Anda di halaman 1dari 43

Nama : Mary Lowrenza Samosir

Nim : 170204039

Kelas : 4.2

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan kemampuan
berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu bersifat alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan
berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak
sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun.

Tahap dewasa merupakan tahap tumbuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah itu
tumbuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang adadidalam tubuh. Sebagai
akibatnya, tubuh juga akan menglami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan
proses penuaan. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses memghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi
normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah
kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degenerative.

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah gangguan motilitas usus, hiperperistaltik
akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare.
Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya
dapat timbul diare pula. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat).
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi lansia?

2. Penyakit apa saja yang berhubungan dengan pencernaan pada lansia?

3. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan pencernaan?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengehui definisi lansia

2. Untuk mengehui Penyakit apa saja yang berhubungan dengan pencernaan pada lansia

3. Untuk mengehui konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan pencernaan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Proses Penuaan

1. Pengertian

Gerontik berasal dari kata gerontology dan geriatric. Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas
atau menangani tentang proses penuaan dan masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut.
Sedangkan geriatric berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berlanjut
usia. Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan ilmu dan
kiat/tekhnik keperawatan gerontik yang berbentuk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang
komprehensif, ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga,
kelompok dan komunitas/masyarakat. Menurut undang-undang no.13/th 1998 bab i pasal 1 ayat 2
seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.

Tahap dewasa merupakan tahap tumbuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah itu
tumbuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang adadidalam tubuh. Sebagai
akibatnya, tubuh juga akan menglami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan
proses penuaan. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses memghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi
normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah
kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degenerative.

2. Teori-teori proses penuaan

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu biologi, teori psikologi teori social, dan
teori spiritual.

a. Teori biologis ; Teori biologis mencangkup teori genetic dan mutasi, immunology slow theory, teori
stress, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.

Ø Teori genetic dan mutasi ; Menurut genetic teori dan mutasi, menua menua terprogram secara
genetic untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul- molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai
contoh yang has adalah mutasi ari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsi sel). Terjadi
pengumpulan pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi dari produk sisa, sebagai
contoh adalah adanya pigmen lipofusin disel otot jantung dan sel susunan saraf pusat pada lansia.yang
mengaibatkan terganggunya fungsi sel it sendiri. Ada teori biologi dikenal istilah pemakaian dan
peusakan (wear and tear) yang terjadi karena kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-sel
tubuh menjadi lelah (pemakaian) pada teori ini juga didapatkan terjdinya peningkatan jumlah kolagen
dalam tubuh lansia tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.

Ø Immunology slow theory ; Menurut immunology slow story, sitem imun menjadi efektif dengan
bertambahnnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh yang dapat mnyebabkan keruskan organ
tubuh.

Ø Teori stress ; Teori stress mengungkapkan penua terjadi akiabat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaingan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal
kelebihan usaha, dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

Ø Teori radikal bebas ; Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organic seperti karbohidrat dan protein
radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.

Ø Teori rantai silang ; Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua atau
usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Iktan ini menyebabkan kurangnya
elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
b. Teori psikologi ; Pada usia lanjut proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan
penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan
mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan
intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia konsep diri yang positif dapat
menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang
dengan status sosialnya. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi kemampuan
kognitif memori dan belajar pada usia lanjut memnyebabkan mereka sulit untuk diphami dan
berinteraksi persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada ligkungan dengan adanya punurunan
fungsi system sensori, maka akan terjadi pula penurunan kemapuan untuk menerima, memproses, dan
merespon stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi / reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada.
Kemapuan kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan fisiologis organ otak namun untuk fungsi-fungsi
positif yang dapat dikaji ternyata mempunyai fungsi lebih tinggi seperti simpanan informasi usia lanjut,
kemampuan member alasan secara abstrak dan melakukan penghitungan. Memori adalah kemampuan
daya ingat lansia terhadap suatu kejadian / peristiwa baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Memori terdiri atas tiga komponen sebagai berikut :

· Ingatan yang paling singkat dan segera. Contohnya pengualangan angka

· Ingatan jangka pendek contohnya peristiwa beberapa menit hingga beberapa hari yang lalu.

· Ingatan jangka panjang

Kemampuan belajar yang mnurun dapat terjadi karena banyak hal. Selain keadaan fungsional organ
otak, kurangnya motivasi pada lansia juga berperan. Motivasi akan semakin menurun dengan
menganggap bahwa lansia sendiri merupakan beban bagi orang lain dan keluarga.

c. Teori social ; Ada beberapa teori social yang bekaitan dengan proses penuaan, yaitu teori interaksi
social (social exchange teori ), teori penarikan diri (disengagement teori), teori aktivitas (aktivi teori),
teori kesinambungan (continuity), teori perkembangan (defelopmen teori), dan teori stratifikasi usia
(agestratifikation).

Ø Teori interaksi social ; teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi
tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.

Mauss (1954) Homanes (1961), blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi social terjadi berdasarkan
atas hukum pertukaran barang dan jasa. Sedangkan pakar lain simonnes (1945) mengemukakan bahwa
kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi social merupakan kunci untuk mempertahankan status
sosialnya atas dasar kemapuannya untuk melakukan tukar menukar. Menurut dowd (1980). Interaksi
antara pribadi dan kelompok merupakan upaya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dan
menekan kerugian hingga sesedikit mungkin. Kekuasaan akan timbul apabila seseorang atau kelompok
mendapatkan kekuntungan lebih besar dibandingkan dengan pribadi atau kelompok lainnya. Pada
lansia, kekuasaan dan prsetisenya berkurang, sehingga menyebabkan interaksi social mereka juga
berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.
Pokok-pokok teori interaksi social adalah sebagai berikut :

· Masyrakat terdiri atas actor actor social yang berupaya mencapai tujuannya masing-masing

· Dalam upaya tersebut terjadi interaksi social yang memerlukan biaya dan waktu.

· Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang actor harus mengeluarkan biaya.

· Actor senang tiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian.

· Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.

Ø Teori penarikan diri ; Teori ini merupakan teori social tentang penuaan yang paling awal dan pertama
kali diperknalkan oleh gumming dan henry (1961) kemiskinan yang diderita lansia dan meurunnya
derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaula
disekitarnya Selain hal tersebut masyrakat juga perlu memperisapkan kondisi agar para lansia tidak
menarik diri. Proses penuan mengakibatkan interaksi lansia mulai menurun baik secara kualitas maupun
kuantitas.

Pada lansia juga terjadi kehilangan ganda (triple loss), yaitu

· Kehilangan peran (loss of roles)

· Hambatan kontak social (restriction of contac and realitionsip)

· Berkurangnya komitmen (reduced comitmen to social moral ress and falues)

Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami proses penuaan yang berhasil apabila ia
menariik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi serta
mempersiapkan diri dalam menghadapi kematiannya pokok-pokok teori menarik diri sebagai berikut:

· Pada pria kehilangan peran hidup terutama terjadi pada maa pensiun. Sedangkan pada wanita
terjadi pada masa ketika peran dalam kluarga berkurang misalnya saat anak menginjak dewasa serta
meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.

· Lansia dan masyrakat mampu mengambil manfaat dari hal ini, karena lansia dapat merasa bahwa
tekanan social berkurang sedangkan kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas.

· Tiga aspek utama dalam teori ini adalah proses menarik diri yang terjadi sepanjang hidup. Proses
ini tidak dapat dihindari serta hal ini harus diterima oleh lansia dan masyarakat.

Ø Teori aktivitas ; Teori aktivitas dikembangkan oleh palmore (1965) dan lemon et all (1972) yang
menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan
kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting
dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. Dai satu sisi aktivitas lansia dapat menurun, akan
tetapi dilain sisi dapat dikembangkan, misalnya peran baru lansia sebagai relawan, kakek atau nenek,
ketua RT, seorang Duda atau Janda, serta karena ditinggal wafat pasangan hidupnya. Dari pihak lansia
sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan
berusaha untuk mempertahankan prilaku mereka semasa muda pokok-pokok teori aktivitas :

· Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi soasial dan keterlibatkan sepenuhnya dari lansia
dimasyarakat

· Kehilngan peran akan mengahilangkan kepuasan seorang lansia.

Penerapan teori aktivitas ini sangat positif dalam penyusunan kebijakan terhadap lansia, karena
memungkinnkan para lansia untuk berineraksi sepenuhnya dimasyrakat.

Ø Teori Kesinambungan ; Teori ini dianut oleh banyak pakar social, teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam sklus kehidupan lansia. Penglaman hidup seseorang pda saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ia mnjadi lansia hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, prilaku, dan
harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun dia menjadi lansia.

Menurut teori penarikan diri dan teori aktivitas proses penuaan merupakan suatu pergerakan dan
proses yang searah akan tetapi pada teori kesinamnungan merupakan pergerakan dan dan proses
banyak arah, bergantung dari bagaimana penerimaan seseorang terhadap suatu kehidupannya.
Kesulitan untuk mnereapkan teori ini adalah bahwa sulit untuk memperoleh gambaran umum tentang
sesorang, Karena kasus tiap orang sangat berbeda.

Pokok-pokok teori kesinambungan adalah sebgai berikut :

· Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan, tetapi
berdasarkan pada pengalamannya dimasa lalu, lansia harus peran apa yang harus dipertahankan atau
dihilangkan.

· Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.

· Lansia berkesempatan untuk memilih bebagai macam cara untuk beradaptasi.

Ø Teori perkembangan ; Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh
lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami teori freud, buhler, jung dan
Erickson Sigmund Freud meniliti tentang psikoanalisa serta perubahan psikososial anak dan balita.
Erickson (1930), membagi kehidupan menjadi delapan fase, yaitu :

· Lansia yang menerima apa adanya

· Lansia yang takut mati

· Lansia yang merasakan hidup penuh arti

· Lansia yang menyesali diri

· Lansia yang bertanggung jawab dengan merasakan kesetiaan


· Lansia yang kehidupannya berhasil

· Lansia yang merasa lambat untuk memperbaiki diri

· Lansia yang perlu menemukan integritas diri melawan keputusann (ego integrity vs despair)

Havirhurst dan duvali mengurangi tujuh jenis tugas perkembangan (developmental tasks)selama hidup
yang harus dilaksanakan oleh lansia yaitu :

· Penyesuaaian terhadap penurunan kemampuan fisik dan psikis

· Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapata

· Menemukan makna hidup

· Memperahankan pengaturan hidup yang memuaskan

· Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga

· Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia

· Menerima dirinya sebagai lansia

Joan Birchenall, R.N., Med dan Mary E. Streight R.N. (1973), menekankan perlunya mempelajari
psikologi perkembangan guna memahami perubahan emosi dan social seseorang selama fase
kehidupannya. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu
tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai
positif ataupun negatif. Akan tetapi, teori ini tidak manggariskan bagaiman cara menjadi tua yang
diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.

Pokok-pokok dalam teori perkembangan adalah sebagai berikut :

· Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya

· Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan social yang baru, yaitu pensiun
dan / atau menduda/menjanda

· Lansia harus menyesuaikan diri sebagai akibat perannya yang berakhir didalam keluarga,
kehilangan identitas dan hubungan social akibat pensiun, serta tinggal mati oleh pasangan hidup dan
teman-temannya.

Ø Teori stratifikasi usia ; Wiley (1971) menyususn stratifikasi usia berdasarkan usia kronologis yang
menggambarkan serta membentuk adanya perubahan kapasitas peran, kewajiban,dan hak mereka
berdasarkan usia. Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan
prosesnya :

· Struktur mencangkup hal-hal sebagai berikut : bagaimanakah peran dan harapan menurut
golongan usia ; bagaimana penilaian strata oleh strata itu sendiri dan strata lainnya; bagaimanakah
terjadinya penyebaran peran dan kekuasaan yang tak merata pada masing-masing strata, yang
didasarkan pada pengalaman dan kebijakan lansia.

· Proses mencakup hal-hal sebagai berikut : bagaimana menyesuaikan kedudukan sseorang dengan
peran yang bagaimanakah cara mengatur transisi peran secara berurutan dan terus-menerus

Pokok-pokok dari teori stratifikasi usia adalah sebagai berikut:

· Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat

· Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok

· Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran diantara penduduk

Keunggulan teori stratifikasi usia adalah pendekatan yang dilakukan bersifat determnistik dan dapat
dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia secara kelompok dan bersifat makro. Setiap kelompok
dapat ditinjau dari sudut pandang demografi dan ketekaitannya dengan kelompok usia lainnya.
Kelemahannya adalah teori ini tidak dapat dipergunakan untuk menilai lansia secara perorangan,
mengingat bahwa stratifikasi sangat kompleks dan dinamis serta terkait dengan klasifikasi kelas dan
kelompok etnik

d. Teori spiritual ; Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan
individu dengan alam semesta dan persepsi individutentang arti kehidupan.

James Fowler mengungkapkan tujuh tahapan perkembangan kepercayaan (wong, et,.al, 1999). Fowler
juga meyakini bahwa kepercayaan/demensia spiritual adalah suatu kekuatan yang memberi arti bagi
kehidupan seseorang. Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk pengetahuan dan
cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Menurutnya, kepercayaan adalah suatu fenomena timbale
balik , yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang lain dalam menanamkan keyakinan,
cinta kasih, dan harapan. Fowler meyakinkan bahwa perkembangan kepercayaan antara orang dan
lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-nilai dan pengetahuan. Fowler juga
berpendapat bahwa perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap penjelaskan pada prinsipp
cinta dan keadilan.

B. Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

1. Perubahan Fisik

a. Sel

Ø Lebih sedikit jumlahnya

Ø Lebih besar ukurannya


Ø Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler

b. Sistem persyarafan

Ø Hubungan persyarafan menurun

Ø Lambat dalam merespon dan beraksi khususnya dengan stress

Ø Mengecilnya syaraf panca indra

c. Sistem pendengaran

Ø Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga, terutama bunyi atau suara-suara yang tinggi, suara
yang tidak jelas dan sulit mengerti kata-kata.

Ø Membrane timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis

Ø Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.

d. Sistem penglihatan

Ø Spingter pupil timbul skerosis dan hilangnya respon terhadap sinar

Ø Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

Ø Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)

Ø Daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.

Ø Hilangnya daya akomodasi

Ø Menurunnya lapang pandang.

Ø Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

e. System kardiovaskuler

Ø Katup jantung menebal dan menjadi kaku

Ø Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun.

Ø Kehilangan elastisitas pembuluh darah : kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk bias menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65
mmhg---mengakibatkan pusing mendadak.

Ø Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya retensi dari pembuluh darah perifer.

f. System respirasi
Ø Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku

Ø Menurunnya aktifitas dari silia.

Ø Paru-paru kehilngan elastisitas, kapasitas residu meningkat, napas lebih berat, kapasitas pernapasan
maksimum menurun dan kedalaman bernapas menurun

Ø Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang

Ø O2 pada arteri menjadi 75 mmhg

Ø Co2 pada arteri tidak berganti

Ø Kemampuan untuk batuk berkurang

g. System gastrointestinal

Ø Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disesase yang biasa terjadi setelah umur 30
tahun

Ø Indera pengecap menurun. Adanya iritasi yang kronis dari selaput lender, atrofi indera pengecap
(±80%), hilangnya sensitivitas saari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis, rasa asin, rasa asam,
dan rasa pahit.

Ø Esophagus melbar

Ø Lambung. Rasa lapar menurun(sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu
pengosongan menurun.

Ø Peristaltic melemah dan biasanya timbul konstipasi.

Ø Fungsi absorpsi melemah.

Ø Hati/lever. Makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan berkurangnya aliran darah.

h. System genitor urinaria

Ø Ginjal : mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, penyaringan
diglomerulus menurun sampai 50%.

Ø Vesika urinary : otot menjadi lemah, kapsitas menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi
berkemih meningkat. Vesika urinary susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga menyebabkan
retensi urin.

Ø Pembesaran prostate 75% dialami oleh pria usia 65 tahun

Ø Atropi vulva
Ø Vagina, selaput lender menjadi kering, elastisitas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus,
sekresi menjadi kurang.

Ø Daya seksual : orang-orang yang makin menua masih juga membutuhkannya. Tidak ada batasan umur
tertentu dimana fungsi seksual cenderung menurun secara bertahap setiap tahun, tetapi kapasitas
untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.

i. System endokrin

Ø Produksi dari hampir semua hormone menurun

Ø Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah

Ø Menurnnya aktifitas tiroid

Ø Menurunnya produksi aldosteron

Ø Menurunnya sekresi hormone kelamin.

j. System integument

Ø Kulit mengkerut akibat kehilangan jaringan lemak

Ø Kulit kpala dan rambut menipis berwarna kelabu

Ø Rambut dalam hidung dan telinga menebal

Ø Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi kuku jari menjadi keras dan
rapuh

Ø Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk

Ø Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.

k. System muskuloskletal

Ø Tulang kehilngan density(cairan) dan makin rapuh

Ø Kifosis

Ø Pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbats

Ø Discus invertebralis menipis dan menjadi pendek

Ø Persendian membesar dan menjadi kaku

Ø Tendon mengkerut dan mengalami sceloris

Ø Atrofi serabut otot sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot kram dan menjadi tremor
2. Perubahan Mental

Perubahan-Perubahan Mental. Factor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental

a. Perubahan fisik, khusunya organ perasa

b. Kesehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan

e. Lingkungan

Yang mengalami perubahan : Ingatan jangka pendek cenderung berkurang,Tidak ada perubahan pada
kemampuan matematika dan verbalisasi, Sensitivitas emosi meningkat.

3. Perubahan-Perubahan Psikososial

a. memasuki masa pension

b. merasakan sadar akan kematian

c. perubahan dalam cara hidup

d. meningktanya biaya-biaya hidup pada penghasilan sulit akibat pemberhentian dari jabatan,
bertambahnya biaya pengobatan

e. penyakit kronis dan ketidakmampuan

f. kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social

g. rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilngan hubungan dengan teman-teman dan family

h. hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik. Perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep
diri.

4. Perubahan pada spiritual

a. Lebih mendalami agama

b. Makin dewasa dalam berfikir dan bertindak


5. Perubahan pada system Gastrointestinal

Banyak masalah GI yang dihadapi oleh lansia berkaitan gaya hidup. Mulai dari gigi sampai anus terjadi
perubahan morfologik degeneratif, antara lain perubahan atrofi pada rahang, mukosa, kelenjar dan
otot-otot pencernaan. Berikut ini merupakan yang terjadi pada system GI akibat proses menua :

a. Rongga mulut.

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada rongga mulut akibat proses menua:

Ø Hilangnya tulang periosteum dan periduntal, pengurangan dentin, dan retaksi dari struktur gusi.
Implikasi dari hal ini adalah tanggalnya gigi, kesulitan dalam mempertahankan pelekatan gigi palsu yang
lepas.

Ø Hilangnya kuncup rasa. Implikasi dari hal ini adalah mukosa mulut tampak lebih merah dan berkilat.
Bibir dan gusi tampak tipis karena penyusutan epithelium dan mengandung keratin.

Ø Air liur/saliva disekresikan sebagai respon terhadap makanan yang telah dikunyah. Saliva
memfalisitasi pencernaan melalui mekanisme sebagai berikut : penyediaan enzim pencernaan,
pelumasan dari jaringan lunak, remineralisasi pada gigi. Pada lansia saliva telah mengalai penuruan.

b. Esophagus, Lambung, dan Usus.

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada esophagus, lambung dan usus akibat proses menua :

Ø Diatasi esophagus, kehilangan tonus sfingterjantung, dan peurunan refleks muntah. Implikasi dari hal
ini adalah peningkatan aspirasi.

Ø Atrofi penurunan sekresi asam hidroklorik mukosa lamung sebesar 11% sampai 40 % dari populasi.
Implikasi dari hal ini adalah perlambatan dalam mencerna makanan dan mempengaruhi penyerapan
vitamin B12, bakteri usus halus akan bertambah secara berlebihan dan menyebabkan kurangnya
penyerapan lemak.

Ø Penurunan motilitas lambung. Implikasi dari hal ini adalah penurunan absorbsi obat-obatan, zat besi,
kalsium,vitamin B12, dan konstipasi sering terjadi.

c. Saluran empedu, Hati, Kandung Empedu, dan pancreas

Pada hepar mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia lebih dari 80 tahun. Berikut ini
merupaka perubahan yang terjadi pada saluran empedu,hati, dan pancreas akibat proses menua :

Ø Pengecilan ukuran hai dan pancreas. Implkasi dari hal ni adalah terjadi penurunan kapasitas dalam
menimpan dan mensintesis protein dan enzim-enzim pencernaan.

Ø Perubahan proporsi lemak empedu tanpa diikuti perubahan metabolisme asam empedu yang
signifikan. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan sekresi kolesterol.
C. Penyakit Pada Alat Pencernaan Dan Pengobatannya

1. Sembelit (Konstipasi)

Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala mengalami pengerasan feses yang
sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan pada penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan
oleh pola makan, hormon, akibat samping obat-obatan (Aluminium hidroksida (dalam antasid yang
dijual bebas), Garam bismuth, Garam besi, Antikolinergik, Obat darah tinggi (anti-hipertensi), Golongan
narkotik, Beberapa obat penenang dan obat tidur), dan juga karena kelainan anatomis. Biasanya,
konstipasi disebabkan karena defekasi yang tidak teratur sehingga feses mengeras dan sulit dikeluarkan.

Pengobatan dan peredaan konstipasi secara alami dapat dilakukan dengan pengubahan pola makan
menjadi lebih sehat, rajin berolahraga, memijat perut, minum air putih sebanyaknya, meminum
minuman prebiotik dan probiotik, atau membiasakan diri untuk buang air besar setiap hari dengan
membuat jadwal buang air besar yang disebut bowel training.

Sedangkan dengan cara sedikit dipaksa yang biasanya untuk penderita obstipasi, yaitu dengan
mengonsumsi obat pencahar disebut laksatif (yang kadang-kadang menyebabkan perut terasa melilit
berlebihan, tinja berbentuk cair, atau bahkan ketergantungan obat pencahar), penghisapan tinja atau
feses dengan alat khusus, terapi serat, dan pembedahan (walaupun pilihan ini cukup jarang dilakukan).
Agar penderita konstipasi dapat cepat sembuh, maka penderita dilarang:

a. Menahan buang air besar

b. Mengkonsumsi makanan siap saji dan bersifat panas

c. Makan dalam porsi yang banyak

d. Meminum minuman yang berkafein dan minuman ringan

2. Mencret (Diare)

Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus sehingga gerakan otot usus
meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna. Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare.
Diare yang disebabkan bakteri atau salah makan. Pengobatannya Untuk cara mengobati Diare adalah
dengan Perawatan yang terpenting untuk mengobati diare adalah memastikan kecukupan asupan cairan
dan garam (elektrolit). Untuk gejala ringan sampai sedang, Anda bisa menggunakan obat-obatan ringan
yang dapat mengurangi diare bahkan dapat menjadi Cara Mengobati Diare. Pada kasus yang parah dan
pada anak-anak, wanita hamil, dan orang tua (lansia) yang bisa berbahaya bila kehilangan banyak cairan,
pemberian infus mungkin diperlukan. Bila penyebabnya adalah keracunan makanan, dokter mungkin
perlu memberikan obat-obatan untuk membunuh patogen yang berada di usus dan mencegah
kerusakan mukosa lebih lanjut. Obat antispasmodik dapat membantu mengurangi nyeri kolik abdomen
dan salah satu Cara Mengobati Diare.

Penggolongan Obat Diare:

a. Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare seperti
antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.

1) Racecordil.Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai
indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak
kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis
pada 1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut.

2) Loperamide. Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat
motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini
berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid
dengan reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen (luka di bagian
perut), sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.

3) Nifuroxazide. Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap


Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa.
Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan. Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare
yang disebabkan oleh E. coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan untuk
anak-anak maupun dewasa.

4) Dioctahedral smectite.Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur


filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri,
serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis yang diakibatkan
oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari normalisasi
rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut.

b. Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat menghentika diare dengan
beberapa cara:

1) Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit
oleh mukosa usus seperti derivat petidin (difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak
belladonna)

2) Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tannin) dan
tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.

3) Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-
zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang,
ikan). Termasuk di sini adalah juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka-
lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat antara
lain sdalam buah apel) dan garam-garam bismuth serta alumunium.

c. Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali
mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium.

3. Wasir atau hemoroid.

Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) di dalam anyaman pembuluh
darah. Keluhan pertama kali yaitu darah segar menetes setelah buang air besar (BAB). Biasanya tanpa
disertai rasa nyeri dan gatal di anus. Pencegahannya adalah perlu diet tinggi serat dengan makan sayur
sayuran dan buah-buahan yang bertujuan membuat volume tinjanya besar, tetapi lembek, sehingga saat
BAB, karena tidak perlu mengejan dapat merangsang wasir.

Untuk Mengatasi, Mengobati & Menyembuhkan Wasir / Ambeyen / Hemoroid. Untuk menghilangkan
wasir secara total sebaiknya anda menjalankan beberapa tips menyembuhkan wasir serta melakukan
konsultasi dengan dokter.

a. Jalankan pola hidup sehat

b. Olah raga secara teratur

c. Makan makanan berserat

d. Hindari terlalu banyak duduk atau nongkrong di wc / toilet

e. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll

f. Jangan melakukan aktivitas hubungan seks yang tidak wajar

g. Minum air yang cukup

h. Jangan menahan kencing dan berak

i. Jangan suka menggosok dan menggaruk dubur berlebihan

j. Jangan mengejan / mengeden / ngeden berlebihan

k. Jika tidak ingin pup / bab jangan dipaksa

l. Duduk berendam pada air yang hangat

m. Minum obat sesuai anjuran dokter

Langkah pertama dalam mengobati hemoroid adalah dengan meminimalisasi kemungkinan penyebab
dari hemoroid tersebut. Bila disebabkan oleh faktor makanan maka dianjurkan untuk mulai
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat seperti buah buahan, sayur sayuran, padi
padian dan sereal. Konsumsi obat pelunak kotoran dan minum yang banyak juga direkomendasikan. Bila
dengan pengaturan diet gagal, maka dilanjutkan dengan menggunakan obat obatan antihemoroid. Ada
beberapa sediaan obat diantaranya, salep, krim dan tablet anus.

Untuk mendapatkan obat ini lebih baik anda berkonsultasi dengan dokter kesayangan anda sebab ada
beberapa obat yang harus didapatkan dengan resep dokter. Pilihan terakhir pengobatan hemoroid
adalah dengan operasi. Operasi biasanya dilakukan pada hemoroid yang parah dan sulit diatasi dengan
obat obatan. Namun biasanya, walau telah dilakukan operasi, pasien tetap dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat.

Bisa juga untuk mengatasi ambeien, minum klorofil dan spirulina.

cara kerja klorofil: klorofil mengatasi ambeien dengan cara memperlebar pembuluh darah sehingga
aliran darah menjadi lancar, membersihkan pembuluh darah, meredakan bengkak, mengatasi luka serta
memperlancar BAB/mengatasi sembelit sebagai salah satu penyebab ambeien. Biasanya, wasir tidak
membutuhkan pengobatan kecuali bila menyebabkan gejala. Obat pelunak tinja atau psilium bisa
mengurangi konstipasi dan peregangan yang menyertainya. Suntikan skleroterapi diberikan kepada
penderita wasir yang mengalami perdarahan. Dengan suntikan ini, pembuluh vena digantikan oleh
jaringan parut. Wasir dalam yang besar dan tidak bereaksi terhadap suntikan skleroterapi, diikat dengan
pita karet. Cara ini, disebut ligasi pita karet, meyebabkan wasir menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit.
Pengobatan ini dilakukan dengan selang waktu 2 minggu atau lebih. Mungkin diperlukan 3-6 kali
pengobatan.

Wasir juga bisa dihancurkan dengan menggunakan laser (perusakan laser), sinar infra merah
(fotokoagulasi infra merah) atau dengan arus listrik (elektrokoagulasi). Pembedahan mungkin digunakan
bila pengobatan lain gagal. Bila wasir dengan bekuan darah menyebabkan nyeri, maka bisa diobati
dengan cara duduk berendam dalam air hangat, mengoleskan salep obat bius local, pengompresan
dengan kemiri.

4. Kanker usus

Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematian di seluruh dunia. Penelitian
sebelumnya dengan menggunakan binatang sebagai percobaan, kandungan kalsium yang banyak
terdapat pada susu mampu melindungi usus dari serangan kanker. Studi pada manusia juga menunjukan
keseluruhan jumlah kalsium yang dikonsumsi sangat positif dakam mengurangi tingkat dari resiko
kanker susu ini. Setiap kenaikan 1.000 miligram kalsium sehari atau lebih akan mempu mengurangi 15%
resiko dari kanker usus pada wanita dan 10% pada pria. Konsumsi susu dan kalsium bisa mengurangi
resiko terkena kanker usus. Keju dan yoghurt juga merupakan hasil olahan dari susu. Pengobatan Kanker
Usus. Empat jenis utama pengobatan untuk kanker kolorektal adalah Pembedahan, Radioterapi,
Kemoterapi, Target terapi Pembedahan biasanya merupakan pengobatan utama untuk kanker usus
stadium awal.
Suatu Polipectomi adalah suatu metode yang biasa digunakan oleh dokter (ahli endoskopi) untuk
mengangkat polip usus yang dianggap berbahaya (mengarah ke pra-kanker) pada saat dilakukannya
kolonoskopi. Bila sudah menjadi kanker, maka perlu dilakukan tindakan operasi yang disebut kolektomi
atau reseksi segmental. Biasanya dokter akan mengangkat bagian usus yang terkena kanker (termasuk
node getah bening didekatnya), dan kemudian menyambungkan kembali bagian usus yang tersisa.

5. Kanker Lambung

Tumor jinak di lambung agaknya tidak menimbulkan gejala atau masalah medis. Tetapi kadang-kadang,
beberapa mengalami perdarahan atau berkembang menjadi kanker. Sekitar 99% kanker lambung adalah
adenokarsinoma. Kanker lambung lainnya adalah leiomiosarkoma (kanker otot polos) dan limfoma.
Kanker lambung lebih sering terjadi pada usia lanjut. Kurang dari 25 % kanker tertentu terjadi pada
orang di bawah usia 50 tahun. Di Cina, Jepang, Cili dan Iceland, kanker lambung sering sekali ditemukan.
Di AS, lebih sering terjadi pada orang miskin, orang kulit hitam dan orang yang tinggal di utara. Dan
merupakan penyebab kematian no 7, yang terjadi pada sekitar 8 dari setiap 100.000 orang. Faktor
makanan tertentu diperkirakan berperan dalam pertumbuhan kanker lambung. Faktor-faktor ini
meliputi asupan garam yang tinggi, asupan karbohidrat yang tinggi, asupan bahan pengawet (nitrat)
yang tinggi, dan asupan sayuran hijau dan buah yang kurang.

Tetapi tidak satupun dari faktor-faktor tersebut yang telah terbukti menyebabkan kanker. Pada stadium
awal, tumor lambung yang kecil bisa menyebar (metastasis) ke tempat yang jauh. Penyebaran tumor
bisa menyebabkan pembesaran hati, sakit kuning (jaundice), pengumpulan cairan di perut (asites) dan
nodul kulit yang bersifat ganas. Penyebaran kanker juga bisa menyebabkan pengeroposan tulang,
sehingga terjadi patah tulang. Pengobatannya, Teknologi Baru Pengobatan Kanker Lambung.
Cryosurgery adalah aplikasi yang dirancang teknologi antariksa AS. Dengan menembus kulit metode
minimal invasif ini membuat sel tumor beku sampai -160 derajat celsius hanya dengan beberapa detik
sampai puluhan detik.

Lalu dipanaskan sampai 40 derajat celcius secara efektif dapat membunuh sel kanker tanpa
mempengaruhi sel yang normal. terapi radio partikel adalah penanaman radio partikel 125I ke dalam sel
kanker, mengeluarkan sinar gamma secara berkelanjutan dan jarak yang pendek untuk membunuh sel
tumor, memiliki efek radioterapi terhadap tumor.

Metode dengan memasukkan jarum kepusat tumor ini juga berlaku untuk Teknologi Radio frekuensi
dengan memindahkan sumber panas arus frekuensi tinggi, menggunakan jarum elektroda inti untuk
menghasilkan kecepatan getaran tinggi dan gesekan ion untuk menghasilkan panas sehingga
menyebabkan sel kanker “terbakar mati.” Lokal kemotrapi menggunakan jarum inti mengendalikan
kanker dengan embolisasi sehingga kanker tidak mendapatkan asupan nutrisi sehingga secara perlahan
membunuh sel kanker. Teknologi Imunisasi biologi dilakukan dengan memasukkan kembali sel aktif dari
badan pasien sendiri, tumor atau organisme yang tidak baik akan dikendalikan dengan mendapatkan
respon imun dari tindakan ini.
6. Kanker Anus

Faktor risiko untuk kanker anus adalah penyakit tertentu yang ditularkan secara seksual.

a. Berdarah dengan buang air besar, rasa sakit, dan kadang-kadang gatal seputar dubur adalah gejala
khas.

b. Pemeriksaan manual dan biopsi dilakukan untuk mencek diagnosa.

c. Pengobatan mungkin diperlukan baik pembedahan saja atau kombinasi terapi radiasi dan
kemoterapi atau terapi radiasi dan pembedahan. Kanker anus timbul pada sel kulit dengan segera di
seputar dubur atau di garis sepanjang daerah peralihan antara dubur dan rektum (kanal anal).Tidak
seperti di dubur dan usus besar, pada kanker yang mana selalu adenocarcinoma, kanker anal terutama
merupakan carcinoma sel squamous.

Kanker anal terjadi sekitar di atas 4.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Kanker anal hampir dua
kali sering terjadi pada wanita. Penyebab kanker anal tak jelas, tetapi orang yang melakukan hubungan
seks secara anal meningkatkan risiko, seperti orang yang mempunyai infeksi yang ditularkan secara
seksual, khususnya human papillomavirus (HPV tipe 16) dan lymphogranuloma venereum.Pengobatan
Kanker Anal :cAda tiga metode utama pengobatan kanker Anal: terapi radiasi, kemoterapi dan
pembedahan.

Terapi Radiasi. Terapi radiasi menggunakan energy radiasi tingkat tinggi jenis tertentu untuk
mengecilkan tumor atau menghilangkan sel-sel kanker. Terapi radiasi bekerja dengan cara merusak DNA
sel kanker dan membuat sel kanker tidak dapat berkembang biak. Meskipun terapi radiasi dapat
merusak sel-sel sehat di dekatnya, sel-sel kanker sangat sensitif terhadap radiasi dan biasanya mati
ketika diobati. Sel-sel sehat yang rusak selama radiasi akan pulih kembali. Dua jenis utama terapi radiasi
adalah radiasi eksternal dan internal, atau disebut juga “brachytherapy.” Radiasi eksternal jauh lebih
umum daripada radiasi internal dalam mengobati kanker dubur.

Kemoterapi. Kemoterapi dapat dilakukan untuk terapi kanker dubur dan terkadang dibutuhkan
kombinasi dengan terapi radiasi. Obat Kemoterapi bekerja dengan menghmbuhan sel-sel kanker yang
pembelahannya sangat cepat, namun ada beberpa sel normal yang juga memiliki sifat membelah sangat
cepat juga seperti sel-sel folikel rambut dan tentu saja kemoterapi juga mempengaruhi sel-sel ini. Oleh
karena itulah pada orang yang menjalani kemoterapi akan mengalami kerontokan rambut. Namun
kerontokan ini akan segera pulih manakala kemoterapi sudah selesai.

Bedah. Pembedahan dilakukan untuk mengangkat tumor, metode ini merupakan yang paling umum
untuk mengobati kanker dubur namun pada beberapa orang metode ini masih menjadi pertimbangan.
Operasi juga dapat dikombinasi dengan terapi radiasi dan atau kemoterapi. Hal ini dilakukan agar
pengobatan memberikan hasil yang lebih optimal.

7. Irritable Bowel Syndrome


Irritable Bowel Syndrome adalah suatu kelainan pergerakan keseluruhan saluran pencernaan, yang
menyebabkan nyeri perut, sembelit (konstipasi) atau diare. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada
wanita. Pada kelainan ini, saluran pencernaan sangat peka terhadap berbagai rangsangan. Stres,
makanan, obat-obatan, hormon atau rangsangan lainnya bisa menyebabkan kontraksi saluran
pencernaan menjadi abnormal. Kontraksi saluran pencernaan menjadi lebih kuat dan lebih sering,
sehingga makanan dan tinja hanya sesaat singgah di usus kecil sehingga seringkali menyebabkan diare.
Kram perut terjadi akibat dari kontraksi yang kuat dari usus besar dan meningkatkan kepekaan
(sensitivitas) reseptor nyeri di usus besar. Pengobatannya, biasanya dilakukan dengan dua cara yaitu
terapi non-obat dan terapi obat.

Terapi non obat bagi penderita IBS Diare dilakukan dengan mengurangi makanan yang terlalu banyak
mengandung lemak, makanan atau minuman mengandung gula fruktosa, minuman beralkohol, dan
produk susu. Untuk pasien IBS Konstipasi, sangat dianjurkan untuk menambahkan unsur serat di dalam
menu makanannya. Apabila terapi non-obat tidak mengurangi gejala IBS, maka terapi dengan obat
dapat dipertimbangkan untuk mengatasi gejala nyeri perut, kembung, diare, atau sembelit. Untuk
pengobatan IBS Diare, obat-obatan anti diare dapat diberikan, seperti loperamid, difenoxilat ataupun
kolestiramin. Bagi penderita IBS Konstipasi (sembelit), obat-obatan yang bersifat sebagai pencahar,
seperti ispagula dan bisakodil, dapat diberikan. Gejala nyeri perut yang sering menyertai dapat diberikan
mebeverin. High-Desert Dinamic Trio+Enzymeminerals dan Clover Honey juga dapat dikonsumsi untuk
membantu mengatasi masalah pencernaan. High-Desert Dinamic Trio+Enzymeminerals mampu
mempercepat reaksi kimia dalam tubuh sehingga zat makanan terurai dengan lebih optimal, sedangkan
High-Desert Clover Honey yang berasal dari nektar bunga clover mempunyai sifat mengikat elektrolit-
elektrolit yang ada di dalam saluran pencernaan. Selain itu, terapi psikologis dari dokter diperlukan
untuk membantu kesembuhan penderita.

8. Perdarahan Pada Kelainan Arteriovenosa

Perdarahan Pada Kelainan Arteriovenosa adalah pecahnya pembuluh darah abnormal yang
menghubungkan pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh balik (vena). Penyebab terbentuknya
arteriovenosa yang abnormal pada lapisan lambung dan usus, tidak diketahui. Tetapi hal ini sering
terjadi pada orang dengan :

a. Kelainan pada katup jantung, ginjal atau hati

b. Penyakit jaringan ikat

c. Terapi penyinaran pada usus.

Pembuluh darah abnormal ini diameternya bervariasi, mulai dari selebar benang pancingan yang berat
sampai selebar jari kelingking manusia. Pembuluh ini rapuh dan mudah berdarah, bahkan dapat terjadi
perdarahan hebat, terutama pada usia lanjut. Pengobatan, Pengobatan terhadap penyakit yang
mendasarinya (misalnya, pembedahan katup jantung atau pencangkokan ginjal), bisa menghentikan
perdarahan saluran pencernaan. Perdarahan bisa juga dihentikan dengan melakukan kauterisasi pada
pembuluh darahnya, menggunakan endoskopi. Tetapi dapat terbentuk lagi kelainan hubungan
arteriovenosa yang baru. Anemia yang disebabkan kehilangan darah bisa dikoreksi dengan pemberian
tambahan zat besi.

9. Ulkus Peptikum

Ulkus Peptikum adalah luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena lapisan lambung atau usus
dua belas jari (duodenum) telah termakan oleh asam lambung dan getah pencernaan. Ulkus yang
dangkal disebut erosi. Pepsin adalah suatu enzim yang bekerja sama dengan asam klorida (HCl) yang
dihasilkan oleh lapisan lambung untuk mencerna makanan, terutama protein. Ulkus peptikum terjadi
pada lapisan saluran pencernaan yang telah terpapar oleh asam dan enzim-enzim pencernaan, terutama
pada lambung dan usus dua belas jari.

Nama dari ulkus menunjukkan lokasi anatomis atau lingkungan dimana ulkus terbentuk. Gol. Obat Ulkus
Peptikum

a. Patogenesis

Tiga faktor utama :

- Infeksi helicobacter pylori gram negatif.

- Sekresi HCL meningkat

- Mukosa tidak adekuat vs asam lambung

b. Tujuan Terapi :

- Menghilangkan infeksi helicobacter pylori.

- Mengurangi sekresi asam lambung

- Menetralisir asam lambung.

- Melindungi mukosa lambung dari kerusakan.

c. Obat anti ulkus peptikum

1) Golongan antimikroba amoksisilin, komponen bismuth, klaritromisin, Metronidazol, tetrasiklin

2) Golongan penetralisir asam lambung (antasida) ; Alumunium hidroksida, kalsium hidroksida.


Magnesium hidroksida, natrium bikarbonat

3) Golongan pelindung mukosa ; Bismuth koloidal, sukralfat, fucoidan (baru).


Mempengaruhi sekresi asam lambung

1) gol. Inhibitor reseptor h2 histamin. contoh : simetidin, famotidin, ranitidin, nizatidin.

2) gol. Prostaglandin . contoh : misoprostol

3) gol. Inhibitor pompa proton . contoh : lansoprazol, omeprazol

4) gol. Anti muskarinik. contoh : hiosciamin, mepenzolat, pirenzepin

D. Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan

Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari endoskop (tabung serat optik yang
digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh), rontgen,
ultrasonografi (USG), perunut radioaktif, dan pemeriksaan kimiawi.

Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis, menentukan lokasi


kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan. Pada beberapa pemeriksaan, sistem
pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu. Ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam
sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.
Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan
pemeriksaan fisik. Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter
mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti. Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan
depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya

1. Pemeriksaan Kerongkongan

a. Pemeriksaan barium. Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan


dipantau melalui Fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati
atau difilmkan). Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan Anatomi kerongkongan
(misalnya penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film atau kaset video.
Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga bisa ditentukan
lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi secara normal. Cairan barium
yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa menunjukkan kelainan seperti:

1) Selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan fibrosa)

2) Divertikulum zenker (kantong kerongkongan)

3) Erosi dan ulkus kerongkongan

4) Varises kerongkongan

5) Tumor.
b. Manometri. Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur
tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan. Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa
menentukan apakah kontraksi kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.

c. Pengukuran pH kerongkongan. Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat


manometri. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.

d. Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan). Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam
dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui sebuah selang nasogastrik. Pemeriksaan ini digunakan
untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan karena iritasi kerongkongan oleh asam dan
merupakan cara yang baik untuk menentukan adanya peradangan kerongkongan (esofagitis).

e. Intubasi. Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui Hidung atau
mulut ke dalam lambung atau usus halus. Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik
maupun pengobatan. Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri.
Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini (apakah
untuk diagnosik atau pengobatan).

1) Intubasi Nasogastrik. Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju
ke lambung. Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk menentukan
apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman, enzim dan karakteristik lainnya.
Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui racunnya. Kadang selang
terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa didapat. Intubasi nasogastrik juga
bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:

Ø Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin

Ø Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif

Ø Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan.

Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk mengeluarkan isi lambung.
Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan mengisap gas dan cairan dari
lambung. Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

2) Intubasi Nasoenterik.Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih
panjang, karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus. Prosedur ini bisa digunakan
untuk mendapatkan contoh isi usus, mengeluarkan cairan, dan memberikan makanan. Sebuah selang
yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan untuk biopsi (mengambil contoh
jaringan usus halus untuk diperiksa secara mikroskopik atau untuk analisa aktivitas enzim). Lambung dan
usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas tidak menimbulkan nyeri.

2. Rontgen
a. Foto polos perut. Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak
memerlukan persiapan khusus dari penderita. Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu
penyumbatan, kelumpuhan saluran pencernaan, pola udara Abnormal di dalam rongga perut,
pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa)

b. Pemeriksaan barium.Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada
foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan,
lambung dan usus halus. Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi,
tumor dan varises kerongkongan. Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk
menunjukkan keberadaan barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan
barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam. Dengan mengamati perjalanan
barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat menilai fungsi kerongkongan dan lambung,
kontraksi kerongkongan dan lambung, penyumbatan dalam saluran pencernaan. Barium juga dapat
diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian bawah. Kemudian dilakukan foto
rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya. Prosedur ini bisa
menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman. Barium yang diminum atau diberikan
sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang berarti.
Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.

3. Parasentesis

Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya. Dalam
keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan.
Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus, penyakit
hati, kanker atau pecahnya limpa. Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk
keperluan pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang berlebihan.

Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk memperkuat
dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan.

Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik dan
dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan tabung
suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul. Sejumlah kecil cairan diambil untuk
pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan
perut.

4. USG Perut

USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam. USG bisa
menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa
menunjukkan daerah abnormal di dalamnya. USG juga dapat menunjukkan adanya cairan. Tetapi USG
bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan
untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar. USG merupakan
prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko. Pemeriksa menekan sebuah alat kecil
di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan
alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam
dalam filem video.

E. Perubahan Fisik Pada Lansia Pada Sistem Pencernaan

Perubahan yang terjadi pada system pencernaan lansia adalah :

1. Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30
tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

2. Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (±
80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.

3. Esofagus melebar.

4. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun.

5. Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.

6. Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).

7. Liver (hati), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

F. Peran keluarga dan perawat gerontik dalam melakukan asuhan keperawatan pada lansia.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga dalam melaksanakan perannya terhadap
lansia yaitu :

1. Aspek Psikologis

a. Melakukan pembicaraan terarah

b. Pertahankan kehangatan keluarga

c. Membantu melakukan persiapan makan bagi lansia

d. Membantu dalam hal transportasi


e. Membantu memenuhi sumber – sumber keuangan

f. Memberikan kasih sayang

g. Menghormati dan menghargai

h. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia

i. Memberikan kasih sayang, menyediakan waktu, serta perhatian

j. Jangan menganggapnya sebagai beban

k. Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama

l. Mintalah nasihatnya dalam peristiwa – peristiwa penting

m. Mengajaknya dalam acara keluarga

n. Membantu kecukupan hidupnya

o. Memberi dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan – kegiatan

2. Aspek keperawatan

a. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari : zat
tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.

b. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata
dalam satu hari sehingga dapat makan lebih seringdengan porsi yang kecil. Contoh menu : • pagi : bubur
ayam jam 10.00 : roti • siang : nasi, pindang telur, sup, pepayajam 16.00 : nagasari • malam : nasi, sayur
bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang

c. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa
makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akanmemperingan kerja ginjal serta mencegah
kemungkinan terjadinya darah tinggi. D. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan
makanan yangberlemak seperti santan, mentega dll.

d. Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikanhal-hal sebagai
berikut : • makanlah makanan yang mudah dicerna • hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan
goring-gorengan • bila kesulitan mengunyah karena gigirusak atau gigi palsu kurang baik,makanan harus
lunak/lembek atau dicincang • makan dalam porsi kecil tetapi sering • makanan selingan atau snack,
susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan.

e. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula untuk
merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
f. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam,
dan sayuran hijau.

g. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi
makanan yang digoreng.

3. Lingkup Peran Dan Tanggung Jawab Perawat Gerontik

a. Lingkup askep gerontik

Ø pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan

Ø perawatan yang ditujukan u/ pemenuhan kebutuhan akibat proses penuaan

Ø pemulihan ditujukan u/ upaya mengatasi keterbatasan akibat proses penuaan.

b. Tanggung jawab perawat gerontik :

Ø Membantu klien m’oleh kesehatan scr optimal

Ø Membantu klien u/ memelihara kesehatannya

Ø Membantu klien menerima kondisinya(lansia)

Ø Membantu klien menghadapi ajal dgn diperlakukan scr manusiawi sampai meninggal

4. Sifat Pelayanan/Asuhan Keperawatan Gerontik

a. Independen

b. Dependen

c. Humanistik

d. Holistik

5. Model Pemberian Pelayanan/Asuhan Keperawatan Gerontik

a. Model kasus

b. Model tim
c. Model primer

6. Peran Perawat Lansia Komunitas

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari
luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi
sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).

Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana
telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk
menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional.

Dalam Prakteknya Keperawatan Gerontik Meliputi Peran Dan Fungsinya Sebagai Berikut:

a. Sebagai Care Giver /Pemberi Asuhan Langsung Memberikan asuhan keperawatan kepada lansia
yang meliputi intervensi/tindakan keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan, dan menjalankan
tindakan medis sesuai dengan pendelegasian yang diberikan.

b. Sebagai Pendidik Klien Lansia Sebagai pendidik, perawat membantu lansia meningkatkan
kesehatannya malalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medic
yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang
diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada
kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kadar kesehatan, dan lain sebagainya.

c. Sebagai Motivator Sebagai motivator,perawat memberikan motivasi kepada lansia.

d. Sebagai Advokasi Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antar klien dengan
tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan
membantu klien memahami semua informasi dan upeya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan
dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat
bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya
kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advokat, perawat harus
dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.

e. Sebagai Konselor : Memberikan konseling/ bimbingan kepada lansia, keluarga dan masyarakat
tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan penglaman yang lalu, pemecahan masalah difokuskan
pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kea rah perilaku hidup sehat.

7. Fungsi Perawat Gerontik


Menurut Eliopoulous tahun 2005 fungsi dari perawat gerontology adalah :

a. Membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat.

b. Menghilangkan perasaan takut tua.

c. Menghormati hak orang dewasa lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama.

d. Memantau dan mendorong kualitas pelayanan.

e. Memperhatikan serta mengurangi risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan.

f. Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan.

g. Mendengarkan dan memberi dukungan.

h. Memberikan semangat, dukungan, dan harapan.

i. Menghasilkan, mendukung, menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian.

j. Melakukan perawatan rehabilitatif.

k. Mengoordinasi dan mengatur perawatan.

l. Mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan


secara menyeluruh.

m. Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan.

n. Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli di bidangnya.

o. Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial, dan spiritual.

p. Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempat.

q. Memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian.

r. Mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal.

8. Tugas-Tugas Perawat Dalam Setiap Teori Penuaan

a. Tugas Perawat dalam Teori Biologi Perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif,
kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ
tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang dapat dicegah atau
ditekan progresifitasnya.Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas 2 bagian yakni :
1) Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan
orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.

2) Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan
atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama hal-hal yang
berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. Kebersihan
perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya penyakit/peradangan mengingat sumber
infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Disamping itu kemunduran kondisi fisik
akibat proses penuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi
dari luar. Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi,
kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku dan rambut, kebersihan tempat tidur serta posisinya, hal
makan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Komponen
pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu para klien lansia untuk
bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum melakukan
eliminasi, tidur, menjaga sikap tutbuh waktu berjalan, duduk, merubah posisitiduran, beristrahat,
kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari
kecelakaan.

b. Tugas Perawat Dalam Teori Sosial Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan
mengadakan diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya pendekatan sosial.

Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama berarti menciptakan sosialisasi antar manusia, yang
menjadi pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Hubungan yang tercipta adalah hubungan sosial antara werda dengan werda
maupun werda dengan perawat sendiri. Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
para werda untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi seperti jalan pagi, menonton film atau
hiburan-hiburan lain karena mereka perlu diransang untuk mengetahui dunia luar. Dapat disadari bahwa
pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis
dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lansia. Menurut Drs H. Mannan dalam bukunya
Komunikasi dalam Perawatan mengatakan : tidak sedikit klien tidak bisa tidur karena stres.

Stres memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah, sehingga menimbulkan
kekecewaan, rasa ketakutan atau kekhawatiran, rasa kecemasan dan sebagainya. Untuk menghilangkan
rasa jemu dan menimbulkan perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada
mereka untuk antara lain ikut menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada hubungan
dengan dunia luar. Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara mereka (terutama bagi
yang tinggal di panti werda ), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara lain selalu mengadakan
kontak sesama mereka, makan dan duduk nbersama, menanamkan rasa kesatuan dan persatuan,
senasib dan sepenanggungan, mengenai hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap
mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung
berkaitan dengan pelayanan klien lansia di panti werda.
c. Tugas Perawat dalam Teori Psikologi Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap
segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
Perawat hendaknya memiki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang
cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa puas. Pada dasarnya klien
lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungannya termasuk perawat yang memberikan
perawatan. Untuk itu perawat harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan
mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobby yang dimilikinya. Perawat harus dapat
membangkitkan semangat dan kreasi klien lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa,
rasa rendah diri, rasa keterbatasan, sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang
dideritanya, hal ini perlu dilakukan karena : perubahan psikologi terjadi bersama dengan makin
lanjutnya usia. Perubahanperubahan ini meliputi gejala-gejala seperti menurunnya daya ingat untuk
peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan,
perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang dan pergeseran libido.
Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita yang membosankan, jangan mentertawakan atau
memarahi bila klien lansia lupa atau bila melakukan kesalahan. Harus diingat, kemunduran ingatan akan
mewarnai tingkah laku mereka dan kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan
tertentu. Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawatbisa melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung
mental mereka ke arah pemuasan pribadi sehingga pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban,
bila perlu diusahakan agar di masa lansia ini mereka tetap merasa puas dan bahagia.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Untuk mengetahui kemampuan dan kekuatan lansia baik secara fisik, psikologis, social dan spiritual,
maka perlu dilakukan pengkajian terhadap secara menyeluruh menyangkut aspek tersebut.

1. Biologis

Pengkajian fisik / biologis dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang diperlukan. Riwayat kesehatan lansia dikaji dengan menanyakan tentang:
a. Pandangan lansia tentang kesehatannya

b. Kegiatan yang mampu dilakukan lansia

c. Kekuatan fisik lansia : kekuatan otot, sendi, penglihatan, pendengaran

d. Kebiasaan lansia merawat diri sendiri

e. Kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar / kecil

f. Kebiasaan gerak badan / olahraga

g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan

h. Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat

i. Masalah-masalah seksual yang dirasakan

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara periksa pandang, perabaan, ketok dan dengar untuk
mengetahui perubahan system tubuh, antara lain : system integument, muskuloskletal, respirasi,
kardiovaskuler, perkemihan, persyarafan, dan fungsi sensoris misalnya : penglihatan, pendengaran,
pengecapan dan penciuman.

3. Psikologis

Pemeriksaaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan lansia untuk melihat fungsi kognitif
termasuk daya ingat, proses berfikir, dan juga perlu dikaji alam perasaan, orientasi terhadap realitas dan
kemampuan lansia dalam penyelesaian masalahnya.

Perubahan yang umum terjadi antara lain : daya ingat yang menurun. Proses fikir yang lambat dan
adanya perasaan sedih serta merasa kurang diperhatikan. Hal-hal yang perlu dikaji pada lansia meliputi :

a. Apakah mengenal masalah-masalah utamanya

b. Apakah optimis memandang sesuatu dalam kehidupan

c. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan

d. Apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak

e. Bagaimana mengatasi masalah atau stress yang dialami

f. Apakah mudah untuk menyesuaikan diri


g. Apakah lansia sering mengalami kegagalan

h. Apa harapan sekarang dan yang akan dating. Dll

4. Sosial – ekonomi

Penilaian sosial dilihat dari bagaimana lansia membina keakraban dengan teman sebaya maupun
dengan lingkungannya dan bagaimana keterlibatan lansia dalam organisasi social. Status ekonomi juga
turut mempengaruhi yaitu dari penghasilan yang mereka peroleh.

Perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan social ekonomi, hal inipun terkait dengan harga dirinya.
Lansia yang mempunyai penghasilan tentu merasa dirinya berharga karena masih mampu menghasilkan
sesuatu untuk dirinya sendiri dan orang lain. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :

a. Apa saja kesibukan lansia

b. Dari mana saja sumber keuangannya

c. Dengan siapa ia tinggal

d. Kegiatan organisasi social apa yang diikuti lansia

e. Bagaimana pandangan lansia berhubungan dengan orang lain diluar rumah

f. Siapa saja yang biasa mengunjunginya

g. Seberapa besar ketergantungannya

h. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yg ada

5. Spiritual

Penilaian spiritual terkait dengan keyakinan agama yang dimiliki manusia dan sejauhmana keyakinan
tersebut dapat menjalankan ibadahnya dengan baik, keyakinan tersebut benar-benar diresapi dalam
kehidupan sehari-hari ia akan lebih mudah menyesuaikan diri terhadap proses penuaan. yang perlu
dikaji pada lansia :

a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya

b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya
penyantunan anak yatim atau fakir miskin dan lain-lain

c. Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan berdoa jika menghadapi masalah

d. Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal


Dari hasil pengkajian atau data-data yang diperoleh dari pertanyaan diatas dapat dianalisa /
disimpulkan, dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada lansia.
Beberapa masalah keperawatan yang umum ditemukan pada lansia antara lain :

6. Fisik / biologi

a. gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan makanan yang
tidak adekuat

b. gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran / penglihatan

c. kurangnya perawatan diri berhubungan dengan penurunan minat dalam merawat diri

d. resiko cedera fisik : jatuh berhubungan dengan penyesuaian terhadap penurunan fungsi tubuh
tidak adekuat

e. perubahan pola eliminasi berhubungan dengan pola makan yang tidak efektif

f. gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri

g. gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas atau adanya sekret pada jalan
napas

h. gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi dan lain-lain

7. Psikologis - sosial

a. Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu

b. Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga

c. Depresi berhubungan dengan isolasi sosial

d. Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak

e. Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengungkapkan perasaan


secara tepat

f. Cemas berhubungan dengan sumber keuangan terbatas.

8. Spiritual
a. Reaksi berkabung atau berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan

b. Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan menghadapi kematian

c. Marah terhadap tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami

d. Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan ibadah secara tepat.

B. Perencanaan

Sesuai dengan permasalahan yang dialami lansia disusun perencanaan dengan tujuan agar lansia /
keluarga dan tenaga kesehatan terutama perawat baik yang melakukan perawatan di rumah maupun
dipanti dapat membantu lansia, sehingga dapat berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuan dan kondisi fisik, psikologis dan sosial dengan tidak tergantung pada orang lain.

Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan dasar antara lain :

1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

2. Meningkatnya keamanan dan keselamatan

3. Memelihara kebersihan diri

4. Memelihara keseimbangan istirahat / tidur

5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif

C. Tindakan keperawatan :

1. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Peran pemenuhan gizi pada lansia adalah untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran dan
memperlambat timbulnya penyakit degeneratif seperti kerapuhan tulang (osteoporosis) dan penyakit
yang terjadi pada lansia sehingga dapat menjamin hari tua yang sehat dan tetap aktif. Gangguan nutrisi
pada lansia dapat disebabkan oleh factor fisik, psikologi dan sosial. Penurunan alat penciuman dan
pengecapan, pengunyahan kurang sempurna dan rasa kurang nyaman saat makan karena gigi geligi
kurang lengkap, rasa penuh diperut dan sukar buang air besar karena melemahnya otot lambung dan
usus akan menyebabkan nafsu makan lansia kurang. Perubahan peran karena tugas-tugas
perkembangan pada lansia menyebabkan timbulnya kecemasan dan putus asa, dapat menyebabkan
lansia menolak makan atau makan berlebihan. Seringkali keluarga / lingkungan sangat melindungi lansia,
tidak memberi kesempatan untuk menentukan keinginan lansia, hal inipun menyebabkan ia menolak
makan atau makan berlebihan

Masalah gizi yang sering timbul pada lansia adalah :


a. Gizi berlebihan ;Kebiasaan makan banyak waktu muda sukar dirubah. Apabila pada lansia
penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas dapat menyebabkan berat badan
berlebihan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung,
penyempitan pembuluh darah, kencing manis, tekanan darah tinggi dan sebagainya.

b. Gizi berkurang: Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat
badan berkurang dari normal. Bila pemenuhan protein pun berkurang dapat menyebabkan banyak
kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki misalnya : rambut cepat rontok, daya tahan terhadap penyakit
organ tubuh yang vital. Gizi kurang dapat disebabkan oleh masalah sosial ekonomi gangguan penyakit,
serta ketidaktahuan keluarga akan makanan bergizidan kebiasaan makanan yang salah dari usia mudah.

c. Kekurangan vitamin : Disebabkan karena kekurangan konsumsi buahdan sayuran dalam


makanannya. Apalagi bila hal ini ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan.

d. Kelebihan vitamin : Sering usia lanjut mencoba bermacam-macam vitamin tanpa resep dokter,
yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Dosis yang berlebihan dari vitamin ini akan terbuang tanpa
guna dan mempertinggi biaya.

Kebutuhan gizi pada lansia kurang lebih sama dengan kebutuhan nutrisi pada orang dewasa normal,
hanya yang mungkin diubah adalah jenis yang utama, bentuk dan pengurangan porsi untuk
mengimbangi aktivitasnya.

a. Kalori, pada lansia pria adalah 2.100 kalori sedangkan untuk wanita adalah 1.700 kalori, kebutuhan
tersebut dapat dimodifikasikan tergantung keadaan usia lanjut, misalnya gemuk atau kurus atau disertai
penyakit lain (kencing manis, dll).

b. Karbohidrat, dianjurkan 60% dari jumlah kalori. Berikan golongan gula yang mudah diserap karena
tidak mengalami pengubahan lebih lanjut pada proses metabolisme, misalnya madu, nasi, buah-buahan
yang manis.

c. Lemak, pemakaian yang berlebihan tidak dianjurkan karena menyebabkan timbulnya hambatan
pada pencernaan dan terjadinya penyakit. Berikan 15 % - 20 %dr total kalori yg dibutuhkan.

d. Vitamin & mineral, kebutuhannya sama dgn usia muda.pemenuhan kebutuhan didapatkan dr
makanan berupa sayur-sayuran & buah-buahan.

e. Air, kebutuhan sekitar 6-8 gls/hr krn menurunnya fx ginjal & mencegah konstipasi maka
pemasukan air yg banyak sgt dianjurkan.

Rencana makanan untuk lansia

a. Berikan makanan porsi kecil tapi sering

b. Banyak minum & kurangi makan: dapat meringankan pekerjaan ginjal & dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan, hindari makanan yang terlalu asin
c. Beri makanan yg mengandung serat,agar buang air besar menjadi mudah & teratur

d. Batasi pemberian mkanan yang mengandung tinggi kalori agar badan dalam keadaan seimbang
seperti: gula,makanan manis,minyak,makanan berlemak.

e. Membatasi minum kopi dan teh, bila perlu diencerkan untuk merangsang gerakan usus &
menambah nafsu makan.

2. Meningkatkan keamanan & keselamatan lansia

Kecelakaaan sering terjadi pada lansia antara lain: jatuh, kecelakaan lalu lintas dan kebakaran. Hal ini
berkaitan dengan proses penuaan dimana fleksibilitas dari kaki mulai berkurang, ditandai dengan
timbulnya masalah mobilisasi akibat nyeri, pada sendi-sendi. Situasi tersebut menyebabkan usila tidak
mampu menyanggah tubuhnya dengan baik.Selain itu penurunan fungsi pengindaraan dan pendengaran
menyebabkan lansia tidak dapat mengamati situasi sekitarnya,sehingga sering terjadi bahaya kecelakaan
lalu lintas dan luka baker. Selanjutnya, kecelakaan / jatuh dapat puola akibat lingkungan yang tidak tepat
untuk lansia, misalnya pencahayaan yang kurang, lantai yang licin atau tidak rata, tangga yang tidak
diberi tanda pengaman, kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak.Untuk mencegah resiko
kecelakaan diatas, beberapa tindakan yang harus dilakukan antara lain:

a. Klien / lansia

1) biarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan.

2) latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi

3) biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur

4) jika klien mengalami masalah fisik, misalnya rematik, gangguan persyarafan, latih klien untuk
berjalan dan latih klien menggunakan alat bantu berjalan

5) bantu klien berjalan ke kamar mandi, terutama untuk lansia yang menggunakan obat penenang
atau diuretika

6) menggunakian kacamata jika berjalan atau melakukan sesuatu

7) usahakan ada yang menemani jika bepergian.

b. Lingkungan

1) tempatkan klien diruangan khusus dekat ke kantor sehingga mudah di observasi apabila lansia
dirawat diruang perawatan lansia

2) letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya

3) gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi


4) letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lansia mudah menempatkan alat-alat yang selalu
digunakan

5) upayakan lantai bersih, rata, tidak licin dan basah

6) kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lansia yang menggunakan

7) pasang pegangan dikamar mandi

8) hindari lampu yang redup dan menyilaukan

9) sebaiknya gunakan lampu 70 atau 100 watt

10) jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan klie lansia untuk memejamkan mata sesaat

11) gunakan sandal atau sepatu yang beralas karet

c. Memelihara kebersihan diri

Akibat proses penuaan, sebagian lansia mengalami kemunduran / motivasi untuk melakukan perawatan
diri secara teratur. Kadang kala kurangnya perawatan diri pada lansia akibat penurunan daya ingat,
sehingga tidak dapat melakukan upaya kebersihan diri secara tepat dan teratur. Hal ini juga berkaitan
dengan kebiasaan lansia pada usia muda. Jika usila tersebut pada saat mudanya orangnya rapi, tentu ia
akan tetap melakukan aktivitas perawatan diri dengan baik, perawatan diri yang kurang dapat pula
akibat dari kelemahan atau ketidakmampuan fisik lansia. Akibat dari proses penuaan kelenjar keringat
berkurang seringkali kulit lansia bersisik dan kering. Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri antara
lain:

1) mengingatkan atau membantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri misalnya, cuci
rambut, sikat gigi, ganti pakaian, dll.

2) menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung miyak atau berikan skin
lotion

3) mengingatkan / membantu lansia untuk membersihkan lubang telinga, mata, dan gunting kuku

d. Memelihara keseimbangan istrahat dan tidur

Pada umunya lansia mengalami gangguan tidur, upaya yang dapat dilakukan antara lain:

1) menyediakan tempat atau waktu tidur yang nyaman

2) mengatur lingkungan yang cukup, pentilasi bebas dari bau-bauan

3) melatih lansia melakukan latihan fisik ringan untuk melancarkan sirkulasi darah dan melenturkan
otot-otot. Latihan fisik ini dapat dilakukan sesuai hobby, misalnya berkebun, berjalan santai, dll.
4) memberikan minuman hangat sebelum tidur misalnya, susu hangat.

e. Meningkatkan hubungan interpersonal

Masalah yang umum ditemukan pada lansia yaitu daya ingat yang menurun, pikun, depresi, lekas marah
dan mudah tersinggung, curiga. Hal ini disebabkan karena hubungan inter personal yang tidak adikuat.
Upaya yang dilakukan antara lain:

1) berkomunikasi dengan manusia dengan kontak mata

2) memberikan stimulus / mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan

3) menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lansia

4) memberikan lansia kesempatan untuk mengekspresikan / terhadap respon verbal dan non verbal
lansia

5) melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan lansia

6) menghargai pendapat lansia

D. Diagnosa keperawatan:

Resiko terjadi cedera fisik: jatuh berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan dan pandangan.

1. Tujuan jangka panjang:

Lansia dapat memelihara kemanan dan keselamatan dan tidak terjadi trauma fisik

2. Tujuan jangka pendek: setelah tindakan keperawatan, lansia dapat:

a. Mengidentifikasi hal-hal yang mungkin terjadi akibat penglihatan berkurang

b. Melakukan aktivitas sehari-hari tanpa trauma fisik

E. Intervensi keperawatan

1. Bina hubungan saling percaya

2. Jelaskan penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan

3. Jelaskan kebutuhan, keamanan, dan keselamatan akibat penurunan fungsi tubuh

4. Ciptakan lingkungan atau ruangan yang cukup penerangan, lantai tidak licin dan basah

5. Hindari lantai kamar mandi dan wc yang licin dan beri pegangan dan pasang bel
6. Dekatkan barang-barang keperluannya seperti: kacamata, sikat gigi, alat cukur, dll.

7. Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara penggunaannya bila perlu bantuan

8. Perhatian khusus pada lansia yang baru dapat jalan belum siap mobilisasi atau lansia dengan
lingkungan baru

9. Ajarkan cara menggunakan alat bantu, pindah / turun dari tempat tidur, bangun pada malam hari
untuk bak

10. Jelaskan efek samping dari obat dan cara-cara minum obat. Ulangi dan perkuat instruksi dengan
instruksi tulisan.

11. Libatkan keluarga dalam perawatan lansia

12. Ulangi penjelasan-penjelasan bila diperlukan dengan kata-kata sederhana dan spesifik

F. Pelaksanaan

Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah disusun dengan menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti, perlahan-lahan dan sabar, ulangi penjelasan yang belum dimengerti.

G. Evaluasi

Setelah selesai melakukan tindakan keperawatan perlu dikaji respon verbal dan non verbal lansia /
keluarga terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan dengan mengacu pada tujuan. Hasil pengkajian
digunakan untuk menyusun rencana tindak lanjut keperawatan.

Selain asuhan keperawatan individu pada lansia, dapat dilakukan asuhan keperawatan keluarga lansia,
yang ditujukan untuk asuhan keperawatan keluarga di rumah.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada makalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut mekanisme dasar yang menyebabkan
timbulnya diare ialah gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula. Diare
adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat).

B. Saran

Kami berharap para pembaca dapat memahami pembahasan makalah kami tentang Asuhan
Keperawatan Lansia dengan Gangguan Sistem Pencernaan, saran kami adalah agar setiap calon perawat
dapat memaksimalkan pengetahuanya dan tidak pernah berhenti untuk terus belajar dan bekerja
dengan kemampuan yang maksimal dan intergritas kerja yang baik
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo R.B, Martono H, (2000), Buku Ajar Geriatri, Edisi 2, Balai penerbit FKUI, Jakarta

Price SA, Lorraine M, (1995), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Edisi IV, EGC,
Jakarta

Mansjoer a,dkk,(1999), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, Media Euskulapius FKUI, Jakarta

Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta

FKUI, (2000), Kumpulan Makalah Pelatihan Askep Keluarga, Jakarta

Capernito L.J, (2000), Rencana Askep dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta

Engram B, (2000), Rencana askep medikal bedah, Edisi !, EGC, Jakarta

Tuker SM et al, (1992),Standard Perawatan Pasien, Vol 2, Edisi V, EGC, Jakarta

Suparman dkk, (1990), Ilmu Penyakit Dalam , Jilid 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Buku ajar geriatri. Jakarta : balai penerbit fkui gallo, joseph.1998.

Buku saku gerontologi. Jakarta : egc nugroho, wahjudi.2000.

Keperawatan gerontik.jakarta : egc potter & perry.2005.

Buku ajar fundamental keperawatan. Edisi 4.jakarta :egc a.h. markum, 1991,

Buku ajar kesehatan anak, jilid i, penerbit fkui ngastiyah, 997, perawatan anak sakit, egc, jakarta

Price & wilson 1995, patofisologi-konsep klinis proses-proses penyakit, buku 1, ed.4, egc, Jakarta

Soetjiningsih 1998, tumbuh kembang anak, egc, jakarta soeparman & waspadji, 1990, ilmu penyakit
dalam, jilid i, ed. Ke-3, bp fkui, jakarta.

Anda mungkin juga menyukai