Anda di halaman 1dari 109

HALAMAN JUDUL

PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG DAN


UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(Studi Penelitian Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI
Periode 2015 – 2018)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan


Program Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi Prodi Studi Manajamen
Universitas Pekalongan

Disusun Oleh
Nama : TUKY MINTRIANI
NPM : 0116059571

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEKALONGAN
TAHUN 2020
AFTAR ISI

Table of Contents
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................v
DAFTAR TABEL.............................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1.Latar Belakng Masalah.........................................................................................1
1.2.Identifikasi, Pembatasan Masalah Dan Rumusan Masalah...............................8
1.2.1. Identifikasi Masalah.........................................................................................8
1.2.2. Pembatasan Masalah......................................................................................10
1.2.3. Rumusan Masalah..........................................................................................10
1.3.Tujuan Penelitian.................................................................................................11
1.4.Manfaat Penelitian...............................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................12
2.1.Landasan Teori....................................................................................................12
2.1.1. Rasio Keuangan.............................................................................................12
2.1.2. Nilai Perusahaan.............................................................................................15
2.1.3. Kebijakan Deviden (DPR)..............................................................................18
2.1.4. Kebijakan Hutang...........................................................................................24
2.1.5. Ukuran Perusahaan.........................................................................................27
2.2.Hasil Penelitian Terdahulu..................................................................................28
2.3.Kerangka Pemikiran...........................................................................................34
2.2.Pengembangan Hipotesis.....................................................................................36
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................39
3.1.Jenis Penelitian.....................................................................................................39
3.2.Variabel Penelitian dan Definisis Operasional Variabel...................................18
3.2.1. Variabel Dependen atau Variabel Terikat (Y1)..............................................18
3.2.2. Variabel Independen atau Variabel Bebas......................................................19
3.3.Populasi, Sampel dan Metode Penarikan Sampel.............................................39

ii
3.3.1. Populasi..........................................................................................................40
3.3.2. Sampel............................................................................................................41
3.4.Jenis dan Metode Pengumpulan Data................................................................41
3.5.Teknik Analisis.....................................................................................................42
3.5.1. Stastistik Deskripsi.............................................Error! Bookmark not defined.
3.5.2. Uji Asumsi Klasik..........................................................................................43
3.5.3. Uji Hipotesis..................................................................................................46
3.5.4. Analisis Regresi Linier Berganda.......................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................82

iii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2. 1 MODEL KERANGKA PEMIKIRAN...................................................................................36

iv
DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 RESEARCH GAP...................................................................................................5


TABEL 2.1 HASIL PENELITIAN TERDAHULU........................................................................31
TABEL 3.1 VARIABEL OPERASIONAL..................................................................................20
TABEL 3.2 DAFTAR PERUSAHAAN INDUSTRI MANUFAKTUR……………………………………42

v
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakng Masalah

Berdirinya suatu perusahaan memiliki beberapa tujuan yang jelas dan

terarah. Tujuan perusahaan yang pertama yaitu untuk mencapai keuntungan

yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Kedua, memberikan

kemakmuran bagi pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Sedangkan

tujuan perusahaan yang ketiga yaitu memaksimalkan nilai perusahaan yang

tercermin dari harga sahamnya. Ketiga pendapat tersebut sebenarnya secara

substansial tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin dicapai

berbeda antara tujuan yang satu dengan yang lainnya (Martono dan Harjito,

2005:2).

Sebagai organisasi bisnis, perusahaan memiliki orientasi tujuan

jangka panjang maupun jangka pendek. Makna tujuan perusahaan dalam

jangka pendek (arti sempit) yaitu bertujuan mengejar keuntungan untuk

menambah kekayaan pemiliknya. Sedangkan makna dari tujuan perusahaan

modern (jangka panjang) tidak hanya menitik beratkan pada aspek profite

oriented saja, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan

disertai dengan eksistensi secara periodik dan berkesinambungan. Secara

umum perusahaan yang tumbuh dan berkembang akan menghadapi berbagai

gejolak permasalahan di dalam menjalankan usahanya, salah satunya yaitu

persaingan. Persaingan di dalam dunia bisnis merupakan suatu tantangan

untuk terus maju dan berkembang. Ketatnya persaingan di era modern ini

1
2

menuntut perusahaan untuk lebih berfikir konservatif, stratejik, analitis, dan

taktis dalam setiap pengambilan keputusan yang akan dijalankan. Selain

berbagai tantangan di kancah domestik yang semakin kompetitif, tantangan

dari luar negeri pun semakin bertambah dengan munculnya kebijakan

masyarakat ekonomi asean (MEA) sejak awal tahun 2016.

Naik turunnya nilai perusahaan salah satunya dipengaruhi oleh

struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan sangat penting dalam menentukan

nilai perusahaan. Dua aspek yang perlu dipertimbangkan ialah (1) konsentrasi

kepemilikan perusahaan oleh pihak luar (outsider ownership concentration)

dan (2) kepemilikan perusahaan oleh manajemen (management ownership).

Pemilik perusahaan dari pihak luar berbeda dengan manajer karena kecil

kemungkinannya pemilik dari pihak luar terlibat dalam urusan bisnis

perusahaan sehari-hari (Rejeki dan Hartono, 2007:23).

Nilai perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan membayar

dividen. Besarnya dividen ini dapat mempengaruhi harga saham. Apabila

dividen yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga

nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya bila jika dividen yang dibayarkan

kecil maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah. Kemampuan

membayar dividen erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan

memperoleh laba. Jika perusahaan memperoleh laba yang besar, maka

kemampuan membayar dividen juga besar. Oleh karena itu, dengan dividen

yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan (Matono dan Harjito,

2005:3).
3

Kebijakan hutang yaitu kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan

untukmenjalankan operasionalnya dengan menggunakan hutang keuangan

atau financial leverage (Brigham dan Houston, 2011).Kebijakan hutang juga

dapat dihubungkan dengan nilai perusahaan. Kebijakan hutang merupakan

kebijakan perusahaan tentang seberapa jauh sebuah perusahaan menggunakan

pendanaan hutang. Hutang juga merupakan salah satu instrumen penting bagi

perusahaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan. Bahkan ada sebagian

dana perusahaan yang didanai oleh hutang. Tidak dapat dipungkiri lagi,

perusahaan membutuhkan hutang dalam menjalankan usahanya.

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang menentukan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Jadi suatu perusahaan bisa

saja dikatakan perusahaan besar, jika kekayaan yang dimilikinya besar.

Demikian pula sebaliknya, perusahaan dikatakan kecil, jika kekayaan yang

dimilikinya adalah sedikit. Bisaanya masyarakat akan menilai besar kecilnya

perusahaan dengan melihat bentuk fisik perusahaan. Dapat dibenarkan bahwa

perusahaan yang dari luar terlihat megah dan besar diartikan sebagai

perusahaan berskala besar. Namun, hal itu tidak menutup kemungkinan

bahwa perusahaan tersebut tidak memiliki kekayaan yang besar. Berdasarkan

hasil analisis rasio keuangan mengenai Ukuran Perusahaan yang dapat dilihat

dari total asset dan total penjualan yang dimiliki, perusahaan manufaktur

yang menjadi sampel penelitian yang telah Listing di Bursa Efek Indonesia

(BEI) telah mencatatkan total asset dan total penjualan yang baik, sehingga
4

para investor dapat melihat besar atau kecilnya sebuah perusahaan dengan

melihat total asset dan total penjualan yang dimiliki oleh perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Desy Septariani (2017) membuktikan

bahwa kebijakan deviden yang di ukur dengan Dividend payout Ratio (DPR)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Sedangkan

menurut Niken Indah Pratiwi (2017) membuktikan bahwa Dividen Payout

Ratio (DPR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan.

Dividen payout ratio (DPR) merupakan rasio yang memperlihatkan bagian

earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Rasio

ini diukur dengan membagi jumlah dividen perlembar saham dengan laba

perlembar saham. Perusaahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang

tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya

perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang

tinggi (Hanafi, 2008:86).

Penelitian yang dilakukan oleh Alif Wahyu Wicaksana, Abdul Qodir

Djailani dan M. Khoirul Anwarodin BS (2016), membuktikan bahwa

kebijakan hutang yang di ukur dengan Debt To Equity Ratio (DER)

berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Sedangkan penelitian

menurut Rara Sukma Palupi dan Susanto Hendiarto (2018) membuktikan

bahwa Debt To Equity Ratio (DER) tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Debt To Equity Ratio (DER) yang

dimiluki perusahaan menunjukkan struktur permodalan lebih banyak dana

yang dibiayai oleh pinjaman sehingga ketergantungan perusahaan terhadap


5

kreditur akan meningkat, sehingga apabila perusahaan memperoleh laba

usaha, maka akan diserap untuk melunasi hutang dan akhirnya laba yang

dibagikan kepada pemegang saham akan semakin kecil yang berakibat

investor enggan membeli saham perusahaan tersebut, sehingga berakibat nilai

perusahaan tersebut akan turun (Sudana, 2011:45).

Penelitian yang di lakukan oleh Abdul Rosyid (2017) membuktikan

bahwa Ukuran Perusahaan yang di ukur menggunakan (Firm Size) memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Sedangkan

menurut Niken Indah Pratiwi (2017) membuktikan bahwa Ukuran

Perusahaan (Firm Size) tidak berpengaruh signifikan dan berpengaruh negatif

terhadap Nilai Perusahaan.

Tabel 1.1
Research Gap

No Research Gap Hasil Peneliti


1 Pengaruh DPR Terhadap Positif Desy Septariani
Nilai Perusahaan Signifikan (2017)
2 Pengaruh DPR Terhadap Negatif Niken Indah Pratiwi
Nilai Perusahaan Signifikan (2017)
3 Pengaruh DER Terhadap Positif Alif Wahyu
Nilai Perusahaan signifikan Wicaksana , Abdul
Qodir Djailani dan
M. Khoirul
Anwarodin BS
(2016)
4 Pengaruh DER Terhadap Negatif Rara Sukma Palupi
Nilai Perusahaan Signifikan dan Susanto
Hendiarto (2018)
5 Pengaruh Firm Size Positif Abdul Rosyid (2017)
terhadap nilai perusahaan Signifikan
6 Pengaruh Firm Size Negatif Niken Indah Pratiwi
terhadap nilai perusahaan Soignifikan (2017)
6

Tabel 1.2
Data Rata-Rata DPR, DER, FIRM SIZE, PBV, dan Asset Growth Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Periode 2015-2018

No Variabel Tahun
2015 2016 2017 2018
.
1 Dividend Payout
368.00 291.46 289.00 279.19
Ratio
2 Debt to Equity
Ratio 1.454 0.44 0.39 0.77
3 Firm Size Ratio 16.70 16.75 16.82 19.80
4 Price to Book 5,69 5,29 6,27 4,87
Value (X)
Sumber:Data sekunder yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rasio DPR menunjukkan hasil yang

tidak konsisten, pada tahun 2015 menunjukkan rasio sebesar 368,00 ditahun 2016

DPR mengalami penurunan rasio sebesar 76,54 , dan ditahun 2017 rasio ini juga

mengalami penurunan sebesar 2,46 Penurunan DPR kembali terjadi pada tahun

2018 yaitu sebesar 9,81.

Fenomena DER ditahun 2015-2018 menunjukkan penurunan nilai

yang konsisten, namun tidak diiringi dengan penurunan DPR disetiap

tahunnya. Ditahun 2017-2018 DER mengalami penurunan sebesar 1,014

yang diikuti dengan penurunan DPR ditahun 2018 sebesar 2,46. Hal ini tidak

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sartono (2010) yang menyatakan

semakin tinggi DER semakin berkurangkemampuan perusahaan membayar

deviden sebaliknya semakin turun DER semakin tinggi kemampuan

perusahaan membayar deviden.

Berdasarkan dari hasil analisis, bahwa firm size ditahun 2015-2018

mengalami ketidak konsistenan, ditahun 2015 firm size sebesar 0,5 Ditahun
7

2016 firm size mengalami peningkatan sebesar 0,13 tetapi tidak diikuti

dengan kenaikkan deviden. Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil

penelitianoleh Jensen, Solberg, dan Zon (1992) yaitu, profitabilitas

perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap kebijakan deviden.

Fenomena terjadi pada variabel PBV ditahun 2015-2016, PBV meningkat

sebesar 0,76 namun tidak diikuti dengan peningkatan DPR. Fenomena ini

tidak sejalan hasil penelitianoleh Suharli (2006) yang menyatakan bahwanilai

pemegang saham akan meningkat apabila nilai perusahaan meningkat yang

ditandai dengan tingkat pengembalian investasi yang tinggi kepada pemegang

saham sebagai bentuk deviden.

Permasalahan yang mendasari penelitian ini dapat dilihat dari hasil

uraian penelitian sebelumnya terdapat inkonsistensi yang ditemukan, serta

fenomena yang tidak berkesesuaian dengan beberapa teori yang

dikemukakan. Dengan demikian peneliti tertarik untuk mengambil

Berdasarkan penelitian terdahulu yang hasil penelitian tidak

konsisten, maka peneliti ingin meneliti kembali apakah kebijakan hutang,

kebijakan deviden dan ukuran perusahaan tetap konsisten berpengaruh

terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian akan di hasilkan kontribusi yang

nyata untuk membuktikan apakah terjadi pengutan konsistensi terhadap teori

yang terjadi selama ini atau sebaliknya.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka penulistertarik

untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh kebijakan deviden, kerbijakan

hutang, dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan.Penelitian ini dilakukan


8

dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh variabel kebijakan

deviden, kerbijakan hutang, dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan.

Maka penelitian tersebut akan diterjemahkan ke dalam karya tulis yang berjudul

“Analisis Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, dan Ukuran

Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan. (Studi Kasus Perusahaan

Manufaktur Periode 2015-2018)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

datayang digunakan sebagai sampel dan penggunaan tahun dalam menguji

dampak yang ditimbulkan dan adanya pengaruh variabel Dividend Payout

Ratio (DPR), debt to equity ratio (DER) dan firm size, terhadap nilai

perusahaan. Dalam hal ini penulis mengambil sampel perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI tahun 2016-2018, sehingga diharapkan penelitian ini

dapat memperbaharui penelitian sebelumnya.

1.2. Identifikasi, Pembatasan Masalah Dan Rumusan Masalah

1.2.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

maka dapat diidentifikasi permasalahan pada penelitian ini yaitu mengenai

adanya kecenderungan volatilitas, penurunan, dan belum optimalnya nilai

perusahaan. Nilai perusahaan dapat dilihat pada kinerja perusahaan yang

didasarkan pada laporan keuangan perusahaan sehingga dari laporan

keuangan perusahaan tersebut dapat diketahui faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai perusahaan.


9

Seperti peramalan laba sebelum akhir tahun  fiscal dan setelah akhir

tahun fiscal, earning per share (EPS) dividen per share (DPS), ukuran

perusahaaan, Laverage, profitabilitas, kebijakan deviden, struktur modal,

likuiditas, tingkat pajak kebijakan hutang, tingkat pajak, risisko bisnis

laverage operasi dan lain sebagainya. Serta kondidsi ekonomi seperrti gejolak

politik, pengumuman mengenai perubahan suku bunga tabungan dan

deposito, kurs valuta asing, dan inflasi juga merupakan factor yang

mempengaruhi terjadinya pergerakan di bursa efek.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan dapat diketahui

dari faktor internal atauf aktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan

dari dalam laporan keuangan perusahaan itu sendiri maupun faktor eksternal

atau faktor- faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan dari luar laporan

keuangan perusahaan. Faktor internal yang mempengaruhi nilai perusahaan

yaitu pertumbuhan aset, keputusan pendanaan, ukuran perusahaan dan

kebijakan dividen. Faktor internal pertumbuhan aset dapat mempengaruhi

nilai perusahaan karena dengan tinggi rendahnya profitabilitas pengeluaran

investasi dapat memberikan signal yang positif maupun negatif tentang

pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat

berpengaruh pada harga saham dan juga akan berdampak pada nilai

perusahaan.

Faktor internal keputusan pendanaan dapat mempengaruhi nilai

perusahaan karena tinggi rendahnya hutang dan ekuitas yang digunakan dapat

mempengaruhi harga saham dan harga saham mencerminkan nilai


10

perusahaan. Utang dapat membantu perusahaan dalam peningkatan

pertumbuhan aktiva pertusahaan tersebut tetapi disisi lain utang yang terus

tumbuh tanpa pengendalian akan menimbulkan risiko yang harus ditanggung

perusahaan sehingga dapat memberatkan perusahaan yang mengakibatkan

adanya penurunan harga saham sehingga, menurunnya harga saham

menurunkan pula nilai perusahaan.

Faktor internal kebijakan dividen jika perusahaan memutuskan akan

meningkatkan pembagian dividen maka, harga saham akan meningkat

sehingga nilai perusahaan akan meningkat dan sebaliknya sehingga kebijakan

dividen dapat mempengaruhi nilai perusahaan dilihat dari keputusan

perusahaan tersebut dalam melakukan kebijakan dividen. Faktor eksternal

yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah inflasi dan suku bunga. Faktor

eksternal inflasi dapat memberikan pengaruh terhadap nilai perusahaan

karena tingginya inflasi yang terjadi membuat masyarakat akan

mementingkan dirinya sendiri dan malas berinvestasi akibatnya, harga saham

akan menurun dan turunnya harga saham berdampak nilai perusahaan juga

ikut menurun.

Faktor eksternal suku bunga berdampak pada nilai perusahaan karena

dengan adanya suku bunga yang tinggi maka, masyarakat lebih berdominan

untuk berinvestasi pada sektor perbankan sehingga, kurangnya investasi

saham mengakibatkan harga saham menurun dan nilai perusahaan juga akan

menurun.
11

1.2.2. Pembatasan Masalah

Berbagai masalah yang telah di jelaskan maka perlu adanya

pembatasan terhadap masalah yang akan di teliti. Hal ini untuk menjaga agar

masalah yang akan di bahas tidak terlepas dari permasalahan yang telah di

tentukan, maka dalam penelitian ini di batasi hanya pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mempunyai

data peneliti lengkap selama kurun waktu 2016 – 2018. Dalam hal faktor –

faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan pada penelitian ini penulis

hanaya membatasi pada Kebijakan Deviden, Kebijakan Hutang dan Ukuran

Perusahaan saja.

1.2.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan di teliti

dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh Debt To EquityRatio (DER) terhadap nilai perusahaan?

2. Apakah ada pengaruh Deviden Payout Ratio (DPR) terhadap nilai

perusahaan?

3. Apakah ada pengaruh Ukuran Perusahaan (firm size) terhadap nilai

perusahaan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:
12

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh antara variabel Debt To

EquityRatio (DER) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur

yang pada periode 2015-2018

2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh antara variabel Deviden Payout

Ratio (DPR) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang pada

periode 2015 -2018

3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh antara variabel Ukuran

Perusahaan (firm size) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur

yang pada periode 2015 -2018

1.4. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi proses belajar mengajar

pada program studi sehingga dapat diterapkan di lapangan dan untuk

menambah referensi sebagai rekomendasi penelitian yang akan dilaksanakan

di waktu yang akan datang.

b. Manfaat Praktis

Sebagai bahan pertimbangan serta informasi bagi manajer dan investor dalam

menentukan alternatif pendanaan dan aspek-aspek yang mempengaruhi, serta

sebagai salah satu masukan mengenai kinerja perusahaan sehingga

mempertimbangkan kebijakan calon investor dalam menanamkan modalnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

1. Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan penulisan ulang data akuntansi ke dalam

bentuk perbandingan dalam rangka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan

keuangan perusahaan (Keown,2011:74). Perbandingan dapat dilakukan antara

satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangn lainya.

Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam

satu oeriode maupun beberapa periode. Hasil rasio ini digunakan untuk

menilai kinerja manajemen dalam satu peride.

Angka-angka yang ada dalam laporan keuangan menjadi kurang

berarti jika hanya dilihat dari satu sisi saja, Artinya jika hanya dengan melihat

adanya. Angka-angka ini akan menjadi lebih apabila dapat kita bandingkan

antara satu komponen satu dengan komponen lainya. Caranya adalah dengan

membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan

laporan keuangan lainya. Setelah melakukan perbandingan dapat disimpulkan

posisi keuangn dalam periode tertentu. Pada akhirnya kita dapat menilai

kinerja manajemen dalam periode tersebut. Perbandingan ini kita kenal

dengan dengan nama analisis rasio keuangan. Rasio keuangan membantu kita

untuk mengidentifikasikan beberapa kelemahan dan kekuatan keuangan

perusahaan (Keown, 2011:74).

13
14

Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan

rasio-rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan.

Berikut ini merupakan bentuk-bentuk rasio keuangan menurut Weston dalam

(Kasmir dan Jakfar, 2008:106):

a) Rasio Likuiditas Rasio likuiditas

Merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendek. Fungsi lain rasio likuiditas adalah untuk

menunjukan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiabnyayang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan

(likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan)

(Kasmir dan Jakfar, 2008:110).

b) Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)

Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya

seberapa besar beban utang yang di tanggung perusahaan yang di bandingkan

dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan

untuk mengukur suatu kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh

kewajibanya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan

dibubarkan (dilikuidasi) (Kasmir dan Jakfar, 2008:151).

c) Rasio Aktivity (Activity Ratio)

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat

efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan

piutang dan lainya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
15

melaksanakan aktifitas sehari- hari dari hasil pengukuran dengan rasio ini akan

terlihat apakah perusahaan lebih efisien atau sebaliknya dalam mengelola asset

yang dimilikinya (Kasmir dan Jakfar, 2008:114).

d) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Pada dasarnya konsep teori rentabilitas atau profitabilitas ingin

mengungkap perbandingan laba dengan modal pada periode tertentu (Riyadi,

2006:155) dalam (Indriani, 2008:5). Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu

periode tertentu (Kasmir dan Jakfar, 2008:114). Rasio pfrofitabilitas sekelompok

rasio yang menunjukan kombinasi dari pengaruh likuiditasi, manajemen asset, dan

hutang pada hasil operasi (Bringham dan Houston, 2010:146)

e) Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)

Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan

perekonomian dan sector usahanya (Kasmir dan Jakfar, 2008:115).

f) Rasio Penilaian (Valution Ratio)

Rasio penilaian merupakan rasio yang memberikan ukuran kemampuan

manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi seperti:

1) Rasio harga saham terdapat pendapatan

2) Rasio nilai pasar saham terdapat nilai buku

g) Trade Off Theory


Esensi Trade off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan

manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang.


16

Sejauh manfaat lebih besar, tambahan hutang masih diperkenankan. Apabila

pengorbanan karena prnggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan

hutang sudah tidak diperbolehkan. Kesimpulannya adalah penggunaan hutang

akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya pada sampai titik tertentu.

Setelah titik tersebut, penggunaan hutang justru menurunkan nilai

perusahaan. Trade off theory telah mempertimbangkan beberapa faktor

seperti corporate tax, biaya kebangktruan dan personal tax dalam

menjelaskan mengapa suatu perusahaan memilih struktur modal tertentu

(Husnan, 2000).

2. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat

keberhasilan perusahaan yang terkait erat dengan harga sahamnya (Sujoko dan

Soebiantoro, 2007). Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga

tinggi, dan meningkatkan kepercayaan pasar tidak hanya terhadap kinerja

perusahaan saat ini

Nilai perusahaan dapat diukur dengan price to book value (PBV), yaitu

perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per saham (Brigham dan

Gapenski, 2006). Indikator lain yang terkait adalah nilai buku per saham atau

book value per share, yakni perbandingan antara modal (common equity) dengan

jumlah saham yang beredar (shares outstanding) (Fakhruddin dan Hadianto,

2001). Dalam hal ini, PBV dapat diartikan sebagai hasil perbandingan antara

harga pasar saham dengan nilai buku saham. PBV yang tinggi akan meningkatkan

kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan dan mengindikasikan


17

kemakmuran pemegang saham yang tinggi (Soliha dan Taswan, 2002). PBV juga

dapat berarti rasio yang menunjukkan apakah harga saham yang diperdagangkan

overvalued (di atas) atau undervalued (di bawah) nilai buku saham tersebut

(Fakhruddin dan Hadianto, 2001).

Beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan adalah

nilai nominal, nilai pasar, nilai intrinsic, nilai buku dan nilai likuidasi. Nilai

nominal adalah nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar

perseroan, disebut secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas

dalam surat saham kolektif. Nilai pasar, sering juga disebut kurs adalah harga

yang terjadi dari proses tawar-menawar dipasar saham. Nilai intrinsik, merupakan

konsep yang paling abstrak, karena mengacu pada perkiraan nilai riil suatu

perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekedar harga

dari sekumpulan asset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang

memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan dikemudian hari. Sedangkan

nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi.

Secara sederhana dihitung dengan cara membagi selisih antara total aktiva dan

total hutang dengan jumlah saham yang beredar. Nilai likuidasi adalah nilai jual

seluruh asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi.

Nilai sisa itu merupakan bagian para pemegang saham. Nilai likuidasi bisa di

hitung dengan cara yang sama dengan menghitung nilai buku, yaitu berdasarkan

neraca proforma yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan dilikuidasi (Keown,

2008:849).
18

Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik

perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran

pemegang saham juga akan meningkat. Kekayaan pemegang saham dan

perusahan direpresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan

cerminan dari keputusan investasi, kebijakan dividen, dan keputusan

pendanaan (Brigham dan Houston, 2009:19). Rasio yang dipakai untuk

mengukur nilai perusahaan adalah sebagai berikut (Mardiyanto, 2008:64):

a. Price Book Value (PBV)

Menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai saham suatu

perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka pasar percaya akan prospek

perusahaan. Rumus menghitung PBV adalah:

Harga Saham
PBV¿
Nilai buku saham

b. Tobin’s Q

Nilai perusahaan dihitung dengan menggunakan Tobin’s Q

denganrumus sebagai berikut: Keterangan

EMV + D
Q¿
EVD + D

Keterangan :

Q = Nilai perusahaan

EMV = Nilai pasar ekuitas


19

EMV = Harga saham x jumlah saham beredar)

D = Nilai buku dari total hutang

EBV = Nilai buku dari total aktiva

Harga saham yang dimaksud disini adalah harga pada saat saham

penutupan atau harga terakhir dan merupakan harga yang tidak mungkin

berubah sampai bursa diaktifkan kembali dan harga terakhir ini mewakili

nilai bagi investor. Perusahaan yang menunjukkan Tobin’s Q lebih besar

berarti perusahaan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dengan

sangat baik.

A. Variabel Penelitian dan Definisis Operasional Variabel

Variabel – variabel yang di butuhkan pada penelitian ini ada 4 yang terdiri

dari 3 variabel independen yaitu kebijakan Deviden yang di operasikan dengan

Deviden Payout Ratio (DPR), Kebijakan Hutang yang di operasikan dengan

DebtToEquityRatio (DER) dan Ukuran Perusahaan yang di operasikan dengan

firm size. serta satu variabel dependen yaitu Nilai Perusahaan yang di ukur dengan

(PBV). Masing – masing variabel penelitian secara operasional dapat di

definisikan sebagai berikut.

B. Variabel Dependen atau Variabel Terikat (Y1)

Variabel terikat adalah variabel yang di pengaruhi oleh variabel bebas.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah nilai perusahaan.

Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan,

sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga

akan meningkat. Kekayaan pemegang saham dan perusahan direpresentasikan


20

oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi,

kebijakan dividen, dan keputusan pendanaan (Brigham dan Houston, 2009:19).

Rasio yang dipakai untuk mengukur nilai perusahaan adalah sebagai berikut

(Mardiyanto, 2008:64): a.Price Book Value (PBV)

Menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai saham suatu

perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka pasar percaya akan prospek

perusahaan. Rumus menghitung PBV adalah:

Harga Saham
PBV¿
Nilai buku saham

C. Variabel Independen atau Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang diduga secara bebas berpengaruh

terhadap variabel terikat terdapat tiga variabel bebas dalam penelitian ini

yaitu:

1. Kebijakan Deviden atau Deviden Payout Ratio ( DPR)

Menurut Faridah (2012:4) Rasio pembayaran deviden adalah persentase

laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk kas. Rumus

dari rasio pembayaran deviden yaitu:

Dividend payout ratio (DPR)

Deviden per lembar saham


DPR= X 100
Laba per lembar saham

2. Kebijakan Hutang / DebtToEquityRatio (DER)


21

Horne (2005:232), Struktur modal adalah bauran atau proporsi pendanaan

permanen jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh hutang, saham preferen,

dan ekuitas saham biasa. Variabel ini diukur dengan Debt Equity Ratio;

Simamora (2000:533), Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang

digunakan untuk melihat struktur keuangan perusahaan dengan mengaitkan

jumlah kewajiban dengan jumlah ekuitas pemilik. Di ukur menggunakan

Debt to Equity Ratio (DER):

Total Hutang
DER=
Modal Sendiri

3. Ukuran Perusahaan/ firm size

Ukuran perusahaan (Size) adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan.

Perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki sumber permodalan yang lebih

terdiversifikasi sehingga ukuran perusahaan (Size) merupakan kebalikan

keuntungan terjadinya kebangkrutan. Pengukuran ukuran perusahaan dilakukan

dengan menggunakan rumus (Asnawi dan Wijaya, 2005:274)

Firm Size

Size = Ln ( total aktiva)


Identifikasi variabel dan definisi operasional secara terperinci di sajikan dalam

table di bawah ini:

Tabel 2.1
Variabel Operasional

Variabel Menurut Definisi Skala Rumus


Deviden Payout Faridah Penentuan Rasio Deviden per lembar
Ratio ( DPR) (2012:4) prosentase laba saham dibagi laba
yang di perlembar saham
bagikan oleh dikali seratus
22

pemegang
saham
DebtToEquityRatio Horne Perbandingan Rasio Total hutang dibagi
(DER (2005:232) antara total modal sendiri
debt dengan
total equity
firm size Asnawi dan Besar kecilnya Rasio Ln dikali total
Wijaya total asset yang aktiva
(2005:274) dimiliki
perusahaan
dalam
kemampuanya

3. Kebijakan Deviden (DPR)

Menurut Rozeff (1982) dan Moh’d et.al,(1998) masalah keagenan dapat

diturunkan dengan mekanisme pembayaran dividen, karena dengan pembayaran

dividen pemegang saham melihat bahwa pengelola perusahaan telah melakukan

tindakan yang sesuai dengan keinginan mereka, sehingga akan mengurangi

konflik keagenan (Haruman, 2008:151). SelainSignaly teory Menurut Jogiyanto

(2000) Signaly Teory “adalah informasi yang dipublikasikan sebagai suatu

pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan

keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka

diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh

pasar.

a. Teori Dividen Tidak Relevan (Dividend Irrelevant Theory)

Modigliani dan Miller (M&M) berpendapat, nilai suatu perusahaan tidak

ditentukan oleh besar kecilnya dividen payout ratio, tapi ditentukan oleh laba

bersih sebelum pajak (EBIT) dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut MM,

dividen tidak relevan untuk diperhitungkan karena tidak akan meningkatkan


23

kesejahteraan pemegang saham. Menurut MM kenaikan nilai perusahaan

dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau

earning power dari asset perusahaan.

b. Teori Perbedaan Pajak

Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswarmy, menyatakan

bahwa karena ada pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para

investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran

pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang

lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains

yield rendah dari pada saham dengan dividen yield rendah, capital gains yield

tinggi.

c. Teori “The Bird in The Hand” Gordon dan Litner

Menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika

dividend payout rendah karena investor lebih suka menerima dividen dari

pada capital gains. Menurut mereka, investor memandang dividend yield

lebih pasti dari pada capital gains. Perlu diingat bahwa dilihat dari sisi

investor, biaya modal sendiri dari laba ditahan (Ks) adalah tingkat

keuntungan yang disayratkan investor pada saham. Ks adalah keuntungan

dari capital gains (capital gains yield) ditambah keuntungan dari capital gains

(capital gains yield). Menurut MM pendapat ini merupakan suatu kesalahan

karena pada akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang

diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki resiko

yang hampir sama (Halim, 2005:124)


24

d. Teori “Signaling Hypothesis”.

Terdapat bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering

diikutu dengan kenaikan harga saham. Sebaliknaya penurunan dividen pada

umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap

sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen dari pada capital

gains. Seperti teori dividen yang lain, teori signaling hypothesis ini juga sulit

dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa perubahan dividen

mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan

penurunan harga setelah adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-

mata disebabkan oleh efek sinyal atau disebabkan karena efek sinyal dan

preferensi terhadap dividen.

e. Teori “Clientele Effect”

Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham

yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan

dividen perusahaan memegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang

saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih

perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan

pada saat ini akan lebih menyukai suatu dividend payout ratio (DPR) yang

tinggi. Sebaliknya, kelompok pemegang saham yang tidak begitu

membutuhkan uang saat ini akan lebih senang jika perusahaan menahan

sebagian laba bersih perusahaan.

Adapun rasio yang digunakan sebagai indikator dari kebijakan

dividen adalah dividend payout ratio (DPR). Dividen payout ratio (DPR)
25

merupakan rasio yang memperlihatkan bagian earning (pendapatan) yang

dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Rasio ini diukur dengan

membagi jumlah dividen perlembar saham dengan laba perlembar saham.

Menurut Faridah (2012:4) Rasio pembayaran deviden adalah persentase laba

yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk kas. Rumus dari

rasio pembayaran deviden yaitu:

Dividend payout ratio (DPR)

Deviden per lembar saham


DPR= X 100
Laba per lembar saham

Perusaahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan

mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya perusahaan

yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi

(Hanafi, 2008:86).

4. Kebijakan Hutang

Kebijakan Hutang (DER) Hutang merupakan salah satu sumber pendanaan

external yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dana

(Surya dan Rahayuningsih, 2012). Hampir semua perusahaan, baik perusahaan

kecil maupun perusahaan besar, pada umumnya mempunyai kewajiban atau

hutang. Dalam pengertian sederhana, kewajiban adalah hutang yang harus dibayar

oleh perusahaan. Secara lebih detail, hutang adalah kewajiban suatu perusahaan

yang timbul dari transaksi pada waktu yang lalu dan harus dibayar dengan kas,

barang atau jasa, di waktu yang akan datang. Kewajiban dikelompokkan menjadi

kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban lancar adalah hutang
26

yang diharapkan akan dibayar dalam jangka waktu satu tahun atau satu siklus

operasi normal perusahaan (tergantung mana yang lebih panjang), dan dengan

menggunakan aset lancar yang ada atau hasil dari pembentukan kewajiban lancar

yang lain.Kebijakan hutang adalah kebijakan yang menentukan seberapa

besarkebutuhan dana perusahaan dibiayai oleh hutang. Penggunaan hutang akan

memberikan manfaat bagi perusahaan yaitu berupa penghematan pajak. Disisi lain

penggunaan hutang juga akan meningkatkan biaya bagi perusahaan yaitu berupa

biaya kebangkrutan apabila perusahaan tidak mampu melunasi hutangnya

(Herawati, 2013). Biaya kebangkrutan muncul akibat adanya kewajiban

pembayaran angsuran dan bunga pinjaman dari kreditor. Pembayaran angsuran

dan bunga hutang dapat menyebabkan financial distress karena arus kas

perusahaan tidak mampu menutupinya (Amirya dan Atmini,2008).

Penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan sampai batas

leverage tertentu (optimal). Namun sesudahnya, penggunaan utang akan

menurunkan nilai perusahaan, karena penggunaan utang setelah leverage optimal

akan menimbulkan biaya kebangkrutan (bankruptcy cost) yang lebih besar.

Pedoman yang digunakan adalah prinsip ekonomi yang menyatakan bahwa

penggunaan dana hanya bisa dibenarkan kalau memberikan manfaat yang lebih

besar dari pengorbanannya. Manfaat yang diperoleh dari penggunaan dana adalah

keuntungan, dan pengorbanannya adalah biaya dana (Husnan dan Pudjiastuti,

2004).

Menurut Babu dan Jaine (1998) dalam Hidayat (2013), terdapat empat

alasan mengapa perusahaan lebih menyukai menggunakan hutang daripada saham


27

baru, yaitu (1) adanya manfaat pajak atas pembayaran bunga; (2) Biaya transaksi

pengeluaran hutang lebih murah daripada biaya transaksi emisi saham baru; (3)

lebih mudah mendapatkan pendanaan hutang daripada pendanaan saham; (4)

Kontrol manajemen lebih besar dengan adanya hutang baru daripada saham baru.

Kebijakan hutang biasa diukur dengan menggunakan rasio dept to equity ratio

(DER). Dept to equity ratio (DER) merupakan perbandingan hutang dan ekuitas

dalam pendanaan perusahaan. Kebijakan hutang juga dapat digambarkan dengan

debt to total asset ratio (DAR).Rasio ini menunjukkan bersarnya total hutang

terhadap keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Perhitungan lain

untuk mengukur kebijakan hutang yaitu menggunakan long-term debt to equity

(LTDE). LTDE menunjukkan perbandingan antara hutang jangka panjang

terhadap ekuitas perusahaan. Pada penelitian kali ini proksi yang digunakan untuk

mengukur kebijakan hutang adalah dengan menggunakan debt to equity ratio

(DER). Rasio ini akan memproyeksikan hasil dari total hutang perusahaan yang

ditopang menggunakan total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Penggunaan

debt to equity ratio (DER) salah satunya karena debt to equity ratio merupakan

rasio keuangan yang lebih sering digunakan para investor untuk mengetahui

tingkat hutang perusahaan dibandingkan dengan indikator yang lain. Selain hal

itu, pemilihan debt to equity ratio (DER) sebagai proksi kebijakan hutang dalam

penelitian ini juga berdasarkan pada pemakain proksi yang sebagian besar

dilakukan penelitian terdahulu untuk memproyeksikan kebijakan hutang

perusahaan. Variabel ini diukur dengan Debt Equity Ratio; Simamora (2000:533),

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk melihat
28

struktur keuangan perusahaan dengan mengaitkan jumlah kewajiban dengan

jumlah ekuitas pemilik. Dirumuskan dengan

Debt to Equity Ratio (DER):

Total Hutang
DER=
Modal Sendiri

4. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang menentukan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Perusahaan besar memiliki

control yang lebih baik (greater control) terhadap kondisi pasar, sehingga mereka

mampu menghadapi persaingan ekonomi, yang membuat mereka menjadi kurang

rentan terhadap fluktuasi ekonomi. Selain itu perusahaan – perusahaan besar

mempunyai lebih banyak sumber daya untuk meningkatkan nilai perusahaan

karena memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber – sumber informasi

eksternal disbanding perusahaan kecil ( Hagerman dan Ruland, dalam Reza

kumala sari, 2005) Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa ukuran

perusahaan diukur dengan rata – rata total penjualan bersih untuk tahun yang

bersangkutan sampai beberapa tahun. Sedangkan menurut Ferry dan Jones (dalam

Sujianto, 2001), ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu

perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata – rata total

penjualan dan rata -rata total aktiva. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran

atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan (Size)

adalah ukuran besar kecilnya suatuperusahaan. Perusahaan yang lebih besar


29

cenderung memiliki sumber permodalan yang lebih terdiversifikasi sehingga

ukuran perusahaan (Size) merupakan kebalikan keuntungan terjadinya

kebangkrutan. Pengukuran ukuran perusahaan dilakukan dengan menggunakan

rumus (Asnawi dan Wijaya, 2005:274)

Firm Size

Size = Ln ( total aktiva)


2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Suatu penelitian memebutuhkan banyak masukan-masukan dari

beberapa penelitian terdahulu ataupun jurnal yang dapat mempermudah arah

kerja dari suatu penelitian. Masukan-masukan tersebut berupa teori-teori,

maupun pendapat -pendapat dari peneliti tersebut telah teruji dalam

penelitianya untuk mendukung pendefinisian suatu istilah yang di gunakan

dalam suatu penelitian, dan juga di dukung atau di perkuat alat analisis yang

di gunakan oleh para peneliti terdahulu yaitu:

1) Rara sukma Palupi dan Susanto Hendiarto (2018) Kebijakan Hutang,

Profitabilitas dan Kebijakan Dividen Pada Nilai Perusahaan Properti &

Real Estate, hasil penelitian di peroleh Pengaruh Kebijakan Hutang,

Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Dari hasil uji t statistics secara

parsial kebijakan hutang (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan(PBV). Namun Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan

Hasil uji t statistics secara parsial kebijakan dividen berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan.

2) Niken Indah Pratiwi (2017) tentang PENGARUH UKURAN

PERUSAHAAN, KEBIJAKAN HUTANG DAN DIVIDEN TERHADAP


30

NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA, hasil penelitian diperoleh

pengaruh Ukuran PerusahaanTerhadap Nilai Perusahaan Dari hasil uji t

statistics secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan(PBV). Namun Kebijakan hutang dan kebijakan deviden

Terhadap Nilai Perusahaan Hasil uji t statistics secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada Perusahaan

Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Alif Wahyu Wicaksana, Abdul Qodir Djailani dan M. Khoirul Anwarodin BS

(2016) tentang ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS (ROA),

EARNING PERSHARE (EPS), DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER)

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan

yang Tercantum dalam Indeks LQ45 BEI Periode 2013-2016), hasil

penelitian diperoleh (1) ROA secara parsial berpengaruh terhadap nilai

perusahaan yang tercantum dalam indeks LQ45 BEI periode 2013-2016. (2)

EPS secara parsial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang

tercantum dalam indeks LQ45 BEI periode 2013-2016. (3) DER secara parsial

berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang tercantum dalam indeks LQ45

BEI periode 2013-2016. (4) ROA, EPS, Dan DER secara simultan atau

bersama-sama berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang tercantum dalam

indeks LQ45 BEI periode 2013-2016.

4. Desy Septariani (2017) tentang PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN

DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN


31

(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ45 di BEI Periode 2012-2015), hasil

penelitian di peroleh (1) Variabel independen Dividend Payout Ratio (DPR)

danDebt To Equity Ratio (DER), secara simultan (bersama-sama)

berpengaruh signifikan terhadap Price To Book Value (PBV). (2) Secara

parsial faktor yang berpengaruh signifikan terhadap Price To Book Value

(PBV) adalah Debt To Equity Ratio (DER), Sedangkan variabel Dividend

Payout Ratio (DPR) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Price To

Book Value (PBV).

5. Andriyani (2017) tentang PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

TAHUN 2012-2014, hasil penelitian di peroleh (1) Dividen Payout Ratio

(DPR) berpengaruh terhadap nilai perusahaan. (2) Earning Per Share (EPS)

berpengaruh terhadap nilai perusahaan. (3) Size tidak berpengaruh terhadap

nilai perusahaan.

6. Abdul Rosyid (2017) tentang ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN

DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG, FIRM SIZE DAN

PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Kasus

Perusahaan Manufaktur Periode 2010 - 2014), hasil penelitian di peroleh.

1. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa variabel kebijakan deviden

tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara parsial. 2. Berdasarkan

hasil penelitian ditemukan bahwa variabel kebijakan hutang berpengaruh

terhadap nilai perusahaan secara parsial. 3. Berdasarkan hasil penelitian


32

ditemukan bahwa variabel firm size berpengaruh terhadap nilai perusahaan

secara parsial. 4. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa variabel

return on equity berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara parsial. 5.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa secara simultan variabel

kebijakan deviden, kebijakan hutang, firm size dan return on equity

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

7. Niken Indah Pratiwi (2017) tentang PENGARUH UKURAN

PERUSAHAAN, KEBIJAKAN HUTANG, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA hasil

penelitian di peroleh 1. Berdasarkan hasil uji regresi linear variabel Ukuran

Perusahaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan yang

menjadi sampel penelitian. 2. Berdasarkan hasil uji regresi linear variabel

Kebijakan Hutang secara parsial tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.

3. Berdasarkan hasil uji regresi linear variabel Kebijakan Dividen secara

parsial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 4. Berdasarkan hasil uji

regresi linear secara simultan variabel Ukuran Perusahaan, Kebijakan Hutang,

dan Kebijakan Dividen tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada

Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Untuk

lebih memperjelas hasil penelitian di atas maka dapat di buat table sebagai

berikut:

Tabel 2.2
Hasil penelitian Terdahulu
33

No Penelitian, Tahun Alat Hasil Penelitian


dan Judul Analisis
Penelitian
1 Rara Sukma palupi Analisis Hasil penelitian di peroleh bahwa
dan susanto Regresi dan pengaruh kebijakan Dividen Terhadap
Susanto Uji Analisis Nilai Perusahaan kebijakan dividen
Hendiarto(2018) berpengaruh signifikan terhadap nilai
Kebijakan Hutang, perusahaan pada Perusahaan Properti &
Profitabilitas dan Real Estat. Sedangkan Kebijakan
Kebijakan Hutang, profitabilitas Terhadap Nilai
Dividen Pada Nilai Perusahaan tidak berpengaruh signifikan
Perusahaan Properti terhadap nilai perusahaan (PBV).
& Real Estat
2 Penelitian Analisis Hasil penelitian diperoleh bahwa
berikutnya Regresi dan Variabel Ukuran Perusahaan
dilakukan oleh Uji Analisis berpengaruh signifikan terhadap Nilai
Niken Indah Peusahaan. Sedangkan Kebijakan
Pratiwi (2017) Hutang, dan Kebijakan Dividen tidak
tentang Pengaru berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
ukuran perusahaan, pada Perusahaan Manufaktur yang
kebijakan hutang Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) .
dan dividen
terhadap nilai
perusahaan pada
perusahaan
manufaktur yang
listing di bursa efek
Indonesia
3 Alif Wahyu Analisis Hasil penelitian diperoleh bahwa ROA,
Wicaksana, Abdul Regresi dan EPS, Dan DER berpengaruh terhadap
Qodir Djailani dan Uji Analisis nilai perusahaan yang tercantum dalam
M. Khoirul indeks LQ45 BEI periode 2013-2016.
Anwarodin BS
(2016) tentang
Analisis pengaruh
return on assets
(ROA), earning
pershare (EPS), dan
debt to equity ratio
(DER) terhadap
nilai perusahaaan
(Studi Empiris pada
Perusahaan yang
Tercantum dalam
Indeks LQ45 BEI
Periode 2013-
34

2016),
4 Desy Septariani Analisis Hasil penelitian di peroleh bahwa Equity
(2017) tentang Regresi dan Ratio (DER), berpengaruh signifikan
pengaruh kebijakan Uji Analisis terhadap Price To Book Value (PBV)
dividend an Sedangkan Dividend Payout Ratio
kebijakan hutang (DPR)tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai terhadap Price To Book Value (PBV)
perusahaan (Studi (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ45 di
Empiris Pada BEI Periode 2012-2015)
Perusahaan LQ45
di BEI Periode
2012-2015)
5 Andriyani (2017) Analisis Hasil penelitian di peroleh bahawa
tentang pengaruh Regresi dan Dividen Payout Ratio, Earning Per Share
kebijakan dividen Uji Analisis (EPS) (DPR) berpengaruh signifikan
terhadap nilai terhadap nilai perusahaan. sedangakan
perusahaan Size tidak berpengaruh signifikan
manufaktur yang terhadap nilai perusahaan manufaktur
terdaftar di bursa yang terdaftar di bursa efek Indonesia
efek Indonesia tahun 2012-2014
tahun 2012-2014
6 Abdul Rosyid Analisis Hasil penelitian di peroleh bahwa
(2017) tentang Regresi dan variabel kebijakan deviden, kebijakan
Analisis Pengaruh Uji Analisis hutang, firm size dan return on equity
Kebijakan Dividen, berpengaruh signifikan terhadap nilai
Kebijakan Hutang, perusahaan. Sedangkan variabel
Firm Size dan kebijakan deviden tidak berpengaruh
Profitabilitas signifikan terhadap nilai perusahaan
Terhadap Nilai hasil penelitian (Studi Kasus Perusahaan
Perusahaan (Studi Manufaktur Periode 2010 - 2014)
Kasus Perusahaan
Manufaktur Periode
2010 - 2014)
7 Niken Indah Analisis Hasil penelitian di peroleh bahwa
Pratiwi (2017) Regresi dan variabel Ukuran Perusahaan, Kebijakan
tentang Pengaruh Uji Analisis Hutang, dan Kebijakan Dividen
Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Nilai
Kebijakan Hutang, Perusahaan. Sedangkan variabel Ukuran
dan kebijakan tidak berpengaruh signifikan terhadap
Dividen Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan
Nilai Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek
Pada Perusahaan Indonesia (BEI)
Manufaktur yang
Listing di Bursa
Efek Indonesia
35

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah: bahwa

penelitian terdahulu adalah pada obyek dan tahun pengamatan serta pada

penelitian ini menambahkan variabel ukuran perusahaan sebagai variabel

independen. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah

menganalisis kebijakan hutang dan kebijakan deviden terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia

2.3. Kerangka Pemikiran

Optimalisasi nilai perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan

dapat di capai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana satu

keputusan keuangan yang di ambil akan mempengaruhi keputusan keuangan

lainya dan berdampak pada nilai perusahaan. Keputusan keuanga perusahaan

diantaranya terdiri dari :

1. Pengaruh Devidend payout Ratio (DPR) terhadap nilai perusahaan dimana

(DPR) yang tinggi menyebabkan nilai saham pada perusahaan juga akan

tinggi dan menyebabkan para investor akan tertarik. Apabila dividen yang

dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan

juga tinggi. Sebaliknya bila jika dividen yang dibayarkan kecil maka harga

saham perusahaan tersebut juga rendah. Kemampuan membayar dividen erat

hubungannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika

perusahaan memperoleh laba yang besar, maka kemampuan membayar

dividen juga besar. Oleh karena itu, dengan adanya dividen yang besar akan

menarik para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut


36

sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan perusahaan (Matono dan

Harjito, 2005:3).

2. Pengaruh Equity Ratio (DER) terhadap nilai perusahaan dimana DER

merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas.

kebijakan hutang, perusahaan yang memiliki hutang tinggi menunjukkan

struktur permodalan lebih banyak dana yang dibiayai dari pinjaman sehingga

ketergantungan perusahaan terhadap kreditur akan meningkat, sehingga

apabila perusahaan memperoleh laba usaha, maka akan diserap untuk

melunasi hutang dan akhirnya laba yang dibagikan kepada pemegang saham

akan semakin kecil yang berakibat investor enggan membeli saham

perusahaan tersebut karena resiko kebangkrutan pada perusahaan tersebut

akan lebih besar, sehingga berakibat nilai perusahaan tersebut akan turun

(Sudana, 2011:45).

3. Pengaruh firm Size terhadap nilai perusahaan yang menunjukan salah satu

indikator yang dapat digunakan untuk melihat ukuran perusahaan. Ukuran

perusahaan secara umum menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

mendanai operasi dan investasi yang menguntungkan bagi perusahaan,

sehingga semakin besar sebuah perusahaan maka akan semakin besar pula

penjualannya dan berdampak pada laba perusahaan. Peningkatan ini akan

berdampak positif pada price earning ratio pada masa yang akan datang karena

akan dinilai positif oleh para investor (Aji dan Pangestuti, 2012:3).

Untuk lebih jelasnya uraian di atas dapat di gambarkan alur kerangka

pemikiran sebagai berikut:


37

gambar 2. 1
Model Kerangka Pemikiran

Kebijakan Deviden (DPR)


(X1)

Kebijakan Hutang (DER)


(X2) NILAI PERUSAHAAN
(Y)

Ukuran perusahaan
(X3)

2.2. Pengembangan Hipotesis

Hipotesis adalah suatu promosi, kondisi atau prinsip yang untuk

sementara waktu di anggap benar dan barangkali tanpa keyakinan agar bisa di

Tarik satu konsekuensi logis yang dengan cara ini kemudian diadakan

pengujian tentang kebenaranya dengan menggunakan data empiris hasil

penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:


38

1. Kebijakan deviden yang di ukur dengan Dividend Rayout Ratio (DPR)

berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.

Dividen payout ratio (DPR) merupakan rasio yang memperlihatkan bagian

earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Rasio ini

diukur dengan membagi jumlah dividen perlembar saham dengan laba perlembar

saham. Perusaahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan

mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya perusahaan yang

tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi (Hanafi,

2008:86). Peneliti Rara Sukma Palupi dan Susanto Hendiarto (2018) menyatakan

bahwa pengaruh kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap Nilai

Perusahaan. Dalam penelitian ini maka di ajukan hipotesis.

H1: Dividend Rayout Ratio (DPR) berpengaruh negatif atau positif terhadap

Nilai perusahaan

2. Kebijakan hutang yang di ukur dengan Dept To Equity Ratio (DER)

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Kebijakan Hutang (DER) Hutang merupakan salah satu sumber

pendanaan external yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai

kebutuhan dana (Surya dan Rahayuningsih, 2012). Hampir semua

perusahaan, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar, pada umumnya

mempunyai kewajiban atau hutang. Penelitia yang dilakukan oleh Alif wahyu

Wicaksana, Abdul Qodir Djailani dan M. Khairuln Anwarodin BS

menyatakan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif signifikan terhadap

nilai perusahaan. Maka dalam penelitian ini di ajukan hipotesis.


39

H2: Dept To Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif atau positif terhadap

nilai perusahaan

3. Ukuran perusahaan yang diukur dengan firm size berpengaruh positif terhadap

Nilai Perusaah.

Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa ukuran perusahaan

diukur dengan rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan

sampai beberapa tahun. Sedangkan menurut Ferry dan Jones (dalam Sujianto,

2001), ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang

ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata – rata total penjualan dan

rata-rata total aktiva. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya

asset yang dimiliki oleh perusahaan. Penelitian yang dilakukan Abdul Rosyid

(2017) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan

terhadap nilai perusahaan. Maka dalam penelitian ini di ajukan hipotesis.

H3: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif atau positif terhadap Nilai

Perusaah
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kausal. Menurut Sugiyono (2014) penelitian kausal adalah penelitian yang

bersifat sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian kausal

menjelaskan pengaruh perubahan variasi nilai dalam suatu variabel terhadap

perubahan variasi nilai variabel lain dalam penelitian kausal, variabel

independen sebagai sebab dan variabel dependen sebagai akibat.

Objek penelitian ini adalah Pengaruh kebijakan Deviden, Kebijakan

Hutang dan Ukuran Perusahaan tehadap Nilai Perusahaan pada perusahaan

manufaktur yang terdabat di bursa efek Indonesia (BEI) periode 2016-2018

3.2. Populasi, Sampel dan Metode Penarikan Sampel

Penelitian ini mengambil lokasi di Bursa Efek Indonesia (BEI),

ditetapkannya BEI sebagai tempat penelitian karena BEI merupakan tempat

yang tepat untuk memperoleh data yang diperlukan berupa laporan keuangan.

Adapun yang akan dibahas terbatas hanya pada seberapa besar pengaruh

kebijakan deviden (X1), kebijakan hutang (X2), firm size (X3) dan return on

equity (X4) terhadap nilai perusahaan (Y) pada perusahaan manufaktur pada

Bursa Efek Indonesia 2010 - 2014. Sebagai variabel independen dalam

penelitian ini adalah kebijakan deviden (X1), kebijakan hutang (X2),dan firm

size (X3). Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai

perusahaan (Y).

41
a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi obyek atau subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari

yang kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

tahun 2016 – 2018

Table 3.1
1 Daftar Perusahaan Industri Manufaktur
yang Terdaftar di BEI Tahun 2016-2018

N Kode Saham Nama Perusahaan (PT)


o
.
1 ASII Astra International Tbk.
2 AUTO Astra Otoparts Tbk.
3 CPIN Charon pokphand Indonesia Tbk.
4 FASW Fast Food Indonesia Tbk.
5 GGRM Gudang Garam Tbk.
6 HMSP H.M Sampoerna Tbk.
7 INKP Indah Kita Pulp Tbk.
8 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
9 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
10 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
11 KLBF Kalbe Farma Tbk.
12 MYOR Mayora Indah Tbk.
13 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk.
14 UNVR Unilever Indonesia Tbk.
15 WSBP Waskita Beton Precast Tbk.
16 TKIM Pabrik Kertas Tjiwika Kimia Tbk
17 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk.
18 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
19 BRAM Indo Kordsa Tbk.
20 ULTJ Ulta Jaya Milk Industry & Tranding Company Tbk.
Sumber : www.idx.co.id

42
43

b. Sampel

Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan purposive

sampling, yaitu dengan menggunakan kriteria tertentu dalam melakukan

pemilihan sampel. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

1. perusahaan yang menyajikan laporan keuangan secara konsisten selama

periode pengamatan dan telah terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) selama

periode 2015 – 2018

2. Tercatat sebagai Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun

2015-2018.

3. Perusahaan yang menyampaikan data secara lengkap selama periode tahun

2015-2018.

3.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini, baik yang bertujuan

untuk mendeskripsikan maupun untuk menganalisis, diperoleh dari data

sekunder yang bersifat kuantitatif. Data sekunder adalah data yang

informasinya diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan. Sedangkan

menurut Kuncoro (2011:31), data sekunder adalah sumber data penelitian

yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara (diperoleh

dan dicatat oleh pihak lain).

Data-data sekunder tersebut berupa rasio-rasio laporan keuangan dari

laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit di Bursa Efek Indonesia

(BEI) per 31 desember 2016 - 2018.


44

Penelitian ini data sekunder tersebut di dapat dengan cara sebagai

berikut:

1. Studi Lapangan (Field Research)

Adalah tehnik pengumpulan data dengan cara mengutip langsung data dari

pusat referensi pasar modal (PRPM) di Bursa Efek Indonesia yang dapat dilihat

dengan menggunakan capital electronic document service, Indonesian capital

market directory, prospectus serta Fact book actually dari seluruh perusahaan

yang termasuk dalam sampel penelitian selama periode tahun penelitian.

2. Studi Kepustakaan (Library Research)

Penelitian lepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca

dan memahami bahan-bahan yang berkaitan dengan bidang yang menjadi topik

pembahasan penulis, penelitian ini dimaksudkan agar penulis memperoleh

gambaran yang jelas tentang aspek-aspek teoritis dari masalah yang akan penulis

bahas.

3.4. Teknik Analisis

Untuk menjelaskan kekuatan dan arah pengaruh beberapa variable bebas

atau variabel penjelas (independent/explanatory variable) terhadap satu variabel

terikat (dependent variable), metode analisis data dalam penelitian ini

(kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, return on equity

dan ukuran perusahaan) menggunakan model regresi berganda atau Multiple

Regression (Ghozali, 2013:5)


45

3.4.1. Analisis Stastistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi).

Untuk memberikan gambaran analisis statistik deskriptif.. Uji statistik

deskriptif tersebut dilakukan dengan program SPSS . Data yang diteliti

akan dikelompokkan yaitu kebijakan deviden, kebijakan hutang dan

ukuran perusahaan.

3.4.2. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Imam Ghozali,

2006). Ada dua cara untuk mengetahui apakah residual terdistribusi normal

atau tidak yaitu dengan cara analisis grafik dan uji statistik Kolmogorov –

Smirnov dengan melihat tingkat signifikansinya. Uji ini dilakukan sebelum

data diolah. Pendeteksian normalitas data apakah terdistribusi normal atau

tidak menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov. Residual dinyatakan

terdistribusi normal jika nilai signifikansi Kolmogorov – Smirnov > 0,05 dan

sebaliknya apabila nilai signifikansi < 0,05 maka residual tidak terdistribusi

normal.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikoloniaritas digunakan untuk mendeteksi ada tidakanya

hubungan antara beberapa variabel bebas (independen) dalam model regresi


46

(Ghazali, 2013:95). Multikolinieritas merupakan keadaan dimana satu atau lebih

variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya.

Artinya bahwa jika perubahan-perubahan bebas digunakan sama sekali tidak

berkolerasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan tidak terjadi

multikolinieritas. Uji multikolinearitas dapat juga dilakukan dengan melihat nilai

tolerance dan Variance Information Factor (VIF) dari hasil analisis dengan

menggunakan SPSS. Apabila nilai tolerance lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF

lebih kecil dari 10 maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas.

3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas menunjukkan bahwa variance variabel tidak

sama untuk semua pengamatan. Jika variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut Heteroskedastisitas. Data yang baik yaitu homoskedastisitas yaitu

kesamaan varians dan residual. Kebanyakan data cross section mengandung

situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili

berbagai ukuran-ukuran (kecil, sedang dan besar).

Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu

melihat hasil output SPSS melalui grafik scatterplot antara nilai prediksi

variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.

Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada

tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED

dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah


47

residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali,

2013:125). Dasar analisis dari uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik - titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (begelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heterokedasitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik - titik menyebar di atas dan dibawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Autokorelasi muncul karena

observasi yang berurutan sepanjang waktu satu sama lainnya.

Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak

bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada

data rentet waktu (time series) karena “gangguan” pada seorang individu

kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu kelompok

yang sama pada periode berikutnya. Pada data crossection (silang waktu),

masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi

yang berbeda berasal dari individu kelompok yang berbeda. Model regresi

yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali 2013:110).

Autokorelasi adalah korelasi antara sesama urutan pengamatandari

waktu ke waktu. Untuk memeriksa adanya aotukorelasi, biasanya dilakukan

uji statistik Durbin Watson. Model regresi yang baik adalah regresi yang
48

bebas dari autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji

Durbin-Watson (D-W), dengan tingkat kepercayaan α = 5%. Apabila D-W

terletak antara -2 sampai +2 maka tidak ada autokorelasi (Santoso. 2002:219).

3.4.3. Analisis Regresi Linier Berganda

a. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Menurut Ghozali (2013:87) menyatakan Uji Koefisien Determinasi

bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan

variabel terikat yang dilihat melalui adjusted R². Adjusted R² ini digunakan karena

variabel bebas dalam penelitian ini lebih dari dua. Nilainya terletak antara 0 dan 1.

Jika hasil yang diperoleh > 0,5 maka model yang digunakan dianggap cukup

handal dalam melakukan suatu estimasi.

Semakin besar angka Adjusted R² maka semakin baik model

yangdigunakan untuk menjelaskan hubungan variabel bebas terhadap variabel

terikatnya. Jika Adjusted R² semakin kecil berarti semakin lemah model

tersebut untuk menjelaskan variabilitas dari variabel terikatnya.

b. Uji Regresi Linier Berganda

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen digunakan model regresi linier berganda dimana variabel

independen yaitu kebijakan deviden, kebijakan hutang dan kururan

perusahaan terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan (PBV). Model

regresi linier berganda penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε


49

Keterangan:

Y = Variabel Nilai Perusahaan (PBV)

a = Konstanta

b1…b3= Koefisien regresi terhadap dugaan

X1 = Variabel Kebijakan Deviden

X2 = Variabel Kebijakan Hutang

X3 = Variabel Firm Size

ε = Standar Error

3.4.4. Uji Hipotesis

a. Uji Simultan (Uji F)

Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabel-variabel

independen (X) secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap

variabel dependen (Y) (Ghozali, 2013:88). Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho

ditolak dan Ha diterima, yangberarti variabel independen mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat

signifikan sebesar 0,05 jika nilai Fhitung > Ftabel maka secara bersama-sama

seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat

juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada

0,05 (untuk tingkat signifikansi = 0,05), maka variabel independen secara

bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai

probabilitas lebih besar daripada 0,05 maka variabel independen secara serentak

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Uji Parsial
50

(Uji t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruhsatu variabel individu independen secara individu dalam

menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2013:88). Uji t digunakan untuk

mengetahui apakah pengaruh variabel independen berpengaruh secara parsial

terhadap variabel dependen bersifat menentukan (significant) atau tidak

(Santoso, 2007:168). Dalam penelitian ini menggunakan uji signifikan dua

arah atau two tailed test, yaitu suatu uji yang mempunyai dua daerah

penolakan Ho yaitu terletak di ujung sebelah kanan dan kiri.

Dalam pengujian dua arah, biasa digunakan untuk tanda sama dengan

(=) pada hipotesis nol dan tanda tidak sama dengan (≠) pada hipotesis

alternatif. Tanda (=) dan (≠) ini tidak menunjukan satu arah, sehingga

pengujian dilakukan untuk dua arah (Suharyadi dan Purwanto S.K., 2009:88-

89). Kriteria dalam uji parsial (Uji t) dapat dilihat sebagai berikut:

Uji Hipotesis dengan membandingkan thitung dengan t tabel

a. Apabila - thitung < - ttabel atau thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha

diterima, artinya variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap variabel dependen.

b. Apabila thitung ≤ ttabel atau - thitung ≥ - ttabel, maka Ho diterima dan Ha

ditolak, artinya variabel independen secara parsial tidak mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap variabel dependen.

Uji Hipotesis berdasarkan Signifikansi:

a) Jika angka sig. > 0,05, maka Ho diterima,

b) Jika angka sig < 0,05 maa Ho di tolak


51

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

4.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Sejarah Bursa Efek Indonesia Secara historis, pasar modal di Indonesia

telah ada dan berlangsung jauh sebelum Indonesia memperoleh kemerdekaannya.

Banyak literatur menyebutkan bahwa aktivitas pasar modal telah berlangsung

sejak jaman penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar

modal dibentuk oleh pemerintah yang berkuasa saat itu, yakni pemerintah Hindia

Belanda yang mana tujuannya untuk kelancaran roda ekonomi pemerintah VOC

sendiri.

Meskipun sejak tahun 1912 pasar modal di Indonesia telah beroperasi,

perkembangan dan juga pertumbuhannya tidak berjalan sesuai yang

diharapkan, bahkan di periode - periode tertentu kegiatan pasar modal sempat

terhenti. Banyak faktor yang menjadi penyebab dihentikannya bursa saat itu,

seperti akibat terjadinya perang dunia I dan II, proses pemindahan kekuasaan

dari pemerintah VOC ke pemerintah Indonesia yang baru, dan berbagai

keadaan lainnya yang memaksa bursa tidak bisa beroperasi sebagaimana

mestinya kala itu. Dan berkat inisiatif pemerintah Republik Indonesia bursa

saham kemudian diaktifkan kembali pada tahun 1977. Dan seiring dengan

dukungan berbagai regulasi yang diciptakan pemerintah, termasuk insentif

untuk kemajuan bursa Indonesia, akhirnya pasar modal semakin tumbuh dan

berkembang. Berikut struktur organisasi pada BEI:


52

4.2. Struktur Organisasi BEI

Gambar 4.1
Struktur Organisasi

Sumber: www.strukturorganisasiBEI.com.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mempublikasikan laporan

tahunannya di website Bursa Efek Indonesia (BEI) secara konsisten dari

tahun 2016-2018. Kriteria yang digunakan dalam penelitian sampel adalah


53

perusahaan manufaktur yang memberikan laporan keuangan dan melakukan

pengungkapan informasi mengenai hutang perusahaaan, kebijakan deviden dan

ukuran perusahaan atau total asset dan liabilitas perusahaan dalam laporan

tahunannya. Berdasarkan data dari BEI pada tahun 2016-2018 populasi

perusahaan manufaktur sebanyak 131, namun berdasarkan kriteria sampel

diatas maka dalam penelitian ini hanya digunakan sampel sebanyak 25

perusahaan.

Dari 131 perusahaan manufaktur yang menjadi populasi penelitian, hanya

25 perusahan yang memenuhi kriteria penelitian, adapun perusahaan yang akan

menjadi sampel dalam penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 4. 1
Perusahaan Manufaktur Yang di jadikan Sample
NO Kode Saham Nama Perusahaan
1 ASII Astra International Tbk.
2 AUTO Astra Otoparts Tbk.
3 CPIN Charon pokphand Indonesia Tbk.
4 FASW Fast Food Indonesia Tbk.
5 GGRM Gudang Garam Tbk.
6 HMSP H.M Sampoerna Tbk.
7 INKP Indah Kita Pulp Tbk.
8 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
9 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
10 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
11 KLBF Kalbe Farma Tbk.
12 MYOR Mayora Indah Tbk.
13 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk.
14 UNVR Unilever Indonesia Tbk.
15 WSBP Waskita Beton Precast Tbk.
16 TKIM Pabrik Kertas Tjiwika Kimia Tbk
17 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk.
18 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
19 BRAM Indo Kordsa Tbk.
20 ULTJ Ulta Jaya Milk Industry & Tranding Company
Tbk.
54

www.idx.co.id.

4.3. Profil Perusahaan

1. Astra International Tbk.

Astra International Tbk (ASII) didirikan pada tanggal 20 Februari 1957

dengan nama PT Astra International Incorporated. Kantor pusat Astra

berdomosili di Jl. Gaya Motor Raya No. 8, Sunter II, Jakarta 14330 – Indonesia..

Pemegang saham terbesar Astra International Tbk adalah Jardine Cycle &

Carriage Ltd (50,11%), perusahaan yang didirikan di Singapura. Jardine Cycle &

Carriage Ltd merupakan entitas anak dari Jardine Matheson Holdings Ltd,

perusahaan yang didirikan di Bermuda.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ASII bergerak di bidang

perdagangan umum, perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan,

pertanian, pembangunan dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama

Astra bersama anak usahanya meliputi perakitan dan penyaluran mobil

(Toyota, Daihatsu, Izusu, UD Trucks, Peugeot dan BMW), sepeda motor

(Honda) berikut suku cadangnya, penjualan dan penyewaan alat berat,

pertambangan dan jasa terkait, pengembangan perkebunan, jasa keuangan,

infrastruktur dan teknologi informasi.

Astra memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia

(BEI), antara lain: Astra Agro Lestari Tbk (AALI), Astra Graphia Tbk (ASGR),

Astra Otoparts Tbk (AUTO) dan United Tractors Tbk (UNTR). Selain itu, Astra

juga memiliki satu perusahaan asosiasi yang juga tercatat di BEI, yaitu Bank

Permata Tbk (BNLI). Pada tahun 1990, ASII memperoleh Pernyataan efektif
55

BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ASII (IPO)

kepada masyarakat sebanyak 30.000.000 saham dengan nominal Rp1.000,- per

saham, dengan Harga Penawaran Perdana Rp14.850,- per saham. Saham-saham

tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 04 April 1990.

(www.britama.com.)

2. Astra Otoparts Tbk

PT Astra Otoparts Tbk (Astra Otoparts) adalah perusahaan

komponen otomotif terkemuka Indonesia yang memproduksi dan

mendistribusikan suku cadang kendaraan bermotor baik kendaraan roda

dua maupun roda empat. Sejarah Astra Otoparts bermula dari didirikannya

PT Alfa Delta Motor pada tahun 1976, yang bergerak di perdagangan

otomotif, perakitan mesin dan konstruksi. PT Alfa Delta Motor dimiliki

oleh William Soeryadjaja dan PT Djaya Pirusa. Setelah mengalami

berbagai perubahan dan pergantian nama perusahaan, akhirnya pada tahun

1997 berganti nama menjadi PT Astra Otoparts dan pada tahun 1998

mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek

Indonesia) dengan kode transaksi: AUTO. Sejak saat itu PT Astra Otoparts

menjadi perusahaan publik dengan nama PT Astra Otoparts Tbk.

Saat ini perusahaan telah bertransformasi menjadi perusahaan

industri komponen otomotif terbesar di Indonesia yang didukung oleh

enam unit bisnis dan 33 anak perusahaan dengan 34.566 orang karyawan.

Beberapa anak perusahaan, seperti Aisin Seiki, Aisin Takaoka, Akashi

Kikai Seisakusho, Akebono Brake, Asano Gear, Daido Steel, Denso, DIC


56

Corporation, GS Yuasa, Juoku Technology, Kayaba, Keihin Seimitsu

Kogyo, Mahle, NHK Precision, Nippon Gasket, Nittan Valve, Pirelli,

SunFun Chain, Toyoda Gosei, Toyota Industries, Visteon, Aktiebolaget

SKF, Astra Otoparts Division Winteq, Astra Otoparts Division

Engineering Development Center, dan masih banyak yang lainnya. Selama

lima tahun terakhir Astra Otoparts telah membukukan kinerja keuangan

yang solid, diantaranya ditandai dengan penjualan yang terus meningkat,

walaupun kondisi ekonomi dan industri otomotif tidak selalu

menggembirakan. Keuntungan bersih Astra Otoparts selama tiga tahun

terakhir berada di atas 1 triliun rupiah mengindikasikan kinerja yang

konsisten dan berkelanjutan. Dengan profil keuangan yang sehat dan

portofolio bisnis yang. (www.btitama.com.)

3. Charon pokphand Indonesia Tbk.

Pada tahun 1971 Perusahaan memperoleh ijin Pemerintah RI

dengan fasilitas penanaman modal asing berdasarkan Keputusan Menteri

Perindustrian RI tanggal 29 November 1971, No. 616/M/SK/XI/1971,

untuk mendirikan pabrik pakan ternak di Jakarta di atas area seluas 2,4 Ha

dengan para pendiri adalah Sumet Jiaravanon, Jaran Chiaravanont, Montri

Jiaravanont, Johannes Purnama Sudarma, SH. Perusahaan didirikan

berdasarkan akta Notaris Drs. Gde Ngurah Rai, S.H. Notaris di Jakarta,

No.6 tanggal 7 Januari 1972 dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman

RI dalam Keputusan No. Y.A.5/197/21 tanggal 8 Juni 1973 dan


57

diumumkan dalam Berita Negara RI No.65 tanggal 14 Agustus 1973,

Tambahan No.573.

Berdasarkan Akta Notaris Gde Ngurah Rai, S.H. No.25 tanggal 26

Mei 1982, yang disahkan oleh Menteri Kehakiman RI dalam Keputusan

No. C2-282-HT.01.04 tanggal 17 Juni 1983, para Pemegang Saham

Perorangan Asing diganti oleh Pemegang Saham Perusahaan Asing yaitu

Charoen Pokphand Overseas Investment Limited. Kemudian terhitung

sejak tanggal 8 April 1986, sesuai dengan akta Notaris Drs. Gde Ngurah

Rai, S.H. no. 13, jumlah pemegang saham perorangan bertambah menjadi

31 orang, dengan ikut sertanya karyawan-karyawan Perusahaan dalam

pemilikan saham Perusahaan, pada tanggal 8 Juni 1990 dengan ijin dari

BKPM No. 219/III/PMA/90 nama Perusahaan diubah dari PT Charoen

Pokphand Indonesia Animal Feedmill Co., Ltd. menjadi. PT Charoen

Pokphand Indonesia. Perusahaan memulai produksi komersialnya pada

tahun 1972, dengan kapasitas sebesar 20.000 ton per tahun. Jenis produksi

yang dihasilkan antara lain adalah pakan ternak (sapi, babi) dan pakan

unggas (ayam petelur, ayam pedaging, itik). Selanjutnya pada tahun 1976

dan 1979, Perusahaan melakukan ekspansi usaha ke Surabaya dan Medan

dengan mendirikan pabrik pakan ternak yang berkapasitas masing-masing

24.000 ton dan 80.000 ton per tahun.

Setelah mengalami beberapa kali peningkatan produksi, pada saat

ini Perusahaan memiliki kapasitas produksi sebesar 650.000 ton pertahun

yang tersebar di Jakarta di atas area seluas 27.284 m 2 (sebesar 200.000 ton
58

per tahun), Surabaya di atas area seluas 42.565 m2 (sebesar 250.000 ton

per tahun) dan Medan di atas area seluas 17.595 m 2 (sebesar 200.000 ton

per tahun) Dengan mengamati perkembangan permintaan pasar udang

yang semakin meningkat, pada tahun 1988 Perusahaan memutuskan untuk

melakukan ekspansi ke bidang produksi pakan udang dengan mendirikan

pabrik pakan udang berkapasitas 40.000 ton per tahun di Medan. Dalam

rangka mewujudkan rencana Perusahaan untuk memperkuat posisi

pemasaran pakan unggas Perusahaan, maka dalam Rapat Umum Luar

Biasa Pemegang Saham tanggal 24 April tahun 1990 para pemegang

saham Perusahaan memutuskan untuk mengambil alih 80% saham PT

Charoen Pokphand Jaya Farm, suatu perusahaan yang berdomisili di

Jakarta dan bergerak di bidang pembibitan ayam ras. (www.britama.com)

4. Fast Food Indonesia Tbk.

PT Fast Food Indonesia Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan

Akta Notaris Sri Rahayu, S.H., No. 20 tanggal 19 Juni 1978. Akta

pendirian tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman

Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. Y.A.5/245/12 tanggal 22

Mei 1979, dan didaftarkan di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta dengan

No. 4491 tanggal 1 Oktober 1979, serta diumumkan dalam Tambahan No.

682 dari Berita Negara Republik Indonesia No. 90 tanggal 9 November

1979 Perusahaan bergerak di bidang makanan dan restoran.

Perusahaan memulai usaha komersialnya sejak tahun 1979.

Perusahaan tidak memiliki entitas induk dan entitas induk terakhir karena
59

tidak terdapat entitas yang memiliki kendali terhadap Perusahaan. Pada

tanggal 31 Desember 2018, Perusahaan mempunyai 16.162 karyawan

tetap (2017: 17.496 karyawan tetap) (tidak diaudit). Kantor pusat

Perusahaan terletak di Jl. M.T. Haryono Kav.7, Jakarta, Indonesia.(

www.britama.com)

5. Gudang Garam Tbk.

PT Gudanggaram Tbk (perseroan) yang bernama PT Perusahaan

Rokok Tjap “Gudang Garam “ Kendiri (PT Gudanggaram ) didirikan

dengan akta Suroso SH, Wakil notaris sementara di Kendiri, tanggal 30

juni 1971 No. 10, di ubah dengan akta notaris yang sama tanggal 13

Oktober 1971 No.13 akta- akta ini di setujui oleh mentri kehakiman

dengan No. J.A.5/197/7 pada tanggal 17 November 1971, di daftarkan di

pengadilan Negeri Kendiri dengan No. 31/1971 dan No. 32/1971 tanggal

26 Nopember 1971 dan di umumkan dalam Tambahan No. 586 pada berita

Negara No. 104 tanggal 28 Desember 1971.

Perseroan merupakan kelanjutan dari perusahaan perorangan yang

di dirikan tahun 1958. Pada tahun 1969 berubah ststus menjadi firma dan

pada tahun 1971 menjadi perseroan Terbatas Operasi Komersial di mulai

tahun 1958. (www.britama.com)

6. H.M Sampoerna Tbk.

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Didirikan di Indonesia pada

tanggal 19 0ktober 1963 berdasarkan Akta Notaris Anwar Mahajudin, SH,

No 69. Akta Pendirian Perusahaan disahkan oleh Menteri Kehakiman


60

Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. J.A.5/59/15 tanggal 30

April 1964 serta diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik

Indonesia No. 94 tanggal 24 November 1964, Tambahan No. 357.

Anggaran Dasar Perusahaan kemudian diubah dengan Akta Notaris

Aryanti Artisari, S.H., M.Kn., No. 92 tanggal 29 Desember 2015

mengenai peningkatan modal ditempatkan dan disetor Perusahaan, yang

selanjutnya diubah dengan Akta Notaris Liestiani Wang, S.H., M.Kn., No.

56 tanggal 27 April 2016 mengenai perubahan modal dalam rangka

pemecahan nilai nominal saham Perusahaan.

Anggaran Dasar terakhir kali diubah dengan Akta Notaris Aryanti

Artisari, S.H., M.Kn., No.57 tanggal 27 April 2017 mengenai Tugas dan

Wewenang Direksi Perusahaan dan selanjutnya Anggaran Dasar beserta

perubahan-perubahannya dinyatakan kembali seluruhnya dalam Akta

Notaris Aryanti Artisari, S.H., M.Kn., No. 59 tanggal 27 April 2017.

Perubahan Anggaran Dasar terakhir ini telah diterima oleh Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia masing-masing

berdasarkan Surat Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar

No. AHU-AH.01.03- 0132417 tanggal 2 Mei 2017.

Ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi manufaktur dan

perdagangan rokok serta investasi saham pada perusahaan-perusahaan

lain. Kegiatan produksi rokok secara komersial telah dimulai pada tahun

1913 di Surabaya sebagai industri rumah tangga. Pada tahun 1930, industri

rumah tangga ini diresmikan dengan dibentuknya NVBM Handel


61

Maatschapij Sampoerna. Perusahaan berkedudukan di Surabaya, dengan

kantor pusat berlokasi di Jl. Rungkut Industri Raya No. 18, Surabaya, serta

memiliki pabrik yang berlokasi di Surabaya, Pasuruan, Malang,

Karawang, dan Probolinggo. Perusahaan juga memiliki kantor perwakilan

korporasi di Jakarta. Pada tanggal 31 Desember 2018, Perusahaan dan

entitas anak (bersama-sama disebut “Grup”) memiliki 25.943 orang

karyawan tetap (31 Desember 2017: 28.212). (www.btitama.com.)

7. Indah Kita Pulp Tbk.

PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (“Perusahaan”) didirikan di

Republik Indonesiadalam kerangka Undang-undang Penanaman Modal

Asing No. 1 tahun 1967, berdasarkan Akta Notaris No. 68 dari Ridwan

Suselo tanggal 7 Desember 1976. Anggaran Dasar Perusahaan telah

mendapat persetujuan Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui

Surat Keputusan No. Y.A.5/50/2 tanggal 9 Februari 1978 dan diumumkan

dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 18, Tambahan No. 172

tanggal 3 Maret 1978. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami

beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir anggaran dasar tersebut telah

sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (“OJK”) No.

32/POJK.04/2014 tanggal 8 Desember 2014 tentang Rencana dan

Penyelenggaraan RUPS Perusahaan Terbuka juncto No. 33/POJK.04/2014

tanggal 8 Desember 2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten

atau Perusahaan Publik serta peraturan OJK lainnya yang terkait termuat
62

dalam Akta Pernyataan Keputusan rapat No. 49 tanggal 22 Juli 2015 yang

dibuat dihadapan Linda Herawati, SH, Notaris di Jakarta Pusat.

Perubahan tersebut telah mendapat persetujuan Menteri Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan

nomor AHU-0940287.AH.01.02.TAHUN 2015 tanggal 7 Agustus 2015

dan perubahan anggaran dasar tersebut telah diterima dan dicatat di dalam

Sistem Administrasi Badan Hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia nomor AHU-AH.01.03-0955308 tanggal 7

Agustus 2015 serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik

Indonesia Nomor 57, Tambahan Nomor 11569/2018, tanggal 17 Juli 2018.

Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup

kegiatan Perusahaan ada di bidang industri, perdagangan, pertambangan

dan kehutanan. Saat ini, Perusahaan bergerak di bidang industri kertas

budaya, pulp, tissue dan kertas industri.

Perusahaan berkedudukan di Jakarta Pusat dengan kantor pusat

beralamat di Jalan M.H. Thamrin No. 51, Jakarta 10350 dan pabrik

berlokasi di Tangerang, Serang (Jawa Barat) serta Perawang (Riau).

Kegiatan usaha komersial Perusahaan dimulai sejak 1978. Entitas induk

utama dari Perusahaan dan Entitas Anak adalah PT Purinusa Ekapersada,

didirikan di Republik Indonesia yang merupakan bagian dari Kelompok

Usaha Sinarmas. (www.britama.com)

8. Indofood Sukses Makmur Tbk.


63

PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Perusahaan) didirikan di

Republik Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT

Panganjaya Intikusuma, berdasarkan Akta Notaris Benny Kristianto, S.H.,

No. 228. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik

Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2 2915.HT.01.01.Th’91 tanggal

12 Juli 1991, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia

No. 12 Tambahan No. 611 tanggal 11 Februari 1992. Anggaran Dasar

Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan.

Perubahan terakhir Anggaran Dasar Perusahaan sehubungan

dengan persetujuan pemegang saham atas perubahan Anggaran Dasar

Perusahaan untuk disesuaikan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

(“OJK”) yang dimuat dalam Akta Notaris Kumala Tjahjani Widodo, S.H.

M.H. Mkn No. 22 tanggal 8 Mei 2015 telah disetujui oleh Menteri Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan

No. AHU - 0936677.AH.01.02. Tahun 2015 tanggal 5 Juni 2015 serta

telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 89

Tambahan No. 44146 tanggal 6 November 2015 Seperti yang tercantum

pada Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan

Perusahaan terdiri dari, antara lain mendirikan dan menjalankan industri

makanan olahan, bumbu penyedap, minuman ringan, kemasan, minyak

goreng, penggilingan biji gandum, pembuatan tekstil karung terigu,

perdagangan, pengangkutan, agrobisnis dan jasa Kantor pusat Perusahaan

berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 27, Jl. Jend.


64

Sudirman Kav. 76 - 78, Jakarta, Indonesia, sedangkan pabrik dan

perkebunanPerusahaan dan Entitas Anak berlokasi di berbagai tempat di

pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia. Perusahaan

mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1990.(www.britama.com)

9. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (Perusahaan) didirikan di

Republik Indonesia pada tanggal 2 September 2009 berdasarkan Akta

Notaris Herdimansyah Chaidirsyah, S.H., No. 25. Akta pendirian ini

disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

pada tanggal 30 September 2009 dalam Surat Keputusan No. AHU-

46861.AH.01.01 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia

No. 69 Tambahan No. 15189 tanggal 27 Agustus 2010. Perubahan terakhir

Anggaran Dasar Perusahaan sehubungan dengan persetujuan pemegang

saham atas perubahan nllai nominal saham Perusahaan dari Rp100 (angka

penuh) per saham menjadi Rp50 (angka penuh) per saham yang dimuat

dalam Akta Notaris Kumala Tjahjani Widodo, S.H. M.H. Mkn No. 8,

tanggal 3 Juni 2016 dan telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No.

AHU- 0077941.AH.01.11.TAHUN 2016 tanggal 23 Juni 2016 Perusahaan

merupakan hasil pengalihan kegiatan usaha Divisi Mi Instan dan Divisi

Bumbu Penyedap PT Indofood Sukses Makmur Tbk (ISM), pemegang

saham pengendali Perusahaan, dan mulai melakukan kegiatan usahanya

sejak tanggal 1 Oktober 2009.


65

Berdasarkan Perjanjian Penggabungan Usaha antara Perusahaan,

PT Ciptakemas Abadi (CKA), PT Gizindo Primanusantara (GPN), PT

Indosentra Pelangi (ISP) dan PT Indobiskuit Mandiri Makmur (IMM)

yang diaktakan oleh Herdimansyah Chaidirsyah, S.H., dalam Akta Notaris

No. 172 tanggal 23 Desember 2009, perusahaan-perusahaan tersebut

setuju untuk melakukan penggabungan usaha. Untuk menjalankan

transaksi penggabungan usaha tersebut, dan sesuai dengan metode

konversi saham yang disepakati, Perusahaan menerbitkan saham baru

sehingga jumlah saham yang ditempatkan menjadi 466.476.178 saham.

(www.britama.com.)

10. Indoement Tunggal Prakarsa Tbk.

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) didirikan tanggal 16

Januari 1985 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1985.

Kantor pusat INTP berlokasi di Wisma Indocement Lantai 8, Jl. Jend.

Sudirman Kav. 70-71, Jakarta 12910 – Indonesia dan pabrik berlokasi di

Citeureup – Jawa Barat, Palimanan – Jawa Barat, dan Tarjun – Kalimantan

Selatan. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk, yaitu: Brichwood Omnia Limited, Inggris (induk

usaha) (51,00%). Adapun induk usaha terakhir kelompok usaha Indocement

adalah HeidebergCement AG.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan

INTP antara lain pabrikasi semen dan bahan-bahan bangunan,

pertambangan, konstruksi dan perdagangan. Indocement dan anak usahanya


66

bergerak dalam beberapa bidang usaha yang meliputi pabrikasi dan

penjualan semen (sebagai usaha inti) dan beton siap pakai, serta tambang

agregat dan trass. Produk semen Indocement adalah Portland Composite

Cement, Ordinary Portland Cement (OPC Tipe I, II, dan V), Oil Well

Cement (OWC), Semen Putih dan TR-30 Acian Putih. Semen yang

dipasarkan Indocement dengan merek dagang "Tiga Roda" . Pada tahun

1989, INTP memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk

melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INTP (IPO) kepada

masyarakat sebanyak 89.832.150 dengan nilai nominal Rp1.000,- per

saham dengan harga penawaran Rp10.000,- per saham. Saham-saham

tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 05

Desember 1989. (www.britama.com)

11. Kalbe Farma Tbk.

PT Kalbe Farma Tbk. (“Perusahaan”) didirikan di Negara Republik

Indonesia, dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal Dalam

Negeri No. 6 Tahun 1968 yang telah diubah dengan Undang-undang No.

12 Tahun 1970, berdasarkan Akta Notaris Raden Imam Soesetyo

Prawirokoesoemo No. 3 pada tanggal 10 September 1966. Akta pendirian

ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan

Surat Keputusan No. J.A.5/72/23 tanggal 12 September 1967 dan

diumumkan dalam Tambahan No. 234, Berita Negara Republik Indonesia

No. 102 pada tanggal 22 Desember 1967. Anggaran dasar Perusahaan

telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris


67

DR. Irawan Soerodjo, S.H., Msi., No. 131, tanggal 18 Mei 2015, mengenai

perubahan anggaran dasar Perusahaan untuk disesuaikan dengan peraturan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Perubahan ini telah diterima oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHU-AH.01.03-

0939509 tanggal 10 Juni 2015. Seperti yang dinyatakan dalam Anggaran

Dasarnya, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi, antara lain usaha

dalam bidang farmasi, perdagangan dan perwakilan. Saat ini, Perusahaan

terutama bergerak dalam bidang pengembangan, pembuatan dan

perdagangan sediaan farmasi termasuk obat dan produk konsumsi

kesehatan. Perusahaan memulai operasi komersial pada tahun 1966.

Perusahaan berkedudukan di Jakarta, dimana kantor pusat berada di

Gedung KALBE, Jl. Let. Jend. Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta

10510 sedangkan fasilitas pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Delta

Silicon, Jl. M.H. Thamrin, Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa

Barat.(www.britama.com)

12. Mayora Indah Tbk.

PT.Mayora Indah Tbk di dirikan pada 17 februari 1977 dan mulai

beroperasi secara komersial pada bulan mei 1978.Kantor pusat Mayora

berlokasi di gedung Mayora ,Jl.Tomang Raya 21-23 jakarta.sedangkan

pabriknya terletak di Tangerang dan Bekasi. Kegiatan usaha dan produk

yang di hasilkan adalah sesuai dengan anggaran dasarnya. karena PT.

Mayora indah tbk adalah perusahaan perseroan,yang di produksi di


68

antaranya adalah bidang industri.Dan saat ini PT. Mayora Indah Tbk

memproduksi dan memiliki 6 divisi yang masing-masing menghasilkan

produk berbeda namun terintegrasi. yaitu biskuit, wafer, kembang gula,

coklat, kopi dan makanan kesehatan. Perusahaan ini telah tercatat di bursa

efek Indonesia sejak tanggal 4 juli 1990. (www.britama.com)

13. Sri Rejeki Isman Tbk.

PT Sri Rejeki Isman (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan akta

Notaris No. 48 tanggal 22 Mei 1978 yang dibuat dihadapan Ruth Karliena,

S.H., notaris di Surakarta. Akta Pendirian Perusahaan telah mendapat

pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat

Keputusan No. 02-1830-HT01.01.Th.82 tanggal 16 Oktober 1982 dan

telah diumumkan dalam Berita Negara No. 95 Tambahan No. 1456

tanggal 28 November 1986. Akta Notaris Perusahaan telah mengalami

beberapa kali perubahan, dengan perubahan terakhir melalui akta Notaris

No. 20 tanggal 7 Juni 2017 yang dibuat dihadapan Leolin Jayayanti, S.H.,

M.Kn., mengenai perubahan susunan Dewan Direksi dan telah

diberitahukan dan diterima oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHU-AH-01.03-

0143857 tanggal 8 Juni 2017.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan

utama Perusahaan meliputi usaha-usaha dalam bidang industri pemintalan,

pertenunan, pencelupan, pencetakan, penyempurnaan tekstil dan pakaian

jadi. Perusahaan memulai kegiatan komersialnya sejak tahun 1978.


69

Perusahaan berkedudukan di Jalan K.H. Samanhudi No. 88, Jetis,

Sukoharjo, Jawa Tengah. Perusahaan induk langsung adalah PT

Huddleston Indonesia (dahulu PT Busana Indah Makmur) dan perusahaan

pemegang saham terakhir adalah Kantaras Investments Pte Ltd.

(www.britamacom)

14. Unilever Indonesia Tbk.

Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Lever

Zeepfabrieken N.V. Pada 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi

PT Lever Brothers Indonesia dan pada 30 Juni 1990, nama perusahaan

diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Unilever Indonesia melepas

15% sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun

1981. Unilever Indonesia mempunyai lebih dari 1.000 distributor di

seluruh Indonesia.

Unilever memiliki beberapa anak perusahaan di Indonesia, yakni:

 PT Anugrah Lever - didirikan pada tahun 2000 dan bergerak di bidang

pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, saus cabe

dan saus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan Sakura dan

merek-merek lain

 PT Technopia Lever - didirikan pada tahun 2002 dari hasil patungan

dengan Technopia Singapore Pte. Ltd. Techopia bergerak di bidang

distribusi, ekspor dan impor barang-barang dengan menggunakan merk

dagang Domestos Nomos.[1]

 PT Knorr Indonesia - diakuisisi pada 21 Januari 2004.[2]


70

 PT Sara Lee

Unilever Indonesia memenangkan 2005 Energi Globe

Award untuk skema pengelolaan sampah mereka di desa - desa di dekat

sungai Brantas di Surabaya. Skema ini melibatkan kompos. Sampah

organik dan daur ulang, dan telah menghasilkan peningkatan kualitas air

setempat di sungai. Pada bulan Mei 2011, PT Unilever Indonesia Tbk akan

menginvestasikan setidaknya £300 juta dalam 2 tahun ke depan untuk

memperluas pabriknya di Cikarang, Jawa Barat dan Rungkut, Jawa

Timur . Saat ini Unilever Indonesia telah mengoperasikan 8 pabrik dan 3

pusat distribusi. PT Unilever Indonesia Tbk merupakan bagian dari

Unilever Group NV/plc untuk memproduksi dan mengawasi semua merek

yang diproduksi oleh Unilever (www.britama.com)

15. Waskita Beton Precast Tbk.

PT Waskita Beton Precast Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan

Akta No. 10 tanggal 7 Oktober 2014 dari Fathiah Helmi, S.H., notaris

publik di Jakarta dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat keputusan No.

AHU-29347.40.10.2014 tanggal 14 Oktober 2014 serta diumumkan dalam

Berita Negara Republik Indonesia No. 60221 tanggal 26 Desember 2014,

Tambahan No.103. Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali

mengalami perubahan, terakhir sehubungan dengan pembelian kembali

saham yang dimiliki oleh publik dengan sejumlah 1.845.281.027 saham

dan penambahan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha penunjang


71

Perusahaan yaitu menjalankan pengelolaan limbah B3 (Limbah Berbahaya

dan Beracun), didasarkan pada Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum

Pemegang Saham Luar Biasa No. 60 tanggal 26 Juli 2017.

Akta ini telah mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat keputusan No.

AHU0017067.AH.01.02.TAHUN 2017 tanggal 21 Agustus 2017 Sesuai

dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan

Perusahaan terutama meliputi bidang industri pabrikasi, pekerjaan

mekanikal elektrikal, radio, telekomunikasi, instrumentasi, perbaikan,

pemeliharaan dan renovasi bangunan Perusahaan pada mulanya

merupakan

Divisi Precast dari PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) yang mulai

beroperasi secara komersial pada akhir tahun 2013. Pada tahun 2014,

setelah pemisahan, Perusahaan resmi beroperasi sebagai PT Waskita Beton

Precast. Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan kantor pusat berlokasi

di Gedung Teraskita Lantai 3 dan 3A Jl. MT Haryono Kav. 10A, Jakarta

Timur 13340.(www.britama.com)

16. Pabrik Kertas Tjiwika Kimia Tbk

PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (“Perusahaan”) didirikan di

Republik Indonesia pada tanggal 2 Oktober 1972 berdasarkan Akta

Notaris No. 9 oleh Ridwan Suselo. Perusahaan terdaftar sebagai

perusahaan penanaman modal dalam negeri pada tanggal 28 Februari 1975

dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6


72

tahun 1968, yang diamandemen dengan Undang-undang No. 12 tahun

1970. Akta Pendirian tersebut disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik

Indonesia dengan Surat Keputusan No. Y.A.5/439/25 pada tanggal 22

Desember 1975 serta diumumkan dalam Tambahan No. 639/1976 dari

Berita Negara Republik Indonesia No. 70 pada tanggal 30 Agustus 1976.

Perubahan terakhir Anggaran Dasar Perusahaan telah disesuaikan

dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. 32/POJK.04/2014

tanggal 8 Desember 2014 tentang Rencana dan Penyelenggaraan RUPS

Perusahaan Terbuka, juncto No. 33/POJK.04/2014 tanggal 8 Desember

2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan

Publik, serta Peraturan OJK terkait lainnya, yang termuat dalam Akta

Notaris No. 50 tanggal 22 Juli 2015 yang dibuat dihadapan Linda

Herawati, S.H, notaris di Jakarta Pusat. Perubahan tersebut telah mendapat

persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia melalui Surat Keputusan No. AHU-0940293.AH.01.02.Tahun

2015 tanggal 7 Agustus 2015, serta diterima dan dicatat dalam Sistem

Administrasi Badan Hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.AHU-AH.01.03-0955336

tanggal 7 Agustus 2015 dan telah diumumkan dalam Berita Negara

Republik Indonesia No. 41, Tambahan No. 8677/2016 tanggal 24 Mei

2016. (www.britama.com)

17. Tunas Baru Lampung Tbk.


73

PT Tunas Baru Lampung Tbk (“Perusahaan”) didirikan

berdasarkan Akta No. 23 tanggal 22 Desember 1973 dari Halim

Kurniawan, S.H., notaris di Teluk Betung. Akta pendirian ini disahkan

oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.

Y.A.5/233/25 tanggal 10 Juli 1975 serta diumumkan dalam Berita Negara

Republik Indonesia No. 44 tanggal 1 Juni 1999, Tambahan No. 3194.

Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan,

terakhir dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 3 tanggal 3

Desember 2015 dari Antoni Halim, S.H., notaris di Jakarta, mengenai

perubahan Pasal 3 Anggaran Dasar tentang maksud dan tujuan serta

kegiatan usaha Perusahaan.

Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah disetujui oleh Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat

Keputusan No. AHU-0947369.AH.01.02. Tahun 2015 tanggal 7 Desember

2015, dan sampai tanggal penyelesaian laporan keuangan konsolidasian,

publikasi dalam Berita Negara Republik Indonesia masih dalam proses.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar, ruang lingkup kegiatan

Perusahaan terutama meliputi bidang perindustrian, perdagangan,

pertanian, pembangunan, jasa dan pengangkutan. Perusahaan dan entitas

anak (selanjutnya disebut Grup) tergabung dalam kelompok usaha Sungai

Budi. Perusahaan bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan

tebu serta produksi minyak goreng sawit, gula, minyak sawit (Crude Palm
74

Oil atau CPO), sabun dan bahan bakar nabati Perusahaan memulai

usahanya secara komersial pada tahun 1974.

Perusahaan berdomisili di Jakarta, kantor pusat Perusahaan

terletak di Wisma Budi, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-6, Jakarta. Pabrik

Perusahaan berlokasi di Lampung, Sidoarjo, Tangerang, Palembang, dan

Kuala Enok, dengan perkebunan yang terletak di Terbanggi Besar –

Lampung Tengah dan Banyuasin – Sumatera Selatan, serta Ogan

Komering Ilir sedangkan perkebunan dan pabrik entitas anak terletak di

Lampung Tengah, Lampung Utara, Bengkulu dan Kalimantan Barat

dengan jumlah lahan perkebunan inti kurang lebih seluas 108 ribu hektar.

Adapun jumlah luas lahan yang ditanami kurang lebih seluas 56,4 ribu

hektar. (www.britamacom)

18. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.

PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (“Perusahaan”), dahulu

bernama CV Tjahaja Kalbar, didirikan di Pontianak berdasarkan Akta No.

1 tanggal 3 Februari 1968 yang dibuat di hadapan Mochamad Damiri,

Notaris di Pontianak. Badan hukum Perusahaan berubah menjadi

Perusahaan Terbatas berdasarkan Akta Pendirian Perusahaan tanggal 9

Desember 1980 No. 49 yang dibuat di hadapan Mochamad Damiri,

Notaris di Pontianak. Berdasarkan Akta No. 103.A tanggal 18 April 1984

yang dibuat di hadapan Tommy Tjoa Keng Liet, S.H., Notaris di

Pontianak, diputuskan, antara lain, perpindahan kedudukan Perusahaan

dari Pontianak ke Jakarta. Akta pendirian dan perubahan yang dibuat di


75

hadapan Mochamad Damiri dan Tommy Tjoa Keng Liet, S.H. tersebut

telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia

melalui Surat Keputusan No. C2- 1390.HT.01.01.TH.88. tanggal 17

Februari 1988. Akta pendirian tersebut telah didaftarkan di Kepaniteraan

Pengadilan Negeri Pontianak No. 19/PT.Pendaf/95 tanggal 31 Juli 1995,

dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 27

Oktober 1995 No. 86, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No.

8884.

Anggaran Anggaran Dasar Perusahaan beberapa kali mengalami

perubahan, antara lain dengan Akta tanggal 18 April 1996 No. 83 yang

dibuat di hadapan Siti Pertiwi Henny Singgih, S.H., Notaris di Jakarta

mengenai Perusahaan menjadi perusahaan terbuka. Sesuai dengan Surat

Persetujuan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

(”Bapepam-LK”), sekarang Otoritas Jasa Keuangan (”OJK”), tanggal 10

Juni 1996 No. S- 942/PM/1996, Pernyataan Pendaftaran Perusahaan

menjadi efektif dalam rangka Perusahaan melaksanakan penawaran umum

perdana atas 34.000.000 saham Perusahaan dengan nilai nominal Rp500

per saham kepada masyarakat melalui Bursa Efek Indonesia.

Perubahan Anggaran Dasar ini telah disahkan oleh Menteri

Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-

7688.HT.01.04.TH.96 tanggal 29 April 1996 dan telah didaftarkan di

Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Utara nomor agenda

613/BH.09.01/IX/1998 tanggal 29 September 1998 dan telah diumumkan


76

dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 24 November 1998 No.

94, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 6538.

(www.btritama.com).

19. Indo Kordsa Tbk.

PT lndo Kordsa Tbk ("Perseroan") didirikan dalam rangka

Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 dan

No. 12 tahun 1970 dengan akta notaris No. 83 tanggal 8 Juli 1981 dari

Ridwan Suselo, S.H., notaris di Jakarta, yang diubah dengan akta notaris

No. 288 tanggal 27 November 1981 dan No. 261 tanggal 28 Januari 1982

dari notaris yang sama. Aktaakta pendirian ini disahkan oleh Menteri

Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No. YAS/88/3

tanggal 2 Maret 1982 serta diumumkan dalam Serita Negara Republik

Indonesia No. 50 tanggal 22 Juni 1982, Tambahan No. 771. Anggaran

Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir

dengan akta notaris No. 2 tanggal 6 Juni 2018 dari Utiek R. Abdurachman,

S.H., MLI, MKn., notaris di Jakarta, sehubungan dengan perubahan atas

dewan direksi Perseroan. Perubahan ini telah diterima oleh Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam surat No.

AHU-AH.01.03-213366 tanggal 7 Juni 2018. Berdasarkan akta notaris No.

6 tangga, 4 November 2011 dari Amrul Partomuan Pohan, S.H., notaris di

Jakarta, Perseroan telah mengubah statusnya dari Penanaman Modal

Dalam Negeri menjadi Penanaman Modal Asing.


77

Perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia dalam surat keputusan No. AHU-

AH.01.10.40382 tanggal 12 Desember 2011. Berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. KEP-

137/WPJ.19/201 I tanggal 19 Oktober 2011, Perseroan mendapatkan izin

untuk menggunakan bahasa lnggris dan satuan mata uang Dolar Amerika

Serikat di dalam menyelenggarakan pembukuan mulai sejak 1 Januari

2012. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasarnya, Perseroan bergerak di

bidang manufaktur dan pemasaran kain ban, filamen yarn (serat-serat

nylon, polyester, rayon), benang nylon untuk ban, dan bahan baku

polyester (purified terepthalic acid). Perseroan memasarkan hasil

produksinya ke dalam dan luar negeri. Perseroan telah memulai kegiatan

operasi komersialnya sejak 6 November 1987. Perseroan berdomisili di

Indonesia dengan kantor pusat dan pabrik berlokasi di JI. Pahlawan, Desa

Karang Asem Timur, Citeureup, Bogor, 16810(www.britama.com)

20. Ulta Jaya Milk Industry & Tranding Company Tbk.

PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk, selanjutnya

disebut "Perseroan", didirikan dengan AktaNotaris No. 8 tanggal 2

November 1971 juncto Akta Perubahan No. 71 tanggal 29 Desember 1971

yang dibuat dihadapan Komar Andasari, S.H, Notaris di Bandung Akta-

akta tersebut telah mendapat persetujuan Menteri Kehakiman Republik

Indonesia dengan Keputusan No. Y.A.5/34/21 Tanggal 20 Januari 1973,

dan telah di umumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 34


78

tanggal, 27 April 1973 Tambahan No. 313. Perseroan mulai beroperasi

secara komersial pada awal tahun 1974 Anggaran Dasar Perseroan telah

mengalami beberapa kali perubahan.

Perubahan terakhir dilakukan untuk disesuaikan dengan hasil

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) No. 1 tanggal 22

Juni 2017 dibuat oleh Ari Hambawan S.H., M.Kn., Notaris di Bandung,

yang disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU- 0083504.AH.01.11. Tahun

2017 tanggal 07 Juli 2017. Perseroan memiliki kantor pusat dan pabrik

berlokasi di padalaran Jl. Raya imereme 131 Kabupaten Bandung 40552


BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Data Penelitian

Indonesia mempunyai suatu wadah dalam melaksanakan perdagangan

sekuritas yaitu berupa pasar modal. Di dalam pasar modal inilah permintaan dan

penawaran atas sekuritas diperdagangkan. Saat ini pasar modal di Indonesia lebih

dikenal dengan Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan

hasil merger antara Bursa Efek Jakarta atau Jakarta Stock Exchange (JSX) dan

Bursa Efek Surabaya (BES) atau Surabaya Stock Exchange (SSX). Merger Bursa

Efek ini terjadi sejak tanggal 1 Desember 2007. (Sarjana, & Purnomo, 2017)

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia periode 2015 - 2018. Perusahaan manufaktur merupakan

jenis perusahaan terbanyak, memiliki tingkat operasi usaha yang tinggi. Selain itu

perusahaan manufaktur juga memiliki jumlah saham beredar terbanyak, tingkat

perdagangan saham yang tinggi dan memiliki perubahan harga yang dinamis,

sehingga merupakan perusahaan yang paling diminati oleh para investor.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) diketahui

bahwa perusahaan manufaktur yang tecatat di Bursa Efek Indonesia selama tahun

2015 - 2018 adalah sebanyak 131. Pada perusahaan manufaktur terdapat beberapa

pengelompokan berdasarkan jenis usahanya. Pengelompokan tersebut dapat

dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini:

79
Tabel 5.1
Jenis Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2018

NO Jenis Perusahaan Jumlah


1 Semen 3
2 Keramik, perselen & kaca 6
3 Logam & sejenisnya 16
4 Kimia 10
5 Plastik & sejenisnya 11
6 Pakan ternak 4
7 Kayu & pengolahanya 2
8 Pulp & kertas 8
9 Otomotif & komponen 12
10 Tekstil & garmen 17
11 Alas kaki 2
12 Kalbe 6
13 Elektronik 1
14 Makanan & minuman 14
15 Rokok 3
16 Farmasi 9
17 Kosmetik & barang keperluan rumah tangga 4
18 Peralatan rumah tangga 3
Total 131
www.sahamOkcom
1. Deskripsi Sample Penelitian

Penentuan sampel dalam penelitian mi dengan menggunakan purposif

sampling dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut ini :

Tabel 5.2
Kriteria Pengambilan sample

NO Kriteria Pelanggara Akumulasi


n Kriteria
1 Termasuk perusahaan manufaktur jenis industri 40 91
makanan dan otomotif yang terdaftar di bursa
Efek Indodesia (BEI) periode pengamatan
selama periode 2015 – 2018
2 Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan 37 54
seara konsisten selama periode 2015-2018 di
Bursa Efek Indonesia (BEI)

80
81

Lanjutan tabel 5.2


3 Perusahaan Manufaktur yang membagi Deviden 34 20
Payout Ratio (DPR)
4 Periode pengamatan 4th
Jumlah sample (20x4th) 80

Berdasarkan Tabel 5.2 yang memenuhi kreteria untuk dijadikan sampel


perusahaan mamifaktur dalam penelitian ini adalah 15 perusahaan, 15 sampel
perusahaan berserta kode perusahaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 5.3
Nama Perusahaan Sampel Penelitian

No. Kode Saham Nama Perusahaan (PT)


1 ASII Astra International Tbk.
AUTO Astra Otoparts Tbk.
3 CPIN Charon pokphand Indonesia Tbk.
4 FASW Fast Food Indonesia Tbk.
5 GGRM Gudang Garam Tbk.
6 HMSP H.M Sampoerna Tbk.
7 INKP Indah Kita Pulp Tbk.
8 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
9 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
10 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
11 KLBF Kalbe Farma Tbk.
12 MYOR Mayora Indah Tbk.
13 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk.
14 UNVR Unilever Indonesia Tbk.
15 WSBP Waskita Beton Precast Tbk.
16 TKIM Pabrik Kertas Tjiwika Kimia Tbk
17 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk.
18 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
19 BRAM Indo Kordsa Tbk.
20 ULTJ Ulta Jaya Milk Industry & Tranding Company Tbk.
www.idx.o.id

2. Deskripsi Variabel Penelitian

A. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan,

sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga
82

akan meningkat. Kekayaan pemegang saham dan perusahan direpresentasikan

oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan Kebijakan

Dividen, Kebijakan Hutang dan Ukuran Perusahaan (Brigham dan Houston,

2009:19). Rasio yang dipakai untuk mengukur nilai perusahaan adalah Price Book

Value (PBV) sebagai variabel dependen (Mardiyanto, 2008:64):

Price Book Value (PBV)

Harga Saham
PBV¿
Nilai buku saham

BV= Ekuitas / Jumlah

Contoh perhitungan laporan keuangan dari PT Charoen Pokphand

Indonesia (CPIN) pada tahun 2018 sebagai berikut:

Ekuitas = Rp. 19.375.720.000.000

Jumlah Saham = 16.398.000.000

Haraga saham = 4.138

Hitunglah berapa BPV yang di peroleh perusahaan

Jawab:

19.375.720 .000 .000


BV= ¿ =1.182,5328286986
16.398 .000 .000

1.182,5328286986
BPV=¿ 4.138
=3,50

Dengan cara yang sama maka hasil perhitungan BPV dapat di selesaikan

seperti pada tabel 5.3 sebagai berikut:


83

Table 5.4
Hasil perhitungan prie book value (PBV) tahun 2015-2018

PBV
Kode
2015 2016 2017 2018
Perusahaan
ASII 1.92 2.54 2.15 1.98
AUTO 0.76 0.96 0.92 0.65
CPIN 3.39 3.47 3.24 3.50
FASW 2.06 2.70 2.22 2.41
GGRM 2.78 3.27 4.04 3.75
HMSP 13.66 14.51 16.13 13.74
INKP 0.14 0.15 0.71 0.15
INDF 1.05 1.55 1.43 1.35
ICBP 4.79 5.61 5.11 5.56
INTP 3.44 2.23 3.29 3.01
KLBF 5.66 6.01 5.97 4.89
MYOR 5.25 6.38 6.71 7.45
SRIL 1.89 1.07 1.3 0.98
UNVR 58.48 46.67 62.44 38.62
WSBP 2.04 2.04 1.47 1.33
TKIM 0.10 0.16 0.68 1.87
TBLA 0.95 1.64 1.64 1.05
CEKA 0.63 0.85 0.85 0.89
BRAM 0.83 0.01 1.16 0.83
ULTJ 4.07 3.95 3.95 3.32
Sumber: data sekunder yang diolah

Adapun variabel independen adalah

a). Kebijakan Deviden (DPR)

b). Kebijakan Hutang (DER)

c). Ukuran Perusahaan (Firm Size)

a) Deviden Payout Ratio (DPR)

Menurut Faridah (2012:4) Rasio pembayaran deviden adalah persentase

laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk kas. Rumus

dari rasio pembayaran deviden yaitu:


84

Deviden per lembar saham


DPR=
Laba per lembar saham

Contoh perhitungan laporan keuangan dari PT Charoen Pokphand

Indonesia (CPIN) pada tahun 2018 sebagai berikut:

Deviden = 918.288.000.000

Laba per lembar saham = 4.551.485.000.000

Hitunglah berapa besar DPR yang di peroleh perusahaan

Jawab:

918.288.000 .000
DPR= =0,20
4.551.485 .000 .000

Dengan cara yang sama maka hasil perhitungan DPR dapat di selesaikan

seperti pada tabel 5.4 sebagai berikut:

Table 5.4
Hasil perhitungan Deviden payout Ratio (DPR) tahun 2015-2018

Deviden Payout Ratio


Kode
2015 2016 2017 2018
Perusahaan
0.49 0.45 0.27 0.28
ASII
AUTO 0.41 0.10 0.29 0.10

CPIN 0.26 0.37 0.37 0.20

FASW 0.38 0.29 0.30 0.24

GGRM 0.64 0.75 0.64 0.64

HMSP 0.99 0.98 0.98 0.92

INKP 0.04 0.06 0.09 0.07

INDF 0.05 0.05 0.05 0.53

ICBP 0.50 0.25 0.50 0.56

Lanjutan tabel 5.4


85

INTP 0.35 0.88 0.38 0.25

KLBF 0.44 0.45 0.49 0.47

MYOR 0.22 0.35 0.38 0.30

SRIL 0.07 0.07 0.18 0.12

UNVR 0.99 0.99 0.99 0.77

WSBP 0.80 0.81 0.81 0.68

TKIM 0.63 0.75 0.25 0.00

TBLA 0.32 0.17 0.42 0.31

CEKA 0.42 0.36 0.25 0.28

BRAM 0.37 0.26 0.59 0.00

ULTJ 0.14 0.11 0.16 0.00

Sumber: data sekunder yang diolah

b) DebtToEquityRatio (DER)

Kebijaan hutang di ukur dengan Debt To Equity Ratio (DER) Horne

(2005:232), Struktur modal adalah bauran atau proporsi pendanaan permanen

jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh hutang, saham preferen, dan

ekuitas saham biasa. Variabel ini diukur dengan Debt Equity Ratio; Simamora

(2000:533), Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk

melihat struktur keuangan perusahaan dengan mengaitkan jumlah kewajiban

dengan jumlah ekuitas pemilik. Di ukur menggunakan.

Debt to Equity Ratio (DER):

Total Hutang
DER=
Modal Sendiri

Contoh perhitungan laporan keuangan dari PT Charoen Pokphand

Indonesia (CPIN) pada tahun 2018 sebagai berikut:

Liabilitas = 4.732.868.000.000
86

Ekuitas = 19.391.174.000.000

Hitunglah berapa besar DER yang di peroleh perusahaan

Jawab:

4.732.868 .000 .000


DPR= =0 , 43
19.391.174 .000 .000

Dengan cara yang sama maka hasil perhitungan DER dapat di selesaikan

seperti pada tabel 5.5 sebagai berikut:

Tabel 5.5
Hasil perhitungan debt to equity ratio (DER) tahun 2015-2018

DER
Kode
2015 2016 2017 2018
Perusahaan
ASII 0.94 0.87 0.89 0.98
AUTO 0.41 0.39 0.40 0.41
CPIN 0.97 0.71 0.56 0.43
FASW 1.07 1.13 1.06 0.94
GGRM 10.16 0.59 0.58 0.53
HMSP 0.19 0.24 0.26 0.32
INKP 1.68 1.44 1.37 0.35
INDF 1.13 0.87 0.88 0.93
ICBP 0.62 0.56 0.56 0.34
INTP 0.16 0.15 0.18 0.20
KLBF 0.25 0.22 0.20 0.19
MYOR 1.18 1.06 1.03 1.06
SRIL 1.83 1.86 1.70 1.64
UNVR 2.26 2.56 2.65 1.58
WSBP 0.75 0.85 1.04 0.93

Lanjutan tabel 5.5


TKIM 1.81 1.66 1.59 1.40
TBLA 2.23 2.68 2.51 2.42
CEKA 0.57 0.61 0.54 0.20
BRAM 0.60 0.50 0.40 0.35
ULTJ 0.27 0.21 0.23 0.16
87

Sumber: Data sekunder yang diolah

C) Ukuran Perusahaan/ firm size

Ukuran perusahaan (Size) adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan.

Perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki sumber permodalan yang lebih

terdiversifikasi sehingga ukuran perusahaan (Size) merupakan kebalikan

keuntungan terjadinya kebangkrutan. Pengukuran ukuran perusahaan dilakukan

dengan menggunakan rumus (Asnawi dan Wijaya, 2005:274).

Firm Size

Size= Ln ( Total Aktiva)

Contoh perhitungan laporan keuangan dari PT Charoen Pokphand

Indonesia (CPIN) pada tahun 2018 sebagai berikut:

Total Aset= 27.654.118.000.000

Hitunglah berapa besar firm size yang di peroleh perusahaan.

Jawab:

Size = Ln ( 27.654.118.000.000) = 17,13

Dengan cara yang sama maka hasil perhitungan firm size dapat di

selesaikan seperti pada tabel 5.6 sebagai berikut:

Tabel 5.6
Hasil perhitungan firm size tahun 2015-2018

FIRM SIZE
Kode
2015 2016 2017 2018
Perusahaan
ASII 19.32 19.38 19.50 12.75
88

AUTO 16.48 16.50 16.51 16.58


CPIN 17.02 17.00 17.02 17.13
FASW 14.65 14.76 14.83 21.82
GGRM 17.97 17.96 18.02 18.05
HMSP 17.45 17.57 17.58 17.66
INKP 18.45 18.34 18.45 15.98
INDF 18.34 18.22 18.29 18.39
ICBP 17.09 17.18 17.27 17.35
INTP 17.13 17.22 17.18 17.14
KLBF 16.43 16.54 16.63 30.53
MYOR 16.24 16.52 16.52 30.50
SRIL 16.26 16.36 16.60 21.03
UNVR 16.57 16.63 16.76 16.79
WSBP 16.44 16.44 16.52 30.35
TKIM 17.49 17.33 17.37 14.90
TBLA 16.04 16.35 16.46 16.61
CEKA 14.21 14.17 14.15 27.79
BRAM 15.27 15.20 15.23 19.05
ULTJ 15.08 15.26 15.46 15.53
Sumber: Data sekunder yang diolah

5.2 Analisis Hasil

5.2.1 Statistik Deskriptif

Analisis Statistik deskriptif di gunakan untuk memberikan informasi

mengenai karakteristik keseluruhan variabel- variabel yang di teliti untuk

menggambarkan suatu data seara statistik (Anas,dkk, 2019). Statistic deskriptif

dalam penelitian ini merujuk pada nilai mean, standar deviasi, nilai minimum dan

maksimum dari seluruh variabel yang di teliti yaitu kebijaan deviden (x1),

kebijakan hutang (x2)dan ukuran perusahaan (x3), dan nilai perusahaan (y)

selama periode penelitian 2015-2018 sebagaiman di tunjukan pada tabel berikut

ini:

Tabel 5.7
Statistik Deskriptif
89

Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
DPR 68 .00 .99 .3478 .24443
DER 68 .15 10.16 .9287 1.29143
Size 68 12.75 30.53 17.4640 3.06901
BPV 68 .01 16.13 3.3897 3.38203
Valid N 68
(listwise)

Sumber: data sekunder yang diolah

Berdasarkan data statistik deskriptif pada tabel 5.7 menunjukan bahwa n

atau jumlah data dalam penelitian ini sebanyak 68 sample data perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2018.

Berdasarkan tabel 5.7 di atas, dapat di jelaskan data deskriptif masing- masing

variabel sebagai berikut:

1. Kebijakan Deviden

Pada tabel 5.7 menunjukan behwa nilai rata-rata kebijakan deviden sebesar

0,3478 dan standar deviasi sebesar 0,24443 nilai simpang data lebih rendah dari

nilai rata- rata kebijakan deviden artinya bahwa penyimpangan data yang terjadi

menunjukan rendahnya fluktuasi data. Nilai minimum dari kebijakan deviden

adalah 0,00 dan nilai maksimum dari kebijakan deviden adalah 0,99.

2. Kebijakan Hutang

Pada tabel 5.7 menunjukan bahwa nilai rata- rata kebijakan hutang sebesar

0,9287 dan standar deviasi kebijakan deviden sebesar 1,29143 nilai simpangan

ini lebih tinggi dari nilai rata- rata sukubunga artinya penyimpangan data yang
90

terjadi menunjukan tingginya fluktuasi data minimum dari kebijakan hutang

yaitu 0,15 dan nilai maksimum dari kebijakan hutang adalah 10,16.

3. Ukuran Perusahaan

Pada tabel 5.7 menunjukan bahwa nilai rata- rata ukuran perusahaan

sebesar 17,4640 dan standar deviasi kebijakan deviden sebesar 3,06901 nilai

simpangan ini lebih rendah dari nilai rata- rata sukubunga artinya penyimpangan

data yang terjadi menunjukan rendahnya fluktuasi data minimum dari ukuran

perusahaan yaitu 12,75 dan nilai maksimum dari ukuran perusahaan adalah 30.53.

4. Nilai Perusahaan

Pada tabel 5.7 menunjukan bahwa nilai rata- rata nilai perusahaan sebesar

3,3897 dan standar deviasi nilai perusahaan sebesar 17,4640 nilai simpangan ini

lebih tinggi dari nilai rata- rata sukubunga artinya penyimpangan data yang

terjadi menunjukan tingginya fluktuasi data minimum dari nilai perusahaan yaitu

0,1 dan nilai maksimum dari nilai perusahaan adalah 16,13.

5.2.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian Asumsi Klasik yang di lakukan pada penelitian ini meliputi Uji

Normalitas , Uji Multikoloniaritas, Uji heterokedastisistas dan Uji Autokorelasi

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2012).

Pada penelitian ini pengujian Uji Normalitas menggunakan uji Kolmogrov-


91

Smirnov. Dasar pengambilan keputusan yang di gunakan yaitu dengan melihat

besarnya nilai Asymp. Sig. (2-tailed):

1) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maa data berdistribusi

normal.

2) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka data tidak

berdistribusi normal.

Hasil Uji Normalitas pada penelitian ini dapat dilihat pada table

sebagai berikut:

Tabel 5.8
Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 60
a,,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 1.56244754
Most Extreme Differences Absolute .093
Positive .093
Negative -.067
Kolmogorov-Smirnov Z .718

Asymp. Sig. (2-tailed) .682


a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Sumber : Data sekunder yang diolah

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukan besarnya nilai Kolmogrov-Smirnov

adalah 0,718 dengan nilai Asyimp. Sig. (2-tailed) adalah 0,682. Maka dapat

disimpulkan data residual berdistribusi normal karena nilai Asyimp. Sig. (2-

tailed) > 0.05.


92

2. Uji Multikoloniaritas

Uji Multikoroniaritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi di

temukan adanya korelasi antara variabel bebas atau independen. Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen

(Ghozali, 2012). Pada penelitian ini untuk mendeteksi adanya multikoloniaritas di

gunakan dengan cara melihat nilai tolerance dan variance inflantion fator ( VIF ),

dengan dasar pengambilan keputusan:

1) Jika nilai tolerance di atas 0,10 dan nilai VIF di bawah 10, maka tidak

terjadi masalah multikolinieritas, artinya model regresi tersebut baik.

2) Jika nilai tolerance lebih keil dari 0,10 dan nilai VIF di atas 10, maka

terjadi masalah multikolinieritas, artinya model regresi tersebut tidak

baik.

Hasil Uji multikolonieritas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.9

sebagai berikut:

Tabel 5.9
Uji Multikoloniaritas
93

Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 DPR .990 1.010
DER .994 1.006
Size .996 1.004
a. Dependent Variable: BPV
Sumber : Data sekunder yang di olah

Berdasarkan tabel 5.9 menunjukan nilai tolerance dari DPR, DER dan

FIRM SIZE mempunyai nilai tolerance yang semuanya > 0,10 dan nilai VIF dari

DPR, DER dan FIRM SIZE mempunyai nilai yang semuanya <10, sehingga dapat

di simpulkan bahwa model regresi bebas dari gejala multikolinieritas.

3. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variane dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain (Ghozali, 2012). Pada penelitian ini pengujian uji

heterokedastisitas menggunakan uji glajser dengan ketentuan.

1) Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi heterokedastisistas.

2) Nilai signifikansi dibawah atau sama dengan 0,05 maka terjadi

heterokedastisitas.

Hasil Uji Heterokedastisistas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel

5.10 sebagai berikut:

Tabel 5.10
94

Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.556 .751 2.073 .043
DPR 1.032 .586 .227 1.761 .084
DER -.115 .086 -.172 -1.339 .186
Size -.029 .042 -.089 -.694 .491
a. Dependent Variable: abs_res
Sumber : Data sekunder yang diolah.

Berdasarkan tebel 5.10 menunjukan nilai signifikansi dari DPR,

DER, dan Firm Size lebih dari 0,05, maka dapat di simpulkan bahwa

model regresi tidak mengandung gejala heterokedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linier dapat di korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan periode t-1(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada

problem autokorelasi. Autokorelasi mucul karena observasi yang beruntun

sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Pada penelitian ini untuk mendeteksi

ada tidaknya autokorelasi dilakukan Uji Dutbin- Watson (DW test). Pengambilan

keputusan ada tidaknya autokorelasi sebagai berikut:


95

Tabel 5.11
Nilai Durbin- Watson

Hipotesis Keputusan jika


Tidak ada autokorelasi Tolak 0<d<dl
positif
Tidak ada autokorelasi No Decision dl < d < du
positif
Tidak ada korelasi Tolak 4-dl< d <4
negatif
Tidak ada korelasi No Decision 4-du < d < 4- dl
negatif
Tidak ada autokorelasi Tidak Ditolak Du < d < 4-du
positif atau negatif

Hasil uji Autokorelasi pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.11

sebagai berikut :

Tabel 5.12
Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
1 .416a .173 .129 1.60375 2.224
a. Predictors: (Constant), Size, DER , DPR
b. Dependent Variable: BPV
Sumber : Data sekunder yang diolah

Berdasarkan tabel 5.12 menunjukan nilai Durbin- Watson sebesar 2,224.

Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel alpha 5%, jumlah sampel sebesar

60 dan jumlah variabel independen sebesar 6 ( k=3 ), maka di dapatkan nilai tabel

DW yaitu dL = 1.6889 du < durbin- Watson (2.224) < 4- du(2,3111). Dari nilai

Durbin- Watson sebesar 2,224 maa dapat disismpulkan bahwa 4- du < d < 4- dl
96

dengan nilai 2,30a54 < 2,224 sehingga dapat dinyatakan tanpa kesimpulan (No

Decision).

5.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh

DPR, DER dan Firm Size. Berdasarkan hasil perhitungan dengan

menggunakan program spss di peroleh hasil pada tabel 5.13 sebagai

berikut:

Tabel 5.13
Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.211 1.345 .900 .372
DPR 3.216 1.051 .374 3.062 .003
DER -.256 .154 -.203 -1.669 .101
Size .028 .075 .046 .375 .709
a. Dependent Variable: BPV
Sumber: data sekunder yang diolah

Berdasarkan tabel 5.13 hasil penelitian analisi regresi linier berganda

diperoleh persamaan sebagai berikut:

Y= 1,211 + 3,216 DPR –0, 256 DER + 0,028 SIZE

Dari hasil persamaan regresi berganda di atas, maka dapat di

interprestasikan sebagai berikut:

a. Koefisien regresi kontanta sebesar 1,211 artinya apabila variabel deviden

(DPR), kebijakan hutang (DER) dan ukuran perusahaan (Firm Size) di

anggap konstan (bernilai 0), maka nilai perusahaan akan sebesar 1,211
97

b. Variabel DPR memperoleh koefisien 3,216 artinya apabila terjadi kenaikan 1

deviden (DPR) sedàngkan variabel lain dianggap konstan (bernilai 0), maka

nilai perusahaan akan tetap atau bertambah sebesar 3,216.

c. Variabel der mempunyai koefisien 0,256 artinya apabila terjadi kenaikan 1

kebijakan hutang (DER) sedangkan variabel lain dianggap konstan (bernilai

0), maka nilai nilai perusahaan akan tetap atau berkurang sebesar 0,256.

d. Variabel firm size mempunyai koefisien 0,028 apabila terjadi kenaikan 1

ukuran perusahaan (firm size) sedangkan variabel lain dianggap konstan

(bernilai 0), maka nilai perusahaan akan tetap atau bertambah sebesar 0,028.

5.2.4 Uji Fit Model

Uji Fit Model pada dasarnya di gunakan untuk mengetahui apakah semua

variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh seara bersama – sama atau

simultan terhadap variabel dependen atau terkait (Ghozali, 2012).

1. Uji Simultan (F)

Hasil pengujian seara simultan dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 5.14
Uji Fit Model

ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 30.221 3 10.074 3.917 .013a
Residual 144.033 56 2.572
Total 174.254 59
a. Predictors: (Constant), Size, DER , DPR
b. Dependent Variable: BPV
Sumber: dari data sekunder yang diolah

Berdasarkan tabel 5.14 ,menunjukan F test diperoleh hasil 3,917 dengan nilai
98

signifikasi 0,013. Nilai signifikansi ini < 0,05 sehingga dapat di simpulkan seara

bersama bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari kebijakan deviden (DPR),

kebijakan hutang (DER), dan ukuran perusahaan (Firm Size) terhadap nilai

perusahaan.

2. Uji Persial ( uji t)

Hasil pengujian persial dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.15
Uji Pengembangan Hipotesis

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.211 1.345 .900 .372
DPR 3.216 1.051 .374 3.062 .003
DER -.256 .154 -.203 -1.669 .101
Size .028 .075 .046 .375 .709
a. Dependent Variable: BPV
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 5.15, maka dapat di interprestasikan sebagai berikut

1. Kebijakan deviden (DPR) memiliki signifikansi sebesar 0,003 nilai ini

<0,05 maka kebijakan deviden berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan.

2. Kebijakan hutang (DER) memiliki signifikansi sebesar 0,101 nilai ini

> 0,05 maka kebijakan hutang mempunyai pengaruh tidak signifikan

terhadap nilai perusahaan.

3. Ukuran perusahaan (Firm Size) memiliki signifikansi sebesar 0,709

nilai ini > 0,05 maka ukuran perusahaan pengaruh tidak signifikan
99

terhadap nilai perusahaan

5.2.3 Pembahasan

1). Pengaruh Kebijakan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil pengujian yang di lakukan, menunjukan bahwa

kebijakan deviden memiliki nilai koefisien dengan arah positif yaitu sebesar

3,062 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,003 < 0,05 sehingga dapat di

nyatakan bahwa kebijakan deviden berpengaruh positif dan signifikan terhadap

nilai perusahaan. Dengan demikian pernyataan hipotesis. H1: bahwa kebijakan

deviden berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan di terima

Dividen payout ratio (DPR) merupakan rasio yang memperlihatkan bagian

earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Rasio ini

diukur dengan membagi jumlah dividen perlembar saham dengan laba perlembar

saham. Perusaahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan

mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya perusahaan yang

tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi (Hanafi,

2008:86).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Penelitian yang dilakukan oleh Desy Septariani (2017) membuktikan bahwa

kebijakan deviden yang di ukur dengan Dividend payout Ratio (DPR)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan.

2). Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil pengujian yang di lakukan, menunjukan bahwa

kebijakan hutang memiliki nilai koefisien dengan arah negatif yaitu sebesar -1,669
100

dengan tingkat signifikasi sebesar 0,101 > 0,05 sehingga dapat di nyatakan bahwa

kebijakan deviden berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan.

Dengan demikian pernyataan hipotesis. H2: bahwa kebijakan hutang berpengaruh

negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan diterima.

Kebijakan Hutang (DER) yang dimiluki perusahaan menunjukkan

struktur permodalan lebih banyak dana yang dibiayai oleh pinjaman sehingga

ketergantungan perusahaan terhadap kreditur akan meningkat, sehingga apabila

perusahaan memperoleh laba usaha, maka akan diserap untuk melunasi hutang

dan akhirnya laba yang dibagikan kepada pemegang saham akan semakin kecil

yang berakibat investor enggan membeli saham perusahaan tersebut, sehingga

berakibat nilai perusahaan tersebut akan turun (Sudana, 2011:45).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaukan oleh

Rara Sukma Palupi dan Susanto Hendiarto (2018) membuktikan bahwa Debt To

Equity Ratio (DER) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Nilai

Perusahaan.

3) Pengaruh ukuran (Firm Size) perusahaan terhadap nilai perusahaan

Berdasarkan hasil pengujian yang di lakukan, menunjukan bahwa ukuran

perusahaan memiliki nilai koefisien dengan arah negative yaitu sebesar 0,375

dengan tingkat signifikasi sebesar 0,709 > 0,05 sehingga dapat di nyatakan bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan. Dengan demikian pernyataan hipotesis. H3: bahwa kebijakan ukuran

perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan di

terima.
101

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang menentukan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Jadi suatu perusahaan bisa saja

dikatakan perusahaan besar, jika kekayaan yang dimilikinya besar. Demikian pula

sebaliknya, perusahaan dikatakan kecil, jika kekayaan yang dimilikinya adalah

sedikit. Bisaanya masyarakat akan menilai besar kecilnya perusahaan dengan

melihat bentuk fisik perusahaan.

Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang di laukan oleh Niken

Indah Pratiwi (2017) membuktikan bahwa Ukuran Perusahaan (Firm Size) tidak

berpengaruh signifikan dan berpengaruh negatif terhadap Nilai Perusahaan.


BABVI
PENUTUP

6.1 Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini,

maka dapat disimpulkan pengaruh kebijakan deviden, kebijakan hutang

dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan sebagai berikut:

1. Hasil pengujian dari kebijakan deviden menyatakan bahwa kebijaan

deviden memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia, sehingga hipotesis tidak terbukti dalam penelitian

ini.

2. Hasil pengujian dari kebijakan hutang menyatakan bahwa kebijakan

hutang memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdapat di

Bursa Efek Indonesia, sehingga hipotesis terbukti dalam penelitian

ini.

3. Hasil pengujian dari ukuran perusahaan menyatakan bahwa ukuran

perusahaan memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga hipotesis tidak terbukti

dalam penelitian ini.

103
6.2 Keterbatasan

Dalam penelitian ini masih terdapat keterbatasan, keterbatasan

dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut

1. Periode pengamatan hanya 4 tahun dimulai dari tahun 2015-2018

2. Peneliti ini menggunakan 3 variabel sebagai variabel bebas

(independen) yaitu kebijakan deviden, kebijakan hutang dan

ukuran perusahaan

3. Sample pada penelitian ini sebanyak 20 sampel perusahaan

manufaktur dari 64 data selama 4 tahun periode penelitian

6.3 saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka peneliti

memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi para investor sebaiknya memperhatikan factor kebijakan

deviden, kebijan hutang dan ukuran perusahaan, karena dalam

penelitian ini terbukti bahwa factor- factor tersebut memiliki

pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

104
105

2. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan objek penelitian

yang lebih besar seperti perusahaan manufaktur agar dapat sampel

yang lebih banyak dan diharapkan untuk menggunakan periode

pengamatan yang lebih lama untuk hasil yang lebih spesifik

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan

penelitian ini dengan menambah atau mengganti variabel –

variabel lain yang mempengaruhi nilai perusahaan


107

DAFTAR PUSTAKA

Purnomo, Hendi. 2017. Pengaruh Kebijakan Dividend an Kebijakan Hutang


Terhadap Nilai Perusahaan Dengan kinerja Keuangan Sebagai
Variabel Moderating. Sekripsi. Semarang: Program Sarjana Universitas
Semarang.
Dae, Cheysilia Novita. 2015. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal
Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Skripsi. Surabaya: Program Sarjana Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi.
Plupi, Rara Sukma dan Susanto Hendiarto. 2018. Kebijakan Hutang,
Profitabilitas dan Kebijakan Dividen Pada Nilai Perusahaan Properti
& Real Estate. Jurnal Ecodemica, Vol. 2 No. 2.
Sugiyono.(2015). Metode Penelitian dan Pengembangan cetakan pertama.
Bandung: Alfabeta.
Rosyid, Abdul. 2017. Analisis Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang,
Firm Size dan Profitabiliatas Terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi.
Jakarta. Program Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Purnomo, Hendi. 2017. Pengaruh Kebijakan Dividenden Kebijakan Hutang
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan kinerja Keuangan Sebagai
Variabel Moderating.skripsi. Semarang. Program Sarjana Universitas
Semarang.
Wicaksana, Alif Wahyu, Abdul Qodir Djailani dan M. Khoirul Anwar. 2016.
Analisis Pengaruh Return on Assets (ROA), Earning Per Share (EPS),
dan Dept To Equity Ratio (DER) Terhadap Nilai Perusahaan (Studi
Empiris pada Perusahaan yang Tercantum dalam Indeks LQ45 BEI
Periode 2013-2016). Jurnal. Riset Manajemen Fakultas Ekonomi Unisma
Purnomo, Hendi. 2017. Pengaruh Kebijakan Dividend an Kebijakan Hutang
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan kinerja Keuangan Sebagai
Variabel Moderating. Sekripsi. Semarang: Program Sarjana Universitas
Semarang.
Andriyani. 2017. Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Tahun
2012 – 2014. Skripsi. Surakarta. Program Sarjana Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Septariyani, Desy. 2017. Pengaruh Kebijakan Deviden dan Kebijakan Hutang
Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal of Applied Business and
EconomicsVol. 3 No. 3.
Pratiwi, Niken Indah. 2017. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kebijakan Hutang
dan Kebijakan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan
yang Listing di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Riau. Program Sarjana
Universitas Riau.
Kayobi I Gusti Mde Andrie dan Anggraeni Desy. 2015. Pengaruh Debt To Total
Asset (DTA), Dividen Tunai, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai
Perusahaan (Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2014). Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Vol. 4.

Anda mungkin juga menyukai