatur dead state.
Efisiensi dari eksergi dan energy secara umum
dapat dijabarkan dalam persamaan:
𝜂 =* +
𝜂 =* +
2. Metode
Gambar 14. skema kondenser [7]
Perhitungan Energi WHRPG PT Semen
Padang
Proses perhitungan energi melibatkan proses Kesetimbangan Energi pada Turbin
perhitungan energi masuk, perhitungan energi
keluar, perhitungan konsumsi energi, dan
perhitungan efisiensi sistem.
𝑃𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛𝑒 = 𝜂𝑚 𝑚̇ (ℎ1−ℎ2)
𝑃𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 = 𝜂𝑚,𝑒 . 𝑃𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛𝑒
𝜂𝑚 = efisiensi mekanis turbin
𝜂𝑚, 𝑒 = efisiensi mekanikal elektrikal
𝜂𝑖 = efisiensi isentropic
ℎ2𝑠 = entalpi proses isentropic
Heat transmits: Qt = 𝑚1 ( h1 - h2 )
Heat absorbs: Qa = m2 ( h7 - h6 )
Perhitungan energi pada pompa selalu Total energi input = total heat absorbed pada
memperhatikan nilai efisiensi mekanikal dan Evaporator.
efisiensi isentropik.
Perhitungan Eksergi WHRPG PT Semen
𝑚̇1 = 𝑚̇2 = 𝑚̇ Padang
̇( ) Dalam analisa eksergi dari proses dan sistem
𝑃𝑝𝑢𝑚𝑝 =
termodinamika melibatkan perhitungan eksergi
yang diabsorb oleh sistem, eksergi yang
dideliver, serta besarnya kerugian (losses) pada
proses tersebut. Losses ini dapat disebabkan
oleh drainage dan degradation energi. Besarnya
jumlah losses dapat dihitung dengan
menggunakan efisiensi eksergi dari proses,
komponen, atau sistem.
Efisiensi eksergi dapat digunakan untuk
menganalisa dan mengoptimasi proses dan
sistem. Optimasi dapat dilakukan dengan
meningkatkan efisiensi eksergi melalui
pengurangan kerugian eksergi (eksergi losses).
Efisiensi eksergi juga dapat menunjukkan
Gambar 18. Proses penaikan tekanan cairan pada kualitas dari konversi energi pada sistem
pompa [9] pembangkit.
Untuk menghitung nilai eksergi, pertama
𝑆 𝑆 harus ditentukan dahulu referensi atau kondisi
lingkungan ketika perhitungan dilakukan.
Misalnya suhu dan tekanan lingkungan T0 dan
𝜂 =
P0.
𝑚̇1=𝑚̇2=𝑚̇
𝑚̇ (𝑒1−𝑒2) =𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙+𝐼𝑡
𝑚̇ (ℎ1−ℎ2−𝑇0(𝑠1−𝑠2)) =𝑚̇ (ℎ1−ℎ2) +𝐼𝑡
(ℎ1−ℎ2) −𝑇0(𝑠1−𝑠2) =(ℎ1−ℎ2) + ̇
𝐼𝑡= 𝑚̇ 𝑇0(𝑠2−𝑠1)
𝐼𝑡= Exergy losses turbine
𝜂 ( )=
Tabel 1. Laju Eksergi & Eksergi spesifik tiap state siklus Steam Flasher WHRPG
Tabel 2. Laju Eksergi & Eksergi spesifik gas buang WHRPG siklus Steam Flash
Tabel 3. Exergy Looses, Exergy Efficiency, & Irreversibility komponen SFC WHRPG Indarung
Pada Tabel 1 didapat besar laju eksergi pada nilai entalpi dan entropi lingkungan WHRPG
tiap state dimana eksergi tersebut merupakan Indarung V yang menjadi referensi pengolahan
hasil pengurangan energi suatu sistem dengan data penelitian ini. Jika suatu sistem memiliki
30 A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32
suhu temperatur yang tinggi, maka terdapat menggunakan komponen tambahan yaitu
selisih yang besar antara sistem dengan flasher yang banyak digunakan untuk
lingkungan. Begitu juga sebaliknya, semakin pembangkit listrik panas bumi (PLTP). Secara
rendah temperatur, maka semakin kecil juga teoritis pada fluida dengan fase homogen yang
selisih antara sistem dengan lingkungan. masuk ke dalam flasher tank, maka terjadi
Sehingga semakin tinggi temperatur, maka nilai proses yang bersifat isenthalpic (enthalpy
enthalpy dan entropy nya juga semakin tinggi. konstan) dan sering juga disebut sebagai
Eksergi yang masuk tiap komponen tidak sama adiabatic flash. Pada saat uap air basah yang
dengan eksergi yang keluar pada tiap komponen berada di fase saturasinya dan berada pada
nya.Hal ini dikarenakan adanya eksergi yang temperatur serta tekanan tertentu, akan
dimusnahkan (ireversibilitas). Semakin besar mengalami penurunan temperatur secara instan
nilai ireversibilitas maka efisiensi eksergi suatu apabila ia secara tiba-tiba dikeluarkan ke area
komponen semakin rendah. Pada Tabel 3 dapat bertekanan rendah. Akibat dari penurunan
kita lihat besar nilai ireversibilitas tiap temperatur ini, terjadi pelepasan energi panas
komponen SFC WHRPG PT Semen Padang. oleh kondensat membentuk uap air yang biasa
disebut flash steam. Sebagian lagi mengalami
Pada siklus Steam Flash mempunyai
kondensasi dan membentuk kondensat.
perbedaan dengan siklus uap pada pembangkit
listrik tenaga uap (PLTU), dimana SFC
Tabel 4. Laju Eksergi & Eksergi spesifik tiap state siklus Kalina WHRPG
Tabel 5. Laju Eksergi & Eksergi spesifik tiap state siklus Kalina WHRPG
Dari Tabel 1 dapat kita lihat, bahwa untuk menghitung eksergi tiap komponen WHRPG.
menghitung eksergi diperlukan data Pada Tabel 1 menunjukan laju eksergi dari
termodinamika terkait dengan laju aliran massa, tiap state. Dimana temperatur dan tekana pada
entalpi aliran, dan entropi aliran. Nilai enthalpi uap dapat dilihat nilai enthalpi dan entropi dari
didapat dari Tabel steam properties, dan juga Tabel properties uap. Sehingga dapat dihitung
dengan memakai software Computer Aided nilai laju Eksergi tiap state nya. Untuk laju
Thermodynamics Table (CATT). Data sifat eksergi dari gas buang dapat dilihat pada
termodinamika ini merupakan data awal untuk
A. Rachman et. al. / JTM – ITP 10 (1) (2020) 16-32 31
Tabel 2 pada siklus steam flash dan Tabel 5 steam flash, yang mana pada Tabel 6 nilai
untuk siklus kalina. eksergi yang musnah terjadi paling tinggi pada
Besar eksergi yang musnah pada masing- komponen turbin. Hal ini disebabkan karena
masing komponen diperoleh dari selisih antara pengaruh gesekan fluida ammonia-water
eksergi dari fluida yang masuk dan eksergi dari terhadap sudu turbin tinggi. Total eksergi yang
fluida yang keluar pada suatu komponen. musnah dari seluruh komponen siklus steam
Sehingga akan diperoleh data eksergi yang flash adalah 19,96 MW. Namun jika
musnah pada komponen WHRPG. Eksergi dibandingkan dengan siklus kalina, total
yang musnah pada siklus steam flash paling eksergi yang musnah lebih rendah
besar terjadi pada komponen SP Boiler yakni dibandingkan dengan siklus steam flash yakni
sebesar 7,85 MW. Sedangkan pada siklus sebesar 18,1 MW.
Tabel 6. Laju Eksergi & Eksergi spesifik tiap state siklus Kalina WHRP
laju eksergi pada keluaran dari AQC dan SP 2. Sedangkan dengan memakai fluida
Boiler menjadi 11,78 MW. Pada inlet turbin ammonia-water siklus kalina, didapat total
terjadi ekspansi isentropik dari total eksergi kerugian eksergi sistem kalina adalah
sebesar 12 MW. Eksergi yang musnah sebesar 18,11 MW dengan kerja output
sebesar5,72 MW mengakibatkan daya turbin pada turbin sebesar 8,9 MW.
yang dihasilkan menjadi sebesar 7,3 MW.
Gambar 26 menjelaskan aliran laju eksergi
pada siklus kalina. Karena sifat properties Referensi
fluida kerja ammonia-water menyebabkan [1] Priyadarshini, S Nivethidha. D. B.
terjadinya peningkatan laju eksergi pada output Sivakumar. 2014. Waste Heat Recovery
AQC dan SP Boiler dibanding fluida air. Laju in Cement Plant. Department of
eksergi pada inlet turbin menjadi 11,78 MW. mechanical Engineering ANNA
Fluida ammonia-water pada kondisi University Trichy. India L. Talleen.
superheated, mengalami ekspansi pada turbin (1996, Apr.). The Intranet Architecture.
dan menghasilkan daya turbin sebesar 8,9 MW. Amdahl Corp., CA. [Online]. Available:
http://amdahl.com/ infra/
[2] Cengel Y.A., and Boles M.A.,
Thermodynamics an Engineering
Approach 7th ed 2011; UK.
[3] Ino T. Kawasaki Plant Systems, Waste
Heat Recovery Power Generation
(WHRPG) for Cement Plants, Cement
International Review, cilt. 8, 2010 s.36-
45.
[4] A. Mlcak, Henry (2002)., “Kalina Cycle
Concepts for Low Temperatur
Geothermal”. Journal of Geothermal
Resources Council Transaction vol. 26.
Gambar 25. Diagram Sankey Eksergi siklus Steam Flash halaman 712, 708
WHRPG [5] MIROLLI, M. D., „The Kalina Cycle for
Cement Kiln Waste Heat Recovery
Power Plants,‟ IEEE Cement Industry
Technical Conference Record (2005),
pp. 330 - 336.
[6] Ismawati Ayu Setya., Analisis Eksergi
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Siklus Binner dengan Regenerative
Organic Rankine Cycle (RORC), Tugas
Akhir 2012; Universitas Indonesia.
[7] Evangelos A Bellos. 2013. Energetic
and Exergetic Of Waste Heat Recovery
Systems in The Cement Industry.
National Technical University of Athens
Gambar 26. Diagram Sankey Eksergi siklus kalina [8] Self, S.J. Reddy, B.V. and Rosen, M.A.
WHRPG
2015. Energy and Exergy Analyses of
Geothermal Power Plants with and
4. Simpulan without Re-Injection.
Dari hasil pembahasan dapat ditarik beberapa [9] Nurdin, budi. 2015.” Perhitungan
kesimpulan sebagai berikut: Efisiensi Siklus Operasi Pada Sistem
1. Dengan Memakai fluida air dengan siklus Waste Heat Recovery Power Generator
Steam Flash pada Waste Heat Recovery ( HRPG)”. Politeknik Bandung.
Power Generation (WHRPG), jumlah Özgener O, TÜTÜNCÜ G.
kerugian eksergi sistem SFC adalah sebesar Thermodynamics Analysis for Waste
19,9 MW dengan kerja output pada turbin Heat Recovery System in a Cement
sebesar 7.3 MW. Industries, Cilt. 18, 2016, s.221.