Anda di halaman 1dari 9

TUGAS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

PENYAKIT MALARIA

OLEH :
NAJMATUL ARSIAH SYAPUTRI
OLEH :
NAJMATUL ARSIAH SYAPUTRI
NIM : 2013201065

DOSEN PEMBIMBING :
HARISNAL, SKM, M.Epid

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah
memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Epidemiologi Penyakit
Malaria tepat waktu. Makalah Epidemiologi Penyakit Malaria disusun guna memenuhi tugas
pada Epidemiologi Penyakit Menular pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Jalur
Khusus di Universitas Fort De Kock. Selain itu, juga juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang Epidemiologi Penyakit Malaria.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Harisnal, SKM,
M.Epid selaku dosen Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit Menular. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
anggota kelompok. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bukittinggi, Januari 2021

Penulis
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MALARIA

A. Defenisi
Malaria didefinisikan suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang
disebabkan oleh parasit plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk
anopheles betina (Akhsin, 2010 dalam Harahap, 2012).

B. Rantai Penularan
Pada Manusia. Ketika nyamuk anoples betina (yang mengandung parasit
malaria) menggigit manusia, akan keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk
ke dalam darahdan jaringan hati. Dalam siklus hidupnya parasit malaria membentuk
stadium sizon jaringan dalam sel hati (stadium ekso-eritrositer).
Setelah sel hati pecah, akan keluar merozoit/kriptozoit yang masuk ke eritrosit
membentuk stadium sizon dalam eritrosit (stadium eritrositer). Disitu mulai bentuk
troposit muda sampai sizon tua/matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merozoit.
Sebagian besar Merozoit masuk kemabli ke eritrosit dan sebagian kecil
membentuk gametosit jantan9 . Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina. Betina yang
siap untuk diisap oleh nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidupnya di
tubuh nyamuk (stadium sporogoni).
Didalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro
gamet) dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot berubah menjadi
ookinet, kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista.
Setelah ookista matang kemudian pecah, keluar sporozoit yang berpindah ke kelenjar
liur nyamuk dan siap untuk ditularkan ke manusia.
Khusus Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale pada siklus parasitnya di
jaringan hati (sizon jaringan) sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak
melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit, akan tetapi tertanam di jaringan hati –disebut
hipnosit-. Bentuk hipnosit inilah yang menyebabkan malaria relapse. Pada penderita
yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh
menurun misalnya akibat terlalu lelah, sibuk, stress atau perubahan iklim (musim
hujan), hipnosoit dalam tubuhnya akan terangsang untuk melanjutkan siklus parasit
dari sel hati ke eritrosit.
Setelah eritrosit yang berparasit pecah akan timbul kembali gejala penyakit.
Misalnya 1 – 2 tahun sebelumnya pernah menderita P. vivax/ovale dan sembuh
setelah diobati, bila kemudia mengalami kelelahan atau stress, gejala malaria akan
muncul kembali sekalipun yang bersangkutan tidak digigit oleh nyamuk anopheles.
Singkatnya
Nyamuk Anophele Menggigit dan menghisap penderita malaria yang mengandung
parasit kemudian parasit masuk ketubuh nyamuk tersebut
Parasit malaria berkembang biak (bereproduksi ) didalam tubuh nyamuk anopheles
sehingga menjadi nyamuk yang infektif (dapat menularkan malaria)
Bila Nyamuk Infektif menggigit orang sehat maka bersamaan masuk lah parasit
ketubuh orang tersebut
Dan penularan lainnya bisa juga melalui transfusi darah atau jaraum suntik dan
pada bisa juga ke janin pada Ibu yang sedang hamil

C. Gambaran Epidemiologi Penyakit


1. Faktor Host
Secara alami, penduduk disuatu daerah endemis malaria yang mudah dan ada yang
sukar terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan. Perpindahan penduduk dari dan
ke daerah endemis malaria hingga kini masih menimbulkan masalah. Sejak dahulu telah
diketahui bahwa wabah penyakit ini sering terjadi didaerah pemukiman baru, seperti di
daerah perkebunan dan transmigrasi. Hal ini terjadi karena para pekerja yang datang dari
daerah lain belum mempunyai kekebalan sehingga rentan terinfeksi (Prabowo, 2008 dalam
Natalia, 2010). Kerentanan manusia terhadap penyakit malaria berbeda-beda. Ada manusia
yang rentan, yang dapat tertular oleh penyakit malaria, tetapi ada pula yang lebih kebal dan
tidak mudah tertular oleh penyakit malaria.
2. Vektor
Terdapat sekitar 430 Anopheles sp tetapi hanya 30-40 spesies merupakan vektor
penularan malaria. Nyamuk-nyamuk malaria tersebut menggigit sejak waktu matahari
terbenam hingga waktu matahari terbit. Hanya nyamuk malaria betina yang mampu
menularkan penyakit ini pada manusia. Nyamuk yang paling sering menggigit manusia,
secara berurutan adalah spesies Anopheles sundaicus, Anopheles gambiae, Anopheles
freeborni, Anopheles dirus.
3. Faktor Agent
(Penyebab) Penyakit malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk
anopheles betina. Spesies anopheles diseluruh dunia terdapat sekitar 2.000 spesies dan 60
spesies diantaranya diketahui sebagai penular malaria. Spesies anopheles di Indonesia ada
sekitar 80 jenis dan 24 spesies diantaranya telah terbukti penular penyakit malaria. Nyamuk
anopheles hidup di daerah beriklim tropis dan subtropis, tetapi juga bisa hidup di daerah
yang beriklim sedang.
Nyamuk ini jarang ditemukan pada daerah ketinggian lebih dari 2.000-2.500 m. Tempat
perindukannya bervariasi (tergantung spesiesnya) dan dapat dibagi menjadi tiga kawasan
yaitu pantai, pedalaman, dan kaki gunung. Nyamuk anopheles betina biasanya menggigit
manusia pada malam hari atau sejak senja hingga subuh. Jarak terbangnya tidak lebih dari
0,5-3 km dari tempat perindukannya (Prabowo,2008 dalam Natalia, 2010).
Nyamuk anopheles biasa meletakkan telurnya diatas permukaan air satu persatu.Telur
dapat bertahan hidup dalam waktu cukup lama dalam bentuk dorman. Bila air cukup
tersedia, telur-telur tersebut biasanya menetas 2-3 hari setelah diletakkan. Nyamuk
anopheles sering disebut nyamuk malaria karena banyak jenis nyamuk ini yang menularkan
penyakit malaria (Sembel, 2009dalam Natalia, 2010)
4. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang cukup ideal mendukung keberadaan penyakit malaria
di Indonesia, antara lain: lingkungan fisik (suhu, kelembaban udara, curah hujan,
ketinggian, angin), lingkungan biologik dan lingkungan sosial-budaya. Lingkungan yang
tidak bersih dan tidak sehat (banyak genangan, sampah berserakan, dan gelap) juga sangat
mendukung terjangkitnya malaria.

D. Cara Penularan
Malaria dapat ditularkan melalui 2 cara yaitu cara alamiah dan bukan alamiah.
1. Penularan secara alamiah (natural infection), melalui gigitan nyamuk anopheles.
2. Penularan bukan alamiah, dapat dibagi menurut cara penularannya, ialah
 Malaria bawaan (kongenital), disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta
sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya.
Selain melalui plasenta penularan dari ibu ke bayi melalui tali pusat.
 Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik.
Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius yang
menggunakan jarum suntik yang tidak steril. Infeksi malaria melalui transfusi
hanya menghasilkan siklus eritrositer karena tudak melalui sporozoit yang
memerlukan siklus hati sehingga diobati dengan mudah.
 Penularan secara oral, pernah dibuktikan pada ayam (Plasmodium gallinasium),
burung dara (Plasmodium relection) dan monyet (Plasmodium knowlesi). Pada
umumnya sumber infeksi malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit
malaria, baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis.

E. Upaya pencegahan dan Pengendalian penyakit Malaria


Upaya pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap
risiko malaria, men cegah gigitan nyamuk, pengendalian vektor dan kemoprofilaksis,
malaria merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan,
monitoring dan evaluasi, serta diperlukan formulasi kebijakan dan strategi yang tepat.
Prinsip Pencegahan Malaria
1. Awaraness Kewaspadaan terhadap resikomalaria
2. Bites Prevention Mencegah gigitan Nyamuk
3. Chemoprophylaxis Pemberian Obat Profilaksis
4. Diagnosis dan Treatmean
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk Mencegah Malaria Yakni :
a. Menghilangkan tempat-tempat perindukan nyamuk, membunuh larva atau jentik dan
membunuh nyamuk dewasa. Pengendalian tempat perindukan dapat dilakukan dengan
menyingkirkan tumbuhan air yang menghalangi aliran air, melancarkan aliran saluran
air dan menimbun lubang-lubang yang mengandung air. Jentik nyamuk diberantas
dengan menggunakan memakai insektisida,
b. memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk (ikan kepala timah atau Gambusia Affinis),
memelihara Crustacea kecil pemangsa jentik (Genus Mesocyclops) atau
memanfaatkan bakteri Bacillus thuringiensis yang menginfeksi dan membunuh jentik
nyamuk.
c. kemoprofilaksis adalah doksisiklin dengan dosis 100mg/hari. Obat ini diberikan 1-2
hari sebelum bepergian, selama berada di daerah tersebut sampai 4 minggu setelah
kembali. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak dibawah umur 8 tahun dan
tidak boleh diberikan lebih dari 6 bulan
d. memakai kelambu, kawat kassa menghindari kegiatan di luar rumahpada malam hari,
mengolesi badan dengan anti gigitan nyamuk (repellentatau obatnyamuk bakar),
memasang kasa pada ventilasidan mendekatkan kandang ternak besar dari rumah
dengan jarak 200 meter.
e. Dilingkungan sekitar setidaknya diperlukan pembuatan drainase dan penimbunan
genangan tempat perindukan,perubahan salinitas, pengaturan permukaan air
waduk,pembersihan tanaman,peneduhan dan pengeringan rawa
f. upaya proteksi diri ketika beraktivitas di luar rumah juga dapat dilakukan dengan
menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang.
g. skrining atau deteksi dini malaria pada kehamilan tanpa melihat gejala dan pem-
berian obat yang efektif ,Deteksi dini dan pemberian obat anti malaria yang efektif
juga akan mengurangi risiko efek buruk malaria pada kehamilan.
Salah satu Pencegahan Malaria di Dunia yakni Dalam pertemuan WH0 60 tanggal 18
Mei 2007 telah dihasilkan komitmen global tentang eliminasi malaria bagi setiap negara.
Indonesia termasuk salah satu negara yang berkomitmen untuk meng- Eliminasi malaria di
Indonesia. Eliminasi Malaria sangat mungkin dilaksanakan mengingat telah tersedia 3 kunci
utama yaitu :
1. Ada obat ACT
2. Ada teknik diagnosa cepat dengan RDT (Rapid Diagnose Test)
3. Ada teknik pencegahan dengan menggunakan kelambu LLIN (Long Lasting
Insectized Net), yang didukung oleh komitmen yang tinggi dari pemda setempat.

F. Tata Laksana Kasus


Menegakkan atau Memastikan Diagnosis Untuk membuat penghitungan kasus secara
teliti guna keperluan analisis di tahapan berikutnya maka perlu memastikan diagnosis
dari kasus-kasus yang dilaporkan terhadap KLB yang dicurigai.
Alasan mengapa langkah ini penting adalah :
a. Adanya kemungkinan kesalahan dalam diagnosis
b. Memastikan adanya tersangka atau adanya orang yang mempunyaisindroma
tertentu.
c. Informasi bukan kasus (kasus-kasus yang dilaporkan tetapi diagnosisnya tidak
dapat dipastikan) harus dikeluarkan dari informasi kasus yang digunakan untuk
memastikan ada/tidaknya suatu KLB.

Diagnosis yang didasarkan atas pemeriksaan klinis saja mudah salah, sering tanda
atau gejala dari banyak penyakit adalah tidak begitu khas untuk dapat menegakkan suatu
diagnosis. Beberapa faktor penyulit lain seperti banyak penderita tidak memperlihatkan
sindroma yang khas bagi penyakit mereka, serta dimungkinkan banyak serotipe
darispesies penyebab penyakit menular terdapat secara bersamaan di masyarakat. Oleh
karena itu, bila mungkin harus dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan
diagnosis. Namun karena beberapa konfirmasi laboratorium membutuhkan waktu, maka
kriteria tanda-tanda dan gejala-gejala suatu penyakit seperti pada daftar dibawah dapat
dipertimbangkan untuk menetapkan diagnosis lapangan. Selanjutnya dapat ditetapkan
orang-orang yang memenuhi kriteria/gejala berdasarkan diagnosis lapangan dapat
dikategorikan sebagai kasus, sebaliknya orangorang yang tidak memenuhi kriteria/gejala
dapat dikeluarkan dari kasus.

G. Tata Laksana Kesehatan Masyarakat


1. Petugas kesehatan harus mengetahui tingkat endemisitas malaria di wilayah kerjanya
dengan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat.
2. Membangun jejaring layanan dan kemitraan bersama dengan fasilitas layanan lainnya
(pemerintah dan swasta) untuk meningkatkan akses layanan yang bermutu bagi setiap
pasien malaria.
3. Petugas kesehatan memantau pasien malaria dengan memastikan bahwa dilakukan
penanganan yang sesuai pedoman tatalaksana malaria.
4. Petugas harus melaporkan semua kasus malaria yang ditemukan dan hasil
pengobatannya kepada dinas kesehatan setempat sesuai dengan ketentuan dan
kebijakan yang berlaku.

H. Penetapan KLB

Dalam membandingkan insiden penyakit berdasarkan waktu harus diingat bahwa


beberapa penyakit dalam keadaan biasa ( endemis) dapat bervariasi menurut waktu (pola
temporal penyakit). Penggambaran pola penyakit penting untuk memastikan terjadinya
KLB adalah pola musiman penyakit ( periode 12 bulan) dan kecederungan jangka
panjang (periode tahunan). Dengan demikian untuk melihat kenaikan frekuensi penyakit
harus dibandingkan dengan frekuensi penyakit pada tahun yang sama bulan berbeda atau
bulan yang sama tahun berbeda. Tujuan tahap ini adalah untuk memastikan apakah
adanya peningkatan kasus yang tengah berjalan memang benar-benar berbeda
dibandingkan dengan kasus yang "biasa" terjadi pada populasi yang dianggap
mempunyai risiko terinfeksi. Apabila insidens yang tengah berjalan secara menonjol
melebihi insidens yang "biasa", maka biasanya dianggap terjadi KLB. Perbedaan-
perbedaan kecil antara insidens yang "biasa" dan yang tengah berjalan dapat
menimbulkan ketidakpastian, sehingga peneliti harus selalu waspada mencari kasuskasus
baru yang dapat memastikan dugaan adanya KLB.
Populasi beresiko pada KLB kadang belum dapat dipastikan dengan teliti apabila
KLB baru tersangka. Untuk itu dapat diasumsikan dengan seluruh populasi yang tinggal
pada daerah geografik atau institusi tertentu tempat penyakit terjangkit. Apabila
tersangka KLB diketahui atau diduga berjangkit di suatu populasi yang sangat terbatas
misalnya suatu sekolah, rumah perawatan, tempat pemeliharaan anak bayi disiang hari
atau kelompok sosial tertentu, maka informasi yang ada tentang angka insidens yang
"biasa" dan yang tengah berjalan pada kelompok yang bersangkutan dapat digunakan
untuk menetapkan terjadi atau tidaknya KLB.

I. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan dengan mikroskop Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di
Puskesmas/lapangan/ rumah sakit/laboratorium klinik untuk menentukan:
a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
b) Spesies dan stadium plasmodium.
c) Kepadatan parasit.
b. Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test) Mekanisme kerja tes
ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan metoda
imunokromatografi. Sebelum menggunakan RDT perlu dibaca petunjuk penggunaan
dan tanggal kadaluarsanya. Pemeriksaan dengan RDT tidak digunakan untuk
mengevaluasi pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2017, Buku saku penatalaksanaan kasus malaria :
Jakarta
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2017, Buku Pedoman Penyelidikan Dan
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular Dan Keracunan Pangan (Pedoman
Epidemiologi Penyakit) : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai