Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
Abstrak
Permasalahan yang terjadi di TK Kecubung Desa Patas adalah menurunnya perilaku moral pada anak.
Ini terlihat dari rerata perkembangan moral selama dua tahun terakhir adalah 2,636% yang berada pada
kategori rendah. Rendahnya rata-rata perkembangan tersebut disebabkan karena kebebasan anak
dalam menonton televisi tanpa ada pengawasan dari orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan perkembangan perilaku moral pada anak kelompok B di TK Kecubung Desa
Patas Kecamatan Gerokgak melalui metode bercerita berbantuan media buku cerita bergambar. Desain
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus. Subjek pada penelitian
ini berjumlah 11 orang anak yang terdiri dari 6 anak perempuan dan 5 anak laki-laki. Variabel pada
penelitian ini adalah perkembangan perilaku moral dan untuk mengumpulkan data tentang variabel
tersebut digunakan metode observasi dengan menggunakan instrumen lembar observasi. Data yang
telah terkumpul dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan perilaku moral melalui kegiatan
bercerita pada anak kelompok B TK Kecubung Desa Patas Kecamatan Gerokgak Tahun ajaran
2013/2014. Hal ini terlihat dari rata-rata persen kemampuan nilai-nilai moral pada siklus I sebesar
63,60% yang berada pada kategori rendah. Rata-rata kemampuan nilai-nilai moral pada siklus II
meningkat menjadi 83,60% yang berada pada kategori tinggi, ini menunjukkan adanya peningkatan dari
siklus I ke siklus II sebesar 20,00%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa melalui metode bercerita
berbantuan dengan media buku cerita bergambar dapat meningkatkan perilaku moral pada anak usia
dini.
Abstract
The problems that occur in kindergarten Amethyst Patas village is declining moral behavior in children.
This is evident from the mean moral development during the last two years is 2.636% which is in the low
category. The low average is due to the development of the child the freedom to watch television without
any parental supervision. This study aims to determine the increase in the development of moral
behavior in children in the kindergarten group B Amethyst Patas village Gerokgak through storytelling
media aided picture books. The design of this study is action research by using two cycles. Subjects in
this study a total of 11 children consisting of 6 girls and 5 boys. Variable in this study is the development
of moral behavior and to collect data on the variables used observational methods using instruments
observation sheet. Collected data were analyzed with descriptive statistical analysis and quantitative
descriptive analysis method. The results showed that an increase in moral behavior through storytelling
activities for children kindergarten Amethyst group B Gerokgak Patas village school year 2013/2014. This
can be seen from the average percent capability of moral values in the first cycle of 63.60% which is at
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
the low category. The average ability of moral values in the second cycle increased to 83.60% which is at
the high category, this indicates an increase from cycle I to cycle II of 20.00%. It can be concluded that
through storytelling aided by the media picture books can improve moral behavior in early childhood.
Kegiatan belajar-mengajar dalam kelas berumur 5-6 tahun, yang merupakan masa
seharusnya membutuhkan suasana yang yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar
kondusif, agar anak-anak dapat belajar pengembangan pembiasaan salah satunya
semaksimal mungkin, namun pendidik sering peningkatan moral anak, pendidikan moral
menghadapi sikap dan perilaku yang yang baik harus di tanamkan dalam setiap
berlawanan dengan yang seharusnya, kehidupan anak agar dapat menjadi
seperti anak belum bisa membedakan mana kepribadian kelak, disamping itu moral juga
yang benar dan mana yang salah, tidak akan menjadi karakter yang akan
sabar saat menunggu giliran, tidak peduli membentuk sifat anak hingga mereka
dengan teman, tidak mau memberi dan dewasa.
meminta maaf, dan tidak terbiasa Metode yang diterapkan dalam
mengucapkan terima kasih ketika telah penelitian untuk mengajarkan nilai-nilai moral
dibantu. Akibatnya kegiatan menjadi adalah melalui metode cerita bergambar
terganggu dan waktu habis tersita untuk yang berisikan pesan tentang nilai-nilai moral
menghadapi masalah itu. Penelitian yang yang baik. Metode ini sangat berguna untuk
dilakukan tentang metode penanaman nilai meningkatkan perkembangan moral anak
moral untuk anak usia dini. usia dini. Kegiatan bercerita di TK Kecubung
Mukhamad Murdiono menyebutkan Desa Patas Kecamatan Gerokgak biasanya
bahwa pendidikan moral itu perlu hanya menonton, karena guru tidak
diperhatikan secara khusus pada anak diusia menggunakan media dalam bercerita
dini karena jika adat istiadat, kelakuan, sehingga anak kurang tertarik dalam
watak, tabiat, dan akhlak anak itu dididik baik mendengarkan cerita.
sejak dini maka akan sangat berpengaruh Oleh karena itu, penelitian yang akan
dimasa yang akan datang yaitu ketika anak dilakukan mencoba menggunakan metode
tumbuh dewasa. Hasil penelitian yang bercerita melalui media buku cerita
dilakukannya memberikan gambaran metode bergambar agar dapat mengatasi problem-
penanaman nilai moral yaitu melalui problem moral anak. Bercerita melalui media
bercerita, bermain, karyawisata, bernyanyi, buku cerita bergambar dipilih karena anak
outbond, pembiasaan, teladan, syair, dan senang dengan gambar-gambar seperti
diskusi. Dari beberapa metode yang tokoh-tokoh kepahlawanan, binatang, dan
digunakan tersebut yang paling sering tokoh dalam film-film kartun yang anak-anak
digunakan adalah bercerita dan pembiasaan. sukai. Dalam penelitian ini peneliti akan
Metode penanaman nilai moral bercerita dan memasukkan pesan moral agar segala
pembiasaan ternyata dapat berpengaruh permasalahan moral anak kelompok B TK
terhadap perubahan perilaku anak dari yang Kecubung Desa Patas Kecamatan Gerokgak
tidak baik menjadi baik. Pendidik sering dapat teratasi dengan baik. Sehingga anak
mengalami kesulitan menentukan strategi tidak lagi melakukan perbuatan yang negatif
dalam memberikan pendidikan moral karena saat pembelajaran di sekolah.
anak cenderung bertindak semaunya dan “Moral berasal dari kata latin yaitu
tidak mendengarkan ketika dinasehati. mores yang berarti tata cara, kebiasaan, dan
Mencermati permasalahan yang ada di adat. Perilaku moral berarti perilaku yang
kelas, guru perlu melakukan perbaikan sesuai dengan kode moral kelompok sosial.
proses pembelajaran agar kegiatan Perilaku tak bermoral ialah perilaku yang
pembelajaran bisa berlangsung efektif. tidak sesuai dengan harapan masyarakat.
Salah satu jalan keluar yang dilakukan Perilaku demikian bukan disebabkan
untuk memperbaiki proses pembelajaran dan ketidakacuhan atau harapan masyarakat,
memperbaiki perilaku anak adalah dengan melainkan ketidaksetujuan dengan standar
memberikan suatu kegiatan bercerita dengan sosial atau kurang adanya perasaan wajib
menggunakan buku cerita bergambar. menyesuaikan diri. Perilaku amoral lebih
Zainab (2012) pada penelitiannya yang disebabkan ketidakacuhan terhadap harapan
berjudul “pengingkatan perkembangan moral kelompok sosial daripada pelanggaran
anak melalui metode cerita bergambar di TK sengaja terhadap standar kelompok. Perilaku
lembah sari agam” menyebutkan bahwa TK anak kecil lebih pada amoral daripada tak
merupakan pendidikan anak usia dini bermoral” (Rosmala, 2005). Menurut Hurlock
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
(1978:75) pengertian moralitas adalah dengan kode moral kelompok sosial yang
perilaku yang sesuai dengan standar sosial dikendalikan konsep-konsep moral.
dan dilaksanakan dengan sukarela yang Peraturan perilaku yang telah menjadi
muncul bersamaan dengan peralihan kebiasaan bagi anggota suatu budaya yang
kekuasaan eksternal ke internal yang terdiri menentukan perilaku sesuai harapan seluruh
atas tingkah laku yang diatur dari dalam dan anggota kelompok.” Bentuk bentuk perilaku
disertai perasaan tanggung jawab pribadi moral anak usia dini adalah yang pertama
untuk tindakan masing-masing. Berdasarkan konsep benar dan salah, yang kedua mau
pengertian moral diatas dapat disimpulkan memberi dan meminta maaf, yang ketiga
bahwa anak-anak bermoral itu anak yang mau mengucapkan terima kasih, yang
berperilaku sesuai dengan adat, kebiasaan, keempat dapat menunjukkan simpati, yang
peraturan/nilai-nilai yang tidak terlepas dari kelima berbicara sopan, yang keenam peduli
perilaku baik dan buruk dalam menjalani dan mau menolong.
kehidupan dalam lingkungannya. Menurut Hurlock (1978:106) menyatakan
Piaget, “perkembangan moral terjadi dalam bahwa “dasar perilaku moral itu diletakkan
dua tahapan yang jelas. Tahap pertama pada awal hidup. Perilaku moral ialah
disebut tahap realisme moral atau moralitas perilaku yang memenuhi standar kelompok,
oleh pembatasan. Tahap kedua disebutnya tempat individu diidentifikasi”. Dari perilaku
tahap moralitas otonomi atau moralitas oleh moral diatas, yang akan diteliti adalah bentuk
kerja sama atau hubungan timbal balik.” perilaku dari Hurlock, seperti anak dapat
Dalam tahap pertama, perilaku anak membedakan tentang benar dan salah, mau
ditentukan oleh ketaatan otonomi terhadap memberi dan meminta maaf, mau
peraturan tanpa penalaran atau penilaian. mengucapkan terima kasih, sabar menunggu
Mereka menganggap orang tua dan semua giliran, dapat berbicara sopan, peduli dan
orang dewasa yang berwenang sebagai mau menolong orang lain. Dalam bentuk
maha kuasa dan mengikuti peraturan yang perilaku ini membahass tentang peraturan
diberikan pada mereka tanpa perilaku yang disetujia dalam anggota
mempertanyakan kebenarannya. Dalam kelompok.
tahap perkembangan moral ini, anak menilai Bentuk perilaku tersebut sangat
tindakan sbagai “benar” atau “salah” atas cocok dalam penelitian ini, yang berisi
dasar konsekuensinya dan bukan tentang sikap benar dan salah akibat proses
berdasarkan sama sekali mengabaikan dari sosialisasi anak dengan kelompoknya.
tujuan tindakan tersebut. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya
Tahap kedua perkembangan moral ini yang berbeda-beda tentang pengertian
bertepatan dengan “tahapan operasi formal” belajar dengan pandangan yang mereka
dari Piaget dalam perkembangan kognitif, anut. Menurut Ausubel (Asri, 2003:44)
tatkala anak mampu mempertimbangkan bahwa “proses belajar terjadi jika seorang
semua cara yang mungkin untuk mampu menganalisis menyatukan
memecahkan masalah tertentu dan dapat pengetahuan baru yang terjadi melalui
bernalar atas dasar hipotesis dan dalil. Ini tahap-tahap memperhatikan dengan
memungkinkan anak untuk melihat memperhatikan stimulus, memahami
masalahnnya dari berbagai sudut pandangan stimulus, memahami makna stimulus,
dan mempertimbangkan berbagai faktor menyimpan dan menggunakan informasi
untuk memecahkannya. Dari uraian diatas, yang sudah dipahami”.
peneliti menyimpulkan bahwa tahap-tahap Piaget (Dimyati dan mudjiono,
perkembangan moral adalah suatu tahapan 1994:13) berpendapat “belajar adalah
yang dicapai oleh setiap anak dimana anak kegiatan individu dalam melakukan interaksi
mulai belajar patuh pada aturan yang yang terus menerus dengan lingkungan,
berlaku. Melalui kegiatan bercerita dengan sehingga anak memperoleh pengetahuan
media buku cerita bergambar diharapkan dan mengalami perubahan serta
perilaku moral dapat diterapkan pada perkembangan fungsi inteleknya.” Dengan
penyajian isi cerita yang disampaikan demikian dapat disimpulkan bahwa
kepada anak. Menurut Hurlock (1978:75) pengertian belajar adalah suatu usaha yang
“perilaku moral adalah perilaku yang sesuai dilakukan seseorang dalam berinteraksi aktif
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan saat penerapan perilaku moral anak
ke dalam: a) tabel distribusi frekuensi, b) menggunakan media buku cerita bergambar
menghitung angka rata-rata (mean), c) dengan menggunakan lima indikator, dan
menghitung median, d) menghitung modus, masing-masing indikator yang muncul dalam
Metode analisis deskriptif kuantitatif pembelajaran akan diberi skor. Data yang
ialah “suatu cara pengolahan data yang didapat disajikan kedalam grafik polygon
dilakukan dengan jalan menyusun secara pada hasil belajar perilaku moral pada siklus
sistematis dalam bentuk angka-angka dan I dapat digambarkan menjadi grafik sebagai
atau persentase mengenal keadaan suatu berikut.
objek yang diteliti sehingga diperoleh
kesimpulan umum” (Agung, 2010:76).
Metode analisis deskriptif kuantitatif ini
digunakan untuk menentukan perilaku moral 4
pada anak yang dikonversikan ke dalam
Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.
Tingkatan perilaku moral siswa dapat 2
ditentukan dengan membandingkan M (%)
atau rata-rata persen ke dalam PAP skala
lima. 0
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilaksanakan di kelompok B
TK Kecubung Patas dengan jumlah siswa 11 Md = 10
orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua M= 9,54
siklus dimana siklus I terdiri dari 8 kali Mo =10
pertemuan, yaitu 7 kali pertemuan untuk
pembelajaran dan satu kali untuk evaluasi Berdasarkan perhitungan dari grafik
penilaian, sedangkan pada siklus II terdiri 7 polygon di atas terlihat M < Md = Mo (9,54 <
kali pertemuan, yaitu 6 kali pertemuan untuk 10,00 = 10,00), sehingga dapat disimpulkan
pembelajaran dan satu kali untuk evaluasi bahwa sebaran data hasil belajar perilaku
penilaian. Siklus I, pertemuan satu sampai moral pada siklus I dapat di interpretasikan
dua tujuh menerapkan RKH, dan pertemuan skor moral pada anak Kelompok B TK
kelapan diadakan evaluasi penilaian siklus I. Kecubung Desa Patas rendah.
Sedangkan siklus II untuk pertemuan Nilai M% = 56 % yang dikonvesikan ke
pertama sampai 6 menerapkan RKH , dan dalam PAP skala lima, berada pada tingkat
pertemuan ketujuh diadakan evaluasi penguasaan 63,60 % yang berarti bahwa
penilaian siklus II. Data yang dikumpulkan hasil belajar perilaku moral siklus I berada
adalah mengenai hasil belajar anak terhadap pada kriteria rendah.
kemampuan perilaku moral dengan Dari hasil pengamatan dan temuan
menggunakan media buku cerita penulis selama pelaksanaan tindakan pada
bergamabar. Selanjutnya data yang telah siklus I terdapat beberapa masalah yang
didapat tersebut dianalisis dengan menyebabkan hasil belajar anak masih
menggunakan metode-metode yang berada pada kriteria rendah, maka masih
diterapkan sebelumnya. perlu ditingkatkan pada siklus II.
Siklus I dilaksanakan selama delapan Adapun kendala-kendala yang
kali pertemuan yaitu tujuh kali pertemuaan dihadapi peneliti saat penerapan siklus I
untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali adalah yang pertama perkembangan
pertemuan untuk melaksanakan evaluasi perilaku moral melalui bercerita
penilaian perilaku moral anak kelompok B menggunakan buku cerita bergambar masih
yang berjumlah 11 orang. belum maksimal, ada perlakuan anak sudah
Data hasil belajar anak pada perilaku bermoral, serta ada beberapa anak yang
moral disajikan dalam bentuk grafik polygon. perlakuannya belum bermoral dan kurang
Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada merespon kegiatan pembelajaran saat
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
proses pembelajaran berlangsung, dan yang siklus I maka pada pelaksaaan siklus II telah
kedua beberapa anak belum senang tampak adanya peningkatan proses
menerima kegiatan bercerita menggunakan pembelajaran yang diperlihatkan melalui
buku cerita bergambar karena ceritanya peningkatan hasil belajar anak. Adapun
kurang menarik untuk anak. temuan-temuan yang diperoleh selama
Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk tindakan pelaksanaan siklus II adalah yang
mengatasi kendala-kendala di atas adalah pertama secara garis besar proses
kegiatan bercerita lebih difokuskan pada pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan
keterlibatan anak melalui interaktif atau rencana kegiatan harian yang direncanakan
peneliti mengajak anak untuk aktif dalam oleh peneliti, sehingga hasil belajar yang
kegiatan bercerita dan peneliti akan diharapkan dapat tercapai dengan
mengulas setiap judul cerita dengan kata- memuaskan, yang kedua anak yang awal
kata yang jelas sehingga anak bisa kemampuannya bercerita berbantuan media
memahaminya dengan mudah dan menarik buku cerita bergambar kurang dalam proses
pada peran dari tokoh-tokoh cerita yang pembelajaran menjadi baik, dan yang ketiga
berkaitan dengan sikap dan perilaku moral peneliti dalam hal ini berperan sebagai guru
anak dalam perkembangan perilaku yang memberi motivasi pada anak apabila
moralnya. ada anak yang belum bisa berperilaku moral
Siklus II dilaksanakan selama lima kali sesuai dengan yang diharapkan
pertemuan, empat kali untuk pelaksanaan Secara umum proses pembelajaran
tindakan dan satu kali untuk evaluasi dengan penerapan media menggunakan
penilaian perilaku moral. Pertemuan pertama buku cerita bergambar untuk meningkatkan
sampai dengan pertemuan keempat pada perilaku moral sudah berjalan dengan baik,
siklus II yaitu menerapkan RKH dan hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-
pertemuan kelima mengadakan evaluasi rata prsentase (M%) hasil belajar dari siklus I
penilaian siklus II. ke siklus II, sehingga peneliti memandang
Data hasil belajar perilaku moral yang penelitian ini cukup sampai di siklus II dan
diperoleh oleh anak disajikan dalam bentuk tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.
grafik polygon pada hasil belajar perilaku Berdasarkan hasil analisis memberikan
moral pada siklus II dapat digambarkan gambaran bahwa dengan penerapan media
menjadi grafik polygon sebagai berikut. dengan berbantuan buku cerita bergambar
untuk meningkatkan perilaku moral anak
5 diperoleh rata-rata hasil belajar kemampuan
moral anak pada siklus I sebesar 63,60%
4
dan rata-rata hasil belajar perilaku moral
3 anak pada siklus II sebesar 83,60%. Ini
2 menunjukan adanya peningkatan rata-rata
1 persentase hasil belajar anak dari siklus I ke
0 siklus II sebesar 20,00%.
Keberhasilan dalam penelitian ini
8 9 10 11 12 13 14 15 menunjukan bahawa penerapan media buku
cerita bergambar untuk meningkatkan
Mo = 14 perilaku moral anak ternyata sangat efektif
M = 12,54
untuk meningkatkan hasil belajar, dan oleh
Me = 13 karenanya para guru sangat perlu
menerapkan media buku cerita bergambar
untuk meningkatkan perilaku moral anak
Berdasarkan perhitungan dari grafik secara intensif dan berkelanjutan guna
polygon di atas terlihat M < Me < Mo (12,54 meningkatkan hasil belajar para anak didik.
< 13,00 < 14,00), sehingga dapat
disimpulkan bahwa sebaran data hasil
belajar perilaku moral pada siklus II
cenderung tinggi. Melalui perbaikan peroses
pembelajaran dan pelaksanaan tindakan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)