Anda di halaman 1dari 33

1

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Demi tercapainya kualitas pembelajaran yang baik, tidak hanya bisa dilakukan
melalui proses belajar mengajar di dalam kelas saja. Siswa justru akan merasa jenuh
dan penasaran, terutama terkait dengan materi yang dijelaskan oleh guru tersebut.
Misalnya saja masalah Hankam, khususnya keamanan Museum Pusat TNI-AU
Dirgantara Mandala Adi Sucipto. Untuk itu semua kegiatan observasi, yaitu
pengenalan dan penelitian secara langsung pada objek-objek yang berhubungan
dengan materi yang disampaikan tersebut, menjadi sangat penting untuk dilaksanakan.
Dengan observasi, maka siswa tidak hanya mengetahui, akan tetapi siswa juga
dapat mengenal dan memahami objek secara langsung. Karya wisata merupakan salah
satu kegiatan observasi yang efektif sebagai penunjang proses belajar mengajar di
sekolah.
Di Indonesia terdapat banyak tersebar Museum-Museum tempat penyimpanan
benda-benda bersejarah, Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala Adi Sucipto
adalah salah satunya. Berbeda dengan Museum-Museum perjuangan yang lain, di
Museum ini dipamerkan berbagai jenis pesawat terbang yang pernah dimiliki Banga
Indonesia, khususnya TNI AU. Selain itu di Museum yang berlokasi di Yogyakarta
ini, terdapat pula diaroma-diaroma perjuangan Bangsa Indonesia, khususnya TNI AU
dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan NKRI.
Alasan : karna di Adi Sucipto banyak sejarah-sejarah perjuangan bangsa
Indonesia dari zaman dahulu sampai sekarang serta dapat melihat perkembangan
pesawat dari zaman dahulu hingga sekarang.





2
2


1.2 RUMUSAN MASALAH



- Di mana lokasi Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala?
- Bagaimana sejarah tentang Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala Adi
Sucipto?
- Apakah ciri khusus atau keunikan Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala
Adi Sucipto?
- Apa saja ruangan-ruangan yang terdapat di Museum Pusat TNI-AU Dirgantara
Mandala Adi Sucipto serta apa saja isinya ?
- Apa saja koleksi-koleksi yang terdapat di Museum Pusat TNI-AU
Dirgantara Mandala Adi Sucipto?















3
3
1.3 TUJUAN

Tujuan pembuatan karya tulis adalah :
1. Untuk mengetahui sejarah tentang Museum Pusat TNI-AU
Dirgantara Mandala Adi Sucipto.
2. Untuk mengetahui ciri khusus atau keunikan Museum Pusat TNI-
AU Dirgantara Mandala Adi Sucipto.
3. Untuk mengenal ruangan-ruangan serta isinya Museum Pusat
TNI-AU Dirgantara Mandala Adi Sucipto.
4. Untuk mengetahui koleksi-koleksi yang terdapat di Museum
Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala Adi Sucipto.






















4
4



1.4 MANFAAT


Dari kegiatan study lapangan ini kami mendapatkan manfaat, sebagai
berikut :
1. Dapat mengenal Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala Adi Sucipto
2. Dapat mengetahui sejarah Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala Adi
Sucipto.
3. Dapat mengetahui koleksi benda-benda di Museum Pusat TNI-AU
Dirgantara Mandala Adi Sucipto.
4. Dapat mengetahui ruangan serta isinya di Museum Pusat TNI-AU
Dirgantara Mandala Adi Sucipto.
5. Dapat mengetahui jenis-jenis pesawat yang di pakai perang zaman dulu.












5
5





BAB II
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
2.1 LOKASI
Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala berada di kawasan Pangkalan
Udara TNI-AU Adisujipto, kurang lebih 6 kilometer timur pusat kota Yogyakarta.
Museum ini tidak jauh dari jalan raya rute bus Yogya-Solo dengan cek point SD
Angkasa.
Museum ini dapat dijangkau dengan sarana transportasi sebagai berikut :
- Dengan kendaraan pribdi atau sewa bus, langsung ke lokasi museum
dengan cek point SD Angkasa Lanud Adisujipto di tepi jalan raya
rute Yogya-Solo.
- Dengan kendaraan umum (bus), dari terminal bus Yogyakarta,
menggunakan bus jurusan Solo atau bus kota jalur 7 menuju museum
dengan xek point SD Angkasa.
- Dengan kendaraan umum (KA), dari stasiun Tugu Yogyakarta
menggunakan bus kota ke terminal bus menuju museum dengan cek
point SD Angkasa seperti pada butir b.






6
6
2.2 SEJARAH BERDIRINYA MUSEUM PUSAT TNI AU DIRGANTARA
MANDALA

Bab ini memuat sejarah berdirinya Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala.
2.2.1. Hal-hal yang mendorong didirikannya Museum
Semua kegiatan dan peristiwa bersejarah dalam pertumbuhan dan
perkembangan TNI AU serta semua pengorbanan para pejuang dan pahlawan
udara dalam membina dan merintis AURI, serta mempertahankan dan
menegakan kemerdekaan NKRI perlu dilestarikan.

Dalam rangka pewarisan nilai-nilai 45 yakni bahwa pengabdian dan
pendokumentasian tersebut perlu untuk direalisasikan dalam bentuk visualisasi
bukti sejarah agar dapat diketahui, diterima, dihayati dan diamalkan oleh
generasi muda.
2.2.2. Museum Pusat Angkatan Udara Republik Indonesia (Museum Pusat AURI) di
Jakarta.
Hasrat untuk mengabadikan dan mendokumentasikan kegiatan-kegiatan maupun
peristiwa-peristiwa bersejarah di lingkungan AURI itulah yang menjadi dasar
didirikannya Museum AURI, yang kemudian dituangkan dalam Keputusan
Menteri/Panglima AU No. 491 tanggal 6 Agustus 1960 tentang Dokumentasi Sejarah
dan Museum AURI. Meskipun demikian realisasinya tidak secepat yang diharapkan.
Museum AURI baru bisa diwujudkan tanggal 21 April 1967. Semula masih bersifat
embrio, dan organisasinya masih dibawah pembinaan Asisten Direktorat Humas
AURI. Museum yang masih berstatus embrio ini mempunyai tiga bagian, yaitu :
1. Bagian pembinaan benda-benda
2. Bagian administrasi dan diskripsi
3. Bagian dokumentasi dan pameran

Kegiatan Museumpun masih terbatas, karena kurangnya tenaga profesional
maupun biaya. Namun sejak dikeluarkannya Instruksi Menteri / Panglima AURI No. 2
tahun 1967 tentang Peningkatan Peningkatan Bidang Sejarah dan Museum AURI,


7
7
maka mulai ada titik terang dan dapat meletakan rencana kerja bagi
perkembangannya.
Kemudian berkat perhatian besar dari pimpinan AURI (Pangkowilu) maka pada
tanggal4 April 1969 diresmikanlah Museum Pusat TNI AU oleh Menteri Pangkima
Angkatan Udara Laksamana Udara Roesmin Nuryadin.
Dalam peresmian tersebut hadir pula para perintis dan tokoh TNI-AU antara lain
: Mantan Kepala Staf TNI-AU Laksamana Udara R. Suryadi Suryadarma, Laksda
Udara (Purn) Dr. Suhardi Hardjo Lukito, Pangkowilu V Laksda Udara Saleh Basarah,
Kapusjarah ABRI Kol Tit, Drs. Nugroho Notokusumo.
Museum Pusat ini berlokasi di kawasan Markas Komando Wilayah Udara V
(Makowilu) Jalan Tanah Abang Bukit Jakarta Pusat.

2.2.3 Menuju Museum Pusat TNI-AU DIrgantara Mandala
Sementara itu, di Lembaga Pendidikan AKABRI Bagian Udara Yogyakarta
YANG SAAT INI BERNAMA Akademi Angkatan Udara/AAU, sudah memiliki
Museum Pendidikan / Karbol, sehingga mulailah adanya pemikiran yang mengarah
pada pengembangan dan upaya menyatukan/mengintegrasikan kedua Museum


8
8
tersebut. Di samping itu timbul pemikiran untuk mempertimbangkan dalam
menentukan lokasi Museum, bilamana keduanya berhasil disatukan, yang kemudian
mengarah ke Yogyakarta.
Adapun dasar pertimbangannya, adalah sebagai berikut:
a. Pada peristiwa 1945 1949 Yogyakarta memegangg peranan penting sebagai tempat
lahir dan pusat perjuangan TNI- AU.
b. Yogyakarta adalah tempat penggodokan Taruna-taruna AU calon Perwira TNI AU.
c. Semangat minat dirgantara, nilai-nilai 45 dan tradisi juang TNI AU mengacu pada
semangat
Maguwo.

Atas dasar pertimbangan tersebut, maka KASAU mengeluarkan Surat
Keputusan No. Kep/IIIV/1978 tanggal 17 April 1978 menetapkan bahwa Museum
Pusat AURI yang semula berkedudukan di Jakarta, dipindahkan ke Yogyakarta,
diintegrasikan dengan Museum Pendidikan menjadi Museum Pusat TNI AU
Dirgantara Mandala dengan memanfaatkan gedung Link Trainer di kawasan Ksatrian
AKABRI Bagian Udara. Operasi Boyong pemindahan benda-benda koleksi Museum
AURI di Jakarta ke Yogyakarta telah dimulai sejak November 1977. Dalam Langkah
penyempurnaan pemindahan lebih lanjut berdasarkan Keputusan KASAU No.
Skep./04/IV/1978 tanggal 17 April 1978 dilengkapi dengan pemberian nama Museum
tersebut dengan nama Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala. Pembukaan dan
peresmian Museum ini bersamaan pula dengan peresmian Museum Sekbang Pertama
1945 yang berlokasi di dekat Base Ops Lanud Adi Sutjipto, yang dilakukan oleh
Kepala Staf TNI-AU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi, bertepatan dengan peringatan
Hari Bakti TNI AU 19 Juli 1978. Perlu dicatat bahwa Pembinaan Museum Pusat TNI-
AU Dirgantara Mandala, mencangkup pula Museum Sekbang Pertama tahun 1945
yang berlokasi di dekat Base Ops Lanud Adisujipto, yang kini telah dialihkan
statusnya sebagai Museum Sekbang Pertama dengan nomor Inventaris Monumen
TNI-AU/No.in/o1/Adi/Men.




9
9

2.3 CIRI KHUSUS ATAU KEUNIKAN MUSEUM PUSAT TNI-AU
DIRGANTARA MANDALA

Bab ini memuat (1) Ciri khusus atau keunikan Museum Pusat TNI-AU Dirgantara
Mandala.
Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala menyimpan benda-benda koleksi
yang sebagian besar berupa pesawat terbang yang perbah digunakan oleh TNI-AU,
koleksi pesawat terbang tersebut berasal dari berbagai Negara, baik dari Negara Barat
maupun dari Timur. Di samping itu dismpan juga pesawat terbang buatan putra-putra
bangsa sendiri. Dengan kata lain bahwa koleksi pesawat terbang di Museum Pusat
TNI-AU Dirgantara Mandala ini berasal dari berrbagai Negara, bahkan ada pesawat
yang tinggal satu-satunya di dunia ini, hanya ada di Museum Pusat TNI-AU
Dirgantara Mandala dan Negara yang memproduksinya tidak memiliki lagi.














10
10
2.4 RUANGAN-RUANGAN DI MUSEUM PUSAT TNI AU DIRGANTARA
MANDALA

Bab ini memuat ruangan-ruangan di Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala.
Ruangan-ruangan di Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala mempunyai
nama masing-masing yaitu :
2.4.1. Ruang Utama, memuat koleksi lambang TNI-AU beserta jajarannya. Para Pahlawan
Nasionalk dari TNI-AU, foto para tokoh penerima Bintang Swa Bhuwanan Paksa,
serta tanda-tanda kehormatan militer

2.4.2. Ruang Kronologi, yang menggambarkan sejarah perjuangan dan perkembangan
TNIA-U mulai dari Proklamasi Kmerdekaan RI tahun 1945.
2.4.3. Ruang Kasau, di ruangan ini memuat barang-barang dan benda yang pernah dipakai
oleh Para Mantan Kasau dan Para Perintis berdirinya TNI-AU.
2.4.4. Ruang Kotama, memuat koleksi dan benda-benda yang berkaitan dengan Kotama di
jajaran TNI-AU, diantaranya : Kopaskhasau, Kodikau, AAU, Seskoau, Koharmatau,
KOOPSAU, Kohanudnas dan perkembangan Sekolah Penerbang TNI Angkatan
Udara.
2.4.5. Ruang Alutsista I dan II, memuat koleksi alat utama dan system senjata udara yang
pernah digunakan oleh TNI-AU dari tahun 1945 hingga tahun 1970-an.


11
11
2.4.6. Ruang Diorama I, memuat 4 buah diorama.
2.4.7. Ruang Diorama II, memuat 3 buah diorama.
2.4.8. Ruang Diorama III, memuat 14 buah diorama.
2.4.9. Ruang Dirama SKSD Palapa.







12
12

2.5 KOLEKSI-KOLEKSI DI MUSEUM PUSAT TNI AU DIRGANTARA
MANDALA.
Bab ini memuat Koleksi-koleksi Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala.
Koleksi Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala dipamerkan sesudai dengan
kronologi/urutan peristiwa sejarah TNI-AU. Mengingat bahwa tidak semua koleksi
yang mendukung buku sejarah dipamekan pada ruang kronologi, maka koleksi
tersebut dikelonpokan pada suatu runag yakni koleksi pesawat . Sedang peristiwa
yang memiliki bukti berupa gambar divisualisasikan dalam bentuk diorama yang
bersifat imajiner.


2.5.1. RUANG UTAMA
2.5.1.1 Patung Empat Pahlwan Nasional Perintis TNI-AU:
2.5.1.1.1. Marsekal Muda TNI Anumerta Agustinus Adisutjipto.
2.5.1.1.2. Marsekal Muda TNI Anumerta Prof. Dr. Abdulrachman Saleh.
2.5.1.1.3. Marsekal Muda TNI Anumerta Abdul Halim Perdanakusuma.
2.5.1.1.4. Marsekal Pertama TNI Anumerta Iswahyudi.
2.5.1.2. Beberapa Foto Mantan Pimpinan TNI Angkatan Udara :


13
13
2.5.1.2.1 Laksamana Udara Su
ryadi Suryadarma (Kepala Staf TRI AU thaun 1946-1962).
2.5.1.2.2 Laksana Muda Udara Omar Dani (Menteri/Panglima Angkatan Udara tahn1962-
1965).

2.5.1.2.3 Laksana Muda Sri Muljono Herlambang (Menteri Panglima Angkatan Udara tahun
1965-1966).
2.5.1.2.4 Laksamana Udara Roesmin Nurjadin (Menteri Panglima Ankatan Udara tahun
1966-1969).
2.5.1.2.5 Marsekal TNI Suwoto Sukendar (Kepala Staf TNI Angkatan Udara tahun 1969-
1973).
2.5.1.2.6 Marsekal TNI Saleh Basarah (Kepala Staf TNI Angkatan Udara tahun 1973-1977).
2.5.1.2.7 Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi (Kepala Staf TNI Angkatan Udara tahun 1977-
1983).


14
14
2.5.1.2.8 Marsekal TNI Sukardi (Kepala Staf TNI Angkatan Udara tahun 1983-1986).
2.5.1.2.9 Marsekal TNI Utomo (Kepala Staf TNI Angkatan Udara tahun 1986-1990).
2.5.1.2.10 Marsekal TNI Siboen (Kepala Staf TNI Angkatan Udara tahun 1990-1993).
2.5.1.2.11 Marsekal TNI Rilo Pambudi (Kepala Staf TNI Angkatan Udara tahun 1993-1996).
2.5.1.2.12 Marsekal TNI Sutria Tubagus (Kepala Staf TNI Angkatan Udara 1969-1999).
2.5.1.2.13 Marsekal TNI Hanafie Asnan,S.IP (Kepala Staf TNI Angkatan Udara tahun 1999-
2002).
2.5.1.2.14 Marsekal TNI Chappy Hakim (Kepala Staf TNI Angkatan Udara tahun2002-2005).
2.5.1.2.15 Marsekal TNI Djoko Suyanto,S.IP (Kepala Staf TNI Angkatan Udara tahun 2005-
2006).

2.5.1.2.16 Marsekal TNI Herman Prayitno (Kepala Staf TNI Angkatan Udara tahun 2006-....).
2.5.1.3. Lambang-lambang :
2.5.1.3.1. Swa Bhuwana Paksa adalah lambang YNI Angkatan Udara yang artinya Sayap
Tanah Air.
2.5.1.3.2. Panji-panji TNI Angkatan Udara diresmikan oleh Presiden/Panglima Tertinggi
Angkatan Perang pada tanggal 5 Oktober 1952 bersama dengan Panji-panji TNI


15
15
Angkatan Darat dan Panji-panji TNI Angkatan Laut dalam suatu upacara militer di
Jakarta.
2.5.1.3.3. Pata Komando Operasi TNI AU (Koopsau)
Motto : Abhibuti Antarikshe
Artinya : Keunggulan di udara adalah tujuan utama.
2.5.1.3.4. Pataka Komando Paduan Tempur Udara (Kopatdara)
Motto : Nitya Samakta Maawarti Sarwabaya
Artinya : Senantiasa siaga bertindak terhadap segala ancaman bahaya.
2.5.1.3.5. Pataka Komando Pertahanan Udara (Kohanud)
Motto : Suraksita Nabhastala
Artinya : Udara yang dipertahnkan dengan baik.




16
16
2.5.1.3.6. Pataka Komando Pemeliharaan Materiil TNI-AU (Koharmatau)
Motto : Sewana Karya Budhi Sakti
Artinya : Dengan segala akal dan okol dikerhkan untuk berbakti kepada nusa dan
bangsa dengan perjuangan.
2.5.1.3.7. Pataka Komando Pendidikan TNI-AU (Kodikau)
Motto : Vidyasana Viveka Vardhana
Artinya : Tempat mengembangkan pengetahuan dan kesiagaan.
2.5.1.3.8. Pataka Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas)
Motto : Labda Prakarsa Nirwikara
Artinya : Berdasarkan kemahiran dan kecakapan khusus, maka dengan segenap
potensi sanggup menghancurkan lawan dan menanggulangi segala bahaya apapun.
2.5.1.3.9. Pataka Akademi TNI Angkatan Udara (AAU)
Motto : Vidya Karma Vira Paksa
Artinya : Bersenjatakan ilmu mengamalkan bakti sebagai ksatria Indonesia yang
berani, jujur dan bijaksana tanpa pamrih demi kejayaan, keamanan dan keselamatan
bangsa dan negara.



2.5.1.3.10. Pataka Komando Daerah Udara (Kodau) I
Motto : Sonya Gati Gatra Bhuwana
Artinya : Tanpa mengitung-hitung rugi tanpa pamrih dalam menjalankan tugas-
tugas dan kewajiban pembinaan wilayah.
2.5.1.3.11. Pataka Komando Daerah Udara (Kodau) II
Motto : Bhakti Bhina Kerta Bhuwana
Artinya : Demi pengabdian (kebaktian) kita bina pembangunan Negara
Republik Indonesia dan pertahankan Tanah Air Indonesia.
2.5.1.3.12. Pataka Komando Daerah Udara (Kodau) III
Motto : Ganti Prabivita Stala
Artinya : Komado Wilayah udara adalah unsur terpenting untuk mencapai
kejayaan.


17
17

2.5.1.3.13. Pataka Komando Daerah Udara (Kodau) IV
Motto : Wira Dharma Bhakti
Artinya : Dengan semangat dan jiwa kepahlwanan kita tunaikan kewajiban
terhadap bangsa dan Negara Republik Indonesia.
2.5.1.3.1.14 Pataka Komando Daerah Udara (Kodau) V
Motto : Karya Phalam Anasritam Kurnahe
Artinya : Kami membina/bertindak tanpa mengharapkan balasan.
2.5.1.3.15. Pataka Komando Daerah Udara (Kodau) VI
Motto : Nityasa Prayatna Eka Mandala
Artinya : Senantiasa waspada untuk kebutuhan wilayah/daerah


2.5.1.4. Foto beberapa pejabat Indonesia dan manca negara yang mendapat tanda kehormatan
Bintang Swa Bhuwanan Paksa Utama dari Preiden RI.

2.5.1.4.1. Suharto (Jendral TNI), Presiden RI tahun 1969.


18
18
2.5.1.4.2. Dr.AH. Nasution ( Jendral TNI), Ketua MPR tahun 1969.
2.5.1.4.3. M. Panggabean (Jendral TNI), Menhankam/Pangab tahun 1969.
2.5.1.4.4. S. Suryadarma (Laksamana Udara), Panglima tahun 1969.
2.5.1.4.5. Mulyadi (Laksamana Laut), KSAL tahun 1969.
2.5.1.4.6. Rusmin Nuryadin (Laksamana Udara), KSAU tahun 1969.
2.5.1.4.7. J.P.M.C. Connel (General), Chief of Satf USAF tahun 1969.
2.5.1.4.8. Suwoto Sukendar (Laksamana Udara), KSAU tahun 1969.
2.5.1.4.9. Sudomo (Laksamana Laut), KSAL tahun 1970.
2.5.1.4.10. Umar Wirahadikusuma (Jendral TNI), KSAD tahun 1970.
2.5.1.4.11. Man Ho Ock (Jendral), KSAU Korea Selatan tahun 1972.
2.5.1.4.12. Saleh Basarah (Marsekal TNI), KSAU thaun 1973.
2.5.1.4.13. Jose L. Racundo (Mayor General), Comanding General Philipina Air tahun
1974
2.5.1.4.14. Surono (Jendral TNI), Wapangab tahun 1974.
2.5.1.4.15. Subono (Laksamana TNI), KSAL tahun 1974.
2.5.1.4.16. Drs. Moh. Hasan (Jendral Polisi), Kapolri tahun 1974.
2.5.1.4.17. Makmun Murod ( Jendral TNI), KSSAD tahun 1974.
2.5.1.4.18. RS. Subiyakto (Laksamana TNI), KSAL tahun 1974.
2.5.1.4.19. Ashadi Tjahjadi (Marsekal TNI), KSAU tahun 1977.
2.5.1.4.20. Widodo Budidaro (Jendral Polisi), Kapolri tahun 1979.
2.5.1.4.21. M. Yusuf (Jendral TNI), Manhakam/Pangab tahun 1981.












19
19
2.5.2. RUANG KRONOLOGI
2.5.2.1. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.30 waktu Jawa Jaman Jepang atau pukul
10.00 WIB, Ir. Soekarno di dampingi Drs. Moh. Hatta atas nama Bangsa Indonesia
menyatakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di rumahnya jalan Pegangsaan Timur
56 Jakarta. Pada keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 PPKI dalam sidangnya
menetapkan UUD dan memilih Presiden dan Wakil Presiden.

2.5.2.2. Tentara Keamanan Rakyat(TKR) Jawatan Penerbangan
Pada tanggal 23 Agustus 1945 diumumkan berdirinya Badan Keamanan
Rakyat(BKR). Di daerah-daerah yang terdapat Pangkalan Udara , berdiri pula BKR
yang berkaitan dengan tugas utama mereka, yaitu BKR Oedara. Tugas utama BKR
Udara yaitu bersama-sama rakyat merebut dan menguasai pangkalan udara Jepang
beserta pesawat dan fasilitas lainnya. Sesuai dengan perkembangan selanjutnya


20
20
dengan adanya maklumat 5 Oktober 1945, BKR ditingkatkan menjadi Tentara
Keamanan Rakyat(TKR), maka BKR udara pun terkenal dengan sebutan TKR-
Jawatan Penerbangan. Kegiatan yang berhasil dilaksanakan TKR-Jawatan
Penerbangan yang menunjukan eksistensinya antara lain:
2.5.2.2.1. Penerbangan pertama di alam Indonesia Merdeka
Setelah pangkalan udara Maguwo beserta pesawat dan fasilitas lainnya direbut
dan dikuasai oleh BKR Yogyakarta dari tangan Jepang pada bulan Oktober 1945. Para
teknisi pesawat udara putra-putra Indonesia berhasil memperbaiki dan menyiap
terbangkan pesawat bersayap dua yang disebut Cureg. Pada tanggal 17 Oktober 1945
Bapak Agustinus Adisutjipto berhasil menerbangkan Cureg dengan identitas bendera
merah putih di Pangkalan Maguwo. Penerbangan ini merupakan penerbangan pertama
sejak Indonesia merdeka, yang menggunakan identitas Bendera Merah Putih oleh
penerbang putera Indonesia yang berkualifikasi sebagai penerbang karena beliau
mempunyai wing penerbang yaitu: Gatot Militaire Brivet. Itulah sebabnya peristiwa
tersebut merupakan tonggak sejarah penerbangan nasional yang perlu diperingati oleh
segenap unsur penerbangan.
2.5.2.2.2. Sekolah penerbangan pertama di Maguwo
Keberhasilan dalam menguasai Pangkalan Udara Maguwo dan penerbangan
pertama mendorong untuk melangkah lebih maju lagi. Atas prakarsa Bapak Agustinus
Adisutjipto diadakannya pertemuan beberapa tokoh penerbangan dari Yogyakarta,
Malang dan Surabaya pada tanggal 7 November 1945 di Yogyakarta. Hasil dari
pertemuan tersebut lahirlah kesepakatan bersama untuk mulai menyelenggarakan
pendidikan bagi putera-puteri Indonesia. Pada tanggal 15 November pendidikan
tersebut dibuka dan diikuti oleh pemuda-pemuda Indonesia. Sarana dan prasarana
serba darurat, tempat pendidikannya pun memanafatkan bangunan kecil di dekat
tower/menara pangkalan udara Maguwo, bahkan tidak jarang pelajaran diberikan
kepada Kadet di bawah pohon Cerry (Talok) dekat tower tersebut. Pelajaran terbang
atau latihan terbang menggunakan pesawat Cureng, pesawat bersayap ganda
peninggalan Jepang buatan Pabrik Nippon Hikoki tahun 1933. Peristiwa dimulainya
pendidikan penerbangan yang pertama yaitu pada tanggal 15 November diresmikan
dan diperingati sebagai hari jadi Komando Pendidikan TNI AU (Kodikau).


21
21
2.5.2.2.3. Latihan Terjun Payung
Disamping upaya dalam bentuk penerbangan pertama, pembukaan sekolah
penerbangan pertama yang didukung oleh keberhasilan para teknisi menyiapkan dan
memperbaiki pesawat juga diadakan latihan terjun payung. Pada tanggal 11 Februari
1946 di pangkalan Udara Maguwo dilakukan latihan terjun payung yang pertama oleh
Amir Hamz,ah Legino dan Pungut. Menggunakan tiga pesawat Cureng dan payung
tua peninggalan Jepang. Latihan yang pertama ini berhasil dengan baik dan mereka
merupakan penerjun payung pertama di Indonesia sejak Indonesia merdeka. Adapun
penerbang yang membawa ketiga penerjun itu adalah Bapak A. Adisutjipto,
Iswahyudi, dan Makmur Suhodo.
2.5.2.2.4. Penetapan TNI AU
Kegiatan-kegiatan TKR Jawatan Penerbangan seperti tersebut di muka membuktikan
adanya upaya peningkatan eksistensi yang dibarengi makin meningkatnya organisasi
TKR maka kegiatan tersebut sebagai sumbangan nyata menuju pembinaan kekuatan
nasional di udara. Sesuai perkembangan organisasi, TKR (Tentara Keamanan Rakyat)
menjadi Tentara Keselamatan Rakyat), kemudian pada tanggal 24 Januari 1946
menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI), maka TKR Jawatan Penerbangan yang
telah membangkitkan kepercayaan Pemerintah menjadi TRI AU. Akhirnya
berdasarkan penetapan Pemerintah No. 6/SD/ tahun 1946 tanggal 9 April tahun 1946
dinyatakan bahwa TKR Jawatan Penerbangan menajdi Tentara Republik Indonesia
Angkatan Udara (TRI AU) selanjutnya dikenal dengan sebutan Angkatan Udara
Republik Indonesia (AURI). Dalam penetapan tersebut selaku pimpinan AURI adalah
sebagai berikut: Kepala Staf Koordinator Udara Suryadi Suryadarma, Wakil Kepala
Staf II Koordinator Udara Sukarnen Mertodisumo dan Wakil Kepala Staf II
Koordinator Muda Udara Agustinus Adi Sutjipto. Dalam perkembangan selanjutnya
mulai tahun 1969 dikukuhkan sebutan TNI Angkatan Udara atau TNI AU.
2.5.2.2.5. Semangat Tekad Bangsa Indonesia untuk mewujudkan Pesawat Terang Sendiri
Ketika Suryadi Suryadarma mendapat kepercayaan untuk memimpin TKR Jawatan
Penerbangan, menyandang tugas untuk membentuk Kekuatan Udara Nasional. Situasi
dan kondisi geografi Indonesia serta dikuatkan oleh suasana Perang Kemerdekaan
yang berkecamuk, makin disadari pentingnya sarana perhubungan udara dengan kata


22
22
lain perlu akan pesawat terbang, baik untuk kepentingan kelancaran pemerintahan,
perekonomian maupun pertahanan dan keamanan. Dalam Jabatan lebih lanjut
disimpulkan bahwa membangun kekuatan Udara Nasional tidak cukup dengan
Angkatan Udara saja, melainkan perlu adanya Penerbangan Sipil dan Industri Pesawat
Terbang, untuk mewujudkan pesawat terbang tersebut sejak TKR Jawatan
Penerbangan ditetapkan sebagai TRI Angkatan Udara di bidang organisasi
dibentuklah Biro Rencana dan Konstruksi yang berkedudukan di Maospati. Melalui
bagian ini Bangsa Indonesia dalam hal ini TRI Angkatan Udara berhasil mewujudkan
pesawat buatan sendiri, yaitu pesawat lyang jenis Zogling (NWG-1) selanjutnya
berhasil pula diciptakan/dibuat pesawat terbang bermesin 1 yang kita kenal dengan
Registrasi Pesawat WEL I RI X.
2.5.2.2.6. Replika Pesawat WEL RI X.
Type : Pesawat terbang ringan bermotor tunggal dengan tempat duduk tunggal
dan sayap atas.
Motor : Harley Davidson Silinder model tahun 1928, 15 daya kuda.
Ukuran : Panjang satap 9.00 m, panjang badan 5.05 m, tinggi 2.40 m, berat
kosong 263 kg.
Prestasi : Kecepatan jelajah 850 km/jam.
Pesawat terbang bermotor WEL I RI X (Wiweko Experimental Light Plane)
merupakan pesawat bermotor hasil produksi pertama Bangsa Indonesia yang diancang
dan dibuat dalam waktu lima bulan pada tahun 1948. Pembuatan dilakukan oleh Biro
Rencana dan Konstruksi Markas Tertinggi AURI Seksi Percbaan Pembuatan Pesawat
Terbang di Magetan dibwah pimpinan Opsir Udara III (Kapten) Wiweko Supono.
Diabadikan di Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala tahun 1980. Tekad bangsa
Indonesia dalam pengembangan ini merupakan titk tolak menuju Industri Pesawat
Terbang. Untuk menyatakan kebvenaran hal ini maka dengan dasar desain WEL-I RI
X tersebut dibuat lagi replikanya pada tahun 1980 dan diterbangkan dari PU
Iswahyudi menuju SMO Lanud Adisutjipro kemudian di museumkan.
2.5.2.2.7. Serangan Udara Pertama Terhadap Kota Kedudukan Belanda di Semarang, Salatiga
dan Ambarawa


23
23
Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan serangan serentak di seluruh wilayah
kekuasaan RI, yang dikenal dengan Agresi I. Dalam pada itu hampir seluruh
Pangkalan Udara RI menajdi sasaran, termasuk PU Maguwo yang diketahui sebagai
pusat kekuatan udara RI waktu itu. Namun dmeikian serangan udara Belanda atau PU
Maguwo mengalami kegagalan karena kabut tebal meliputi/menutupi PU Maguwo.
Para pimpinan TNI AU telah memperhitungkan bahwa suatu saat Belanda akan
melakukan serangan udaranya. Untuk itu gagasan untuk melakukan serangan udara
balasan terhadap lawan telah dalam pemikiran beliau. Gagasan ini segera diwujudkan
untuk mengimbangi tindakan lawan tersebut. Waktu itu Kasau Komodor S.
Suryadarma bersama Perwira Operasi Komodor Muda Udara Halim Perdanakusuma
segera merencanakan operasi udara balasan, dengan perhitungan matang para senior,
akhirnya tugas mulia untuk melakukan serangan udara itu dipercayakan kepada para
Kadet Penerbang.
Pada tanggal 29 Juli 1947 kurang lebih pukul 05.00 pagi tiga buah pesawat terbang
TNI AU berturut-turut meninggalkan landasan PU Maguwo menuju ke sasaran.
Sebuah pesawat Guntai yang dipersenjatai tiga buah senapan mesin dan 400 kg bom
dengan penerbang Kadet Udara Mulyono beserta penembak udara Abdurachman
melaksanakan serangan ke Semarang. Menyusul sebuah pesawat Cureng yang
dibekali bom-bom bakar dengan Penerbang Kadet Sutardjo Sigit beserta penembak
udara Sutardjo melakukan serangan ke kota Salatiga. Sebuah pesawat Cureng lainnya
dengan persenjataan yang sama dengan penerbang Kadet Udara Suharnoko Harbani
beserta penembak udara Kuput melaksanakan serangan ke kota Ambarawa.
2.5.2.2.8. Pengabdian Para Pahlawan TNI AU
Sebuah pesawat Dakota VT-CLA pada tanggal 29 Juli 1947, pukul 01.00 siang waktu
setempat meninggalkan lapangan terbang Singapura dengan membawa sumbangan
obat-obatan untuk Palang Merah Indonesia. Ketika mendekati PU Maguwo saat roda-
roda pendarat mulai keluar, pesawat Dakota VT-CLA membuat satu kali putaran
untuk persiapan mendarat, tiba-tiba muncul dua buah pesawat pemburu Kittyhawk
Belanda yang melakukan tembakan dengan gencar. Dakota VT-CLA kemudian
terbang ke arah selatan dalam keadaan terbakar dan jatuh ke desa Jatingarang


24
24
Kelurahan Tamanan, dekat desa Ngoto Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul,
sebelah tenggara kota Yogyakarta.
Dari semua awak pesawat dan penumpang, hanya seorang yang selamat yaitu A.Gani
Handonotjokro, korban lain yang gugur: Komodor Muda Udara Agustinus
Adisudjipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdurachman Saleh. Opsir Muda Udara
I Adisumarno Wiryokusumo, Ex Wing Comamander Alexander Noel Constatine
(Australia) dan istreinya Ex Squadron Leader Roy Huzelhurs (Inggris), Bhida Ram
(India) dan Zaenal Arifin (Indonesia).
Peristiwa gugurnya para perintis dan tokoh TNI AU tersebut, mula-mula diresmikan
dan diperingati sebagai Hari Berkabung. Namun jika direnungkan betapa semangat
juang dan pengorbannanya, begitu pula peristiwa serangan udara yang belum pernah
terjadi dalam satu hari tanggal 29 Juli 1947, betul-betul merupakan pengabdian,
baktinya kepada negara dan bangsa, oleh karena itu sejak tahun 1962 ditetapkan
menajdi Hari Bakti TNI AU dan tanggal 29 Juli diperingati secara tradisional
dipusatkan di Lanud Adisutjipto.
Atas dasar keterbatasan pengetahuan awam akan ketetapan nama lokasi peristiwa
gugurnya pahwalan udara tersebut, maka monumen yang didirikan untuk
memperingati peristiwa tersebut terkenal dengan nama Monumen Ngoto atau Tugu
Ngoto.
2.5.2.2.9. Stasiun PHB AURI PC-2 di Playen Gunungkidul
Dalam rangka perjuangan mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan, Strasiun
Radio AURI PC-2 di desa Banaran, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul,
Daerah Istimewa Yogyakarta, berhasil menyiarkan berita-berita perjuangan
menghadapi Agresi Militer II Belanda 19 Desember 1948. Berita ini antara lain
Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dipimpin oleh Letkol Soeharto atas kedudukan
militer Belanda di Yogyakarta selama 6 jam. Dari stasiun radio AURI di Jawa dan
Sumatera, khususnya Stasiun PDRI, bahkan diterima oleh Stasiun AURI pada
Indonesi Airways di Rangoon (Birma). Melalui perwakilan RI di Birma dan India
diteruskan ke Perewakilan RI di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.
Dalam rangka pelertarian nilai-nilai juang terpetik dari peranan Stasiun radio AURI
PC-2 tersebut dibangunlah Monumen Radio AURI PC-2 di Banaran oleh Yayasan 19


25
25
Desember 1948 yang diprakarsai dan diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono
IX pada tanggal 10 Juli 1984.
2.5.2.2.10. Pasukan Garuda Mulya
Dengan dilancarkannya Agresi Militer II Belanda 19 Desember 1948 hampir seluruh
Pangkalan Udara jatuh ke tangan Belanda. Anggota Pangkalan Udara Penasan segera
mengatur taktik gerilya di daerah Kecamatan Jumantoro dan Gayamdompo serta
melakukan serangan terhadap kedudukan Belanda di Karangpandan, Karanganyar dan
Pabrik Gula Tasikmadu. Pasukan ini terkenal sebagai Pasukan Garuda Mulya yang
tergabung dalam Pasukan Panembahan Senopati 105.
2.5.2.2.11. Perintis Perindustrian Pesawat Terbang di Indonesia
Pada tahun 1946 Markas Tertinggi TRI Angkatan Udara meresmikan Biro Rencana
dan Konstruksi yang berkedudukan di Lanud Maospati (Madiun) yang dipimpin oleh
Opsir Udara Wiweko Soepomo. Meskipun dengan segala keterbatasan, ditambah lagi
dengan berbagai kesulitan di segala bidang dan ancaman agresi Kolonial Belanda,
namun dengan jiwa semangat dan tekad para pejuang teknisi Seksi Percobaan
Pembuatan Pesawat Terbang yang dipelopori oleh Opsir Udara III Wiweko Soepomo
dan Opsir Muda Udara I Nurtanio berhasil mewujudkan beberpa prestasi dalam
merintis pembuatan pesawat terbang. Diantaranya diawali dengan pembuatan kurang
lebih 6 buah pesawat Glider NWG (Nurtanio Wiweko Glider) untuk latihan para calon
Kadet Penerbang, modifikasi pesawat pembom Guntai menjadi pesawat angkut,
modifikasi pesawat Sakai Blenheim (mesin: Sakai Nakajima dan body: Bristol
Blenheim) menjadi pesawat pemotretan dan membuat pesawat terbang jenis olah raga
RI-X/WEL I (Wiweko Esperimental Lighplane).
Setelah pengakuan Kedaulatan Negara Republik Indonesia 27 Desember 1949, maka
instansi yang menangani kegiatan pembuatan pesawat terbang di lingkungan TNI-AU
mengalami beberapa perubahan dan peningkatan secara kronologi sebagai berikut:
2.5.2.2.11.1. Depo Penyelidikan Pesawat Pembuatan Pesawat Terbang (1950).
2.5.2.2.11.2. Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (1961) dan
2.5.2.2.11.3. Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (Lipnur) (1966).
Selama tahun 1950-1976 telah dihasilkan beberapa jenis pesawat antara lain: NU-200
Si Kumbang, Belalang 85, NU-25 Kunang, Belalang-90, Girokopter Kolintang, Super


26
26
Kunang-40, Kumbang-26, PXL-104, Gelatik, Kinjeng, 150 Hovercraff, , Mayang, LT-
200, Nefoo Flight (VIP) dan Glinder G-012. Kemudian pada tahun 1976 Lipnur
ditingkatkan dan diresmikan oleh Bapak Presiden Soekarno menjadi PT Industri
Pesawat Terbang Nurtanio dan akhirnya pada tahun 1986 diubah lagi namanya
menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nusantara. Dengan nama Nusantara ini
diharapkan adanya prospek yang lebih luas selaras dengan tujuan dan jangkauan hasil
produksi industri pesawat terbang sebagai suatu sarana perhubungan yang bertaraf
internasional. Sejak 1976 IPTN telah mneghasilkan beberapa jenis pesawat terbang
antara lain: NC-212 Casa, N Bell-142, NSA 33 Puma, NBO-105 Bolkow, NSA 332
Super Puma dan CN-235 Tetuka, CN-250 Gatotkaca.
2.5.2.2.12. Indonesia Airways
Dalam rangka upaya memperlancar tugas perjuangan khususnya perhubungan jarak
jauh dengan daerah luar Pulau Jawa sangat dibutuhkan adanya pesawat terbang. Untuk
itu pada awal Juni 1948 dengan membawa pesawat model C-47 Dakota, Presiden
Soekarno mengadakan keliling Sumatera untuk mendapatkan Fonds Dakota. Hasil
dari perjalanan ini terkumpul sejumlah dana dari rakyat Aceh yang cukup digunakan
untuk membeli pesawat Dakota C-47. Pesawat tersebut diberi nomor registrasi RI-001
dengan nama sebuah gunung di Aceh Sulawah. Di dalam negeri selain
dipergunakan untuk mengangkut Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta ke Sumatera,
mengangkut para Kadet ALRI dari Bukittinggi ke Aceh dan juga mengadakan
pemotretan gunung berapi.
Pada tanggal 7 Desember 1948 pesawat RI-001 / Seulawah mendarat di Calcuta India
dalam rangka menjalani perbaikan menyeluruh/over haul. Agresi Militer Belanda II
sementara hubungan dengan Tanah Air terputus dan menemukan jalan pulang.
Pada tanggal 26 Januari 1949 atas ijin Pemerintah Burma RI-001/Seulawah
diterbangkan ke Rangoon Burma diserta Opsir Udara III Wiweko Soepono dengan
harapan akan berhasilnya upaya penyelenggaraan penerbangan niaga. Atas bantuan
Sdr. Maryumi OU III Wiweko Soepomo berhasil mendirikan satu badan hukum
penerbangan niaga dengan nama Indonesia Airways, yang beroperasi di Burma.
Dalam perkembangannya Indonesia Airways berhsil menambah armadanya dengan 2
pesawat Dakota beregistrasi RI-007 dan RI-009.


27
27
Adapun keuntungannya di samping dipergunakan untuk membiayai Kadet-kadet
Indonesia yang belajar di India dan Philipina, juga untuk membantu perjuangan
kemerdekaan RI dengan menerobos blokade udara Belanda dan mendrop senjata,
amunisi dan peralatan radio, untuk perjuangan RI di Aceh.
Sebagai penghargaan kepada Pemerintah Burma, pada tanggal 31 Oktober 1950
Pesawat RI-007 diserahkan kepada Pemerintah Burma. Sedangkan momentum
dimulainya Indonesia Airways beroperasi yaitu 26 Januari 1949 diresmikan sebagai
hari jadi Garuda Indonesia Airways (GIA).



2.5.2.2.13. Perintis Jawatan Kesehatan TNI AU
2.5.2.2.13.1. Opsir Udara I Doktor Esnawan
2.5.2.2.13.2. Laksamana Muda Udara Dokter Suhardi Hardjolukito

2.5.2.2.13.3. Laksamana Muda Udara Dokter salamun



28
28

2.5.3. RUANG KOTAMA
2.5.3.1. KORPPASKHASAU
Setelah diproklamasikan kemerdekan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945 dibentuklah Badan Keamanan Rakyat (BKR), BKR yang merebut pangkalan
udara dikenal dengan nama Badan Keamanan Rakyat Oedara (BKRO). Dengan
berubahnya BKR menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang kemudian menjadi
Tentara Keamanan Rakyat Indonesia (TRI), maka pada tanggal 9 April 1946 TKR
Jawatan Penerbangan disahkan menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) Oedara.
Dalam perkembangannya untuk mendukung tugas-tugas operasi pada tahun 1950
dibentuklah organisasi darat yaitu Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) yang bertugas
mengamankan seluruh fasilitas dan instalasi pangkalan serta pertahanan terhadap
serangan lawan. PPP berpusat di Jakarta dengan nama Air Base Defence Troop
(ABDT).
Sejalan dengan itu pada awal tahun 1957 dibentuk Asisten Direktorat Pertahanan
Pangkalan Udara (ADPP), pengembangan pasukan dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
Penangkis Serangan Udara (PSU), Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) dan Pasukan
Gerak Tjepat (PGT). Tugas yang dilaksanakan adalah mengadakan penumpasan
berbagai pemberontakan seperti: APRA, Andi Azis, DI/TII, RMS dan lain-lain.
Kemudian berdasarkan keputusan Men/Pangau Nomor 159 tanggal 15 Oktober 1962
Komando Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara (KOOPAU) dibentuk. KOPPAU
membawahi dua pasukan yaitu PPP sebagai pasukan Taktis dan PGT sebagai pasukan
Strategis. Namun demikian mengingat dalam satu wadah TNI-AU ada dua pasukan
maka berdasarkan Keputusan Men/Pangau Nomor 45 Tahun 1966 tanggal 17 Mei
1966 dibentuklah satu pasukan dengan nama Komando Pasukan Gerak Cepat
(KOPASGAT). KOPASGAT membawahi 3 Resimen: Resimen I PASGAT yang
berkedudukan di Lanuma Husein Sastranegara, Resimen II PASGAT berkedudukan di
Jakarta dan Resiman III PASGAT berkedudukan di Surabaya. Selanjutnya sesuai
dengan perkembangan teknologi yang semakin modern pasukan TNI-AU dituntut
lebih professional dalam menjalankan tugas dan fungsi yang diembannya sebagai
satuan penangkal dan tugas khas matra udara, maka pada tanggal 11 Maret 1985


29
29
KOPASGAT diganti menjadi PASUKAN KHAS TNI-AU (PASKHASAU).
Penggantian nama tersebut berdasarkan pada Kep. Pangab Nomor: KEP/10/P/III/1984
tanggal 31 Maret 1984 Tentang Pokok-Pokok Organisasi dan Prosedur TNI Angkatan
Udara serta Instruksi Kepala Staf TNI-AU Nomor: INS/05/IV/1984 tanggal 18 April
1984 Tentang Penyusupan Pokok-Pokok Organisasi dan Prosedur Badan-Badan Staf
serta Komando Utama.






Berikut adalah Para Komandan Paskhasau :

No. Nama Pangkat Jabatan
1. Wiriadinata Laksmana Muda
Udara
Panglima Kopasgat I dan II Tahun
1963-1964
2. Ramli Sumardi Komodor Udara Panglima Kopasgat II
Tahun 1964-1966
3. Saleh Basrah Laksmana Muda
Udara
Panglima IV
Tahun 1966-1968
4. Sutoro Kolonel Udara Panglima Kopasgat V
Tahun 1968-1974
5. R. Suprantijo Marsma TNI Panglima Kopasgat VI
Tahun 1974-1977




30
30
2.5.3.2. KOMANDO PENDIDIKAN TNI AU (KODIKAU)

Pada tanggal 27 Oktober 1945 Bapak Agustinus Adisutjipto berhasil menerbangkan
pesawat Cureng yang bertandakan Merah Putih, di atas kota Yogyakarta, kemudian
disusul pada tanggal 7 November 1945 di Pangkalan Udara Cibeureum berhasil
diterbangkan pesawat Nishikoreng. Selanjutnya untuk memperkuat perjuangan
kemerdekaan, pada tanggal 15 November 1945 didirikan Sekolah Penerbangan di
Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta dipimpin oleh Bapak A. Adisutjipto.

Berdasarkan hasil sarasehari Sesepuh (Ex Penerbangan) pada tahun 1977 bahwa hari
jadi Komando Pendidikan ditandai dengan mulai dibukanya Sekolah Penerbangan
pada tanggal 15 November 1945 di Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta. Maka


31
31
berdasarkan Surat Keputusan Kasau Nomor: Kep/32/VII/78 tanggal 2 Juli 1978
menetapkan bahwa: Tanggal 15 November 1945 Sebagai Hari Komando Pendidikan
TNI-AU. Kodikau ini bermarkas di Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma Jakarta,
kemudian sejak tahun 1985 pindah ke Surabaya. Kemudian pada tahun 2003
dipindahkan lagi ke Jakarta hingga sekarang.
Berikut ini adalah para Komandan Kodikau :

No. Nama Pangkat Jabatan
1. Agustinus
Adisutjipto
Komodor Muda Udara Dakodikau Tahun 1945-1947
2. H. Soejono Komodor Muda Udara Dakodikau Tahun 1951-1953
3. Roeslan Komodor Muda Udara Dakodikau Tahun 1953
4. Achmad Sumadi Komodor Muda Udara Dakodikau Tahun 1953-1957
5. Sri Bimo Ariotejo Kapten Udara Dakodikau Tahun 1957-1961
6. Soebambang Letkol Udara Dakodikau Tahun 1961-1964
7. Iman Soekotjo Kolonel Udara Dakodikau Tahun 1964-1966
8. Kardono Kolonel Udara Dakodikau Tahun 1966-1969
9. Aried Riyadi Komodor Udara Dakodikau Tahun 1969-1972
10. Sutoyo Marsma TNI Dakodikau Tahun 1972-1975










32
32
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

Dari uraian pembahasan karya tulis ini, penulis mengambil kesimpulan yaitu:
- Museum adalah suatu tempat menyimpan benda-benda yang bernilai sejarah agar
tidak hilang dan rusak sehingga dapat dinikmati berbagai generasi, itu diharapkan
mereka dapat mengetahui sejarah dan dapat menghargai hasil yang telah dicapai
generasi terdahulu sehingga mereka dapat mengambil hikmah dan sejarah itu sendiri,
- Museum berfungsi menyimpan benda-benda yang bernilai sejarah yang patut
mendapat perhatian umum. Selain itu museum merupakan sarana yang efektif untuk
mewariskan nilai-nilai luhur perjuangan,
- Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala secara visual menggambarkan
perjuangan Bangsa Indonesia, khususnya TNI AU dalam merebut dan
mempertahankan kemerdekaan NKRI.
3.2 SARAN

1. Dengan mengenal benda-benda bersejarah, tanamkanlah dalam diri kita
jiwa dan semangat kepahlawanan,
2. Lestarikan dan peliharalah peninggalan-peninggalan sejarah agar tidak
sampai hilang dan rusak,
3. Binalah persatan dan kesatuan bangsa agar peristiwa masa lalu tidak
kembali,
4. Teruskanlah perjuangan para pahlawan dengan membangun Bangsa
Indonesia lebih maju.
Demikian saran-saran yang dapat penulis kemukakan, semoga bermanfaat
untuk kita semua. Amin.



33
33



DAFTAR PUSTAKA


1. ..............1999. Panduan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala. Yogyakarta :
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara.
2. .............. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
3. Munajat, Ade, dkk. 2003. Pengantar Sejarah Tentara Nasional Indonesia. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
4. Odih, Enjang, dan Sukadi. 2000. Sejarah Nasional dan Umum SLTP/MTs Kelas III.
Jakarta : Ganesa.
5. Poesponegoro, Marwapati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah
Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta : Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai