Anda di halaman 1dari 15

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN STUDI KARYA ILMIAH


MUSEUM ANGKATAN DARAT (AD)

Nama Anggota Kelompok

1. Dafa Hilmay Zulfadli


2. Dika Dwi Saputra
3. Fathir Muhammad E
4. Muhammad Fardan F
5. Putra Adhi Permana
6. Latifah Khaerunisa
7. Maulida Nailaturroif
8. Nanda Melinda
9. Nida Adhwatul Zulfa
10. Nila Haniah

Telah disahkan pada:


Hari : Senin
Tanggal : 28 November 2022

Mengetahui / Mengesahkan:

Kepala MTsN 1 Kota Banjar Pembimbing Makalah/Wali Kelas

H. Nandang, M.Pd Eris Yusnisar, S.Si


NIP. 196504201991031004
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Dengan memajukan rasa Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Karena berkat
rahmat, hidayahnya serta inayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas
penyusunan Laporan Studi karya Ilmiah ini yang berjudul Museum Angkatan
Darat.
Dengan terselesaikannya karya tulis ini tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1.      Bapak H. Nandang, M.Pd, selaku Kepala Sekolah MTsN 1 Kota Banjar;
2.      Bapak Eris Yusnisar, S.Si Selaku pembimbing dan Walikelas;
4.      Bapak/ Ibu guru MTsN 1 Kota Banjar
5.     Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyusun dan menyelesaikan karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa dakam penyusunan karya tulis ini masih banyak
kesalahan, kekeliruan dan kekurangan. Penulis berusaha semaksimal mungkin
dengan kemampuan yang ada sehingga terwujudnya karya tulis ini.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gagasan pendirian Museum TNI AD Dharma Wiratama ini berawal
dalam lingkungan Sejarah Militer AD (SMAD) yang berencana untuk
membangun sebuah museum yang akan digunakan untuk menampung
benda-benda koleksi perjuangan TNI AD. Dengan pertimbangan bahwa
museum TNI AD mempunyai tugas, fungsi dan peranan sebagai bagian dari
Dinas Sejarah Militer Angkatan Darat (DISJARAHAD) dengan sasaran
mewariskan nilai-nilai perjuangan para pahlawan, khususnya TNI.
Kemudian Sejarah Militer Angkatan Darat menjalin kerja sama
dengan perintis Monumen Setengah Abad Kebangkitan Nasional. Dan hal
tersebut direstui oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX dengan
dianjurkannya menggunakan sebagian tanah komplek Ndalem
Brontokusuman 24 (yang kemudian disebut Museum Perjuangan
Yogyakarta). Museum berdiri pada tanggal tanggal 8 September 1959 dan
disahkan oleh Kasad dengan Surat Keputusan No. 760/9/1959
Pada tanggal 17 Juni 1968 lokasi museum ini dipindahkan ke bekas
kediaman resmi Pangsar Jenderal Soedirman di Jl. Bintaran Wetan no 3,
Yogyakarta. Kemudian terkait dengan kemajuan perjuangan TNI AD yang
harus diabadikan dalam museum, maka tempat tersebut lebih tepat
difungsikan sebagai Museum Sasmitaloka Panglima Besar (Pangsar)
Jenderal Sudirman. Sedangkan gedung baru yang direncanakan sebagai
Museum Pusat TNI AD adalah bekas Benteng Vredeburg di Jl. A. Yani No.
6. Tetapi karena Benteng Vredeburg dipandang lebih tepat untuk dikelola
oleh Depdikbud, maka pilihan terakhir jatuh pada Gedung Markas Korem
072/Pamungkas di Jl. Jenderal Soedirman 75. Penggunaan gedung ini
dimaksudkan untuk melestarikan nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam
gedung tersebut.
Setelah mendapat persetujuan Kasad, maka dikeluarkanlah surat
perintah kepada Pangdam VII/Diponegoro agar menyerahkan gedung
tersebut untuk dimanfaatkan sebagai Museum Pusat TNI AD. Berdasarkan
Surat Keputusan Kasad No. Skep/547A/l/1982, tanggal 17 Juli 1982
museum pusat TNI AD disahkan. Kemudian pada tanggal 30 Agustus 1982
diresmikan oleh Kepala Staf TNI-AD Jenderal Poniman dengan nama
Museum Pusat TNI AD "Dharma Wiratama. Dharma Wiratama yang berarti
pengabdian luhur yang telah disumbangkan oleh prajurit TNI AD di bidang
Hankam baik berupa senjata maupun amal baktinya di bidang non Hankam
kepada Negara.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Itu Museum Angkatan Darat?
1.2.2 Bagaimana Sejarah Museum Angkatan Darat?
1.2.3 Apa Tujuan Pendirian Museum Angkatan Darat?
1.2.4 Apa Saja Yang Ada Di Museum Angkatan Darat?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui dan membuka wawasan tentang Museum
Angkatan Darat.
1.3.2 Untuk memahami dan mengetahui bagaimana sejarah Museum
Angkatan Darat.
1.3.3 Untuk memahami dan mengetahui tujuan pendirian Museum
Angkatan Darat
1.3.4 Untuk memahami dan mengetahui apa saja yang ada di Museum
Angkatan Darat

1.4 Metode Penulisan


1.41 Metode observasi
Yaitu proses pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan
lalu mencatatnya dengan sistematis terhadap obyek. Oleh karena itu,
penulis menggunakan metode ini agar lebih jelas dan secara
langsung dapat mengetahui Museum Angkatan Darat
1.4.2 Browsing internet
Yaitu mencari data-data terkait dengan Museum Angkatan Darat di
berbagai situs-situs web.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Museum Angkatan Darat


Museum Pusat Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat
(AD) atau sering disebut Museum Dharma Wiratama merupakan salah satu
museum yang berada di Kawasan Kotabaru Yogyakarta. Seperti bangunan
di kawasan Kotabaru pada umumnya, museum ini menempati sebuah
bangunan lawas peninggalan penjajahan Belanda.
2.1.1 Sejarah
Bangunan Museum Pusat TNI AD "Dharma Wiratama" dibangun
oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1904 dan digunakan berfungsi
sebagai tempat tinggal para pejabat/admininstratur perkebunan Belanda di
daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Tahun 1942 ketika Jepang datang,
gedung ini dijadikan sebagai markas Tentara Jepang daerah Yogyakarta
(Shudokan). Salah satu peninggalannya adalah adanya Bunker Jepang di
area museum.
Pada masa Kemerdekaan, gedung ini dijadikan markas
tertinggi Tentara Keamanan Rakyat. Pada 12 November 1945 gedung ini
menjadi tempat konferensi TKR pertama dan menjadi saksi terpilihnya
Jenderal Soedirman menjadi panglima besar TKR. Gedung ini digunakan
sebagai markas Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat yaitu
Jenderal Soedirman dan sebagai tempat Kepala Staf Letnan Jenderal Oerip
Soemohardjo untuk menyusun Tentara Keamanan Rakyat dan menjadi cikal
bakal Tentara Nasional Indonesia. Gedung bergaya indish ini juga pernah
menjadi Markas Korem 072/Pamungkas.
Sejarah kelam juga pernah terjadi gedung ini menjadi saksi bisu
keganasan G-30S PKI dalam penculikan Letkol Inf. Soegijono
Gagasan pendirian Museum TNI AD ini berawal dalam
lingkungan Sejarah Militer AD (SMAD) yang berencana untuk
membangun sebuah museum yang akan digunakan untuk menampung
benda-benda koleksi perjuangan TNI AD. Dengan pertimbangan bahwa
museum TNI AD mempunyai tugas, fungsi dan peranan sebagai bagian
dari Dinas Sejarah Militer Angkatan Darat (DISJARAHAD) dengan
sasaran mewariskan nilai-nilai kejuangan para pahlawan, khususnya TNI.
Kemudian Sejarah Militer Angkatan Darat menjalin kerja sama
dengan perintis Monumen Setengah Abad Kebangkitan Nasional. Dan hal
tersebut direstui oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX dengan
dianjurkannya menggunakan sebagian tanah komplek Ndalem
Brontokusuman 24 (yang kemudian disebut Museum Perjuangan
Yogyakarta). Museum berdiri pada tanggal tanggal 8 September 1959 dan
disahkan oleh Kasad dengan Surat Keputusan No. 760/9/1959
Pada tanggal 17 Juni 1968 lokasi museum ini dipindahkan ke bekas
kediaman resmi Pangsar Jenderal Soedirman di Jl. Bintaran Wetan no
3, Yogyakarta. Kemudian terkait dengan kemajuan perjuangan TNI AD
yang harus diabadikan dalam museum, maka tempat tersebut lebih tepat
difungsikan sebagai Museum Sasmitaloka Panglima Besar (Pangsar)
Jenderal Sudirman. Sedangkan gedung baru yang direncanakan sebagai
Museum Pusat TNI AD adalah bekas Benteng Vredeburg di Jl. A. Yani No.
6. Tetapi karena Benteng Vredeburg dipandang lebih tepat untuk dikelola
oleh Depdikbud, maka pilihan terakhir jatuh pada Gedung Markas Korem
072/Pamungkas di Jl. Jenderal Soedirman 75. Penggunaan gedung ini
dimaksudkan untuk melestarikan nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam
gedung tersebut.
Setelah mendapat persetujuan Kasad, maka dikeluarkanlah surat
perintah kepada Pangdam[1] VII/Diponegoro agar menyerahkan gedung
tersebut untuk dimanfaatkan sebagai Museum Pusat TNI AD. Berdasarkan
Surat Keputusan Kasad No. Skep/547A/l/1982, tanggal 17 Juli 1982
museum pusat TNI AD disahkan. Kemudian pada tanggal 30 Agustus 1982
diresmikan oleh Kepala Staf TNI-AD Jenderal Poniman dengan
nama Museum Pusat TNI AD "Dharma Wiratama". Dharma Wiratama
yang berarti pengabdian luhur yang telah disumbangkan oleh prajurit TNI
AD di bidang Hankam baik berupa senjata maupun amal baktinya di bidang
non Hankam kepada negara.
2.1.2 Tujuan Pendirian
Bangunan yang merupakan museum untuk mendokumentasikan bakti
prajurit TNI Angkatan Darat ini dibangun pada tahun 1904 di lokasi yang
sekarang adalah Jalan Jenderal Sudirman No.75, Gondokusuman,
Yogyakarta. Pada masa penjajahan Belanda bangunan ini berfungsi sebagai
tempat tinggal para pejabat perkebunan Belanda yang berada di Jawa
Tengah dan Yogyakarta.
Kemudian pada zaman penjajahan Jepang pada tahun 1942, bangunan
ini beralih fungsi menjadi markas tentara Jepang di Yogyakarta (Syudokan).
Sementara itu pada era kemerdekaan, bangunan tersebut berubah menjadi
markas Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Setelah itu, lingkungan Sejarah
Militer AD (SMAD) mencetuskan ide untuk menggunakan tempat tersebut
sebagai sebuah museum dan disetujui oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Museum TNI AD diresmikan oleh Kasad sesuai surat keputusan No.
760/9/1959. Selanjutnya, pada 30 Agustus 1982, museum tersebut diberi
nama Dharma Wiratama yang berarti Pengabdian Luhur oleh Kepala Staf
TNI-AD Jenderal Ponimain. Di dalamnya terdapat banyak koleksi TNI AD
yang berperan penting dalam memperjuangkan dan mempertahankan
Kemerdekaan Indonesia.

2.1.3 Koleksi
Di dalam Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama terdapat 21
ruangan, meliputi:
1.    Ruang 1 (Ruang Pengantar)
Terletak di bagian tengah depan gedung utama sebagai ruang pengantar
para pengunjung untuk memahami nilai dan arti perjuangan serta
pengabdian para pahlawan dan pejuang dalam merebut, mengisi, dan
mempertahankan kesejarahan Museum Pusat TNI AD "Dharma
Wiratama".
2.    Ruang 2 (Ruang Pangsar Jendral Soedirman)
Amanat Djenderal Soedirman 5 Oktober 1949 :
“. . . bahwa kemerdekaan sesuatu negara jang didirikan diatas
timbunan/ runtuhan ribuan korban djiwa harta-benda dari rakjat dan
bangsanja tidak akan dapat dilenjapkan oleh manusia siapapun djuga.”
3.    Ruang 3 (Ruang Letjen. Urip Sumoharjo)
4.    Ruang 4 (Ruang Palagan)
Terdapat kronologi 8 palagan besar di Indonesia, yaitu:
a. Palagan Medan (Pertempuran Medan Area)
b. Palagan Palembang (Pertempuran 5 hari 5 malam)
c. Palagan Bandung (Bandung Lautan Api)
d. Palagan Semarang (Pertempuran Lima Hari)
e. Palagan Ambarawa
f. Palagan Surabaya (Pertempuran Surabaya)
g. Palagan Bali (Puputan Margarana)
h. Palagan Makassar

5.    Ruang 5 (Ruang Senjata Modal Perjuangan)


6.    Ruang 6 (Ruang Dapur Umum)
Diprakarsai oleh Ibu Ruswo.
7.    Ruang 7 (Ruang Alat Perhubungan dan Alat Kesehatan pada Masa
Perang Kemerdekaan)
Koleksi alat hubung berupa radio pemancar dan radio penerima.
Sedagkan alat kesehatan berupa alat operasi untuk merawat prajurit
yang terluka dan sakit saat terjadi pertempuran.
8.    Ruang 8 (Ruang Perang Kemerdekaan)
9.    Ruang 9 (Ruang Perang Kemerdekaan)
10.    Ruang 10 (Ruang Perang Kemerdekaan)
11.    Ruang 11 (Ruang Panji – Panji)
Koleksi panji-panji yang dipamerkan :
a. Panji-panji Kesatuan TNI AD
b. Pataka Kotama/Balakpus
c. Dhuaja Resimen, Brigadir, Korem, Grup
d. Sempana Kodiklatad dan Rindam
e. Tunggul Batalyon
f. Pathola Depo Pendidikan
12.    Ruang 12 (Ruang Gamad)
Di Ruang ini dipamerkan berbagai bentuk dan jenis seragam Angkatan
Darat meliputi PDH, PDU, PDL beserta atributnya dari tahun 1950
sampai dengan 1980.
13.    Ruang 13 (Ruang Tanda Jasa)
Di ruang ini dipamerkan Tanda Jasa /Penghargaan berupa Bintang Jasa
dan Satya Lencana sebagai pengakuan dan penghargaan atas jasa para
prajurit yang telah berjuang, mengabdi kepada bangsa dan negara
sehingga dapat memberikan dukungan moril dan kebanggaan kepada
yang bersangkutan, keluarga dan generasi penerus.
14.    Ruang 14 (Ruang Peristiwa)
Di ruang ini digambarkan peristiwa pemberontakan PKI, DI/TII
Kartosuwiryo di Jawa Barat, DI/TII Sulawesi Selatan, gerakan separatis
dan Operasi Militer yang digelar TNI dalam rangka memulihkan
keamanan, mempertahankan keutuhan wilayah dan menjaga kedaulatan
NKRI.
15.    Ruang 15 (Ruang Peristiwa)
16.    Ruang 16 (Ruang Peristiwa)
17.    Ruang 17 (Ruang Alat Peralatan)
Di ruang ini dipamarkan benda-benda bersejarah yang dipergunakan
pada gelar operasi satuan Angkatan Darat dalam menanggulangi
gangguan keamanan dari pihak-pihak yang merongrong NKRI yang
berupa senjata, alat optik, alat perhubungan, dan mesin elekrtonik.
18.    Ruang 18 (Ruang Piagam Keutuhan TNI AD dan Kontingen Garuda)
Di ruang ini digambarkan situasi tahun 1950, peristiwa rakyat
demonstrasi sebagai usaha menyatukan konflik internal Angkatan Darat
yang dirintis oleh Kol. Bambang Sugeng dan berhasil dilaksanakan
upacara di Istana Gedung Agung yang dipimpin Presiden Sukarno
dengsn ditandai tangani Piagam Keutuhan.
19.    Ruang 19 (Ruang Pahlawan Revolusi)
20.    Ruang 20 (Ruang Trikora)
21.    Ruang 21 (Ruang Penumpasan G 30 S/ PKI)
22.    Bunker
BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
Museum Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD)
Dharma Wiratama merupakan museum yang memamerkan berbagai koleksi
peninggalan bersejarah pada masa perjuangan kemerdekaan. Museum
tersebut memanfaatkan bangunan yang dahulu digunakan sebagai rumah
tinggal pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Museum memamerkan
koleksi dalam 20 ruang pameran yang tertata secara kronologis dan tematis.
Koleksi yang dipamerkan merupakan benda-benda bersejarah yang
dipergunakan oleh para pejuang dan laskar-laskar rakyat dalam merebut,
mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia. Tidak
semua koleksi museum dipamerkan, tercatan jumlah keseluruhan koleksi
yang terdata mencapai 4.289 dan jumlah koleksi yang dipamerkan mencapai
1.771 di ruang pamer yang masing-masing diberi nama. Secara keseluruhan
bentuk fasad bangunan museum ini masih menunjukkan fasad pada masa
dijadikan markas pusat Tentara Keamanan Rakyat (TKR, kini TNI)
dahulunya.

3.2   Saran
Dalam perkembangannya sebaiknya sarana dan prasarana museum
lebih di tingkatkan lagi, sehingga pengunjung menjadi lebih nyaman.
DAFTAR PUSTAKA3

https://kebudayaan.jogjakota.go.id/detail/index/854
https://pariwisata.jogjakota.go.id/detail/index/952
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai