Anda di halaman 1dari 33

KORELASI ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN SIKAP

RELIGIUS. PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Pedagogik
Dosen Pengampu:
Dr. Pupun Nuryani, M.Pd.

Disusun Oleh:
Diah Citra Raesi
NIM. 2002408

SPs PKn 2020 A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjunan alam Nabi Muhammad
SAW beserta keluarganya, sahabatnya serta kepada para umatnya yang senantiasa
patuh dan taat kepada ajarannya.
Makalah yang berjudul “Korelasi Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap
Religius. Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar”. Makalah ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Pedagogik. Selain itu,
dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah pemahaman Penulis
terhadap PKn sebagai suatu bagian dari kajian pedagogic tersebut.
Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan ketidaksempurnaan yang disebabkan oleh wawasan dan
pengetahuan dari Penulis yang masih dalam proses belajar. Oleh karena itu Penulis
berharap adanya kritik dan saran yang membangun untuk dijadikan landasan
perbaikan yang berguna bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan Penulis.

Bandung, Desember 2020

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................ 2
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 2
A. IDENTIFIKASI ARTIKEL .................................................................................. 2
B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... 2
C. ESENSI ISI ARTIKEL ......................................................................................... 2
BAB II .............................................................................................................................. 4
DESKRIPSI ISI ARTIKEL .............................................................................................. 4
A.Menjawab Pertanyaan pertama, Apa Pola Asuh Orang Tua dapat meningkatkan
sikap religius dan motivasi belajar siswa? ..................................................................... 4
B. Menjawab Pertanyaan kedua, Strategi apa yang digunakan untuk meningkatkan
sikap religius dan motivasi belajar siswa? ..................................................................... 6
C. Menjawab Pertanyaan ketiga, Faktor apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan di
pola asuh orang tua dalam tipe demokratis, permisif dan otoriter terhadap sikap
religius dan motivasi belajar? ........................................................................................ 7
BAB III ........................................................................................................................... 12
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 12
Artikel 1 .......................................................................................................................... 12
Artikel 2 .......................................................................................................................... 13
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. IDENTIFIKASI ARTIKEL

1. P.E. Septiani, K. Sudarma, K. Dibia (2020). Korelasi Antara Pola Asuh


Orang Tua Dengan Sikap Religius. Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
FIP, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia, 3(0) 2020,
191- 198. doi: http://dx.doi.org/10.23887/jp2.v3i2.25649.
2. Fadhilah, Tri Nur. Handayani, Diana Endah, Rofian. (2019). Analisis Pola
Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas PGRI
Semarang. Doi: http://dx.doi.org/10.23887/jp2.v2i2.17916.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pola Asuh Orang Tua dapat meningkatkan sikap religius dan motivasi
belajar siswa?
2. Strategi apa yang digunakan untuk meningkatkan sikap religius dan
motivasi belajar siswa?
3. Faktor apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan di pola asuh orang tua
dalam tipe demokratis, permisif dan otoriter terhadap sikap religius dan
motivasi belajar?

C. ESENSI ISI ARTIKEL

Menitik kembali pada nilai pola asuh orang tua terhadap siswa menjadi
persoalan yang masih didebatkan. Pada dasarnya, pola asuh orang tua ialah
penentu siswa dalam menghadapi arus di masa depan. Dengan adanya pola asuh
orang tua yang benar maka akan menciptakan rasa sosial tinggi pada siswa
terutama sikap religius dan motivasi belajar yang baik.

Sikap religius dipandang sebagai wujud ketaatan dalam mengimplementasikan ajaran agama
yang dianut, memiliki toleransi untuk menciptakan hidup harmonis (Yaumi, 2016).
Pengimplemtasian nilai religius diperlukan pengarahan, bimbingan dan pendampingan.
Sehingga, sikap religius pada anak itu dapat berkembang dengan baik berdasarkan hati

2
nurani tanpa adanya tekanan dan paksaan. Sejalan dengan hal tersebut bahwa terdapat faktor-
faktor yang memengaruhi pembentukan sikap religius pada anak salah satunya adalah
keluarga. Reiss (dalam Lestari, 2012) mendefinisikan keluarga sebagai suatu fungsi utama
dalam sosialisasi pembentukan generasi baru yang didalamnya berbentuk kelompok kecil
yang terstruktur dalam pertalian keluarga. Wibowo (2012) yang menyatakan bahwa
keluarga memiliki kontribusi besar dalam berhasilnya pembentukan karakter yang dapat
dilihat dari aspek kuantitas waktu, lingkungan keluarga berkontribusi sekitar 70 persen di
luar pendidikan formal. Melihat hal tersebut, bahwa keluarga bertanggung jawab besar
terhadap berhasilnya.

Kesadaran orang tua akan peran dan tanggung jawabnya selaku pendidik yang pertama dan
utama dalam keluarga sangat diperlukan. Didukung oleh Djamarah (2014, hlm. 52)
menyatakan bahwa bervariasinya pola asuh itu dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan
orang tua, mata pencaharian hidup, keadaan sosial ekonomi, adat istiadat, suku bangsa, dan
sebagainya. Secara umum pekerjaan orang tua siswa ada yang bekerja sebagai guru tetapi
mayoritas sebagai buruh, petani dan pedagang. Hal ini dapat berpengaruh dalam motivasi
belajar, orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya anak akan mendapatkan perhatian yang
kurang dalam hal belajar. Berbeda dengan orang tua yang pekerjaannya tidak terlalu sibuk,
mereka akan ikut serta memantau anak pada saat belajar di rumah. dalam motivasi belajar,
orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya anak akan mendapatkan perhatian yang kurang
dalam hal belajar. Menurut Sadirman (2005, hlm. 75) menyatakan “motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar mengajar dan yang memberikan
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai”. Siswa akan mencapai keberhasilan apabila ada keinginan dalam dirinya untuk
belajar. Siswa yang mempunyai keinginan untuk belajar akan berpengaruh pada kegiatan
belajar di sekolah.

3
BAB II
DESKRIPSI ISI ARTIKEL

A. Menjawab Pertanyaan pertama, Apa Pola Asuh Orang Tua dapat


meningkatkan sikap religius dan motivasi belajar siswa?
Pola asuh orang tua dapat meningkatkan sikap religius siswa dan dapat
memotivasi belajar siswa dengan ketentuan-ketentuan; Untuk mendidik anak
supaya memiliki sikap religius dengan menyenangkan tanpa ada perasaan
tertekan, keluarga harus mendidik anak dengan cara menuntun, mengarahkan
sekaligus mendampingi anak dalam melaksanakan perwujudan sikap religius.
Sehingga sikap religius pada anak itu dapat berkembang dengan baik
berdasarkan hati nurani tanpa adanya tekanan dan paksaan. Terdapat tiga cara
utama untuk menajadikan siswa dapat meningkatkan sikap religius yakni ada
Pola Asuh Orang Tua Tipe Demokratis, Asuh Orang Tua Tipe Permisif, Pola
Asuh Orang Tua Tipe Otoriter.
a) Pola asuh tipe demokratis memberikan sumbangan paling besar,
kontribusi pola asuh orang tua tipe demokratis disebabkan karena dalam
penerapan pola asuh tipe demokratis, anak selalu diberikan bimbingan serta
pengarahan terkait perilaku yang diperbuat anak, dan pemberian kebebasan
untuk anak melakukan apapun dengan batasan-batasan tertentu. Sehingga, anak
merasa dihargai untuk mengembangkan perilaku yang baik. Sedangkan
b) Pola asuh permisif memberikan sumbangan efektif paling kecil
dibandingkan dengan pola asuh orangtua tipe demokratis dan pola asuh tipe
otoriter. Hal tersebut terjadi, karena orang tua yang menerapkan pola asuh tipe
permisif lebih menekankan pada pemberian kebebasan dalam berbuat apapun.
Pemberian kebebasan tersebut dapat berpengaruh pada karakter anak salah
satunya pada sikap religius. Penerapan pola asuh permisif lebih dominan pada
anak, orang tua memperbolehkan anak dalam melakukan apapun sesuai dengan
keinginannya. Mereka yang mampu memanfaatkan dengan baik kebebasan
dalam pola asuh permisif pemberian orang tua, tentu akan menjadi pribadi
dewasa dan bertanggung jawab. c) Pola asuh tipe otoriter memberikan
sumbangan sebesar 62% terhadap sikap religius. Hal tersebut disebabkan oleh

4
pemberian pengawasan ketat terhadap perilaku anak, orang tua sering
menghukum jika anak tidak patuh terhadap perintah dan keinginannya, dan
orang tua memiliki kekuasaan yang dominan dibandingkan anak.
Menurut Wibowo dan Gunawan (2015, hlm. 62) mengatakan bahwa
“pola asuh permisif adalah pola asuh yang membebaskan anak namun tidak
dalam pengawasan orang tua, bahkan kontrol dan perhatian orang tua terhadap
anak sangat kurang”. Anak dengan orang tua yang menerapkan pola ini sangat
berpengaruh terhadap motivasi belajarnya. Saat observasi berlangsung anak
tersebut terlihat kurang semangat dan lebih suka menyendiri. Hal ini
disebabkan orang tua menerapkan pola asuh acuh tak acuh dengan pendidikan
anak karena sibuk bekerja dan mengasuh dua anak yang masih kecil. Faktor
yang mempengaruhi pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dilihat dari
latarbelakang pendidikan orang tuanya, selain itu keterlibatan orang tua
terhadap anak kurang.
Penerapan pola asuh orang tua dapat mempengaruhi kebiasaan belajar
siswa baik di rumah maupun di sekolah. Pada dasarnya orang tua merupakan
guru pertama dan utama bagi anak, sebagai orang tua sudah seharusnya
memberi bekal anaknya kelak untuk membentuk generasi masa depan yang
berkualitas. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 7 ayat 2 menyatakan bahwa
“Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan
dasar kepada anaknya”. Karena pendidikan anak pada hakikatnya adalah
tanggung jawab orang tua. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
pasal 13 ayat 1 menyatakan bahwa “jalur pendidikan terdiri atas pendidikan
formal, informal, dan nonformal yang dapat saling melengkapi dan
memperkarya”. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan sekolah. Pendidikan
informal adalah pendidikan yang ada di dalam keluarga. Pendidikan nonformal
adalah jalur pendidikan lingkungan atau masyarakat. Salah satu faktor yang
terdapat dalam diri siswa adalah motivasi belajar.
Menurut Sadirman (2005, hlm. 75) menyatakan “motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan

5
belajar mengajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai”. Siswa akan
mencapai keberhasilan apabila ada keinginan dalam dirinya untuk belajar.
Siswa yang mempunyai keinginan untuk belajar akan berpengaruh pada
kegiatan belajar di sekolah.

B. Menjawab Pertanyaan kedua, Strategi apa yang digunakan untuk


meningkatkan sikap religius dan motivasi belajar siswa?
Strategi yang digunakan yakni dengan menerapkannya yakni dengan
menggabungkan pola asuh pada orang tua yang sering dilakukan dengan cara
diubah menjadi lebih agamais. Artinya dengan mencontohkan sikap yang
seharusnya dilakukan supaya sikap religius siswa mampu menirunya tanpa
adanya paksaan. Untuk mendidik anak supaya memiliki sikap religius dengan
menyenangkan tanpa ada perasaan tertekan, keluarga harus mendidik anak
dengan cara menuntun, mengarahkan sekaligus mendampingi anak dalam
melaksanakan perwujudan sikap religius. Sehingga sikap religius pada anak itu
dapat berkembang dengan baik berdasarkan hati nurani tanpa adanya tekanan
dan paksaan. Sikap religius perlu ditumbuhkan pada anak sejak dini. Sikap
religius dipandang sebagai ketaatan sesorang dalam menjalankan ajaran
agamanya untuk mewujudkan hubungan yang harmonis dalm kehidupan sehari-
hari. sikap religius akan menggambarkan nilai-nilai religiusitas yang diperoleh
melalui pengarahan dan bimbingan dalam kehidupan sehari- hari melalui pola
asuh orang tua.
Terdapat tiga pola yang dikembangkan untuk dapat mencapai strategi
meningkatkan sikap religius dan motivasi belajar siswa. Yakni dengan pola
demokrasi, pola permisif, dan pola otoriter. Ketiganya mempengaruhi sikap
religius serta menambahkan motivasi siswa dalam belajar. Seperti yang kita
ketahui bahwasannya sebuah sikap dan motivasi saling berkaitan satu sama lain,
artinya strategi-strategi pola asuh orang tua yang ditanamkan pun bisa sama
dengan tujuan untuk memperoleh hal- hal yang baik dan dapat mendorong
belajar siswa lebih baik ke depannya.
Baik pada pola asuh demokrasi yang menjadi dominan terhadap pola asuh
orang tua terhadap anak/siswa dengan memberikan bimbingan serta arahan

6
terkait perilaku anak/siswa, serta pemberikan kebebasan terhadap anak/siswa
untuk melakukan apapun dengan batasan-batasan tertentu sehingga merasa
dihargai untuk mengembangkan perilaku baik. Sedangkan pada pola asuk
permisif yakni memberikan sumbanga efektif paling kecil, hal tersebut terjadi
karenaorang tua menerapkan pemberian kebebasan dalam berbuat apapun.
Pemberian kebebasan tersebut dapat berpengaruh pada karakter anak salah
satunya sikap religius serta motivasi belajar.

C. Menjawab Pertanyaan ketiga, Faktor apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan
di pola asuh orang tua dalam tipe demokratis, permisif dan otoriter terhadap sikap
religius dan motivasi belajar?
Faktor yang menjadi kekuatan dari pola asuh terhadap sikap religius yakni
menambahkan keimanan anak akan perihal agama yang dianutnya serta
bertanggungjawab terhadap agamanya dan dapat memberikan dampak positif terhadap
lingkungannya. Berikut adalah data hasil dari pola asuh orang tua terhadap sikap religius
anak/siswa:
Tabel 1 Hasil Analisis Deskriptif
Variabel Tipe Tipe Tipe Sikap
Demokratis Permisif Otoriter Religius
N 132 132 132 132
Mean 33.8 35.15 32.15 97.2
Standar 11.55 11.25 11.4 21.6
Deviasi
Minimum 10 12 10 61
Maksimum 50 50 50 138

Berdasarkan hasil perhitungan analisis statistik deskriptif, diperoleh rerata pola asuh tipe
demokratis sebesar 33.8 menunjukkan kategori sedang. Sedangkan, rerata pola asuh tipe
permisif diperoleh sebesar 35.15 yang berada pada kategori sedang, dan rerata pola asuh
orang tua tipe otoriter diperoleh sebesar 32.15 yang berada pada kategori sedang, serta rerata
sikap religius diperoleh sebesar 97.2 yang berada pada kategori sedang.Sebelum melakukan
pengujian hipotesis, data penelitian harus berdistribusi normal dan linier. Di bawah ini akan

7
disajikan sebagai berikut.

Tabel 2 Hasil Uji Normalitas

Variabel 2hitung 2tabel Status

Pola Asuh Orang Tua 24.24 158.7 Normal


1
Tipe Demokratis
Pola Asuh Orang Tua Tipe 23.11 158.7 Normal
Permisif 1
Pola Asuh Orang Tua Tipe 23.85 158.7 Normal
Otoriter 1
Sikap Religius 19.7 158.7 Normal
1

Hasil perhitungan normalitas dengan menggunakan teknik Chi-Square,


kriteria yang berlaku apabila 2hitung > 2tabel maka data tersebut berdistribudi
normal. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pola asuh orang tua tipe
demokratis, pola asuh orang tua tipe permisif, pola asuh orang tua tipe otoriter,
dan sikap religius tergolong normal. Setelah data berdistribusi normal, dilanjutkan
uji linieritas berbantuan SPSS 22. Hasil uji linieritas disajikan pada Tabel 3 di
bawah ini.
Tabel 3 Hasil Uji Linieritas

Variabel Sig. Deviation From Taraf Status


Linearity Signifikansi
Pola Asuh Orang Tua Tipe 0.723 0.05 Linier
Demokratis
Pola Asuh Tipe Permisif 0.953 0.05 Linier
Pola Asuh OrangTua Tipe 0.170 0.05 Linier
Otoriter

Uji linieritas data dianalisis dengan menggunakan teknik statistik Test of


Linearity. Hubungan linieritas ditunjukkan pada nilai signifikansi deviation from
linearity. Nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0.05, hubungan
dikatakan linier. Berdasarkan Tabsel 3, variabel X1, X2, dan X3 > 0.5, sehingga
variabel dalam penelitian ini linier. Setelah data linier, selanjutnya dilakukan

8
pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis ditentukan menggunakan teknik korelasi
product moment. Pada Tabel 4 disajikan hasil uji hipotesis sebagai berikut.

Tabel 4 Hasil Uji Hipotesis


Variabel rxy r
hitung tabel

Pola Asuh Orang Tua 0.99 0.143


TipeDemokratis
PolaAsuh Orang Tua 0.58 0.143
Tipe Permisif
Pola Asuh Orang Tua 0.79 0.143
Tipe Otoriter

Berdasarkan tabel 4, dapat dideskripsikan hubungan pola asuh orang tua


dengan sikap religius sebagai berikut, pola asuh orang tua tipe demokratis sebesar
0.99, pola asuh orang tua tipe permisif sebesar 0.58 dan pola asuh orang tua otoriter
sebesar 0.79. Artinya kekuatan yang diberikan dalam pola asuh orang tua ada di
pola demokratis yakni pola yang mempunyai peranan besar dengan nilai yang
paling besar diantara pola permisif dan otoriter yakni sebesar 0.99 dalam sikap
religious. kemudian selain itu, ada pun kekuatan dari pola asuh orang tua untuk
motivasi belajar yakni; Rekapitulasi Pola Asuh orang tua terhadap motivasi belajar.

Nama Pola Asuh Motivasi


Siswa Orang Tua Belajar
Haryo Demokratis Tinggi
Anisa Demokratis Tinggi
Dirli Otoriter Sedang
Yogida Demokratis Sedang
Siti Permisif Rendah
Vino Demokratis Rendah

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, dapat dijelaskan tentang


bentuk-bentuk pola asuh yang ditemui terhadap motivasi belajar siswa. Dari
hasil yang ditemui di lapangan dapat diketahui bahwa ada orang tua yang

9
menerapkan pola asuh demokratis, anak dari orang tua yang menanamkan
bentuk pola asuh demokratis dapat dilihat bahwa motivasi di kelas termasuk
kategori tinggi dan anak tersebut juga berprestasi di sekolah.
Tabel 2. Latar Belakang Pendidikan dan Pekerjaan Orang Tua

Nama Siswa Latar Belakang Pekerjaan orang


Tua
Pendidikan
Orang Tua
Haryo S1 Guru
Anisa SMP Pedagang
Dirl SMA Pedagang
i
Yogida SMA IRT
Siti SD Petani
Vino SMP Penjahit

Berdasarkan temuan yang diperoleh dilapangan, terhadap bentuk pola asuh


demokratis ada tiga orang tua yang sama-sama menerapkan pola asuh
demokratis, dalam mengasuh anak mereka memberikan kebebasan untuk
melakukan sesuatu tetapi masih dalam pantauan orang tua. Dari ketiga orang tua
ini, ada salah satu dari anak mereka yang termasuk kategori memiliki motivasi
rendah.

Hal ini disebabkan karena dalam tingkat kecerdasan dari anak kurang.
Selain itu perilaku anak di kelas saat pembelajaran tidak memperhatikan
penjelasan dari guru dan lebih suka berbicara serta bermain sendiri dengan teman
sebangkunya. Apabila guru memberikan tugas anak tersebut tidak mengerjakan
tugas dengan segera dan sering terlambat menyelesaikan tugas. Berbeda dengan
dua anak yang orang tuanya menerapkan pola asuh demokratis, mereka
cenderung memiliki motivasi yang dikategorikan tinggi. Hal ini disebabkan
karena tingkat kecerdasan anak yang tinggi dan kebiasaan belajar di rumah
maupun di sekolah.
Sikap orang tua yang selalu memerhatikan kemajuan belajar anaknya,
akan mendorong anak untuk lebih semangat dalam belajar. Perhatian dan peran
orang tua memang sangat dibutuhkan oleh anak. Karena dalam usia ini, mereka
belum mampu mandiri dalam segala hal, termasuk dalam hal belajar.

10
Pola asuh yang dapat meningkatkan motivasi belajar yaitu demokratis.
Karena demokratis sifatnya bebas dalam arti memberikan kebebasan anak untuk
bereksplorasi/ mengeksplorasi bakatnya, minatnya sehingga anak itu merasa
bebas berprestasi dan tidak ada tekanan. Pola asuh dari sikap religious
mempunyai kekurangan yakni anak tidak mampu untuk bereksplorasi
lingkungan luar sehingga yang ditanamkan hanya segi agama saja, dan juga tidak
dapat bersosialisasi lebih banyak daripada anak-anak se usia lainnya hal ini
dikarenakan menjadi acuan bahwa melaksanakan keseharian dengan
menjalankan segala ibadahnya membuah anak terfokus satu tujuan.juga untuk
pola demokratis pada motivasi juga ada kekurangan, kalau anak tidak pintar
mengontrol diri maka anak menjadi liar.

11
BAB III
PEMBAHASAN

Artikel 1

Artikel ini memaparkan bagaimana untuk mengetahui hubungan antara pola


asuh orang tua dengan sikap religious atau yang biasa kita sebut dalam faktor
keagamaan. Sesuai dengan isinya yang membahas mengenai pola asuh yang
diartikan dalam beberapa jenis. Penulis menghubungkan populasi pada penelitian
yakni siswa kelas V SD Gerokgak dengan tujuan penelitiannya yaitu hubungan
pola asuh orang tua dari segi keagamaan, sebagaimana yang telah dilaksanakan
dengan teknik proportional random sampling serta mengggunakan teknik analisis
korelasi product moment.

Pada bagian pendahuluan, penulis menjelaskan mengenai pendidikan yang


berisikan bahwa pengembangan dan potensi karakter bertujuan untuk menjadi
pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga
dibentuknya watak yang sesuai yakni dari segi keagamaan (religious) yang
mempengaruhi untuk membentuk sikap toleransi, serta sikap yang berkembang
dengan hati nurani yang sesuai dengan bantuan keluarga. Keluarga sangat
berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak yang terus berkembang sesuai
kehendak dari segi keagamaan yang dianutnya. Contohnya seorang anak tumbuh
dan berkembang dari keluarga yang mengajarkan untuk mengaji, maka yang
terjadi anak tersebut mampu untuk mengaji dan mengerti hal yang baik dilakukan
dan tidak baik untuk dilakukan. Maka dari itu, terdapat rendahnya sikap religious
anak terhadap orang tua dikarenakan faktor pola asuh yang diterapkan tidak
menyesuaikan kaidah-kaidah keagamaan yang dianutnya sehingga timbul
masalah- masalah yang berakibat pada karakter anak. Sikap religius perlu
ditumbuhkan pada anak sejak dini. Sikap religius dipandang sebagai ketaatan
sesorang dalam menjalankan ajaran agamanya untuk mewujudkan hubungan yang
harmonis dalm kehidupan sehari-hari. sikap religius akan menggambarkan nilai-
nilai religiusitas yang diperoleh melalui pengarahan dan bimbingan dalam
kehidupan sehari-hari melalui pola asuh orang tua.

Penulis menunjukkan metode penelitian yakni menggunakan teknik

12
proporsional random sampling dengan sampel yang digunakan sejumlah 132
siswa di kelas V SD Gerokgak. Kemudian, penulis mengatakan hasil yang
dipaparkan rerata dalam kategori sedang dengan menggunakan hasil uji
normalitas dan hasil uji lineritas. Terdapat tiga kategori pembanding yang
diterapkan yakni dari tipe pola asuh orang tua demokratis, Permisif, dan Otoriter.
Berdasar hasil penelitian yang diterapka, terdapat hubungan yang baik antara pola
asuh orang tua dengan sikap religious yang dibuktikan dengan pengujian hipotesis
I, hipotesis II dan hipotesis III dengan tingkat pola asuh orang tua yang signifikan
dengan tipe pola asuh demokratis. Maka dari itu, siswa kelas V SD Gerokgak yang
diterapkan dengan pola asuh orang tua demokratis itu yang mendapatkan
kesignifikan yang lebih menonjol dibandingkan dengan pola asuh orang tua
lainnya.

Secara keseluruhan, artikel ilmiah ini sudah terorganisir dengan baik. Penulis
mampu memaparkan secara jelas dalam penelitian pola asuh orang tua dengan
sikap religious. Penulis mendeskripsikan bagaimana penelitian dilakukan dengan
memaparkan metode serta hasil yang jelas adanya, sehingga pembaca mampu
untuk memahami isi dan seluruh intinya tanpa harus menebak nebak sendiri,
selebihnya penelitian ini mampu memberikana gambaran bahwa pola asuh orang
tua berpengarub terhadap karakter siswa terutama dalam halnya segi religious atau
keagamaan.

Artikel 2
Artikel ini memaparkan bahwasannya pola asuh orang tua terhadap sifat
motivasi belajar merupakan penggerak wajib dalam kebutuhan dunia Pendidikan
baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat luas sekalipun. Hal ini
dilakukan untuk memberikan kesan yang baik terhadap diri pribadi anak tersebt
dan memberikan arahan bahwasannya motivasi belajar merupakan bagian yang
harus dicapai oleh guru.

Pada bagian pendahuluan, penulis menjelaskan mengenai pengertian dari


motivasi belajar dari beberapa ahli, bahwa Sudarwan (2002, hlm. 2) motivasi
diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau
mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk

13
mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Hakim (2007,
hlm. 26) mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak
yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan
tertentu Huitt,W. (2001) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status
internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat)
yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka
mencapai suatu tujuan. Ditambahkan Gray (Winardi, 2002) mengemukakan
bahwa motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal atau eksternal
bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan
persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu (Suprihatin,
2015).

Penulis mengemukakan bahwa hasil yang tertera pada rekapitulasi pola asuh
orang tua terhadap motivasi yakni condong pada pola asuh tipe demokratis yang
dominan diterapkan oleh orang tua, sedangkan menurut Wibowo dan Gunawan
(2015: 62) mengatakan bahwa “pola asuh permisif adalah pola asuh yang
membebaskan anak namun tidak dalam pengawasan orang tua, bahkan kontrol
dan perhatian orang tua terhadap anak sangat kurang”. Anak dengan orang tua
yang menerapkan pola ini sangat berpengaruh terhadap motivasi belajarnya. Saat
observasi berlangsung anak tersebut terlihat kurang semangat dan lebih suka
menyendiri. Hal ini disebabkan orang tua menerapkan pola asuh acuh tak acuh
dengan pendidikan anak karena sibuk bekerja dan mengasuh dua anak yang masih
kecil. Faktor yang mempengaruhi pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dilihat
dari latarbelakang pendidikan orang tuanya, selain itu keterlibatan orang tua
terhadap anak kurang. Dan adapun pola asuh orang tua tipe otoriter yakni orang
tua sangat dominan dalam kekuasaan dan kontrol terhadap tingkah laku kepada
anak sangat ketat.

14
LAMPIRAN-LAMPIRAN

15
16
JP2, Vol. 3 No. 2, Tahun 2020, pp. 191-198
p-ISSN : 2614-3909 e-ISSN : 2614-3895

Korelasi Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Sikap Religius


L.P.E.Septiani1, I K. Sudarma2, I K. Dibia3

1,3
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP, Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
2
Prodi Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: ersaputu28@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan
sikap religius. Dalam penelitian ini, Terdapat tiga jenis pola asuh yang akan diteliti, yaitu
pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas V SD dengan jumlah sampel sebanyak 132 siswa yang ditentukan
menggunakan teknik proportional random sampling. Pengumpulan data pola asuh orang
tua dan sikap religius siswa diperoleh melalui kuesioner. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Uji hipotesis dalam
penelitian ini adalah teknik analisis korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa (1) terdapat hubungan positif antara pola asuh orang tua tipe demokratis dengan
sikap religius Siswa Kelas V SD, yang dibuktikan dengan rxy hitung (0.99) > rtabel (0.143)
yang berarti terdapat hubungan yang signifikan dengan kategori hubungan sangat kuat
dengan kontribusi sebesar 98%, (2) terdapat hubungan positif antara pola asuh orang tua
tipe permisif dengan sikap religius, dibuktikan dengan rxy hitung (0.58) > rtabel (0.143) yang
berarti terdapat hubungan yang signifikan dengan kategori hubungan cukup dengan
kontribusi sebesar 34%, dan (3) terdapat hubungan positif antara pola asuh orang tua tipe
otoriter dengan sikap religius yang dibuktikan dengan rxy hitung (0.79) > rtabel (0.143)
bermakna terdapat hubungan signifikan dengan kategori hubungan kuat dengan kontribusi
sebesar 62%. Jadi, pola asuh orang tua yang paling dominan adalah pola asuh orang tua
tipe demokratis. Hasil penelitian memberikan simpulan yaitu terdapat hubungan antara
pola asuh orang tua dengan sikap religius Siswa Kelas V SD. Saran dalam penelitian ini,
hendaknya dalam kegiatan pembelajaran guru selalu memupuk sikap religius dengan cara
tetap mengawali kegiatan dengan berdoa yang baik sehingga terjadi pembiasaan pada
anak untuk menunjukaan sikap religius yang baik.

Kata kunci: pola asuh, sikap religius

Abstract
This purpose of research to find the relation between parenting with religious attitudes. This
study, there are three types of parenting to be investigated, namely authoritarian,
democratic, and permissive parenting. The populations in this study were all of V grade
students in VI Widyastawa cluster Elementary School with a sample size of 132 students
who were determined using a proportional random sampling technique. Data collection on
parenting and religious attitudes of students was obtained through a questionnaire.
Descriptive analysis techniques are used in this study as Data analysis techniques. The
product-moment correlation analysis technique is used for testing the hypothesis in this
study. The results showed (1) there was a positive relation between parenting style of
democratic type parents with religious attitudes of Grade V Students of VI Widyastawa
Cluster Elementary School, as evidenced by the correlation coefficient of rxy arithmetic
(0.99) > rtabel (0.143), which means there was a relation which was significant with a very
strong relationship category with a contribution of 98%, (2) there was a positive relation
between parenting permissive type of parents with religious attitude as evidenced by the
correlation coefficient of rxy arithmetic (0.58)> rtabel (0.143) which means there is a
significant relationship with a sufficient relation category with a contribution of 34%, and (3)
there is a positive relation between parenting authoritarian parents with a religious attitude
as evidenced by the correlation coefficient of rxy arithmetic (0.79)> rtabel (0.143) which

Received 19 April 2020, Accepted 19 Juni 2020; Available online 5 Juli 2020
Copyright © Universitas Pendidikan Ganesha. All rights reserved.
Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran | 191
JP2, Vol. 3 No. 2, Tahun 2020, pp. 191-198
p-ISSN : 2614-3909 e-ISSN : 2614-3895

means there is a significant relation with a strong relationship category with a contribution
of 62%. So, the most dominant parenting pattern is democratic parenting style. Based on
the results of research and discussion, it can be concluded that there is a relation between
parenting style and religious attitudes of V Grade. Suggestions in this study, teachers
should always foster religious attitudes in learning activities by continuing to initiate
activities by praying well so that it makes it habitual for children to show good religious
attitudes.

Keywords: parenting, religious attitude

1. Pendahuluan
Pendidikan akan berkembang terus-menerus mengikuti tuntutan dan tantangan masa
depan. Pendidikan berperan penting dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki untuk
mendapatkan hasil yang baik. Pengembangan potensi dan karakter bertujuan untuk
menjadikan pribadi beriman serta berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Membentuk
karakter peserta didik perlu upaya-upaya pemerintah dalam memenuhi sesuatu yang
dicanangkan. Upaya yang telah dilakukan untuk membentuk watak anak adalah melalui
penanaman karakter. Penanaman karakter perlu dukungan penerapan dalam pembelajaran.
Penanaman karakter yang harus dibangun dalam pembelajaran mencakup 18 karakter
diantaranya adalah sikap religus.
Sikap religius dipandang sebagai wujud ketaatan dalam mengimplementasikan ajaran
agama yang dianut, memiliki toleransi untuk menciptakan hidup harmonis (Yaumi, 2016).
Pengimplemtasian nilai religius diperlukan pengarahan, bimbingan dan pendampingan.
Sehingga, sikap religius pada anak itu dapat berkembang dengan baik berdasarkan hati nurani
tanpa adanya tekanan dan paksaan. Sejalan dengan hal tersebut bahwa terdapat faktor-faktor
yang memengaruhi pembentukan sikap religius pada anak salah satunya adalah keluarga.
Reiss (dalam Lestari, 2012) mendefinisikan keluarga sebagai suatu fungsi utama dalam
sosialisasi pembentukan generasi baru yang didalamnya berbentuk kelompok kecil yang
terstruktur dalam pertalian keluarga. Darmadi (2019) menyatakan bahwa keluarga sebagai
tempat utama yang bepengaruh dominan. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat dirangkum
keluarga sebagai tempat utama yang terstruktur dan akan berpengaruh dominan bagi anak.
Wibowo (2012) yang menyatakan bahwa keluarga memiliki kontribusi besar dalam
berhasilnya pembentukan karakter yang dapat dilihat dari aspek kuantitas waktu, lingkungan
keluarga berkontribusi sekitar 70 persen di luar pendidikan formal. Melihat hal tersebut, bahwa
keluarga bertanggung jawab besar terhadap berhasilnya pembentukan karkter anak yang
didukung salah satunya oleh faktor yaitu parenting style.
Keberhasilan penanaman nilai karakter dalam keluarga disesuiakan pada pola asuh
yang diterapkan. Pola asuh dipandang sebagai cara interaksi dalam membimbing dan
mengarahkan perkembangan pengetahun, sikap, dan keterampilan anak. Dengan demikian,
pola asuh yang tepat mendukung pengembangan sikap anak.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang berlangsung pada tanggal 19-23 Oktober
2019 bersama guru-guru di lima SD gugus VI Kecamatan Gerokgak yang berlokasi di Desa
Pemuteran, ditemukan data-data yang menunjukkan erat kaitannya dengan pola asuh
orangtua dengan sikap religius siswa masih rendah. Rendahnya sikap religius disebabkan
oleh salah satu faktor yaitu pola asuh orangtua.
Pola asuh orang tua yang diberikan, bepengaruh pada keberhasilan perwujudan sikap
religius. Rendahnya sikap religius disebabkan oleh salah satu faktor yaitu pola asuh orang
tua.. Fakta-fakta terkait sikap religius siswa rendah dapat dilihat dari ketidaktaatan siswa
dalam beribadah dan kurangnya toleransi terhadap teman yang berbeda agama. Mengenai
ketidaktaatan siswa dalam beribadah, siswa dalam bersembahyang sering bercanda,
menggangu teman yang bersembahyang, dan menciptakan keributan saat bersembahyang.
Sedangkan, kurangnya toleransi terhadap teman yang berbeda agama dapat dilihat dari
kebiasaan mengejek teman yang berbeda agama, menjelekkan agama yang berbeda dengan
yang dianut, dan menjauhi teman yang berbeda agama.

Septiani1, Sudarma2, Dibia3 / Korelasi Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Sikap Religius | 192
JP2, Vol. 3 No. 2, Tahun 2020, pp. 191-198
p-ISSN : 2614-3909 e-ISSN : 2614-3895

Permasalahan tersebut harus segera dapat diatasi supaya tidak berkelajutan dan
pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif. Upaya yang tepat dalam memperbaiki
masalah sikap religius masih rendah dengan mengkaji dan memperbaiki pola asuh orang tua
supaya tidak menimbulkan masalah-masalah baru.
Berdasarkan masalah di atas, maka diangkat judul untuk mengkaji masalah tersebut
dalam sebuah penelitian yang berjudul “Korelasi Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap
Religius Siswa Kelas V pada SD Gugus VI Widyastawa Kecamatan Gerokgak Tahun
Pelajaran 2019/2020.

2. Metode
Tempat dilaksanakan penelitian ini di SD Gugus VI Widyastawa Kecamatan
Gerokgak meliputi lima sekolah dasar dengan jumlah populasi sebanyak 155 siswa.
Hubungan antara pola asuh orang tua dengan sikap religius dapat dibuat pola
hubungan antar variabel seperti Gambar 1.

Gambar 1. Pola Hubungan Variabel Penelitian

(Sumber: Sugiyono, 2006:255)


Keterangan:
X1 : tipe demokratis
X2 : tipe permisif
X3 : tipe otoriter
Y : sikap religius
: hubungan

Penentuan sampel diperoleh melalui teknik proportional random sampling.


Berdasarkan perhitungan tersebut, sampel diperoleh sebanyak 132 siswa. Pola asuh
orang tua sebagai variabel bebas sedangkan sikap religius sebagai variabel terikat.
Kuesioner digunakan sebagai instrumen pengumpulan data dalam memperoleh data
pola asuh orang tua dan sikap religius. Hasil validitas yang diperoleh dibandingkan dengan
kriteria validitas isi yang menunjukkan bahwa 33 butir pernyataan instumen pola asuh orang
tua dan 35 butir pernyataan instrumen sikap religius telah lulus uji pakar/judges dengan tingkat
validitas isi sangat tinggi, yaitu 1,00. Hasil validitas empirik instrumen pola asuh orang tua
dinyatakan valid berjumlah 30 pernyataan atau 90.9%. Instrumen sikap religius dapat
dinyatakan valid sebanyak 31 butir pernyataan atau 88.6%. Pengujian relibilitas menggunakan
rumus Alpha Cronbach, didapatkan reliabilitas angket pola asuh orang tua sebesar 0,60
apabila dibandingkan dengan koefisien reliabilitas memiliki kategori reliabilitas tinggi.
Sedangkan, hasil uji reliabilitas angket sikap religius didapatkan sebesar 0,63 apabila
dibandingkan dengan koefisien reliabilitas memiliki kategori reliabilitas tinggi.
Penelitian ini menggunkan teknik analisis statistik destriptif. Uji prasyarat meliputi uji
normalitas, uji linieritas serta uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan dengan korelasi product
moment.

Received 19 April 2020, Accepted 19 Juni 2020; Available online 5 Juli 2020
Copyright © Universitas Pendidikan Ganesha. All rights reserved.
Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran | 193
JP2, Vol. 3 No. 2, Tahun 2020, pp. 191-198
p-ISSN : 2614-3909 e-ISSN : 2614-3895

3. Hasil dan Pembahasan


Hasil penelitian ini memuat data mengenai pola asuh orang tua dan data sikap religius
yang diperoleh melalui kuesioner. Tabel hasil analisis deskriptif dapat disajikan sebagai
berikut.

Tabel 1 Hasil Analisis Deskriptif


Variabel Tipe Tipe Permisif Tipe Otoriter Sikap Religius
Demokratis
N 132 132 132 132
Mean 33.8 35.15 32.15 97.2
Standar 11.55 11.25 11.4 21.6
Deviasi
Minimum 10 12 10 61
Maksimum 50 50 50 138

Berdasarkan hasil perhitungan analisis statistik deskriptif, diperoleh rerata pola asuh tipe
demokratis sebesar 33.8 menunjukkan kategori sedang. Sedangkan, rerata pola asuh tipe
permisif diperoleh sebesar 35.15 yang berada pada kategori sedang, dan rerata pola asuh
orang tua tipe otoriter diperoleh sebesar 32.15 yang berada pada kategori sedang, serta rerata
sikap religius diperoleh sebesar 97.2 yang berada pada kategori sedang.
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, data penelitian harus berdistribusi normal dan
linier. Di bawah ini akan disajikan sebagai berikut.

Tabel 2 Hasil Uji Normalitas


2 2
Variabel hitung tabel Status
Pola Asuh Orang Tua Tipe 24.24 158.71 Normal
Demokratis
Pola Asuh Orang Tua Tipe Permisif 23.11 158.71 Normal
Pola Asuh Orang Tua Tipe Otoriter 23.85 158.71 Normal
Sikap Religius 19.7 158.71 Normal

Hasil perhitungan normalitas dengan menggunakan teknik Chi-Square, kriteria yang


berlaku apabila 2hitung > 2tabel maka data tersebut berdistribudi normal. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa pola asuh orang tua tipe demokratis, pola asuh orang tua tipe permisif,
pola asuh orang tua tipe otoriter, dan sikap religius tergolong normal.
Setelah data berdistribusi normal, dilanjutkan uji linieritas berbantuan SPSS 22. Hasil uji
linieritas disajikan pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Hasil Uji Linieritas


Variabel Sig. Deviation Taraf Status
From Linearity Signifikansi
Pola Asuh Orang Tua Tipe Demokratis 0.723 0.05 Linier
Pola Asuh Tipe Permisif 0.953 0.05 Linier
Pola Asuh OrangTua Tipe Otoriter 0.170 0.05 Linier

Uji linieritas data dianalisis dengan menggunakan teknik statistik Test of Linearity.
Hubungan linieritas ditunjukkan pada nilai signifikansi deviation from linearity. Nilai signifikansi
yang diperoleh lebih besar dari 0.05, hubungan dikatakan linier. Berdasarkan Tabsel 3,
variabel X1, X2, dan X3 > 0.5, sehingga variabel dalam penelitian ini linier.
Setelah data linier, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis
ditentukan menggunakan teknik korelasi product moment. Pada Tabel 4 disajikan hasil uji
hipotesis sebagai berikut.

Septiani1, Sudarma2, Dibia3 / Korelasi Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Sikap Religius | 194
JP2, Vol. 3 No. 2, Tahun 2020, pp. 191-198
p-ISSN : 2614-3909 e-ISSN : 2614-3895

Tabel 4 Hasil Uji Hipotesis


Variabel rxy hitung r tabel
Pola Asuh Orang Tua TipeDemokratis 0.99 0.143
PolaAsuh Orang Tua Tipe Permisif 0.58 0.143
Pola Asuh Orang Tua Tipe Otoriter 0.79 0.143

Berdasarkan tabel 4, dapat dideskripsikan hubungan pola asuh orang tua dengan sikap
religius sebagai berikut, pola asuh orang tua tipe demokratis sebesar 0.99, pola asuh orang
tua tipe permisif sebesar 0.58 dan pola asuh orang tua otoriter sebesar 0.79.
Pengujian hipotesis pertama, yaitu pola asuh tipe demokratis (X 1) terhadap sikap religius
(Y), didapatkan nilai rxy sebesar 0.99 dan sumbangan efektif sebesar 98%. Berdasarkan hasil
perhitungan persamaan garis regresi, dapat ditentukan persamaan berikut. Y ̂ = 40.1 + 1.77X.
Persamaan tersebut menunjukkan 𝑎 = 40.1 bermaknai pola asuh orang tua tipe demokratis
(X). Sedangkan, b = angka koefisien regresi yang bernilai 1.77, angka koefisien bermakna
bahwa setiap pola asuh orang tua tipedemokratis bertambah sebesar 1%, maka sikap religius
siswa kelas V SD Gugus VI Widyastawa Kecamatan Gerokgak Tahun Pelajaran 2019/2020
akan meningkat sebesar 1.77. Berdasarkan hal tersebut, terdapat korelasi positif yang
signifikan antara pola asuh orangtua tipe demokratis dengan sikap religius siswa kelas V SD
Gugus VI Widyastawa Kecamatan Gerokgak.
Pola asuh tipe demokratis memberikan sumbangan paling besar dalam hasil penelitian.
Hal tersebut menun jukkan, pola asuh tipe demokratis paling dominan terhadap siswa kelas V
SD Gugus VI Widyastawa Kecamatan Gerokgak. Besarnya kontribusi polaasuh orang tua tipe
demokratis disebabkan karena dalam penerapan pola asuh tipe demokratis, anak selalu
diberikan bimbingan serta pengarahan terkait perilaku yang diperbuat anak, dan pemberian
kebebasan untuk anak melakukan apapun dengan batasan-batasan tertentu. Sehingga, anak
merasa dihargai untuk mengembangkan perilaku yang baik.
Pengarahan dan bimbingan tersebut salah satunya dalam pembentukan sikap religius
anak. Dalam pembentukan sikap religius anak dibimbing dan diarahkan untuk berdoa dengan
sikap yang benar, toleransi terhadap orang yang berbeda agama untuk menciptakan hidup
rukun dan harmonis. Orang tua yang selalu memberikan pengarahan tentunya akan
memberikan dampak pada kebiasaan anak untuk melakukan hal tersebut. Sehingga,
menjadikan anak tersebut terarah ke perkembangan yang positif salah satunya sikap religius.
Pola asuh demokratis lebih menekankan aturan terkait dengan pemahaman tidak
dengan tekanan dan paksaan. Dengan demikian, orang tua berkesempatan untuk
memberikan pengarahan dan bimbingan untuk mewujudkan prilaku dan pribadi yang baik.
Terkait dengan hasil penelitian, pengembangan sikap religius, mandiri, dan tanggungjawab
lebih didukung oleh orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis sehingga pola asuh ini
lebih tepat dalam membentuk karakter anak (Wibowo, 2012).
Untuk mendidik anak supaya memiliki sikap religius dengan menyenangkan tanpa ada
perasaan tertekan, keluarga harus mendidik anak dengan cara menuntun, mengarahkan
sekaligus mendampingi anak dalam melaksanakan perwujudan sikap religius. Sehingga sikap
religius pada anak itu dapat berkembang dengan baik berdasarkan hati nurani tanpa adanya
tekanan dan paksaan. Senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susilawati (2018)
bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dan pola asuh demokratis
dengan perkembangan moral dengam loefisien rx12y = 0.436 dengan p = 0.000, dan nilai
kontribusi sebesar 19.0%.
Pengujian hipotesis yang kedua yaitu pola asuh tipe permisif (X 2) terhadap sikap religius
(Y), didapatkan nilai rxy sebesar 0.58 dan diperoleh kontribusi sebesar 34%. Berdasarkan hasil
perhitungan persamaan garis regresi, dapat ditentukan persamaan garis regresi sebagai
berikut. ̂
Y = 57.8 + (1.09)X. Persamaan garis regresi tersebut menunjukkan 𝑎 = 57.8 yang
berarti pola asuh tipe permisif (X). Sedangkan, b = angka koefisien regresi yang bernilai 1.09,
angka koefisien regresi bermakna bahwa setiap penambahan 1% pola asuh tipe permisif,
maka sikap religius siswa kelas V SD Gugus VI Widyastawa Kecamatan Gerokgak Tahun

Received 19 April 2020, Accepted 19 Juni 2020; Available online 5 Juli 2020
Copyright © Universitas Pendidikan Ganesha. All rights reserved.
Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran | 195
JP2, Vol. 3 No. 2, Tahun 2020, pp. 191-198
p-ISSN : 2614-3909 e-ISSN : 2614-3895

Pelajaran 2019/2020 akan mengalami peningkatan sebesar 1.09. Koefisien regresi


menunjukkan nilai (+). Berdasarkan hal tersebut, pola asuh tipe permisif berkorelasi positif
terhadap sikap religius siswa kelas V SD Gugus VI Widyastawa Kecamatan Gerokgak Tahun
Pelajaran 2019/2020.
Pola asuh tipe permisif memberikan sumbangan efektif paling kecil dibandingkan
dengan pola asuh orangtua tipe demokratis dan pola asuh tipe otoriter. Hal tersebut terjadi,
karena orang tua yang menerapkan polaasuh tipe permisif lebih menekankan pada pemberian
kebebasan dalam berbuat apapun. Pemberian kebebasan tersebut dapat berpengaruh pada
karakter anak salah satunya pada sikap religius.
Sikap religius perlu ditumbuhkan pada anak sejak dini. Sikap religius dipandang sebagai
ketaatan sesorang dalam menjalankan ajaran agamanya untuk mewujudkan hubungan yang
harmonis dalm kehidupan sehari-hari. sikap religius akan menggambarkan nilai-nilai
religiusitas yang diperoleh melalui pengarahan dan bimbingan dalam kehidupan sehari-hari
melalui pola asuh orang tua.
Penerapan pola asuh permisif lebih dominan pada anak, orang tua memperbolehkan
anak dalam melakukan apapun sesuai dengan keinginannya. Mereka yang mampu
memanfaatkan dengan baik kebebasan dalam pola asuh permisif pemberian orang tua, tentu
akan menjadi pribadi dewasa dan bertanggung jawab. Dariyo (2016) menyatakan bahwa anak
yang diberikan kebebasan dapat menumbuhkan kembangkan sikap positif yaitu sikap religius
dan nasionalisme.
Berdasarkan hal tersebut, bahwa semakin kuat penerapan pola asuh permisif maka
semakin terjadi peningkatan pada sikap religius anak. Hasil penelitian ini senada dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Asri yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara
pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif dengan perkembangan nilai moral agama.
Pengujian hipotesis yang ketiga yaitu pola asuh tipe otoriter (X 3) terhadap sikap religius
(Y), diperoleh nilai rxy sebesar 0.79 dengan sumbanganefektif sebesar 62%. Berdasarkan hasil
perhitungan persamaan garis regresi, dapat ditentukan persamaan sebagai berikut. Y ̂=
47.7 + 1.42X. Persamaan garis regresi tersebut menunjukkan 𝑎 = 47.7 yang bermakna pola
asuh tipe otoriter (X). Sedangkan, b = angka koefisien regresi yang bernilai 1.42, angka
koefisien regresi ini bermakna setiap peningkatan 1% pola asuh orang tua tipe otoriter, maka
sikap religius siswa kelas V SD Gugus VI Widyastawa Kecamatan Gerokgak Tahun Pelajaran
2019/2020 akan meningkat sebesar 1.42. Koefisien regresi menunjukkan nilai (+).
Berdasarkan hal tersebut, bahwa pola asuh orang tua tipe otoriter memberikan pengaruh
positif terhadap sikap religius siswa kelas V SD Gugus VI Widyastawa Kecamatan Gerokgak
Tahun Pelajaran 2019/2020.
Pola asuh tipe otoriter memberikansumbangan sebesar 62% terhadap sikap religius. Hal
tersebut disebabkan oleh pemberian pengawasan ketat terhadap perilaku anak, orang tua
sering menghukum jika anak tidak patuh terhadap perintah dan keinginannya, dan orang tua
memiliki kekuasaan yang dominan dibandingkan anak. Hal tersebut senada dengan pendapat
Wibowo (2012) karakteristik pola asuh otoriter orang tua memiliki kekuasan amat tinggi,
pengwasan terhadap tingkah laku anak sangat ketat; dan pemberian hukuman apabila anak
tidak tunduk pada perintahnya.
Berdasarkan hal tersebut, dalam penerapan pola asuh orang tua tipe otoriter orang tua
melakukan control/pengawasan pada perilaku anak dengan sangat ketat salah satunya pada
sikap religius. Impelementasi pola asuh otoriter dalam membentuk sikap religius orangtua
harus mampu menjadi contoh teladan bagi anaknya dan akan memberikan hukuman jika anak
tidak mematuhi perintahnya. Hal tersebut didukung oleh pendapat Kurniawan (2013)
menyatakan bahwa sikap religius akan dapat berkembang pada anak apabila orang tua
mampu menjadi contoh teladan, sehingga orang tua akan dituruti perintahnya. Sejalan dengan
hal tersebut, bahwa erat hubungannya antara pola asuh orang tua tipe otoriter dengan
pembentukan sikap religius.
Orang tua menerapkan pola asuh otoriter dalam pembentukan sikap religius akan
memberikan pengawasan yang sangat ketat, sehingga anak memang benar-benar melakukan
sikap religius seperti berdoa tepat waktu, berdoa dengan sikap yang benar, dan selalu
menghargai orang yang berbeda maupun seagama. Tujuannya, supaya anak disiplin dan

Septiani1, Sudarma2, Dibia3 / Korelasi Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Sikap Religius | 196
JP2, Vol. 3 No. 2, Tahun 2020, pp. 191-198
p-ISSN : 2614-3909 e-ISSN : 2614-3895

bersungguh-sungguh dalam menjalankan ajaran agama yang dianutnya yang berkaitan


dengan wujud bakti kepada Tuhan dan sesama. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian
yang dilakukan oleh Putri dan Noviekayati (2015) menunjukkan pengasuhan cenderung
otoriter yang diterapkan dengan tujuan agar anak belajar agama dengan sungguh-sungguh,
mengingat ajaran agama dan nilai yang ada didalamnya sangat luhur yang bersumber dari
Tuhan, sehingga dibutuhkan kedisiplinan dalam mempelajari, menghayati, dan
menerapkannya. Berdasarkan hal tersebut, semakin sering penerapan pola asuh tipe otoriter
pada anak, sikap religius semakin meningkat.

4. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang
signifikan antara pola asuh orang tua dengan sikap religius yang dibuktikan oleh pengujian
hipotes I diperoleh rxy hitung sebesar (0.990 > rtabel (0.143) yang berarti terdapat hubungan
sangat kuat antara pola asuh orang tua tipe demokratis dengan sikap religius Siswa Kelas V
SD Gugus VI Widyastawa Kecamatan Gerokgak. Pengujian hipotesis II diperoleh rxy sebesar
(0.58) > r tabel (0.143) yang berarti terdapat hubungan cukup antara pola asuh tipe permisif
dengan sikap religius Siswa Kelas V SD Gugus VI Widyastawa Kecamatan Gerokgak.
Selanjutnya, pengujian hipotesis III diperoleh rxy sebesar (0.79) > r tabel (0.143) yang berarti
terdapat hubungan kuat antara pola asuh orang tua tipe otoriter dengan sikap religius Siswa
Kelas V SD Gugus VI Widyastawa Kecamatan Gerokgak. Berdasarkan hal tersebut, dalam
penelitian ini yang memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat dengan sikap religius adalah
pola asuh orang tua tipe demokratis.

Daftar Pustaka
Agung, A.A.G. 2014. Statistika Dasar Untuk Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.
Anggraini, dkk., (2017). “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kepribadian Siswa SMA di
Kota Bengkulu”. Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling. Vol. 1, No.1 (hlm. 13). Tersedia
pada: https://ejournal.unib.ac.id/index.php/j_consilia/article/viewFile/3978/2212.
Diakses, 19 Oktober 2019.
Asri, Sri. 2018. “Hubungan Pola Asuh Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini”. Jurnal Ilmiah
Sekolah Dasar. Vol. 2, No. 1 (hlm. 1-9). Tersedia pada:
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISD/article/view/13793. Diakses, 23 Januari
2020.
Dantes, N. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi.
Darmadi, Hamid. 2019. Pengantar Pendidikan Era Globalisasi. Jakarta: An1mage Team.
Fellasari dan Lestari. 2016.”Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Kematangan
Emosi Remaja”. Jurnal Psikologi. Vol. 12, No. 2 (hlm. 85). Tersedia pada:
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/psikologi/article/view/3234. Diakses, 20
Oktober 2019.
Gading, K., dkk. 2018.”Buku Ajar Belajar dan Pembelajaran”. Singaraja: Undiksha Press.
Karnangsyah. (2017). “Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Hasil Belajar Siswa dan
Implikasinya Terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling”. Jurnal EDUCATIO. Vol.
3, No.1 (hlm.1-9). Tersedia pada: http://www.jurnal.iicet.org/index.php/j-
edu/article/view/65/56. Diakses, 23 Januari 2020.
Koyan, W. 2012. Asesmen Dalam Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Press.
Kurniawan, Syamsul. (2013). “Pendidikan Karakter (Konsepsi & Implementasinya Secara
Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, & Masyarakat”.
Yogyakarta: AR-RUZZ Media
Netra, B. I. 1974. Statistik Inferensial. Surabaya: Usaha Nasional.
Rasyid, Harun, dkk.2007. Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima..

Received 19 April 2020, Accepted 19 Juni 2020; Available online 5 Juli 2020
Copyright © Universitas Pendidikan Ganesha. All rights reserved.
Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran | 197
JP2, Vol. 3 No. 2, Tahun 2020, pp. 191-198
p-ISSN : 2614-3909 e-ISSN : 2614-3895

Risthantri dan Sudrajat. (2015). “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Ketaatan
Beribadah dengan Perilaku Sopan Santun Peserta Didik”. Jurnal Pendidikan IPS. Vol. 2,
No.2 (hlm.192). Tersedia pada:
https://journal.uny.ac.id/index.php/hsjpi/article/view/7670. Diakses, 23 Januari 2020.
Sari dan Renggani. 2018. “Hubungan Pola Asuh Orangtua Dan Teman Sebaya Terhadap
Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas III SD”. Joyful Jurnal Learning. Vol. 7, No. 4 (hlm. 58).
Tersedia pada: file:///C:/Users/ACER/Downloads/23984-Article%20Text-69375-1-10-
20190501(1).pdf. Diakses, 18 Oktober 2019.
Setyawan, Budi. 2017. Pedoman Metodologi Penelitian (Statistika Praktis). Jakarta: Zifatama
Jawara.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sunarty, Kustiah. 2016. “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Kemandiriaan Anak”. Jurnal Of
Educational Science and Technology. Vol. 2, No. 3 (hlm. 152-160). Tersedia pada:
https://ojs.unm.ac.id/JEST/article/view/3214/1826. Diakses, 23 Januari 2020.
Susetyo. 2012. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama.
Tridhonanto, Al. 2014. Mengembangkan Pola Asuh Demokrtis. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berkpribadian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yauarti, Eka. 2018. “Pengaruh Sikap Religiusitas terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Masyarakat Kabupaten Rejang Lebong”. Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan.
Vol. 3, No.1 (hlm.12-15). Tersedia pada:
http://journal.staincurup.ac.id/index.php/JF/article/view/387. Diakses, 18 Oktober 2019.
Yaumi, Muhammad. 2014. Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar & Implementasi. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Septiani1, Sudarma2, Dibia3 / Korelasi Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Sikap Religius | 198
JP2, Vol 2 No 2, Tahun 2019
p-ISSN : 2614-3909 e-ISSN : 2614-3895

Analisis Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa


1 2 3
Tri Nur Fadhilah , Diana Endah Handayani , Rofian
1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Semarang
e-mail: trinur459@gmail.com, handayani.hitam@gmail.com, kotakomik.pian@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh
orang tua terhadap motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 01 Wonogiri Kabupaten
Pemalang tahun pelajaran 2018/2019. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Sampel dalam
penelitian ini adalah 6 siswa kelas IV. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu
observasi, wawancara dan dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pola asuh berbeda-beda yang
diterapkan orang tua. Pola asuh demokratis lebih banyak diterapkan oleh orang tua, menyusul
pola asuh otoriter dan permisif. 4 orang tua dengan pola asuh demokratis, 1 orang tua dengan
pola asuh otoriter dan 1 orang tua dengan pola asuh permisif. Siswa dengan pola asuh otoriter
dan demokratis mempuyai motivasi belajar yang baik dan cukup. Sedangkan siswa dengan
pola asuh permisif mempunyai motivasi yang kurang. Berdasarkan penelitian, dapat
disimpulkan bahwa pola asuh dan peran serta orang tua berpengaruh terhadap motivasi belajar
siswa.

Kata Kunci: Motivasi belajar siswa, pola asuh orang tua

Abstract
This study aims to find out how parenting is applied by parents to the learning motivation
of Grade IV students of SD Negeri 01 Wonogiri Pemalang Regency 2018/2019. This type of
research is qualitative. The sample in this study were 6 fourth grade students. Data collection
methods used are observation, interviews, and documents. The data analysis technique used is
descriptive analysis. The results showed that there were different parenting styles applied by
parents. Democratic parenting is more applied by parents, following authoritarian and
permissive parenting. 4 parents with democratic parenting, 1 parent with authoritarian parenting
and 1 parent with permissive parenting. Students with authoritarian and democratic parenting
have good and sufficient learning motivation. While students with permissive parenting have
less motivation. Based on the research, it can be concluded that parenting and parental
participation influence student learning motivation.

Keywords: Parenting parents, student's motivation to study

Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran | 249


JP2, Vol 2 No 2, Tahun 2019
p-ISSN : 2614-3909 e-ISSN : 2614-3895

1. Pendahuluan

Pasal 1 UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003 disebutkan bahwa Sistem Pendidikan


Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Berangkat dari bunyi pasal ini dapat diketahui bahwa
pendidikan adalah sistem yang merupakan suatu totalitas struktur yang terdiri dari komponen
yang saling terkait dan secara bersama menuju kepada tercapainya tujuan (Soetarno, 2003: 2).
Adapun komponen-komponen dalam pendidikan nasional antara lain adalah lingkungan,
sarana-prasarana, sumberdaya, dan masyarakat. Komponen-komponen tersebut bekerja
secara bersama-sama, saling terkait dan mendukung dalam mencapai tujuan pendidikan
(Munirah ,2015).
Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi manusia.Baik pendidikan formal
maupun non formal mampu membentuk kepribadian manusia lebih baik, sopan, cerdas, sukses,
bertanggungjawab dan membawa arah ke negara yang lebih maju lagi.Oleh karena pentingnya
pendidikan, banyak orang yang pergi keluar daerah bahkan ke luar negeri demi keberhasilan
pendidikan yang mereka inginkan.Salah satu faktor penting untuk berhasil dalam pendidikan
mampu belajar adalah motivasi belajar (Arumsari ,2017).
Keluarga merupakan beberapa individu yang tergabung dalam satu rumah tangga yang
sama karena hubungan darah. Di dalam keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak dalam suatu
unit masyarakat kecil. Menurut Soelaeman (dalam Djamarah, 2014: 19) mengatakan bahwa
“keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan
masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling
mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri”.
Orang tua dan anak adalah satu ikatan dalam jiwa. Setiap orang tua yang memiliki anak
selalu ingin memelihara, membesarkan, dan mendidiknya. Menurut Djamarah (2014: 44)
mengatakan bahwa orang tua dan anak dalam satu keluarga memiliki kedudukan yang
berbeda. Dalam pandangan orang tua, anak adalah buah hati dan tumpuan masa depan yang
harus dibimbing dan diasuh. Membimbing dengan cara membantu, melatih dan sebagainya,
dan mengasuh dalam arti menjaga dengan cara merawat, memelihara dan mendidiknya agar
menjadi anak yang cerdas.
Setiap orang tua mempunyai cara yang berbeda-beda untuk mendidik anak dalam
keluarga. Menurut Baumrind (dalam Wibowo & Gunawan, 2015: 62) ada tiga jenis pola asuh,
yaitu: 1) pola asuh otoriter; 2) pola asuh demokratis; dan 3) pola asuh permisif. Pola asuh
otoriter adalah pola asuh yang keras, orang tua cenderung memaksakan kehendak ke anak
tanpa banyak alasan. Ciri khas pola asuh ini diantaranya, orang tua sangat dominan dalam
kekuasan dan kontrol dari orang tua terhadap tingkah laku anak sangat ketat. Pola asuh
demokratis adalah pola asuh yang bertolak belakang dengan pola asuh otoriter. Orang tua
memberikan kebebasan pada anak dan mendorong anak untuk mandiri. Orang tua senantiasa
memberikan dorongan positif untuk membimbing anak ke arah yang lebih baik. Pola asuh
permisif adalah pola asuh yang membebaskan anak namun tidak dalam pengawasan orang
tua, bahkan kontrol dan perhatian orang tua terhadap anak sangat kurang. Kelebihan pola asuh
permisif ini anak bisa menentukan apa yang mereka inginkan. Namun, jika anak tidak dapat
mengontrol dan mengendalikan diri sendiri, mereka justru akan terjerumus ke hal-hal yang
negatif.
Penerapan pola asuh orang tua dapat mempengaruhi kebiasaan belajar siswa baik di
rumah maupun di sekolah. Karena orang tua merupakan guru pertama dan utama bagi anak.
Sebagai orang tua sudah seharusnya memberi bekal anaknya kelak untuk membentuk generasi
masa depan yang berkualitas. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 7 ayat 2 menyatakan bahwa “Orang tua dari
anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya”. Karena
pendidikan anak pada hakikatnya adalah tanggung jawab orang tua. Menurut Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 pasal 13 ayat 1 menyatakan bahwa “jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, informal, dan nonformal yang dapat saling melengkapi dan memperkarya”.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan sekolah. Pendidikan informal adalah pendidikan yang
ada di dalam keluarga. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan lingkungan atau
masyarakat.
Keberhasilan anak di sekolah harus didukung oleh perhatian orang tua. Orang tua
merupakan faktor eksternal yang mempunyai peranan utama dalam mendidik anak untuk
mencapai prestasi belajar melalui motivasi yang di berikan orang tua. Menurut Slameto (2010:
60) “cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya”. Orang

Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran | 250


JP2, Vol 2 No 2, Tahun 2019
p-ISSN : 2614-3909 e-ISSN : 2614-3895

tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, seperti tidak mendampingi anak belajar,
tidak tahu kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar, dan lain-lain, dapat menyebabkan
anak tidak berhasil dalam belajarnya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang orang
tuanya terlalu sibuk mengurus pekerjaan. Kurangnya perhatian orang tua akan mempengaruhi
prestasi belajar anak.
Menurut Slameto (2010: 54-60) faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi
dua yaitu, faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam
diri siswa (jasmaniah, psikologis, dan kelelahan). Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang
berasal dari luar (keluarga, sekolah dan masyarakat).
Salah satu faktor yang terdapat dalam diri siswa adalah motivasi belajar. Menurut
Sadirman (2005: 75) menyatakan “motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar mengajar dan yang memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai”. Siswa akan
mencapai keberhasilan apabila ada keinginan dalam dirinya untuk belajar. Siswa yang
mempunyai keinginan untuk belajar akan berpengaruh pada kegiatan belajar di sekolah.
Motivasi merupakan pendorong bagi mahasiswa untuk melakukan sesuatu. Motivasi
dapat medorong seseorang, sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu
pengetahuan tertentu. Tidak mungkin seseorang mau berusaha mempelajari sesuatu dengan
sebaik-baiknya jika ia tidak mengetahui betapa penting dan faedahnya hasil yang akan dicapai
dari belajarnya bagi dirinya (Purwanto, 2006). Dalam proses belajar pun minat sangat
diperlukan, sebab seseorang yang tidak memiliki minat belajar tidak mungkin melakukan
aktivitas belajar. Minat adalah “gejala yang tertarik pada sesuatu yang selanjutnya minat
seseorang akan mencerminkan tujuannya”. Apabila mahasiswa yang berminat terhadap suatu
pelajaran tertentu dapat dilihat dan diamati partisipasinya dalam menekuni pelajaran tersebut.
Minat ini memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya minat
maka ia tidak dapat menguasai pelajaran yang diberikan dosennya (Syardiansah ,2016).
Motivasi menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2007: 113) merupakan dorongan yang
membuat karyawan melakukan sesuatu dengan cara dan untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi dalam bahasa Inggris disebut motivation yang berasal dari bahasa latin movere yang
dimaksud menggerakkan (Palupi, 2014).
Sudarwan (2002:2) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan,
semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok
orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Hakim
(2007:26) mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang
menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu Huitt,W.
(2001) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang diartikan
sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif
bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan. Ditambahkan Gray (Winardi, 2002)
mengemukakan bahwa motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal atau
eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan
persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu (Suprihatin, 2015).
Berdasarkan observasi serta wawancara dengan guru kelas IV, hasil survei menunjukkan
bahwa siswa di kelas IV memiliki motivasi belajar yang sedang. Hal ini terlihat pada saat
pembelajaran berlangsung sebagian siswa kurang menunjukkan minatnya dalam proses
pembelajaran. Sebagian siswa lebih senang mengganggu temannya dan tidak memperhatikan
guru mengajar. Saat diberi tugas oleh guru, siswa sering sibuk sendiri sehingga tugas tidak
terselesaikan dengan cepat. Terdapat beberapa siswa yang kurang semangat dalam mengikuti
pelajaran. Pada saat pembelajaran di kelas, ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan
penjelasan dari guru dan dilihat dari hasil ulangan harian banyak siswa yang belum mencapai
KKM.
Kesadaran orang tua akan peran dan tanggung jawabnya selaku pendidik yang pertama
dan utama dalam keluarga sangat diperlukan. Beberapa faktor penyebab rendahnya motivasi
belajar siswa dapat dilihat latar belakang orang tua siswa yang berbeda-beda, baik dari segi
pekerjaan atau kesibukan, kondisi ekonomi dan lain-lain yang mempengaruhi kurangnya
perhatian kepada anak-anaknya sehingga anak dipasrahkan penuh ke pihak sekolah. Didukung
oleh Djamarah (2014: 52) menyatakan bahwa bervariasinya pola asuh itu dipengaruhi oleh latar
belakang pendidikan orang tua, mata pencaharian hidup, keadaan sosial ekonomi, adat istiadat,
suku bangsa, dan sebagainya. Secara umum pekerjaan orang tua siswa ada yang bekerja
sebagai guru tetapi mayoritas sebagai buruh, petani dan pedagang. Hal ini dapat berpengaruh

Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran | 251


JP2, Vol 2 No 2, Tahun 2019
p-ISSN : 2614-3909 e-ISSN : 2614-3895

dalam motivasi belajar, orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya anak akan mendapatkan
perhatian yang kurang dalam hal belajar. Berbeda dengan orang tua yang pekerjaannya tidak
terlalu sibuk, mereka akan ikut serta memantau anak pada saat belajar di rumah.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dan pola asuh orang tua
terhadap motivasi belajar siswa SD Negeri 01 Wonogiri Kabupaten Pemalang.

2. Metode

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan adalah
analisis deskriptif untuk menjelaskan peran dan pola asuh orang tua yang diterapkan terhadap
motivasi belajar siswa. Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan peran dan pola asuh orang
tua terhadap motivasi belajar siswa SD Negeri 01 Wonogiri Kabupaten Pemalang.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 6 siswa kelas IV beserta orang tuanya. Alasan
mengambil 6 sampel siswa tersebut karena berdasarkan data yang didapat dari guru mengenai
tingkat prestasi belajar siswa tersebut di sekolah. Teknik pengumpulan data dengan
menggunakan obervasi, wawancara dan dokumen.

3. Hasil dan Pembahasan

Dari Penelitian ini dilakukan mulai dari tanggal 5-10 April 2019 di SD Negeri 01 Wonogiri.
Berdasarkan hasil wawancara terdapat perbedaan motivasi antara siswa di kelas IV. Peneliti
mengambil sampel 6 siswa beserta orang tua dengan motivasi kategori tinggi, sedang dan
rendah.

Tabel 1. Rekapitulasi Pola Asuh orang tua terhadap motivasi belajar

Nama Pola Asuh Motivasi


Siswa Orang Tua Belajar
Haryo Demokratis Tinggi
Anisa Demokratis Tinggi
Dirli Otoriter Sedang
Yogida Demokratis Sedang
Siti Permisif Rendah
Vino Demokratis Rendah

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, dapat dijelaskan tentang bentuk-bentuk
pola asuh yang ditemui terhadap motivasi belajar siswa. Dari hasil yang ditemui di lapangan
dapat diketahui bahwa ada orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis, anak dari orang
tua yang menanamkan bentuk pola asuh demokratis dapat dilihat bahwa motivasi di kelas
termasuk kategori tinggi dan anak tersebut juga berprestasi di sekolah.
Berdasarkan hasil yang diperoleh juga ditemukan ada orang tua yang menerapkan pola
asuh otoriter, dimana pola asuh otoriter dapat menyebabkan kesulitan bagi anak untuk
bersosialisasi. Karena dalam mengasuh anak orang tua banyak memberikan larangan, perintah
dan harus disiplin.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan beberapa temuan dilapangan dapat dikatakan
bahwa bentuk pola asuh orang tua permisif kurang tepat digunakan. Karena dapat berdampak
buruk bagi anak yang berakibat motivasi di dalam kelas kurang. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan orang tua menerapkan bentuk-bentuk pola asuh diantaranya usia orang tua,
keterlibatan orang tua, pendidikan orang tua, pengalaman dalam mengasuh anak, stress orang
tu, dan hubungan suami isteri (Tridhonanto, 2014: 24-28). Selain itu juga disebabkan karena
faktor lingkungan dan budaya yang dapat mempengaruhi pola asuh.

Tabel 2. Latar Belakang Pendidikan dan Pekerjaan Orang Tua

Nama Siswa Latar Belakang Pekerjaan orang Tua


Pendidikan Orang Tua
Haryo S1 Guru
Anisa SMP Pedagang
Dirli SMA Pedagang

Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran | 252


JP2, Vol 2 No 2, Tahun 2019
p-ISSN : 2614-3909 e-ISSN : 2614-3895

Yogida SMA IRT


Siti SD Petani
Vino SMP Penjahit

Berdasarkan temuan yang diperoleh dilapangan, terhadap bentuk pola asuh demokratis
ada tiga orang tua yang sama-sama menerapkan pola asuh demokratis, dalam mengasuh anak
mereka memberikan kebebasan untuk melakukan sesuatu tetapi masih dalam pantauan orang
tua. Dari ketiga orang tua ini, ada salah satu dari anak mereka yang termasuk kategori memiliki
motivasi rendah. Hal ini disebabkan karena dalam tingkat kecerdasan dari anak kurang. Selain
itu perilaku anak di kelas saat pembelajaran tidak memperhatikan penjelasan dari guru dan
lebih suka berbicara serta bermain sendiri dengan teman sebangkunya. Apabila guru
memberikan tugas anak tersebut tidak mengerjakan tugas dengan segera dan sering terlambat
menyelesaikan tugas. Berbeda dengan dua anak yang orang tuanya menerapkan pola asuh
demokratis, mereka cenderung memiliki motivasi yang dikategorikan tinggi. Hal ini disebabkan
karena tingkat kecerdasan anak yang tinggi dan kebiasaan belajar di rumah maupun di sekolah.
Syamaun (2012: 28-29) mengemukakan bahwa “ciri tipe demokratis adalah menerima,
kooperatif, terbuka terhadap anak, mengajar anak untuk mengembangkan disiplin diri, jujur dan
ikhlas dalam menghadapi masalah anak-anak, memberikan penghargaan positif kepada anak
tanpa dibuat-buat, mengajarkan kepada anak untuk mengembangkan tanggung jawab atas
setiap perilaku dan tindakannya, bersikap akrab dan adil, tidak cepat menyalahkan,
memberikan kasih sayang dan kemesraan kepada anak”. Ciri-ciri orang tua yang seperti
ini merupakan refleksi dari kondisi kepribadian yang matang, dewasa, sehat dan normal. Pola
demokratis cenderung membebaskan anak melakukan kegiatan apa saja tetapi masih dalam
pendampingan dan pantauan dari orang tua.
Temuan penelitian yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan
terhadap orang tua dan anak, ada salah satu orang tua menerapkan pola asuh otoriter. Dalam
mengelola pola asuhnya beliau menerapkan dengan keras, disiplin, banyak aturan yang harus
dipatuhi oleh anak dan memberi hukuman ketika anak melanggar peraturan tersebut. hukuman
yang diberikan dapat berupa tidak diperbolehkan main dan keluar rumah. Faktor yang
mempengaruhi pola asuh orang tua adalah lingkungan. Karena anak mudah terpengaruh
terhadap lingkungan, maka orang tua menerapkan bentuk pola asuh otoriter. Menurut Wibowo
dan Gunawan (2015: 62) mengatakan bahwa “pola asuh otoriter adalah pola asuh yang keras,
orang tua cenderung memaksakan kehendak ke anak tanpa banyak alasan.
Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat jelas bahwa bentuk pola asuh demokratislah yang
paling dominan di terapkan oleh orang tua, walaupun ada orang tua yang menerapkan pola
asuh otoriter. Selain itu temuan penelitian yang diperoleh dari informan, ada orang tua yang
menerapkan pola asuh permisif. Menurut Wibowo dan Gunawan (2015: 62) mengatakan bahwa
“pola asuh permisif adalah pola asuh yang membebaskan anak namun tidak dalam
pengawasan orang tua, bahkan kontrol dan perhatian orang tua terhadap anak sangat kurang”.
Anak dengan orang tua yang menerapkan pola ini sangat berpengaruh terhadap motivasi
belajarnya. Saat observasi berlangsung anak tersebut terlihat kurang semangat dan lebih suka
menyendiri. Hal ini disebabkan orang tua menerapkan pola asuh acuh tak acuh dengan
pendidikan anak karena sibuk bekerja dan mengasuh dua anak yang masih kecil. Faktor yang
mempengaruhi pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dilihat dari latarbelakang pendidikan
orang tuanya, selain itu keterlibatan orang tua terhadap anak kurang.
Dari enam orang tua dan enam anak sudah terdapat latarbelakang pekerjaan, pendidikan
orang tua, karena bagaimanapun pola asuh dipengaruhi dengan faktor yaitu pekerjaan dan
pendidikan orang tua, lingkungan sekitar, dan sebagainya. Artinya, pekerjaan, pendidikan,
lingkungan sangat berpengaruh pada pola asuh. Jadi akan mengetahui pola asuh seperti apa
yang diterapkan orang tua berdasarkan pekerjaan, pendidikan orang tua dan lingkungan
sekitar. Dari macam-macam pola asuh itu dikaitkan dengan motivasi belajar anak. Selain itu
ada faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh yang di terapkan orang tua.
Sikap orang tua yang selalu memerhatikan kemajuan belajar anaknya, akan mendorong
anak untuk lebih semangat dalam belajar. Perhatian dan peran orang tua memang sangat
dibutuhkan oleh anak. Karena dalam usia ini, mereka belum mampu mandiri dalam segala hal,
termasuk dalam hal belajar.
Pola asuh yang dapat meningkatkan motivasi belajar yaitu demokratis. Karena
demokratis sifatnya bebas dalam arti memberikan kebebasan anak untuk bereksplorasi/
mengeksplorasi bakatnya, minatnya sehingga anak itu merasa bebas berprestasi dan tidak ada
tekanan. Tetapi demokratis juga ada kekurangan, kalau anak tidak pintar mengontrol diri maka

Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran | 253


JP2, Vol 2 No 2, Tahun 2019
p-ISSN : 2614-3909 e-ISSN : 2614-3895

anak menjadi liar. Jadi demokratis itu masih dalam pendampingan dan pantauan dari orang tua.
Menurut Thomas Gordon (dalam Syamaun, 2012: 28-29) mengatakan bahwa ciri-ciri orang tua
seperti ini merupakan refleksi dari kondisi kepribadian yang matang, dewasa, sehat, profuktif,
normal dan tidak mengalami hambatan.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan maka ditemukan hasil penelitian tentang
bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap motivasi belajar siswa kelas IV SD
Negeri 01 Wonogiri Kabupaten Pemalang. Hal ini tergambar dari hasil observasi dan
wawancara dengan orang tua dan anak, dimana bentuk pola asuh yang dominan diterapkan
oleh orang tua yaitu pola asuh demokratis. Selain bentuk pola asuh demokratis, ada juga yang
menerapkan pola asuh otoriter dan pola asuh permisif.

4. Simpulan dan Saran

Berdasarkan temuan hasil analisis penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
dari data hasil penelitian, peneliti menemukan tiga pola asuh yang diterapkan oleh orang tua
siswa yang menjadi fokus penelitian yaitu, pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola
asuh permisif. Pola asuh demokratis lebih banyak diterapkan oleh orang tua, menyusul pola
asuh otoriter dan permisif. Pola asuh dan peran serta orang tua berpengaruh terhadap motivasi
belajar siswa. Siswa dengan pola asuh otoriter dan demokratis mempuyai motivasi belajar yang
baik dan cukup. Siswa dengan pola asuh permisif mempunyai motivasi yang kurang.
Penerapan pola asuh yang baik dapat diwujudkan lewat perlakuan, perhatian,
pemenuhan kebutuhan, serta sikap orang tua dalam kehidupan sehari-hari dapat berpengaruh
terhadap prestasi belajar anak di sekolah. Jenis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua
dapat berpengaruh terhadap karakteristik anak dikemudian hari. Memberikan sikap yang positif,
perlakuan yang sesuai dari orang tua dalam mendidik anak, maka akan lebih mudah
meningkatkan motivasi anak dalam belajar.
Berdasarkan hasil penelitian saran yang dapat disampaikan bagi orang tua dapat
memberikan pola asuh yang tepat dan memberi perhatian serta dukungan penuh terhadap
kegiatan positif anak agar anak menjadi lebih termotivasi lagi dalam belajranya, sehingga anak
dapat mengembangkan bakat yang dimilikinya. Bagi siswa, dapat menjadi bahan masukan bagi
siswa agar lebih giat lagi dalam mengikuti pembelajaran agar mencapai suatu prestasi. Bagi
guru, dapat memberikan informasi bahwa peran oran tua mempunyai pengaruh yang positif
terhadap motivasi belajar siswa dan dapat bekerja sama dengan orang tua siswa dalam
memberikan bimbingan serta arahan kepada anak didiknya agar mencapai keberhasilan.

Daftar Pustaka

Arumsari ,Rindang (2017). Perbedaan Motivasi Belajar Antara Siswa Yang Berasal Dari Jawa
Dan Dari Papua Di Sman 1 Kediri Tahun Ajaran 2016/ 2017 . Jurnal Simki-Pedagogia
Vol. 01 No. 01 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga. Jakarta:
Rineka Cipta.

Hidayah, Siti Tsaniyatul. 2012. “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Motivasi Belajar
Siswa Kelas V MI Negeri Sindutan Temon Kulon Progo”. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.

Idrus, Ali. 2012. “Pola Asuh Orang Tua dalam Memotivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal
Sekolah Dasar. Pada tanggal 23 Oktober 2018 pukul 16.01 WIB.

Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, UU No.20 Tahun 2003. Jakarta:


Sekertariat Negara.

Indonesia. Undang-Undang Perlindungan Anak, UU No.35 Tahun 2002. Jakarta: Sekertariat


Negara.

Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran | 254


JP2, Vol 2 No 2, Tahun 2019
p-ISSN : 2614-3909 e-ISSN : 2614-3895

Is, Jun Musnadi. 2017. “Analisis Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Sosialisasi
Remaja Di Sma Negeri 1 Kaway Xvi Kabupaten Aceh Barat”. Pada tanggal 18 Oktober
2018 pukul 23.20 WIB.

Munirah (2015). SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA: antara keinginan dan realita . Jurnal
AULADUNA, VOL. 2 NO. 2 DESEMBER 2015

Novrinda, dkk. “Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini Ditinjau dari Latar Belakang
Pendidikan”. Jurnal Potensia. Pada tanggal 17 Desember 2018 pukul 12.35 WIB.

Palupi ,Retno (2014). Hubungan Antara Motivasi Belajar Dan Persepsi Siswa Terhadap Kinerja
Guru Dalam Mengelola Kegiatan Belajar Dengan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas Viii Di
Smpn N 1 Pacitan . Jurnal Teknologi Pendidikan Dan Pembelajaran Vol.2, No.2

Rofian. 2016. “Penerapan Metode Pembelajaran Demostrasi Pada Pendidikan Seni Rupa Di
Sekolah Dasar”. Jurnal MALIH PEDDAS. Pada tanggal 08 Mei 2019 pukul 21.34 WIB.

Sadirman, A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suprihatin, Siti (2015). Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa . Jurnal
Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro ISSN: 2442-9449
Vol.3.No.1

Syamaun, Nurmasyithah. 2012. Dampak Pola Asuh Orang Tua & Guru terhadap
Kecenderungan Perilaku Agresif Siswa. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Syardiansah (2016). Hubungan Motivasi Belajar dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar
Mahasiswa Mata Kuliah Pengantar Manajemen (Studi kasus Mahasiswa Tingkat I EKM A
Semester II) . Jurnal Manajemen Dan Keuangan, Vol.5, No.1, Mei 2016

Utami, Septi Nur. 2015. “Pola Asuh Orang Tua Siswa Berprestasi Di Kelas V SD Negeri
Sidakan Banaran Galur Kulon Progo Tahun Ajaran 2014/2015”. Skripsi. Universitas
Negeri Yogyakarta.

Wibowo, Agus; Gunawan. 2015. Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Widiasworo, Erwin. 2017. 19 Kiat Sukses Membangkitkan Motivasi Belajar Peserta Didik.
Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Zuliani, Yayu. 2018. “Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Pada
Siswa Kelas VIII di SMP PGRI 1 Ketapang Bakauheni Tahun Pelajaran 2017/2018”.
Skripsi. Universitas Lampung Bandar Lampung.

Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran | 255

Anda mungkin juga menyukai