Anda di halaman 1dari 12

Transkulturasi Nursing Sepanjang Daur Kehidupan Manusia

Dosen Pengajar : Dr. Moh. Wildan,A.Per.Pen.,M.Pd.,MM

Nama : Dea Mirand Eka P

NIM : 19010031

KELAS : 19 A KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN dr.SOEBANDI JEMBER

Jl. dr. Soebandi No.99 Jember Tahun 2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman di era globalisasi saat ini, terjadi peningkatan jumlah
penduduk baik populasi maupun variasinya. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan yang berkualitas pun semakin tinggi. Hal ini menuntut setiap
tenaga kesehatan profesional termasuk perawat untuk mengetahui dan bertindak
setepat mungkin dengan prespektif global dan medis bagaimana merawat pasien
dengan berbagai macam latar belakang kultur atau budaya yang berbeda dari berbagai
tempat di dunia dengan memperhatikan namun tetap pada tujuan utama yaitu
memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Tanskultural nursing adalah suatu
daerah/wilayah keilmuan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang
fokusnya memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai
asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya kepda manusia (Leininger, 2002). Proses keperawatan
transkultural diaplikasikan untuk mengurangi konflik perbedaan budaya atau lintas
budaya antara perawat sebagai profesional dan pasien.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan transkultural ?

2. Apa saja peran dan fungsi perawat ?

3. Bagaimana pengkajian asuhan keperawatan budaya ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui dan memahami bagaimana aplikasi transkultural nursing sepanjang daur


kehidupan manusia.

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa diharapkan mampu :


a. Menjelaskan pengertian transkultural

b. Menjelaskan peran dan fungsi perawat

c. Menjelaskan pegkajian asuhan keperawatan budaya

d. Penerapan Konsep Kultur Lainnya

D. Manfaat

Memberikan Wawasan tentang aplikasi transkultural nursing sepanjang daur kehidupan


manusia, serta dapat meningkatkan wawasan pengetahuan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Pustaka Budaya Transkultural Nursing bermanfaat untuk membekalkan perawat agar
mampu memberikan minat terhadap perbedaan kultur dan membuat perbedaan tersebut
sebagai potensi dan kekuatan pasien dalam mencapai derajat kesehatannya. Budaya atau
kebudayaan menurut Taylor(1871) dalam karyanya yang berjudul Primitive Culture, adalah
keseluruhan pengetahuan, kesenian, hukum, adat istiadat, kepercayaan dan setiap
kemampuan dan kebiasaan yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai anggota suatu
masyarakat. Selain mengetahui pengertian kebudayaan, juga harus mengetahui unsure-unsur
kebudayaan manusia yaitu identitas sosial, peranan relasi, sejarah kebudayaan, budaya
material, etnosentrisme, perilaku nonverbal, kesenian, konsep tentang waktu, pola pikir dan
aturanaturan budaya Komunikasi Komunikasi secara luas merupakan proses manusiawi yang
didalamnya adalah hubungan interpersonal. Komunikasi juga mempunyai pengetian yang
luas dan lebih dari wawancara biasa.

Para ilmuan sosial sudah sejak lama mengidentifikasi pemahaman tentang cultural dalam
kompetensi budaya. Dengan tidak adanya definisi secara jelas di bidang medis dan juga
penerapan administrasi dari kompetensi budaya (Aggarwal et al., 2016). Transcultural
mengandung arti banyak budaya dan mengandung makna akan martabat manusia yang
terdapat dalam komunitasnya dengan budaya masing-masing daerah (Muhammedi, 2016).
Transcultural Nursing adalah sebuah teori yang berpusat pada keragaman budaya dan juga
keyakinan tiap manusia. Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa semua interaksi di
dalam Transcultural mengandung makna dan perbedaan dalam nilai-nilai dan keyakinan dari
tiap kelompok dalam masyarakat. Konsep Transcultural Nursing Leninger (1995) berfokus
pada analisa komparatif dan budaya yang berbeda, nilai-nilai kesehatan-penyakit, perilaku
kepedulian dan pola keperawatan (Roman et al., 2013).

ujuan utama dari Transcultural Nursing yaitu untuk melihat dari budaya maupun etnis dalam
mempengaruhi komunikasi dan juga diagnosa keperawatan serta pengambilan keputusan
dalam pengobatan yang dilakukan (Roman et al., 2013). Didalam buku (Leininger & Mc
Farland, 2002), “Transcultural Nursing: Concept, Theories, Research and Practice” edisi
ketiga, Transcultural Nursing merupakan suatu tempat atau area dari ilmu budaya pada proses
belajar dan praktik keperawatan yang berfokus terhadap perbedaan dan kesamaan antar
budaya manusia, tindakan, dan kepercayaan dan memberi asuhan keperawatan khususnya
budaya. Tujuan lain dari Transcultural Nursing yaitu terciptanya perawat yang sebanding
dengan budaya dengan melalui proses pengembangan terhadap kebudayaan yang kompeten
(Jeffreys, 2010).
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Transkultural

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada


proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002).

Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Tindakan Caring dikatakan sebagai
tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh.
Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan
dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring
secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan
bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang
universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu
tempat dengan tempat lainnya.

B. Peran Dan Fungsi Perawat

Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab itu, penting
bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat (Pasien). Misalnya
kebiasaan hidup sehari – hari, seperti tidur, makan , kebersihan diri, pekerjaan, pergaulan
social, praktik kesehatan, pendidikan anak, ekspresi perasaan, hubungan kekeluargaaan,
peranan masing – masing orang menurut umur. Kultur juga terbagi dalam sub – kultur.
Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya menganut pandangan
kelompok kultur yang lebih besar atau memberi makna yang berbeda . Kebiasaan hidup
juga saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.

Transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda ras, yang
mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada
pasien. Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan
untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional). Caring practices adalah kegiatan
perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan. Menurut Dr. Madelini
Leininger, studi praktik pelayanan kesehatan transkultural adalah berfungsi untuk
meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan kesehatannya.
Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya (kultur), baik di masa
lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan – persamaan. Lininger
berpendapat, kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan
teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan
orang banyak dan berbagai kultur.

C. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya

Perawat dalam menjalankan tugasnya sering menghadapi klien yang memiliki latar
belakang etnik, budaya, dan agama yang berbeda. Untuk menghadapi situasi ini penting
bagi perawat untuk memahami bahwa klien memiliki pendangan dan interpretasi
mengenai penyakit dan kesehatan yang berbeda. Pandangan tersebut didasarkan pada
keyakinan sosial-budaya klien. Perawat harus sensitif dan waspada terhadap keunikan
warisan budaya dan tradisi kesehatan klien dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada klien dari latar belakang kebudayaan yang berbeda. Perawat harus mengkaji dan
mendengarkan dengan cermat tentang konsistensi warisan budaya klien. Pengakajian
tentang budaya klien merupakan pengkajian yang sisrematik dan komprehensif dari
nilainilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan praktik individual, keluarga, komunitas.
Tujuan pengkajian budaya adalah untuk mendapatkan informasi yang signifikan dari
klien sehingga perawat dapat menerapkan kesamaan budaya (Leininger dan MC Farland,
2002).

Perawat dalam melakukan pengkajian terhadap kebudayaan klien dimulai dari


menentukan warisan kultural budaya klien, latar belakang organisasi sosial, dan
keterampilan bahasa sertamenayakan penyebab penyakit atau masalah untuk mengetahui
klien mendapatkan pengobatan rakyat secara tradisional baik secara ilmiah maupun
mesogisoreligus atau kata ramah, suci untuk mencegah dan mengatasi penyakit. Hal ini
dilakukan untuk pemenuhan kompoen pengakajian budaya untuk menyediakan informasi
yang berguna dalam mengumpulkan data kebudayaan klien.

Tahapan pengkajian budaya dimulai dari mengetahui perubahan demografik populasi


pada lingkungan praktik komunitas yang disebut dengan data sensus. Data sensus
didapatkan dari data sensus lokal dan regional serta laporan pelayanan kesehatan.
Langkah berikutnya perawat menggunakan teknik wawancara yang terbuka, terfokus, dan
kontras untuk mendorong klien menceritakan nilai-nilai, kepercayaan, dan praktik dalam
warisan budayanya( Spradley, 1979). Dalam melaksanakan pengkajian budaya seorang
perawt menjalin hubungan dengan klien dan memiliki keterampilam dalam
berkomuknikasi. Pengkajian budaya yang komprehensif membutuhkan keterampilan,
waktu hingga persiapan dan antisipasi sangat diperlukan.

D. Penerapan Konsep Kultur Lainnya


1. Perawatan Kehamilan dan Kelahiran

Kehamilan dan kelahiran bayi pun dipengaruhi oleh aspek sosial dan budaya
dalam suatu masyarakat. Berbagai kelompok yang memiliki penilaian terhadap aspek
kultural tentang kehamilan dan kelahiran menganggap peristiwa itu merupakan tahapan
yang harus dijalani didunia. Salah satu kebudayaan masyarakat kerinci di Provinsi Jambi
misalnya, wanita hamil dilarang makan rebung karena menurut masyarakat setempat jika
wanita hamil makan rebung maka bayinya akan berbulu seperti rebung. Makan jantung
pisang juga diyakini menurut keyakinan mereka akan membuat bayi lahir dengan ukuran
yang kecil. Dalam kebudayaan Batak, wanita hamil yang menginjak usia kehamilan tujuh
bulan diberikan kepada ibunya ulos tondi agar wanita hamil tersebut selamat dalam
proses melahirkan. Ketika sang bayi lahir pun nenek dari pihak ibu memberikan lagi
ulos tondi kepada cucunya sebagai simbol perlindungan. Sang ibu akan menggendong
anaknya dengan ulos tersebut agar anaknya selalu sehat dan cepat besar. Ulos tersebut
dinamakan ulos parompa.

Dalam menghadapi situasi ini, pelayanan kompeten secara budaya diperlukan bagi
seorang perawat untuk menghilangkan perbedaan dalam pelayanan, bekerja sama dengan
budaya berbeda, serta berupaya mencapai pelayanan yang optimal bagi klien dan
keluarga.

Perbedaan yang paling mencolok antara penanganan kehamilan dan kelahiran


oleh dunia medis dengan adat adalah orang yang menanganinya, kesehatan modern
penanganan oleh dokter dibantu oleh perawat, bidan, dan lain sebagainya tapi
penangana dengan adat dibantu oleh dukun bayi.

2. Perawatan Dan Pengasuhan Anak


Disepanjang daur kehidupannya, manusia akan melewati masa transisi dari
awal masa kelahiran hingga kematiannya. Kebudayaan turut serta mempengaruhi
peralihan tersebut. Dalam asuhan keperawatan budaya, perawat harus paham dan bisa
mengaplikasikan pengetahuannya pada tiap daur kehidupan manusia. Salah satu
contohnya yaitu aplikasi transkultural pada perawatan dan pengasuhan anak. Setiap
anak diharapkan dapat berkembang secara sempurna dan simultan, baik
perkembangan fisik, kejiwaan dan juga sosialnya sesuai dengan standar kesehatan,
yaitu sehat jasmani, rohani dan sosial.

Proses sosialisasi pada anak secara umum melalui 4 fase, yaitu:


a) Fase Laten (Laten Pattern), pada fase ini proses sosialisasi belum terlihat jelas.
Anak belum merupakan kesatuan individu yang berdiri sendiri dan dapat
melakukan kontak dengan lingkungannya. Pada fase ini anak masih dianggap
sebagai bagian dari ibu,dan anak pada fase ini masih merupakan satu kesatuan
yang disebut “two persons system”.

b) Fase Adaptasi (Adaption), pada fase ini anak mulai mengenal lingkungan dan
memberikan reaksi atas rangsangan-rangsangan dari lingkungannya. Orangtua
berperan besar pada fase adaptasi, karena anak hanya dapat belajar dengan
baik atas bantuan dan bimbingan orangtuanya.

c) Fase Pencapaian Tujuan (Goal Attainment), pada fase ini dalam sosialisasinya
anak tidak hanya sekadar memberikan umpan balik atas rangsangan yang
diberikan oleh lingkungannya, tapi sudah memiliki maksud dan tujuan. Anak
cenderung mengulangi tingkah laku tertentu untuk mendapatkan pujian dan
penghargaan dari lingkungannya.

d) Fase Integrasi (Integration), pada fase ini tingkah laku anak tidak lagi hanya
sekadar penyesuaian (adaptasi) ataupun untuk mendapatkan penghargaan, tapi
sudah menjadi bagian dari karakter yang menyatu dengan dirinya sendiri.

Lingkungan dan keluarga turut berperan serta dalam tumbuh kembang anak. Hal ini pun
tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh budaya yang ada di sekitarnya. Sebagai perawat,
dalam memberikan pengasuhan dan perawatan perlu mengarahkan anak pada perilaku
perkembangan yang normal, membantu dalam memaksimalkan kemampuannya dan
menggunakan kemampuannya untuk koping dengan membantu mencapai keseimbangan
perkembangan yang penting. Perawat juga harus sangat melibatkan anak dalam
merencanakan proses perkembangan. Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur
kebudayaan masyarakat sederhana, pengetahuan tradisional. Dalam masyarakat
tradisional, sistem pengobatan tradisional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari
dengan cara yang sama seperti mempelajari pranata social umumnya dan bahwa praktek
pengobatan asli (tradisional) adalah rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku
mengenai sebab akibat. Beberapa hal yang berhubungan dengan kesehatan (sehat – sakit)
menurut budaya – budaya yang ada di Indonesia diantaranya adalah : Untuk menentukan
sebab – sebab suatu penyakit ada dua konsep, yaitu konsep personalistik dan konsep
naluralistik. Dalam konsep personalistik, penyakit disebabkan oleh makhluk supernatural
(makhluk gaib), makhluk yang bukan manusia (hantu, roh leluhur, roh jahat) dan manusia
(tukang sihir, tukang tenung). Penyakit ini dikatakan tidak wajar / tidak biasa.
Penyembuhannya adalah berdasarkan pengetahuan secara gaib atau supernatural,
misalnya melakukan upacara dan sesaji. Penyembuhan dapat melalui seorang dukun atau
“ wong tuo “.Ada beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa yang mempunyai nama
dan fungsi masing – masing :

1) Dukun bayi : khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang


berhubungan dengan kesehatan bayi, dan orang yang hendak melahirkan.
2) Dukun pijat/tulang (sangkal putung) : Khusus menangani orang yang sakit terkilir ,
patah tulang , jatuh atau salah urat.

3) Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna – guna.

Sedangkan konsep naturalistik,penyebab penyakit bersifat natural dan mempengaruhi


kesehatan tubuh, misalnya karena cuaca, iklim, makanan racun, bisa, kuman atau
kecelakaan. Di samping itu ada unsur lain yang mengakibatkan ketidakseimbangan dalam
tubuh, misalnya dingin, panas, angin atau udara lembab. Oleh orang Jawa hal ini disebut
dengan penyakit biasa.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab itu,
penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat. misalnya
kebiasaan hidup sehari-hari, seperti tidur, makan, pekerjaan, pergaulan sosial dan lain-
lain.
Kultur juga terbagi dalam sub kultur. Nilai-nilai budaya timur masih sangat kental, seperti
misalnya wanita yang sedang hamil ingin diperiksa oleh bidan atau perawat wanita
daripada dengan dokter pria. Hal ini menunjukkan bahwa budaya timur masih kental
dengan hal-hal yang dianggap tabu. Dalam Masyarakat tradisional sistem pengobatan
tradasional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti
mempelajari pranata sosial umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli (tradisional)
adalah rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.

B. Saran

Mengupayakan pembaca dapat mengetahui transkultural nursing dan perawat harus


mengetahui budaya individu yang dirawat karena sangat berpengaruh dengan kehidupan
individu maupun kelompok.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/391960492/Transkultural-Nursing-Sepanjang-Daur-
Kehidupan-Manusia

Anda mungkin juga menyukai