DISUSUN
OLEH KELOMPOK 6:
Marisa 1702040
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................... 2
1
BAB I PENDAHULUAN
BAB 4 SIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-
lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
terjadi. Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan
Akibat dari proses menua seluruh sistem tubuh pada lansia akan mengalami penurunan
fungsi, salah satunya adalah gangguan pada sistem pencernaan. Akibat dari gigi yang
ompong, penuruan peristaltik usus, dan kemampuan indera pengecap melemah. Hal ini akan
menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang
ditimbulkan dari gangguan sistem pencernaan adalah gastritis. Sebagian besar lansia akan
mengalami gastritis. Gastritis adalah suatu penyakit pada sistem pencernaan yang berbentuk
peradangan pada lapisan mukosa lambung. Oleh karena itu diperlukan intervensi khusus
untuk membantu lansia mengahadapi maslah kesehatan. Karena lansia dianggap sebagai
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Pengertian
3
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses
itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural
disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan
episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes
1) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki
lansia.
3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
hambatan fisik yang minimal dan mampu mengatasinya, 2) sehat mental dan mampu
berdikari, 5) melanjutkan gaya hidup, 6) puas dengan hidup atau keadaannya (stabil
Jumlah sel lebih sedikit dan ukurannya lebih besar, proporsi protein pada sel menurun
kecil dan atrofi, saraf panca indra mengecil sehingga berkurangnya penglihatan ,
4
hilangnya pendengaran , mengecilnya saraf penciuman dan perasa , lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin. Pada sistem
kardio vaskuler terhadap perubahan elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung untuk memompa darah berkurang.
aktifitas dari silia, paru–paru kehilangan elastisitas dan kemampuan pegas dinding dada,
kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan bertambahnya usia (Depkes
RI,1994). Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, rasa lapar menurun, asam lambung
menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi. Fungsi absorpsi melemah,
hati makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan adalah perubahan yang
terjadi pada sistem gastroitestinal. Sistem endokrin, produksi hampir semua hormon
menurun, dan menurunya aktivitas tiroid, basal metabolisme rate dan daya pertukaran zat
menurun. Pada sistem integumen : kulit mengkerut atau keriput akibat kehilangan
proteksi kulit. Perubahan pada muskuloskeletal : tulang kehilangan densitas dan makin
rapuh , persendian membesar, kaku, discus intervertebralis menipis dan terdapat kifosis
Perubahan yang terjadi pada sistem genitourinaria, ginjal merupakan alat untuk
mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urine, mengalami perubahan unit terkecil
dari ginjal mengecil dan menjadi atrofi, aliran darah keginjal menurun sampai 50 %,
(Nugroho, 2000). Vesika urinaria, secara umum dengan bertambahnya usia kapasitas
kandung kemih menurun. Sisa urine setiap selesai berkemih cenderung meningkat dan
5
kontraksi otot – otot kandung kemih yang tidak teratur makin sering terjadi (Darmojo
dan Martono, 1999). Penurunan kapasitas kandung kemih sampai 200 ml akan
Sehubungan dengan faktor usia, seorang wanita akan mengalami perubahan yang
disebut sebagai masa menopause. Kapasitas reproduksi menurun dan organ kelamin turut
mengalami atrofi. Pada awalnya menstruasi menjadi tidak teratur dan tidak lancar, darah
haid yang keluar bisa sangat sedikit atau sangat banyak. Muncul gangguan vasomotoris
berupa penyempitan atau pelebaran pembuluh darah. Mengeluh pusing atau sakit kepala,
keluar keringat terus-menerus dan terjadi neuralgia atau gangguan syaraf (Kartono,K.,
1992;318).
Menurut Departemen Sosial RI (1998) yang dikutip dari Hardywinoto dan Setiabudhi
sosial. Mundurnya kadaan fisik akan menyebabkan perubahan peran sosial lansia dan
b. Berkurangnya integrasi sosial lansia akibat penurunan produktifitas dan kegiatan akan
d. Banyaknya lansia yang miskin dan terlantar yang memerlukan bantuan supaya bisa
mandiri.
6
generasi muda menganggap bahwa lansia tidak perlu lagi aktif dalam urusan hidup
sehari-hari.
f. Dampak negatif dari proses pembangunan, polusi, dan urbanisasi dapat mengganggu
kesehatan fisik dan terjadi ketimpangan jumlah lansia di desa dan di kota.
Masalah-masalah yang dialami lansia akibat purna tugas, menurut Darmojo dan
b. Kehilangan status, terutama pada orang yang dulunya punya status dan posisi cukup
B. Konsep Gastritis
1. Pengertian
Gastritis adalah inflamasi dari dinding lambung terutama pada mukosa gaster (Hadi,
1995). Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronik, atau lokal (Price & Wilson, 1992). Gastritis adalah peradangan lokal atau
7
menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa
dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain (Charlene J, Reeves, 2001).
Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi jaringan
mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal dengan magh berasal
dari bahasa Yunani yaitu ‘gastro’ yang berarti perut atau lambung, dan itis yang berarti
inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk
dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.
2. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
1) Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang
dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung). Bahan kimia
2) Gastritis Kronik
merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan
merokok.
3. Patofisiologi
Terdapat gangguan keseimbangan antara faktor agresif dan faktor defensif, antara
lain:
1) Gastritis akut
8
Adanya zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa
lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang mungkin terjadi :
berikatan dengan NaCl sehingga menghasilkan HCl dan NaCO3. Hasil dari
meningkat maka akan menimbulkan rasa mual muntah yang berakibat pada
yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCl maka
akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika
mukus gagal melindung mukosa lambung, maka yang akan terjadi adalah erosi
pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan
pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri
dan hypovolemik.
2) Gastritis kronis
Gastritis kronik dapat diklasifikasikan sebagai Tipe A atau Tipe B. Tipe A (sering
disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang
menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit
autoimun seperti anemia permisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari
antrum dan pilorus. Gastritis kronik dihubungkan dengan bakteri H. pylory , faktor
diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan alkohol dan obat-obatan,
9
4. Manifestasi Klinis
1) Gatritis akut
a) Nyeri epigastrum
Gastritis yang terjadi tiba-tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan
2) Gastritis kronik
mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa
5. Komplikasi
1) Gastritis Akut
Terdapat perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan
melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik, khusus untuk perdarahan SCBA
10
perlu dibedakan dengan tukan peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir
sama, namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi. Helicobakteri
pulori sebesar 100% pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan
dengan endoskopi
2) Gastritis Kronik
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, periforasi, dan anemia karena
6. Pencegahan
Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam,
gorengan, atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan
yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan
2) Hindari Alkohol
3) Jangan merokok
11
sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama
5) Kendalikan stress
kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stres juga
pencernaan. Karena stres bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka
kuncinya adalah dengan mengendalikannya secara efektif dengan cara diet yang
bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung
Acetaminophen.
7. Penatalaksanaan Medis
1. Gastritis Akut
12
Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa
proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan alkus lambung yang lain). Fungsi
2. Gastritis Kronik
8. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam darah, dan
Gastritis.
b) Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau
tidak.
c) Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang
adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada lambung.
Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian
13
Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu
sebelum dilakukan Rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
BAB III
14
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Umum :
1. Identitas
Nama : Ny. A
TTL : Surabaya, 17 Agustus 1943
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SR
Agama : Islam
Status Perkawinan : Duda
TB / BB / IMT : 152 cm / 50 Kg / 20,08 Kg (Normal)
Penampilan : Rapi dan bersih
Alamat : Jl. Patumbak, Gg. Amal Kel. Deli Serdang
Orang yang Dekat : Ny. E
Hubungan : Anak kandung
Alamat / Telepon : Jl. Patumbak, Gg. Amal Kel. Deli Serdang
2. Riwayat Keperawatan
a. Genogram
v
Tahun Tahun Tahun Tahun
1991 1989 1990 1987
sakit sakit sakit DM
sakit sakit sakit sakit
6 DM 60
7 Gastritis,
4 9 HT
Tahun dimensia Tahun 2000 sakit
2010
sakit
47 45 Sehat ,
sakit 5 Sehat 4
perokok
0 0
Sehat HT
20 Sehat
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
15
: meninggal
: tinggal serumah
: klien
Ny. A tinggal serumah dengan anak perempuannya Ny. E, anggota yang tinggal
serumah tidak punya riwayat penyakit menular. Ibu Ny. A memiliki riwayat
penyakit DM.
3. Riwayat Pekerjaan
5. Riwayat Rekreasi
6. Sistem Pendukung
7. Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan Ritual : klien shalat 5 waktu, klien kadang menjalankan shalat tahajud
8. Status Kesehatan
17
Ny. A mengatakan pernah sakit demam berdarah dan di rawat di Puskesmas
selama 3 hari.
bisa jalan
c. Riwayat Alergi :
Pengkajian Khusus
1) Inspeksi
Bentuk dada simetris, pasien mengeluh sesak saat kecapekan, irama teratur,
tidak ada suara nafas tambahan, tidak ada tarikan intercostal, tidak ada jejas,
2) Palpasi
3) Perkusi
18
Suara terdengar sonor
4) Auskultasi
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Auskultasi
1) Inspeksi
1) Inspeksi
1500cc/hari
2) Palpasi
1) Inspeksi
19
Mukosa bibir kering, tidak ada keluhan susah menelan, 3 gigi tanggal, klien
2) Auskultasi
3) Palpasi
Terdapat nyeri tekan di daerah ulu hati, skala nyeri 3 dari 6, dan tidak teraba
pembesaran hepar
4) Perkusi
1) Inspeksi
Kulit terlihat kering dan keriput, tidak terdapat kelainan pada bagian ekstremitas
2) Palpasi
g. Sistem Endokrin
Dengan Skor Yg
No Kriteria Mandiri Ket
Bantuan Didapat
1 Makan Frekuensi
: 2x/hari
Jumlah : 1
5 10 10 piring
Jenis :
nasi, lauk,
sayur
2 Minum Frekuensi
:5–6
gelas
5 10 10 Jumlah :
500 cc
Jenis : air
putih, teh
3 Berpindah dari kursi roda ke
5-10 15 15
tempat tidur, atau sebaliknya
4 Personal toilet (cuci muka, Frekuensi
0 5 5
menyisir rambut, gosok gigi) : 2x/hr
5 Keluar masuk toilet (mencuci
pakaian, menyeka tubuh, 5 10 10
menyiram)
6 Mandi Frekuensi
5 15 15 : 2x/hr
5 10 10 Frekuensi
: 1x/hari
3. Perubahan Kognitif
22
l. Penyalahgunaan zat : tidak
23
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
Tahun : 2020
Musim : hujan
Hari : Kamis
Bulan : Desember
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ? Rumah
Negara : Indonesia
Kursi
Meja
Kertas
4 Perhatian 5 3 Meminta klien berhitung mulai dari 100
dan kemudian kurangi 7 sampai 5 tingkat.
kalkulasi
Jawaban :
93
86
76
71
64
5 Mengingat 3 2 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke – 2 (tiap poin nilai 1)
24
2. Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3 langkah.
Ambil kertas ditangan anda, lipat
dua dan taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai 1 poin) ”tutup mata
anda”
Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan menyalin
gambar.
5. Pengkajian Sosial
25
menyediakan waktu
bersama-sama
6 Penilaian;
Pertanyaan-pertanyaan yang
di jawab;
Selalu: skore 2 Total 6
Kadang-kadang : skore 1
Hampir tidak pernah : skore
0
Intrepretasi Hasil :
Nilai ≤ 3 : disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai 4 – 6 : disfungsi keluarga sedang
Nilai 7 – 10 : tidak ada disfungsi keluarga
Kesimpulan : total nilai 6, Ny. A mengalami disfungsi keluarga sedang
6. Pengkajian Keseimbangan
Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong
tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih
menahan dorongan
Membungkuk (Normal)
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki),
(Normal)
Panjangnya langkah yang tidak sama (sisi yang patologis biasanya memiliki
langkah yang lebih panjang : misalnya dapat terdapat pada pinggul, lutut,
Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari belakang
klien) (Normal)
Berbalik (Normal)
Intrepretasi Hasil :
B. Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
DO :
Keluhan utama:
- Q : nyeri perutnya
melilit
- R : daerah abdomen
kesakitan
DO :
28
berjalan
DO :
ketergantungan Ny. A
sebagian
1) Nyeri akut pada Ny. A berhubungan dengan Inflamasi mukosa lambung, yang
29
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diangnosa Keperawatan : Nyeri akut pada Ny. A berhubungan dengan Inflamasi mukosa lambung
nyeri pada lansia Ny. A dapat 2) Observasi TTV 2) Mengetahui fungsi vital dari keadaan klien
berkurang, dengan kriteria hasil : 3) Berikan lingkungan yang tenang dan 3) Memberikan kenyamanan untuk membantu
nyeri
30
IMPLEMENTASI
hati
2) Mengobservasi TTV
S :37C RR : 24x/menit
nyaman
nyaman
EVALUASI
31
No. Hari / tanggal Evaluasi
1. Sabtu, 7 November 2020 S : Klien sudah tidak mengeluh sakit perut
O:
Skala nyeri 0
A : tujuan teratasi
P : intervensi dihentikan
BAB IV
32
SIMPULAN
4.1 Simpulan
Akibat dari proses menua seluruh sistem tubuh pada lansia akan mengalami penurunan
fungsi, salah satunya adalah gangguan pada sistem pencernaan. Akibat dari gigi yang
ompong, penuruan peristaltik usus, dan kemampuan indera pengecap melemah. Hal ini akan
menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang
ditimbulkan dari gangguan sistem pencernaan adalah gastritis. Sebagian besar lansia akan
mengalami gastritis. Gastritis adalah suatu penyakit pada sistem pencernaan yang berbentuk
peradangan pada lapisan mukosa lambung. Oleh karena itu diperlukan intervensi khusus
untuk membantu lansia mengahadapi maslah kesehatan. Karena lansia dianggap sebagai
4.2 Saran
terhadap masalah kesehatan karena terjadi penurunan berbagai sistem fungsi tubuh
33