Anda di halaman 1dari 8

TUGAS EKONOMI

(Bank Penkreditan Rakyat)

Nama Kelompok :

1. Aida Kurnia Sari (01)


2. Febrianti Nur Azizah (13)

Kelas : X-MIA 1

SMA GIKI 3 SURABAYA


TAHUN PELAJARAN 2016-2017
1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan - permasalahan seputar kondisi ekonomi kian hari kian meningkat, sifatnya
pun semakin komplek, seperti permasalahan akan pengiriman uang ke berbagai daerah,
kebutuhan akan jasa penyimpanan uang dan barang berharga lainnya, kebutuhan akan
penyedia jasa peminjaman uang, dan lain-lain. Berlatarbelakang persoalan-persoalan
kebutuhan tersebut, muncullah suatu bentuk badan usaha berupa bank ataupun lembaga
keuangan lainnya yang memberikan jasa seputar kegiatan perekonomian. Dengan adanya
bank tersebut perekonomian semakin berkembang pesat, hal ini karena perkembangan
perekonomian tidaklah lepas dari suatu bank. Bank sendiri adalah suatu badan usaha yang
kegiatan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana
tersebut kepada masyarakat serta memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam
penyaluran dananya, tidak semata-mata memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi
pemilik bank tetapi juga kegiatannya itu harus pula diarahkan pada peningkatan taraf hidup
masyarakat.
Perkembangan perbankan menunjukkan dinamika dalam kehidupan ekonomi.
Sebelum sampai pada praktik-praktik yang terjadi saat ini, ada banyak permasalahan yang
terkait dengan masalah-masalah perbankan ini. Masalah utama yang muncul dalam praktik
perbankan ini adalah pengaturan sistem keuangan yang berkaitan dengan mekanisme
penentuan volume uang yang beredar dalam perekonomian. Dalam makalah ini, kami akan
menjelaskan mengenai bank sekunder atau Bank Perkreditan Rakyat, yang mencakup materi
tentang sejarah,pengertian,landasan hukum,kegiatan usaha,perbedaan mendasar,dan
ketentuan ketentuannya.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari BPR?

2
b. Jelaskan sejarah singkat dari BPR?
c. Apa landasan hukum dari BPR?
d. Jelaskan kegiatan usaha dari BPR?
e. Jelaskan perbedaan yang mendasar antara Bank Umum dan BPR?
f. Apakah ketentuan –ketentuan terhadap BPR?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu yang dimaksud dengan BPR
b. Untuk mengetahui asal usul dibentuknya BPR yaitu terletak pada sejarah singkat
BPR
c. Untuk mengetahui landasan hukum, kegiatan usaha dan ketentuan ketentuan serta
perbedaan yang mendasar dari BPR

BAB 2

3
PEMBAHASAN

A. Pengertian BPR

Bank Perkreditan Rakyat adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan


hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Dengan lokasi yang pada umumnya
dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan. Status BPR diberikan kepada Bank
Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga
Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit
Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi
Desa (BKPD), dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan berdasarkan UU
Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dengan memenuhi persyaratan tatacara yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah. Ketentuan tersebut diberlakukan karena mengingat bahwa
lembaga-lembaga tersebut telah berkembang dari lingkungan masyarakat Indonesia, serta
masih diperlukan oleh masyarakat, maka keberadaan lembaga dimaksud diakui. Oleh karena
itu, UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 memberikan kejelasan status lembaga-lembaga
dimaksud. Untuk menjamin kesatuan dan keseragaman dalam pembinaan dan pengawasan,
maka persy-ratan dan tatacara pemberian status lembaga-lembaga dimaksud ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah

B. Sejarah Singkat Berdirinya BPR

Sejarah lembaga perkreditan rakyat dimulai pada masa kolonial Belanda pada abad
ke-19 dengan dibentuknya Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang Desa,
dengan tujuan membantu para petani, pegawai, dan buruh untuk melepaskan diri dari jerat
pelepas uang (rentenir) yang memberikan kredit dengan bunga tinggi.

Pasca kemerdekaan Indonesia, didirikan beberapa jenis lembaga keuangan kecil dan
lembaga keuangan di pedesaan seperti Bank Pasar, Bank Karya Produksi Desa (BKPD), dan
mulai awal 1970an, Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) oleh Pemerintah Daerah.
Pada tahun 1988, Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1988 (PAKTO 1988)
melalui Keputusan Presiden RI No.38 yang menjadi momentum awal pendirian BPR-BPR
baru. Kebijakan tersebut memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan kegiatan usaha
“Bank Perkreditan Rakyat” atau BPR. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.7 tentang
Perbankan tahun 1992 (UU No.7/1992 tentang Perbankan), BPR diberikan landasan hukum
yang jelas sebagai salah satu jenis bank selain Bank Umum.
Sesuai UU No.7/1992 tentang Perbankan, Lembaga Keuangan Bukan Bank yang telah
memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dapat menyesuaikan kegiatan usahanya
sebagai bank. Selain itu, dinyatakan juga bahwa lembaga-lembaga keuangan kecil seperti
Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, LPN, LPD, BKD, BKK, KURK,
LPK, BKPD, dan lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu dapat diberikan
status sebagai BPR dengan memenuhi persyaratan dan tata cara yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah (PP).

Selanjutnya PP No.71/1992 memberikan jangka waktu sampai dengan 31 Oktober


1997 bagi lembaga-lembaga keuangan tersebut untuk memenuhi persyaratan menjadi BPR.

4
Sampai dengan batas waktu yang ditetapkan, tidak seluruh lembaga keuangan tersebut dapat
dikukuhkan sebagai BPR karena tidak dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
BPR yang didirikan sesudah PAKTO 1988 maupun Lembaga Keuangan yang dikukuhkan
menjadi BPR sesuai dengan PP No.71/1992, tunduk pada ketentuan-ketentuan yang diatur
dalam Undang-undang Perbankan dan peraturanperaturan yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia sebagai otoritas pengawas bank. Khusus Badan Kredit Desa (BKD), meskipun
lembaga tersebut sesuai UU No.7/1992 tentang Perbankan, diberikan status sebagai BPR,
namun karena organisasi dan manajemennya relatif sederhana, lingkup usahanya sangat kecil,
serta operasionalnya tidak setiap hari, maka pengaturan dan pengawasan terhadap BKD pun
tidak dapat disamakan dengan BPR.
Dengan mempertimbangkan karakteristik yang spesifik, jumlah dan sebarannya serta secara
historis sebelum PAKTO 1988 pengawasan BKD dibawah kewenangan BRI maka
pengawasan BKD dilakukan oleh BRI untuk dan atas nama Bank Indonesia.

C. Landasan Hukum

Landasan Hukum BPR adalah UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagaimana telah


diubah dengan UU No.10/1998. Dalam UU tersebut secara tegas disebutkan bahwa BPR
adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kegiatan usaha BPR terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil dan
masyarakat di daerah pedesaan. Bentuk hukum BPR dapat berupa Perseroan Terbatas,
Perusahaan Daerah, atau Koperasi.

D. Kegiatan Usaha

a) Kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh BPR


Menurut undang-undang No.10 tahun 1998, yaitu :
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
2. Memberikan kredit
3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil
4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito, atau tabungan pada bank lain

5
b) Kegiatan usaha yang tidak boleh dilakukan oleh BPR, yaitu :
1. Menerima simpanan dalam bentuk giro
2. Melakukan penyertaan modal
3. Melakukan usaha perasuransian

E. Perbedaan yang mendasar antara Bank umum dan BPR

Perbedaan Bank Umum BPR


Jenis Simpanan Giro, tabungan dan deposito Tabungan dan deposito
berjangka
Jasa Pembayaran Kliring, inkaso, valuta asing, dan Tidak ada
transfer
Lalu lintas giral Cek dan bilyet giro Tidak ada
Pembiayaan kredit Investasi, modal kerja, dan Terbatas
konsumtif
Jangkauan Internasional dan nasional Lokal atau daerah

1. Perbedaan Fasilitas Jasa Transaksi Keuangan Perbedaan bank umum dan BPR yang
paling mudah ditemukan adalah ada tidaknya fasilitas jasa lalu lintas transaksi
keuangan. Bank umum memfasilitasi jasa lalu lintas pembayaran seperti kliring,
inkaso, valuta asing, dan transfer sedangkan BPR tidak menyediakan fasilitas
tersebut.
2. Perbedaan Jenis Simpanan Selain dari ada tidaknya fasilitas jasa lalu lintas
pembayaran, perbedaan bank umum dan BPR juga terletak pada jenis simpanan yang
disediakan. Bank umum diberi kewenangan untuk menghimpun dana masyarakat
melalui giro, tabungan, dan deposito, sementara bank BPR hanya diberi kewenangan
untuk menerima deposito saja.
3. Perbedaan Lalu lintas Giral Fasilitas lalu lintas giral antara bank umum dan BPR juga
berbeda. Lalu lintas giral yang dilakukan oleh bank umum di antaranya adalah cek
dan bilyet giro, sementara bank BPR tidak memiliki fasilitas lalu lintas giral ini.
Perbedaan Saham dan Obligasi
4. Perbedaan Kredit Perbedaan bank umum dan bank BPR juga terletak pada proses
penyaluran kredit. Bank umum dapat menyalurkan kredit dalam bentuk investasi,
modal kerja, maupun untuk ranah konsumtif, sementara bank BPR memiliki
keterbatasan dalam proses penyaluran kredit.
5. Perbedaan Jangkauan Jangkauan bank umum dan bank BPR juga berbeda. Perbedaan
keduanya sangat tampak karena bank umum memiliki jangkauan yang lebih luas
yakni tingkat nasional hingga internasional, sementara bank BPR hanya memiliki
jangkauan di tingkat lokal atau daerah.

Selain kelima perbedaan di atas, bank umum dan BPR juga berbeda dalam ada
tidaknya  larangan dalam meluncurkan sebuah kegiatan finansial. Bank BPR tidak
diperkenankan membuka usaha asuransi, melaksanakan penyertaan modal, melaksanakan

6
aktivitas usaha berbentuk valuta asing, menerima simpanan berbentuk giro, dan menjalankan
lalu lintas pembayar

F. Ketentuan-ketentuan terhadap BPR

1. Pajak Bunga Simpanan


 Peraturan Pemerintah no 131/2000 tentang Pajak Penghasilan atas Bunga Tabungan
dan Deposito
2. Pengakuan Biaya
 PMK no 81/PMK.03/2009 tanggal 22 April 2009 tentang Pembentukan atau
Pemupukan Dana Cadangan yang Boleh Dikurangkan sebagai Biaya
 PMK no 219/PMK.011/2012 tanggal 21 Desember 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan nomor 81/PMK.03/2009 tentang Pembentukan atau
Pemupukan Dana Cadangan yang Boleh Dikurangkan sebagai Biaya
 PMK no 02/PMK.03/2010 tentang Biaya promosi yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto
 PMK no 105/PMK.03/2009 tentang Piutang yang Nyata-nyata Tidak Dapat Ditagih
3. Penjaminan Simpanan
 Peraturan LPS no 2/2014 tentang Perubahan atas PLPS no 2/PLPS/2010 tentang
Program Penjaminan Simpanan
 Panduan Tatacara Perhitungan Premi
 Format Laporan Keuangan Tahunan
4. Pajak Penghasilan 
 Peraturan Menteri Keuangan no 101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian PTKP 

BAB III
PENUTUP
A.              KESIMPULAN
B.          SARAN
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) semakin banyak berdiri dimasyarakat kita, idealnya
semakin bergairah pula dunia usaha kecil dan menengah sehingga BPR benar-benar berperan
penting dalam meningkatkan roda perekonomian masyarakat kecil. Dewasa ini telah muncul
juga BPRS yang melaksanakan operasionalnya berdasarkan pada prinsip syariah sehingga
semakin beragam pilihan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas kredit yang dapat diambil
untuk mengembangkan usahanya. Masyarakat kita terutama ekonomi lemah masih
mengalami kekurangan secara structural tentang permodalan, modal adalah masalah klasik
yang terus menghantui dan menjadi barang mewah bagi mereka, maka solusi terbaik adalah
bagaimana BPR dapat melaksanakan program yang dapat membantu secara riil usaha
masyarakat ekonomi lemah dengan pengelolaan yang professional.

7
8

Anda mungkin juga menyukai