Anda di halaman 1dari 7

Biografi skandron TNI Angkatan Udara 11

Skadron Udara 11 (atau Skadud 11) adalah sebuah skadron udara yang


dilahirkan pada 1 Juni 1957 di Lanud Andir (sekarang bernama Lanud Husen
Sastranegara), Bandung, Jawa Barat. Sekarang skadud ini merupakan salah satu
unsur pelaksana operasional Wing Udara 5, Lanud Sultan Hasanuddin yang
juga bagian dari Komando Operasi Angkatan Udara II (Koopsau II). Skadud 11
juga merupakan bagian integral dari kekuatan udara yang dimiliki TNI
Angkatan Udara.
Skandron Udara 11 dibentuk 1 Juni 1997 di negara Indonesia, cabang TNI
Angkatan Udara, tipe unitnya komando tempur,bjukukan skandor 11, ulang
tahunnya pada tanggal 1 juni dan pesawat tempur operasional SU-30MK/MK2.
Skadud ini pernah bermarkas di beberapa tempat, antara lain di Lanud
Andir, Lanud Kemayoran, Lanud Iswahjudi dan saat ini di Lanud Sultan
Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
Skuadron ini pernah dilikuidasi pada 4 Maret 1974 dan diaktifkan kembali pada
5 Oktober 1980 hingga saat ini.

Pesawat tempur yang pernah menjadi kekuatan udara skuadron ini antara lain
adalah 8 buah pesawat DH-115 Vampire dari Britania Raya sejak tahun 1957.
Kemudian skadud ini diperkuat dengan pesawat-pesawat MiG-17, MiG-17
PF (yang dipergunakan untuk malam hari) dan MiG-15, yang sering kali dipakai
juga untuk pesawat latih lanjut. Pesawat-pesawat ini mulai
memperkuat Skadud 11 sejak tahun 1958-an dan dibeli dari Polandia dan Uni
Soviet. Dengan Operasi Alpha pada tahun 1980-an, skadud ini diperkuat dengan
16 pesawat-pesawat A-4 Skyhawk bekas operasi AU negara lain, baik yang
bertempat duduk tunggal maupun bertempat duduk ganda. Pesawat-pesawat ini
didatangkan dengan operasi rahasia dari Israel. Sejak tahun 2003, Skadud ini
diperkuat dengan pesawat-pesawat SU-27SK, dan SU-30MK/MK2 yang dibeli
dari Rusia, hingga saat ini.
Pelbagai operasi militer pernah didukung oleh skadud ini, antara lain adalah
Operasi Penumpasan Pemberontak Republik Maluku Selatan
(RMS) dan Permesta. Skadud ini juga turut aktif dalam Operasi
Trikora dan Operasi Dwikora.

Latar belakang
Dengan Konferensi Meja Bundar yang diadakan di Den Haag pada tanggal 23
Agustus 1949, maka mengharuskan AU Belanda (Militaeire Lucthvaart/ML)
menyerahkan semua fasilitas penerbangan kepada AURI. Proses penyerahan ini
baru selesai tepat enam bulan sesudah pengakuan kedaulatan, pada tanggal 27
Juni 1950. Dengan penyerahan ini, mendorong AURI untuk membentuk
skadron-skadron. Pada saat itu, segala macam pesawat ditempatkan di Lanud
Halim Perdanakusuma dan dijadikan satu kesatuan dengan nama Skadron 1.
Sedangkan pesawat-pesawat yang ada di Lanud Husein Sastranegara dilebur ke
dalam Skadron 2. Hal ini berlaku hingga tahun 1951.
Berdasarkan Surat Penetapan KASAU Nomor 2811/KS/1951 tanggal 23 April
1951, yang menyatakan group operasional dari kesatuan-kesatuan menjadi
sebagai berikut :
1) Skadron I (Pembom), dengan kekuatan pesawat B-25 Mitchell.
2) Skadron II (Pengangkut), Dinas Angkutan Udara Militer (A-4) dan
sekolah penerbang, dengan kekuatan pelbagai jenis pesawat.
3) Skadron III (Pemburu), dengan kekuatan pesawat P-51 Mustang.
4) Skadron IV (Pengintai), dengan kekuatan pesawat Auster dan Piper L-4J.
5) Skadron V (Angkut Operasional), dengan kekuatan pesawat Dakota C-47.

Pada tanggal 23 April 1951, diterbitkan Surat Penetapan KSAU Nomor


28A/11/KS/1951 tentang Pembentukan Skadron Udara, sebagai berikut:

1) Skadron I (Pembom), dengan kekuatan pesawat B-25 Mitchell.


2) Skadron II (Angkut), dengan kekuatan pesawat Dakota C-47.
3) Skadron III (Pemburu), dengan kekuatan pesawat P-51 Mustang (Cocor
Merah).
4) Skadron IV (Intai Darat), dengan kekuatan pesawat Auster.
5) Skadron V (Intai Laut), dengan kekuatan pesawat PBY-54 Catalina
Amphibi.

Pada masa itu, Skadron Udara VI sampai dengan IX dipersiapkan untuk


Skadron Helikopter. Dan Skadron Udara XI sampai dengan XIX disiapkan
untuk Skadron Jet Tempur

Sejarah

Pada tahun 1959, Letnan Udara Leo Wattimena, sebagai Komandan Skadron,
mengadakan lomba untuk merancang lambang skadron. Lomba dimenangkan
oleh Peltu (alm) Kayado dengan bentuk sebagaimana yang terlihat saat
ini. Lambang ini baru secara resmi dipergunakan untuk pertama kalinya, pada 8
Agustus 1962 di Lanud Kemayoran.

Makna lambang
Bentuk perisai
Hal ini berarti Skadron Udara 11 adalah pelindung/perisai bangsa dan negara
dari setiap musuh.
8 Sayap Putih
Hal ini melambangkan bahwa kekuatan udara pertama kali Skadron Udara 11
adalah 8 pesawat Vampire yang dipergunakan untuk tugas-tugas mulia, penjaga
dirgantara Indonesia.
Awan Hitam dan Biru 11 Lekukan
Hal ini melambangkan bahwa keadaan baik dan buruk harus ditempuh oleh
Skadron Udara 11 dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Kilat Warna Merah
Hal ini melambangkan bahwa Skadron Udara 11 memiliki pesawat-pesawat
yang mempunyai kecepatan tinggi, penerbang-penerbang yang berani dan
mampu menempuh cuaca baik ataupun buruk.

Kelahiran
Akhir tahun 1955, beberapa penerbang dan teknisi AURI ditugaskan ke Little
Rissington dan South Corney di Inggris untuk mempelajari mengoperasikan
pesawat pemburu De Havilland Vampire. Penerbang yang dikirimkan kesana
adalah Letnan Udara Satu Leo Wattimena dan Kapten Udara Roesman
Noerjadin. Sedangkan para teknisi yang dikirimkan antara lain adalah Letnan
Udara Dua (LU II) Sarjono, LU II Kamarudin dan Letnan Muda Udara I (LMU
I) Setedjo. Hal ini dilakukan untuk memperbaharui armada AURI dengan
pesawat-pesawat jet. Vampire adalah pesawat bermesin jet (dikenal dengan
nama "pesawat pancar gas") pertama yang dimiliki oleh AURI. Pesawat-
pesawat tersebut ditempatkan di Lanud Andir, Bandung dan dimasukkan ke
Kesatuan Pancar Gas (KPG). Kesatuan ini diresmikan oleh KASAU pada 20
Februari 1956, dan berkekuatan 8 pesawat DH-115 Vampire. KPG ini
merupakan embrio Skadron-Skadron Tempur Jet. KPG ini dipimpin oleh Letnan
Udara Leo Wattimena.
Pada 20 Maret 1957, berdasarkan Surat Keputusan KASAU Nomor 56, KPG
diubah menjadi Skadron Udara XI "Pemburu". Upacara peresmian skadron ini
baru dilaksanakan pada 1 Juni 1957 bertempat di Lanud Husein Sastranegara.
Dalam upacara itu juga dilantik komandan pertamanya, Letnan Udara 1 Leo
Wattimena. Dalam kesempatan itu pesawat pemburu Vampire resmi menjadi
pesawat pertama dari Skadron Udara XI. Dan sejak saat itu, tanggal 1 Juni
diperingati sebagai tanggal kelahiran Skadron Udara 11.

1956 – 1957
Pesawat DH-115 Vampire ini merupakan sumbangan dari pemerintah Inggris. 4
unit pesawat ini tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada 3 Desember 1955 dalam
keadaan terurai dan baru dirakit kembali di Lanud Andir. Tanggal 10 Januari
1956, 4 unit lagi datang sehingga melengkapi jumlahnya menjadi 8 unit. Baru
pada 1 Juni 1957, armada ini resmi menjadi kekuatan udara Skadron Udara XI,
dengan Letnan Udara I Leo Wattimena sebagai komandannya. Dengan
pembentukan skadron ini, AURI mulai penataan sistim penomoran skadron
udaranya.
Beberapa penerbang Vampire angkatan pertama adalah : Soemitro, Narayana,
Luly Wardiman, Roesman Noerjadin dan Musijan. Penomoran skadron ini
dengan angka 11 memakai Angka Romawi. Angka 11 juga bertepatan dengan
usia AURI yang ke 11 tahun pada tahun itu.
Pesawat Vampire di TNI AU mendapatkan nomor registrasi J-701 sampai
dengan J-708, dimana J adalah singkatan dari "Jet", jenis mesin dari pesawat ini.
Vampire ini sendiri adalah versi T.55 atau varian ekspor dari T.11 yang
digunakan AU Inggris dengan konfirgurasi tempat duduk dua yang saling
bersebelahan. Pesawat ini dilengkapi dengan 4 kanon internal
dengan kaliber 20 mm yang terpasang pada bagian bawah badan pesawat.

1958 – 1966
Pertengahan tahun 1958, pemerintah mulai mendatangan pesawat-pesawat baru.
Pesawat-pesawat itu adalah 30 pesawat Mikoyan-Gurevich MiG-15
UTI dari Rusia. Pesawat MiG-15 UTI adalah pesawat jet tempur bertempat
duduk ganda yang juga bisa dipergunakan sebagai pesawat latih. Pesawat-
pesawat MiG-15 diserahterimakan ke Skadud XI pada 14 Agustus 1958, dari
Direktur Pesawat Teknik Udara kepada Komandan Skadud XI. Pesawat ini
dipersenjatai dengan 2 buah kanon 23 mm yang terletak di bawah hidung
pesawat. Di Skadud XI, pesawat-pesawat ini sering kali difungsikan sebagai
pesawat latih.
Pada awal tahun 1959 pemerintah juga membeli 49 pesawat Mikoyan-Gurevich
MiG-17 dari Cekoslowakia yang dipergunakan sebagai pesawat jet tempur.
Selain itu juga membeli pesawat-pesawat MiG-17 PF dari Polandia. MiG-17 PF
adalah versi malam hari dari MiG-17, yang juga dilengkapi dengan radar.
Kedua varian pesawat MiG-17 tersebut merupakan pesawat canggih pada
masanya. Pembelian pesawat-pesawat ini dibantu oleh
pemerintahan Mesir dibawah presiden Gamal Abdul Nasir. Dalam kesempatan
itu, AURI juga mengirimkan para penerbang dan teknisi ke tiga negara tadi dan
juga ke India, untuk mempersiapkan dan mengoperasikan pesawat-pesawat
tersebut.

1967 – 1974
Pada tahun 1967, suku cadang pesawat kian terbatas dan jumlah penerbang
tempur aktif di Skadud 11 tinggal 5 orang. Latihan penerbangan dilakukan di
Lanud Kemayoran dan Lanud Iswahjudi atas pesawat-pesawat MiG-17 yang
masih layak terbang. Pada saat itu, komandan Skadud 11 adalah Kapten Udara
Anggoro S.
Rehabilitasi landasan di Pangkalan Abdulrahman Saleh telah selesai pada tahun
1967, sehingga AURI memulai Operasi Harimau Boyong. Operasi ini bertujuan
untuk menarik semua armada Skadud XI yang bertebaran di pangkalan-
pangkalan aju untuk dibawa kembali ke markas untuk dirawat di Skadron
Teknik 022 dan Depolog 030 (sekarang Depo Pemeliharaan 30) . Dalam operasi
ini, tidak semua pesawat berhasil ditarik kembali ke markas, beberapa
mengalami kegagalan sehingga akhirnya dijadikan monumen di pangkalan aju
tersebut.
Pada tahun 1970, Mayor Udara Suganda gugur di Palembang karena pesawat
MiG-17nya jatuh, ketika sedang mengikut Latihan Gabungan ABRI di
Pekanbaru.
Tahun 1971 jabatan Komandan Skadron diserahterimakan dari dari Mayor
Udara Anggoro ke Kapten Udara Uting Sukirwan. Pada tahun yang sama, para
teknisi dari Skadud ini dikirim ke Depolog 030 untuk memenuhi ketentuan
sebagai kru darat dari Skadud.
Tanggal 4 Maret 1974, Skadron Udara XI dilikuidasi dengan upacara sederhana
di Lanud Abdulrahman Saleh, Malang, Jawa Timur. Dengan likuidasi ini maka
logo Skadron-pun diturunkan. Anggota dari Skadud XI kemudian disebar ke
kesatuan-kesatuan lainnya, seperti Kodikau (sekarang jadi Komando Pendidikan
Dukungan Umum), Kohanudnas dan Depo-Depo.

1975 – 1979

Tanggal 23 Agustus 1973, TNI AU menerima 16 pesawat T-33 Thunder


Bird dari pemerintah Amerika Serikat. Awalnya pesawat-pesawat ini
dipergunakan sebagai pesawat latih Kodikau untuk menggantikan pesawat latih
jenis Aero L-29 Delfin yang sudah habis suku cadangnya. Dan pada 2 Mei
1974, Mayor Isbandi Gondo dilantik sebagai Komandan Skadron Pendidikan
(Skadik) 103 yang juga merupakan cikal bakal dibentuknya kembali Skadud 11.
Dengan pertimbangan dan perkembangan situasi dan kondisi yang dihadapi RI,
maka Skadik 103 dengan armada T-33 Thunder Bird-nya, dipandang perlu
untuk bernaung di bawah Kohanudnas. Tanggal 1 Mei 1974 dikeluarkanlah
Surat Keputusan KASAU Nomor : Kep/33/V/1974 yang menetapkan armada T-
33 Thunder Bird di bawah Kohanudnas. Upacara serah terima dilaksanakan
pada 3 Mei 1974. Di Kohanudnas, pesawat-pesawat ini dipergunakan untuk
pelatihan "Proficiency Training" (pelatihan bagi para penerbang jet agar tetap
mampu menjadi penerbang tempur jet). Selain itu juga dipergunakan sebagai
sarana pelatihan konversi bagi para penerbang yang baru lulus dari sekolah
penerbang agar nantinya akan mampu mengawaki pesawat F-86 Sabre yang
akan diterima pemerintah RI.

1980 – 2002

Berdasarkan Surat Keputusan KASAU Nomor : KEP/01A/II/1983 tanggal 11


Februari 1983, tentang Pengesahan dan Penempatan pesawat A-4 Skyhawk
sebagai alat utama sistem senjata TNI AU. Sejak saat itu armada A-4 Skyhawk
resmi memperkuat Skadud 11. Skadron ini merupakan bagian dari Wing
Operasional 300 (Skadron-skadron Udara Tempur
Sergap), Kohanudnas bermarkas di Lanud Iswahjudi, Madiun, Jawa
Timur. Pesawat ini pada dasarnya dibuat untuk pertempuran udara-ke-darat.
Pesawat-pesawat yang ditempatkan di Skadud ini adalah pesawat dengan nomor
seri TT-0401 sampai dengan TT-0414. TT sendiri adalah kependekan dari
Tempur Taktis, dan angka 04 di awal nomor serinya sendiri menandakan bahwa
itu adalah pesawat A-4 Skyhawk. 14 pesawat ini disiagakan sebagai unsur
armada tempur dan dipersenjatai. Selain 14 pesawat sebagai unsur tempur,
skadron ini juga dilengkapi 2 pesawat A-4 Skyhawk dengan tipe A-4H dengan
nomor seri TL-0415 dan TL-0416. TL sendiri kependekan dari Tempur Latih.
Kedua A-4H itu dipergunakan sebagai pesawat latih lanjut dan juga sebagai
pesawat latih konversi.
Pada tahun 1980, 2 pesawat A-4 yang masih baru, sedang mengikuti Latihan
Angkasa Yudha-80 dan dipimpin oleh penerbang F. Djoko Poerwoko. Dalam
latihan ini, keduanya mendapatkan tugas terbang navigasi dengan rute Biak-
Nabire-Jayapura dengan misi menghadirkan pesawat terbaru TNI AU di
Jayapura. Penerbangan ke Jayapura dilakukan di koridor medium
altitude (ketinggian menengah), antara 15.000 - 20.000 kaki atau di atas awan
secara rata-rata. Pendaratan bisa dilakukan ketika telah menemukan titik
acuan Danau Sentani di Jayapura untuk selanjutnya mendarat di Jayapura. Pada
saat itu terjadi kesalahan yang dikarenakan pesawat terbang terlalu ke Timur,
melewati perbatasan Indonesia - Papua Nugini, dan hampir saja mendarat di
bandara Wanimo, Papua Nugini.

2003 – sekarang
Sejak tahun 2003, skadud ini dilengkapi dengan pesawat dari Rusia jenis SU-
27SK, dan SU-30MK/MK2.
Nama : Sri Rezky Wahyuni
Kelas : XI IIS 2

Anda mungkin juga menyukai