Halaman Judul...................................................................................................................i
Lembar Pengesahan......................................................................................................... ii
Daftar Isi...........................................................................................................................iv
1. PENDAHULUAN ....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................1
1.3 Manfaat Penelitian......................................................................................................1
3. HASIL PENGAMATAN.............................................................................................5
3.1 Pembangunan dan Pemugaran Candi Prambanan......................................................6
3.2 Pembagian Komplek dan Tingkatan Candi Prambanan.............................................9
3.3 Macam-Macam Arca di Candi Prambanan................................................................9
3.4 Cara Pembuatan Batik di Sanggar Batik Luwes Putra..............................................11
4. PENUTUP....................................................................................................................20
4.1 Kesimpulan................................................................................................................20
4.2 Saran..........................................................................................................................20
Lampiran ........................................................................................................................21
-Daftar Pustaka................................................................................................................22
-Dokumentasi Observasi.................................................................................................23
-Data Penulis ..................................................................................................................25
-Lembar Laporan Penelitian...........................................................................................27
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Dari latar belakang penulisan tersebut maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana gambaran umum candi prambanan dan batik luwes putra ?
2. Bagaimana hasil pengamatan di candi prambanan dan batik luwes putra ?
3. Bagaimana cara pembuatan batik di sanggar batik luwes putra ?
Meningkatkan kepercayaan diri siswa dan menambah wawasan diluar sekolah yaitu
dengan adanya kegiatan tengah semester di kota yogyakarta. Siswa menjadi tidak bosan
dengan adanya penelitian di berbagai tempat dikota yogyakarta.
1
BAB 2
Candi Roro Jonggrang atau yang sering disebut Candi Prambanan terletak persis di
perbatasan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan propinsi Jawa tengah, Kompleks
candi ini terletak di kecamatan Prambanan, Sleman dan kecamatan Prambanan, Klaten ±
17 km ke arah timur laut Yogyakarta, ± 53 km sebelah barat daya Surakarta dan 120 Km
sebelah selatan Semarang, persis diperbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Percandian Prambanan ini masuk ke dalam2 wilayah yakni komplek bagian barat
masuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan bagian timur masuk wilayah propinsi
Jawa tengah. Percandian Prambanan berdiri di sebelah timur sungai opak ± 200 msebelah
utara jalan raya Yogya – Solo. Letaknya sangat unik, Candi Prambanan terletak di wilayah
administrasi Desa Bokoharjo, Prambanan Sleman, Dan pintu masuk kompleks Candi
Prambanan terletak di wilayah administrasi Desa Tlogo, Prambanan Klaten. Daerah itu
terletak di sebelah Utara di Jalan Raya Yogyakarta-Solo.
Letak Astronomisnya candi Prambanan yaitu 7,751919° Lintang Selatan dan
110,492006° Bujur Timur. Dengan Koordinat Candi Prambanan 7°45′06.96″ S dan
110°29′28.20″ E
Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di
Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti,
tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa
pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli
kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan
memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi
tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.Kompleks candi
ini terletak di kecamatan Prambanan, Sleman dan kecamatan Prambanan, Klaten, kurang lebih
17 kilometer timur laut Yogyakarta, 50 kilometer barat daya Surakarta dan 120 kilometer
selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta.Letaknya sangat unik, Candi Prambanan terletak di wilayah administrasi desa
Bokoharjo, Prambanan, Sleman, sedangkan pintu masuk kompleks Candi Prambanan terletak
di wilayah adminstrasi desa Tlogo, Prambanan, Klaten.Candi ini adalah termasuk Situs
Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi
terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai
dengan arsitektur Hindu pada umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama memiliki
ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-candi yang lebih
kecil.Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara, candi Prambanan menjadi daya
tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia.
Nama Prambanan, berasal dari nama desa tempat candi ini berdiri, diduga merupakan
perubahan nama dialek bahasa Jawa dari istilah teologi Hindu Para Brahman yang bermakna
"Brahman Agung" yaitu Brahman atau realitas abadi tertinggi dan teragung yang tak
dapat digambarkan, yang kerap disamakan dengan konsep Tuhan dalam agama Hindu.
Pendapat lain menganggap Para Brahman mungkin merujuk kepada masa jaya candi ini yang
dahulu dipenuhi oleh para brahmana. Pendapat lain mengajukan anggapan bahwa nama
"Prambanan" berasal dari akar kata mban dalam Bahasa Jawa yang bermakna menanggung
atau memikul tugas, merujuk kepada para dewa Hindu yang mengemban tugas menata dan
menjalankan keselarasan jagat.
Nama asli kompleks candi Hindu ini adalah nama dari Bahasa Sansekerta; Siwagrha
(Rumah Siwa) atau Siwalaya (Alam Siwa), berdasarkan Prasasti Siwagrha yang bertarikh 778
Saka (856 Masehi). Trimurti dimuliakan dalam kompleks candi ini dengan tiga candi
utamanya memuliakan Brahma, Siwa, dan Wisnu. Akan tetapi Siwa Mahadewa yang
menempati ruang utama di candi Siwa adalah dewa yang paling dimuliakan dalam kompleks
candi ini.
Kata batik berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa:amba,yang makna’menulis’
dan titik, yang bermakna ‘titik’.Berbicara tradisi membatik ,pada mulanya batik merupakan
tradisi yang turun temurun dari masyarakat Jawa.Boleh jadi, terkadang untuk suatu motif
dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat
menunjukkan ststus seseorang.Bahkan sampai aat ini, beberapa motif batik tradisional
hanya dipakai oleh keluarga kraton Yogyakarta dan Surakarta.
3
Dalam sejarah Indonesia, batik emudian menjadi busana yang dikenakan oleh para
tokoh, mulai dari masa sebelum kemerdekaan hingga sekarang. Diawal tahun 80-an, dalam
diplomasi ke luar negri, Presiden Soeharto mengatakan batik sebagai warisan nenek
moyang Indonesia, terutama masyaakat Jawa yang hingga kini dikenakan oleh berbagai
kalangan dan usia.
Dengan pengakuan UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 lalu menjadi tonggak
penting untuk eksistensi batik di dunia Internasional dan ditetapkannya Hari Batik
Nasional pada 2 Oktober semakin menempatkan batik tak hanya budaya Indonesia,tapi jati
diri dan identitas bangsa.
Batik menurut sanggar batik Luwes Putra sendiri batik merupakan membentuk motif
dengan cara menggunakan warna pada kain dengan cara digoreskan.
Selain itu, banyak jenis kain tradisional Indonesia yang memiliki cara pemberian warna
yang sama dengan pembuatan batik yaitu dengan pencelupan rintang. Perbedaannya, pada
batik dipakai malam sebagai bahan perintang warna, sedangkan jenis-jenis kain tradisional
digunakan berbagai jenis bahan lain sebagai bahan perintang warna. Adapun jenis-jenis
kain yang cara pemberian warnanya serupa dengan pembuatan batik yaitu kain simbut
(suku Baduy, Banten), kain Sarita dan kain Maa (suku Toraja, Sulawesi Selatan), Kain
Tritik (Solo, Yogyakarta, Banjarmasin, Bali, Palembang) dan lain sebagainya.
Seni batik maupun cara pembuatannya sudah dikenal di Indonesia sejak zaman
dulu. Namun mengenai asal mula batik masih menimbulkan perdebatan. Ada sebagian
pihak yang menyetujui bahwa batik memang berasal dari Indonesia, tetapi ada juga pihak
yang tidak menyetujuinya. Pihak yang tidak setuju dengan pendapat bahwa batik berasal
dari Indonesia mengemukakan bahwa batik dibawa oleh nenek moyang kita ketika
melakukan perpindahan penduduk atau mungkin juga diperkenalkan oleh nenek moyang
kita pada kaum pendatang. Pendukung pendapat ini mengatakan bahwa batik sebenarnya
berasal dari Mesir dan Persia. Itu sebabnya cara pembuatan dan penghiasan batik tidak
hanya dikenal di Indonesia, akan tetapi ada juga di Thailand, Jepang, India, Srilangka dan
Malaysia.
Sementara pihak yang setuju mengatakan bahwa batik di Indonesia adalah suatu
bentuk kesenian yang berdiri sendiri dan tidak ada hubungannya dengan batik yang
berkembang di negara lain. Cara pembuatan maupun corak-corak dan cara hiasan yang ada
pada batik Indonesia tidak mempunyai kemiripan dengan cara pembuatan batik asing. Alat
dan pola hiasan batik Indonesia benar-benar mencerminkan cipta, rasa dan karsa bangsa
Indonesia. Jika pola tersebut berbentuk hiasan, maka hiasan tersebut merupakan hiasan
yang terdapat di Indonesia.
Terlepas dari kedua pendapat tersebut, sesungguhnya batik memiliki latar belakang
yang kuat dengan bangsa dan rakyat Indonesia dalam segala bidang dan bentuk
kebudayaan serta kehidupan sehari-hari. Batik di Indonesia terus mengalami perubahan
seiring dengan pengaruh dan perkembangan zaman. Pengaruh ini akan membawa
konsekuensi motif dan pola yang dibuat pada batik.
BAB 3
HASIL PENGAMATAN
5
Pemugaran dimulai pada tahun 1918, akan tetapi upaya serius yang sesungguhnya
dimulai pada tahun 1930-an. Pada tahun 1902-1903, Theodoor van Erp memelihara bagian
yang rawan runtuh. Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala
(Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara yang lebih sistematis sesuai
kaidah arkeologi. Sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan pemindahan dan
pembongkaran beribu-ribu batu secara sembarangan tanpa memikirkan adanya usaha
pemugaran kembali. Pada tahun 1926 dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya pada
tahun 1930. Pada tahun 1931 digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada tahun
1942 dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia dan itu
berlanjut hingga tahun 1993.
Upaya renovasi terus menerus dilakukan bahkan hingga kini. Pemugaran candi Siwa
yaitu candi utama kompleks ini dirampungkan pada tahun 1953 dan diresmikan oleh
Presiden pertama Republik Indonesia Sukarno. Banyak bagian candi yang direnovasi,
menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di
tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih ada.
Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak
fondasinya saja.
Kini, candi ini termasuk dalam Situs Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO,
status ini diberikan UNESCO pada tahun 1991. Kini, beberapa bagian candi Prambanan
tengah direnovasi untuk memperbaiki kerusakan akibat gempa Yogyakarta 2006. Gempa
ini telah merusak sejumlah bangunan dan patung.
Kebanyakan bentuk bangunan candi meniru tempat tinggal para dewa yang
sesungguhnya, yaitu Gunung Mahameru. Oleh karena itu, seni arsitekturnya dihias dengan
berbagai macam ukiran dan pahatan berupa pola yang menggambarkan alam Gunung
Mahameru.
Peninggalan-peninggalan purbakala, seperti bangunan-bangunan candi,
patung-patung, prasasti-prasasti, dan ukiran-ukiran pada umumnya menunjukkan sifat
kebudayaan Indonesia yang dilapisi oleh unsur-unsur Hindu-Budha. Pada hakikatnya,
bentuk candi-candi di Indonesia adalah punden berundak, dimana punden berundak sendiri
merupakan unsur asli Indonesia.
Berdasarkan bagian-bagiannya, bangunan candi terdiri atas tiga bagian
penting, antara lain, kaki, tubuh, dan atap.
Kaki candi merupakan bagian bawah candi. Bagian ini melambangkan dunia
bawah atau bhurloka. Pada konsep Buddha disebut kamadhatu. Yaitu menggambarkan
dunia hewan, alam makhluk halus seperti iblis, raksasa dan asura, serta tempat manusia
biasa yang masih terikat nafsu rendah. Bentuknya berupa bujur sangkar yang dilengkapi
dengan jenjang pada salah satu sisinya. Bagian dasar candi ini sekaligus membentuk
denahnya, dapat berbentuk persegi empat atau bujur sangkar. Tangga masuk candi terletak
pada bagian ini, pada candi kecil tangga masuk hanya terdapat pada bagian depan, pada
candi besar tangga masuk terdapat di empat penjuru mata angin. Biasanya pada kiri-kanan
tangga masuk dihiasi ukiran makara. Pada dinding kaki candi biasanya dihiasi relief flora
dan fauna berupa sulur-sulur tumbuhan, atau pada candi tertentu dihiasi figur penjaga
seperti dwarapala. Pada bagian tengah alas candi, tepat di bawah ruang utama biasanya
terdapat sumur yang didasarnya terdapat pripih (peti batu). Sumur ini biasanya diisi sisa
hewan kurban yang dikremasi, lalu diatasnya diletakkan pripih.
6
Di dalam pripih ini biasanya terdapat abu jenazah raja serta relik benda-benda
suci seperti lembaran emas bertuliskan mantra, kepingan uang kuno, permata, kaca,
potongan emas, lembaran perak, dan cangkang kerang.
Tubuh candi adalah bagian tengah candi yang berbentuk kubus yang
dianggap sebagai dunia antara atau bhuwarloka. Pada konsep Buddha disebut rupadhatu.
Yaitu menggambarkan dunia tempat manusia suci yang berupaya mencapai pencerahan
dan kesempurnaan batiniah. Pada bagian depan terdapat gawang pintu menuju ruangan
dalam candi. Gawang pintu candi ini biasanya dihiasi ukiran kepala kala tepat di atas-
tengah pintu dan diapit pola makara di kiri dan kanan pintu. Tubuh candi terdiri dari
garbagriha, yaitu sebuah bilik (kamar) yang ditengahnya berisi arca utama, misalnya arca
dewa-dewi, bodhisatwa, atau Buddha yang dipuja di candi itu. Di bagian luar dinding di
ketiga penjuru lainnya biasanya diberi relung-relung yang berukir relief atau diisi arca.
Pada candi besar, relung keliling ini diperluas menjadi ruangan tersendiri selain ruangan
utama di tengah. Terdapat jalan selasar keliling untuk menghubungkan ruang-ruang ini
sekaligus untuk melakukan ritual yang disebut pradakshina. Pada lorong keliling ini
dipasangi pagar langkan, dan pada galeri dinding tubuh candi maupun dinding pagar
langkan biasanya dihiasi relief, baik yang bersifat naratif (berkisah) atau pun dekoratif
(hiasan).
Atap candi adalah bagian atas candi yang menjadi simbol dunia atas atau
swarloka. Pada konsep Buddha disebut arupadhatu. Yaitu menggambarkan ranah surgawi
tempat para dewa dan jiwa yang telah mencapai kesempurnaan bersemayam. Pada
umumnya, atap candi terdiri dari tiga tingkatan yang semakin atas semakin kecil
ukurannya. Sedangkan atap langgam Jawa Timur terdiri atas banyak tingkatan yang
membentuk kurva limas yang menimbulkan efek ilusi perspektif yang mengesankan
bangunan terlihat lebih tinggi. Pada puncak atap dimahkotai stupa, ratna, wajra, atau lingga
semu. Pada candi-candi langgam Jawa Timur, kemuncak atau mastakanya berbentuk kubus
atau silinder dagoba. Pada bagian sudut dan tengah atap biasanya dihiasi ornamen antefiks,
yaitu ornamen dengan tiga bagian runcing penghias sudut. Kebanyakan dinding bagian
atap dibiarkan polos, akan tetapi pada candi-candi besar, atap candi ada yang dihiasi
berbagai ukiran, seperti relung berisi kepala dewa-dewa, relief dewa atau bodhisatwa, pola
hias berbentuk permata atau kala, atau sulur-sulur untaian roncean bunga.
Model arsitektur rekonstruksi kompleks candi Prambanan, aslinya terdapat
240 candi berdiri di kompleks ini.
Pintu masuk ke kompleks bangunan ini terdapat di keempat arah penjuru
mata angin, akan tetapi arah hadap bangunan ini adalah ke arah timur, maka pintu masuk
utama candi ini adalah gerbang timur. Kompleks candi Prambanan terdiri dari:
3 Candi Trimurti : candi Siwa, Wisnu, dan Brahma
3 Candi Wahana : candi Nandi, Garuda, dan Angsa
2 Candi Apit : terletak antara barisan candi-candi Trimurti dan candi-candi Wahana
di sisi utara dan selatan
4 Candi Kelir : terletak di 4 penjuru mata angin tepat di balik pintu masuk halaman
dalam atau zona inti
4 Candi Patok : terletak di 4 sudut halaman dalam atau zona inti
224 Candi Perwara : tersusun dalam 4 barisan konsentris dengan jumlah candi dari barisan
terdalam hingga terluar: 44, 52, 60, dan 68
Maka terdapat total 240 candi di kompleks Prambanan.
Aslinya terdapat 240 candi besar dan kecil di kompleks Candi Prambanan. Tetapi kini
hanya tersisa 18 candi; yaitu 8 candi utama dan 8 candi kecil di zona inti serta 2 candi
perwara. Banyak candi perwara yang belum dipugar, dari 224 candi perwara hanya 2 yang
sudah dipugar, yang tersisa hanya tumpukan batu yang berserakan. Kompleks candi
Prambanan terdiri atas tiga zona; pertama adalah zona luar, kedua adalah zona tengah yang
terdiri atas ratusan candi, ketiga adalah zona dalam yang merupakan zona tersuci tempat
delapan candi utama dan delapan kuil kecil.
Penampang denah kompleks candi Prambanan adalah berdasarkan lahan
bujur sangkar yan terdiri atas tiga bagian atau zona, masing-masing halaman zona ini
dibatasi tembok batu andesit. Zona terluar ditandai dengan pagar bujur sangkar yang
masing-masing sisinya sepanjang 390 meter, dengan orientasi Timur Laut - Barat Daya.
7
Kecuali gerbang selatan yang masih tersisa, bagian gerbang lain dan dinding
candi ini sudah banyak yang hilang. Fungsi dari halaman luar ini secara pasti belum
diketahui; kemungkinan adalah lahan taman suci, atau kompleks asrama Brahmana dan
murid-muridnya. Mungkin dulu bangunan yang berdiri di halaman terluar ini terbuat dari
bahan kayu, sehingga sudah lapuk dan musnah tak tersisa.
Candi Prambanan adalah salah satu candi Hindu terbesar di Asia Tenggara
selain Angkor Wat. Tiga candi utama disebut Trimurti dan dipersembahkan kepadantiga
dewa utama Trimurti: Siwa sang Penghancur, Wisnu sang Pemelihara dan Brahma sang
Pencipta. Di kompleks candi ini Siwa lebih diutamakan dan lebih dimuliakan dari dua
dewa Trimurti lainnya. Candi Siwa sebagai bangunan utama sekaligus yang terbesar dan
tertinggi, menjulang setinggi 47 meter.
Di halaman kedua kompleks Candi Prambanan terdapat 224 candi kecil yang disusun
menjadi empat deret.
Candi-candi tersebut disebut Candi Perwara. Deret pertama terdiri dari 68 Candi Perwara.
Deret kedua terdiri dari 60 Candi Perwara. Deret ketiga terdiri dari 44 Candi Perwara.
Candi-candi Perwara tersebut mengelilingi candi utama pada halaman utama.
c. Halaman Ketiga/Luar
Di halaman luar kmpleks Candi Prambanan sampai saat ini belum ditemukan peninggalan-
peninggalan candi. Halaman ini merupakan halaman terluar dari kompleks Candi
Prambanan. Di halaman luar bagian barat terdapat Panggung Terbuka Ramayana. Pada
waktu-waktu tertentu di Panggung Terbuka Ramayana dipentaskan Sendratari Ramayana
yang mengisahkan tentang cerita Ramayana.
Candi Prambanan ditemukan pertama kali pada tahun 1733 oleh seorang berkebangsaan
Belanda, C>A> Lons. Pada waktu itu keadaan Candi Prambanan tertimbun tanah dan
ditumbuhi oleh berbagai macam tanaman.
Seperti halnya Candi Borobudur, Candi Prambanan juga mengalami beberapa kali
pemugaran. Pada tahun 1902 Van Erp mengadakan pemugaran pada Candi Prambanan.
Pada tanggal 20 Desember 1953 pemugaran Candi Siwa dinyatakan selesai seluruhnya dan
diresmika oleh Presiden Soekarno. Selanjutnya, pemugaran tahap ketiga selesai pada
tanggal 20 Februari 1993. peresmian selesainya pemugaran dilakukan oleh Presiden
Soeharto.
Candi Siwa, candi utama di kompleks candi Prambanan yang dipersembahkan untuk
dewa Siwa. Arca Durga Mahisasuramardini di ruang utara candi Siwa.
Halaman dalam adalah zona paling suci dari ketiga zona kompleks candi. Pelataran ini
ditinggikan permukaannya dan berdenah bujur sangkar dikurung pagar batu dengan empat
gerbang di empat penjuru mata angin. Dalam halaman berpermukaan pasir ini terdapat
delapan candi utama; yaitu tiga candi utama yang disebut candi Trimurti ("tiga wujud"),
dipersembahkan untuk tiga dewa Hindu tertinggi: Dewa Brahma Sang Pencipta, Wishnu
Sang Pemelihara, dan Siwa Sang Pemusnah.Candi Siwa sebagai candi utama adalah
bangunan terbesar sekaligus tetinggi di kompleks candi Rara Jonggrang, berukuran tinggi
47 meter dan lebar 34 meter. Puncak mastaka atau kemuncak candi ini dimahkotai
modifikasi bentuk wajra yang melambangkan intan atau halilintar. Bentuk wajra ini
merupakan versi Hindu sandingan dari stupa yang ditemukan pada kemuncak candi
Buddha. Candi Siwa dikelilingi lorong galeri yang dihiasi relief yang menceritakan kisah
Ramayana; terukir di dinding dalam pada pagar langkan. Di atas pagar langkan ini
dipagari jajaran kemuncak yang juga berbentuk wajra. Untuk mengikuti kisah sesuai
urutannya, pengunjung harus masuk dari sisi timur, lalu melakukan pradakshina yakni
berputar mengelilingi candi sesuai arah jarum jam. Kisah Ramayana ini dilanjutkan ke
9
Candi Siwa di tengah-tengah, memuat lima ruangan, satu ruangan di setiap arah mata
angin dan satu garbagriha, yaitu ruangan utama dan terbesar yang terletak di tengah candi.
Ruangan timur terhubung dengan ruangan utama tempat bersemayam sebuah arca Siwa
Mahadewa (Perwujudan Siwa sebagai Dewa Tertinggi) setinggi tiga meter. Arca ini
memiliki Lakçana (atribut atau simbol) Siwa, yaitu chandrakapala (tengkorak di atas bulan
sabit), jatamakuta (mahkota keagungan), dan trinetra (mata ketiga) di dahinya. Arca ini
memiliki empat lengan yang memegang atribut Siwa, seperti aksamala (tasbih), camara
(rambut ekor kuda pengusir lalat), dan trisula. Arca ini mengenakan upawita (tali kasta)
berbentuk ular naga (kobra). Siwa digambarkan mengenakan cawat dari kulit harimau,
digambarkan dengan ukiran kepala, cakar, dan ekor harimau di pahanya. Sebagian
sejarawan beranggapa bahwa arca Siwa ini merupakan perwujudan raja Balitung sebagai
dewa Siwa, sebagai arca pedharmaan anumerta dia. Sehingga ketika raja ini wafat,
arwahnya dianggap bersatu kembali dengan dewa penitisnya yaitu Siwa. Arca Siwa
Mahadewa ini berdiri di atas lapik bunga padma di atas landasan persegi berbentuk yoni
yang pada sisi utaranya terukir ular Nāga (kobra).
Tiga ruang yang lebih kecil lainnya menyimpan arca-arca yang ukuran lebih kecil
yang berkaitan dengan Siwa. Di dalam ruang selatan terdapat Resi Agastya, Ganesha
putra Siwa di ruang barat, dan di ruang utara terdapat arca sakti atau istri Siwa, Durga
Mahisasuramardini, menggambarkan Durga sebagai pembasmi Mahisasura, raksasa
Lembu yang menyerang swargaloka. Arca Durga ini juga disebut sebagai Rara Jonggrang
(dara langsing) oleh penduduk setempat. Arca ini dikaitkan dengan tokoh putri legendaris
Rara Jonggrang.
Candi Brahma dan Candi Wishnu dua candi lainnya dipersembahkan kepada Dewa
Wisnu, yang terletak di sisi utara dan satunya dipersembahkan kepada Brahma, yang
terletak di sisi selatan. Kedua candi ini menghadap ke timur dan hanya terdapat satu
ruang, yang dipersembahkan untuk dewa-dewa ini. Candi Brahma menyimpan arca
Brahma dan Candi Wishnu menyimpan arca Wishnu yang berukuran tinggi hampir 3
meter. Ukuran candi Brahma dan Wishnu adalah sama, yakni lebar 20 meter dan tinggi 33
meter.
Candi Wahana atau salah satunya Candi Garuda tepat di depan candi Trimurti terdapat
tiga candi yang lebih kecil daripada candi Brahma dan Wishnu yang dipersembahkan
kepada kendaraan atau wahana dewa-dewa ini; sang lembu Nandi wahana Siwa, sang
Angsa wahana Brahma, dan sang Garuda wahana Wisnu. Candi-candi wahana ini terletak
tepat di depan dewa penunggangnya. Di depan candi Siwa terdapat candi Nandi, di
dalamnya terdapat arca lembu Nandi. Pada dinding di belakang arca Nandi ini di kiri dan
kanannya mengapit arca Chandra dewa bulan dan Surya dewa matahari. Chandra
digambarkan berdiri di atas kereta yang ditarik 10 kuda, sedangkan Surya berdiri di atas
kereta yang ditarik 7 kuda. Tepat di depan candi Brahma terdapat candi Angsa. Candi ini
kosong dan tidak ada arca Angsa di dalamnya. Mungkin dulu pernah bersemayam arca
Angsa sebagai kendaraan Brahma di dalamnya. Di depan candi Wishnu terdapat candi
yang dipersembahkan untuk Garuda, akan tetapi sama seperti candi Angsa, di dalam candi
ini tidak ditemukan arca Garuda. Mungkin dulu arca Garuda pernah ada di dalam candi
ini. Hingga kini Garuda menjadi lambang penting di Indonesia, yaitu sebagai lambang
negara Garuda Pancasila.
Candi Apit, Candi Kelir, dan Candi Patok di antara baris keenam candi-candi utama
ini terdapat Candi Apit. Ukuran Candi Apit hampir sama dengan ukuran candi perwara,
yaitu tinggi 14 meter dengan tapak denah 6 x 6 meter. Disamping 8 candi utama ini
terdapat candi kecil berupa kuil kecil yang mungkin fungsinya menyerupai pelinggihan
dalam Pura Hindu Bali tempat meletakan canang atau sesaji, sekaligus sebagai aling-aling
di depan pintu masuk. Candi-candi kecil ini yaitu; 4 Candi Kelir pada empat penjuru mata
angin di muka pintu masuk, dan 4 Candi Patok di setiap sudutnya. Candi Kelir dan Candi
Patok berbentuk miniatur candi tanpa tangga dengan tinggi sekitar 2 meter.
Candi Perwara Dua dinding berdenah bujur sangkar yang mengurung dua halaman
dalam, tersusun dengan orientasi sesuai empat penjuru mata angin. Dinding kedua
berukuran panjang 225 meter di tiap sisinya. Di antara dua dinding ini adalah halaman
kedua atau zona kedua. Zona kedua terdiri atas 224 candi perwara yang disusun dalam
empat baris konsentris.
10
Candi-candi ini dibangun di atas empat undakan teras-teras yang makin ke tengah
sedikit makin tinggi. Empat baris candi-candi ini berukuran lebih kecil daripada candi
utama. Candi-candi ini disebut "Candi Perwara" yaitu candi pengawal atau candi
pelengkap. Candi-candi perwara disusun dalam empat baris konsentris baris terdalam
terdiri atas 44 candi, baris kedua 52 candi, baris ketiga 60 candi, dan baris keempat
sekaligus baris terluar terdiri atas 68 candi.
Masing-masing candi perwara ini berukuran tinggi 14 meter dengan tapak denah 6 x 6
meter, dan jumlah keseluruhan candi perwara di halaman ini adalah 224 candi. Kesemua
candi perwara ini memiliki satu tangga dan pintu masuk sesuai arah hadap utamanya,
kecuali 16 candi di sudut yang memiliki dua tangga dan pintu masuk menghadap ke dua
arah luar. Jika kebanyakan atap candi di halaman dalam zona inti berbentuk wajra, maka
atap candi perwara berbentuk ratna yang melambangkan permata.
Aslinya ada banyak candi yang ada di halaman ini, akan tetapi hanya sedikit yang
telah dipugar. Bentuk candi perwara ini dirancang seragam. Sejarawan menduga bahwa
candi-candi ini dibiayai dan dibangun oleh penguasa daerah sebagai tanda bakti dan
persembahan bagi raja. Sementara ada pendapat yang mengaitkan empat baris candi
perwara melambangkan empat kasta, dan hanya orang-orang anggota kasta itu yang boleh
memasuki dan beribadah di dalamnya; baris paling dalam hanya oleh dimasuki kasta
Brahmana, berikutnya hingga baris terluar adalah barisan candi untuk Ksatriya, Waisya,
dan Sudra. Sementara pihak lain menganggap tidak ada kaitannya antara candi perwara
dan empat kasta. Barisan candi perwara kemungkinan dipakai untuk beribadah, atau
tempat bertapa (meditasi) bagi pendeta dan umatnya.
Dari dulu hingga sekarang, proses pembuatan batik tidak banyak mengalami
perubahan. Kegiatan membatik merupakan salah satu kegiatan tradisional yang terus
dipertahankan agar tetap konsisten seperti bagaimana asalnya. Walaupun motif dan
corak batik di masa kini sudah beraneka ragam, proses pembuatan batik pada
dasarnya masih sama. Berikut ini adalah uraian lebih detailnya:
1) Gawangan
Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori
sewaktu dibatik. Gawangan terbuat dari kayu atau bambu. Gawangan harus dibuat
sedemikian rupa hingga kuat, ringan, dan mudah dipindah-pindah.
11
2) Bandul
Bandul dibuat dari timah, kayu, atau batu yang dimasukkan ke dalam kantong.
Fungsi pokok bandul adalah untuk menahan agar mori yang baru dibatik tidak
mudah tergeser saat tertiup angin atau tertarik oleh si pembatik secara tidak sengaja.
3) Wajan
Wajan adalah perkakas utuk mencairkan malam. Wajan dibuat dari logam baja atau
tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari
perapian tanpa menggunakan alat lain.
4) Kompor
Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakan adalah
kompor berbahan bakar minyak. Namun terkadang kompor ini bisa diganti dengan
kompor gas kecil, anglo yang menggunakan arang, dan lain-lain. Kompor ini
berfungsi sebagai perapian dan pemanas bahan-bahan yang digunakan untuk
membatik.
12
5) Taplak
Taplak adalah kain untuk menutup paha si pembatik agar tidak terkena tetesan
malam panas sewaktu canting ditiup atau waktu membatik.
6) Saringan Malam
Saringan adalah alat untuk menyaring malam panas yang memiliki banyak kotoran.
Jika malam tidak disaring, kotoran dapat mengganggu aliran malam pada ujung
canting. Sedangkan bila malam disaring, kotoran dapat dibuang sehingga tidak
mengganggu jalannya malam pada ujung canting sewaktu digunakan untuk
membatik.
Ada bermacam-macam bentuk saringan, semakin halus semakin baik karena kotoran
akan semakin banyak tertinggal. Dengan demikian, malam panas akan semakin
bersih dari kotoran saat digunakan untuk membatik.
7) Canting
Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan,
terbuat dari tembaga dan bambu sebagai pegangannya. Canting ini dipakai untuk
menuliskan pola batik dengan cairan malam. Saat ini, canting perlahan
menggunakan bahan teflon.
13
8) Mori
Mori adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun. Kualitas mori bermacam-
macam dan jenisnya sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan.
Mori yang dibutuhkan disesuaikan dengan panjang pendeknya kain yang diinginkan.
Tidak ada ukuran pasti dari panjang kain mori karena biasanya kain tersebut diukur
secara tradisional. Ukuran tradisional tersebut dinamakan kacu. Kacu adalah sapu
tangan, biasanya berbentuk bujur sangkar.
Jadi, yang disebut sekacu adalah ukuran persegi mori, diambil dari ukuran lebar
mori tersebut. Oleh karena itu, panjang sekacu dari suatu jenis mori akan berbeda
dengan panjang sekacu dari mori jenis lain.
Namun di masa kini, ukuran tersebut jarang digunakan. Orang lebih mudah
menggunakan ukuran meter persegi untuk menentukan panjang dan lebar kain mori.
Ukuran ini sudah berlaku secara nasional dan akhirnya memudahkan konsumen saat
membeli kain batik. Cara ini dapat mengurangi kesalahpahaman dan digunakan
untuk menyamakan persepsi di dalam sistem perdagangan.
9) Malam (Lilin)
Malam (lilin) adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Sebenarnya malam
tidak habis (hilang) karena pada akhirnya malam akan diambil kembali pada proses
mbabar, proses pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi kain. Malam yang
dipergunakan untuk membatik berbeda dengan malam (lilin) biasa. Malam untuk
membatik bersifat cepat diserap kain, tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses
pelorodan.
14
10) Dhingklik (Tempat Duduk)
Dhingklik (tempat duduk) adalah tempat untuk duduk pembatik. Biasanya terbuat
dari bambu, kayu, plastik, atau besi. Saat ini, tempat duduk dapat dengan mudah
dibeli di toko-toko.
15
1) Ngemplong
Setelah melalui proses di atas, kain diberi kanji dan dijemur. Selanjutnya, dilakukan
proses pengemplongan, yaitu kain mori dipalu untuk menghaluskan lapisan kain
agar mudah dibatik.
2) Nyorek atau Memola
Nyorek atau memola adalah proses menjiplak atau membuat pola di atas kain mori
dengan cara meniru pola motif yang sudah ada, atau biasa disebut dengan ngeblat.
Pola biasanya dibuat di atas kertas roti terlebih dahulu, baru dijiplak sesuai pola di
atas kain mori. Tahapan ini dapat dilakukan secara langsung di atas kain atau
menjiplaknya dengan menggunakan pensil atau canting. Namun agar proses
pewarnaan bisa berhasil dengan baik, tidak pecah, dan sempurna, maka proses
batikannya perlu diulang pada sisi kain di baliknya. Proses ini disebut ganggang.
16
3) Mbathik
Mbathik merupakan tahap berikutnya, dengan cara menorehkan malam batik ke kain
mori, dimulai dari nglowong (menggambar garis-garis di luar pola) dan isen-isen
(mengisi pola dengan berbagai macam bentuk). Di dalam proses isen-isen terdapat
istilah nyecek, yaitu membuat isian dalam pola yang sudah dibuat dengan cara
memberi titik-titik (nitik). Ada pula istilah nruntum, yang hampir sama dengan isen-
isen, tetapi lebih rumit.
4) Nembok
Nembok adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena warna
dasar, dalam hal ini warna biru, dengan menggunakan malam. Bagian tersebut
ditutup dengan lapisan malam yang tebal seolah-olah merupakan tembok penahan.
5) Medel
17
Medel adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara
berulang-ulang sehingga mendapatkan warna yang diinginkan.
Pada proses ini, malam pada kain dikerok secara hati-hati dengan menggunakan
lempengan logam, kemudian kain dibilas dengan air bersih. Setelah itu, kain diangin-
anginkan.
7) Mbironi
Mbironi adalah menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa cecek atau titik
dengan menggunakan malam. Selain itu, ada juga proses ngrining, yaitu proses
mengisi bagian yang belum diwarnai dengan motif tertentu. Biasanya, ngrining
dilakukan setelah proses pewarnaan dilakukan.
8) Menyoga
Menyoga berasal dari kata soga, yaitu sejenis kayu yang digunakan untuk
mendapatkan warna cokelat. Adapun caranya adalah dengan mencelupkan kain ke
dalam campuran warna cokelat tersebut.
18
9) Nglorod
Nglorod merupakan tahapan akhir dalam proses pembuatan sehelai kain batik tulis
maupun batik cap yang menggunakan perintang warna (malam). Dalam tahap ini,
pembatik melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara memasukkan kain yang
sudah cukup tua warnanya ke dalam air mendidih. Setelah diangkat, kain dibilas
dengan air bersih dan kemudian diangin-arginkan hingga kering. Proses membuat
batik memang cukup lama. Proses awal hingga proses akhir bisa melibatkan
beberapa orang, dan penyelesaian suatu tahapan proses juga memakan waktu. Oleh
karena itu, sangatlah wajar jika kain batik tulis berharga cukup tinggi
19
BAB 4
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Kegiatan tengah semester merupakan sarana yang mampu untuk mengobati segala
jenis kepenatan siswa dalam hal pembelajaran yaitu sokolah kami mengadakan
pembelajaran yang diadakan di luar lingkungan sekolah tepatnya di kota yogyakarta,
yang berguna atau mampu menambah wawasan dan pengetahuan dengan cara yang
menarik dan menyenangkan. Hal inilah yang diterapkan pada setiap kegiatan tengah
semester SMA GIKI 3 Surabaya, dimana objek wisata yang dikunjungi mendominasi
pada peningkatan kemampuan berfikir yang memiliki berbagai unsur. Diantaranya :
1. Sanggar batik luwes putra yogyakarta
Sanggar ini dapat membantu siswa untuk belajar membatik dengan mengenal
macam-macam batik danbagaimana cara melakukan kegiatan membatik dan hal hal
yang dibutuhkan dan yang perlu diperhatikan dalam proses pembuaatanya
2. Candi prambanan di yogyakarta
Sekolah kami memilih candi prambanan karena hal tersebut termaksuk dalam
sejarah indonesia yang mana sangat penting unuk mengetahui buda budaya dari
indonesia dengan mengenal sejarah dan mengetahui langung candi tersebut yang mana
akan memberikan siswa wawasan yang lebih. Menurut pengertiannya sendiri pun
Candi Prambanan adalah salah satu candi terbesar yang ada di Indonesia dan
merupakan salah satu situs kebanggaan yang dimiliki Indonesia baik sebagai objek
wisata maupun sarana keagamaan. Candi ini merupakan candi yang bercorak Hindu
sesuai dengan fakta sejarah yang ada. Candi ini terbilang cukup unik dan menarik
karena pada awalnya candi ini dibangun tidak menggunakan semen atau perekat
lainnya.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh kelompok kami,
maka saran-saran yang dapat diberikan antara lain :
3. Bagi siswa-siswi :
Sebaiknya siswa meningkatkan rasa ingin tahu mengenai hal-hal
baru,melibatkan diri langsung untuk mempraktekkan alat peraga IPTEK yang
dijumpai,meningkatkan kedisiplinan dan taat tata tertib.Sebaiknya siswa menjaga
nama baik sekolah dengan cara menjaga sikap.
4. Bagi penyusun :
Mengkaji lebih dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah didapat dari
kegiatan tersebut,menambah referensi dalam pembuatan laporan,menambah
kekompakan dalam kelompokdan selalu berupaya memberikan hasil laporan yang
terbaik
20
LAMPIRAN
21
Daftar Pustaka
https://www.google.com/search?q=candi%20prambana&ie=utf-8&oe=utf-
8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-
a&source=hp&channel=np&gws_rd=ssl#channel=np&q=candi+prambanan
https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Prambanan
https://www.google.com/search?q=candi+prambanan&client=firefox-
a&rls=org.mozilla:en-
US:official&channel=np&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwjfhZa
kz-XTAhXGsI8KHa9KBPcQsAQILg&biw=1366&bih=602
https://backpackology.me/2013/08/24/mengenal-candi-candi-di-sekitar-prambanan/
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20120113193412AA3D4rt
https://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/prambanan/
http://candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-jawa_tengah-candi_prambanan
https://www.google.com/search?q=batik+luwes+putra&ie=utf-8&oe=utf-
8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&gws_rd=ssl
https://www.google.com/search?q=batik+luwes+putra&ie=utf-8&oe=utf-
8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-
a&gws_rd=ssl#q=google+maps+batik+luwes+putra
http://petalokasi.org/Kota-Yogyakarta/Luwes-Putra-Batik-Handicraft-1991332/
https://id.wikipedia.org/wiki/Batik
https://www.google.com/search?q=gambar+sanggar+batik+luwes+putra&client=firefox-
a&rls=org.mozilla:en-
US:official&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0ahUKEwi0xoTy0OXTAhXD
o48KHRHJDLQQsAQIJQ&biw=1352&bih=585
https://www.google.com/search?
q=cara+membatik+di+sanggar+batik+luwes+putra&client=firefox-
a&rls=org.mozilla:en-US:official&source=lnms&sa=X&ved=0ahUKEwioz_-
O0eXTAhUFTo8KHWskC6oQ_AUIBSgA&biw=1352&bih=585&dpr=1
24