Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TUBERKULOSIS PARU

DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS

DI RSUD LOEKMONO HADI KUDUS

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

Indang Sri Wighati

NIM. P1337420418083

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BLORA

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu unsur dasar yang sangat penting
bagi manusia untuk bertahan hidup dan melakukan aktivitas. Untuk
mengetahui tingkat kesehatan manusia dapat di lihat dari berbagai aspek,
salah satunya yaitu aspek kinerja pernapasan. Organ yang paling utama
dalam pernapasan adalah paru-paru. Fungsi yang paling penting dalam
paru-paru adalah pertukaran gas atau respirasi yaitu masuknya oksigen ke
dalam tubuh atau yang di sebut inspirasi dan keluarnya karbondioksida
dari paru-paru atau yang di sebut ekspirasi. Begitu pentingnya bagian
tubuh ini dalam pernapasan, menjaganya agar tetap dalam kondisi baik dan
sehat akan membuatnya selalu berfungsi sesuai seharusnya. (Mu’ah, 2016)
Di lihat dari kondisi saat ini, polusi udara sangat meningkat karena
berbagai macam hal seperti asap kendaraan bermotor, asap pabrik maupun
asap rokok yang membuat udara menjadi tidak baik untuk di hirup.
Padahal kebutuhan oksigensasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
sangat penting untuk kelangsungan metabolisme tubuh mempertahankan
hidup dan aktivitas berbagai organ/sel.
Salah satu masalah yang muncul pada pemenuhan kebutuhan
oksigen yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas. Contohnya yaitu
masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas yang terdapat pada pasien
Tuberkulosis Paru (TB Paru). Karena adanya penumpukan sekret
menyebabkan sumbatan jalan napas sehingga bersihan jalan napas menjadi
tidak efektif.
Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC
(CI 8,8 juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000
penduduk. Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India,
Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan.
Badan kesehatan dunia mendefinisikan negara dengan beban
tinggi/high burden countries (HBC) untuk TBC berdasarkan 3 indikator
yaitu TBC, TBC/HIV, dan MDR-TBC. Terdapat 48 negara yang masuk
dalam daftar tersebut. Satu negara dapat masuk dalam salah satu daftar
tersebut, atau keduanya, bahkan bisa masuk dalam ketiganya. Indonesia
bersama 13 negara lain, masuk dalam daftar HBC untuk ke 3 indikator
tersebut. Artinya Indonesia memiliki permasalahan besar dalam
menghadapi penyakit TBC.
TB merupakan satu dari 10 penyebab kematian dan penyebab utama
agen infeksius. Di tahun 2017, TB menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian
(rentang, 1,2-1,4 juta) di antara orang dengan HIV negatif dan terdapat
sekitar 300.000 kematian karena TB (rentang, 266.000-335.000) di antara
orang dengan HIV positif. Diperkirakan terdapat 10 juta kasus TB baru
(rentang, 9-11 juta) setara dengan 133 kasus (rentang, 120-148) per
100.000 penduduk.
Untuk mengurangi angka kematian kasus TB Paru maka
pemenuhan kebutuhan oksigenasi harus tercukupi karena tubuh
membutuhkan oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup. Oksigen
harus adekuat di terima dari lingkungan ke dalam paru-paru, pembuluh
darah dan jaringan. Oksigen juga berperan penting dalam proses
metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang
bermakna bagi tubuh, salah satunya adalah kematian (Potter & Perry).
Sehingga pemenuhan kebutuhan oksigenasi sangat penting pada
penderita TB Paru agar penderita dapat mempertahankan hidup dan organ/
sel dapat berfungsi sesuai yang seharusnya.
Ada berbagai macam diagnosa keperawatan yang muncul pada
gangguan oksigenasi, namun penulis akan berfokus pada salah satu
diagnosa keperawatan yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas. Pada
asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa Tuberkulosis Paru yang
memunculkan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas
di sebabkan oleh penumpukan secret pada jalan napas.
Untuk mengatasi masalah tersebut dapat di lakukan intervensi
keperawatan dengan membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan
berbagai cara. Salah satu Tindakan mandiri yang dapat di lakukan perawat
kepada pasien untuk mengeluarkan sekret yaitu dengan teknik batuk
efektif dan pemberian terapi oksigen. (Anggraeni,2018).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membuat Karya
Tulis Ilmiah dengan judul : “Asuhan Keperawatan Pada Tuberkulosis Paru
Dengan Fokus Studi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas di Ruang
Mawar RSUD Dr. Loekmono Hadi Kudus”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Tuberkulosis Paru
dengan Fokus Studi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas di RSUD
Loekmono Hadi Kudus?

C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Menggambarkan Asuhan Keperawatan Pada Klien Tuberkulosis
Paru dengan Fokus Studi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas di
RSUD Loekmono Hadi Kudus.
Tujuan Khusus :
a) Menuliskan hasil pengkajian pada klien TB Paru dengan fokus
studi ketidakefektifan bersihan jalan napas.
b) Menuliskan perumusan masalah keperawatan yang di temukan
pada klien TB Paru dengan fokus studi ketidakefektifan bersihan
jalan napas.
c) Menuliskan perumusan tujuan dan rencana tindakan pada klien TB
Paru dengan fokus studi ketidakefektifan bersihan jalan napas.
d) Menuliskan pemberian tindakan keperawatan pada klien TB Paru
dengan fokus studi ketidakefektifan bersihan jalan napas.
e) Menuliskan evaluasi keperawatan pada pada klien TB Paru dengan
fokus studi ketidakefektifan bersihan jalan napas.
f) Membahas hasil pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi dari Tindakan yang di lakukan untuk
mengatasi diagnosis klien TB Paru dengan masalah
ketidakefektifan bersihan jalan napas.
D. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis
Hasil penulisan KTI ini di harapkan dapat memberikan sumbangan
untuk meningkatkan pengetahuan dan praktik terutama dalam
pemberian Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi : Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Napas akibat Tuberkulosis Paru.
2) Manfaat Praktis
a) Bagi Perawat
Perawat lebih mengetahui bagaimana mengatasi masalah klien
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi :
ketidakefektifan bersihan jalan napas akibat Tuberkulosis Paru.
b) Bagi Rumah Sakit
Di harapkan rumah sakit dapat meningkatkan mutu pelayanan dan
dapat menerapkan dokumentasi asuhan keperawatan, khususnya
pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi :
ketidakefektifan bersihan jalan napas akibat Tuberkulosis Paru.
c) Bagi Institusi Pendidikan
1) Menambah ilmu pengetahuan di bidang Pendidikan dalam
meningkatkan kualitas Pendidikan yang akan datang.
2) Di gunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan
pengetahuan mahasiswa dalam menetapkan asuhan
keperawatan pada penderita Tuberkulosis Paru dengan masalah
ketidakefektifan bersihan jalan napas.
d) Bagi klien
1) Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit Tuberkulosis Paru
sehingga keluarga dan pasien dapat mengenal tanda dan gejala
penderita Tuberkulosis Paru.
2) Klien mengetahui cara menanggulangi masalah
ketidakefektifan bersihan jalan napas yang di sebabkan oleh
Tuberkulosis Paru.

Anda mungkin juga menyukai