Anda di halaman 1dari 10

Dosen Pengajar: Asri Dwi Novianti.,S.kep.Ns.

,M,Kep
Tugas:

PENYAKIT RADANG PANGGUL


(PELVIC INFLAMMATORY DISEASE)

OLEH
KELOMPOK 11

1. IKA TASMAWATI : (P201901053)


2. HESTI : (P201901054)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan laporan tentang Kesehatan Reproduksi yang berjudul “Penyakit
Radang Panggul” (Pelvic Inflammatory Disease) dengan baik tanpa hambatan.

Dengan selesainya laporan ini disusun, kami mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada yang Terhormat Dosen Pembimbing kami serta kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini. walaupun laporan ini telah
selesai,namun karena keterbatasan kemampuan dan literatur yang kami miliki,sehingga
laporan ini jauh dari sempurna,sehingga besar harapan kami untuk menerima saran dan kritik
yang bersifat konstruktif.

Kami mengucapkan selamat membaca semoga laporan ini ada manfaatnya bagi
pembaca pada umumnya dan ilmu pengetahuan khususnya.

Terimakasih
BAB I

1. PENDAHULUAN
Seorang wanita kerap mengalami keluhan nyeri berkepanjangan pada daerah perut dan
panggulnya.Nyeri tersebut merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan pada wanita yang
bagian atas wanita yang sebagian besar akibat hubungan seksual. Biasanya disebabkan oleh
Neisseria gonore dan Klamidia trakomatis dapat pual oleh organisme lain yang menyebabkan
vaginosis bacteriaPenyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas.
Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba,
indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul.Penyakit radang
panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).Saat ini hampir
1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita
berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1
wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan
kesuburan), atau kehamilan abnormal.Terdapat peningkatan jumlah penyakit ini dalam 2-3
dekade terakhir berkaitan dengan beberapa faktor, termasuk diantaranya adalah peningkatan
jumlah PMS dan penggunaan kontrasepsi seperti spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi
setelah tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret, histeroskopi, dan pemasangan
IUD (spiral). 85% kasus terjadi secara spontan pada wanita usia reproduktif yang seksual
aktif.
2. TUJUAN
a. Untuk memperdalam pengetahuan tentang Penyakit Radang Panggul (PID)
b. Serta untuk mengkaji,mendiagnosa,mengevaluasi,serta mengimplementasi penyakit
radang panggul.
BAB II

A. Definisi Penyakit Radang Panggul (PELVIC INFLAMMATORY DISEASE)

Penyakit Radang Panggul atau Pelvic Inflammatory Disesase (selanjutnya dalam


tulisan ini akan disingkat menjadi PID) merupakan istilah yang merujuk pada suatu infeksi
pada uterus (rahim), tuba fallopii (suatu saluran yang membawa sel telur dari ovarium ke
uterus), dan organ reproduksi lainnya. Penyakit ini merupakan komplikasi yang umum terjadi
pada penyakit-penyakit menular seksual (Sexually Transmitted Disease/STDs), utamanya
yang disebabkan oleh chlamydia dan gonorrhea.PID dapat merusak tuba fallopii dan jaringan
yang dekat dengan uterus dan ovarium.

Berdasarkan data epidemiologis yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control
and Prevention (CDC) di Amerika Serikat (tahun 2008) disebutkan bahwa lebih dari 1 juta
wanita pernah mengalami episode PID akut dalam kehidupannya. Dan lebih dari 100.000
wanita menjadi infertil setiap tahunnya karena PID dan proporsi yang semakin besar dari
kejadian kehamilan ektopik setiap tahunnya terkait dengan dampak lanjutan dari PID yang
tidak tertangani dengan baik.

Setiap wanita sesungguhnya memiliki barrier fisiologis yang menyebabkan kuman-


kuman mengalami hambatan mekanik, biokemik, dan imunologis, baik itu pada vagina,
ostium uteri eksternum, kavum uterus, maupun pada lumen tuba uterina fallopii. Bentuk-
bentuk hambatan itu diantaranya adalah: epitel vagina wanita dewasa yang cukup tebal dan
terdiri atas glikogen, serta basil Doderlein yang memungkinkan pembuatan asidum laktikum
sehingga terdapat reaksi asam dalam vagina, yang selanjutnya memperkuat daya tahan
vagina. Walaupun dalam vagina terdapat banyak kuman lain, akan tetapi dalam keadaan
normal basil Doderlein lebih dominan.

Pada serviks uteri terdapat kelenjarkelenjar yang mengeluarkan lendir yang alkalis
serta mengental di bawah kanalis servikalis dan ini menyulitkan masuknya kuman ke
atas.Getaran rambut getar pada mukosa tuba fallopii menyebabkan arah pergerakannya
menuju uterus dan hal ini disokong oleh gerakan peristaltik tuba yang merupakan halangan
pada infeksi untuk terus meluas ke rongga peritonium. Barrier fisiologis ini akan terganggu
pada keadaan-keadaan perdarahan, abortus, dan instrumentasi kanalis servikalis.
B. PENYEBAB PID
Pelvic Inflammatory Disesase ini biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri yang juga
menyebabkan penyakit menular seksual lainnya. Diantaranya adalah: C.trachomatis, N
gonorrhoeae, Gardnerella vaginalis, Haemophilus influenzae, Escherichia coli (organisme
gram negatif yang enterik), Bacteroides fragilis, dan Mycoplasma genitalium. Sedangkan
penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah: aktinomikosis (infeksi jamur),
skistosomiasis (infeksi parasit), tuberkulosis, dan penyuntikan zat warna pada pemeriksaan
rontgen khusus. Pelvic Inflammatory Disesase terjadi jika mikroorganisme penyebab tersebut
bergerak naik dari vagina atau servik menuju organ reproduksi di atasnya.Dan kuman
terbanyak penyebab PID ini adalah gonorrhea dan chlamydia, yang juga penyebab penyakit
menular seksual terbanyak.

Wanita yang telah memulai aktivitas seksualnya pada usia remaja dan juga berganti-
ganti pasangan (di bawah usia 25 tahun) memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan wanita
berusia di atas 25 tahun untuk menderita PID. Hal ini dikarenakan serviks pada remaja
perempuan dan wanita muda belum sepenuhnya matur, sehingga meningkatkan suseptibilitas
terkena penyakit menular seksual yang berkaitan pula dengan PID tersebut.Faktor resiko
lainnya adalah berganti-ganti pasangan seksual, sering mencuci vagina dengan produk
pembersih padahal dapat merubah suasana vagina sehingga dapat memudahkan kuman untuk
menembus barier alamiah tersebut.

Wanita yang menggunakan IUD (intrauterine device) juga memiliki resiko untuk
menderita PID dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan, terutama dalam 4
bulan setelah pemasangan IUD.Hal ini disebabkan adanya penghubung yang memudahkan
kuman untuk masuk ke dalam uterus. Namun resiko ini dapat ditekan, jika sebelum
pemasangan telah dilakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan menderita penyakit menular
seksual sebelumnya.Di samping itu faktor resiko lainnya adalah pada saat menstruasi.Di
mana minggu pertama haid merupakan periode rawan untuk PID, karena jaringan nekrotik
merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan N. gonorrhoeae.Oleh karenanya,
penting diperhatikan oleh wanita yang sedang menstruasi untuk meningkatkan kebersihan
daerah sekitar kemaluannya.

C. FAKTOR RESIKO

Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk
mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk
berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan
wanita berumur.Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher
rahim). Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks
(seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis
sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri.

D. GEJALA KLINIS
Keluhan yang dirasakan pasien yang menderita PID biasanya beragam.Mulai dari
tidak ada keluhan sampai dengan keluhan yang sangat berat. Keluhan-keluhan tersebut dapat
berupa demam,keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi,dan bau yang
abnormal,timbul bercak-bercak kemerahan di celana dalam,nyeri senggama,nyeri saat buang
air kecil,menstruasi yang tidak teratur,kram perut saat menstruasi, terjadi perdarahan hebat
saat menstruasi,nyeri pada daerah perut bawah dan dapat memburuk jika disertai mual
muntah,serta kelelahan yang disertai dengan nafsu makan yang berkurang. Nyeri yang
mendadak pada perut bagian bawah dapat terjadi jika abses pecah, di mana daerah nyeri
tersebut mulai dari daerah sekitar abses yang pecah menjalar ke seluruh dinding perut yang
mengakibatkan peritonitis generalisata.Juga dapat ditemukan anemia pada abses pelvik yang
telah berlangsung beberapa minggu.

Pelvic Inflammatory Disesase sulit didiagnosis karena seringkali gejala yang


ditunjukkan tidak begitu kelihatan dan biasanya ringan.Banyak episode PID tidak terdeteksi
dengan baik karena seringkali wanita yang menderita ataupun dokter yang dikunjunginya
tidak begitu memikirkan PID oleh karena keluhan dan gejala yang tidak spesifik.Dalam
membantu diagnosis PID, dapat dikerjakan pemeriksaan darah untuk melihat kenaikan dari
sel darah putih (leukosit) yang menandakan terjadinya infeksi, serta peningkatan C-reactive
protein (CRP) dan laju endap darah (namun tidak spesifik). Kemudian kultur untuk GO dan
chlamydia digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Ultrasonografi atau USG dapat
digunakan baik USG abdomen (perut) atau USG vagina, untuk mengevaluasi saluran tuba
dan alat reproduksi lainnya. Biopsi endometrium dapat dipakai untuk melihat adanya infeksi

E. DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.Dilakukan
pemeriksaan panggul dan perabaan perut.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan cairan dari serviks
3. Kuldosintesis
4. Laparoskopi
5. USG panggul

F. PENGOBATAN
Pelvic Inflammatory Disesase dapat diobati dengan beberapa macam
antibiotika.Namun pemberian antibiotika ini tidak sepenuhnya mengembalikan kondisi
pasien apabila telah terjadi kerusakan pada organ reproduksi wanita ini. Jika seorang wanita
memiliki nyeri pelvis dan keluhan PID yang lain, sebaiknya segera berobat ke dokter.
Pemberian antibiotika yang tepat akan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut pada saluran
reproduksi wanita. Seorang wanita yang menunda pengobatan PID, akan lebih besar
kemungkinannya untuk menderita infertilitas atau dapat terjadi kehamilan ektopik oleh
karena kerusakan tuba fallopii.
Karena sulitnya untuk mengidentifikasi organisme yang menyerang organ reproduksi
internal dan juga kemungkinan lebih dari satu organisme sebagai penyebab PID, maka PID
biasanya diobati dengan sedikitnya dua macam antibiotika yang memiliki efektivitas yang
baik di dalam mematikan organisme penyebab tersebut.Antibiotika ini dapat diberikan secara
oral maupun secara injeksi. Antibiotika yang dapat digunakan antara lain: ofloxacin,
metronidazole, dan doxycycline. Di mana lamanya pengobatan biasanya ± 14
hari.Pengobatan yang tepat dan sesuai dapat mencegah komplikasi PID.Tanpa pengobatan
yang tepat PID dapat menyebabkan kerusakan permanen dari organ reproduksi
wanita.Organisme penyebab PID dapat menginvasi tuba fallopii dan menyebabkan
terbentuknya jaringan parut (scar tissue).

G. PENCEGAHAN
Wanita dapat melindungi diri mereka dari PID dengan mencegah terkena STDs atau
segera berobat ke dokter jika mereka menderita STDs. Cara terbaik untuk mencegah STDs
adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual berganti pasangan atau setia pada
pasangannya yang telah dikenalnya betul serta pernah menjalani skrining test STDs. Kondom
pria yang mengandung latex, yang digunakan dengan benar dan berkelanjutan, dapat
menurunkan resiko terinfeksi chlamydia dan gonorrhea. CDC merekomendasikan
pemeriksaan chlamydia kepada seluruh wanita berusia 25 tahun atau kurang yang telah aktif
secara seksual ataupun kepada wanita yang lebih tua dengan resiko menderita infeksi
chlamydia (mereka yang memiliki pasangan baru atau melakukan hubungan multipartner),
serta kepada seluruh wanita hamil.
Keluhan pada alat genital wanita, seperti adanya luka, keluar cairan dengan bau yang
abnormal, rasa nyeri ketika buang air kecil, ataupun perdarahan di luar siklus menstruasi bisa
jadi merupakan pertanda infeksi STDs. Jika wanita tersebut mengalami keluhan tersebut,
sebaiknya menghentikan hubungan seksualnya untuk sementara waktu dan segera
berkonsultasi dengan dokter. Mengobati STDs secara lebih dini dapat membantu mencegah
PID. Setiap wanita yang menderita STDs dan sedang menjalani pengobatan, sebaiknya
mengajak pasangannya ke dokter dan diperiksa terhadap kemungkinan untuk menderita
STDs. Hubungan seksual sebaiknya jangan dimulai hingga pasangannya telah diperiksa dan
telah menjalani pengobatan dengan tuntas apabila mereka memang menderita STDs.

H. TERAPI
Tujuan utama terapi penyakit ini adalah mencegah kerusakan saluran tuba yang dapat
mengakibatkan infertilitas (tidak subur) dan kehamilan ektopik, serta pencegahan dari infeksi
kronik Pengobatan dengan antibiotik, baik disuntik maupun diminum, sesuai dengan bakteri
penyebab adalah pilihan utama.Kontrol setelah pengobatan sebanyak 2-3 kali diperlukan
untuk melihat hasil dan perkembangan dari pengobatan.Pasangan seksual juga harus
diobati.Wanita dengan penyakit radang panggul mungkin memilikipasangan yang menderita
gonorea atau infeksi chlamydia yang dapat menyebabkan penyakit ini. Seseorang dapat
menderita penyakit menular seksual meskipun tidak memiliki gejala.Untukmengurangi risiko
terkena penyakit radang panggul kembali, maka pasangan seksual sebaiknya diperiksa dan
diobati apabila memiliki PMS.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.spesialis.info/?penyebab-penyakit-radang-panggul,546

http://dokterkade.wordpress.com/2010/03/25penyakit-radang-panggul/

Anda mungkin juga menyukai