Anda di halaman 1dari 10

MATEMATICS PAEDAGOGIC

Vol II. No. 1, September 2017, hlm. 31 - 39


Available online at www.jurnal.una.ac.id/indeks/jmp

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


DENGAN MODEL LAPS-Heuristic
DI SMA SHAFIYYATUL AMALIYAH

Oktaviana Nirmala Purba 1 , Syahriani Sirait 2


Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Asahan, Kisaran
Email : oktaviananirmalapurba@gmail.com

Abstrack
This study aims to answer whether after application of LAPS-Heuristic model can
improve students' mathematical problem solving ability on trigonometric material in
grade X SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan. This type of research is a classroom action
research (PTK) using the LAPS-Heuristic learning model. The number of subjects in this
study as many as 26 students, to obtain data in this study researchers conducted data
collection by giving test and questionnaire. This study consists of two cycles, cycle I and
cycle II. From the data analysis, it is found that: (1) the ability of solving the
mathematical problem of students in the first cycle was obtained by 15 students (57,69%)
from 26 students who had improvement of mathematical problem solving ability, while in
cycle II it increased to 23 students (88,46 %) of 26 students. With the increase of learning
mastery by classical as much as 30,77%. (2) The average questionnaire of student
response in cycle I is 83,46%, and cycle II is 93,78%, it can be concluded that student
response to components and learning activities oriented LAPS-Heuristic model is
positive. Based on the category, there is an improvement of problem solving ability on
tigonometry material with LAPS-Heuristic model.

Keywords: LAPS-Heuristic Model, Problem Solving Ability and Student Response

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab apakah setelah penerapan model LAPS-
Heuristic dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa pada
materi trigonometri di kelas X SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan. Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran LAPS-
Heuristic. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 26 siswa, untuk memperoleh data
dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara pemberian tes dan
angket. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, siklus I dan siklus II, Dari hasil analisis data
diperoleh bahwa: (1) kemampuan pemecahan masalah matematik siswa pada siklus I
diperoleh 15 siswa (57,69%) dari 26 siswa yang mengalami peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematik, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 23 siswa
(88,46%) dari 26 siswa. Dengan peningkatan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar
30,77%. (2) Rata-rata angket respon siswa pada siklus I adalah 83,46%, dan siklus II
adalah 93,78%, , dapat disimpulkan bahwa respon siswa terhadap komponen dan kegiatan
pembelajaran berorientasi model LAPS-Heuristic adalah positif. Berdasarkan kategori,
terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada materi tigonometri dengan
model LAPS-Heuristic.

Kata Kunci : Model LAPS-Heuristic, Kemampuan Pemecahan Masalah dan


Respon Siswa

31
MATEMATICS PAEDAGOGIC

Vol II. No. 1, September 2017, hlm. 31 - 39


Available online at www.jurnal.una.ac.id/indeks/jmp

Pemecahan masalah intelektual dan meningkatkan


memainkan peranan penting dalam pemahaman pengembangan
pendidikan matematika mulai dari matematika siswa.
siswa tingkat dasar hingga tingkat Pentingnya kemampuan
menengah. Namun, mengetahui pemecahan masalah dikemukakan
bagaimana cara melibatkan oleh Branca (Effendi, 2012:2)
pemecahan masalah secara mengatakan bahwa kemampuan
menyeluruh kedalam kurikulum pemecahan masalah adalah jantungnya
matematika masih terasa sulit bagi matematika. Selanjutnya Russefendi
guru matematika (NCTM, 2010: 1). (Effendi, 2012:3) juga mengemukakan
NCTM (2010: 1) menambahkan bahwa kemampuan pemecahan
bahwa istilah pemecahan masalah masalah sangat penting dalam
mengacu pada tugas matematika yang matematika, bukan saja bagi mereka
memiliki potensi untuk memberikan yang dikemudian hari akan mendalami
tantangan intelektual dan atau mempelajari matematika,
meningkatkan pemahaman melainkan juga bagi merekayang akan
pengembangan matematika siswa. menerapkannya dalam bidang studi
Uno (2009:134) lain dalam kehidupan sehari-hari.
mendefinisikan pemecahan masalah Pentingnya kemampuan
sebagai suatu keterampilan seorang pemecahan masalah juga
siswa dalam menggunakan proses dikemukakan oleh Hudojo (2005:133)
berpikirnya untuk memecahkan Pemecahan masalah merupakan
masalah melalui pengumpulan fakta, suatu hal yang esensial dalam
analisis informasi, menyusun berbagai pembelajaran matematika di
alternatif pemecahan, dan memilih sekolah, disebabkan antara lain:
pemecahan masalah yang paling (1) siswa menjadi terampil
efektif. NCTM (2010:1)Pemecahan menyeleksi informasi yang
masalah (problem solving) merupakan relevan, kemudian
komponen yang penting dalam proses menganalisanya dan kemudian
pembelajaran matematika, maupun meneliti hasilnya; (2) kepuasan
penyelesaiannya.Siswa dimungkinkan intelektual akan timbul dari
memperoleh pengalaman dalam, yang merupakan masalah
menggunakan pengetahuan serta intrinsik; (3) potensi intelektual
keterampilan yang sudah dimiliki siswa meningkat; (4) siswa belajar
untuk diterapkan pada pemecahan bagaimana melakukan penemuan
masalah. Selain itu, pemecahan dengan melalui proses melakukan
masalah juga merupakan aktivitas penemuan.
yang sangat penting dalam Kemampuan pemecahan
pembelajaran matematika, karena masalah adalah kemampuan siswa
tujuan belajar yang ingin dicapai dalam menyelesaikan masalah
dalam pemecahan masalah berkaitan matematika dengan memperhatikan
dengan kehidupan sehari-hari.NCTM proses menemukan jawaban
(2010:1) menambahkan bahwa istilah berdasarkan langkah-langkah
pemecahan masalah mengacu pada pemecahan masalah yaitu memahami
tugas matematika yang memiliki masalah; merencanakan pemecahan
potensi untuk memberikan tantangan masalah; menyelesaikan masalah; dan

32
MATEMATICS PAEDAGOGIC

Vol II. No. 1, September 2017, hlm. 31 - 39


Available online at www.jurnal.una.ac.id/indeks/jmp

melakukan pengecekan kembali, hal kemampuan pemecahan masalah maka


ini sesuai dengan yang dikemukakan dapat diambil kesimpulan bahwa
polya (Nurdalilah, 2013:117). terdapat empat indikator pada
Dari pendapat-pendapat di kemampuan pemecahan masalah
atas, sudah sewajarnyabahwa yaitu: (1) tahap mengidentifikasi
kemampuan pemecahan masalah masalah; (2) menyusun suatu strategi
mendapat perhatian khusus, melihat penyelesaian; (3) melaksanakan
peranannya sangat strategis dalam perhitungan; dan (4) memeriksa
mengembangkan potensi intelektual jawaban yang telah diperoleh. Dengan
siswa, khususnya pada pembelajaran mengimplementasikan keempat
matematika.Namun kenyataan di indikator kemampuan pemecahan
lapangan menunjukkan bahwa siswa masalah dalam pembelajaran
belum dapat menyelesaikan matematika, akan memudahkan siswa
masalah dengan baik, yang dalam memahami dan menyelesaikan
menyebabkan hasil pembelajaran soal cerita.
matematika belum memenuhi harapan. Salah satu model pembelajaran
Rendahnya kemampuan yang dapat digunakan dan diharapkan
pemecahan masalah pada materi untuk dapat meningkatkan motivasi
trigonometri merupakan masalah belajar siswa sehingga siswa memiliki
dalam pembelajaran rasa ingin tau yang tinggi terhadap
matematika.Trigonometri menjadi masalah yang disajikan adalah model
salah satu kompetensi yang LAPS-Heuristic yang dikemukakan
dikeluhkan oleh siswa karena oleh Polya. Pada model LAPS-
banyaknya rumus-rumus yang tidak Heuristickegiatan pembelajaran
hanya dihafal tetapi juga memerlukan cenderung berpusat pada siswa
pemahaman tinggi dalam (student centered), dimana siswa
penerapannya. Disinilah tantangan diberikan kesempatan untuk
buat para pendidik agar trigonometri mengkonstruksi pengetahuannya
menjadi materi yang sendiri, yaitu bermula dari mengetahui
menyenangkan.Berawal dari suatu tentang apa masalahnya, adakah
masalah yang belum diketahui cara alternatifnya, apakah bermanfaat,
penyelesaian masalahnya, peserta apakah solusinya, dan bagaimana
didik diajak agar terbawa ke dalam sebaiknya mengerjakannya. Sehingga
arus keingintahuan yang kemudian konsep ilmu pengetahuan yang
akan menumbuhkan motivasi belajar diperoleh siswa dapat dibangun oleh
siswa. Motivasi yang tinggi dalam jawaban-jawaban siswa.
belajar matematika jelas akan Delors, et.al. (Adiarta, et.al.,
berpengaruh terhadap kemampuan 2014:3) menyampaikan di dalam
berpikir dan prestasi belajar siswa. Komisi Internasional yang dibentuk
Sehingga pelajaran akan semakin lama oleh UNESCO melaporkan bahwa di
diingat, karena dalam menyelesaikan era globlisasi pendidikan dilaksanakan
masalahnya siswa mencari referensi dengan berstandar pada empat pilar
dan menemukan cara penyelesaiannya pendidikan, yaitu: learning to know,
sendiri. learning to do, learning to be dan
Berdasarkan pendapat para ahli learning to live together. Hal ini
di atas tentang langkah-langkah dalam dikatakan bahwa agar dapat

33
MATEMATICS PAEDAGOGIC

Vol II. No. 1, September 2017, hlm. 31 - 39


Available online at www.jurnal.una.ac.id/indeks/jmp

memenuhi tuntutan kehidupan masa masalah adalah pemilihan strategi


depan, pendidikan tradisional yang pemecahan masalah yang dilengkapi
sangat quantitatively-oriented and dengan menerapkan: (1) membaca dan
knowledge-based tidak lagi relevan. memahami situasi; (2) mengeksplorasi
Melalui pendidikan, setiap individu ide; (3) memilih strategi; (4) mencari
harus diberikan kesempatan untuk solusi; (5) memeriksa untuk melihat
belajar sepanjang hayat, baik untuk apakah itu solusi dari masalah.
meningkatkan pengetahuan Model pembelajaran LAPS-
ketrampilan, dan sikap maupun untuk Heuristik menekankan siswa untuk
dapat menyesuaikan diri dengan dunia mencari alternatif-alternatif yang
kompleks dan penuh dengan berupa pertanyaan-pertanyaan yang
persaingan. dapat digunakan untuk menyelesaikan
Marhaeni (Adiarta, et.al., masalah yang sedang dihadapi,
2014:3) menyampaikan bahwa tindak kemudian menentukan alternatif yang
lanjut dari landasan pendidikan adalah akan diambil sebagai solusi, dan
munculnya orientasi pada memberikan kesimpulan dari masalah
pembentukan kompetensi yang tersebut.
relevan dengan tuntutan dunia nyata. Pentingnya peserta didik
Model pembelajaran merupakan hal mengajarkan untuk menyelesaikan
yang perlu diperhatian oleh guru masalah memungkinkan peserta didik
selama proses pembelajaran. Salah menjadi analitik dalam mengambil
satu komponen dalam system belajar keputusan dalam kehidupannya.
mengajar (SBM) yaitu dengan Apabila peserta didik dilatih untuk
menggunakan model Logan Avenue menyelesaikan masalah maka peserta
Problem Solving (LAPS)-Heuristic. didik dengan sendirinya mampu
LAPS-heuristik merupakan mengambil keputusan, sehingga
model pembelajaran yang menuntun peserta didik mempunyai kemampuan
peserta didik. dalam memecahkan tentang bagaimana mengumpulkan
masalah dengan kata tanya apa informasi yang relevan, menganalisis
masalahnya, adakah alternative informasi, dan menyadari betapa
pemecahannya, apakah bermanfaat, perlunya meneliti kembali hasil yang
apakah solusinya dan bagaimana telah diperoleh.
sebaiknya mengerjakannya. Polya Kelebihan model pembelajaran
(Rasyid, 2014) menyatakan bahwa LAPS-Heuristik, yaitu: (1) dapat
“An important part in the series of menimbulkan keingintahuan dan
questions that are guilding in order to memotivasi siswa untuk bersikap
find a solution to the problem is the kreatif;(2) disamping memiliki
choice of problem-solving strategies pengetahuan dan ketrampilan
that comes with applying (1) to read diisyaratkan adanya kemampuan
and understand the situation; (2) untuk terampil membaca dan
explore ideas; (3) selecting strategies; membuat pertanyaan yang benar; (3)
(4) search for a solution; (5) check to menimbulkan jawaban yang asli, baru,
see if it solves the problem”, artinya khas dab beraneka ragam serta dapat
sebuah bagian penting berupa menambah pengetahuan baru; (4)
rangkaian pertanyaan yang bersifat dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu
tuntunan untuk mencari solusi pengetahuan yang sudah diperolehnya;

34
MATEMATICS PAEDAGOGIC

Vol II. No. 1, September 2017, hlm. 31 - 39


Available online at www.jurnal.una.ac.id/indeks/jmp

(5) mengajak peserta didik memiliki SMA Shafiyyatul Amaliyah Medan


prosedur pemecahan masalah, mampu TP. 2016/2017 di kelas X-A dengan
membuat analisis dan sistematis, dan jumlah siswa 26 orang. Pelaksanaan
dituntut untuk membuat evaluasi penelitian dimulai tanggal 18 April
terhadap hasil pemecahannya; dan (6) 2017 sampai dengan 24 Mei 2017.
melibatkan dirinya terhadap bidang Pada pertemuan keempat
study lainnya dalam menyelesaikan melaksanakan tes hasil belajar siklus I,
masalah (apabila diperlukan). kemudian pada siklus II dilaksanakan
Kekurangan model tanggal 9 Mei sampai 24 Mei 2017
pembelajaran LAPS-Heuristik, yaitu: yang diakhiri dengan kegiatan tes hasil
(1) peserta didik yang tidak memiliki belajar siklus II.
minat atau tidak mempunyai Prosedur dalam penelitian
kepercaya diri yang kuat akan merasa tindakan kelas yang dilakukan
malas untuk mencoba menyelesaikan peneliti, dapat dijelaskan sebagai
masalah; (2) membutuhkan waktu berikut. Dalam pelaksanaannya
yang cukup lama dalam penelitian ini akan dilakukan dalam
mempersiapkan keberhasilan strategi dua siklus, dimana setiap siklusnya
pembelajaran; dan (3) tanpa adanya dilaksanakan sebanyak 2 kali
pemahaman terhadap apa yang pertemuan dan diakhiri dengan tes
berusaha untuk memecahkan masalah, hasil belajar. Masing-masing siklus
maka mereka tidak akan belajar apa terdapat 4 tahapan yaitu, (1) tahap
yang ingin mereka pelajari. perencanaan tindakan, (2) tahap
Dari uraian di atas dapat pelaksanaan tindakan, (3)
disimpulkan bahwa LAPS (Logan pengamatan/observasi, (4) refleksi.
Avenue Problem Solving)-Heuristic Peneliti mendesain model
merupakan model pembelajaran yang pembelajaran LAPS-Heuristic di
menuntun siswa dalam memecahkan dalam membuat rencana pelaksanaan
masalah dengan kata tanya apa pembelajaran (RPP).
masalahnya, adakah alternatif Instrumen yang digunakan
pemecahannya, apakah bermanfaat, dalam penelitian ini adalha tes hasil
apakah solusinya, dan bagaimana belajar, lembar aktivitas siswa, angket
sebaiknya mengerjakannya. Sehingga respon siswa, rubric penilaian
sintaks dalam model pembelajaran ini kemampuan pemecahan masalah
adalah: pemahaman masalah, rencana, matematik. Perangkat pembelajaran
solusi, dan pengecekan kembali. terdiri dari materi pelajaran, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP),
METODE lembar kerja siswa (LKS), Uji
validitas instrument dan perangkat
Penelitian ini adalah penelitian pembelajaran menggunakan validitas
tindakan kelas dengan menggunakan ahli dan validitas empirik. Teknik
model pembelajaran LAPS-Heuristic, pengumpulan data dilakukan dengan
dimana tiap siklusnya terdiri dari 4 kuantitatif dan kualitatif. Data
tahapan yaitu tahap mengidentifikas kualitatif berupa data tentang aktivitas
masalah, merencanakan masalah, siswa, dan respon siswa terhadap
menemukan solusi, dan pengecekan pembelajaran. Sedangkan data
kembali. Penelitian ini dilaksanakan di kuantitatif berupa tes hasil belajar

35
MATEMATICS PAEDAGOGIC

Vol II. No. 1, September 2017, hlm. 31 - 39


Available online at www.jurnal.una.ac.id/indeks/jmp

kemampuan pemecahan masalah HASIL DAN PEMBAHASAN


matematik setelah melalui proses
pembelajaran pada setiap siklus. 1. Peningkatan Kemmapuan
Analisis data kualitatif dan kuantitatif Pemecahan Masalah Matematik
dilakukan secara deskriptif,untuk data Pada Materi Trigonometri
kualitatif menggunakan teknik Hasil analisis deskriptif untuk variabel
persentase dengan analisis tingkat hasil belajar siswa setelah menerapkan
keaktifan siswa dalam proses model pembelajaran LAPS-Heuristic
pembelajaran, sedangkan analisis data menunjukkanhasil yang sangat
kuantitatif dengan menggunakan signifikan yaitu adanya peningkatan
metode statistik, menghitung kemampuan pemecahan masalah
ketuntasan individual dan ketuntasan matematik dari sebelum pelaksanaan
klasikal dengan menggunakan rubrik dan sesudah pelaksanaan tindakan
penilaian kemampuan pemecahan pada siklus I dan siklus II dengan
masalah matematik. kemampuan pemecahan masalah
siswa meningkat dari 2,63 menjadi
3,07. Sebanyak 15 orang siswa yang
tuntas pada siklus I meningkat
menjadi 23 orang siswa pada siklus II

Tabel 1. Hasil Analisa Kemampuan Pemecahan Masalah Siklusi I dan siklus


II
Kategori Siklus I Siklus II
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Tuntas 15 23
Tidak Tuntas 11 3
Total 26 26
Rerata 2,63 3,07

Diagram 1. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

36
MATEMATICS PAEDAGOGIC

Vol II. No. 1, September 2017, hlm. 31 - 39


Available online at www.jurnal.una.ac.id/indeks/jmp

2. Hasil Respon Siswa Terhadap terhadap komponen pembelajaran


Pembelajaran respon siswa menyatakan senang
Pada uji coba siklus I dan terhadap materi ajar, LKS, dan
siklus II berdasarkan kriteria suasana belajar dan cara guru
persentase minimal respon siswa maka mengajar adalah sebesar 89,74% dan
dengan melihat data pada diagram 2 91,36%.
diperoleh bahwa persentase rata-rata

Tabel 2. Hasil Respon Siswa Terhadap Pembelajaran


No. Indikator Respon Siswa Siklus I (%) Siklus II (%)
1. Kesenangan terhadap komponen 89,74 91,36
pembelajaran
2. Kebaruan terhadap komponen 83,33 94,87
pembelajaran
3. Minat mengikuti pembelajaran 82,69 94,23
selanjutnya
4. Kejelasan Bahasa 78,85 94,23
5. Keterbacaan penampilan 83,46 94,23

Diagram 2. Hasil Respon Siswa Terhadap Pembelajaran

Dari tabel dan diagram di atas terhadap pembelajaran yang


dapat disimpulkan rata-rata dilakukan. Sesuai yang telah diuraikan
keseluruhan aspek tentang respon pada Bab III, persentasi rata-rata
siswa terhadap pembelajaran yang minimal yang harus dipenuhi adalah
dilakukan dengan menggunakan 80 % dari seluruh aspek, maka
perangkat pembelajaran berorientasi diperoleh bahwa respon siswa
pada LAPS-Heuristic adalah sebesar terhadap model LAPS-Heuristic pada
83,46% meningkat setelah siklus II materi trigonometri adalah positif.
sebesar 93,78%.
Hal tersebut menyimpulkan
bahwa, respon siswa sudah mencapai
persentasi minimal respon siswa

37
MATEMATICS PAEDAGOGIC

Vol II. No. 1, September 2017, hlm. 31 - 39


Available online at www.jurnal.una.ac.id/indeks/jmp

SIMPULAN 1. Guru diharapkan untuk dapat


menerapkan model
Berdasarkan hasil dari pembahasan pembelajaran LAPS-Heuristic
dan data penelitian dapat diperoleh dalam upaya meningkatkan
kesimpulan sebagai berikut: kemampuan pemecahan
1. Validitas perangkat pembelajaran masalah siswa karena model
yang dikembangkan termasuk ini dapat menambah
dalam kategori valid dengan nilai pemahaman siswa terhadap
rata-rata total validitas RPP sebesar konsep pelajaran matematika
4,45, LKS sebesar 4,49, tes dan pengaktifan cara belajar
kemampuan pemecahan matematik siswa dalam kelas.
siswa dalam kategori dan butir 2. Untuk peneliti yang akan
pernyataan respon siswa dalam mengembangkan perangkat
kategori valid dan cukup valid. pembelajaran, dianjurkan
2. Rata-rata peningkatan kemampuan untuk menambah instrumen
pemecahan masalah siswa dari uji yang mengukur bahwa proses
coba I ke uji coba II adalah 0,33 pembelajaran yang dilakukan
poin dengan peningkatan sudah baik sesuai kaidah yang
ketuntasan belajar secara klasikal berlaku
sebesar 11,54 %. 3. Untuk instrumen respon siswa,
3. Rata-rata peningkatan respon siswa sebaiknya ditambahkan kolom
dari uji coba I ke uji coba II adalah alasan jika siswa memilih
0,33 poin dengan peningkatan respon negatif, agar dapat
ketuntasan belajar secara klasikal dijadikan acuan revisi
sebesar 11,54 %. perangkat pembelajaran pada
saran uji coba selanjutnya..
Berdasarkan hasil penelitian ini,
penulis mengemukakan beberapa
saran sebagai berikut.

DAFTAR RUJUKAN

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Pascasarjana Universitas


Bagi Anak Berkesulitan Pendidikan Ganesha
Belajar. Jakarta: PT. Program Studi Penelitian dan
Grafindo Persada. Evaluasi Pendidikan, Vol.4:
Adiarta, I Gusti Made, Candiasa, I 1-10.
Made & Dantes, Gede Effendi, Leo Adhar. 2012.
Rasben. 2014. Pengaruh Pembelajaran Matematika
Model Pembelajaran LAPS- Dengan Metode Penemuan
Heuristic Terhadap Hasil Terbimbing untuk
Belajar TIK Ditinjau Dari Meningkatkan Kemampuan
Kreativitas SIswa Kelas VIII Representasi dan Pemecahan
SMP Negeri 1 Payangan. e- Masalah Matematis Siswa
Journal Program

38
MATEMATICS PAEDAGOGIC

Vol II. No. 1, September 2017, hlm. 31 - 39


Available online at www.jurnal.una.ac.id/indeks/jmp

SMP. Jurnal Penelitian Nurdalilah, dkk. 2013. Perbedaan


Pendidikan, 13 (2): 1-10. Kemampuan Penalaran
Muchlis, Effie Efrida. 2012. Matematika dan Pemecahan
Pengaruh Pendekatan Masalah pada Pembelajaran
Matematika Realistik Berbasis Masalah dan
Indonesia (PMRI) terhadap Pembelajaran Konvensional
Perkembangan Kemampuan di SMA Negeri 1 Kualu
Pemecahan Masalah Siswa Selata. Jurnal Pendidikan
Kelas II SD Kartika 1.10 Matematika PARADIKMA, 6
Padang. Jurnal Exacta, X (2): (2):116.
137-138. Pamungkas, dkk. 2013. Peningkatan
NCTM. 2010. Why is Teaching with Kemampuan Pemecahan
Problem Solving Important to Masalah dan Kreativitas
Students Learning. Problem Belajar Matematika dengan
Solving Research Brief.
Pemanfaatan Software Core Math Van De Walle, J.A. 2006.
Tools (CMT). Prosiding: Matematika Sekolah Dasar
Seminar Nasional Pendidikan dan Menengah. Terjemahan
Matematika, hal. 119. oleh Suyono. 2008. Jakarta :
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Penerbit Erlangga.
Pembelajaran Berorientasi Wardhani, S. 2008. Analisis SI dan
Standar Proses Pendidikan. SKL Mata Pelajaran
Jakarta: Kencana Prenada Matematika SMP/MTs untuk
Media Group. Optimalisasi Mata Pelajaran
Suyono. 2011. Belajar dan Matematika. Yogyakarta:
Pembelajaran: Teori dan Departemen Pendidikan
Konsep Dasar. Bandung: Nasional.
Rosdakarya. Wena, M. 2009. Strategi
Uno, B.H. 2009. Model Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran Menciptakan Kontemporer. Jakarta: Bumi
Proses belajar Mengajar yang Aksara.
Kreatif dan Efektif. Jakarta :
Bumi Aksara.

39
MATEMATICS PAEDAGOGIC

Vol II. No. 1, September 2017, hlm. 31 - 39


Available online at www.jurnal.una.ac.id/indeks/jmp

39

Anda mungkin juga menyukai