Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2017

HAKIKAT HAK KEBEBASAN MENYAMPAIKAN


PENDAPAT DI MUKA UMUM

Ujang Chandra S
Fakultas Hukum, Universitas Subang
Telp/Fax/HP: 081312126661; e-mail: ujangch@gmail.com

Abstrak. Kemerdekaan berekspresi adalah hak setiap warga negara untuk menginformasikan
pikiran dengan lisan, tertulis, dan begitu bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Penyampaian pendapat "secara lisan", antara lain dengan cara
berbicara, dialog, dan diskusi, sedangkan penyampaian pendapat "tertulis", antara lain, oleh
petisi, gambar, pamflet, poster, brosur, selebaran, dan spanduk. Sementara itu yang dimaksud
dengan "dll", antara lain, dengan sikap diam, dan mogok makan".

Kata kunci: Hakikat, Hak, Kebebasan, Pendapat, Umum

Abstract. Independence of expression is the right of every citizen to inform mind with oral,
written, and so freely and responsibly in accordance with the provisions of the legislation in
force. Submission of opinions "verbally", among others by means of speech, dialogue, and
discussion, while the delivery of opinions "in writing", among others, by petition, pictures,
pamphlets, posters, brochures, flyers, and banners. While it is meant by "etc.", among others, by
the attitude of silence, and the hunger strike ".

Keywords: Itself, Rights, Freedoms, Opinion, General

Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai hak


konstitusional yang melekat pada setiap
I. Pendahuluan warganegara dengan rumusannya secara
umum terdapat dalam Pasal 28, bahwa :
Kemerdekaan setiap warga negara “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
untuk menyampaikan pendapat di muka mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
umum merupakan perwujudan demokrasi dan sebagainya ditetapkan dengan undang-
dalam tatanan bermasyarakat, berbangsa, dan undang”.
bernegara.1 Hak menyampaikan pendapat di
muka umum dilaksanakan secara Ketentuan tersebut apabila disimak dari
bertanggung jawab sesuai dengan peraturan rumusannya ada beberapa hak yang tidak
perundang-undangan dalam negara termasuk ke dalam bentuk berserikat dan
demokrasi yang menyelenggarakan keadilan berkumpul dengan lisan maupun tulisan. Hak
sosial dan menjamin hak asasi manusia tersebut adalah menyampaikan pendapat di
dengan suasana aman, tertib, dan damai. 2 muka umum, sekalipun bentuk penyampaian
Karena merupakan salah satu hak asasi pendapat dapat lisan dengan tulisan,
manusia, sehingga dilindungi dan dijamin tampaknya hak itu memiliki karakteristik
oleh Undang-Undang Dasar Negara tersendiri yang berbeda dengan hak-hak
lainnya.3 Secara prinsipil disadari, bahwa
kebebasan menyampaikan pendapat senantiasa

1 3
Konsiderans menimbang huruf b Undang- Bagir Manan, Perkembangan Pemikiran dan
Undang Nomor 9 Tahun 1998. Pengaturan Hak Asasi Manusia di Indonesia,
2
Konsiderans menimbang huruf c dan d YHDS bekerjasama dengan Alumni, Bandung,
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998. 2001, hlm. 185.
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017 45
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2017

dibarengi dengan pembatasan-pembatasan dari proses keterbukaan dalam pembentukan


yang perlu dilakukan, namun pembatasan- dan penegakan hukum, sehingga tidak
pembatasan tersebut tidak boleh sampai menciptakan disintegrasi sosial, tetapi justru
menghilangkan esensi kebebasan itu sendiri. harus dapat menjamin rasa aman dalam
Singkatnya perdebatan tidak terletak pada ada kehidupan masyarakat.5
atau tidaknya pembatasan, namun mengenai
Dengan demikian, kemerdekaan
bentuk, materi, tata cara pembatasan.4
menyampaikan pendapat di muka umum
Selanjutnya melalui perubahan harus dilaksanakan dengan penuh tanggung
Undang-Undang Dasar Negara Republik jawab, sejalan dengan ketentuan peraturan
Indonesia Tahun 1945 melalui Pasal 28E ayat perundang-undangan yang berlaku, dan
(3) menyatakan, bahwa : “Setiap orang berhak prinsip hukum internasional sebagaimana
atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan tercantum dalam Pasal 29 Deklarasi
mengeluarkan pendapat”. Lebih lanjut Universal Hak-hak Asasi Manusia yang
mengenai jaminan perlindungan hukumnya menegaskan sebagai berikut :
diatur dalam Pasal 28I ayat (5) Undang-Undang
“(1) Setiap orang memiliki kewajiban
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
terhadap masyarakat yang
yang menegaskan sebagai berikut :
memungkinkan pengembangan
“Untuk menegakan dan melindungi hak kepribadiannya secara bebas dan
asasi manusia sesuai dengan prinsip penuh.
negara hukum yang demokratis, maka (2) Dalam pelaksanaan hak dan
pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, kebebasannya, setiap orang harus
diatur, dan dituangkan dalam peraturan tunduk semata-mata pada
perundang-undangan”. pembatasan yang ditentukan oleh
undang-undang dengan maksud
Sementara itu, dalam Pasal 28J ayat (2)
untuk menjamin pengakuan dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik
penghargaan terhadap hak serta
Indonesia Tahun 1945 menyatakan pula
kebebasan orang lain, dan untuk
sebagai berikut :
memenuhi syarat-syarat yang adil
“Dalam menjalankan hak bagi moralitas, ketertiban, serta
kebebasannya, setiap orang wajib kesejahteraan umum dalam suatu
tunduk pada pembatasan yang masyarakat yang demokratis.
ditetapkan dengan undang-undang (3) Hak dan kebebasan ini sama sekali
dengan maksud semata-mata untuk tidak boleh dijalankan secara
menjamin pengakuan serta bertentangan dengan tujuan dan
penghormatan atas hak kebebasan orang asas Perserikatan Bangsa-Bangsa”.
lain dan untuk memenuhi tuntutan yang
Dikaitkan dengan materi pembangunan
adil sesuai dengan pertimbangan moral,
di bidang hukum yang meliputi materi hukum,
nilai-nilai agama, keamanan, dan
aparatur hukum, sarana dan prasarana hukum,
ketertiban umum dalam suatu
budaya hukum, dan hak asasi manusia,
masyarakat demokratis”.
Pemerintah Indonesia berkewajiban
Ketentuan di atas merupakan mewujudkan dalam bentuk sikap politik yang
perwujudan kehendak warga negara secara aspiratif terhadap keterbukaan dalam
bebas dalam menyampaikan pikiran dengan pembentukan dan penegakan hukum.
lisan, tulisan, dan sebagainya yang dijamin
Bertitik tolak pada ketentuan di atas,
dan dilindungi undang-undang agar tetap
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 9
terpelihara seluruh tatanan sosial dan
Tahun 1998 menyatakan sebagai berikut :
kelembagaan, baik infrastruktur maupun
suprastruktur dengan tetap terbebas dari “Kemerdekaan menyampaikan
penyimpangan atas pelanggaran hukum yang pendapat adalah hak setiap warga
bertentangan dengan maksud, tujuan, dan arah negara untuk menyapaikan pikiran
4
Ibid., hlm. 185-186. 5
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998.
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017 46
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2017

dengan lisan, tulisan, dan sebagainya mengembangkan sikap hidup yang


secara bebas dan bertanggung jawab mendukung kelangsungan hidup
sesuai dengan ketentuan peraturan bermasyarakat.6
perundang-undangan yang berlaku”.
Dilihat dari sudut makna kefilsafatan,
Selanjutnya, Pasal 1 angka 2 Undang- kemerdekaan menyampaikan pendapat di
Undang Nomor 9 Tahun 1998 merumuskan muka umum dapat dilihat dari berbagai sudut
tentang di muka umum sebagai berikut : “Di pandang sebagai berikut :7
muka umum adalah di hadapan orang banyak,
a. Sudut Pandang Ontologi
atau orang lain termasuk juga di tempat yang
dapat didatangi dan atau dilihat setiap orang”. Salah satu indikator suatu negara
Lebih lanjut di dalam penjelasan Pasal 1 menjunjung tinggi demokrasi adalah
angka 2 Undang-Undang Nomor 9 Tahun dengan dibukanya ruang publik. Artinya
1998 dikemukakan sebagai berikut : rakyat diberikan kebebasan untuk
berbicara dan menyampaikan pendapat
“Penyampaian pendapat “secara lisan”
baik secara lisan maupun melalui tulisan
antara lain dengan cara pidato, dialog,
asalkan mengikuti aturan-aturan dan
dan diskusi, sedangkan penyampaian
tidak mengganggu kepentingan umum.
pendapat “secara tulisan”, antara lain
Secara ontologi, demonstrasi atau unjuk
dengan petisi, gambar, pamplet, poster,
rasa merupakan bentuk dari penyampaian
brosur, selebaran, dan sepanduk.
aspirasi masyarakat. Demonstrasi
Adapun yang dimaksud dengan “dan
dilakukan untuk mendukung sesuatu atau
sebagainya”, antara lain dengan sikap
menolak sesuatu. Contoh demonstrasi
membisu, dan mogok makan”.
yang mendukung sesuatu adalah
Berdasarkan uraian tersebut dapat demonstrasi untuk mencegah pemanasan
disimpulkan, bahwa pada dasarnya global dengan mengajak masyarakat
kemerdekaan menyampaikan pendapat di melakukan gerakan menanan seribu
muka umum mengandung makna kebebasan, pohon, sedangkan contoh demonstrasi
yaitu bebas melakukan apa saja, namun tidak yang menolak sesuatu adalah demonstrasi
seenaknya tetapi dengan penuh tanggng jawab menentang kebijakan pemerintah yang
sesuai aturan-aturan yang berlaku dalam dinilai merugikan masyarakat.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998
Secara ontologis, bentuk dari aksi
maupun peraturan perundangan yang terkait.
demonstrasi juga beragam yang ditandai
dengan adanya aksi massa dalam bentuk
II. Pembahasan
demonstrasi. Sayangnya suasana
1. Bentuk-bentuk dan Tata Cara demonstrasi sering diwarnai aksi anarkis,
Menyampaikan Pendapat di Muka hal ini merupakan fenomena yang tidak
Umum dapat dipungkiri. Kerugian yang
ditimbulkan tidak sedikit, mulai dari
Kebebasan mengeluarkan pendapat sarana umum, faslitas pemerintah dan
merupakan salah satu hak asasi yang dimiliki bahkan masyarakat juga terkena
oleh setiap manusia yang dijamin dan imbasnya. Rusaknya gedung, toko,
dilindungi dalam Undang-Undang Dasar angkutan umum dan lain-lain akibat aksi
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh anarkis dari para demonstran.
karena itu, setiap individu memiliki hak untuk
mengemukakan pendapat, baik secara lisan b. Sudut Pandang Epistemologi
maupun tulisan. Adanya kebebasan
mengeluarkan pendapat hendaknya harus
dilakukan dengan penuh tanggung jawab serta
6
memperhatikan peraturan hukum yang ada. Lihat http://ninnaastuti.blogspot.com/2012/01/kebebasan-
berpendapat.html, akses tanggal 12 Pebruari 2013, jam 12 :
Dengan demikian, setiap manusia dituntut 25 WIB.
untuk belajar menghargai setiap perbedaan 7
http://journal424.wordpress.com/2013/02/10/demonstrasi-
dalam berpendapat dan mampu yang-berujung-aksi-anarkis/, akses 22 Maret 2013, jam 12
: 53 WIB.
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017 47
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2017

Dilihat dari perspektif Nilai dari adanya demonstrasi


epistemologis, maraknya aksi anarkis dari sesungguhnya merupakan kontrol
para demonstran tersebut dipicu oleh terhadap pemerintah. Pada mulanya
banyak faktor. Di dalam manajemen aksi penyampaian aspirasi ini dapat dilakukan
massa, kerumunan demonstrasi tersebut melalui wakil-wakil rakyat yang duduk di
ada yang bertindak sebagai orator yang DPR. Namun ketika para wakil rakyat
membakar semangat para demonstran, tersebut tidak dapat mengawal aspirasi
ada yang bertindak sebagai negosiator rakyat, maka tidak ada pilihan lain
yang membacakan tuntutan dan kecuali rakyat sendiri yang turun ke jalan.
melakukan negosiasi dengan Banyaknya aksi demonstrasi merupakan
pengambilan kebijakan, ada pula yang indikator tingginya partisipasi masyarakat
bertindak sebagai mata-mata yang dalam menegakkan demokrasi, namun
berbaur dengan para demonstran dan hal ini sekaligus menunjukkan indikator
menyelidiki para penyusup yang rendahnya kepercayaan masyarakat
berpotensi memicu tindakan anarkis. terhadap para wakil rakyat yang dinilai
tidak mampu mengemban amanah rakyat.
Dalam suasana panas dan emosi
yang tinggi, para demonstran sangat Dilihat dari sudut pandang
rentan dengan hasutan baik dari dalam aksiologis, aksi anarkis yang dilakukan
maupun dari luar. Sedikit pemicu saja para demonstran tidak lain karena luapan
sudah mampu menggerakkan masa untuk emosional. Namun hal ini dapat juga
melakukan serangkaian tindakan. Dalam ditunggangi kepentingan politik yang
keadaan emosi, para demonstran akan ingin memanfaatkan situasi untuk
cenderung meluapkan emosinya pada memperoleh kekuasaan. Nilai positif
benda-benda dan segala sesuatu di yang dapat diambil adalah bahwa
sekitarnya. Aksi merusak sarana dan demonstrasi merupakan salah satu bagian
prasarana umum merupakan bentuk dari demokrasi. Hal ini sangat dibutuhkan
luapan emosi dari para demonstran yang untuk menjalin komunikasi antara
biasanya dipicu oleh aksi sekelompok pemerintah dan rakyat. Dengan adanya
orang yang kemudian diikuti oleh yang demonstrasi, pemerintah mendapatkan
lainnya. masukan yang sangat berharga dalam
membuat kebijakan serta dapat
Aksi anarkis juga bisa dipicu
mengetahui kebutuhan dan keadaan riil
karena para demonstran merasa, bahwa
dari masyarakat
aspirasinya tidak didengar dan tidak
ditanggapi. Adanya aparat yang Dengan demikian, dapat tercipta
menghalangi demonstran untuk menemui iklim yang kondusif bagi berkembangnya
sasaran (dalam hal ini pengambil kreativitas dan partisipasi setiap warga
kebijakan) juga seringkali beradu mulut negara dalam kehidupan demokrasi. Oleh
dan fisik, sehingga bentrokan tidak dapat karena itu, Undang-Undang Nomor 9
dihindari. Aparat yang bertugas Tahun 1998 memiliki karakteristik
mengamankan aksi massa dalam keadaan hukum yang otonom, responsif, dan
terdesak dimungkinkan akan melakukan mengurangi bahkan meninggalkan
pertahanan dan perlawanan, sehingga karakteristik yang refresif di mana usaha
terjadi saling dorong dengan para usaha menciptakan ketertiban diimbangi
demonstran. Ketika aparat merasa dengan usaha-usaha untuk menjaga
kesulitan mengkondisikan para kompetensi dan keadilan substantif,
demonstran, maka seringkali demonstran moralitas individual, sosial, dan
mengamuk dan membabi buta. Dalam institusional yang diusahakan dan
suasana ketika aspirasi tidak dilindungi secara serasi.8
tersampaikan, para demonstran lalu
melakukan aksi anarkis. 8
Eugenia Liliawati Muljono, Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan
c. Sudut Pandang Aksiologi Pendapat di Muka Umum, Harvarindo, Jakarta, 1999, hlm.
iv.
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017 48
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2017

Penyampaikan pendapat di muka antara sesama manusia lain, yaitu hidup


umum yang dilakukan dengan unjuk dalam pergaulan antara manusia yang
rasa, berdemonstrasi, pawai, maupun menjadikannya anggota masyarakat atau
dengan mimbar bebas 9 merupakan salah menurut Aristoteles disebutnya dengan zoon
satu cara dalam menyampaikan politicon.12 Sementara itu, Sudiman
keinginan kepada pemerintah, tetapi Kartohadiprodjo, mengemukakan sebagai
kadangkala pendapat yang disampaikan berikut :13
ini tidak didengar ataupun tidak sesuai
“Manusia dilahirkan dan hidup tidak
dengan harapan. Keadaan seperti ini
terpisahkan satu sama lain, melainkan
ditambah dengan faktor-faktor lain,
berkelompok. Hidup berkelompok ini
seperti adanya hasutan dari pihak-pihak
merupakan senjata bagi manusia untuk
tertentu untuk melakukan tindakan
mempertahankan hidupnya, baik
anarki, ataupun karena adanya perasaan
terhadap bahaya dari dalam, kelaparan
frustrasi akibat suatu keadaan, maka
yang harus diberantas dengan mencari
timbul perbuatan anarkis.
dan memperoleh bahan makanan,
Faktor-faktor tersebut merupakan salah maupun yang datang dari luar yang
satu latar belakang adanya pembatasan pada berupa manusia dan bukan manusia
kebebasan manusia melalui undang-undang (hewan buas, bencana alam dan
didasarkan pada kesadaran, bahwa hukum sebagainya). Unsur-unsur yang terdapat
mempunyai fungsi mengatur untuk dalam diri manusia ada empat, yaitu
mewujudkan tatanan kehidupan yang lebih raga, rasa, ratio, rukun. Manusia dalam
baik. Menurut Franz Magnis Susesno, hidupnya sekarang bertugas dan akan
pentingnya ada undang-undang untuk berusaha mempergunakan keempat
mengatur kebebasan tersebut didasarkan pada unsurnya sebaik-baiknya, berarti
tiga ciri pokok manusia, yaitu manusia adalah masing-masing unsur dengan sebaik-
mahluk yang berakal budi, manusia memiliki baiknya, maupun satu sama lain dalam
jasmani, dan manusia merupakan mahluk satu keseimbangan yang sebaiknya,
sosial.10 sehingga terdapat ketentraman,
keseimbangan (evenwich) harmoni di
Manusia sebagai mahluk berakal budi,
antaranya”.
kelakuannya harus diatur secara normatif,
bukan secara instinktual. Jadi manusia dalam Manusia dan masyarakatnya merupakan
bertingkah laku menggunakan kebebasannya suatu dwi tunggal yang tidak dapat
harus menurut norma-norma yang ditetapkan dipisahkan14 dan hal tersebut mencerminkan,
bukan menurut kemauannya. Begitu pula bahwa manusia memerlukan lingkungan sosial
halnya dari ciri kejasmaniannya, manusia yang serasi demi kelangsungan hidupnya
membawa akibat pada dua sisi, yaitu pada satu dengan membuat dan melaksanakan aturan-
sisi menusia membutuhkan benda-benda aturan yang disepakati bersama oleh warga
material agar dapat hidup, sedangkan pada sisi sebagai mekanisme pengendalian perilaku
lain manusia dapat ditindas atau ditaklukan sosial. Aturan-aturan itu, seringkali
karena kejasmaniannya. Selanjutnya dengan terwujudkan dalam bentuk pranata atau
ciri manusia sebagai mahluk sosial hanya norma-norma sosial yang harus dipatuhi oleh
dapat hidup dalam kebersamaan dengan orang setiap anggota kelompok berupa norma
lain.11 hukum.15 Norma hukum secara formal
diwujudkan dalam pengaturan kemerdekaan
Manusia sebagai mahluk sosial secara
mengeluarkan pendapat dalam kehidupan
alamiah sejak lahir sampai wafat hidup di
12
Sudiman Kartohadiprodjo, Pengantar Tata Hukum
9
Lihat Pasal 1 angka 3, 4 dan angka 6, Pasal 9 ayat (1) Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1977, hlm. 23.
13
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998. Idem.
10 14
Pranz Magnis Suseno, Etika Politik, Gramedia, Jakarta, Ujang Charda S., Mengenal Hukum Ketenagakerjaan
1988, hlm. 76-77. Indonesia (Sejarah, Teori & Praktiknya di Indonesia,
11
Bahder Johan Nasution, Hukum Ketenagakerjaan Fakultas Hukum UNSUB, Subang, 2008, hlm. 121.
15
Kebebasan Berserikat Bagi Pekerja, Mandar Maju, Supriyadi, Hukum Lingkungan di Indonesia : Sebuah
Bandung, 2004, hlm. 23. Pengantar, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2006, hlm. 15.
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017 49
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2017

negara sering dikaitkan dengan kebebasan


politik melalui bentuk-bentuk sebagai berikut
d. Etika Berpendapat
:16
Pasca reformasi bangsa Indonesia
a. Pemilihan Umum
adalah negara demokrasi dan negara
Dalam sistem pemerintahan hukum yang melindungi setiap warga
demokrasi, pemilihan umum merupakan negara dalam melakukan setiap bentuk
wujud kedaulatan rakyat yang paling kebebasan berpendapat, menyampaikan
nyata. Pemilu menjadi begitu penting gagasan, baik secara lisan maupun
dalam bentuk pemerintahan demokrasi tulisan. Hal ini dilindungi peraturan
karena para penyelenggara negara perundang-undangan, baik di dalam
memperoleh legitimasi kekuasannya dari Undang-Undang Dasar Negara Republik
pemilu berdasarkan hasil pemilu dan Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang
proses pemilihan kepala pemerintahan, Nomor 9 Tahun 1998 maupun dalam
sehingga para penguasa negara Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005
mempunyai kekuasaan yang sah dan tentang Ratifikasi Konvensi Hak
legal. Sebenarya dalam pemilu kebebasan Ekonomi, Sosial, dan Budaya mengenai
berpendapat tidak terlalu terlihat, karena jaminan hak-hak sipil dan politik, di
masyarakat hanya diberikan kebebasan mana poin-poin hak yang harus
untuk memilih walaupun tidak mengenal dilindungi oleh negara mengenai hak
para calon pemimpin negara tanpa berpendapat, hak berserikat, hak memilih
melalui proes jajak pendapat terlebih dan dipilih, hak sama dihadapan hukum
dahulu. dan pemerintahan, hak mendapatkan
keadilan.
b. Kebebasan Pers
Etika berpendapat tidak perlu
Kebebasan pers adalah kebebasan
harus sesuai dengan etika adat ketimuran
atau kemerdekaan untuk menyampaikan
atau etika kesopanan, tetapi layaknya
informasi dan pendapat dalam bentuk
dalam berpendapat harus sesuai dengan
gambar dan tulisan melalui pers atau
fakta yang sebenarnya tanpa harus
dapat dikatakan sebagai suatu kebebasan
menekan fakta yang masih belum jelas.
untuk memberitahukan suatu keterangan
Artinya, dalam kebebasan berpendapat
dan mengeluarkan pendapat pikiran
tidak boleh memutarbalikkan fakta
dalam pers diselenggarakan secara
kebenaran yang ada. Bila hal ini terjadi
terbuka di kalangan anggota masyarakat
akan merupakan fitnah dan pencemaran
suatu negara.
nama baik. Oleh karenanya, bila etika
c. Kebebasan Menyerukan Aspirasi berpendapat hanya melanggar etika adat,
Masyarakat budaya dan kesopanan tidak terlalu
Masyarakat mempunyai pendapat, masalah, karena sanksi yang didapat
kehendak, harapan, pemikiran, pilihan, hanya sekedar sanksi sosial dalam
dan cita-cita yang ingin tersampaikan dan kehidupan pergaulan di tengah
tersalurkan karena ketidakpuasan masyarakat, terkadang sejumlah orang
terhadap kinerja pemerintahan. Dalam secara sadar memberikan tanggapan atau
situasi yang demikian ini masyarakat komentar bernada pedas, untuk maksud
bebas menyerukan harapan, gagasan, menyindir atau menyudutkan terutama
maupun ide-idenya tanpa adanya batasan- pada saat membicarakan adanya
batasan tertentu selama apa yang kekurangan atau kesalahan pada orang
disampaikannya dapat lain. Nurani begitu cepat tergelitik untuk
dipertanggungjawabkan. merampas hak berbicara atau
menentukan sikap orang lain, yaitu
melalui penyampaian opini-opini kepada
16

http://ninnaastuti.blogspot.com/2012/01/keb
publik. Mereka mencoba untuk
ebasan-berpendapat.html, akses tanggal 12 Pebruari membangun suatu perspektif negatif
2013, jam 15 : 32 WIB.
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017 50
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2017

masyarakat dengan menghadirkan 10) 1 Muharam.


anggapan kalau pernyataan maupun 11) Hari Natal.
perbuatan orang lain tersebut telah 12) 17 Agustus.
menimbulkan kemarahan suatu
Peserta penyampaian pendapat di muka
kelompok.
umum dilarang membawa benda-benda yang
Sementara itu, tata cara penyampaian membahayakan keselamatan umum yang
pendapat di muka umum menurut Undang- sebelum penyampaiannya wajib diberitahukan
Undang Nomor 9 Tahun 1998 dapat secara tertulis kepada Polri yang dilakukan
dilaksanakan dalam bentuk :17 oleh yang bersangkutan, pemimpin, atau
penanggung jawab kelompok selambat-
a. Unjuk rasa atau demontrasi adalah
lambatnya 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat)
kegiatan yang dilakukan oleh seorang
jam sebelum kegiatan di mulai telah diterima
atau lebih untuk mengeluarkan pikiran
oleh Polri setempat,24 kecuali untuk kegiatan
dengan lisan, tulisan, dan sebagainya
ilmiah di kampus dan kegiatan keagamanaan
secara demonstrasi di muka umum.18
ketentuan ini tidak berlaku.25
b. Pawai adalah cara penyampaian pendapat
dengan arak-arakan di jalan umum.19 Penyampaian pendapat di muka umum
c. Rapat umum adalah pertemuan terbuka sampai 100 (seratus) orang pelaku atau peserta
yang dilakukan untuk menyampaikan unjuk rasa atau demontrasi dan pawai harus
pendapat dengan tema tertentu.20 ada seorang sampai 5 (lima orang)
d. Mimbar bebas adalah kegiatan penanggung jawab yang tugasnya menjaga
menyampaikan pendapat di muka umum kegiatan agar terlaksana secara aman, tertib,
yang dilakukan secara bebas dan terbuka dan damai.26 Penyampaian pendapat di muka
tanpa tema tertentu.21 umum pelaksanaannya terlebih dahulu
dilakukan dengan menyampaikan surat Surat
Penyampaian pendapat di muka umum
pemberitahuan penyampaian pendapat di
dapat dilaksanakan di tempat-tempat terbuka
muka umum yang di dalamnya harus memuat
untuk umum, kecuali :
:27
a. Di lingkungan istana kepresidenan,
a. Maksud dan tujuan.
tempat ibadah, instalasi militer, rumah
b. Tempat, lokasi, dan rute.
sakit, pelabuhan udara atau laut, stasiun
c. Waktu dan lama.
kereta api, terminal angkutan darat, dan
d. Bentuk.
objek-objek vital nasional.22
e. Penanggung jawab.
b. Pada hari besar nasional, yaitu :23
f. Nama dan alamat organisasi, kelompok,
1) Tahun Baru. dan perorangan.
2) Hari Raya Nyepi. g. Alat peraga yang digunakan.
3) Hari Wafat Isa Al-Masih. h. Jumlah peserta.
4) Isra Mi’raj.
5) Kenaikan Isa Al-Masih.
6) Hari Raya Waisak. 24
Penjelasan Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang Nomor 9
7) Hari Raya Idul Fitri. Tahun 1998 mengemukakan, bahwa yang dimaksud dengan
8) Hari Raya Idul Adha. Polri setempat adalah satuan Polri terdepan di mana
9) Hari Maulid Nabi. kegiatan penyampaian pendapat atau dilakukan apabila
kegiatan dilaksanakan pada :
a. 1 (satu) kecamatan, pemberitahuan ditujukan kepada
Polsek setempat.
17
Pasal 9 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998. b. 2 (dua) kecamatan atau lebih dalam lingkungan
18
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998. kabupaten/kotamadya, pemberitahuan ditujukan
19
Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998. kepada Polres setempat.
20
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998. c. 2 (dua) kabupaten/kotamdya atau lebih dalam 1 (satu)
21
Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998. propinsi, pemberitahuan ditujukan kepada Polda
22
Di dalam penjelasannya yang dimaksud di istana setempat.
kepresidenan adalah istana presiden dan wakil presiden d. 2 (dua) propinsi atau lebih, pemberitahuan ditujukan
dengan radius 100 meter dari pagar luar, di instalasi militer kepada Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia.
25
dengan radius 150 meter dari padar luar, dan di objek-objek Pasal 10 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998.
26
vitas nasional dengan radius 500 meter dari pagar luar. Pasal 12 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998.
23 27
Penjelasan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998. Pasal 11 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998.
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017 51
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2017

Apabila terjadi pembatalan hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya,


penyampaian pendapat di muka umum yang tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya
disampaikan secara tertulis dan langsung oleh dan karena itu bersifat suci.31 Hal itu jelas
penanggung jawab kepada Polri selambat- menyebabkan hak asasi tidak dapat dipisahkan
lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum dari keberadaan manusia itu sendiri, di mana
waktu pelaksanaan. Setelah menerima surat pun manusia itu berada dan apapun status
pemberitahuan kegiatan menyampaikan sosial yang dimilikinya, hak asasi itu akan
pendapat di muka umum Polri wajib :28 tetap ada. Faktor inilah yang menyebabkan
seseorang tidak dapat dengan semena-mena
a. Segera memberikan surat tanda terima
merampas hak asasi orang lain.
pemberitahuan.
b. Berkoordinasi dengan penanggung jawab Secara yuridis formal, pengertian hak
penyampaian pendapat di muka umum. asasi manusia dirumuskan dalam Pasal 1
c. Berkoordinasi dengan pemimpin angka 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun
instansi/lembaga yang akan menjadi 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang
tujuan penyampaian pendapat. menyatakan sebagai berikut :
d. Mempersiapkan pengamanan tempat,
“Hak asasi manusia adalah seperangkat
lokasi, dan rute.
hak yang melekat pada hakikat dan
Pelaksanaan penyampaian pendapat di keberadaan manusia sebagai makhluk
muka umum, Polri bertanggung jawab Tuhan Yang Maha Kuasa dan
memberikan perlindungan keamanan terhadap merupakan anugerah-Nya yang wajib
pelaku atau peserta penyampaian pendapat dihormati, dijunjung tinggi dan
dan Polri bertanggung jawab dilindungi oleh negara, hukum,
menyelenggarakan pengamanan untuk pemerintah dan setiap orang, demi
menjamin keamanan dan ketertiban umum kehormatan serta perlindungan harkat
sesuai dengan prosedur yang berlaku. dan martabat manusia”.
Dengan demikian, semakin jelas bagi
2. Hakikat Kebebasan Menyampaikan kita bahwa HAM merupakan hak yang
Pendapat di Muka Umum melekat dengan kuat di dalam diri manusia.
Keberadaannya diyakini sebagai bagian yang
Banyak ragam pendapat yang
tak terpisahkan dari kehidupan manusia.
dikemukakan oleh para ahli, aktivis maupun
Membicarakan HAM berarti membicarakan
pengambil kebijakan, yang memiliki titik
dimensi kehidupan manusia, HAM, ada bukan
kesamaan dalam menjelaskan apa itu hak asasi
karena diberikan oleh masyarakat dan
manusia. Menurut Gunawan Setiardja, hak
kebaikan negara, melainkan berdasarkan
asasi manusia adalah hak-hak yang melekat
martabatnya sebagai manusia. Jaminan HAM
pada setiap manusia menurut kodratnya.29 Jadi
oleh hukum, karena pada setiap diri manusia
hak-hak yang dimiliki sebagai manusia serta
terdapat hak dasar sebagai pemberian alam,
harus dipahami dan dimengerti secara
seperti hak hidup, hak kebebasan dan hak
universal. Memerangi atau menentang
milik sebagaimana dikemukakan oleh John
keuniversalan HAM berarti memerangi dan
Lock32 yang sekarang berkembang tidak
menentang HAM.30 Pernyataan ini lebih
hanya sekedar hak dasar, tetapi juga turunan
menegaskan, bahwa hak asasi melekat dengan
hak dasar dan hak-hak yang menyertai
nilai kemanusiaan. Tanpa adanya hak asasi
kehidupan manusia, yaitu hak sipil, politik,
manusia, maka sifat kemanusiaan sebagai jati
ekonomi, sosial, dan budaya.33
diri manusia akan hilang dengan sendirinya.
Sementara itu, Kuntjoro Purbopranoto 31
Kuntjoro Purbopranoto, Hak Asasi Manusia dan Pancasila,
mengartikan hak asasi manusia sebagai hak- 32
Pradya Paramita, Jakarta, 1982, hlm.19
John Lock dikutip oleh St. Harum Pudjiarto, Hak Asasi
Manusia : Kajian Filosofis dan Implementasinya dalam
Hukum Pidana di Indonesia, Universitas Atma Jaya,
28
Pasal 13 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998. Yogyakarta, 1999, hlm. 30.
29
Gunawan Setiadja, Hak Asasi Manusia Berdasarkan 33
Ni’matul Huda & Sri Hastuti Puspitasari (ed.), Kontribusi
Ideologi Pancasila, Kasisius, Yogyakarta, 1993, hlm. 71. Pemikiran untuk 50 Tahun Prof. Dr. Moh. Mahfud MD.,
30
Idem. FH UII, Yogyakarta, 2007, hlm. 6.
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017 52
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2017

bahwa memasukan kata asasi sangat


HAM pada hakikatnya melekat pada berlebihan yang semestinya cukup dengan
individu atau kelompok manusia secara istilah hak-hak manusia. Kata asasi itu sendiri
kodrati dari sejak dalam kandungan. Dilihat berasal dari pengertian fundamental right yang
dari kodrat manusia itu sendiri, HAM sudah berarti hukum dasar, sedangkan kata “dasar”
ada sejak manusia ada yang diperoleh dan disamaartikan dengan “asasi”, sehingga terjadi
dibawanya bersama dengan kelahiran serta kemungkinan tasrif kata sifat “yang dasar”
kehadirannya dalam kehidupan masyarakat, kemudian menjadi “yang asasi”. Sementara
tanpa membedakan bangsa, ras, agama dan itu, istilah yang digunakan para penyusun
jenis kelamin karena sifatnya yang asasi dan UUD 1945 memang bukan menggunakan
universal.34 Salah satu hak tersebut adalah hak human rights, melainkan hak dasar (basic
kebebasan berpendapat yang oleh Franklin D. rights) dalam bahasa Inggris, grondrechten
Roosevelt penjabarannya melalui the four (Belanda), grundrecht (Jerman).37
freedoms, yaitu : freedom of speech and
expression, freedom of worship, freedom from Pengertian human rights menyangkut
want, and freedom from fear.35 perlindungan terhadap seseorang atas
penindasan oleh siapapun, negara dan bukan
Kemerdekaan menyampaikan pendapat negara, sedangkan dalam pengertian basic
tersebut dapat dilakukan di muka umum rights menyangkut perlindungan seorang
sebagai bagian dari HAM yang dijamin oleh warga negara atau penduduk dari penindasan
Undang-Undang Dasar Negara Republik oleh negara. Terdapat 2 (dua) istilah yang
Indonesia Tahun 1945 dan Deklarasi prinsipil dari uraian di atas, yakni hak asasi
Universal Hak-hak Asasi Manusia.36 Hak asasi manusia dan hak dasar manusia yang
manusia merupakan terjemahan dari istilah keduanya memiliki perbedaan, yaitu :
human rights (Inggris) atau mensen rechten Pertama, istilah hak dasar manusia lebih
(Belanda) yang oleh A. Hamid S. Atamimi, fundamental sifatnya daripada hak asasi
manusia. Kedua, istilah hak dasar manusia
34
Syahrial Syarbaini, Sosiologi dan Politik, Ghalia Indonesia, merupakan istilah yang digunakan dalam
Bogor, 2004, hlm. 12.
35
Franklin D. Roosevelt dalam Ray August, Publik
dominan hukum tata negara, sedangkan hak
International Law : Text, Cases, and Readings, Engewood asasi manusia merupakan istilah yang
Cliffs, New Jersey, 1995, hlm. 256. digunakan dalam hukum internasional.
36
Konsep Hak Asai Manusia (HAM) merupakan istilah
pertama yang dirumuskan sebagai hasil gemilang revolusi
besar Perancis pada tahun 1789, yang secara filosofi Bangsa Indonesia adalah salah satu
digulirkan bertujuan untuk membebaskan manusia negara demokrasi terbesar di dunia. Oleh
warganegara perancis dari kekangan kekuasaan mutlak dari
raja penguasa tunggal negara. Istilah HAM yang dipakai itu karena itu, kemerdekaan mengungkapkan
sangat beragam, yaitu droit de l’homme, yang berarti “hak pendapat merupakan salah satu hak yang
manusia” atau bahasa Inggrisnya human rights, dan bahasa
Belanda mensenlijke rechten. Secara etimologis, istilah
harus dijamin oleh negara. Untuk membahas
HAM terbentuk dari 3 (tiga) kata, yaitu hak, asasi dan pengertian kemerdekaan mengemukakan
manusia. Dua kata pertama, “hak” dan “asasi” berasal dari pendapat, ada baiknya jika dikaji secara
bahasa Arab, sementara kata “manusia” adalah kata dalam
bahasa Indonesia. Kata Haqq berasal dari kata haqqa, etimologi (kebahasaan). Kemerdekaan berarti
yahiqqu dan haqqaan, artinya benar, nyata, pasti, tetap dan keadaan bebas tanpa tekanan, sedangkan
wajib. Apabila dikatakan “yahiqqu ‘alaika an taf ‘ala pendapat secara umum diartikan sebagai
kadza”, itu artinya “kamu wajib melakukan seperti ini”.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka haqq adalah gagasan atau buah pikiran. Dengan demikian,
kewenangan atau kewajiban untuk melakukan sesuatu atau kemerdekaan mengemukakan pendapat adalah
tidak melakukan sesuatu. Kata “asasi” berasal dari kata
assa, yaussu, asasaan, artinya membangun, mendirikan,
keadaan bebas dari tekanan untuk
meletakkan. Dapat juga berarti asal, asas, pangkal, dasar menyampaikan gagasan atau buah pikiran,
dari segala sesuatu. Dengan demikian, asasi artinya segala baik secara ter tulis maupun tidak tertulis.
sesuatu yang bersifat mendasar dan fundamental yang
selalu melekat pada obyeknya. Kata “manusia” berasal dari Kemerdekaan berpendapat merupakan
kata manu (Sansekerta), atau mens (Latin) yang berarti
berpikir, berakal budi, atau Homo yang berarti seorang salah satu ciri kebebasan yang dijamin oleh
yang dilahirkan dari tanah, humus artinya tanah. Pengertian negara. Kemerdekaan berpendapat akan
etimologis tentang “manusia”, dapat memberi petunjuk
tentang hakikat manusia. Lihat Munir Ba’al Bahi, al-
37
Mawrid : Modern English-Arabic Dictionary, Dar al-‘Ilmi Koesparmono Irsan, Hukum dan Hak Asasi Manusia, Pusat
li Al-Malayin, Baerut, 1979, hlm. 798. Kajian Kepolisian dan Hukum, Jakarta, 2009, hlm. 1.
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017 53
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2017

mendorong rakyat untuk menghargai dan mengeluarkan pendapat”. Kedua pasal


perbedaan pendapat dan saling kritik, tersebut membuktikan, bahwa Undang-
sehingga dimungkinkan adanya dialog yang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
dinamis ke arah kemajuan cara berpikir Tahun 1945 memberikan jaminan, bahwa
masyarakat. Selain itu, kemerdekaan mengemukakan pendapat adalah hak asasi
berpendapat juga akan menciptakan yang dijamin oleh undang-undang.
masyarakat dan negara yang demokratis.
Dalam Undang-Undang Nomor 9
Menurut Miriam Budiardjo, negara
Tahun 1998 yang mengatur tentang
demokratis memiliki ciri-ciri sebagai berikut
kemerdekaan menyampaikan pendapat di
:38
muka umum, dinyatakan bahwa kemerdekaan
a. adanya perlindungan konstitusional, menyampaikan pendapat adalah hak setiap
artinya konstitusi harus menentukan warga negara untuk menyampaikan pikiran
prosedural memperoleh hak-hak yang dengan lisan dan tulisan secara bebas serta
dijamin; bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan
b. adanya badan kehakiman yang bebas dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
tidak memihak; Warga negara yang menyampaikan
c. adanya pemilihan umum yang bebas; pendapatnya di muka umum berhak
d. adanya kebebasan untuk menyatakan mengeluarkan pikiran secara bebas dan
pendapat; memperoleh perlindungan hukum.
e. adanya kebebasan berserikat,
Mengeluarkan pikiran secara bebas
berorganisasi, dan beroposisi;
adalah mengeluarkan pendapat, pandangan,
f. adanya pendidikan kewarganegaraan.
kehendak, atau perasaan yang bebas dari
Setelah reformasi bergulir, saluran tekanan fisik, psikis, atau pembatasan yang
demokrasi dan prasyarat Indonesia menjadi bertentangan dengan tujuan pengaturan
negara demokratis terbuka lebar. Kebebasan tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat
berpendapat secara lisan atau tulisan, baik di muka umum.39 Warga negara yang
melalui media cetak maupun media elektronik menyampaikan pendapatnya di muka umum
mengalami kemajuan yang sangat pesat. berhak untuk mengeluarkan pikiran secara
Namun, terkadang ada yang menyalahartikan bebas dan memperoleh perlindungan hukum.
kemerdekaan menyampaikan pendapat Dengan demikian, orang bebas mengeluarkan
tersebut. Dengan mengartikan semua hal pendapat tetapi juga perlu pengaturan dalam
boleh diungkap, walaupun melanggar etika, mengeluarkan pendapat tersebut agar tidak
moralitas, dan hukum. menimbulkan konflik yang berkepanjangan
antar-anggota masyarakat.
Indonesia sebagai negara demokrasi,
tentunya menganut prinsip bahwa rakyat Apabila kemerdekaan mengemukakan
adalah penentu utama dalam kehidupan pendapat secara bebas tanpa
berbangsa dan bernegara. Undang-Undang pertanggungjawaban, akan menimbulkan hal-
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 hal yang bersifat negatif dalam masyarakat.
memberikan jaminan konstitusional terhadap Demonstrasi, pawai, rapat umum, atau
kemerdekaan mengemukakan pendapat. mimbar bebas yang tidak terkendali dapat
Dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar mengarah pada tindakan pengrusakan,
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 penjarahan, pembakaran, bentrokan massal,
dinyatakan secara tegas, bahwa : korban luka, bahkan ada yang korban
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, meninggal dunia. Oleh karena itu,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan kemerdekaan mengemukakan pendapat secara
tulisan, dan sebagainya ditetapkan dengan bebas dan bertanggungjawab merupakan hak
undang-undang”. Kemudian dalam Pasal 28E dan sekaligus juga kewajiban setiap orang dan
ayat (3) menyatakan, bahwa : “Setiap orang warga negara di Indonesia. Pembatasan
berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, kemerdekaan mengemukakan pendapat secara
bebas dan bertanggung jawab tertulis secara
38
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia
39
Pustaka Utama, Jakarta, 1993, hlm. 87. Penjelasan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998.
Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017 54
Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2017

normatif dalam Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8 Indonesia, YHDS bekerjasama dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998. Alumni, Bandung, 2001.
Bahder Johan Nasution, Hukum
Perangkat perundang-undangan dalam
Ketenagakerjaan Kebebasan Berserikat
mengatur kemerdekaan mengemukakan
Bagi Pekerja, Mandar Maju, Bandung,
pendapat pada dasarnya dimaksudkan agar
2004.
setiap orang dalam mengemukakan
Eugenia Liliawati Muljono, Undang-Undang
pendapatnya dilakukan secara bebas dan
Nomor 9 Tahun 1998 tentang
bertanggung jawab. Dengan demikian, norma-
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat
norma masyarakat tetap dijunjung tinggi
di Muka Umum, Harvarindo, Jakarta,
dalam rangka menghormati hak orang lain.
1999.
Oleh karena itu, hendaknya dapat menghargai
Gunawan Setiadja, Hak Asasi Manusia
kemerdekaan mengemukakan pendapat yang
Berdasarkan Ideologi Pancasila,
dilaksanakan secara bertanggung jawab.
Kasisius, Yogyakarta, 1993.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa Harum Pudjiarto, Hak Asasi Manusia : Kajian
kemerdekaan mengemukakan pendapat adalah Filosofis dan Implementasinya dalam
hak setiap warga negara untuk menyampaikan Hukum Pidana di Indonesia,
pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya Universitas Atma Jaya, Yogyakarta,
secara bebas dan bertanggung jawab sesuai 1999.
dengan ketentuan peraturan Koesparmono Irsan, Hukum dan Hak Asasi
perundangundangan yang berlaku. Manusia, Pusat Kajian Kepolisian dan
Mengemukakan pendapat bagi setiap warga Hukum, Jakarta, 2009.
negara dapat dilakukan melalui saluran Kunarto, Merenungi Kiprah Polri menghadapi
tradisional dan saluran modern berupa unjuk Gelora Anarkhi 2, Cipta Manunggal,
rasa atau demonstrasi, pawai, rapat umum, Jakarta, 1999.
atau mimbar bebas. Perangkat perundang- Kuntjoro Purbopranoto, Hak Asasi Manusia
undangan dalam mengatur kemerdekaan dan Pancasila, Pradya Paramita,
mengemukakan pendapat pada dasarnya Jakarta, 1982.
dimaksudkan agar setiap orang dalam Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik,
mengemukakan pendapatnya dilakukan secara Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
bebas dan bertanggung jawab. 1993.
Munir Ba’al Bahi, al-Mawrid : Modern
English-Arabic Dictionary, Dar al-‘Ilmi
III. Penutup li Al-Malayin, Baerut, 1979.
Kemerdekaan menyampaikan pendapat Mustafa Kamal Pasha, et. al., Pancasila dalam
di muka umum adalah hak asasi manusia yang tinjauan Historis dan filosofis Citra
dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara Karsa Mandiri, Yogyakarta, 2003.
Republik Indonesia Tahun 1945 dan Deklarasi Ni’matul Huda & Sri Hastuti Puspitasari (ed.),
Universal Hak-Hak Asasi Manusia. Kontribusi Pemikiran untuk 50 Tahun
Kemerdekaan setiap warga negara untuk Prof. Dr. Moh. Mahfud MD., FH UII,
menyampaikan pendapat di muka umum Yogyakarta, 2007.
merupakan perwujudan demokrasi dalam Pranz Magnis Suseno, Etika Politik,
tatanan kehidupan masyarakat berbangsa dan Gramedia, Jakarta, 1988.
bernegara yang penyampaiannya dilaksanakan Ray August, Publik International Law : Text,
secara bertanggung jawab sesuai dengan Cases, and Readings, Engewood Cliffs,
ketentuan peraturan perundang-undangan New Jersey, 1995.
yang berlaku. Sudiman Kartohadiprodjo, Pengantar Tata
Hukum Indonesia, Ghalia Indonesia,
Daftar Pustaka Jakarta, 1977.
Supriyadi, Hukum Lingkungan di Indonesia :
Manan, Bagir. Perkembangan Pemikiran dan Sebuah Pengantar, Ghalia Indonesia,
Pengaturan Hak Asasi Manusia di Jakarta, 2006.

Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017 55


Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian-ISSN: 2461-0836 2017

Syahrial Syarbaini, Sosiologi dan Politik,


Ghalia Indonesia, Bogor, 2004.
Ujang Charda S., Mengenal Hukum
Ketenagakerjaan Indonesia (Sejarah,
Teori & Praktiknya di Indonesia,
Fakultas Hukum UNSUB, Subang,
2008.
http://www.semanggipeduli.com/Sejarah/fram
e/trisakti.html, akses pada tanggal 12
Januari 2012, jam 12 : 24 WIB.
http://www.indonesiakemarin.blogspot.com/20
07/05/tragedi-trisakti-12-mei-1998.
htm, akses pada tanggal 12 Januari
2012, jam 12 : 31 WIB.
http://www.kompas.com/read/xml/2008/05/27/
jalan.uki.diblokir.muacetttt.deh, akses
pada tanggal 10 Pebruari 2013, jam
15.00 WIB.
http://ninnaastuti.blogspot.com/2012/01/kebeb
asan-berpendapat.html, akses tanggal
12 Pebruari 2013, jam 12 : 25 WIB.
http://journal424.wordpress.com/2013/02/10/
demonstrasi-yang-berujung-aksi-
anarkis/, akses 22 Maret 2013, jam 12 :
53 WIB.
http://ninnaastuti.blogspot.com/2012/01/kebeb
asan-berpendapat.html, akses tanggal
12 Pebruari 2013, jam 15 : 32 WIB.

Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang
Kebebasan Menyampaikan Pendapat di
Muka Umum.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia.

Jurnal Komunikasi Volume. 3 No. 1, April 2017 56

Anda mungkin juga menyukai