Anda di halaman 1dari 10

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk

Kegiatan ini merupakan sebuah sarana edukasi bagi masyarakat umum mengenai kinerja PT Semen
Indonesia sebagai perusahaan yang mementingkan aspek green dalam menjalankan bisnisnya beserta
peran perusahaan dalam bentuk Corporate Social Responsibility (CSR). Di tengah berbagai kontroversi
tentang pembangunan industri yang berbasiskan pertambangan, seperti kasus yang terjadi di Rembang
mengenai rencana PT Semen Indonesia untuk membangun pabrik di daerah tersebut, PT Semen
Indonesia berusaha untuk meyakinkan masyarakat bahwa proses produksi yang mereka lakukan
bersahabat dengan alam. Mengenai green industry itu sendiri, PT Semen Indonesia mendapatkan
berbagai penghargaan terkait usahanya dalam efisiensi & konservasi energi, pengelolaaan limbah B3
dan non B3, konservasi air dan menumbuh kembangkan keanekaragaman hayati. Usaha-usaha PT
Semen Indonesia tersebut dapat dibaca pada sesi kunjungan pabrik yang terletak di Kabupaten Tuban.
Dalam WGI yang berlangsung pada tanggal 13 Desember 2014, diperlihatkan secara langsung usaha PT
Semen Indonesia dalam mewujudkan green industry. Ada dua lokasi yang dikunjungi dalam Wisata
Green Industry kali ini, sebagai berikut.

1. R & D Handicraft: UKM Binaan PT Semen Indonesia

Gambar 2. R & D Handicraft

UKM yang terletak di Kabupaten Lamongan ini bergerak di bidang industri kreatif, lebih tepatnya
mengenai pembuatan berbagai macam jenis tas, sepatu, tikar dan beberapasouvenir yang lainnya. Salah
satu yang khas dalam pengembangan UKM ini adalah kerjasamanya dengan beberapa rumah tangga
dalam penyediaan bahan baku berupa jalinan serat-serat enceng gondok sebagai bahan utama
pembuatan tikar maupun tas. Selain menggunakan bahan baku enceng gondok, R & D juga
menggunakan karung goni, daun pandan serta tempurung kelapa. Penggunaan bahan baku yang
kebanyakan berasal dari bahan alami inilah yang menjadi branding dari R & D. Jika dilihat secara
sepintas, show roomyang dimiliki memang tidak begitu besar, namun siapa sangka bahwa UKM ini
memiliki omset sekitar Rp. 700 juta dalam satu bulan dan memiliki sekitar 60an karyawan.

Gambar 3. Beberapa Produk di Show Room R & D Handicraft

Dalam menjalankan bisnisnya, bukan hanya sekedar berdasar jumlah pesanan dari produsen yang
menjadi pertimbangan dalam mengirimkan produknya, namun komitmen rekanan bisnis juga menjadi
pertimbangan dalam bekerja sama dengan pelanggannya. Pemilik lebih mementingkan konsumen yang
memesan secara rutin dalam jangka waktu tertentu, sehingga omset keuntungannya dapat terjaga
dengan konstan bahkan ditingkatkan lagi. Sementara, prinsip yang dijunjung oleh R & D dalam
mengembangkan bisnisnya adalahjujur, pinter lan kendel. Jujur merupakan aspek yang sangat penting
karena berkaitan dengan Tuhan Yang Mahakuasa serta kepercayaan dari pelanggan. Pinter berperan
dalam kekreatifan pemilik akan inovasi dan variasi barang produksinya sehingga pelangan tidak bosan
terhadap produk yang dihasilkan. Kendel yang dalam Bahasa Indonesia berarti “berani” adalah aspek
yang dibutuhkan dalam menampilkan produknya untuk bersaing dengan produk-produk lain yang
sejenis.

Gambar 4. Mitra Binaan Semen Gresik

Kemudian, apa peran PT Semen Indonesia dalam membantu mengembangkan UKM ini? PT Semen
Indonesia melalui kegiatan Corporation Social Responsibility (CSR) memberikan pendampingan,
pelatihan, hingga perluasan akses pasar melalui fasilitas promosi dan pameran bagi para UKM. Menurut
keterangan yang disampaikan oleh Bapak Dody Arimawanto, pemilik R & D, kesempatan yang diberikan
oleh PT Semen Indonesia untuk mengikuti pameran, baik yang berskala provinsi, nasional bahkan
internasional, menjadikan R & D memiliki banyak pelanggan yang berasal dari daerah luar Lamongan
bahkan hingga luar negeri, misalnya Arab Saudi dan Hongkong. Bentuk promosi melalui pameran ini
merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengorbitkan produk-produk R & D. Tidak mengherankan
jika di beberapa daerah wisata di Indonesia, seperti Bali dan Yogyakarta, terdapat produk-produk tas
berbahan baku enceng gondok buatan R & D. Jangan heran lagi, jika misalnya saat membeli souvenir tas
di Arab Saudi pada musim umroh atau haji menemukan produk-produk dari R & D.

2. Pabrik Semen Indonesia yang Berada di TubanPabrik yang ada di Tuban adalah sebuah kompleks
pabrik beserta dengan area pertambangan batu kapur dan tanah liat, area konservasi air serta (tidak
ketinggalan) lahan pertanian yang dimanfaatkan oleh warga sekitar pabrik. Ketika memasuki area ini,
secara sepintas terlihat beberapa bangunan yang tinggi menjulang di antara pepohonan yang lainnya.
Bangunan berwarna putih dengan berbagai bentuk menjadi penanda pertama memasuki area pabrik.
Wisata Green Industry akan menjawab mengapa PT Semen Indonesia mendapatkan berbagai
penghargaan yang berkaitan dengan konsep green industry.

Gambar 5. Selamat Datang di Pabrik Semen Indonesia, Tuban

Tempat pertama yang dikunjungi adalah jalanan menuju area pertambangan tanah liat. Sepanjang
jalanan ini terdapat pepohonan yang sangat rindang. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh
Pemandu dalam WGI, selain sebagai penghijauan kawasan, pepohonan tersebut berfungsi sebagai
penyerap polusi yang diakibatkan oleh proses produksi semen maupun akibat dari lalu lalang kendaraan
pengangkut batu kapur dan tanah liat. Setelah dicari informasinya lebih lanjut, pepohonan tersebut
adalah tanaman trembesi. Tanaman dengan julukan ”Ki Hujan” ini memiliki bentuk seperti payung yang
membuat teduh dan asri area jalanan ini. Trembesi juga memiliki kemampuan mereduksi CO2 lebih
besar dibandingkan pohon lain serta dapat menyerap air tanah dengan sangat kuat.

Gambar 6. Pohon Trembesi: Peneduh dan Penghalau Polusi

Lebih jauh lagi, terdapat lahan persawahan yang digunakan oleh penduduk sekitar untuk bercocok
tanam. Air yang digunakan oleh para petani berasal dari embung yang terletak tidak jauh dari areal
persawahan. Embung air tersebut juga berfungsi sebagai sumber air bagi berlangsungnya proses
produksi pabrik dan kebutuhan air lainnya. Embung tersebut menjadi sangat penting keberadaannya
bagi pabrik maupun masyarakat sekitar yang memiliki area persawahan.

Gambar 7. Embung, Sumber Pengairan Pabrik dan Sekitarnya

Masih dari penjelasan yang disampaikan oleh Pemandu WGI, Embung tersebut merupakan bekas
tempat penambangan tanah liat yang dirancang oleh PT Semen Indonesia sebagai sumber air pabrik
beserta pertanian di sekitar pabrik. Produk salah satu bentukpenanganan area bekas tambang tersebut
menjadi berkah tersendiri bagi para petani di lingkungan pabrik. Pada mulanya, para petani hanya panen
satu kali dalam setahun karena hanya memanfaatan pengairan ketika musim hujan. Setelah adanya
embung tersebut, Para petani bisa panen lebih dari satu kali dalam setahun. Di sisi lain, PT Semen
Indonesia juga melakukan pengawasan kondisi mata air alami yang berada di sekitar area
pertambangan. Pengawasan tersebut bertujuan agar kondisi mata air alami yang berada di sekitar area
pertambangan tidak terganggu atau bahkan rusak oleh keberadaan aktivitas pertambangan.
Pengawasan tersebut meliputi ketinggian air, debit air, kandungan fisik dan kimia air.Usaha-usaha PT
Semen Indonesia, mulai dari penanaman berbagai keanekaragaman hayati serta usahanya dalam
konservasi air merupakan komitmen terhadap salah satu aspekgreen industry, yaitu: konservasi air dan
menumbuh kembangkan keanekaragaman hayati.Tempat kedua yang dikunjungi adalah area pabrik.
Seperti yang sudah disampaikan, pada awal jumpa pertama dengan area pabrik, pemandangan yang
sangat menonjol adalah bangunan-bangunan yang menjulang tinggi di antara pepohonan. Kali ini,
bangunan-bangunan tersebut dapat dilihat dari jarak yang sangat dekat. Bangunan-bangunan tersebut
merupakan tempat pengolahan bahan baku berupa tanah liat dan batu kapur menjadi produk semen.
Nampak sedikit ada butiran-butiran debu beterbangan yang merupakan serbuk semen. Oleh karena itu,
dalam area pabrik ini para pengunjung dilengkapi dengan masker serta helm sebagai salah satu
perlengkapan safety.
Gambar 8. Kemegahan Pabrik Semen Indonesia di Tuban

Sebelum mendekat ke arah plan pabrik, pengunjung akan disambut oleh tugu yang tepat berada di
persimpangan jalan sebagai simbolisasi pabrik ini. Pabrik di Tuban terdiri dari berbagai plan utama
seperti crusher sebagai tempat penghancuran bahan baku, tempat penyimpanan bahan baku, raw mill
sebagai tempat penggilingan dan pengeringan bahan baku, blending silo sebagai tempat pencampuran
dan homogenisasi bahan baku. Kemudian ada pre-heater yang digunakan untuk pemanasan awal, rotary
kiln yang digunakan untuk pembakaran, pendinginan menggunakan clinker, ball mill untuk penggilingan
akhir sertapacker untuk membungkus semen yang sudah siap didistribusikan. Plan-plan tersebut
terangkum secara megah di kompleks bangunan pabrik dengan diselingi beberapa pohon.Dalam
operasionalnya, plan-plan tersebut membutuhkan energi, seperti bahan bakar maupun energi listrik.
Khusus energi listrik, untuk mengurangi ketergantungan listrik dari PLN, Semen Indonesia membangun
pembangkit listrik dengan memanfaatkan panas gas buang atau biasa disebut dengan Waste Heat
Recovery Power Generation (WHRPG). Pembangunan pembangkit listrik yang memanfaatkan panas
buang ini merupakan salah satu usaha penghematan pengeluaran perusahaan sekaligus dalam rangka
untuk mengurangi ketergantungan terhadap listrik yang berasal dari bahan bakar tak terbarukan.
WHRPG juga berperan dalam pengurangan emisi gas CO2 akibat penggunaan bahan bakar tak
terbarukan serta pengurangan emisi gas buang ke udara sekitar. Selain digunakan sebagai bahan baku
pembangkit listrik, panas buang tersebut juga digunakan untuk pengeringan bahan baku. Lain lagi pada
proses pembakaran, pabrik di Tuban menggunakan berbagai macam bahan biomassa yang berasal dari
limbah pertanian, seperti (sekam padi, bongkol jagung dan sabut kelapa, serta limbah industri kayu dan
industri tembakau, sebagai pengganti batu bara. Pemanfaatan limbah-limbah tersebut (panas buang
serta biomassa) merupakan salah satu pemenuhan aspek green industry, yaitu: efisiensi & konservasi
energi.

Gambar 9. Debu Membuatku Menjadi Abu-Abu (?)

Begitu halnya industri yang lain, pabrik semen ini juga menghasilkan limbah. Menurut laporan kinerja
perusahaan, sekitar 60 % limbah yang dihasilkan mampu diubah menjadi energi, 30 % menjadi pupuk,
10 % terbuang menjadi timbunan. Salah satu limbah yang sebenarnya merupakan produk semen adalah
debu-debu yang beterbangan di area pabrik. Menurut pemandu WGI, semakin banyak debu-debu
tersebut beterbangan berarti semakin banyak uang yang terbuang secara sia-sia. Debu tersebut
merupakan sumber uang pabrik selain tentunya menjadi polusi bagi para pekerja. Nampak jelas butir-
butir debu beterbangan yang bisa dengan mudah diindera oleh mata para pengunjung. Barangkali,
debu-debu tersebut yang membuat bangunan-bangunan pabrik berwarna abu-abu. Untuk
menanggulanginya, ada beberapa usaha yang telah dilakukan oleh perusahaan. Salah satunya adalah
dengan memasang alat seperti cyclone, conditioning tower, bag house filter sertaelectrostatic
precisipator. Alat tersebut berfungsi untuk meminimalisir serbuk semen yang berterbangan keluar dari
plan. Langkah lain adalah dengan menanam beberapa pohon di sekitar plan.
Sementara itu, pada dapur pembakaran pada proses co processing yang bersuhu mencapai 1400 oC
digunakan untuk membakar limbah jenis logam berat (limbah B3) sehingga menjadi senyawa oksida
yang tidak membahayakan lingkungan, namun dapat meningkatkan kualitas semen yang dihasilkan.
Limbah B3 yang lain, berupa pelumas bekas, dikelola dengan pemanfaatan kembali untuk pelumasan
peralatan pabrik yang tidak memerlukan minyak pelumas berkualitas baik. Sedangkan pelumas bekas
yang tidak lagi bisa dimanfaatkan lagi serta minyak gemuk bekas pakai, akan dicampur dengan oil sludge
untuk dibakar dan digunakan sebagai alternatif bahan bakar. Sementara, limbah padat yang tidak
termasuk kategori B3 berupa material rusak (material dari proses produksi semen pembuatan semen
yang gagal) dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang. Pengolahan limbah-limbah tersebut
melengkapi persyaratan pengelolaaan limbah B3 dan non B3 sehingga PT Semen Indonesia mendapat
label green industry.Selepas berkeliling di area pertambangan, konservasi air serta area pabrik,
rombongan peserta menuju Semen Indonesia Corporate University-Center of Dynamic Learning. Di
tempat yang merupakan pusat pembelajaran dan pembekalan di area pabrik Tuban ini, disampaikan
mengenai PT Semen Indonesia secara garis besar, Rencana Pengembangan PT Semen Indonesia, serta
yang tidak kalah menarik, yaitu Program CSR PT Semen Indonesia. Sebagai penutup Wisata Green
Industry periode kali ini diisi dengan sesi tanya jawab serta pembagian hadiah.

Gambar 11. Mari Kita Diskusi

Banyak hal yang disampaikan oleh beberapa pembicara mengenai industri semen di Indonesia. Dari
penjelasan mengenai Semen Indonesia secara umum, dapat diketahui bahwa PT Semen Indonesia
merupakan salah satu industri semen yang terbesar di Asia Tenggara. Semen Indonesia sendiri terdiri
dari Semen Padang, Semen Tonasa, Semen Gresik (termasuk di dalamnya pabrik Tuban) serta ekspansi
bisnis ke Vietnam dengan akuisisi Than Long Cement. Kapasitas produksi Semen Indonesia akan semakin
besar karena ada rencana untuk ekspansi bisnis dengan pendirian pabrik semen di Myanmar (meskipun
masih terkendala dalam proses negosiasi akhir). Pada tahun 2016, Semen Indonesia juga menargetkan
pembangunan pabrik di Timur Tengah dan Afrika dikarenakan permintaan produk yang sangat tinggi dari
kawasan tersebut. Langkah-langkah tersebut merupakan suatu usaha perusahaan dalam menghadapi
era ASEAN Economic Community (AEC) yang akan dimulai pada akhir 2015.

Lain lagi di dalam negeri, Semen Indonesia berencana untuk menambah kapasitas produksinya
dikarenakan kebutuhan semen di dalam negeri. Kebutuhan semen meningkat seiring dengan semangat
pembangunan khususnya di daerah-daerah terpencil maupun perbatasan. Belum lagi, sebagai negara
yang besar, ternyata rasio kebutuhan semen per orang di Indonesia sangat rendah, yaitu 223 kg/capita,
jauh di bawah Tiongkok, Singapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand. Oleh karena itu, PT Semen
Indonesia berencana untuk menambah pabrik barunya, salah satunya berada di Rembang, Jawa Tengah.

Gambar 12. Protes Pembangunan Pabrik Semen di Rembang


Rencana pembangunan pabrik di Rembang tersebut ternyata menuai pro kontra. Kontra muncul
dikarenakan timbulnya kekhawatiran dari masyarakat bahwa pembangunan pabrik akan banyak
berdampak pada lingkungan, salah satunya keberadaan sumber air. Di sinilah barangkali salah satu
manfaat kegiatan Wisata Green Industry ini, yaitu sebagai sarana untuk mengenalkan PT Semen
Indonesia sebagai perusahaan yang tidak hanya berbasiskan keuntungan (profit) tetapi juga
mementingkan kepedulian terhadap masyarakat sekitar(people) dan peduli terhadap lingkungan
(planet) dengan penggunaan teknologi yang bersahabat dengan alam. Profit, people dan planet
merupakan slogan yang digunakan oleh PT Semen Indonesia dalam operasionalnya.

Gambar 13. Profit, People and Planet

Pada sesi pengenalan rencana pembangunan pabrik baru di Rembang, diperlihatkan penggunaan
teknologi yang modern yang ramah lingkungan dalam industri semen. Pabrik tersebut dirancang agar
terjadi pengurangan konsumsi batubara, bahan bakar minyak dan listrik serta pengurangan emisi gas
rumah kaca mencapai 80.000 ton CO2 per tahun. Rancangan pabrik dipresentasikan dengan animasi 3D
yang sangat menarik dan mudah dipahami. Di samping proses otomasi pengiriman hasil tambang batu
kapur dan tanah liat menggunakan sistem downhill long belt conveyor sehingga menghemat konsumsi
listrik mencapai 20 % dibandingkan dengan desain standar, diperlihatkan juga proses penghijauan lahan
pascapenambangan dengan sangat menarik. Penghijauan dilakukan dengan sistem blok dalam satu area
penambangan. Jika penambangan pada satu blok selesai dilakukan, maka proses penghijauan langsung
dilakukan. Sehingga, penghijauan dilakukan tanpa menunggu semua area penambangan gundul. Lain
lagi dengan penggunaan teknologi, Semen Indonesia juga berencana untuk melibatkan sebanyak
mungkin masyarakat sekitar pabrik untuk dijadikan karyawan PT Semen Indonesia. Terakhir,
disampaikan mengenai program Corporation Social Responsibility (CSR)sebagai bentuk tanggungjawab
perusahaan terhadap kegiatan sosial masyarakat. Tujuan utama dari program CSR yang dilakukan adalah
untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Salah satu contoh dari kegiatan CSR yang telah
dilakukan adalah melakukan pembinaan UKM seperti yang telah dilakukan terhadap R & D Handicraft.
Usut punya usut, ternyata ada sekitar 12 ribu mitra binaan dengan omset sekitar 800 Milliar. Selian itu,
ada juga program Wirausaha Muda Kokoh yang merupakan program kompetisi wirausaha yang
diselenggarakan oleh PT Semen Indonesia yang rutin diselenggarakan setiap tahun. Program ini
dikhususkan kepada para wirausahawan muda di Indonesia. Berbagai komitmen PT Semen Indonesia
dalam menjalankan kewajiban CSR, antara lain di bidang pendidikan, permodalan, pelestarian
lingkungan dan energi membuahkan hasil dengan diterimanya penghargaan Antaranews CSR Award
pada tahun 2014.

Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh PT Semen Indonesia, baik yang dapat dilihat secara langsung
pada kegiatan WGI ini maupun yang telah dijelaskan pada sesi diskusi, membuahkan hasil dengan
diberikannya beberapa penghargaan, antara lain: penghargaanGreen Award 2013 kategori perusahaan
pelestari sumber daya air, pelestari energi terbarukan, pelestari keanekaragaman hayati, pelopor
pencegahan polusi. Selain itu, Penghargaan kategori ASEAN Energy Management Award dan ASEAN Coal
Award oleh ASEAN Center For Energy. Perusahaan juga meraih Proper Emas sebagai penghargaan
tertinggi bidang lingkungan yang diberikan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).Jawaban atas
pertanyaan “Mengapa harus green industry?” dapat terjawab oleh kegiatan WGI ini. WGI ini tentunya
sangat bermanfaat dalam edukasi PT Semen Indonesia terhadap masyarakat. Edukasi ini diharapkan
dapat membangun persepsi bahwasanya industri yang dibangun tidak melulu beroperasi hanya untuk
kebutuhan manusia saja, namun untuk keberlangsungan alam untuk generasi selanjutnya. Akhirnya,
penulis mengharapkan bahwa kegiatan ini dapat menginspirasi perusahaan maupun industri lain agar
dapat mengedepankan prinsip green industry dalam operasionalnya. Tidak lupa, dengan diadakannya
kegiatan ini secara rutin, diharapkan dapat mempermudah masyarakat dalam mengakses informasi
secara langsung mengenai operasionalnya sebuah perusahaan.

Pantai

Dalam suatu perencanaan pembangunan sangat bertumpu pada Sumber Daya Manusia (SDM). Semakin
bertambahnya jumlah penduduk di suatu wilayah maka akan semakin meningkat juga kebutuhan akan
lahan atau ruang, dengan adanya suatu hasil pembangunan tersebut maka akan mengakibatkan dampak
positif maupun dampak negative. Dampak negative yang muncul diantaranya adalah menurunya
kualitas lingkungan (misalnya: pencemaran lingkungan), kesenjangan pada setiap wilayah seperti
kesenjangan sosial ekonomi antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain.

Pelaksanaan pembangunan di daerah cenderung menggunakan pendekatan sektoral daripada


pendekatan spasial. Keadaan ini seringkali mengakibatkan konflik kepentingan (conflict of interest) atau
benturan dalam pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam yang berada dalam wilayah tersebut.
Menghindari hal tersebut perlu dilakukan pendekatan perencanaan dengan lebih memperhatikan aspek
spasial (keruangan) menuju terciptanya keserasian dan keseimbangan pola pemanfaatan ruang untuk
berbagai aktivitas serta menghindari kesenjangan antara wilayah.

Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka ruang didefinisikan
sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya. Sedangkan Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola
ruang.

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Kurang lebih 65 persen wilayahnya
berupa perairan dengan potensi sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya sangat besar. Potensi
sumberdaya alam tersebut mencakup sumberdaya alam yang dapat diperbaharui antara lain ikan laut,
terumbu karang, padang lamun, hutan mangrove maupun sumberdaya alam yang tidak dapat
diperbaharui antara lain mineral dan tambang. Potensi-potensi sumberdaya alam tersebut mempunyai
prospek pengembangan sektor perekonomian wilayah untuk saat ini dan di masa mendatang yang
sangat berperan bagi upaya pembangunan wilayah maupun nasional. Hal ini sangat berkaitan dengan
semakin terbatasnya potensi sumberdaya alam yang terdapat di wilayah darat akibat pembangunan
yang dilakukan selama ini cenderung terorientasi ke wilayah darat.

Potensi sumberdaya alam yang ada di wilayah pesisir dan laut tersebut sampai saat ini masih belum
optimal pengelolaannya, karena upaya eksploitasi yang dilakukan masih belum maksimal, sehingga
masih banyak potensi sumberdaya yang belum tergali dan teridentifikasi. Upaya eksploitasi yang telah
dilakukan cenderung kurang memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam yang
ada (sustainable), sehingga akibatnya potensi sumberdaya alam tersebut di masa mendatang dapat
terancam keberadaannya. Aspek kelestarian lingkungan dipengaruhi adanya kegiatan di darat.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa selama ini pemanfaatan dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut
yang dilakukan belum sepenuhnya dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan. Padahal karakteristik
dan dinamika alamiah ekosistem pesisir dan laut secara ekologis saling terkait, termasuk dengan
ekosistem lahan atas, serta beraneka ragam sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang ada. Sehingga
dalam menangani wilayah pesisir dan laut diperlukan perencanaan yang terpadu (comprehensif) dan
berkelanjutan (sustainable). Perencanaan yang terpadu adalah perencanaan yang dilakukan dengan
pendekatan terhadap semua sektor dan pihak (stakeholders) yang terkait. Sedangkan perencanaan dan
pembangunan berkelanjutan adalah upaya mengembangkan wilayah pesisir dan laut dengan tetap
memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dan kesinambungan di masa mendatang, mengingat
sumberdaya alam di masa mendatang sangat ditentukan oleh pemanfaatan dan pengelolaan
sumberdaya alam yang ada dan dilakukan saat ini.

Kota Ternate yang dikelilingi oleh laut, menjadikan Kota Ternate memiliki banyak potensi sumberdaya
alam terutama pada wilayah pesisir. Potensi pesisir tersebut perlu dikembangkan dengan optimal
sehingga mampu memberikan pemasukan terhadap Pemerintah Kota Ternate. Pengembangan wilayah
pesisir harus dilengkapi dengan infrastruktur yang memadai. Kota Ternate juga mempunyai potensi
kegiatan perikanan tangkap (laut) dengan jenis hasil yang beragam seperti teripang, lobster dan ikan
laut. Potensi kegiatan perikanan tangkap (laut) didukung dengan fasilitas TPI (Tempat Pendaratan Ikan).

TPI atau Tempat pelelangan Ikan adalah tempat yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Kota
untuk melakukan pelelangan ikan termasuk jasa pelelangan bongkar muat dan pasar ikan beserta
fasilitas lainnya yang disediakan ditempat pelelangan termasuk dalam pengertian tempat pelelangan
adalah tempat yang dikontrak oleh Pemerintah Kota dari pihak lain untuk dipakai sebagai tempat
pelelangan.

Keberadaan TPI sangat mendukung kegiatan perikanan tangkap untuk mengeksploitasi salah satu
potensi sumberdaya alam di wilayah laut berupa ikan. Demi meningkatkan potensi perikanan tangkap
ikan, maka diperlukan adanya peningkatan fasilitas penunjang kegiatan perikanan dari sarana dan
prasarana. Terkait dengan adanya potensi perikanan tangkap (laut) ini, maka sektor kegiatan yang
mungkin dikembangkan dan mempunyai prospek di masa mendatang adalah sektor industri kecil
pengolahan ikan.
Bagi Pemerintah, ikan merupakan sumber daya potensial untuk pembiayaan pembangunan. Pemerintah
di tingkat regional dan lokal dapat memperolehnya melalui pungutan pajak/retribusi atas transaksi
perdagangan ikan di TPI. Di dalam TPI pula, vatiasi dan banyaknya kelompok kepentingan atas ikan
tampak jelas. TPI selalu ramai dan disibukkan dengan kegiatan transaksi perdagangan ikan dengan corak
kehidupan ekonomi-politik dan dinamika yang khas. TPI juga melaksanakan fungsi proteksi terhadap
pelaku-pelaku di dalamnya. TPI mendorong mekanisme pasar yang adil dengan penentuan batas atas
dan batas bawah harga ikan, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Akan tetapi, di beberapa daerah TPI justru menjadi wahana dominasi atau penindasan atas nelayan.
Kegagalan manajemen TPI bisa mengakibatkan stakeholdernya yang lemah terpuruk. TPI sekedar
menjadi tempat pendaratan ikan, Transaksi perdagangan ikan tanpa sistem lelang. Pedagang
(tengkulak/pemilik modal) menentukan secara sepihak harga ikan (milik nelayan). Pedagang mengambil
keuntungan yang besar, memperoleh pendapatan yang jauh iebih besar dan posisi tawar yang jauh lebih
tinggi dibanding nelayan, padahal jumlah pedagang itu termsuk minoritas.

Sebagaimana yang terjadi di Kota Ternate, Maluku Utara, dominasi pedagang tampak jelas terhadap
nelayan kapal purse-seine dan pengelola TPI. Peneliti menduga hal tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor penyebab, antara lain: 1) Kelemahan pengelola TPI, 2) nelayan tidak mempunyai alternatif
pembeli, 3) Faktor hubungan ekonomi dan/atau nonekonomi di luar TPI. Kesalahan fungsi TPI sebagai
lembaga pasar ikan terjadi karena kelemahan pengawasan birokrasi Pengeloia TPI tidak cukup kuat
untuk menetapkan dan memberlakukan aturan main pelelangan ikan. Bagi saya Pemerintah Daerah juga
gagal mengambil peran proteksi dan/atau regulasi dalam kebijakan manajemen, sehingga tidak terjadi
mekanisme pasar yang adil. Mereka lebih berperan sebagai penjaga kantor dan pemungut retribusi.
Sementara keterbatasan nelayan dan kelebihan pedagang dalam hal sumber daya mengakibatkan
nelayan tidak mempunyai alternatif pembeli di luar pedagang (lokal).

Kontribusi pemerintah dan masyarakat terhadap pariwisata pantai di Rembang

Kabupaten Rembang memiliki banyak destinasi wisata, mulai dari pantai, karst, agrowisata, dan masih
banyak lagi. Namun yang paling banyak untuk dikunjungi ialah wisata pantainya, hal ini dikarenakan
Rembang memiliki banyak sekali pantai, seperti pantai karangjahe dll. Pengelolaan nya pun belum
sepenuhnya memuaskan, terkadang masih ditemukan sampah sampah disekitar pantai dan pedagang
yang tidak tertib.

Untuk itu diperlukan kontribusi langsung dari pemerintah dan masyarakat setempat untuk
meningkatkan potensi wisata pantai tersebut. Beberapa kontribusi yang harus dilakukan oleh
pemerintah daerah ialah:

1. Memberikan fasilitas kepada warga sekitar untuk mengembangkan potensi pantainya

2. Memberikan anggaran yang sesuai untuk pengembangan pantainya

3. Dan membuat destinasi wisata dengan inovasi inovasi baru di area pantai.
4. Meningkatkan keamanan di sekitar pantai.

Untuk masyarakat sendiri memiliki kontribusi:

1. Merawat area sekitar pantai dari sampah dan lainnya yang mengganggu kenyamanan turis.

2. Bersikap ramah kepada turis

3. Ikut menjaga keamanan

4. Memperindah pantai dengan keterampilan mereka

Anda mungkin juga menyukai