Anda di halaman 1dari 7

KETUBAN PECAH DINI

Posted on November 1, 2008 by kuliahbidan


Ketuban pecah dini (“early rupture of the
membrane”) : ada bermacam-macam batasan / teori /
definisi.
Ada teori yang menghitung berapa jam sebelum in
partu, misalnya 2 atau 4 atau 6 jam sebelum in partu.
Ada juga yang menyatakan dalam ukuran pembukaan
serviks pada kala I, misalnya ketuban yang pecah
sebelum pembukaan serviks 3 cm atau 5 cm, dan
sebagainya.
Prinsipnya adalah ketuban yang pecah “sebelum
waktunya”.
Masalahnya : Kapan selaput ketuban pecah
(spontan) pada persalinan normal ?

Normal selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau


awal kala II persalinan. Bisa juga belum pecah sampai
saat mengedan, sehingga kadang perlu dipecahkan
(amniotomi).
KETUBAN PECAH DINI BERHUBUNGAN ERAT
DENGAN
PERSALINAN PRETERM DAN INFEKSI
INTRAPARTUM
Patofisiologi

Banyak teori, mulai dari defek kromosom, kelainan


kolagen, sampai infeksi.
Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan
dengan infeksi (sampai 65%).
High virulence : bacteroides. Low virulence :
lactobacillus.
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion,
fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas.
Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol
oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1)
dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan
aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan
kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi
kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan
selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
Faktor risiko / predisposisi ketuban pecah dini /
persalinan preterm

1. kehamilan multipel : kembar dua (50%), kembar tiga


(90%)
2. riwayat persalinan preterm sebelumnya : risiko 2 – 4x
3. tindakan sanggama : TIDAK berpengaruh kepada
risiko, KECUALI jika higiene buruk, predisposisi
terhadap infeksi
4. perdarahan pervaginam : trimester pertama (risiko
2x), trimester kedua/ketiga (20x)
5. bakteriuria : risiko 2x (prevalensi 7%)
6. pH vagina di atas 4.5 : risiko 32% (vs. 16%)
7. servix tipis / kurang dari 39 mm : risiko 25% (vs.
7%)
8. flora vagina abnormal : risiko 2-3x
9. fibronectin > 50 ng/ml : risiko 83% (vs. 19%)
10. kadar CRH (corticotropin releasing hormone)
maternal tinggi misalnya pada stress psikologis, dsb,
dapat menjadi stimulasi persalinan preterm
Strategi pada perawatan antenatal

– deteksi faktor risiko


– deteksi infeksi secara dini
– USG : biometri dan funelisasi
Trimester pertama : deteksi faktor risiko, aktifitas
seksual, pH vagina, USG, pemeriksaan Gram, darah
rutin, urine.
Trimester kedua dan ketiga : hati-hati bila ada keluhan
nyeri abdomen, punggung, kram di daerah pelvis seperti
sedang haid, perdarahan per vaginam, lendir merah
muda, discharge vagina, poliuria, diare, rasa menekan
di pelvis.
Jika ketuban pecah : jangan sering periksa dalam !!
Awasi tanda-tanda komplikasi.
Komplikasi ketuban pecah dini

1. infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari


vagina ke intrauterin.
2. persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan
preterm.
3. prolaps tali pusat, bisa sampai gawat janin dan
kematian janin akibat hipoksia (sering terjadi pada
presentasi bokong atau letak lintang).
4. oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry
labor) karena air ketuban habis.
Keadaan / faktor-faktor yang dihubungkan dengan
partus preterm
1. iatrogenik : hygiene kurang (terutama), tindakan
traumatik
2. maternal : penyakit sistemik, patologi organ
reproduksi atau pelvis, pre-eklampsia, trauma,
konsumsi alkohol atau obat2 terlarang, infeksi
intraamnion subklinik, korioamnionitis klinik,
inkompetensia serviks, servisitis/vaginitis akut,
KETUBAN PECAH pada usia kehamilan preterm.
3. fetal : malformasi janin, kehamilan multipel, hidrops
fetalis, pertumbuhan janin terhambat, gawat janin,
kematian janin.
4. cairan amnion : oligohidramnion dengan selaput
ketuban utuh, ketuban pecah pada preterm, infeksi
intraamnion, korioamnionitis klinik.
5. placenta : solutio placenta, placenta praevia
(kehamilan 35 minggu atau lebih), sinus maginalis,
chorioangioma, vasa praevia.
6. uterus : malformasi uterus, overdistensi akut, mioma
besar, desiduositis, aktifitas uterus idiopatik.
Persalinan preterm (partus prematurus) :
persalinan yang terjadi pada usia kehamilan antara
20-37 minggu.
Tanda : kontraksi dengan interval kurang dari 5-8’,
disertai dengan perubahan serviks progresif, dilatasi
serviks nyata 2 cm atau lebih, serta penipisan serviks
berlanjut sampai lebih dari 80%.
Insidens rata-rata di rumahsakit2 besar di Indonesia :
13.3% (10-15%)
(persalinan preterm – ada kuliahnya sendiri)
INFEKSI INTRAPARTUM

Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam


masa persalinan / in partu.
Disebut juga korioamnionitis, karena infeksi ini
melibatkan selaput janin.
Pada ketuban pecah 6 jam, risiko infeksi meningkat 1
kali. Ketuban pecah 24 jam, risiko infeksi meningkat
sampai 2 kali lipat.
Protokol : paling lama 2 x 24 jam setelah ketuban
pecah, harus sudah partus.
Patofisiologi

1. ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan


ada hubungan langsung antara ruang intraamnion
dengan dunia luar.
2. infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang
amnion, atau dengan penjalaran infeksi melalui dinding
uterus, selaput janin, kemudian ke ruang intraamnion.
3. mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik,
infeksi intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi
fetomaternal).
4. tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk,
misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu sering, dan
sebagainya, predisposisi infeksi.
Kuman yang sering ditemukan : Streptococcus,
Staphylococcus (gram positif), E.coli (gram negatif),
Bacteroides, Peptococcus (anaerob).
Diagnosis infeksi intrapartum
1. febris di atas 38oC (kepustakaan lain 37.8oC)
2. ibu takikardia (>100 denyut per menit)
3. fetal takikardia (>160 denyut per menit)
4. nyeri abdomen, nyeri tekan uterus
5. cairan amnion berwarna keruh atau hijau dan berbau
6. leukositosis pada pemeriksaan darah tepi (>15000-
20000/mm3)
7. pemeriksaan penunjang lain : leukosit esterase (+)
(hasil degradasi leukosit, normal negatif), pemeriksaan
Gram, kultur darah.
Komplikasi infeksi intrapartum

1. komplikasi ibu : endometritis, penurunan aktifitas


miometrium (distonia, atonia), sepsis CEPAT (karena
daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi
sangat banyak), dapat terjadi syok septik sampai
kematian ibu.
2. komplikasi janin : asfiksia janin, sepsis perinatal
sampai kematian janin.
Prinsip penatalaksanaan

1. pada ketuban pecah, terminasi kehamilan, batas


waktu 2 x 24 jam
2. jika ada tanda infeksi intrapartum, terminasi
kehamilan / persalinan batas waktu 2 jam.
3. JANGAN TERLALU SERING PERIKSA DALAM
4. bila perlu, induksi persalinan
5. observasi dan optimalisasi keadaan ibu : oksigen !!
6. antibiotika spektrum luas : gentamicin iv 2 x 80 mg,
ampicillin iv 4 x 1 mg, amoxicillin iv 3 x 1 mg,
penicillin iv 3 x 1.2 juta IU, metronidazol drip.
7. uterotonika : methergin 3 x 1 ampul drip
8. pemberian kortikosteroid : kontroversi. Di satu pihak
dapat memperburuk keadaan ibu karena menurunkan
imunitas, di lain pihak dapat menstimulasi pematangan
paru janin (surfaktan). Di RSCM diberikan, bersama
dengan antibiotika spektrum luas. Hasil cukup baik.

Anda mungkin juga menyukai