Pembimbing :
B.Eni Lestari
Disusun Oleh :
1. Khayla Afrin Aqila Putri
2. Anastasya Dayana
3. Alif Deyva
4. Sabda Agung
5. Ni Wayan
6. Galih Narendra Kalimasyada
7. Arrisa Aulia Tsabita
8. Bisma Aptana
9. Nailah Ayu Junaidi
10. Neisya Cynthia Maxelita
11. Alven
Kata Pengantar
Daftar isi
Museum Pusat TNI AU "Dirgantara
Mandala" adalah museum yang
digagas oleh TNI Angkatan Udara
yang berisikan benda-benda koleksi
sejarah, dimana sebagian besarnya
berupa pesawat terbang yang
pernah mengabdikan diri di
lingkungan TNI AU.[1] Museum ini
berlokasi kurang lebih 6 kilometer
arah Timur dari pusat kota
Yogyakarta, di kompleks Pangkalan
Udara Adi Sutjipto, Yogyakarta.
Museum ini sebelumnya berada
berada di Jalan Tanah Abang Bukit,
Jakarta dan diresmikan pada 4 April
1969 oleh Panglima AU Laksamana
Roesmin Noerjadin lalu dipindahkan
ke Yogyakarta pada 29 Juli 1978.[2]
Museum Pusat TNI AU Dirgantara
Mandala
Logo Museum Pusat TNI AU
Dirgantara Mandala Yogyakarta.jpg
Logo resmi Museum Pusat TNI AU
Dirgantara Mandala
Didirikan
4 April 1969
Lokasi
Komplek TNI AU Lanud Adi Sutcipto,
Jl Raya Solo, Yogyakarta, Indonesia
Koordinat
7°47′24″S 110°24′56″E / 7.789935°S
110.415675°E
Jenis
Museum militer
Koleksi
Benda-benda yang berkaitan dengan
TNI Angkatan Udara
Jumlah koleksi
1.159
Pemilik
TNI Angkatan Udara
Latar Belakang Sunting
Museum ini didirikan dengan
berdasarkan dua hal utama yaitu:
Mendokumentasikan segala
kegiatan dan peristiwa bersejarah
dalam bertumbuhnya TNI Angkatan
Udara
Nilai-nilai luhur perjuangan 1945,
yang bisa diwariskan kepada para
anak cucu negeri ini.
Berdasarkan dua hal tersebut,
dituangkan dalam Keputusan
Menteri/Panglima Angkatan Udara
Nomor 491 tanggal 6 Agustus 1960
tentang dokumentasi, sejarah dan
museum Angkatan Udara Republik
Indonesia, yang baru bisa
diwujudkan dalam bentuk embrio
pada tanggal 21 April 1967 dan
dibawah pembinaan Asisten
Direktorat Hubungan Masyarakat
Angkatan Udara Republik
Indonesia.[3] Dalam bentuk embrio
ini, ia sudah memiliki tiga bagian
yaitu:
1978 - 1982
Penentuan lokasi museum ada di
Yogyakarta didasarkan atas
pemikiran sebagai berikut:
Kurun masa tahun 1945 - 1949, kota
ini memegang peranan penting
sebagai pusat kelahiran dan
perkembangan TNI AU.
Kota ini adalah tempat dididiknya
para Taruna-taruna Angkatan Udara
(karbol) calon perwira TNI AU
Bandar Udara Maguwo atau Bandar
Udara Internasional Adisutjipto
adalah tempat banyak peristiwa
untuk memupuk kejuangan 1945
yang perlu diwariskan kepada
generasi kini dan saat mendatang.
Atas dasar itulah maka Kepala Staf
TNI AU mengeluarkan keputusan No.
Kep/11/IV/1978 tertanggal 17 April
1978 yang menetapkan bahwa
Museum Pusat AURI dipindahkan ke
Yogyakarta dan disinergikan dengan
Museum Pendidikan
Pendidikan/Karbol menjadi Museum
Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.
Galeri: Sunting
— Soekarno[10] Sendratari
Ramayana Prambanan raih "PATA
Gold Award"
Salah satu komentar yang diberikan
setelah pementasan berakhir yaitu
berasal dari Charlie Chaplin:[9]
— Charlie Chaplin[9]
Pementasan perdana ini masih
menggunakan istilah Ramayana
Ballet, namun tokoh seniman Andjar
Asmara yang turut hadir pada
pementasan ini mengubah istilah
Ballet Ramayana dengan Sendratari
Ramayana.[9] Pada tahun-tahun
berikutnya, digunakan Sendratari
Ramayana sebagai nama resmi,
selain itu tahun pementasan
perdana ini, dianggap tahun
kelahiran sendratari di Indonesia.[9]
— Andjar Asmara[9]
Pementasan Sunting