Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN ANTARA

DED Pengendalian Banjir Sungai Bancaran Kabupaten Bangkalan

BAB V
KONSEP PENGENDALIAN BANJIR

5.1. KRITERIA DESAIN BANGUNAN PENGENDALI BANJIR


Dalam mendesain Bangunan Pengendali Banjir, terdapat beberapa kriteria desain yang harus
dipertimbangkan dan dipenuhi.
5.1.1. Kriteria Desain Debit Banjir Desain
Penentuan besarnya Debit Banjir Desain tergantung pada ketersediaan data dan kebutuhan analisa.
Jika hanya membutuhkan puncak banjir dapat dilakukan dengan analisa frekuensi tetapi jika
membutuhkan penelusuran banjir maka harus dilakukan analisis hidrograf.
1. Metode berdasarkan Ketersediaan Data

Metode berdasarkan ketersediaan data dilakukan seperti berikut :


a. Data adebit banjir maksimum tahunan sesaat yang tersedia >20 tahun dan memenuhi
syarat untuk analisa frekuensi (stationer, homogeny, independensi dan keacakan),
perhitungan besarya debit banjir desain dapat langsung dilakukan dengan distribusi
frekuensi Gumbel, Log Pearson Tipe III, atau Log Normal 2 maupun Pearson III, baik
dengan cara grafis maupun cara analitis.
b. Data debit banjir maksimum tahunan sesaat yang tersedia <20 tahun dan >10 tahun,
perhitungan debit banjir desain dapat menggunakan metode analisis regional yang
merpakan hasil analisa menggunakan gabungan data dari berbagai daerah aliran sungai
(DAS).
c. Apabila besarnya debit banjir diperkirakan dari data hujan dan data karakteristik DAS,
maka besarnya debit banjir desain dapat dilakukan dengan metode empiris, metode
rasional atau metode analisis regresi.
d. Jika ada data hidrograf banjir dan data hujan durasi pendek pada saat yang sama
dengan hidrograf banjir, maka dapat digunakan metode hubungan hujan limpasan
dengan unit hidrograf. Kedua jenis data jumahnya cukup memadai dapat digunakan unit
hidrograf pengamatan, jika tidak perlu digunakan unit hidrograf sintetis dengan parameter
hasil kalibrasi dari hidrograf pengamatan.

PT. JASAPATRIA GUNATAMA


5-1
ENGINEERING CONSULTANT
LAPORAN ANTARA
DED Pengendalian Banjir Sungai Bancaran Kabupaten Bangkalan

2. Metode berdasarkan kebutuhan analisa


Data yang diperlukan adalah data puncak banjir, dan besaran debit banjir rencana dapat
dihitung dengan;
a. Analisa frekuensi debit banjir maksimum sesaat degan data >20 tahun
b. Metode rasional (luas <0,65 Km2)
c. Analisis regresi
Cara lain untuk menentukan besaran rencana, adalah dengan data dari hidrograf banjir
tersebut kemudian analisa hubungan antara curah hujan dan besaran banjir yaitu dengan
a. Unit hidrograf pengamatan
b. Unit hidrograf pengamatan dan sintetis
c. Unit hidroraf sintetis (Rasional, SCS, Snyder)
3. Vierifikasi
Dengan motode apapun yang digunakan dan dengan minimnya data yang diperoleh
sebaiknya tetap dilakukan verifikasi. Informasi lapangan dapat diperoleh dari penduduk di
tempat kejadian yang sudah tinggal cukup lama di daerah tersebut (biasanya orang yang
sudah tua) atau dari instansi pemerintah baik kelurahan, kecamatan maupun dinas terkait.
Informasi yang dapat digunakan antara lain :
a. Kejadian banjir yang pernah terjadi yang ditinjanu dari :
 Kekerapan terjadinya banjir missal setiap hujan, setiap tahun, setiap sepuluh tahun
dan seterusnya.
 Lamanya genangan, apakah cepat surut atau membutuhkan waktu lebih lama
missal satu hari, tiga hari malah satu minggu.
 Tinggi genangan, informasi ini dapat juga diperoleh dari bekasnya banjir yang dapat
berupa garis di rumah penduduk yang menunjukan frekuensi tinggi (tahunan), atau
banyaknya sampah-sampah yang tersangkut di pepohonan sehabis banjir.
 Luas genangan dapat ditunjukan dari tinggi genangan yang kemudian dapat di
plotkan di peta. Dari peta kasar ini dapat dibuat sketsa peta banjir yang pernah
terjadi (periode ulang tertentu) dan banhan tahunannya.
b. Hujan yang menyebabkan banjir dapat diperoleh dari data hujan durasi pendek di daerah
studi kalua tidak ada dapat mencari informasi
 Jenis hujan rintik-rintik atau intensitas tinggi (deras waktu pendek)
 Lamanya hujan
 Hujan merata atau setempat

PT. JASAPATRIA GUNATAMA


5-2
ENGINEERING CONSULTANT
LAPORAN ANTARA
DED Pengendalian Banjir Sungai Bancaran Kabupaten Bangkalan

c. Kalau memungkinkan mempunyai data pengukuran penampang melintang seungai di


tempat terjadinya banir.
Menggunakan data diatas dapat dilakukan verifikasi estimasi debit banjir pada saat kejadian atau
banjir desain dengan cara memperkirakan volume banjir dari informasi yang diperoleh dari sketsa
peta banjir, tinggi dan lamanya dan mencocokkan dengan hasil analisa apakah terpaut jauh atau
mendekati. Selain itu dapat juga dilakukan debit banjir hasil analisa dilewatkan di penampang
melintang sungai di lokasi terjadi banjir apakah melimpas sesuai dengan informasi lapangan.
Sedangkan informasi hujan dapat digunakan untuk melihat jenis hidrograf apakah berpuncak relative
datar dan waktu dasar panjang untuk hujan rintik-rintik atau berpuncak lebih lancip dan waktu dasar
pendek untuk hujan dengan intensitas tinggi.
Metode perhitungan besarnya debit banjir esan tersebut diuraikan dan dijelaskan terperinci dalam
STANDAR SK SNI M-18-1989-F, METODE PERHITUNGAN DEBIT BANJIR. Sedang penentuan
besar periode ulang pada debit banjir desain ditentukan dengan table berikut.
Tabel 5. 1. Periode ulang minimum banjir rencana pengendalian banjir
Tipe proyek (untuk proyek pengendali banjir sungai) dan Fase Fase
Sistem Saluran
Populasi Total *2) (untuk sistem drainase) Awal *1) Akhir 1)
Sungai Proyek Darurat *3) 5 10
Proyek Baru *4) 10 25
Proyek Peningkatan *5)
 Untuk luar kota/kota dengan jumlah penduduk <2.000.000 25 50
 Untuk Perkotaan dengan jumlah penduduk > 2.000.000
25 100
Sistem Drainase Utama  Luar kota 2 5
(CA <500 ha)  Kota dengan jumlah penduduk < 500.000 5 10
 Kota dengan jumlah penduduk antara 500.000 - 2.000.000 5 15
 Kota dengan jumlah penduduk > 2.000.000
10 25
Sistem Drainase Sekunder  Luar kota 1 2
(CA < 500 ha)  Kota dengan jumlah penduduk < 500.000 2 5
 Kota dengan jumlah penduduk antara 500.000-2.000.000 2 5
 Kota dengan jumlah penduduk > 2.000.000
5 10
Sistem Drainase Tersier  Luar kota dan perkotaan 1 2
(CA <10 ha)
Sumber : CIDA, 1993
Keterangan :
1) Standar banjir rencana tertinggi akan digunakan jika analisa ekonomi menunjukkan standar tersebut diperlukan sekali atau jika
banjir mengakibatkan resiko tinggi dalam kehidupan manusia.
2) P = jumlah penduduk ibukota
3) Proyek Darurat dilaksanakan tanpa studi kelayakan teknis dan ekonomis pendahuluan pada tempat-tempat dimana genangan
sangat luas dan masalah banjir menimbulkan resiko besar terhadap nyawa manusia.
4) Proyek Baru, meliputi proyek-proyek pengendalian banjir pada tempat dimana sebelumnya tidak pernah ada proyek
pengendalian banjir atau dimana proyek darurat sudah dilaksanakan.
5) Proyek Peningkatan, meliputi proyek-proyek rehabilitasi serta perbaikan dari proyek-proyek yang sudah ada. Kebanyakan
Proyek Pengembangan Wilayah Sungai dianggap sebagai peningkatan.

PT. JASAPATRIA GUNATAMA


5-3
ENGINEERING CONSULTANT
LAPORAN ANTARA
DED Pengendalian Banjir Sungai Bancaran Kabupaten Bangkalan

Factor-faktor tersebut diatas harus dinyatakan / dikonversi dalam nilai ekonomi. Detail komponen
untuk menghitung kerugian banjir bias dilihat pada buku : Kriteria Desain Bangunan Pengendali
Banjir, Pusat Litbang Sumber Daya Air 2002.
5.1.2. Kriteria Desain Hidraulik
Desain hidraulik bangunan menggunakan rumus hidrolika, metode dan model hidraulik serta atau
model matematik. Sifat-sifat aliran pada saluran terbuka umumnya ditentukan berdasarkan
persamaan Manning, atau persamaan Chezy
Simulasi aliran dapat dilakukan dengan menggunakan model matematik, antara lain HEC-2, Hec-
RAS, FLUVIA, DUFLOW, DWOPER, MIKE 11, ISIS dan D-1 atau dengan model hidraulik serta
SWMM untuk simulasi hujan local. Aliran yang melalui bangunan harus ditenukan dengan
menggunakan rumus dengan bantuan model matematik atau dengan bantuan model hidraulik fisik.
Rums-rumus hidrolika dan contoh-contoh pemakaiannya, diuraikan secara rinci dalam literature-
literatur sebagai berikut :

 Opne Channel Hydraulics, Vent e Chow, Mc. Graw-Hill, New York 1959.
 Design of Small Dams, USBR, Third Edition, 1987 .
 Hydraulic Structures by Smith, C.D., Ed., 1992. Dll.
5.1.3. Krtieria Desain Geoteknik
Kriteria geoteknik merupakan bagian yang penting pada desain bangunan pengendali banjir. Banyak
kasus keruntuhan dan kerusakan bangunan seperti kelongsoran lereng, rembesan, likuifaksi, dan
hambatan pelaksanaan bangunan yang berkaitan dengan kuran diperhatikannya kriteria-kriteria
geoteknik.
Kriteria tersebut meliputi kestabilan lereng tanggul, dan penurunan mercu tanggul, rembesan,
tekanan keatas, erosi buluh, kelongsoran dan erosi yang besar yang akan mengganggu kestabilan
bangunan.
5.1.4. Kriteris Desain Struktur
Standar dan peraturan untuk desain dan pelaksanaan bangunan harus mengacu pada :

 Beban rencana yang dipakai harus mengacu pada : kriteria perencanaan bangunan irigasi –
KP-06, 1986 dan Peraturan Muatan Indonesia.
 Perhitungan stabilitas bangunan harus mempertimbangkan kekuatan tanah fondasi,
kestabilan terhadap gaya geser, kestabilan terhadap gaya guing dan gaya tekan keatas
(uplift). Factor keamanan yang cukup besar harus dipenuhi.
 Spesifikasi bahan dan tegangan ijin harus mengacu pada standard an peraturan yang
berlaku, antara lain : Peraturan Beton Indonesia – NI-2-PBBI, 1971 ; Standar Spesifikais

PT. JASAPATRIA GUNATAMA


5-4
ENGINEERING CONSULTANT
LAPORAN ANTARA
DED Pengendalian Banjir Sungai Bancaran Kabupaten Bangkalan

Bahan Indonesia A-SNI-05-2919-1991; Standar Spesifikasi Bahan Indonesia B&CSKSNI-S-


05-1989-F.

5.2. PARADIGMA BARU PERENCANAAN TEKNIK PERSUNGAIAN


5.2.1. Sungai dan Ekosistem
Seorang perencana teknik persungaian, apabila akan melakukan perencanaan terhadap sungai
tertentu, sebelum melakukan kegiatan perencanaan, perlu mengetahui terlebih dahulu keterkaitan
bangunan persungaian tersebut dengan fungsi sungai yang ada secara alamiah. Jangan sampai
hasil perencanaan yang dilakukan, nantinya menghasilkan suatu system bangunan yang akan
merusak fungsi secara keseluruhan.
Sungai adalah alur atau akan wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan air mulai dari hulu
baik yang da mata air maupun tidak ada mata air sampai muara di laur (dengan dibatasi kanan kiri di
sepanjang pengalirannya oleh garis sepadan). Sungai merupakan suatu system jaringan alur yang
didalamnya berupa jaringan “pengaliran iar dan ekosistem” yang terbentuk mulai dari hulu dana tau
mata air sampai muara. Ekosistem sungai tersebut terbentuk dan berkembang mengikuti dinamika
fluktuasi debit dan kandungan debit sungai .(termasuk bahan polusi). Debit sub=ngai dan
kandungan didalamnya merupakan cerminan dari kondisi daerah aliran sungai, dan mrupakan
parameter utama dalam pembentukan alur sungai dan ekosistem yang terbentuk di sungai.
Keterkaitan fungsi air sungai dalam beberapa kondisi terhadap sungai dan lingkunganny, dapat
digambarkan sebagai berikut :
a. Fungsi air sungai pada saat banjir besar

 Memelihara habitat alur


 Membentuk relief topografi dataran banjir
 Memfasilitasi biota air sampai dataran banjir dan berkembang baik
 Menjadikan dataran banjir menjadi lebih subur
 Kolmatase/reklamasi
b. Fungsi air sungai pada saat banjir sedang
 Memfasilitasi kehidupan burung
 Penyebaran bibit tanaman secara alamiah
 Pemijahan biota air (ikan, katak, dll)
 Bantaran sungai sebagai tempat mencari makanan biota air
 Bantaran sebagai sumber bahan kayu/rumput

PT. JASAPATRIA GUNATAMA


5-5
ENGINEERING CONSULTANT
LAPORAN ANTARA
DED Pengendalian Banjir Sungai Bancaran Kabupaten Bangkalan

c. Fungsi sungai pada kondisi debit dominan


 Memelihara dan membentuk alur utama
 Pemijahan biota air melalui tebing-tebing sungai
 Pemindahan biota air dari satu tempat ke tempat yang lain
 Mempertahankan kehidupan hayati di bantaran sungai
 Mempertahankan elevasi air tanah dan kehidupan dalam tanah
d. Fungsi sungai pada saat kondisi air rencah/kecil
 Mempertahankan kehidupan biota air kecil
 Mempertahankan elevasi air tanah dan kehidupan dalam tanah
 Mempertahankan kehidupan burung dan satwa lain
 Sebagai sumber air utama
Dengan uraian seperti tersebut di atas, menggambarkan bahwa seorang perencana dana tau
pengambil keputusan terhadap pembangunan persungaian, perlu mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
a. Setiap rekayasa yang merubah system sungai, mempunyai
potensi berpengaruh negative terhadap lingkungan sungai ( riverine environment)
b. Setiap rekayasa yang bersifat memaksa akan
menyebabkan ketidakstabilan, disarankan karena akan berakibat untuk terhadap kehidupan
flora dan fauna sungai, dan memerlukan biaya yang sangat mahal.
Faktor lain yang dipakai sebagai dasar dalam perencanaan teknik persungaian, adalah
pertimbangan teknis ekonomi.
5.2.2. Dasar Perencanaan Ramah Lingkungan
Pertimbangan dasar dalam melakukan perencanaan teknik persugaian yang ramah lingkungan.
a. Alur sungai aluvial memiliki 9 derajat kebebasan, yaitu :
1. Lebar rata-rata setinggi tebing sungai (b)
2. Kedalaman (d)
3. Kedalaman maksimum (dm)
4. Tinggi dan (s) panjang gelombang bentuk dasar sungai
5. Kemiringan dasar sungai (s)
6. Kecepatan (v)
7. Sinuositas (p)

PT. JASAPATRIA GUNATAMA


5-6
ENGINEERING CONSULTANT
LAPORAN ANTARA
DED Pengendalian Banjir Sungai Bancaran Kabupaten Bangkalan

8. Panjang meander (λ)


Variable dari parameter tersebut dapat berubah dengan gerusan dan pengendapan.
b. Jika ruas sungai mencapai regime, variable tersebut menjadi variable yang berdiri sendiri
(“dependent variable”)
c. Ruas sungai dalam kondisi regime, artinya untuk waktu yan relative lama dimensi alur tidak
berubah. Tidak ada gerusan dan pengendapan, beban sedimen yang mengendap sama
dengan yang terangkut
d. Variable yang menentukan dimensi regime sungai adalah : debit air (Q), beban sedimen
(Qs), ukuran butir dasar dan tebing sungai (D), kemiringan lembah (Sϕ) dan tumbuh-
tumbuhan di sekitar tebing sunga. Ke 5 variabel ini adalah variable yang berdiri sendiri
e. Setiap perubahan aliran dan dimensi karena rekayasa akan merubah keseimbangan
(regime), karena akan memicu terjadinya gerusan dan pengendapan menuju ke regime yang
baru
f. Gerusan terjadi jika tegangan geser atau gaya dorong butir yang terjadi lebih besar dari
tegangan geser ijin
g. Gerusan akan terus terjadi sampai kapasitas angkut sedimen tercapai ketika debit mengecil,
sedimen mulai dilepas dan mengendap di suatu tempat di hilir.
h. Sungai aluvial tidak pernah mempunyai bentuk geometri yang permanen, karena tampang
lintang dan kemiringan dasar sungainya selalu dapat berubah
i. Setiap perencana yang akan merekayasa system sungai dengan merubah hubungan
keseimbangan alam dengan melakukan upaya seperti membuat saluran pengelak,
bendungan atau perbaikan alur, sering tidan mendapatkan hasil seperti yang diharapkan, dan
selanjutnya tidak dapat diteruskan, karena akan memerlukan koreksi yag terus menerus atau
melakukan upaya pemaksaan pada tahap penolakan dari rantai reaksi arus sungai yang
sedang menuju pada kondisi keseimbangan awalnya
j. Perbaikan sungai sering mengubah keseimbangan dari sistem sungai semula. Setiap
perencana teknik persungaian harus selalu berusaha untuk memperbaiki sehingga sungai
selalu mempunyai kecenderungan untuk menuju keseimbangan. Prakiraan pengaruh dari
sungai sangat kompleks, karena banyaknya parameter yang saling berhubungan satu sama
lain.

5.3. RENCANA PENANGANAN DAN UPAYA PENGENDALIAN BANJIR PADA SISTEM


SUNGAI BANCARAN
5.3.1. Sungai Bancaran
Dengan gambaran kondisi Sungai Bancaran dan permasalahan utama banjir Sungai Bancaran,
maka upaya pengendalian banjir yang ada perlu dilakukan adalah dengan :

PT. JASAPATRIA GUNATAMA


5-7
ENGINEERING CONSULTANT
LAPORAN ANTARA
DED Pengendalian Banjir Sungai Bancaran Kabupaten Bangkalan

1. Meningkatkan kapasitas Sungai Bancaran untuk dapat memfasilitas debit banjir (Q15, Q25)
dengan mempertinggi sistem tanggul yang ada.
2. Mengatur sistem tetumbuhan di bantaran S. Bancaran sesuai dengan kaidah pemanfaatan
lahan di bantaran sungai yang mempunyai potensi terjadinya bencana banjir.
3. Mereview sistem drainase pada Avoer 18,20 dan 24, termasuk bangunan klep otomatis yang
ada, antara lain dengan :
- Menghitung Debit Banjir Rencana (Qr) Sungai, pada titik-titik simpul tempat masuknya
saluran drainase, kemudian dicek tinggi muka air (TMA) pada titik simpul tersebut.
- Menghitung Debit Banjir Rencana (Qr) sistem drainase dengan memperhatikan Luasan
Daerah Pematusan dari setiap titik simpul tempat masuknya saluran drainase tersebut,
kemudian dihitung kapasitas saluran drainasenya.
- Dengan menggunakan besaran Debit Banjir Rencana (Qr) tersebut yang dipadukan
dengan bentuk penampang sungai dari hasil pengukuran, selanjutnya dapat dilakukan
simulasi Hidrolika dengan menggunakan perangkat lunak HEC-RAS untuk memperoleh
tinggi muka air banjir yang terjadi, dengan fenomena tersebut akan terjadi beberapa
kemungkinan, antara lain.
Kemungkinan 1:
 Tinggi muka air (TMA) sungai lebih tinggi dari (TMA) salura drainase, berarti aliran air dari
saluran drainase tidak bisa masuk kesungai.
 Aliran air yang berasal dari saluran drainase akan mengalir terus sehingga akan
menyebabkan (TMA) pada saluran drainase terus naik, kemudian menimbulkan genangan.
 Kenaikan muka air pada saluran drainase akan berjalan terus sampai muka air sungai
lebih rendah dari muka air di sistem drainase.
 Pada saat muka air di sistem drainase sudah lebih tinggi dari muka air sungai, maka akan
terjadi pengaliran darisi stem drainase kesungai.
 Kapasitas saluran drainase dan pintu klep ditentunkan berdasarkan debit yang akan
megalir kesungai, sehingga lama genangan yang terjadi tidak melebihi dari 72 jam (waktu
kemampuan tanaman padi terendam genangan).
 Dimensi sistem saluran drainase yang ada diperlukan guna mengetahui kapasitas sistem
drainase yang ada.
Kemungkinan 2:
 Tinggi muka air (TMA) sungai lebih rendah dari (TMA) saluran drainase, berarti aliran air
dari saluran drainase langsung bisa mengalir kesungai.
 Pada saat muka air di sistem drainase sudah lebih tinggi dari muka air sungai, maka akan
terjadi pengaliran dari sistem drainase kesungai.
 Kapasitas saluran drainase dan pintu klep ditentunkan berdasarkan debit yang akan
mengalir kesungai, sehingga lama genangan yang terjadi tidak melebihi dari 72 jam (waktu
kemampuan tanaman padi terendam genangan).
 Dimensi sistem saluran drainase yang ada diperlukan guna mengetahui kapasitas sistem
drainase yang ada.
Konsep upaya pengendalian banjir Sungai Bancaran seperti disajikan pada gambar 5.1 dibawah.

PT. JASAPATRIA GUNATAMA


5-8
ENGINEERING CONSULTANT
LAPORAN ANTARA
DED Pengendalian Banjir Sungai Bancaran Kabupaten Bangkalan

5.3.2. Sungai Bangkalan


Dengan gambaran kondisi Sungai Bangkalan dan permasalahn utama banjir Sungai Bangkalan,
maka upaya pengendalian banjir yang ada perlu dilakukan adalah dengan :
1. Meningkatkan kapasitas Sungai Bangkalan untuk dapat memfasilitas debit banjir (Q15, Q25)
dengan mempertinggi sistem tanggul yang ada.
2. Meningkatkan kapasitas Sungai Bangkalan dengan pengerukan pada alur sungai bagian hilir.
3. Pada alur sungai bagian hulu dan tengah dengan mereview sistem drainase pada Avoer No.
25 termasuk bangunan klep otomatis yang ada.
Konsep upaya pengendalian banjir Sungai Bangkalan seperti disajikan pada gambar 5.1 dibawah.
5.3.3. Sungai Jambu
Dengan gambaran kondisi Sungai Bangkalan dan permasalahn utama banjir Sungai Jambu, maka
upaya pengendalian banjir yang ada perlu dilakukan adalah dengan :
1. Meningkatkan pemeliharaan pada saluran dikiri jalan utama dan gorong-gorong yang
selanjutnya dialirkan melalui saluran drainase Avoer 14
2. Pada ruas alur bagian hulu perlu peningkatan kapasitas sungai dengan pemeliharaan alur
sungai dari endapan sedimen dan pembersihan tanaman liar
3. Pada alur sungai bagian hulu dan tengah dengan mereview sistem drainase pada Avoer 15
termasuk bangunan klep otomatis yang ada
Konsep upaya pengendalian banjir Sungai Jambu seperti disajikan pada gambar 5.1 dibawah.
5.3.4. Desain Sistem Drainase
Kriteria desain system drainase mengacu kepada Pedoman yang ada di KP 03, sebagai berikut
dibawah ini.
Permukaan drainase untuk unit area dinyatakan sebagai :

Dimana :
n = jumlah hari berturut-turut
D(n) = permukaan drainase mengalir lebih dari n hari dalam mm

= curah hujan dalam n hari berturut-turut dengan periode ulang T tahun dalam

mm
IR = pasokan irigasi dalam mm/hari

PT. JASAPATRIA GUNATAMA


5-9
ENGINEERING CONSULTANT
LAPORAN ANTARA
DED Pengendalian Banjir Sungai Bancaran Kabupaten Bangkalan

ET = evapotranspirasi dalam mm/hari


P = perembesan dalam mm/hari

= penyimpanan tambahan dalam mm

Untuk desain modul drainase, 3 hari curah hujan dipilh dengan periode ulang 5 tahun, modulus
dranase kemudian :

Dimana :
Dm = modul drainase dalam l/s.ha
D(3) = limpasan permukaan drainase dalam 3 hari dalam mm
1mm/day = 1/8.64l/s.ha
Debit desain drainase dari ladang dihitung sebagai:

Dimana :

= desain debit drainase dalam l/s

= modul drainase dalam l/s.ha

A = area drainase dalam ha

PT. JASAPATRIA GUNATAMA


5-10
ENGINEERING CONSULTANT
LAPORAN ANTARA
DED Pengendalian Banjir Sungai Bancaran Kabupaten Bangkalan

Gambar 5. 1. Rencana Penanganan dan Upaya Pengendalian Banjir pada Sistem Sungai Bancaran

PT. JASAPATRIA GUNATAMA


5-11
ENGINEERING CONSULTANT
LAPORAN ANTARA
DED Pengendalian Banjir Sungai Bancaran Kabupaten Bangkalan

Contents
BAB V.....................................................................................................................................................1
KONSEP PENGENDALIAN BANJIR.....................................................................................................1
5.1. KRITERIA DESAIN BANGUNAN PENGENDALI BANJIR....................................................1
5.1.1. Kriteria Desain Debit Banjir Desain...............................................................................1

5.1.2. Kriteria Desain Hidraulik................................................................................................4


5.1.3. Krtieria Desain Geoteknik..............................................................................................4

5.1.4. Kriteris Desain Struktur..................................................................................................4


5.2. PARADIGMA BARU PERENCANAAN TEKNIK PERSUNGAIAN........................................5
5.2.1. Sungai dan Ekosistem...................................................................................................5
5.2.2. Dasar Perencanaan Ramah Lingkungan.......................................................................6

5.3. RENCANA PENANGANAN DAN UPAYA PENGENDALIAN BANJIR PADA SISTEM


SUNGAI BANCARAN.........................................................................................................................7
5.3.1. Sungai Bancaran............................................................................................................7
5.3.2. Sungai Bangkalan..........................................................................................................9

5.3.3. Sungai Jambu................................................................................................................9


5.3.4. Desain Sismtem Drainase.............................................................................................9

Gambar 5. 1. Rencana Penanganan dan Upaya Pengendalian Banjir pada Sistem Sungai Bancaran
........................................................................................................................................................11

Tabel 5. 1. Periode ulang minimum banjir rencana pengendalian banjir...............................................3

PT. JASAPATRIA GUNATAMA


5-12
ENGINEERING CONSULTANT
LAPORAN ANTARA
DED Pengendalian Banjir Sungai Bancaran Kabupaten Bangkalan

PT. JASAPATRIA GUNATAMA


5-13
ENGINEERING CONSULTANT

Anda mungkin juga menyukai