PENGKAJIAN DAN MANAJEMEN AIRWAY, BREATHING, CIRCULASI PADA PASIEN TRAUMA (Mary Lowrenza Samosir)
PENGKAJIAN DAN MANAJEMEN AIRWAY, BREATHING, CIRCULASI PADA PASIEN TRAUMA (Mary Lowrenza Samosir)
Oleh
Maru Lowrenza Samosir
170204039
Jika ditemukan lebih dari satu orang korban maka pengelolaan dilakukan
berdasar prioritas (triage). Hal ini tergantung pada pengalaman penolong
dan fasilitas yang ada. Survei ABC (Airway, Breathing, Circulation) ini
disebut survei primer yang harus selesai dilakukan dalam 2 - 5 menit.
Breathing
Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas
bebas. Jika pernafasan tidak memadai maka lakukan :
1. Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks)
2. Tutuplah jika ada luka robek pada dinding dada
3. Pernafasan buatan
Sirkulasi
Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah jalan
nafas bebas dan pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka
lakukan :
1. Hentikan perdarahan eksternal
2. Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14 - 16 G)
3. Berikan infus cairan
PENGKAJIAN
AIRWAY Jalan nafas adalah yang pertama kali harus dinilai untuk
mengkaji kelancaran nafas. Keberhasilan jalan nafas
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses
ventilasi (pertukaran gas antara atmosfer dengan paru-paru.
Jalan nafas seringkali mengalami obstruksi akibat benda
asing, serpihan tulang akibat fraktur pada wajah, akumulasi
sekret dan jatuhnya lidah ke belakang. Selama memeriksa
jalan nafas harus melakukan kontrol servikal, barangkali
terjadi trauma pada leher. Oleh karena itu langkah awal untuk
membebaskan jalan nafas adalah dengan melakukan manuver
head tilt dan chin lift seperti pada gambar di bawah ini :
Data yang berhubungan dengan status jalan nafas adalah :
1. Sianosis (mencerminkan hipoksemia)
2. Retraksi interkota (menandakan peningkatan upaya nafas.
3. Pernafasan cuping hidung
4. Bunyi nafas abnormal (menandakan ada sumbatan jalan
nafas)
5. Tidak adanya hembusan udara (menandakan obstuksi
total jalan nafas atau henti nafas)
BREATHIG Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien dapat
bernafas secara adekwat. Inspirasi dan eksprasi penting untuk
terjadinya pertukaran gas, terutama masuknya oksigen yang
diperlukan untuk metabolisme tubuh. Inspirasi dan ekspirasi
merupakan tahap ventilasi pada proses respirasi. Fungsi
ventilasi mencerminkan fungsi paru, dinding dada dan
diafragma.
Pengkajian pernafasan dilakukan dengan mengidentifikasi :
1. Pergerakan dada
2. Adanya bunyi nafas
3. Adanya hembusan/aliran udara
CIRCULASI Sirkulasi yang adekwat menjamin distribusi oksigen ke
jaringan dan pembuangan karbondioksida sebagai sisa
metabolisme. Sirkulasi tergantung dari fungsi sistem
kardiovaskuler.
Status hemodinamik dapat dilihat dari :
1. Tingkat kesadaran
2. Nadi
3. Warna kulit
4. Pemeriksaan nadi dilakukan pada arteri besar seperti pada
arteri karotis dan arteri femoral
MANAJEMEN
AIRWAY Pengelolaan Jalan Nafas (Airway Management)
1. Tujuan
Membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran
udara secara normal
2. Pengkajian
Pengkajian airway dilakukan bersama-sama dengan
breathing menggunakan teknik L (look), L (listen) dan F
(feel) yang dilakukan dalam satu gerakan dalam tempo
waktu yang singkat (lihat materi pengkajian ABC).
3. Tindakan
a. Tanpa Alat
1) Membuka jalan nafas dengan metode :
o Head Tilt (dorong kepala ke belakang)
o Chin Lift Manuver (perasat angkat dahu)
o Jaw Thrust Manuver (perasat tolak rahang)
Pada pasien yang diduga mengalami cedera
leher dan kepala hanya dilakukan Jaw Thrust
dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.
2) Membersihkan jalan nafas
o Finger Sweep (sapuan jari)
Dilakukan bila jalan napas tersumbat karena
adanya benda asing dalam rongga mulut
belakang atau hipofaring (gumpalan darah,
muntahan, benda asing lainnya) dan hembusan
napas hilang.
o Abdominal Thrust (Gentakan Abdomen)
o Chest Thrust (Pijatan Dada)
o Back Blow (Tepukan Pada Punggung)
b. Dengan Alat
1) Pemasangan Pipa (Tube)
o Dipasang jalan napas buatan (pipa orofaring,
pipa nasofaring). Pipa orofaring digunakan
untuk mempertahankan jalan nafas dan
menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke
belakang yang dapat menutup jalan napas
terutama pada pasien-pasien tidak sadar.
o Bila dengan pemasangan jalan napas tersebut
pernapasan belum juga baik, dilakukan
pemasangan pipa endotrakhea (ETT/
endotracheal tube). Pemasangan pipa
endotrakhea akan menjamin jalan napas tetap
terbuka, menghindari aspirasi dan
memudahkan tindakan bantuan pernapasan.
2) Penghisapan Benda Cair (Suctioning)
o Bila terdapat sumbatan jalan napas karena
benda cair maka dilakukan penghisapan
(suctioning). Penghisapan dilakukan dengan
menggunakan alat bantu pengisap (penghisap
manual portabel, pengisap dengan sumber
listrik).
o Membersihkan benda asing padat dalam jalan
napas: Bila pasien tidak sadar dan terdapat
sumbatan benda padat di daerah hipofaring
yang tidak mungkin diambil dengan sapuan
jari, maka digunakan alat bantuan berupa
laringoskop, alat penghisap (suction) dan alat
penjepit (forceps)
3) Membuka Jalan Nafas Dengan Krikotirotomi
Bila pemasangan pipa endotrakhea tidak mungkin
dilakukan, maka dipilih tindakan krikotirotomi
dengan jarum. Untuk petugas medis yang terlatih
dan trampil, dapat dilakukan krikotirotomi dengan
pisau .
BREATHIG Pengelolaan Fungsi Pernafasan (Breathing Management)
1. Tujuan
Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara membersihkan
pernafasan buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen
dan pengeluaran karbondioksida.
2. Pengkajian
Gangguan fungsi pernafasan dikaji dengan melihat tanda-
tanda gangguan pernafasan dengan metode LLF dan telah
dilakukan pengelolaan jalan nafas tetapi tetap tidak ada
pernafasan.
3. Tindakan
a. Tanpa Alat
Memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut
atau dari mulut ke hidung sebanyak 2 (dua) kali
tiupan dan diselingi ekshalasi.
b. Dengan Alat
1) Memberikan pernafasan buatan dengan alat
“Ambu Bag” (self inflating bag). Pada alat
tersebut dapat pula ditambahkan oksigen.
Pernapasan buatan dapat pula diberikan dengan
menggunakan ventilator mekanik.
2) Memberikan bantuan nafas dan terapi oksigen
dengan menggunakan masker, pipa bersayap,
balon otomatis (self inflating bag dan valve
device) atau ventilator mekanik
CIRCULASI Pengelolaan Sirkulasi (Circulation Management)
1. Tujuan
Mengembalikan fungsi sirkulasi darah.
2. Pengkajian
Gangguan sirkulasi dikaji dengan meraba arteri besar
seperti arteri femoralis dan arteri karotis. Perabaan arteri
karotis sering dipakai untuk mengkaji secara cepat. Juga
melihat tanda-tanda lain seperti kulit pucat, dingin dan
CRT (capillary refill time) > 2 detik. Gangguan sirkulasi
dapat disebabkan oleh syok atau henti jantung. Henti
jantung mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan
terhenti dan menyebabkan kematian dengan segera.
Henti jantung ditandai dengan :
a. Hilang kesadaran
b. Apneu atau gasping
c. Sianosis dan pucat
d. Tidak ada pulse (pada karotis atau femoralis)
e. Dilatasi pupil (bila henti sirkulasi > 1 menit
3. Tindakan
Tindakan untuk mengembalikan sirkulasi darah
dilakukan dengan eksternal chest compression (pijat
jantung) untuk mengadakan sirkulasi sistemik dan paru.
Sirkulasi buatan (artificial circulation) dapat dihasilkan
dengan intermitten chest compression. Eksternal chest
compression menekan sternum ke bawah sehingga
jantung tertekan antara sternum dan vertebrae
menimbulkan “heart pump mechanism”, dampaknya
jantung memompa darah ke sirkulasi dan pada saat
tekanan dilepas jantung melebar sehingga darah masuk
ke jantung.
Triase
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber
daya yang tersedia.
Dua jenis keadaan triase dapat terjadi :
a. Multiple Casualties
Penderita dengan masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akan
dilayani lebih dahulu.
b. Mass Casualties
Penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar, serta membutuhkan
waktu, perlengkapan dan tenaga yang paling sedikit akan dilayani lebih
dahulu.
Pemberian label kondisi pasien pada musibah massal :
A. Label hijau
Penderita tidak luka . Ditempatkan di ruang tunggu untuk dipulangkan.
B. Label kuning
Penderita hanya luka ringan. Ditempatkan di kamar bedah minor UGD.
C. Label merah
Penderita dengan cedera berat. Ditempatkan di ruang resusitasi UGD dan
disiapkan dipindahkan ke kamar operasi mayor UGD apabila sewaktu-waktu
akan dilakukan operasi
D. Label biru
Penderita dalam keadaan berat terancam jiwanya. Ditempatkan di ruang
resusitasi UGD disiapkan untuk masuk intensive care unit atau masuk kamar
operasi.
E. Label hitam
Penderita sudah meninggal. Ditempatkan di kamar jenazah.
Bagan Alur
Primary Survey
Airway dengan kontrol servikal (Cervical Spine Control)
Penilaian
a. Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)
b. Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
Pengelolaan airway
a. Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line
immobilisasi
b. Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan alat yang rigid
c. - Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal
- Pasang airway definitif sesuai indikasi
Fiksasi leher : Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap
penderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau perlukaan diatas
klavikula.
Evaluasi
Algoritme Airway
Pengelolaan
a. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi (nonrebreather mask 11-12
liter/menit)
b. Ventilasi dengan Bag Valve Mask
c. Menghilangkan tension pneumothorax
d. Menutup open pneumothorax
e. Memasang pulse oxymeter
Evaluasi
Pengelolaan
a. Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
b. Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta
konsultasi pada ahli bedah
c. Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah
untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada wanita usia
subur), golongan darah dan cross-match serta Analisis Gas Darah (AGD).
d. Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.
e. Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasien-pasien
fraktur pelvis yang mengancam nyawa.
f. Cegah hipotermia
Evaluasi
Resusitasi
a. Re-evaluasi ABCDE
b. Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pada dewasa dan
20 mL/kg pada anak dengan tetesan cepat
Rapid response
Transient response
No response
Tambahan pada Primary Survey dan Resusitasi
Pasang EKG
1. Monitor EKG dipasang pada semua penderita trauma
2. Disritmia, fibrilasi atrium atau ekstra-sistol dan perubahan segmen ST dapat
disebabkan kontusio jantung
3. Pulseless Electrical Activity mungkin disebabkan tamponade jantung, tension
pneumothoraks dan atau hipovolemia berat
4. Bila ditemukan bradikardi, konduksi aberan atau ekstrasistole harus dicurigai
adanya hipoksia dan hipoperfusi
5. Hipotermia dapat menampakkan gambaran disritmia
Secondary Survey
Anamnesis
Anamnesis yang harus diingat :
A : Alergi
M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)
P : Past illness
L : Last meal (makan minum terakhir)
E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.
Jenis perlukaan dapat diramalkan dari mekanisme kejadian perlukaan, misal trauma
tumpul, trauma tajam, perlukaan karena suhu dan bahan berbahaya.
Terapi Definitif
A. Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien
karena keterbatasan SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang
masih memungkinkan untuk dirujuk.
B. Tentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan dan kebutuhan penderita
selama perjalanan serta komunikasikan dengan dokter pada pusat
rujukan yang dituju.