Anda di halaman 1dari 14

Koordinat: 7.752020°S 110.

491465°E

Toggle the table of contents

Candi Prambanan
"Prambanan" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain, lihat Prambanan
(disambiguasi).

Candi Prambanan (Jawa: ꦕꦤ꧀ꦝꦶ​ꦥꦿꦩ꧀ꦧꦤꦤ꧀, translit. Candi Candi Prambanan


Prambanan) adalah bangunan candi bercorak agama
Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke- ꦕꦤ꧀ꦝꦶ ꦥꦿꦩ꧀ꦧꦤꦤ꧀
9 Masehi. Candi yang juga disebut sebagai Rara
Candhi Prambanan
Jonggrang ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga
dewa utama Hindu yaitu dewa Brahma sebagai dewa
pencipta, dewa Wisnu sebagai dewa pemelihara, dan
dewa Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti
Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha
(bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan
memang di garbagriha (ruang utama) candi ini Candi Prambanan
bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter,
dikarenakan aliran Syaiwa yang mengutamakan
pemujaan dewa Siwa di candi ini.

Kompleks percandian Prambanan secara keseluruhan


terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, tetapi pintu
administrasinya terletak di Jawa Tengah. Hal ini yang
membuat Candi Prambanan terletak di 2 tempat yakni di
Desa Bokoharjo, Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta,[1][2] dan di Tlogo, Prambanan,
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, atau kurang lebih 17
kilometer timur laut dari Kota Jogja, 50 kilometer barat
daya dari Kota Surakarta dan 120 kilometer selatan dari
Kota Semarang, persis di perbatasan antara Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.[3] Lokasi di Sleman
Tampilkan peta Sleman
Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, Tampilkan peta Jawa
candi Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu Tampilkan peta Indonesia
candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini
Tampilkan semua
berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur
Hindu pada umumnya dengan candi Siwa sebagai candi Informasi umum
utama memiliki ketinggian mencapai 47 meter menjulang Koordinat 7.752020°S 110.491465°E
di tengah kompleks gugusan candi-candi yang lebih geografi
kecil.[4] Sebagai salah satu candi termegah di Asia Afiliasi Hindu
Tenggara, candi Prambanan menjadi daya tarik
agama
kunjungan wisatawan dari seluruh dunia.[5]
Dewa Trimurti (Brahma, Wisnu,
dan Siwa
Festival Nyepi
Munisipalitas Sleman dan Klaten
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Jawa
Tengah
Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun Negara Indonesia
pada sekitar tahun 850 masehi oleh Rakai Pikatan, dan Status Masih digunakan
terus dikembangkan dan diperluas oleh Balitung Maha
Sambu, pada masa Kerajaan Medang Mataram. Kepemilikan PT Aviasi Pariwisata
Indonesia (Persero)

Etimologi Badan Balai Pelestarian Cagar


Budaya Daerah Istimewa
Nama Prambanan, berasal dari nama desa tempat candi Yogyakarta
ini berdiri, diduga merupakan perubahan nama dialek Balai Pelestarian Cagar
bahasa Jawa dari istilah teologi Hindu Para Brahman Budaya Jawa Tengah
yang bermakna "Brahman Agung" yaitu Brahman atau TWC Indonesia Heritage
realitas abadi tertinggi dan teragung yang tak dapat Management
digambarkan, yang kerap disamakan dengan konsep Deskripsi arsitektur
Tuhan dalam agama Hindu. Pendapat lain menganggap
Para Brahman mungkin merujuk kepada masa jaya candi Jenis Kompleks candi
ini yang dahulu dipenuhi oleh para brahmana. Pendapat arsitektur
lain mengajukan anggapan bahwa nama "Prambanan" Peletakan 850 M
berasal dari akar kata mban dalam Bahasa Jawa yang batu pertama
bermakna menanggung atau memikul tugas, merujuk
Spesifikasi
kepada para dewa Hindu yang mengemban tugas menata
dan menjalankan keselarasan jagat. Arah fasad Timur
Tinggi 47 meter (154 ft) (Candi
Nama lain dari Prambanan dapat berarti 5 (lima) gunung (maks) Siwa)
yang dalam bahasa Khmer/Kamboja 5 (lima) adalah Pram
dan banam adalah gunung (ប្រាំភ្នំ). Hal ini Candi 240 (16 candi di bagian
menggambarkan 5 puncak gunung dari Himalaya di inti, 224 candi perwara)
India. Mengingat pada saat yang sama dalam kronik Prasasti Prasasti Siwagrha
Khmer bahwa Bangsa Jawa pernah menjajah Khmer Bahan Batu andesit
selama 200 tahun dan Jayawarman ke 2 yang pernah di
Jawa merupakan pahlawan yang membebaskan Khmer Situs Warisan Dunia UNESCO
dari dominasi Jawa. Nama resmi: Prambanan
Nama asli kompleks candi Hindu ini adalah nama dari Jenis Budaya
Bahasa Sanskerta; Siwagrha (Rumah Siwa) atau Kriteria i, iv
Siwalaya (Alam Siwa), berdasarkan Prasasti Siwagrha
Ditetapkan 1991
yang bertarikh 778 Saka (856 Masehi). Trimurti
dimuliakan dalam kompleks candi ini dengan tiga candi No. referensi 642 (http://whc.unesco.or
utamanya memuliakan Brahma, Siwa, dan Wisnu. Akan g/en/list/642)
tetapi Siwa Mahadewa yang menempati ruang utama di Kawasan Asia-Pasifik
candi Siwa adalah dewa yang paling dimuliakan dalam
kompleks candi ini. Cagar budaya Indonesia

J. Gronemen (1887) berpendapat bahwa nama Prambanan


Prambanan berasal dari kata ramban:
Peringkat Nasional

“ mengumpulkan dedaunan (untuk keperluan


rumah tangga atau obat-obatan), [pra-
ramban-an] masih menjadi tempat,
” Kategori
No. Regnas
Kawasan
CB.19 (http://cagarbuday
a.kemdikbud.go.id/cagarb
lazimnya di hutan, di mana dedaunan itu
diramu. Penjelasan seperti ini mengenai udaya/detail/PO20150713
nama puning-puning reruntuhan itu, yang 00004/prambanan)
niscaya pada satu kesempatan ditemukan Tanggal SK 1 Juni 1998
di hutan seperti itu, juga termuat dalam
kamus yang disusun Roorda; [sebuah 13 Oktober 2014
penjelasan] yang begitu sederhana dan
alamiah sehingga kita tidak perlu mencari Pengelola TWC Indonesia Heritage
penjelasan yang lain." (Groneman Management
1887:1427 dalam Jordaan, 1996)[6] Nama sebagaimana tercantum dalam
Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya
Sejarah

Pembangunan

Prambanan adalah candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah


dibangun di Jawa kuno, pembangunan candi Hindu kerajaan ini
dimulai oleh Sri Maharaja Rakai Pikatan sebagai tandingan candi
Buddha Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tak jauh dari
Prambanan. Beberapa sejarawan lama menduga bahwa pembangunan
candi agung Hindu ini untuk menandai kembali berkuasanya keluarga
Sanjaya atas Jawa, hal ini terkait teori wangsa kembar berbeda
keyakinan yang saling bersaing; yaitu wangsa Sanjaya penganut Hindu
dan wangsa Sailendra penganut Buddha. Pastinya, dengan
dibangunnya candi ini menandai bahwa Hinduisme aliran Saiwa
kembali mendapat dukungan keluarga kerajaan, setelah sebelumnya
wangsa Sailendra cenderung lebih mendukung Buddha aliran
Candi Prambanan di antara
Mahayana. Hal ini menandai bahwa kerajaan Medang beralih fokus
kabut pagi.
dukungan keagamaannya, dari Buddha Mahayana ke pemujaan
terhadap Siwa.

Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan dan secara
berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja Sri Maharaja Dyah
Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M, bangunan suci ini
dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta
adalah Siwagrha (Sanskerta:Shiva-grha yang berarti: 'Rumah Siwa') atau Siwalaya
(Sanskerta:Shiva-laya yang berarti: 'Ranah Siwa' atau 'Alam Siwa').[7] Dalam prasasti ini
disebutkan bahwa saat pembangunan candi Siwagrha tengah berlangsung, dilakukan juga
pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai
yang dimaksud adalah sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat
kompleks candi Prambanan. Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok
melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga erosi sungai dapat
membahayakan konstruksi candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai
baru yang memotong lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar
kompleks candi. Bekas aliran sungai asli kemudian ditimbun untuk memberikan lahan yang lebih
luas bagi pembangunan deretan candi perwara (candi pengawal atau candi pendamping).

Beberapa arkeolog berpendapat bahwa arca Siwa di garbhagriha (ruang utama) dalam candi Siwa
sebagai candi utama merupakan arca perwujudan raja Balitung, sebagai arca pedharmaan
anumerta dia.[8]

Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan oleh raja-raja Medang Mataram
berikutnya, seperti raja Sri Maharaja Dyah Daksa dan Sri Maharaja Dyah Tulodong, dan diperluas
dengan membangun ratusan candi-candi tambahan di sekitar candi utama. Karena kemegahan
candi ini, candi Prambanan berfungsi sebagai candi agung Kerajaan Mataram, tempat digelarnya
berbagai upacara penting kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya, sejarawan menduga bahwa
ratusan pendeta brahmana dan murid-muridnya berkumpul dan menghuni pelataran luar candi
ini untuk mempelajari kitab Weda dan melaksanakan berbagai ritual dan upacara Hindu.
Sementara pusat kerajaan atau keraton kerajaan Mataram diduga terletak di suatu tempat di dekat
Prambanan di Dataran Kewu.

Ditelantarkan

Sekitar tahun 930-an, ibu kota kerajaan berpindah ke Jawa


Timur oleh Sri Maharaja Mpu Sindok, yang mendirikan
Wangsa Dinasti Isyana. Penyebab kepindahan pusat kekuasaan
ini tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi sangat mungkin
disebabkan oleh letusan hebat Gunung Merapi yang menjulang
sekitar 20 kilometer di utara candi Prambanan. Kemungkinan
penyebab lainnya adalah peperangan dan perebutan
kekuasaan. Setelah perpindahan ibu kota, candi Prambanan
mulai telantar dan tidak terawat, sehingga pelan-pelan candi Rumah warga yang memakai
ini mulai rusak dan runtuh. bebatuan Candi Prambanan
sebagai pondasi.
Bangunan candi ini diduga benar-benar runtuh akibat gempa
bumi hebat pada abad ke-16. Meskipun tidak lagi menjadi
pusat keagamaan dan ibadah umat Hindu, candi ini masih dikenali dan diketahui keberadaannya
oleh warga Jawa yang menghuni desa sekitar. Candi-candi serta arca Durga dalam bangunan
utama candi ini mengilhami dongeng rakyat Jawa yaitu legenda Rara Jonggrang. Setelah
perpecahan Kesultanan Mataram pada tahun 1755, reruntuhan candi dan sungai Opak di dekatnya
menjadi tanda pembatas antara wilayah Kesultanan Yogyakarta (Jogja) dan Kasunanan Surakarta
(Solo).

Penemuan kembali

Masyarakat sekitar candi sudah mengetahui keberadaan candi


ini. Akan tetapi mereka tidak tahu latar belakang sejarah
sesungguhnya, siapakah raja dan kerajaan apa yang telah
membangun monumen ini. Sebagai hasil imajinasi, rakyat
setempat menciptakan dongeng lokal atau dongeng rakyat
untuk menjelaskan asal-mula keberadaan candi-candi ini;
diwarnai dengan kisah fantastis mengenai raja raksasa, ribuan
candi yang dibangun oleh makhluk halus jin dan dedemit
hanya dalam tempo satu malam, serta putri cantik yang
dikutuk menjadi arca. Legenda mengenai candi Prambanan Reruntuhan candi Siwa di
dikenal sebagai kisah Rara Jonggrang. Kompleks Candi Prambanan
segera setelah ditemukan.
Pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons seorang
berkebangsaan Belanda. Candi ini menarik perhatian dunia
ketika pada masa pendudukan Britania atas Jawa. Ketika itu Colin Mackenzie, seorang surveyor
bawahan Sir Thomas Stamford Raffles, menemukan candi ini. Meskipun Sir Thomas kemudian
memerintahkan penyelidikan lebih lanjut, reruntuhan candi ini tetap telantar hingga berpuluh-
puluh tahun. Penggalian tak serius dilakukan sepanjang 1880-an yang sayangnya malah
menyuburkan praktik penjarahan ukiran dan batu candi. Kemudian pada tahun 1855 Jan Willem
IJzerman mulai membersihkan dan memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik candi.
Beberapa saat kemudian Isaäc Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan batu-batu
candi tersebut ditumpuk secara sembarangan di sepanjang Sungai Opak. Arca-arca dan relief
candi diambil oleh warga Belanda dan dijadikan hiasan taman, sementara warga pribumi
menggunakan batu candi untuk bahan bangunan dan fondasi rumah.

Pemugaran

Pemugaran dimulai pada tahun 1918, akan tetapi upaya serius


yang sesungguhnya dimulai pada tahun 1930-an. Pada tahun
1902-1903, Theodoor van Erp memelihara bagian yang rawan
runtuh. Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan oleh Jawatan
Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin
dengan cara yang lebih sistematis sesuai kaidah arkeologi.
Sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan
pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu secara
sembarangan tanpa memikirkan adanya usaha pemugaran
kembali. Pada tahun 1926 dilanjutkan De Haan hingga akhir
hayatnya pada tahun 1930. Pada tahun 1931 digantikan oleh Ir.
Relief di Prambanan dan struktur
V.R. van Romondt hingga pada tahun 1942 dan kemudian
rumah modern (dari 1920-an) yang
diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia
mirip.
dan itu berlanjut hingga tahun 1993.[9]

Upaya restorasi terus menerus dilakukan bahkan hingga kini.


Pemugaran candi Siwa yaitu candi utama kompleks ini dirampungkan pada tahun 1953 dan
diresmikan oleh Presiden pertama Republik Indonesia Sukarno. ada bagian candi yang direstorasi,
menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat
lain. Sebuah candi hanya akan direstorasi apabila minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena
itu, banyak candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja.

Kini, candi ini termasuk dalam Situs Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO, status ini
diberikan UNESCO pada tahun 1991. Kini, beberapa bagian candi Prambanan tengah direstorasi
untuk memperbaiki kerusakan akibat gempa Yogyakarta 2006. Gempa ini telah merusak sejumlah
bangunan dan patung.

Peristiwa kontemporer

Pada awal tahun 1990-an pemerintah memindahkan pasar dan


kampung yang merebak secara liar di sekitar candi, menggusur
kawasan perkampungan dan sawah di sekitar candi, dan
memugarnya menjadi taman purbakala. Taman purbakala ini
meliputi wilayah yang luas di tepi jalan raya Surakarta-Jogja di
sisi selatannya, meliputi seluruh kompleks candi Prambanan,
termasuk Candi Lumbung, Candi Bubrah, dan Candi Sewu di
sebelah utaranya. Pada tahun 1992 Pemerintah Indonesia
Pagelaran Sendratari Ramayana di
membentuk badan usaha milik negara, PT Taman Wisata Candi Prambanan.
Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Badan usaha ini
bertugas mengelola taman wisata purbakala di Borobudur,
Prambanan, Ratu Boko, serta kawasan sekitarnya. Prambanan adalah salah satu daya tarik wisata
terkenal di Indonesia yang banyak dikunjungi wisatawan dalam negeri ataupun wisatwan
mancanegara.

Tepat di seberang sungai Opak dibangun kompleks panggung dan gedung pertunjukan Trimurti
yang secara rutin menggelar pertunjukan Sendratari Ramayana. Panggung terbuka Trimurti tepat
terletak di seberang candi di tepi Barat sungai Opak dengan latar belakang Candi Prambanan yang
disoroti cahaya lampu. Panggung terbuka ini hanya digunakan
pada musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan,
pertunjukan dipindahkan di panggung tertutup. Tari Jawa
Wayang orang Ramayana ini adalah tradisi adiluhung keraton
Jawa yang telah berusia ratusan tahun, biasanya
dipertunjukkan di keraton dan mulai dipertunjukkan di
Prambanan pada saat bulan purnama sejak tahun 1960-an.
Sejak saat itu Prambanan telah menjadi daya tarik wisata
budaya dan purbakala utama di Indonesia. Pementasan pertama Sendratari
Ramayana di panggung terbuka
Setelah pemugaran besar-besaran tahun 1990-an, Prambanan Roro Jonggrang, Prambanan
juga kembali menjadi pusat ibadah agama Hindu di Jawa. (1961).
Kebangkitan kembali nilai keagamaan Prambanan adalah
karena terdapat cukup banyak masyarakat penganut Hindu,
baik pendatang dari Bali atau warga Jawa yang kembali
menganut Hindu yang bermukim di Yogyakarta, Klaten dan
sekitarnya. Tiap tahun warga Hindu dari provinsi Jawa Tengah
dan Yogyakarta berkumpul di candi Prambanan untuk
menggelar upacara pada hari suci Galungan, Tawur Kesanga,
dan Nyepi.[10][11]

Pada 27 Mei 2006 gempa bumi dengan kekuatan 5,9 pada skala
Richter (sementara United States Geological Survey Pemandangan Prambanan dikala
melaporkan kekuatan gempa 6,2 pada skala Richter) malam yang disoroti lampu dari
menghantam daerah Bantul dan sekitarnya. Gempa ini arah panggung terbuka Trimurti.
menyebabkan kerusakan hebat terhadap banyak bangunan dan
kematian pada penduduk sekitar. Gempa ini berpusat pada
patahan tektonik Opak yang patahannya sesuai arah lembah
sungai Opak dekat Prambanan. Salah satu bangunan yang
rusak parah adalah kompleks Candi Prambanan, khususnya
Candi Brahma. Foto awal menunjukkan bahwa meskipun
kompleks bangunan tetap utuh, kerusakan cukup signifikan.
Pecahan batu besar, termasuk panil-panil ukiran, dan
kemuncak wajra berjatuhan dan berserakan di atas tanah.
Candi-candi ini sempat ditutup dari kunjungan wisatawan
hingga kerusakan dan bahaya keruntuhan dapat Dokumentasi pemeran utama
diperhitungkan. Balai arkeologi Yogyakarta menyatakan bahwa Sendratari Ramayana, Rama
diperlukan waktu berbulan-bulan untuk mengetahui sejauh (Tunjung Sulaksono) dan Sinta
[12][13] (Sumaryaning) bersama Charlie
mana kerusakan yang diakibatkan gempa ini. Beberapa
Chaplin dan GPH Suryohamijoyo di
minggu kemudian, pada tahun 2006 situs ini kembali dibuka
PanggungTerbuka Roro Jonggrang
untuk kunjungan wisata. Pada tahun 2008, tercatat sejumlah
(1961).
856.029 wisatawan Indonesia dan 114.951 wisatawan
mancanegara mengunjungi Prambanan. Pada 6 Januari 2009
pemugaran candi Nandi selesai.[14] Pada tahun 2009, ruang
dalam candi utama tertutup dari kunjungan wisatawan atas alasan keamanan.

Kompleks candi
Pintu masuk ke kompleks bangunan ini terdapat di keempat arah penjuru mata angin, akan tetapi
arah hadap bangunan ini adalah ke arah timur, maka pintu masuk utama candi ini adalah gerbang
timur. Kompleks candi Prambanan terdiri dari:

1. 3 Candi Trimurti: candi Siwa, Wisnu, dan Brahma


2. 3 Candi Wahana: candi Nandi, Garuda, dan Angsa
3. 2 Candi Apit: terletak antara barisan candi-candi Trimurti
dan candi-candi Wahana di sisi utara dan selatan
4. 4 Candi Kelir: terletak di 4 penjuru mata angin tepat di
balik pintu masuk halaman dalam atau zona inti
5. 4 Candi Patok: terletak di 4 sudut halaman dalam atau
zona inti
6. 224 Candi Perwara: tersusun dalam 4 barisan konsentris
dengan jumlah candi dari barisan terdalam hingga terluar:
44, 52, 60, dan 68

Maka terdapat total 240 candi di kompleks Prambanan.

Aslinya terdapat 240 candi besar dan kecil di kompleks Candi


Prambanan.[15] Tetapi kini hanya tersisa 18 candi; yaitu 8 candi
utama dan 8 candi kecil di zona inti serta 2 candi perwara.
Banyak candi perwara yang belum dipugar, dari 224 candi Arca Nandi di Candi Prambanan,
perwara hanya 2 yang sudah dipugar, yang tersisa hanya Indonesia
tumpukan batu yang berserakan. Kompleks candi Prambanan
terdiri atas tiga zona; pertama adalah zona luar, kedua adalah
zona tengah yang terdiri atas ratusan candi, ketiga adalah zona
dalam yang merupakan zona tersuci tempat delapan candi
utama dan delapan kuil kecil.

Penampang denah kompleks candi Prambanan adalah


berdasarkan lahan bujur sangkar yan terdiri atas tiga bagian
atau zona, masing-masing halaman zona ini dibatasi tembok
batu andesit. Zona terluar ditandai dengan pagar bujur sangkar
yang masing-masing sisinya sepanjang 390 meter, dengan
Model arsitektur rekonstruksi
orientasi Timur Laut - Barat Daya. Kecuali gerbang selatan
kompleks candi Prambanan, aslinya
yang masih tersisa, bagian gerbang lain dan dinding candi ini
terdapat 240 candi berdiri di
sudah banyak yang hilang. Fungsi dari halaman luar ini secara
kompleks ini.
pasti belum diketahui; kemungkinan adalah lahan taman suci,
atau kompleks asrama Brahmana dan murid-muridnya.
Mungkin dulu bangunan yang berdiri di halaman terluar ini
terbuat dari bahan kayu, sehingga sudah lapuk dan musnah tak tersisa.

Candi Prambanan adalah salah satu candi Hindu terbesar di Asia Tenggara selain Angkor Wat.
Tiga candi utama disebut Trimurti dan dipersembahkan kepadantiga dewa utama Trimurti: Siwa
sang Penghancur, Wisnu sang Pemelihara dan Brahma sang Pencipta. Di kompleks candi ini
Siwa lebih diutamakan dan lebih dimuliakan dari dua dewa Trimurti lainnya. Candi Siwa sebagai
bangunan utama sekaligus yang terbesar dan tertinggi, menjulang setinggi 47 meter.

Candi Siwa

Halaman dalam adalah zona paling suci dari ketiga zona kompleks candi. Pelataran ini ditinggikan
permukaannya dan berdenah bujur sangkar dikurung pagar batu dengan empat gerbang di empat
penjuru mata angin. Dalam halaman berpermukaan pasir ini terdapat delapan candi utama; yaitu
tiga candi utama yang disebut candi Trimurti ("tiga wujud"), dipersembahkan untuk tiga dewa
Hindu tertinggi: Dewa Brahma Sang Pencipta, Wishnu Sang Pemelihara, dan Siwa Sang
Pemusnah.
Candi Siwa sebagai candi utama adalah bangunan terbesar sekaligus
tetinggi di kompleks candi Rara Jonggrang, berukuran tinggi 47 meter
dan lebar 34 meter. Puncak mastaka atau kemuncak candi ini
dimahkotai modifikasi bentuk wajra yang melambangkan intan atau
halilintar. Bentuk wajra ini merupakan versi Hindu sandingan dari
stupa yang ditemukan pada kemuncak candi Buddha. Candi Siwa
dikelilingi lorong galeri yang dihiasi relief yang menceritakan kisah
Ramayana; terukir di dinding dalam pada pagar langkan. Di atas pagar
langkan ini dipagari jajaran kemuncak yang juga berbentuk wajra.
Untuk mengikuti kisah sesuai urutannya, pengunjung harus masuk
dari sisi timur, lalu melakukan pradakshina yakni berputar
mengelilingi candi sesuai arah jarum jam. Kisah Ramayana ini
dilanjutkan ke Candi Brahma.
Candi Siwa, candi utama di
Candi Siwa di tengah-tengah, memuat lima ruangan, satu ruangan di kompleks candi
setiap arah mata angin dan satu garbagriha, yaitu ruangan utama dan Prambanan yang
terbesar yang terletak di tengah candi. Ruangan timur terhubung dipersembahkan untuk
dengan ruangan utama tempat bersemayam sebuah arca Siwa dewa Siwa.
Mahadewa (Perwujudan Siwa sebagai Dewa Tertinggi) setinggi tiga
meter. Arca ini memiliki Lakçana (atribut atau simbol) Siwa, yaitu
chandrakapala (tengkorak di atas bulan sabit), jatamakuta (mahkota
keagungan), dan trinetra (mata ketiga) di dahinya. Arca ini memiliki
empat lengan yang memegang atribut Siwa, seperti aksamala (tasbih),
camara (rambut ekor kuda pengusir lalat), dan trisula. Arca ini
mengenakan upawita (tali kasta) berbentuk ular naga (kobra). Siwa
digambarkan mengenakan cawat dari kulit harimau, digambarkan
dengan ukiran kepala, cakar, dan ekor harimau di pahanya. Sebagian
sejarawan beranggapa bahwa arca Siwa ini merupakan perwujudan
raja Balitung sebagai dewa Siwa, sebagai arca pedharmaan anumerta
dia. Sehingga ketika raja ini wafat, arwahnya dianggap bersatu
kembali dengan dewa penitisnya yaitu Siwa.[16] Arca Siwa Mahadewa
ini berdiri di atas lapik bunga padma di atas landasan persegi
berbentuk yoni yang pada sisi utaranya terukir ular Nāga (kobra).

Tiga ruang yang lebih kecil lainnya menyimpan arca-arca yang ukuran
lebih kecil yang berkaitan dengan Siwa. Di dalam ruang selatan
terdapat Resi Agastya, Ganesha putra Siwa di ruang barat, dan di Arca Durga
ruang utara terdapat arca sakti atau istri Siwa, Durga Mahisasuramardini di
ruang utara candi Siwa.
Mahisasuramardini, menggambarkan Durga sebagai pembasmi
Mahisasura, raksasa Lembu yang menyerang swargaloka. Arca Durga
ini juga disebut sebagai Rara Jonggrang (dara langsing) oleh
penduduk setempat. Arca ini dikaitkan dengan tokoh putri legendaris Rara Jonggrang.

Di dalam buku terkenal Thomas Raffles, The History of Java (1817) terdapat gambar Candi Induk
Prambanan dengan keterangan "candi induk di Jongrangan". Dalam nama jongrangan ini dikenal
nama lokal lainnya yang populer untuk kompleks percandian ini, yaitu Loro Jonggrang, yang
berarti "Gadis Semampai". Loro Jonggarang adalah tokoh utama dalam sebuah cerita rakyat Jawa.

Candi Brahma dan Candi Wisnu

Dua candi lainnya dipersembahkan kepada Dewa Wisnu, yang terletak di sisi utara dan satunya
dipersembahkan kepada Brahma, yang terletak di sisi selatan. Kedua candi ini menghadap ke
timur dan hanya terdapat satu ruang, yang dipersembahkan untuk dewa-dewa ini. Candi Brahma
menyimpan arca Brahma dan Candi Wishnu menyimpan arca Wishnu yang berukuran tinggi
hampir 3 meter. Ukuran candi Brahma dan Wishnu adalah sama, yakni lebar 20 meter dan tinggi
33 meter.

Candi Wahana

Tepat di depan candi Trimurti terdapat tiga candi yang lebih kecil
daripada candi Brahma dan Wishnu yang dipersembahkan kepada
kendaraan atau wahana dewa-dewa ini; sang lembu Nandi wahana
Siwa, sang Angsa wahana Brahma, dan sang Garuda wahana Wisnu.
Candi-candi wahana ini terletak tepat di depan dewa penunggangnya.
Di depan candi Siwa terdapat candi Nandi, di dalamnya terdapat arca
lembu Nandi. Pada dinding di belakang arca Nandi ini di kiri dan
kanannya mengapit arca Chandra dewa bulan dan Surya dewa
matahari. Chandra digambarkan berdiri di atas kereta yang ditarik 10
kuda, sedangkan Surya berdiri di atas kereta yang ditarik 7 kuda.[17]
Tepat di depan candi Brahma terdapat candi Angsa. Candi ini kosong
dan tidak ada arca Angsa di dalamnya. Mungkin dulu pernah
Candi Garuda, salah satu
bersemayam arca Angsa sebagai kendaraan Brahma di dalamnya. Di
candi wahana
depan candi Wishnu terdapat candi yang dipersembahkan untuk
Garuda, akan tetapi sama seperti candi Angsa, di dalam candi ini tidak
ditemukan arca Garuda. Mungkin dulu arca Garuda pernah ada di dalam candi ini. Hingga kini
Garuda menjadi lambang penting di Indonesia, yaitu sebagai lambang negara Garuda Pancasila.

Candi Apit, Candi Kelir, dan Candi Patok

Di antara baris keenam candi-candi utama ini terdapat Candi Apit. Ukuran Candi Apit hampir
sama dengan ukuran candi perwara, yaitu tinggi 14 meter dengan tapak denah 6 x 6 meter.
Disamping 8 candi utama ini terdapat candi kecil berupa kuil kecil yang mungkin fungsinya
menyerupai pelinggihan dalam Pura Hindu Bali tempat meletakan canang atau sesaji, sekaligus
sebagai aling-aling di depan pintu masuk. Candi-candi kecil ini yaitu; 4 Candi Kelir pada empat
penjuru mata angin di muka pintu masuk, dan 4 Candi Patok di setiap sudutnya. Candi Kelir dan
Candi Patok berbentuk miniatur candi tanpa tangga dengan tinggi sekitar 2 meter.

Candi Perwara

Dua dinding berdenah bujur sangkar yang mengurung dua halaman dalam, tersusun dengan
orientasi sesuai empat penjuru mata angin. Dinding kedua berukuran panjang 225 meter di tiap
sisinya. Di antara dua dinding ini adalah halaman kedua atau zona kedua. Zona kedua terdiri atas
224 Candi Perwara yang disusun dalam empat baris konsentris. Candi-candi ini dibangun di atas
empat undakan teras-teras yang makin ke tengah sedikit makin tinggi. Empat baris candi-candi ini
berukuran lebih kecil daripada candi utama. Candi-candi ini disebut "Candi Perwara" yaitu Candi
Pengawal atau Candi Pelengkap. Candi-Candi Perwara disusun dalam empat baris konsentris baris
terdalam terdiri atas 44 candi, baris kedua 52 candi, baris ketiga 60 candi, dan baris keempat
sekaligus baris terluar terdiri atas 68 candi.

Masing-masing Candi Perwara ini berukuran tinggi 14 meter dengan tapak denah 6 x 6 meter, dan
jumlah keseluruhan Candi Perwara di halaman ini adalah 224 candi. Kesemua Candi Perwara ini
memiliki satu tangga dan pintu masuk sesuai arah hadap utamanya, kecuali 16 candi di sudut yang
memiliki dua tangga dan pintu masuk menghadap ke dua arah luar.[18] Jika kebanyakan atap
candi di halaman dalam zona inti berbentuk wajra, maka atap candi perwara berbentuk ratna
yang melambangkan permata.
Aslinya ada banyak candi yang ada di halaman ini, akan tetapi
hanya sedikit yang telah dipugar. Bentuk candi perwara ini
dirancang seragam. Sejarawan menduga bahwa candi-candi ini
dibiayai dan dibangun oleh penguasa daerah sebagai tanda
bakti dan persembahan bagi raja. Sementara ada pendapat
yang mengaitkan empat baris Candi Perwara melambangkan
empat kasta, dan hanya orang-orang anggota kasta itu yang
boleh memasuki dan beribadah di dalamnya; baris paling
dalam hanya oleh dimasuki kasta brahmana, berikutnya hingga
baris terluar adalah barisan candi untuk ksatriya, waisya, dan
sudra. Sementara pihak lain menganggap tidak ada kaitannya
antara Candi Perwara dan empat kasta. Barisan candi perwara
kemungkinan dipakai untuk beribadah, atau tempat bertapa Candi Perwara di halaman sisi
(meditasi) bagi pendeta dan umatnya. selatan, tampak pada latar
belakang Candi Brahma dan
Hamsa
Arsitektur
Arsitektur candi Prambanan berpedoman kepada tradisi
arsitektur Hindu yang berdasarkan kitab Wastu Sastra/Kitab
Silpastra. Denah candi megikuti pola mandala, sementara
bentuk candi yang tinggi menjulang merupakan ciri khas candi
Hindu. Prambanan memiliki nama asli Siwagrha dan
dirancang menyerupai rumah Siwa, yaitu mengikuti bentuk
gunung suci Mahameru, tempat para dewa bersemayam.
Seluruh bagian kompleks candi mengikuti model alam semesta
menurut konsep kosmologi Hindu, yakni terbagi atas beberapa
lapisan ranah, alam atau Loka.

Seperti Borobudur, Prambanan juga memiliki tingkatan zona


candi, mulai dari yang kurang suci hingga ke zona yang paling
suci. Meskipun berbeda nama, tiap konsep Hindu ini memiliki
Penampang candi Siwa
sandingannya dalam konsep Buddha yang pada hakikatnya
hampir sama. Baik lahan denah secara horisontal maupun
vertikal terbagi atas tiga zona:[19]

Bhurloka (dalam Buddhisme: Kamadhatu), adalah ranah terendah makhluk yang fana;
manusia, hewan, juga makhluk halus Hantu dan iblis. Di ranah ini manusia masih terikat dengn
hawa nafsu, hasrat, dan cara hidup yang tidak suci. Halaman terlar dan kaki candi
melambangkan ranah bhurloka.
Bwahloka (dalam Buddhisme: Rupadhatu), adalah alam tegah, tempat orang suci, resi,
pertapa, dan dewata rendahan. Di alam ini manusia mulai melihat cahaya kebenaran.
Halaman tengah dan tubuh candi melambangkan ranah bwahloka.
Swahloka (dalam Buddhisme: Arupadhatu), adalah ranah trtinggi sekaligus tersuci tempat
para dewa Hapsara Hapsari Bidadari bersemayam, juga disebut swargaloka. Halaman dalam
dan atap candi melambangkan ranah swahloka. Atap candi-candi di kompleks Prambanan
dihiasi dengan kemuncak mastaka berupa ratna (Sanskerta: permata), bentuk ratna
Prambanan merupakan modifikasi bentuk wajra yang melambangkan intan atau halilintar.
Dalam arsitektur Hindu Jawa kuno, ratna adalah sandingan Hindu untuk stupa Buddha, yang
berfungsi sebagai kemuncak atau mastaka candi.

Pada saat pemugaran, tepat di bawah arca Siwa di bawah ruang utama candi Siwa terdapat sumur
yang didasarnya terdapat pripih (kotak batu). Sumur ini sedalam 5,75 meter dan peti batu pripih
ini ditemukan di atas timbunan arang kayu, tanah, dan tulang belulang hewan korban. Di dalam
pripih ini terdapat benda-benda suci seperti lembaran emas dengan aksara bertuliskan Baruna
(dewa laut) dan Parwata (dewa gunung). Dalam peti batu ini terdapat lembaran tembaga
bercampur arang, abu, dan tanah, 20 keping uang kuno, beberapa butir permata, kaca, potongan
emas, dan lembaran perak, cangkang kerang, dan 12 lembaran emas (5 diantaranya berbentuk
kura-kura, ular naga (kobra), padma, altar, dan telur).[20]

Relief

Ramayana dan Krishnayana

Candi ini dihiasi relief naratif yang menceritakan epos Hindu;


Ramayana dan Krishnayana. Relif berkisah ini diukirkan pada
dinding sebelah dalam pagar langkan sepanjang lorong galeri
yang mengelilingi tiga candi utama. Relief ini dibaca dari kanan
ke kiri dengan gerakan searah jarum jam mengitari candi. Hal
ini sesuai dengan ritual pradaksina, yaitu ritual mengelilingi Relief di Prambanan menampilkan
bangunan suci searah jarum jam oleh peziarah. Kisah Shinta tengah diculik Rahwana
Ramayana bermula di sisi timur candi Siwa dan dilanjutkan ke yang menunggangi raksasa
candi Brahma temple. Pada pagar langkan candi Wisnu bersayap, sementara burung Jatayu
terdapat relief naratif Krishnayana yang menceritakan di sebelah kiri atas mencoba
kehidupan Krishna sebagai salah satu awatara Wishnu. menolong Shinta.

Relief Ramayana menggambarkan bagaimana Shinta, istri


Rama, diculik oleh Rahwana. Panglima bangsa wanara (kera),
Hanuman, datang ke Alengka untuk membantu Rama mencari
Shinta. Kisah ini juga ditampilkan dalam Sendratari Ramayana,
yaitu pagelaran wayang orang Jawa yang dipentaskan secara
rutin di panggung terbuka Trimurti setiap malam bulan
purnama. Latar belakang panggung Trimurti adalah
pemandangan megah tiga candi utama yang disinari cahaya
lampu.

Panil khas Prambanan, singa di


Lokapala, Brahmana, dan Dewata dalam relung diapit dua pohon
kalpataru yang masing-masing
Di seberang panel naratif relief, di atas tembok tubuh candi di diapit oleh sapasang kinnara-kinnari
sepanjang galeri dihiasi arca-arca dan relief yang atau sepasang margasatwa.
menggambarkan para dewata dan resi brahmana. Arca dewa-
dewa lokapala, dewa surgawi penjaga penjuru mata angin dapat
ditemukan di candi Siwa. Sementara arca para brahmana penyusun kitab Weda terdapat di candi
Brahma. Di candi Wishnu terdapat arca dewata yang diapit oleh dua apsara atau bidadari
kahyangan.

Panil Prambanan: Singa dan Kalpataru

Di dinding luar sebelah bawah candi dihiasi oleh barisan relung (ceruk) yang menyimpan arca
singa diapit oleh dua panil yang menggambarkan pohon hayat kalpataru. Pohon suci ini dalam
mitologi Hindu-Buddha dianggap pohon yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan manusia.
Di kaki pohon Kalpataru ini diapit oleh pasangan kinnara-kinnari (hewan ajaib bertubuh burung
berkepala manusia), atau pasangan hewan lainnya, seperti burung, kijang, domba, monyet, kuda,
gajah, dan lain-lain. Pola singa diapit kalpataru adalah pola khas yang hanya ditemukan di
Prambanan, karena itulah disebut "Panel Prambanan"

Museum Prambanan Jawa Tengah


Di dalam kompleks taman purbakala candi Prambanan terdapat sebuah museum yang menyimpan
berbagai temuan benda bersejarah purbakala. Museum ini terletak di sisi utara Candi Prambanan,
antara candi Prambanan dan candi Lumbung. Museum ini dibangun dalam arsitektur tradisional
Jawa, berupa rumah joglo. Koleksi yang tersimpan di museum ini adalah berbagai batu-batu candi
dan berbagai arca yang ditemukan di sekitar lokasi candi Prambanan; misalnya arca lembu Nandi,
resi Agastya, Siwa, Wishnu, Garuda, dan arca Durga Mahisasuramardini, termasuk pula batu
Lingga Siwa, sebagai lambang kesuburan.

Replika harta karun emas temuan Wonoboyo yang terkenal itu, berupa mangkuk berukir
Ramayana, gayung, tas, uang, dan perhiasan emas, juga dipamekan di museum ini. Temuan
Wonoboyo yang asli kini disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta. Replika model
arsitektur beberapa candi seperti Prambanan, Borobudur, dan Plaosan juga dipamerkan di
museum ini. Museum ini dapat dimasuki secara gratis oleh pengunjung taman purbakala
Prambanan karena tiket masuk taman wisata sudah termasuk museum ini. Pertunjukan audio
visual mengenai candi Prambanan juga ditampilkan disini.

Candi lain di sekitar Prambanan


Dataran Kewu atau dataran Prambanan adalah dataran subur
yang membentang antara lereng selatan kaki gunung Merapi di
utara dan jajaran pegunungan kapur Sewu di selatan, dekat
perbatasan Sleman dan Klaten. Selain candi Prambanan,
lembah dan dataran di sekitar Prambanan kaya akan
peninggalan arkeologi candi-candi Buddha paling awal dalam
sejarah Indonesia, serta candi-candi Hindu. Candi Prambanan
dikelilingi candi-candi Buddha. Masih di dalam kompleks
taman wisata purbakala, tak jauh di sebelah utara candi
Prambanan terdapat reruntuhan candi Lumbung dan candi Candi dan situs purbakala di sekitar
Bubrah. Lebih ke utara lagi terdapat candi Sewu, candi Buddha Dataran Kewu
terbesar kedua setelah Borobudur. Lebih jauh ke timur
terdapat candi Plaosan. Di arah barat Prambanan terdapat
candi Kalasan dan candi Sari. Sementara di arah selatan
terdapat candi Sojiwan, Situs Ratu Baka yang terletak di atas
perbukitan, serta candi Banyunibo, candi Barong, dan candi
Ijo.

Dengan ditemukannya begitu banyak peninggalan bersejarah


berupa candi-candi yang hanya berjarak beberapa ratus meter
satu sama lain, menunjukkan bahwa kawasan di sekitar
Prambanan pada zaman dahulu kala adalah kawasan penting. Candi Sewu, candi Buddha yang
Kawasan yang memiliki nilai penting baik dalam hal masuk dalam lingkungan Taman
keagamaan, politik, ekonomi, dan kebudayaan. Letak candi- Purbalaka Prambanan, dikaitkan
candi Hindu dan Buddha yang berdampingan satu sama lain dengan legenda Rara Jonggrang
dalam jarak yang cukup dekat ini menunjukkan bahwa
toleransi beragama sejak zaman dulu sudah ada dan hal ini
menjadi simbol bagi kehidupan beragama yang damai dan harmonis di Indonesia.[21]
Diduga kuat bahwa pusat kerajaan Medang Mataram terletak disuatu tempat di dataran ini.
Kekayaan situs arkeologi, serta kecanggihan dan keindahan candi-candinya menjadikan Dataran
Prambanan tak kalah dengan kawasan bersejarah terkenal lainnya di Asia Tenggara, seperti situs
arkeologi kota purbakala Angkor, Bagan, dan Ayutthaya.

Lihat pula
Borobudur
Situs Ratu Baka
Rara Jonggrang
Arsitektur Indonesia
Candi

Galeri
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Prambanan.

Arca Siwa Arca Brahma di Arca Wisnu di Candi Arca Ganesha di


Mahadewa di Candi Candi Prambanan Prambanan Candi Prambanan
Prambanan

Referensi
1. "Kompleks Candi Prambanan". Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta.
Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia. Diakses tanggal 2021-04-13.
2. "Peta 1944, Kunci Penegasan Batas DIY dan Jawa Tengah di Candi Prambanan". Kundha
Kabudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Diakses tanggal 2021-04-17.
3. Prambanan Temple Compounds – UNESCO World Heritage Centre (http://whc.unesco.org/en/li
st/642)
4. "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-10-06. Diakses tanggal 2012-01-30.
5. Prambanan Temple (http://www.indonesia-tourism.com/yogyakarta/prambanan-temple.html)
6. Jordaan, Roy [Ed]. (1996). Memuji Prambanan. Jakarta, Indonesia: Yayasan Obor.
7. Prasasti Siwagrha, Museum Nasional Indonesia
8. Soetarno, Drs. R. second edition (2002). "Aneka Candi Kuno di Indonesia" (Ancient Temples in
Indonesia), pp. 16. Dahara Prize. Semarang. ISBN 979-501-098-0.
9. Mengenal Candi Siwa dan Parambanan Dari Dekat, Penerbit Kanisius
10. http://fotokita.net/browse/photo/521224606164_4362834/tag/8/perayaan Nyepi di Prambanan
11. http://berita.liputan6.com/sosbud/200103/10186/class='vidico' Nyepi di Candi Prambanan
12. IOL (2006). "World famous temple complex damaged in quake". Diarsipkan dari versi asli
tanggal 2012-05-25. Diakses tanggal 2006-05-28.
13. Di sản thế giới tại Indonesia bị động đất huỷ hoại (http://vnexpress.net/GL/The-gioi/Tu-lieu/200
6/05/3B9EA40A/) (Vietnam)
14. "Yogyakarta Online Candi Nandi Selesai Dipugar". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-
25. Diakses tanggal 2012-01-30.
15. Ariswara; English translation by Lenah Matius. third edition (1993). "Prambanan", pp. 8.
Intermasa. Jakarta. ISBN 979-8114-57-4.
16. Ariswara; English translation by Lenah Matius. third edition (1993). "Prambanan", pp. 11–12.
Intermasa. Jakarta. ISBN 979-8114-57-4.
17. Ariswara; English translation by Lenah Matius. third edition (1993). "Prambanan", pp. 26.
Intermasa. Jakarta. ISBN 979-8114-57-4.
18. "Prambanan: A Brief Architectural Summary" (dalam bahasa English). Borobudur TV. Diakses
tanggal 2011-10-31.
19. Konservasi Borobudur (http://konservasiborobudur.org/?p=11) Diarsipkan (https://web.archive.o
rg/web/20110726234819/http://konservasiborobudur.org/?p=11) 2011-07-26 di Wayback
Machine. (in Indonesian)
20. "Arsitektur Candi Roro Jonggrang".
21. UNESCO Cultural Heritages and Symbol of Indonesian Peace and Religious Harmony, Hary
Gunarto, International Journal of Current Multidisiplinary Studies. May 2019, pp. 993-997.
Pranala luar (https://www.apu.ac.jp/~gunarto/harmony.pdf)

Lihat pula
Kompleks Candi Prambanan

Pranala luar
Paduan wisata Prambanan (http://www.indonesia.travel/id/destination/247/prambanan)
(Inggris) Prambanan Temple Compounds (http://whc.unesco.org/en/list/642) di situs web
UNESCO World Heritage Centre
(Inggris) Candi Prambanan di website resmi PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan,
dan Ratu Boko (Persero) (https://borobudurpark.com/temple/prambanan/)
(Inggris) Prambanan Temple Compounds (https://www.youtube.com/watch?v=_onpsWOkhq0&
ab_channel=UNESCO) - UNESCO: World Heritage List

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Candi_Prambanan&oldid=24205581"

Anda mungkin juga menyukai