Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL T.A.

K PERAWATAN DIRI

PADA PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa dengan
dosen pengampu Indra Maulana, S.Kep., Ners., M.M.

disusun oleh :
Tina Lestari 220110166048 Atet Malki 220110166054
Diky Rustandi 220110166049 Neli Hartini 220110166055
Alma Afrilia R 220110166050 Intan Maeilani R. 220110166056
Agung Rizky 220110166051 Rivaldi Aziz 220110166057
Via Komalasari 220110166052 Jakariya Gilang 220110166058
Selly Amalia 220110166053

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
2018

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan khadirat Allah AWT. Yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal T.A.K
dengan judul Defisit Perawatan Diri. Proposal ini di susun untuk memenuhi salah
satu tugas kelompok mata kuliah Keperawatan JIwa .
Kelompok juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu dan memberikan dorongan serta semangat dalam menyusun proposal
T.A.K ini. Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna . oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak.
Akhir kata, kami berharap semoga proposal T.A.K ini dapat bermanfaat
dalam proses pembelajaran di Fakultas Keperawatamn

Garut, Desember 2018

Penyusun

Daftar Isi
Halaman Judul....................................................................................................i

Kata Pengantar...................................................................................................ii

Daftar Isi..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................

A. Latar Belakang........................................................................................
B. Tujuan......................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS........................................................................

A. Konsep Defisit Perawatan Diri………..................................................

B. Konsep terapi Aktivitas Kelompok.......................................................

C. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi.................................................

BAB III PELAKSANAAN...............................................................................

SESI I : Memperkenalkan diri.............................................................

SESI II : Manfaat Perawatan Diri dan menjaga Kebersihan Diri....

SESI III: Mengenal dan menyebutkan tata cara makan dan minum
yangbaik.................................................................................................

SESI IV: Tata cara toileting (BAB/BAK) ..........................................

SESI V: Tata cara Berhias....................................................................

BAB IV PENUTUP...........................................................................................

A. Kesimpulan.............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi


psikologik yang dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara
kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan
pencapaian adaptasi optimal pasien. Dalam kegiatan aktivitas kelompok;
tujuan ditetapkan berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi
oleh sebagian besar peserta dan sedikit banyak dapat diatasi dengan
pendekatan terapi aktivitas kolektif.

Pemahaman akan jati diri pada seorang pasien akan sangat menentukan
penentuan terhadap citra diri positif pasien. Pengembangan dan eksplorasi
mendalam terhadap kekuatan dan kelemahan diri akan sangat penting artinya
dalam pencapaian pemahaman obyektif terhadap realitas diri dan sekaligus
modal dasar pembangunan citra diri untuk kemudian mengembangkan peran
diri. Pemahaman yang benar dan realtistis terhadap kekuatan dan kelemahan
diri merupakan salah satu kunci peningkatan konsep diri positif sebagai salah
satu modal dalam pengelolaan gangguan jiwa; khususnya yang dipengaruhi
adanya citra diri negatif seperti rasa tidak mampu, kekurangan fisik,
kekurangan fisiologis, rasa minder dan sebagainya.

Berdasarkan pemikiran diatas, maka Terapi aktivitas kelompok ini


bertujuan untuk mengembangkan citra diri positif melalui eksplorasi kekuatan
dan kelemahan diri.

B. Tujuan

a. Tujuan umum
Tujuan umum yaitu klien mampu memahami pentingnya
kebersihan diri dan perawatan diri serta manfaat perawatan diri.

b. Tujuan Khusus

1. Klien mampu melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.

2. Klien mampu memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri

3. Klien mampu menunjukkan aktivitas makan.

4. Klien mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting


sendiri.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Defisit Perawatan Diri

a. Pengertian

Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk


melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2004).

Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak


mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan
Wartonah 2000).

b. Klasifikasi defisit perawatan diri

1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan


untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.

2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan


kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

3. Kurang perawatan diri : Makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan


untuk menunjukkan aktivitas makan.

4. Kurang perawatan diri : Toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan


untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.
(Nurjannah, 2004)

c. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) Penyebab kurang perawatan diri
adalah sebagai berikut :

1. Kelelahan fisik

2. Penurunan kesadaran

Menurut (Dep Kes, 2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah :

1. Faktor prediposisi

a) Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan


klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

b) Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu


melakukan perawatan diri.

c) Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan


kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

d) Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri


lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi

Adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kogniti atau


perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:

a) Body Image : Gambaran individu terhadap dirinya sangat


mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan
fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b) Praktik Sosial : Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal
hygiene.

c) Status Sosial Ekonomi : Personal hygiene memerlukan alat dan


bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi
yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

d) Pengetahuan : Pengetahuan personal hygiene sangat penting


karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
Misalnya pada pasien penderita diabetes melitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.

e) Budaya : Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak


boleh dimandikan.

f) Kebiasaan seseorang : Ada kebiasaan orang yang menggunakan


produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun,
sampo dan lain – lain.

g) Kondisi fisik atau psikis : Pada keadaan tertentu / sakit


kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan
untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.

a) Dampak fisik : Banyak gangguan kesehatan yang diderita


seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan
dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan
integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada
mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

b) Dampak psikososial : Masalah sosial yang berhubungan dengan


personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman,
kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi
diri dan gangguan interaksi sosial.

d. Manifestasi klinis

Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit


perawatan diri adalah :

1) Fisik

a. Badan bau, pakaian kotor.

b. Rambut dan kulit kotor.

c. Kuku panjang dan kotor.

d. Gigi kotor disertai mulut bau.

e. Penampilan tidak rapi.

2) Psikologis

a. Malas, tidak ada inisiatif.

b. Menarik diri, isolasi diri.

c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3) Sosial

a. Interaksi kurang.

b. Kegiatan kurang

c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat,


gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

e. Mekanisme Koping
1. Regresi

Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri


khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.

2. Penyangkalan (Denial)

Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari


realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana
dan primitif.

3. Isolasi diri, menarik diri

Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya


baik atau semuanya buruk, kegagalan untuk memadukan nilai-nilai
positif dan negatif di dalam diri sendiri.

4. Intelektualisasi

Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari


pengalaman yang menggangguperasaannya.

f. Rentang respon Kognitif

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat
merawat diri sendiri :

1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri :

a) Bina hubungan saling percaya

b) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan

c) Kuatkan kemampuan klien merawat diri

2. Membimbing dan menolong klien merawat diri :


a) Bantu klien merawat diri.

b) Ajarkan keterampilan secara bertahap.

c) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari.

3. Ciptakan lingkungan yang mendukung

a) Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.

b) Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.

c) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien.

B. Konsep terapi Aktivitas Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling


bergantung satu sama lain dan menyepakati suatu tatanan norma tertentu.
Individu dalam kelompok saling mempengaruhi dan bertukar informasi
melalui komunikasi. Dinamika dalam kelompok bahkan dapat memfasilitasi
perubahan perilaku anggota kelompoknya sehingga apabila kelompok ini di
desain secara sistematis dapat menjadi sarana perubahan perilaku maladaptif
menjadi perilaku adaptif atau dapat difungsikan sebagai terapi. Terapi
menggunakan aktifitas dalam kelompok ini disebut sebagai Terapi Aktivitas
Kelompok.

Pasien dengan gangguan jiwa mengalami perubahan perilaku yang


ditandai dengan perilaku pasien maladptif, tidak umum, aneh, tidak lazim,
dan menimbulkan distres serta gangguan dalam pemenuhan kebutuhan hidup
sehari-hari. Terapi menggunsksan aktivitas dalam kelompok ini disebut
sebagai Terapi Aktivitas Kelompok. Dengan demikian, terapi aktivitas
kelompok sebagai bagian dari terapi kelompok sangat penting diterapkan
dalam penanganan pasien gangguan jiwa dimasyarakat.

Terapi Aktivitas Kelompok adalah salah satu jenis terapi pada sekelompok
pasien (5-12 orang) yang bersama-sama melakukan aktivitas tertentu untuk
mengubah perilaku maladaptif menjadi adaptif. Lama pelaksanan TAK
adalah 20-40 menit untuk kelompok yang baru terbentuk. Untuk kelompok
yang sudah kohesif, TAK dapat berlangsung selama 60-120 menit ( Budi Ana
Keliat, 2007 )

Terapi Aktivitas Kelompok dibagi menjadi 4,yaitu terapi aktivitas


kelompok stimulasi kognitif/persepsi,terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori, terapi aktivitas stimulasi realita, dan terapi aktivitasi kelompok
sosialisasi.

1. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi

Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau


stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan
ditingkatkan dalam pada tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respon
klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.

Aktivitas berupa stimulus dan persepsi, stimulus yang disediakan:


baca artikel/majalah/buku/puisi, menonton acara TV (ini merupakan
stimulus yang disediakan), stimlulus dari pengalaman masa lalu yang
menghasilkan proses persepsi klien yang maladaptif atau distruktif,
misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan negatif pada
orang lain dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien terhadap
stimulus.

2. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori

Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada stimulus sensori klien.


Kemudian diobservasi reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang
disediakan, berupa ekspresi perasaan secara nonverbal (ekspresi wajah dan
gerakan tubuh). Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan
komunikasi verbal akan terstimulasi emosi dan perasaannya, serta
menampilkan respon. Aktivitas yang digunakan sebagai stimlus adalah:
musik, seni, menyanyi, menari. Jika hobi klien diketahui sebelumnya
dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat
digunakan sebagai stimulus.

3. Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas

Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu


diri sendiri dan orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang
dekat dengan klien dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan
dengan klien. demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang
lalu dan rencana kedepan. Aktivitas dapat berupa: orientasi orang, waktu,
tempat, benda yang ada disekitar dan semua kondisi nyata.

4. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi

Klien dibantu untuk melakukan sosialisa dengan individu yang ada


disekitar klien. sosialisai dapat dilakukan seara bertahap dari interpersonal
(satu dan satu), kelompok dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan
sosialisasi dalam kelompok. (Budiana Keliat, 2005).

C. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Terapi aktivitas kelompok (TAK): sosialisasi (TAKS) adalah upaya


memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial.

TUJUAN

Tujuan umum TASKS, yaitu klien dapat meningkatkan hubungan


sosial dalam kelompok secara bertahap. Sementara, tujuan khususnya adalah:

1. Klien mampu memperkenalkan diri;

2. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok;

3. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok;


4. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topic percakapan;

5. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada


orang lain;

6. Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok;

7. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS


yang telah dilakukan.

AKTIVITAS DAN INDIKASI

Aktivitas TASKS dilakukan tujuh sesi yang melatih kemampuan


sosialisasi klien. Klien yang mempunyai indikasi TASKS adalah klien dengan
gangguan hubungan social berikut.

1. Klien menarik diri yang telah melakukan interaksi interpersonal.

2. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai dengan


stimulus.

BAB III
PELAKSANAAN

SESI I : Memperkenalkan diri

Tujuan

Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan: nama lengkap,


nama panggilan, asal dan hobi.

Kriteria Anggota

Kriteria klien sebagai anggota yang mengikuti Terapi Aktivita Kelompok


ini adalah:

1. Klien dengan riwayat gangguan jiwa disertai dengan gangguan perawatan


diri: defisit perawatan diri

2. Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami perilaku
agresif atau mengamuk, dalam keadaan tenang.

3. Klien dapat diajak bekerjasama (cooperatif)

Waktu Pelaksanaan

Terapi aktivitas kelompok dilaksanakan pada:

Hari, tanggal : Kamis, 06 November 2018

Waktu :10:00 WIB- Selesai

Tempat : Ruangan Melati

Nama Klien dan ruangan

Klien yang mengikuti terapi aktivitas kelompok berjumlah 8 orang,


sedangkan sisanya sebagai klien cadangan jika klien yang ditunjuk berhalangan.
Adapun nama-nama klien yang akan mengikuti terapi aktivitas kelompok ini serta
klien sebagai cadangan adalah:

Klien peserta TAK

1. Nn. Tina

2. Nn. Ferry

3. Nn. Dina

4. Nn. Rini

5. Ny. Sinta

6. Ny. Nina

7. Ny. Nani

8. Ny. Lane

Klien peserta cadangan

1. Ny. Madia

2. Ny. Wina

Susunan pelaksana

1. Leader: Rivaldi

2. Co. Leader: Diki dan Atet

3. Fasilitator I: Seli dan Alma

4. Fasilitator II: Jaka dan Agung

5. Fasilitator III: Neli dan Tina

6. Fasilitator IV: Intan dan Via


7. Observer: Dini dan Eva

Uraian Tugas pelaksana

1. Tugas Leader

- Memimpin berlangsungnya TAK

- Merencanakan, mengontrol dan mengatur berlangsungnya TAK

- Menyampaikan materi sesuai TAK

- Memimpin diskusi kelompok

2. Tugas Co. Leader

- Membuka acara

- Mendampingi leader

- Mengambil alih posisi leader jika leader bloking

- Menyerahkan kembali kepada leader posisi leader

- Menutup acara leader

3. Tugas fasilitator

- Ikut serta dalam kegiatan kelompok

- Memberikan stimulus dan motivasi kepada klien anggota kelompok untuk


aktif mengikuti berlangsungnya TAK.

4. Tugas Observer

- Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang


tersedia).

- Mengawasi berlangsungnya TAK dari mulai persiapan, proses hingga


penutupan.
Setting

1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang.

Denah Pelaksanaan TAK

C.O
LEADER

KLIEN LEADER KLIEN

KLIEN
KLIEN

FASILITATOR FASILITATOR

KLIEN KLIEN

KLIEN KLIEN

FASILITATOR

OBSERVER
Alat

1. Tape recorder

2. Kaset: “marilah kemari” (Titiek Puspa)

3. Bola tenis

4. Buku catatan dan pulpen

5. Jadwal kegiatan klien

Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan Tanya jawab

3. Bermain peran/ simulasi

Langkah Kegiatan

1. Persiapan

a. Memilih klien dengan indikasi, yaitu Defisit perawatan diri.

b. Membuat kontrak dengan klien.

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi

Pada tahap ini terapis melakukan:

a. Memberi salam terapeutik: slam dari terapis.

b. Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini.

c. Kontrak:
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri.

- Menjelaskan aturan main berikut.

o Menjelaskan tujuan kegiatan, yang akan meninggalkan kelompok


harus meminta izin kepada terapis.

o Lama kegiatan 45 menit.

o Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap Kerja

a. Jelaskan kegiatan, yaitu kaset pada tape recorder akan dihidupkan serta
bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kea rah kiri) dan
pada saat tape dimatikan maka anggota kelompok yang memegang bola
memperkenalkan dirinya.

b. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah jarum jam.

c. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok memegang bola mendapat


giliran untuk menyebutkan : salam, nama lengkap, nama panggilan, hobi,
dan asal, dimulai oleh terapis sebagai contoh.

d. Tulis nama panggilan pada kertas/ papan nama dan temple/pakai.

e. Ulangi b, c, dan d sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.

f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan member


tepuk tangan.
4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

- Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

b. Rencana Tindak Lanjut

- Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri


kepada orang lain di kehidupan sehari-hari.

- Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan


harian klien.

c. Kontrak yang akan dating

- Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota


kelompok.

- Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada


tahap kerja yang menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi
1, dievaluasi kemampuan klien memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal
dengan menggunakan formulir evaluasi berikut.
a. Kemampuan verbal

Nama Klien
No Aspek yang Dinilai
1. Menyebutkan nama
lengkap
2. Menyebutkan nama
panggilan
3. Menyebutkan asal
4. Menyebutkan hobi
Jumlah

b. Kemampuan Nonverbal

Nama Klien
No Aspek yang Dinilai
1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa
tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari
awal dan akhir
Jumlah

SESI II : Manfaat Perawatan Diri dan menjaga Kebersihan Diri

Tujuan:

1. Klien mampu menyebutkan manfaat pentingnya perawatan diri

2. Klien mampu menyebutkan cara menjaga kebersihan diri

3. Klien mampu menyebutkan akibat apabila tidak melakukan perawatan diri

Setting:

1. Klien dan Terapis duduk bersama dalam lingkaran


2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat:

1. Papan tulis

2. Spidol

3. Buku catatan dan pulpen

Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak pada klien yang telah mengikuti sesi pertama

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

- Salam dari terapis kepada klien

- Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi atau validasi

- Terapis menanyakan perasaan klien saat ini

- Terapis menanyakan pengalaman klien tentang perawatan diri yang


dilakukan selama ini

c. Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu dengan latihan menyebutkan
manfaat perawatan diri dan cara menjaga kebersihan diri serta
akibat apabila tidak melakukan perawatan diri.

- Menjelaskan aturan main, yaitu:

 Menjelaskan tujuan kegiatan, yang akan meninggalkan


kelompok harus meminta izin kepada terapis.

 Lama kegiatan 45 menit.

 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap Kerja

a. Terapis meminta klien menyebutkan manfaat perawatan diri, cara


menjaga kebersihan diri dan akibat apabila tidak melakukan perawatan
diri. Ulangi sampai semua klien mendapat giliran

b. Berikan pujian setiap klien selesai bercerita

c. Terapis menjelaskan manfaat perawatan diri, cara menjaga kebersihan


diri dan akibat apabila tidak melakukan perawatan diri.

d. Tahap terminasi

a) Evaluasi

- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

- Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

b) Rencana Tindak Lanjut

- Menganjurkan tiap anggota kelompok untuk menerapkan cara yang


telah dipelajari dalam perawatan diri.
- Memasukkan kegiatan manfaat perawatan diri pada jadwal
kegiatan harian klien.

c) Kontrak yang akan datang

- Menyepakati kegiatan berikut, yaitu tata cara makan dan minum


yang baik

- Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan dokumentasi

Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada


tahap kerja yang menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi
2, dievaluasi kemampuan klien menyebutkan manfaat pentingnya keperawatan
diri, cara menjaga kebersihan diri dan akibat apabila tidak melakukan perawatan
diri dengan menggunakan formulir evaluasi berikut.

No. Nama Klien Menyebutkan manfaat Menyebutkan Menyebutkan


pentingnya perawatan cara menjaga akibat
diri kebersihan apabila tidak
diri melakukan
perawatan
diri

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Petunjuk

Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien. Untuk tiap
klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan manfaat pentingnya
perawatan diri, cara menjaga kebersihan diri dan akibat apabila tidak melakukan
perawatan diri Beri tanda  jika klien mampu dan tanda X jika klien tidak
mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan


proses keperawatan tiap klien.

SESI III: Mengenal dan menyebutkan tata cara makan dan minum yang
baik

Tujuan:

1. Klien mampu menyebutkan alat –alat makan dan minum

2. Klien mampu menjelaskan cara mempersiapkan makan dan minum


3. Klien mampu menjelaskan cara makan dan minum yang tertib

4. Klien mampu menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan

Setting:

1. Klien dan Terapis duduk bersama dalam lingkaran

2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat :

Peralatan makan dan minum

Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran dan simulasi

Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak pada klien yang telah mengikuti sesi kedua

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

- Salam dari terapis kepada klien

- Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi atau validasi


- Terapis menanyakan perasaan klien saat ini

- Terapis menanyakan pengalaman klien tentang tata cara makan dan


minum yang dilakukan selama ini

c. Kontrak

- Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu dengan latihan menyebutkan alat


–alat makan dan minum, cara mempersiapkan makan dan minum,
cara makan dan minum yang tertib, cara merapikan peralatan makan
setelah makan

- Menjelaskan aturan main, yaitu:

 Menjelaskan tujuan kegiatan, yang akan meninggalkan


kelompok harus meminta izin kepada terapis.

 Lama kegiatan 45 menit.

 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap Kerja

a. Terapis meminta klien menyebutkan alat –alat makan dan minum, cara
mempersiapkan makan dan minum, cara makan dan minum yang tertib,
cara merapikan peralatan makan setelah makan.

b. Ulangi sampai semua klien mendapat giliran.

c. Berikan pujian setiap klien selesai bercerita

d. Terapis menjelaskan alat alat makan dan minum dan mendemonstrasikan


cara mempersiapkan makan dan minum, cara makan dan minum yang
tertib, cara merapikan peralatan makan setelah makan.

e. Meminta klien secara bergilir untuk mendemonstrasikan ulang kegiatan


pada point d.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.

g. Memberikan kesimpulan pada setiap kegiatan yang telah dipraktekkan.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

- Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

b. Rencana Tindak Lanjut

- Menganjurkan tiap anggota kelompok untuk menerapkan cara yang


telah dipelajari dalam tata cara makan yang baik.

- Memasukkan kegiatan tata cara makan yang baik pada jadwal


kegiatan harian klien.

c. Kontrak yang akan dating

- Menyepakati kegiatan berikut, yaitu tata cara eliminasi yang baik

- Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan dokumentasi

Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja yang menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi 3, dievaluasi kemampuan
klien menyebutkan alat-alat makan dan minum, cara mempersiapkan makan dan
minum, tata cara makan dan minum yang baik serta cara merapikan peralatan makan
dan minum dengan menggunakan formulir evaluasi berikut.

No. Nama Klien Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan


manfaat cara menjaga akibat apabila
pentingnya kebersihan tidak melakukan
perawatan diri diri perawatan diri

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Petunjuk

Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien. Untuk tiap
klien, beri penilaian tentang kemampuan mengenal dan menyebutkan alat-alat
makan dan minum, cara mempersiapkan makan dan minum, tata cara makan dan
minum serta merapikan peralatan makan dan minum. Beri tanda  jika klien
mampu dan tanda X jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan


proses keperawatan tiap klien.

SESI IV: Tata cara toileting (BAB/BAK)

Tujuan

Klien dapat mengenal alat-alat yang digunakan untuk toileting dan menjelaskan
tata cara BAB/BAK secara mandiri
Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

2. Tempat tenang dan nyaman

Alat

Peralatan toileting

Metode

1. Diskusi dan tanya jawab

2. Bermain peran dan simulasi

Langkah Kegiatan:

1. Persiapan

a. Memilih klien sesuai indikasi, yaitu klien dengan defisit perawatan diri

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam teraupetik

1. Salam dan terapis kepada klien

2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis

3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien

b. Evaluasi/Validasi

Menanyakan pada klien cara melakukan dan membersihkan BAB/BAK

c. Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
mengetahui cara melakukan dan membersihkan BAB/BAK

Terapis menjelaskan aturan main berikut:

- Jika ada klien yang ingin maninggalkan kelompok, harus minta ijin kepada
terapis

- Lama kegiatan 45 menit

- Setiap klien mengikuti kegitan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a. Terapis meminta klien menyebutkan alat-alat yang digunakan untuk


BAK/BAB, tata cara BAK/BAB yang baik. Ulangi sampai semua klien
mendapat giliran

b. Berikan pujian setiap klien selesai bercerita

c. Terapis menjelaskan alat-alat yang digunakan untuk BAK/BAB.

d. Menanyakan perasaan klien setelah mengenal tata cara BAK/BAB.

e. Memberikan pujian kepada klien.

f. Upayakan semua klien mampu mengenal tata cara BAK/BAB.

4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

- Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengenal tata cara


BAK/BAB.

- Menanyakan ulang cara baru yang baik dan benar tata cara
BAK/BAB.
b. Tindak lanjut

- Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari untuk


berhias

- Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien yang diharapkan adalah cara
berhias yang benar dan baik, Keuntungan berhias dan akibat tidak berhias.

Kemampuan berhias untuk mencegah defisit perawatan diri

No. Nama Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan


klien secara tempat cara
Cara
mandiri cara BAB/BAK membersihkan
melakukan
BAB/BAK BAB/BAK
BAB/BAK

1.

2.

3.
4.

5.

6.

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien

2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal dan


menjelaskan BAB/BAK, melakukan BAB/BAK secara mandiri, klien
mampu membersihkan diri sendiri setelah BAB/BAK, klien mampu
membersihkan tempat BAB/BAK. Beri tanda ceklis, jika klien mampu
dan tanda silang jika klien tidak mampu.

SESI V: Tata cara Berhias

Tujuan

1. Klien dapat mengenal dan menyebutkan alat-alat yang berhias

2. Klien mampu menyebutkan cara berpakaian, bercukur untuk pria dan cara
berhias dan menyisir rambut untuk wanita

3. Klien mampu menggunakan alat-alat yang diberikan untuk berhias

4. Klien mampu menjelaskan manfaat berhias

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.


2. Tempat tenang dan nyaman.

Alat:

Peralatan berhias dan bercukur

Metode:

1. Diskusi dan Tanya jawab

2. Bermain peran/ simulasi

Langkah Kegiatan

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi sebelumnya

b. Membuat kontrak dengan klien.

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi

a. Salam Terapeutik

- Salam dari terapis kepada klien

- Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi/ Validasi

- Menanyakan perasaan klien saat ini

- Menanyakan pengalaman klien tentang berhias dan bercukur untuk


pria yang dilakukan selama ini.

c. Kontrak

- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara berhias untuk mempercantik


diri
- Menjelaskan cara main berikut

 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus


minta izin kepada terapis

 Lama kegiatan 45 menit

 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap Kerja

a. Terapis meminta klien menyebutkan alat-alat yang digunakan untuk


berhias, manfaat dan tata cara berhias dan bercukur untuk pria. Ulangi
sampai semua klien mendapat giliran

b. Berikan pujian setiap klien selesai bercerita

c. Terapis menjelaskan alat-alat yang digunakan untuk berhias, manfaat dan


mendemonstrasikan tata cara berhias dan bercukur untuk pria.

d. Meminta klien untuk mendemonstrasikan kembali tata cara berhias.


(menyisir rambut).

e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikkan cara berhias

f. Memberikan pujian kepada klien

g. Upayakan semua klien mampu berhias dan sudah mencoba

4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

- Terapis menanyakan perasaan klien setelah berhias

- Menanyakan ulang cara baru yang baik dan benar cara berhias
b. Tindak lanjut

- Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari untuk


berhias

- Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien yang diharapkan adalah cara
berhias yang benar dan baik, Keuntungan berhias dan akibat tidak berhias.

Kemampuan berhias untuk mencegah defisit perawatan diri

No. Nama Klien Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan


alat untuk tata cara akibat tidak
berhias berhias berhias

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.
Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien

2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal dan menjelaskan


BAB/BAK, melakukan BAB/BAK secara mandiri, klien mampu
membersihkan diri sendiri setelah BAB/BAK, klien mampu membersihkan
tempat BAB/BAK. Beri tanda ceklis, jika klien mampu dan tanda silang jika
klien tidak mampu.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi


psikologik yang dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara
kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan
pencapaian adaptasi optimal pasien. Dalam kegiatan aktivitas kelompok;
tujuan ditetapkan berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi
oleh sebagian besar peserta dan sedikit banyak dapat diatasi dengan
pendekatan terapi aktivitas kolektif.

Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan


aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting). Kurang perawatan
diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya. Sesi yang digunakan untuk terapi aktivitas
kelompok pada defisit perawatan diri yaitu sesi memperkenalkan diri, sesi
manfaat pentingnya perawatan diri, sesi tata cara makan dan minum, sesi
toileting dan sesi tata cara berhias.

DAFTAR PUSTAKA

DepKes (2000). Standar Pedoman Keperawatan Jiwa. Jakarta: DepKes

Nurhasanah. J. dkk, (2006). Ilmu Komunikasi dalam Konteks Keperawatan.


Jakarta: TBK

Tarwoto & Wartonah (2000). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC

Keliat, Budi Anna. Dkk, (2007). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta: EGC

Keliat, Akemat, (2004). Keperawatan Jiwa Teori Aktivitas Kelompok. Jakarta:


EGC

Anda mungkin juga menyukai