Anda di halaman 1dari 8

JPP (Jurnal Kesehatan Palembang) Volume 12 No.

2 Desember 2017

EFEKTIFITAS EDUKASI GIZI TERHADAP PERBAIKAN ASUPAN ZAT BESI,


PROTEIN, DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA SISWA/I SMA NEGERI 14
PALEMBANG

Manuntun Rotua
Jurusan Gizi Poltekkes Palembang
Email: manuntun_rotua@yahoo.com

Diterima : 31 Januari 2018 Direvisi : 2 Februari 2018 Disetujui : 27 Februari 2018

Abstrak

Anemia merupakan masalah kesehatan utama di negara berkembang termasuk di


Indonesia. Anemia ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin yang dapat menimbulkan
gejala lesu, lelah, lemah, letih, dan cepat lupa yang akan berakibat menurunkan prestasi
belajar, olahraga, dan produktifitas kerja. Selain itu, anemia gizi besi dapat menurunkan
daya tahan tubuh sehingga tubuh mudah terserang infeksi (Masrizal, 2007). Realita remaja
sekarang kurang begitu suka mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, biasanya
suka mengkonsumsi junk food dan fast food sehingga tubuh tidak mendapat asupan gizi
yang bervariasi, sehingga dapat terjadinya penurunan produksi sel darah merah, sehingga
mudah terjadi anemia (Fitriani, 2015). Faktor Penyebab Masalah Gizi pada Remaja
(Moehji, 2003), adalah Kebiasaan makan yang buruk, pemahaman gizi yang keliru,
kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu, promosi yang berlebihan melalui
media massa, masuknya produk-produk makanan baru dari negara lain.
Penyuluhan/pendidikan gizi merupakan proses belajar untuk mengembangkan pengertian
dan sikap yang positif terhadap gizi agar yang bersangkutan dapat memiliki dan
membentuk kebiasaan makan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. (Supariasa, 2012).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifas edukasi gizi terhadap asupan gizi besi,
asupanprotein dan kadarhemoglobin siswa/i SMA Negeri 14 Palembang. Penelitian ini
bersifat semu (Quasi Experimen) dilakukan dengan cara Pre Test – Post Test Jumlah
sampel sebanyak 140 siswa/i terdiri dari kelompok perlakuan 70 siswa, pembanding 70
siswa. Kelompok perlakuan diberi edukasi gizi dan leaflet, sedangkan pembanding hanya
diberi leaflet tentang gizi. Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu, efektifitas edukasi gizi
sebelum dan sesudah intervensi diuji dengan Pairedt-test Perbedaan perlakuan dan
kelompok pembanding diuji dengan Independent t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan
meningkatkannya zat besi (Fe) sebesar 1.177 mg, asupan protein sebesar 4.2 gram dan
kadar hemoglobin 0.32 g/dl. Efektifitas edukasi gizi terhadap perbaikan asupan zat besi,
asupan protein, dan kadar hemoglobin memiliki adanya perbedaan yang bermakna secara
statistic (p value < 0.005)

Kata kunci: edukasi gizi, zat besi, protein, kadar hemoglobin.

PENDAHULUAN memiliki riwayat penyakit dan malnutrisi


di usia dini akan menjadi beban pada saat
Masalah kesehatan pada remaja remaja. Mereka yang memiliki riwayat
berawal dari usia dini, remaja yang tersebut tidak akan tumbuh dengan normal

ISSN :2579 5325 161


Manuntun Rotua. Efektifitas Edukasi Gizi terhadap Perbaikan Asupan Zat Besi,
Protein, dan Kadar Hemoglobin pada Siswa/I SMA Negeri 14 Palembang

dan akhirnya menjadi remaja yang kurang kemampuan belajar, kemampuan kognitif,
produktif (Arisman, 2010). anggaran pencegahan dan perawatan yang
Asupan zat gizi antara remaja putra meningkat dan penurunan produktivitas
dan putri sangat berbeda, remaja putra kerja (Ulfani, 2011).
mempunyai selera makan yang baik Jumlah penduduk usia remaja (10-
dibandingkan dengan remaja putri yang 19 tahun), di Indonesia adalah sebesar 22,2
lebih mementingkan penampilan mereka, % dari total penduduk Indonesia, yang
akibatnya remaja putri akan membatasi teridiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1%
konsumsi zat gizi dengan memilih perempuan. Begitu juga dalam jumlah
makanan yang tidak banyak mengandung remaja di banyak Negara berkembang
energi. Masukan yang kurang pada remaja tumbuh dengan pesat. Lima tahun terakhir,
akan berakibat buruk bagi pertumbuhan kelompok remaja merupakan salah satu
maupun kesehatan remaja (Pudjiadi S, perhatian utama dibidang kesehatan karena
2000). gaya hidup mereka yang unik dan berbeda
dengan kelompok lain dari generasi
Peran pemerintah untuk program
sebelumnya.(Depkes, 2010)
gizi masyarakat dengan tujuan
Prevalensi anemia di Indonesia
penanggulangan masalah gizi sudah
berdasarkan Riskesdas tahun 2013 sebesar
banyak yang diluncurkan, antara lain
21,7%, jika dibedakan menurut umur 14-
program edukasi gizi, program
15 tahun sebesar 26,4% dan umur 15-24
suplementasi gizi melalui pemberian
tahun 18,4% (Depkes, 2014). Anemia
makanan maupun produk zat gizi seperti
paling tinggi terjadi pada kelompok wanita
pil besi dan vitamin A, program fortifikasi
yaitu sebesar 23,9%. Berdasarkan data
bahan makanan seperti iodium pada garam
Riskesdas tahun 2005 menunjukkan
ataupun fortifikasi besi pada tepung.
penderita anemia pada remaja putri sebesar
Meskipun demikian angka kurang gizi di
26,5% dan wanita usia subur sebesar
masyarakat terutama pada kelompok
26,9%, hal ini mengindikasikan anemia
rentan masalah gizi seperti bayi, balita,
masih menjadi masalah kesehatan di
anak sekolah, remaja, ibu hamil, dan
Indonesia (Depkes, 2008).
menyusui, serta usia lanjut masih tetap
Salah satu cara untuk mengatasi
menjadi masalah.(Depkes 2013).
anemia dengan memperbanyak konsumsi
Menurut Almatsier (2009)
makanan yang mengandung zat besi dalam
kurangnya asupan gizi merupakan
kadar yang cukup tinggi antara lain,
penyebab langsung dari status gizi rendah,
jagung, telur, kangkung, bayam, daging
sedangkan penyebab tidak langsung yang
sapi, ikan segar, kentang, udang besar,
dominan meliputi tingkat ekonomi yang
kacang tanah,, kacang hijau dan tempe
kurang, pendidikan umum dan pendidikan
kacang kedelai murni, beras merah biscuit
gizi yang kurang. Akibat dari status gizi
(Marmi, 2013).
kurang adalah perkembangan otak yang
Realita remaja sekarang kurang
tidak sempurna yang menyebabkan
begitu suka mengkonsumsi makanan yang
kognitif dan kemampuan belajar
mengandung zat besi, biasanya para remaja
terganggu. Jika permasalahan kurang gizi
cenderung suka mengkonsumsi junk food
tidak segera diatasi, maka akan berdampak
dan fast food, dimana jenis makanan
pada kematian anak, penurunan
tersebut tidak memiliki kandungan gizi

162 ISSN :2579 5325


JPP (Jurnal Kesehatan Palembang) Volume 12 No.2 Desember 2017

yang lengkap, dengan ketidakberagaman promotor absorbsi besi seperti vitamin C,


makanan yang dikonsumsi, maka akan dan mencegah konsumsi faktor-faktor yang
memicu untuk terjadinya penurunan berlebihan.(Gibney,dkk 2008)
produksi sel darah merah, sehingga mudah Berdasarkan hasil penelitian
terjadi anemia (Fitriani, 2015). sebelumnya yang dilakukan di SMA
Pengetahuan gizi dan Negeri 14 Palembang, dari 67 sampel
kesehatanyang terbatas pada remaja, siswa SMA yang di teliti terdapat sebesar
menyebabkan mereka melakukan 62.7% asupan energy kurang, asupan
kebiasaan makan yang dapat merugikan protein kurang sebesar (52,2%), Kadar
kesehatan mereka sendiri. Salah satu faktor Hemoglobin kurang sebesar (43,3%),
yang mempengaruhi kebiasaan makan (Manuntun, 2016)
remaja adalah pengetahuan dan kesadaran Pada saat ini di Sekolah-sekolah
yang kurang dalam memilih makan di luar SMA Palembang belum banyak penelitian
atau hanya mengkonsumsi kudapan yang mengembangkan edukasi gizi khusus
(Ikhwati 2012). tentang asupan gizi, protein, dan zat besi
Pengetahuan merupakan salah satu dalam mengatasi dan mencegah anemia
faktor yang dapat memunculkan motivasi gizi besi pada remaja, oleh karena itu
intrinsik. Individu yang memilih penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengetahuan dalam bidang tertentu akan pengaruh edukasi gizi terhadap asupan zat
memiliki ketertarikan tersendiri terhadap besi, protein dan kadar hemoglobin pada
hal-hal yang berkaitan dengan ketertarikan siswa/I SMA Negeri 14 Palembang.
tersebut. Menurut Notoatmodjo (2007),
salah satu faktor yang mempengaruhi METODE PENELITIAN
pengetahuan yaitu pendidikan. Upaya
Jenis penelitian ini adalah
untuk meningkatkan pengetahuan dengan
eksperimen semu (Quasi Experimen)
memberikan pendidikan kesehatan.
penelitian eksperimen ini dilakukan untuk
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses
memperoleh jawaban atas hipotesis yang
yang menjembatani kesenjangan antara
disusun,menggunakan rancangan Pre Test
informasi dan tingkah laku kesehatan.
– Post Test dengan menggunakan
Pendidikan kesehatan memotivasi
kelompok kontrol (Control) Penelitian
seseorang untuk menerima informasi
dilakukan selama 2 minggu, setiap minggu
tersebut agar mereka menjadi lebih tahu
subjek diberikan edukasi pendidikan gizi
dan lebih sehat.
melalui leaflet, video dan dilakukan record
Upaya yang ekstensif dan
24 jam untuk mengetahui asupan zat gizi,
persuasif diperlukan untuk menimbulkan
protein dan pada minggu kedua dilakukan
perubahan perilaku dalam masyarakat agar
dengan perlakuan yang sama dengan
orang-orang dalam masyarakat tersebut
pengambilan darah untuk melihat kadar
mau mengadopsi diversifikasi pangan.
hemoglobinnya (Hb).
Pada akhirnya, satu-satunya solusi yang
Tempat pelaksanaan penelitian inidi
bertahan lama dalam pemecahan persoalan
SMA Negeri 14 Palembang.Subjek
anemia karena defisiensi zat besi adalah
penelitian ini adalah siswa/i kelas X dan
dengan membantu masyarakat
XI yang terpilih secara random. Besar
mengonsumsi makanan yang kaya dengan
zat besi secara teratur, mendorong asupan

ISSN :2579 5325 163


Manuntun Rotua. Efektifitas Edukasi Gizi terhadap Perbaikan Asupan Zat Besi,
Protein, dan Kadar Hemoglobin pada Siswa/I SMA Negeri 14 Palembang

subjek penelitian sebanyak 70 siswa yang statistic dengan menggunakan SPSS 21.
masuk kriteria inklusi. Data kemudian dianalisis menggunakan uji
Setelah data terkumpul lalu dilakukan paired test atau wilcoxon. Nilai signifikan
editing, koding dan entry dalam file dalam penelitian ini adalah p < 0.05
computer kemudian dianalisis secara

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL
Tabel 1. Distribusi Frekwensi responden Berdasarkan Umur (n=140)
Kelompok
No Umur Perlakuan Pembanding
n % n %
1 14 Tahun 8 11.4 8 11.4
2 15 Tahun 35 50 30 42.8
3 16 Tahun 21 30 29 41.4
4 17 Tahun 6 8.8 3 4.3
70 100 70 100

Pada tabel 1 menunjukkan mayoritas umur remaja kelompok perlakuan 50% dan
kelompok pembanding (42.8%).

Tabel 2.Distribusi Frekwensi Responden Menurut Tingkat Asupan zat Besi


Kelompok
No Zat Besi Perlakuan Pembanding
n % n %
1 Baik> 26 mg 53 75.7 47 67.1
2 Kurang< 26 mg 17 24.3 23 32.9
3 Total 70 100.0 70 100.0

Pada tabel 2.menunjukkan tingkat asupan zat besi kurang pada kelompok perlakuan
(24.3%) dan pembanding (32.9%).

Tabel 3.Distribusi Frekwensi Responden Menurut Tingkat Asupan protein


Kelompok
No Asupan Protein Perlakuan Pembanding
n % n %
1 Baik> (80-100)% 44 62.8 48 68.5
2 Kurang< (80-100%) 26 37.1 22 31.4
3 Total 70 100.0 70 100.0

Pada tabel 3.menunjukkan tingkat asupan protein kurang pada kelompok perlakuan (37.1%)
dan pembanding (31.4%).

164 ISSN :2579 5325


JPP (Jurnal Kesehatan Palembang) Volume 12 No.2 Desember 2017

Tabel 4.Distribusi Frekwensi Responden Menurut Tingkat Kadar hemoglobin (Hb)

Kelompok
No Kadar Hemoglobin Perlakuan Pembanding
n % n %
1 Normal ≥ 12 mg/dl 44 62.7 40 57.1
2 Anemia< 12 mg/dl 26 37.2 30 42.8
3 Total 70 100.0 70 100.0

Pada tabel 4.menunjukkan tingkat kadar Hemoglobin (Hb) kurang pada kelompok perlakuan
(37.2%) dan pembanding (42.8%)

Tabel 5.Rata-rata Asupan zat Besi pada Kelompok Perlakuan dan


Pembanding sebelum dan sesudah Edukasi Gizi.
Asupan Zat Besi Perlakuan Pembanding P value
X ± SD X ± SD
Sebelum (gram) 27.090 ± 4.9668 26.269 ± 5.5745 0.023a
Sesudah (gram) 28.267 ± 5.5331 25.174 ± 5.1749 0.023a
P value 0.004b 0.075b

Keterangan : a = independen t test Berdasarkan hasil uji Paired t Test,


b = paired t test asupan zat besi ada perbedaan pada
kelompok perlakuan sebelum intervensi
Pada tabel 5.menunjukkan bahwa terdapat 27.090 ± 4.9668 dan sesudah di intervensi
peningkatan asupan zat besi pada meningkat 28.267 ± 5.5331, bahwa
perlakuan setelah diberikan edukasi gizi sesudah 2 minggu pemberian edukasi
(1.177 mg). menunjukkan (p value < 0.05).

Tabel 6.Rata-rata Asupan Protein pada Kelompok Perlakuan


Sebelum dan Sesudah Edukasi Gizi.
Asupan Protein Perlakuan Pembanding P value
X ± SD X ± SD
Sebelum 52.639 ± 10.1943 52.427 ± 9.1098 0.09a
Sesudah 56.856 ± 12.2523 51.734 ± 8.6532 0.09a
P value 0.033b 0.583b

Keterangan : a = independen t test


b = paired t test Hasil uji Paired t Test asupan
protein ada perbedaan sebelum intervensi
Pada tabel 6.menunjukkan bahwa terdapat adalah 52.639 ± 10.1943, sesudah
peningkatan asupan protein pada perlakuan intervensi 56.856 ± 12.25, bahwa sesudah
setelah diberikan edukasi gizi (4.2 mg)

ISSN :2579 5325 165


Manuntun Rotua. Efektifitas Edukasi Gizi terhadap Perbaikan Asupan Zat Besi,
Protein, dan Kadar Hemoglobin pada Siswa/I SMA Negeri 14 Palembang

2 minggu pemberian edukasi gizi


menunjukkan (p value< 0.05).
Tabel 7.Rata-rata Kadar Hemoglobin pada Kelompok Perlakuan
dan PembandingSebelumdan Sesudah Edukasi Gizi.

Kadar Hemoglobin Perlakuan Pembanding P value


X ± SD X ± SD
Sebelum 13.419 ± 1.6594 12.779 ± 2.0479 0.010a
Sesudah 13.741 ± 1.9341 12.670 ± 1.9539 0.010a
P value 0.027b 0.227b
kartun atau animasi, alasannya karena
Keterangan : a = independen t test anak-anak lebih menyukai gambar
b = paired t test.
bergerak dan bersuara dalam bentuk
Pada tabel 7. menunjukkan bahwa terdapat animasi/kartun yang menghibur
peningkatan kadar Hemoglobin (Hb) pada dibandingkan dengan media lainnya.
perlakuan setelah diberikan edukasi gizi Perilaku dapat memiliki satu atau
(0.32 gr/dl) lebih dimensi yang dpt diukur yaitu
Hasil uji Paired t Test kadar frekuensi, durasi, atau intensitasnya. Suatu
hemoglobin ada perbedaan yang sangat perilaku dapat diamati, digambarkan,
signifikan pada kelompok perlakuan dicatat atau direkam, diukur oleh orang
sebelum belum 13.419 ± 1.65dan sesudah lain atau pelaku itu sendiri. Setiap perilaku
intervensi sesudah intervensi 13.741 ± mempunyai dampak/pengaruh pada
1.93, bahwa sesudah 2 minggu terjadi lingkungan, dan perilaku mengikuti hukum
kenaikan kadar (p value< 0.05). (lawful) prinsip belajar (Sunardi, 2010).
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dengan memberikan edukasi gizi
PEMBAHASAN pada remaja sebelum diberikan edukasi
gizi termasuk kategori yang kurang pada
Biasanya remaja banyak yang
asupan protein, zat besi dan kadar
hanya mengkonsumsi makanan tertentu,
hemoglobin setelah diberikan edukasi gizi
sehingga tubuhnya kurang mendapatkan
secara terus menerus seminggu dua kali
asupan gizi yang bervariasi dan seimbang.
selama dua minggu memberikan dampak
Dengan ketidakberagaman makanan yang
dimana asupan zat besi sebelum intervensi
dikonsumsi, maka dapat terjadinya
27.090 ± 4.9668 dan sesudah di intervensi
penurunan produksi sel darah merah,
meningkat 28.267 ± 5.533, dengan
sehingga mudah untuk terjadi anemia
peningkatan sebesar (1.177 mg), asupan
(Fitriani, 2015).
protein sebelum intervensi adalah 52.639 ±
Penyampaian pesan dan informasi
10.1943, sesudah intervensi meningkat
kesehatan dapat melalui video. Videopun
56.856 ± 12.25, dengan peningkatan
kini juga mempunyai banyak variasi,
sebesar (4.2 mg) dan kadar hemoglobin
diantaranya adalah video kartun,Video
belum interensi 13.419 ± 1.65dan sesudah
Animasi, bahkan Videoclip. Dewasa ini
intervensi meningkat 13.741 ± 1.93,
yang lebih digemari oleh anak-anak adalah
dengan peningkatan sebesar (0.32 gr/dl).

166 ISSN :2579 5325


JPP (Jurnal Kesehatan Palembang) Volume 12 No.2 Desember 2017

Pengetahuan dapat ditingkatkan Mayoritas jenis kelamin sampel


dengan memberikan edukasi hal ini sejalan perempuan (57.1%) pada kelompok
dengan hasil penelitian Buzarudina (2013) perlakuan dan (57.1%) pada kelompok
yang menunjukkan bahawa pemberian pembanding. Pemberian edukasi gizi
penyuluhan dapat meningkatkan efektif meningkatkan asupan zat gizi besi
pengetahuan remaja. Peningkatan (Fe) sebanyak 1.177 gram (p value=0,004),
pengetahuan diharapkan dapat meningkatkan asupan protein sebanyak 4.2
memunculkan motivasi pada remaja putrid gram (p value=0,033). Meningkatkan
untuk konsumsi nutrisi zat besi, sebagai kadar hemoglobin sebanyak 0.32 gr/dl (p
pencegahan kekurangan zat besi. value=0,027). Pihak sekolah perlu
Menurut Notoatmodjo (2007), meningkatkan edukasi gizi secara rutin
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan dengan menggunaan alat media seperti;
yaitu pendidikan. Upaya untuk leaflet/booklet sarapan pagi dapat
meningkatkan pengetahuan dengan digunakan sesuai petunjuk ahli gizi untuk
memberikan pendidikan kesehatan. penanganan peningkatan pola makan
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses sebagai upaya pencegahan dan penanganan
yang menjembatani kesenjangan antara anemia dan peningkatan prestasi belajar.
informasi dan tingkah laku kesehatan.
Pendidikan kesehatan memotivasi
DAFTAR PUSTAKA
seseorang untuk menerima informasi
tersebut agar mereka menjadi lebih tahu
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu
dan lebih sehat
Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Salah satu cara untuk mengatasi
Utama.
anemia dengan memperbanyak konsumsi
makanan mengandung sumber protein Arisman. Buku ajar ilmu gizi: gizi dalam
sangat diperlukan untuk masa daur kehidupan. Edisi ke-2. Jakarta:
pertumbuhan dan perkembangan tubuh EGC; 2010.
khususnya pada masa remaja. Makanan
Buzarudina, Frisa, 2013. Efektifitas
yang banyak mengandung sumber protein
penyuluhan kesehatan reproduksi
didapatkan pada sumber makanan hewani
remaja terhadap tingkat pengetahuan
seperti (daging, telur, ikan, ayam, susu)
Siswa SMAN 6 Kecamatan
dan nabati seperti (Kacang-kacangan,
Pontianak Timur Tahun 2013.Jurnal
kedelei, tahu dan tempe). Kecukupan zat
Mahasiswa PSPD FK Universitas
gizi besi remaja 1,5–2,0 gr/Kg BB/hari.
Tanjungpura.
AKG zat gizi besi (Fe) remaja putri (umur
10-18 tahun) adalah 59-60 gr per hari Departemen Kesehatan. Jakarta:
untuk putri dan 56–66 gr per hari untuk Departemen Kesehatan Republik
putra (Almatsier, 2009). Indonesia; 2010. Riset Kesehatan
Dasar. Badan Penelitian Dan
KESIMPULAN Pengembangan Kesehatan
Mayoritas umur sampel adalah 15 Depkes Jakarta 2014 Riset Kesehatan
tahun pada kelompok perlakuan (50%) Dasar
pada kelompok pembanding (42.8%). 2013.http://www.depkes.go.id/resour

ISSN :2579 5325 167


Manuntun Rotua. Efektifitas Edukasi Gizi terhadap Perbaikan Asupan Zat Besi,
Protein, dan Kadar Hemoglobin pada Siswa/I SMA Negeri 14 Palembang

ces/download/general/Hasil%20Risk Perilaku Kesehatan, Rineke Cipta


esdas%202013.pdf Jakarta
Fitriani Jakarta.2015. Promosi Kesehatan. Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Promosi
Kesehaan dan Ilmu Prilaku. Jakarta
Gibney, M. J., Margetts, B. M., Kearney, J.
Rikena Cipta.
M., Arab, L. (2005). Gii Kesehatan
Masyarakat. (Terj. Andry Hartono). Sinaga, E. 2005.Hubungan Antara Kadar
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Hb dengan Prestasi Belajar Pada
EGC. murid SD Negeri No.173728 Lobutua
Kecamatan Palipi Kabupaten
Ikhmawati. 2012. Hubungan antara
Samosir Tahun 2005. Skripsi.Jurnal
Pengetahuan tentang Anemia dan
Mutiara Kesehatan Indonesia.
Kebiasaan Makan terhadap Kadar
Hemoglobin pada Remaja Putri di Styawan, D. R.2012. Hubungan Pola
Asrama SMA MTA Surakarta. Makan dengan Kejadian Anemia
Prosiding Seminar Nasional. pada Anak Usia Sekolah Dasar 6-12
Universitas tahun di SD Negeri 1 Rowosari
Kecamatan
Kemenkes RI. 2010.Riset Kesehatan
Dasar Riskesdas 2010. Jakarta: Sunardi 2010 Makalah: MODIFIKASI
Kemenkes PERILAKU, Sunardi, PLB FIP UPI.

Manuntun Rotua. 2016. Hubungan asupan Supariasa, I. D. N, dkk.2012. Penilaian


energy, protein, kadar hemoglobin, Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku
dan status gizi dengan prestasi belajar Kedokteran EGC.
siswa/I di SMA Negeri 14
Pudjiadi Solihin, 2011. Ilmu Gizi Klinis
Palembang.
Pada Anak. edisi ke 4. FKUI, Jakarta
Masrizal. 2007. Anemia Defisiensi Besi.
Syafitri, R. 2009. Hubungan Motivasi
Jurnal Kesehatan Masyarakat. II (1) :
Belajar Terhadap PrestasiBelajar
Program Studi Ilmu Kesehatan
Siswa Di Smp Muhammadiyah 1
Masyarakat FK Unand.
Medan. Tugas Akhir. Universitas
Marmi. 2013. Gizi dalam Kesehatan Sumatera Utara.
Reproduksi. Jogyakarta Pustaka
Ulfani, dkk 2011,
Belajar.
www.researchgate.net/publication/27
Moehji. Sjahmien Ilmu Gizi 2. Papas Sinar 7818776_Faktor-faktor sosial
Sinati – Bhratara. Jakarta. 2003 ekonomi dan kesehatan masyarakat
kaitannya dengan masalah gizi
Notoatmodjo S, 2003, Pengantar
underweight stunted dan wasted di
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Indonesia penekatan ekologi gizi.

168 ISSN :2579 5325

Anda mungkin juga menyukai