Anda di halaman 1dari 21

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN STUDI KARYA ILMIAH


OBJEK WISATA CANDI PRAMBANAN

Nama Anggota Kelompok

1. Ade Raihan Nurfauzi


2. Agung Surya Putra
3. Ahmad Solahudin H
4. Arieya Perdiansayah
5. Arif Maulana
6. Citra Dwi Novita
7. Elsa Nuranisa
8. Hanifa Abiya
9. Intan Putri Yulanda

Telah disahkan pada:


Hari : Senin
Tanggal : 28 November 2022

Mengetahui / Mengesahkan:

Kepala MTsN 1 Kota Banjar Pembimbing Makalah/Wali Kelas

H. Nandang, M.Pd Eris Yusnisar, S.Si


NIP. 196504201991031004
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Dengan memajukan rasa Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Karena berkat
rahmat, hidayahnya serta inayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas
penyusunan Lapoan Studi karya Ilmiah ini yang berjudul Objek Wisata Candi
Prambanan.
Dengan terselesaikannya karya tulis ini tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1.      Bapak H. Nandang, M.Pd, selaku Kepala Sekolah MTsN 1 Kota Banjar;
2.      Bapak Eris Yusnisar, S.Si Selaku pembimbing dan Walikelas;
4.      Bapak/ Ibu guru MTsN 1 Kota Banjar
5.     Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyusun dan menyelesaikan karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa dakam penyusunan karya tulis ini masih banyak
kesalahan, kekeliruan dan kekurangan. Penulis berusaha semaksimal mungkin
dengan kemampuan yang ada sehingga terwujudnya karya tulis ini.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbicara tentang candi prambanan tidak lepas pula dengan
Yogyakarta . Provinsi yang merupakan daerah istimewa ini menyimpan
berbagai sejarah dan kebudayaan di dalamnya. Salah satunya adalah candi
prambanan .
Candi prambanan merupakan candi hindu yang merupakan salah satu
candi terbesar di Indonesia . Candi ini terbilang cukup unik dan menarik
karena pada awalnya candi ini dibangun tidak menggunakan semen atau
perekat lainnya. Penulis merasa ingin tahu dengan situs peninggalan yang
sangat bersejarah ini. Sehingga penulis memutuskan candi prambanan
sebagai tema dalam penulisan laporan hasil study wisata ini.
Laporan ini disusun berdasarkan pengamatan langsung di lapangan
dan menelaah dari berbagai sumber baik dari buku maupun internet. Dengan
disusunnya laporan ini semoga setiap mata yang membacanya dapat
menerima informasi yang disajikan dalam tulisan ini dan menambah
wawasan tentang sejarah dan kebudayaan Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Itu Candi Prambanan?
1.2.2 Bagaimana Sejarah Candi Prambanan?
1.2.3 Apa Tujuan Pendirian Candi Prambanan?
1.2.4 Apa Saja Yang Ada Di Candi Prambanan?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui dan membuka wawasan tentang candi
prambanan.
1.3.2 Untuk memahami dan mengetahui bagaimana sejarah candi
prambanan.
1.3.3 Untuk memahami dan mengetahui tujuan pendirian candi prambanan
1.3.4 Untuk memahami dan mengetahui apa saja yang ada di candi
prambanan

1.4 Metode Penulisan


1.41 Metode observasi
Yaitu proses pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan
lalu mencatatnya dengan sistematis terhadap obyek. Oleh karena itu,
penulis menggunakan metode ini agar lebih jelas dan secara
langsung dapat mengetahui Candi Prambanan yang berada di Daerah
Prambanan.
1.4.2 Browsing internet
Yaitu mencari data-data terkait dengan candi prambanan di berbagai
situs-situs web.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Candi Prambanan


Candi Prambanan (bahasa Jawa:, translit. Candhi Prambanan) adalah kompleks
candi Hindu (Syaiwa) terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9
Masehi. Candi yang juga disebut sebagai Rara Jonggrang ini dipersembahkan
untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu dewa Brahma sebagai dewa
pencipta, dewa Wisnu sebagai dewa pemelihara, dan dewa Siwa sebagai dewa
pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah
Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di
garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi
tiga meter, dikarenakan aliran Syaiwa yang mengutamakan pemujaan dewa Siwa
di candi ini.
Kompleks percandian Prambanan secara keseluruhan terletak di Daerah Istimewa
Yogyakarta, tetapi pintu administrasinya terletak di Jawa Tengah. Hal ini yang
membuat Candi Prambanan terletak di 2 tempat yakni di Bokoharjo, Prambanan,
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,[1][2] dan di Tlogo, Prambanan, Klaten, Jawa
Tengah, atau kurang lebih 17 kilometer timur laut dari kota Jogja, 50 kilometer
barat daya dari kota Surakarta dan 120 kilometer selatan dari kota Semarang,
persis di perbatasan antara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.[3]
Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar
di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur
bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada
umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama memiliki ketinggian mencapai
47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-candi yang lebih kecil. [4]
Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara, candi Prambanan menjadi
daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia.[5]
Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada sekitar tahun 850
masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh Balitung
Maha Sambu, pada masa kerajaan Medang Mataram.
Nama Prambanan, berasal dari nama desa tempat candi ini berdiri, diduga
merupakan perubahan nama dialek bahasa Jawa dari istilah teologi Hindu Para
Brahman yang bermakna "Brahman Agung" yaitu Brahman atau realitas abadi
tertinggi dan teragung yang tak dapat digambarkan, yang kerap disamakan dengan
konsep Tuhan dalam agama Hindu. Pendapat lain menganggap Para Brahman
mungkin merujuk kepada masa jaya candi ini yang dahulu dipenuhi oleh para
brahmana. Pendapat lain mengajukan anggapan bahwa nama "Prambanan" berasal
dari akar kata mban dalam Bahasa Jawa yang bermakna menanggung atau
memikul tugas, merujuk kepada para dewa Hindu yang mengemban tugas menata
dan menjalankan keselarasan jagat.
Nama lain dari Prambanan dapat berarti 5 (lima) gunung yang dalam bahasa
Khmer/Kamboja 5 (lima) adalah Pram dan banam adalah gunung (ប្រាំភ្នំ). Hal ini

menggambarkan 5 puncak gunung dari Himalaya di India. Mengingat pada saat


yang sama dalam kronik Khmer bahwa Bangsa Jawa pernah menjajah Khmer
selama 200 tahun dan Jayawarman ke 2 yang pernah di Jawa merupakan
pahlawan yang membebaskan Khmer dari dominasi Jawa.
Nama asli kompleks candi Hindu ini adalah nama dari Bahasa Sanskerta;
Siwagrha (Rumah Siwa) atau Siwalaya (Alam Siwa), berdasarkan Prasasti
Siwagrha yang bertarikh 778 Saka (856 Masehi). Trimurti dimuliakan dalam
kompleks candi ini dengan tiga candi utamanya memuliakan Brahma, Siwa, dan
Wisnu. Akan tetapi Siwa Mahadewa yang menempati ruang utama di candi Siwa
adalah dewa yang paling dimuliakan dalam kompleks candi ini.
J. Gronemen (1887) berpendapat bahwa nama Prambanan berasal dari kata
ramban:

“ mengumpulkan dedaunan (untuk keperluan rumah tangga atau obat-obatan),


[pra-ramban-an] masih menjadi tempat, lazimnya di hutan, di mana
dedaunan itu diramu. Penjelasan seperti ini mengenai nama puning-puning
reruntuhan itu, yang niscaya pada satu kesempatan ditemukan di hutan seperti
itu, juga termuat dalam kamus yang disusun Roorda; [sebuah penjelasan]
yang begitu sederhana dan alamiah sehingga kita tidak perlu mencari
penjelasan yang lain." (Groneman 1887:1427 dalam Jordaan, 1996)
2.1.1 Sejarah
2.1.1.1Pembangunan
Prambanan adalah candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah dibangun di
Jawa kuno, pembangunan candi Hindu kerajaan ini dimulai oleh Sri Maharaja
Rakai Pikatan sebagai tandingan candi Buddha Borobudur dan juga candi Sewu
yang terletak tak jauh dari Prambanan. Beberapa sejarawan lama menduga bahwa
pembangunan candi agung Hindu ini untuk menandai kembali berkuasanya
keluarga Sanjaya atas Jawa, hal ini terkait teori wangsa kembar berbeda
keyakinan yang saling bersaing; yaitu wangsa Sanjaya penganut Hindu dan
wangsa Sailendra penganut Buddha. Pastinya, dengan dibangunnya candi ini
menandai bahwa Hinduisme aliran Saiwa kembali mendapat dukungan keluarga
kerajaan, setelah sebelumnya wangsa Sailendra cenderung lebih mendukung
Buddha aliran Mahayana. Hal ini menandai bahwa kerajaan Medang beralih fokus
dukungan keagamaannya, dari Buddha Mahayana ke pemujaan terhadap Siwa.
Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan
dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan
raja Sri Maharaja Dyah Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha
berangka tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa
Siwa, dan nama asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha
(Sanskerta:Shiva-grha yang berarti: 'Rumah Siwa') atau Siwalaya
(Sanskerta:Shiva-laya yang berarti: 'Ranah Siwa' atau 'Alam Siwa').[7] Dalam
prasasti ini disebutkan bahwa saat pembangunan candi Siwagrha tengah
berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk
memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah
sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks
candi Prambanan. Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok
melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga
erosi sungai dapat membahayakan konstruksi candi. Proyek tata air ini dilakukan
dengan membuat sodetan sungai baru yang memotong lengkung sungai dengan
poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar kompleks candi. Bekas aliran
sungai asli kemudian ditimbun untuk memberikan lahan yang lebih luas bagi
pembangunan deretan candi perwara (candi pengawal atau candi pendamping).
Beberapa arkeolog berpendapat bahwa arca Siwa di garbhagriha (ruang utama)
dalam candi Siwa sebagai candi utama merupakan arca perwujudan raja Balitung,
sebagai arca pedharmaan anumerta dia.[8]
Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan oleh raja-raja
Medang Mataram berikutnya, seperti raja Sri Maharaja Dyah Daksa dan Sri
Maharaja Dyah Tulodong, dan diperluas dengan membangun ratusan candi-candi
tambahan di sekitar candi utama. Karena kemegahan candi ini, candi Prambanan
berfungsi sebagai candi agung Kerajaan Mataram, tempat digelarnya berbagai
upacara penting kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya, sejarawan menduga
bahwa ratusan pendeta brahmana dan murid-muridnya berkumpul dan menghuni
pelataran luar candi ini untuk mempelajari kitab Weda dan melaksanakan
berbagai ritual dan upacara Hindu. Sementara pusat kerajaan atau keraton
kerajaan Mataram diduga terletak di suatu tempat di dekat Prambanan di Dataran
Kewu.
2.1.1.2 Ditelantarkan
Sekitar tahun 930-an, ibu kota kerajaan berpindah ke Jawa Timur oleh Sri
Maharaja Mpu Sindok, yang mendirikan Wangsa Dinasti Isyana. Penyebab
kepindahan pusat kekuasaan ini tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi sangat
mungkin disebabkan oleh letusan hebat Gunung Merapi yang menjulang sekitar
20 kilometer di utara candi Prambanan. Kemungkinan penyebab lainnya adalah
peperangan dan perebutan kekuasaan. Setelah perpindahan ibu kota, candi
Prambanan mulai telantar dan tidak terawat, sehingga pelan-pelan candi ini mulai
rusak dan runtuh.
Bangunan candi ini diduga benar-benar runtuh akibat gempa bumi hebat pada
abad ke-16. Meskipun tidak lagi menjadi pusat keagamaan dan ibadah umat
Hindu, candi ini masih dikenali dan diketahui keberadaannya oleh warga Jawa
yang menghuni desa sekitar. Candi-candi serta arca Durga dalam bangunan utama
candi ini mengilhami dongeng rakyat Jawa yaitu legenda Rara Jonggrang. Setelah
perpecahan Kesultanan Mataram pada tahun 1755, reruntuhan candi dan sungai
Opak di dekatnya menjadi tanda pembatas antara wilayah Kesultanan Yogyakarta
(Jogja) dan Kasunanan Surakarta (Solo).
2.1.1.3 Penemuan kembali
Masyarakat sekitar candi sudah mengetahui keberadaan candi ini. Akan tetapi
mereka tidak tahu latar belakang sejarah sesungguhnya, siapakah raja dan
kerajaan apa yang telah membangun monumen ini. Sebagai hasil imajinasi, rakyat
setempat menciptakan dongeng lokal atau dongeng rakyat untuk menjelaskan
asal-mula keberadaan candi-candi ini; diwarnai dengan kisah fantastis mengenai
raja raksasa, ribuan candi yang dibangun oleh makhluk halus jin dan dedemit
hanya dalam tempo satu malam, serta putri cantik yang dikutuk menjadi arca.
Legenda mengenai candi Prambanan dikenal sebagai kisah Rara Jonggrang.
Pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons seorang berkebangsaan
Belanda. Candi ini menarik perhatian dunia ketika pada masa pendudukan
Britania atas Jawa. Ketika itu Colin Mackenzie, seorang surveyor bawahan Sir
Thomas Stamford Raffles, menemukan candi ini. Meskipun Sir Thomas kemudian
memerintahkan penyelidikan lebih lanjut, reruntuhan candi ini tetap telantar
hingga berpuluh-puluh tahun. Penggalian tak serius dilakukan sepanjang 1880-an
yang sayangnya malah menyuburkan praktik penjarahan ukiran dan batu candi.
Kemudian pada tahun 1855 Jan Willem IJzerman mulai membersihkan dan
memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik candi. Beberapa saat kemudian
Isaäc Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan batu-batu candi
tersebut ditumpuk secara sembarangan di sepanjang Sungai Opak. Arca-arca dan
relief candi diambil oleh warga Belanda dan dijadikan hiasan taman, sementara
warga pribumi menggunakan batu candi untuk bahan bangunan dan fondasi
rumah.
2.1.1.4 Pemugaran
Pemugaran dimulai pada tahun 1918, akan tetapi upaya serius yang sesungguhnya
dimulai pada tahun 1930-an. Pada tahun 1902-1903, Theodoor van Erp
memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan oleh
Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara
yang lebih sistematis sesuai kaidah arkeologi. Sebagaimana diketahui para
pendahulunya melakukan pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu secara
sembarangan tanpa memikirkan adanya usaha pemugaran kembali. Pada tahun
1926 dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya pada tahun 1930. Pada tahun
1931 digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada tahun 1942 dan
kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia dan itu
berlanjut hingga tahun 1993.[9]
Upaya restorasi terus menerus dilakukan bahkan hingga kini. Pemugaran candi
Siwa yaitu candi utama kompleks ini dirampungkan pada tahun 1953 dan
diresmikan oleh Presiden pertama Republik Indonesia Sukarno. ada bagian candi
yang direstorasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang
dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direstorasi
apabila minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi
kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja.
Kini, candi ini termasuk dalam Situs Warisan Dunia yang dilindungi oleh
UNESCO, status ini diberikan UNESCO pada tahun 1991. Kini, beberapa bagian
candi Prambanan tengah direstorasi untuk memperbaiki kerusakan akibat gempa
Yogyakarta 2006. Gempa ini telah merusak sejumlah bangunan dan patung.

2.1.2 Tujuan Pendirian


Tujuan pembangunan Candi Prambanan adalah  
1. untuk mengabadikan mahakarya Trimurti 
2. untuk memuliakan para bidadari kayangan 
3. untuk memuliakan Trimurti dalam agama Hindu 
4. untuk mensucikan Brahma sebagai dewa tunggal 
5. untuk menyambut para arwah leluhur yang sudah lama berpulang
2.1.3 Koleksi
Kompleks candi

Model arsitektur rekonstruksi kompleks candi Prambanan, aslinya terdapat 240


candi berdiri di kompleks ini.
Pintu masuk ke kompleks bangunan ini terdapat di keempat arah penjuru mata
angin, akan tetapi arah hadap bangunan ini adalah ke arah timur, maka pintu
masuk utama candi ini adalah gerbang timur. Kompleks candi Prambanan terdiri
dari:
1. 3 Candi Trimurti: candi Siwa, Wisnu, dan Brahma
2. 3 Candi Wahana: candi Nandi, Garuda, dan Angsa
3. 2 Candi Apit: terletak antara barisan candi-candi Trimurti dan candi-candi
Wahana di sisi utara dan selatan
4. 4 Candi Kelir: terletak di 4 penjuru mata angin tepat di balik pintu masuk
halaman dalam atau zona inti
5. 4 Candi Patok: terletak di 4 sudut halaman dalam atau zona inti
6. 224 Candi Perwara: tersusun dalam 4 barisan konsentris dengan jumlah
candi dari barisan terdalam hingga terluar: 44, 52, 60, dan 68
Maka terdapat total 240 candi di kompleks Prambanan.
Aslinya terdapat 240 candi besar dan kecil di kompleks Candi Prambanan. [15]
Tetapi kini hanya tersisa 18 candi; yaitu 8 candi utama dan 8 candi kecil di zona
inti serta 2 candi perwara. Banyak candi perwara yang belum dipugar, dari 224
candi perwara hanya 2 yang sudah dipugar, yang tersisa hanya tumpukan batu
yang berserakan. Kompleks candi Prambanan terdiri atas tiga zona; pertama
adalah zona luar, kedua adalah zona tengah yang terdiri atas ratusan candi, ketiga
adalah zona dalam yang merupakan zona tersuci tempat delapan candi utama dan
delapan kuil kecil.
Penampang denah kompleks candi Prambanan adalah berdasarkan lahan bujur
sangkar yan terdiri atas tiga bagian atau zona, masing-masing halaman zona ini
dibatasi tembok batu andesit. Zona terluar ditandai dengan pagar bujur sangkar
yang masing-masing sisinya sepanjang 390 meter, dengan orientasi Timur Laut -
Barat Daya. Kecuali gerbang selatan yang masih tersisa, bagian gerbang lain dan
dinding candi ini sudah banyak yang hilang. Fungsi dari halaman luar ini secara
pasti belum diketahui; kemungkinan adalah lahan taman suci, atau kompleks
asrama Brahmana dan murid-muridnya. Mungkin dulu bangunan yang berdiri di
halaman terluar ini terbuat dari bahan kayu, sehingga sudah lapuk dan musnah tak
tersisa.
Candi Prambanan adalah salah satu candi Hindu terbesar di Asia Tenggara selain
Angkor Wat. Tiga candi utama disebut Trimurti dan dipersembahkan kepadantiga
dewa utama Trimurti: Siwa sang Penghancur, Wisnu sang Pemelihara dan
Brahma sang Pencipta. Di kompleks candi ini Siwa lebih diutamakan dan lebih
dimuliakan dari dua dewa Trimurti lainnya. Candi Siwa sebagai bangunan utama
sekaligus yang terbesar dan tertinggi, menjulang setinggi 47 meter.
Candi Siwa

Candi Siwa, candi utama di kompleks candi Prambanan yang dipersembahkan


untuk dewa Siwa.
Arca Durga Mahisasuramardini di ruang utara candi Siwa.
Halaman dalam adalah zona paling suci dari ketiga zona kompleks candi.
Pelataran ini ditinggikan permukaannya dan berdenah bujur sangkar dikurung
pagar batu dengan empat gerbang di empat penjuru mata angin. Dalam halaman
berpermukaan pasir ini terdapat delapan candi utama; yaitu tiga candi utama yang
disebut candi Trimurti ("tiga wujud"), dipersembahkan untuk tiga dewa Hindu
tertinggi: Dewa Brahma Sang Pencipta, Wishnu Sang Pemelihara, dan Siwa Sang
Pemusnah.
Candi Siwa sebagai candi utama adalah bangunan terbesar sekaligus tetinggi di
kompleks candi Rara Jonggrang, berukuran tinggi 47 meter dan lebar 34 meter.
Puncak mastaka atau kemuncak candi ini dimahkotai modifikasi bentuk wajra
yang melambangkan intan atau halilintar. Bentuk wajra ini merupakan versi
Hindu sandingan dari stupa yang ditemukan pada kemuncak candi Buddha. Candi
Siwa dikelilingi lorong galeri yang dihiasi relief yang menceritakan kisah
Ramayana; terukir di dinding dalam pada pagar langkan. Di atas pagar langkan ini
dipagari jajaran kemuncak yang juga berbentuk wajra. Untuk mengikuti kisah
sesuai urutannya, pengunjung harus masuk dari sisi timur, lalu melakukan
pradakshina yakni berputar mengelilingi candi sesuai arah jarum jam. Kisah
Ramayana ini dilanjutkan ke Candi Brahma.
Candi Siwa di tengah-tengah, memuat lima ruangan, satu ruangan di setiap arah
mata angin dan satu garbagriha, yaitu ruangan utama dan terbesar yang terletak di
tengah candi. Ruangan timur terhubung dengan ruangan utama tempat
bersemayam sebuah arca Siwa Mahadewa (Perwujudan Siwa sebagai Dewa
Tertinggi) setinggi tiga meter. Arca ini memiliki Lakçana (atribut atau simbol)
Siwa, yaitu chandrakapala (tengkorak di atas bulan sabit), jatamakuta (mahkota
keagungan), dan trinetra (mata ketiga) di dahinya. Arca ini memiliki empat
lengan yang memegang atribut Siwa, seperti aksamala (tasbih), camara (rambut
ekor kuda pengusir lalat), dan trisula. Arca ini mengenakan upawita (tali kasta)
berbentuk ular naga (kobra). Siwa digambarkan mengenakan cawat dari kulit
harimau, digambarkan dengan ukiran kepala, cakar, dan ekor harimau di pahanya.
Sebagian sejarawan beranggapa bahwa arca Siwa ini merupakan perwujudan raja
Balitung sebagai dewa Siwa, sebagai arca pedharmaan anumerta dia. Sehingga
ketika raja ini wafat, arwahnya dianggap bersatu kembali dengan dewa penitisnya
yaitu Siwa.[16] Arca Siwa Mahadewa ini berdiri di atas lapik bunga padma di atas
landasan persegi berbentuk yoni yang pada sisi utaranya terukir ular Nāga (kobra).
Tiga ruang yang lebih kecil lainnya menyimpan arca-arca yang ukuran lebih kecil
yang berkaitan dengan Siwa. Di dalam ruang selatan terdapat Resi Agastya,
Ganesha putra Siwa di ruang barat, dan di ruang utara terdapat arca sakti atau istri
Siwa, Durga Mahisasuramardini, menggambarkan Durga sebagai pembasmi
Mahisasura, raksasa Lembu yang menyerang swargaloka. Arca Durga ini juga
disebut sebagai Rara Jonggrang (dara langsing) oleh penduduk setempat. Arca
ini dikaitkan dengan tokoh putri legendaris Rara Jonggrang.
Di dalam buku terkenal Thomas Raffles, The History of Java (1817) terdapat
gambar Candi Induk Prambanan dengan keterangan "candi induk di Jongrangan".
Dalam nama jongrangan ini dikenal nama lokal lainnya yang populer untuk
kompleks percandian ini, yaitu Loro Jonggrang, yang berarti "Gadis Semampai".
Loro Jonggarang adalah tokoh utama dalam sebuah cerita rakyat Jawa.
Candi Brahma dan Candi Wisnu
Dua candi lainnya dipersembahkan kepada Dewa Wisnu, yang terletak di sisi
utara dan satunya dipersembahkan kepada Brahma, yang terletak di sisi selatan.
Kedua candi ini menghadap ke timur dan hanya terdapat satu ruang, yang
dipersembahkan untuk dewa-dewa ini. Candi Brahma menyimpan arca Brahma
dan Candi Wishnu menyimpan arca Wishnu yang berukuran tinggi hampir 3
meter. Ukuran candi Brahma dan Wishnu adalah sama, yakni lebar 20 meter dan
tinggi 33 meter.
Candi Wahana

Candi Garuda, salah satu candi wahana


Tepat di depan candi Trimurti terdapat tiga candi yang lebih kecil daripada candi
Brahma dan Wishnu yang dipersembahkan kepada kendaraan atau wahana dewa-
dewa ini; sang lembu Nandi wahana Siwa, sang Angsa wahana Brahma, dan sang
Garuda wahana Wisnu. Candi-candi wahana ini terletak tepat di depan dewa
penunggangnya. Di depan candi Siwa terdapat candi Nandi, di dalamnya terdapat
arca lembu Nandi. Pada dinding di belakang arca Nandi ini di kiri dan kanannya
mengapit arca Chandra dewa bulan dan Surya dewa matahari. Chandra
digambarkan berdiri di atas kereta yang ditarik 10 kuda, sedangkan Surya berdiri
di atas kereta yang ditarik 7 kuda.[17] Tepat di depan candi Brahma terdapat candi
Angsa. Candi ini kosong dan tidak ada arca Angsa di dalamnya. Mungkin dulu
pernah bersemayam arca Angsa sebagai kendaraan Brahma di dalamnya. Di depan
candi Wishnu terdapat candi yang dipersembahkan untuk Garuda, akan tetapi
sama seperti candi Angsa, di dalam candi ini tidak ditemukan arca Garuda.
Mungkin dulu arca Garuda pernah ada di dalam candi ini. Hingga kini Garuda
menjadi lambang penting di Indonesia, yaitu sebagai lambang negara Garuda
Pancasila.
Candi Apit, Candi Kelir, dan Candi Patok
Di antara baris keenam candi-candi utama ini terdapat Candi Apit. Ukuran Candi
Apit hampir sama dengan ukuran candi perwara, yaitu tinggi 14 meter dengan
tapak denah 6 x 6 meter. Disamping 8 candi utama ini terdapat candi kecil berupa
kuil kecil yang mungkin fungsinya menyerupai pelinggihan dalam Pura Hindu
Bali tempat meletakan canang atau sesaji, sekaligus sebagai aling-aling di depan
pintu masuk. Candi-candi kecil ini yaitu; 4 Candi Kelir pada empat penjuru mata
angin di muka pintu masuk, dan 4 Candi Patok di setiap sudutnya. Candi Kelir
dan Candi Patok berbentuk miniatur candi tanpa tangga dengan tinggi sekitar 2
meter.
Candi Perwara
Candi Perwara
Dua dinding berdenah bujur sangkar yang mengurung dua halaman dalam,
tersusun dengan orientasi sesuai empat penjuru mata angin. Dinding kedua
berukuran panjang 225 meter di tiap sisinya. Di antara dua dinding ini adalah
halaman kedua atau zona kedua. Zona kedua terdiri atas 224 Candi Perwara yang
disusun dalam empat baris konsentris. Candi-candi ini dibangun di atas empat
undakan teras-teras yang makin ke tengah sedikit makin tinggi. Empat baris
candi-candi ini berukuran lebih kecil daripada candi utama. Candi-candi ini
disebut "Candi Perwara" yaitu Candi Pengawal atau Candi Pelengkap. Candi-
Candi Perwara disusun dalam empat baris konsentris baris terdalam terdiri atas 44
candi, baris kedua 52 candi, baris ketiga 60 candi, dan baris keempat sekaligus
baris terluar terdiri atas 68 candi.
Masing-masing Candi Perwara ini berukuran tinggi 14 meter dengan tapak denah
6 x 6 meter, dan jumlah keseluruhan Candi Perwara di halaman ini adalah 224
candi. Kesemua Candi Perwara ini memiliki satu tangga dan pintu masuk sesuai
arah hadap utamanya, kecuali 16 candi di sudut yang memiliki dua tangga dan
pintu masuk menghadap ke dua arah luar.[18] Jika kebanyakan atap candi di
halaman dalam zona inti berbentuk wajra, maka atap candi perwara berbentuk
ratna yang melambangkan permata.
Aslinya ada banyak candi yang ada di halaman ini, akan tetapi hanya sedikit yang
telah dipugar. Bentuk candi perwara ini dirancang seragam. Sejarawan menduga
bahwa candi-candi ini dibiayai dan dibangun oleh penguasa daerah sebagai tanda
bakti dan persembahan bagi raja. Sementara ada pendapat yang mengaitkan empat
baris Candi Perwara melambangkan empat kasta, dan hanya orang-orang anggota
kasta itu yang boleh memasuki dan beribadah di dalamnya; baris paling dalam
hanya oleh dimasuki kasta brahmana, berikutnya hingga baris terluar adalah
barisan candi untuk ksatriya, waisya, dan sudra. Sementara pihak lain
menganggap tidak ada kaitannya antara Candi Perwara dan empat kasta. Barisan
candi perwara kemungkinan dipakai untuk beribadah, atau tempat bertapa
(meditasi) bagi pendeta dan umatnya.
BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena
atas rahmat dan karunianya penulis diberi kesempatan  menyelesaikan
pembuatan laporan hasil study wisata tentang Candi Prambanan tanpa
halangan suatu apapun. Yang terletak persis di perbatasan Propinsi Jawa
Tengah + 17 Km kea rah timur dari kota Yogyakarta. Daerah ini merupakan
daerah yang mempunyai banyak sejarah sehingga tidak heran banyak
wisatawan asing yang ingin mengunjungi tempat-tempat wisata di daerah
Istimewa Yogyakarta terutama di candi Prambanan yang berdiri di sebelah
timur sungai Opak + 200 m sebelah utara Yogya – Solo.
Dengan adanya data yang diperoleh dari uraian penulis dapat
menyimpulkan:
1. Candi prambanan memiliki keistimewaan dan pesona keindahan yang
bukan saja dari bentuk bangunan dan tata ruang, namun juga dari sisi
filosopi dan sejarahnya.
2.   Candi Prambanan memiliki banyak sejarah sehingga banyak wisatawan
mancanegara yang datang untuk melihat secara langsung
kemegahannya.
3.   Candi Prambanan merupakan peninggalan kebudayaan Hindu terbesar
di Indonesia dan warisan bernilai tinggi dari abad ke-9.

3.2   Saran
Setelah penulis mempelajari dan berkunjung ke situs sejarah candi
prambanan, penulis memiliki saran-saran sebagai berikut :
Indonesia itu kaya budaya dan sejarah, maka kunjungilah tempat-tempat
bersejarah yang ada di Indonesia khususnya candi prambanan
Ketika berkunjung ke tempat-tempat wisata, janganlah mengambil sesuatu
yang bukan hak kita
Jagalah sikap ketika berkunjung ke kompleks candi prambanan
Abadikan momen ketika anda berkunjung ke berbagai tempat agar anda bisa
melihatnya lagi
Lestarikan dan kembangkan potensi warisan budaya agar Candi
Prambanan yang sebagai peninggalan bersejarah yang tak ternilai harganya
ini mampu memaksimalkan potensi karena selain merupakan sumber
penghasilan untuk masyarakat sekitar Prambanan juga aset parawisata
nasional Indonesia penambah devisa Negara selain migas
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Prambanan
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai