Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

Kista Ovarium

Disusun oleh:
Fadjrin yahya 119810021

Pembimbing :
dr. NUNUNG NURBANIWATI, Sp.OG (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI


KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RSUD WALED KABUPATEN CIREBON
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan tugas
laporan kasus ini dengan judul “Kista Ovarium“. Tugas laporan kasus ini diajukan
untuk memenuhi tugas dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Waled Kabupaten Cirebon.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis banyak menemukan kesulitan.
Namun berkat dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya laporan
kasus ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada dr. NUNUNG NURBANIWATI, Sp.OG (K), selaku pembimbing. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini,
Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran yang
bersifat membangun dalam tema dan judul yang diangkat dalam laporan kasus ini.
Akhir kata semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pihak-pihak yang membutuhkan umumnya.

Cirebon, februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I LAPORAN KASUS..............................................................................1
1.1 Identitas Pasien..................................................................................1
1.2 Anamnesis.........................................................................................1
1.3 Pemeriksaan Fisik.............................................................................3
1.4 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................5
1.5 Resume Medis...................................................................................5
1.6 Diagnosis...........................................................................................6
1.7 Penatalaksanaan................................................................................6
1.8 Prognosis...........................................................................................6

BAB II TINJUAN PUSTAKA...........................................................................8


DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................22

ii
STATUS PASIEN
1. IDENTITAS
Nama : AN. T
Umur : 15 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : pelajar
Pendidikan Terakhir : SMP
Alamat : Waled, Cirebon
Tanggal masuk : 8 februari 2021
Jam Masuk : 10.20 WIB

2. ANAMNESIS
a. Keluhan utama :
Nyeri perut
b. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien mengeluhkan nyeri perut sejak 1 tahun yang lalu namun keluhan hilang
timbul, sejak 3 bulan terakhir perut semakin membesar disertai sering sembelit
dan sering kencing. Pasien mengaku haidnya tidak teratur, haid tiap 10 hari sekali
dengan durasi dua hari menstruasi dan 2-3 kali ganti softex.
c. Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat penyakit keganasan : Disangkal
- Riwayat penyakit jantung : Disangkal
- Riwayat DM : Disangkal
- Riwayat HT : Disangkal
- Riwayat Asma : Disangkal
- Riwayat Alergi : Disangkal
d. Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat memiliki keluhan serupa : Disangkal
- Riwayat keganasan : Disangkal
- Riwayat penyakit jantung : Disangkal
- Riwayat DM : Disangkal
- Riwayat HT : Disangkal
- Riwayat Asma : Disangkal

3
- Riwayat Alergi : Disangkal
- Riwayat kista ovarium : ada keluarga yang pernah mengalami.
e. Riwayat operasi
Pasien belum pernah melakukan operasi apapun
f. Riwayat menstruasi
- Menarche : 10 tahun
- Siklus haid : Tidak Teratur
- Panjang siklus : 10 hari
- Lama Haid : 2 hari
- Disminorhea : tidak
- Banyak : 2-3 pembalut

g. Riwayat obstetri
Pasien belum menikah
h. Riwayat ginekologi
Kista ovarium
i. Riwayat Pribadi dan Sosial
Pasien seorang pelajar, pasien tinggal bersama kedua orang tuanya. Aktivitas
pasien sehari-hari adalah belajar dan melakukan pekerjaan rumah. Pasien tidak
merokok, meminum-minuman beralkohol, ataupun meminum jamu.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. Vital sign :
i. Tekanan darah : 120/80 mmHg
ii. Nadi : 91 x/menit
iii. Respirasi : 20 x/menit
iv. Suhu : 36,3 °C
d. Berat badan : 42 kg
e. Tinggi badan : 150 cm
f. Status generalis :
- Kepala : Normocephal, rambut berwarna hitam dan tidak mudah
rontok.
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).

4
- Hidung : Deviasi (-), sekret (-), darah (-)
- Telinga : Darah (-), sekret (-)
- Mulut : Sianosis bibir (-), gusi berdarah (-), karies gigi (-)
- Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-),
peningkatan JVP (-)
- Thoraks
Inspeksi : Datar, simetris, retraksi ICS (-), otot bantu
pernapasan (-), ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Nyeri tekan (-), fremitus taktil (+)
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru, batas kanan
jantung di ICS II linea parasternalis dextra, batas pinggang
jantung di ICS III linea parasternalis sinistra, apeks jantung di
ICS IV linea axilaris anterior
Auskultasi :
Cor : bunyi jantung I-II regular, murmur(-), gallop (-)
Pulmo : VBS(+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Abdomen : cembung, striae (-), jejas (-), bising
usus (+), benjolan (+), konsistensi lunak, mobile, nyeri tekan
(+) pada perut bagian kanan bawah
- Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

g. Status ginekologi
- Abdomen :
 Inspeksi : cembung, striae (-) , jejas (-), tanda peradangan (-)
 Auskultasi : BU (+)
 Palpasi : benjolan (+), konsistensi lunak, mobile, nyeri tekan (+) pada
perut bagian bawah
 Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
- Pemeriksaan fisik dalam :
 Inspekulo : Tidak dilakukan
 VT : Tidak dilakukan

5
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. USG
USG

Kesan: Kista Ovarium ukuran 13,36x7,83.

Darah Rutin
Tanggal 9/12/21
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin 13,4 12,5-15.5 gr%
Hematokrit 41 36-48 %
Trombosit 328 150-400 Mm
Leukosit 8,2 4-10 Mm
MCV 84,5 82-98 Mikro m
MCH 27,5 >= 27 Pg
MCHC 32,7 32-36 g/dl
Eritrosit 4,85 3,8-5,4 Mm
Basofil 1 0-1 %
Eosinofil 3 2-4 %
Neutrofil batang 0 3-5 %
Neutrofil segmen 64 50-80 %
Limfosit 27 25-40 %
Monosit 5 2-8 %
Gol darah + Rh O (Positif)
37,19
Ca 125

6
5. RESUME
6. Pasien mengeluhkan nyeri perut sejak 1 tahun yang lalu namun keluhan hilang timbul,
sejak 3 bulan terakhir perut semakin membesar disertai sering sembelit dan sering
kencing. Pasien mengaku haidnya tidak teratur, haid tiap 10 hari sekali dengan durasi
dua hari menstruasi dan 2-3 kali ganti softex.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 91
x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,7 °C, berat badan 40 kg, tinggi badan 150 cm.
Status generalis dalam batas normal, status ginekologi abdomen, Inspeksi datar, striae
(-) , jejas (-), tanda peradangan (-), auskultasi BU (+), palpasi benjolan (+), nyeri
tekan (+) pada perut bawah, perkusi pekak pada seluruh lapang abdomen.
7. DIAGNOSIS
kista ovarium.
8. PENATALAKSANAAN
 Observasi KU dan TTV
 Cek Lab
 Analgetik (NSAID : Ketoprofen 100 mg per rektal) apabila terasa nyeri.
 Rujuk kepada spesialis obstetric dan gynekologi untuk dilakukan operasi.
9. PROGNOSIS
- Ad vitam : Dubia Ad Bonam
- Ad functionam : Dubia Ad Bonam
- Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam
10. Usulan pemeriksaan
- Darah lengkap
- USG
- C-125
- AFP

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kista Ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling
sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Kista ovarium adalah suatu
kantong berisi cairan seperti balon berisi air yang terdapat di ovarium. Sebagian besar
kista terbentuk akibat dari perubahan hormon pada siklus haid, produksi dan
pelepasan sel telur dari ovarium. Kista ovarium adalah tumor ovarium yang bersifat
neoplastik dan non neoplastik. Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil
maupun yang besar kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Pada
kehamilan, tumor ovarium yang paling sering dijumpai adalah kista dermoid, kista
coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan
kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala
kedalam panggul1

B. Epidemiologi
Angka kejadian penyakit kista ovarium menurut data hasil penelitian di
Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo terdata pada tahun 2008 terdapat 428
kasus penderita kista endometriosis, 20% diantaranya meninggal dunia dan 60%
diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah tangga, sedangkan pada tahun
2009 terdata 768 kasus penderita kasus endometriosis dan 25% diantaranya
meninggal dunia. 70% diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah tangga.3
Jumlah seluruh penderita kista ovarium di RSU Raden Mattaher Jambi pada tahun
2009-2010 sebanyak 47 orang, sedangkan jumlah seluruh penderita kista ovarium di
RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008-2009 sebanyak 47 orang. Wanita usia subur
yang menderita kista ovarium di RSU Dr. Pringadi Medan dari bulan Januari 2010
sampai dengan Oktober 2010 berjumlah 34 orang.4
C. Klasifikasi Kista Ovarium
1. Kista Fisiologis
Sesuai siklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya
berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran
dibawah 4 cm, dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan dalam
3 bulan akan hilang. Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena

8
tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati apakah
kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak. Kista yang bersifat fisiologis ini
dialami oleh orang di usia reproduksi karena masih mengalami menstruasi.
Biasanya kista fisiologis tidak menimbulkan nyeri pada saat haid. Beberapa jenis
kista fisiologis diantaranya adalah kista korpus luteal, kista folikular, kista teka-
lutein.2
2. Kista Patologis
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker
ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi.
Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa gejala
dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70%
pasien datang pada stadium lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai silent killer.
Angka kematian penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti.3

Pada kista patologis, pembesaran bisa terjadi relatif cepat, yang kadang tidak
disadari penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti
penyakit umumnya. Itu sebabnya diagnosa agak sulit dilakukan. Gejala gejala
seperti perut yang agak membuncit serta bagian bawah perut yang terasa tidak enak
biasanya baru dirasakan saat ukuranya sudah cukup besar. Jika sudah demikian
biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan melalui proses laparoskopi.3,4

Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang bersifat jinak
dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak menyebar.
Meski jinak kista ini dapat berubah menjadi ganas. Tetapi sampai saat ini, belum
diketahui dengan pasti penyebab perubahan sifat tersebut. Kista ganas yang mengarah
ke kanker biasanya bersekat sekat dan dinding sel tebal dan tidak teratur. Tidak
seperti kista fisiologis yang hanya berisi cairan, kista abnormal memperlihatkan
campuran cairan dan jaringan solid dan dapat bersifat ganas.
Pembagian kista ovarium dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan neoplastik
dan non neoplastik antara lain:
a. Non-neoplastik (fungsional)
1) Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel yang tidak mengalami ovulasi, namun
tumbuh terus dan menjadi kista folikel. Kista ini berdiameter 1-1 ½ cm

9
(sebesar jeruk nipis). Kista folikel berisi cairan yang jernih dan sering kali
mengandung estrogen. Oleh karena itu, kista ini dapat menyebabkan gangguan
haid. Kista jenis ini lama kelamaan akan mengecil dan dapat menghilang.5
2) Kista korpus luteum
Kista korpus luteum merupakan struktur jaringan berwarna kuning
yang dihasilkan folikel saat mengeluarkan ovum di ovarium. Korpus luteum
ini menghasilkan hormon yang memperlancar jalannya ovum dan sistem
reproduksi. Akan tetapi, sebagian wanita tidak dapat mengeluarkan ovum
yang sudah diberi asupan hormon sehingga korpus luteum mengalami
penyumbatan dan berkembang menjadi kista. Kista ini berukuran > 3 cm dan
berdiameter 4 cm tetapi bisa mencapai 10 cm. Kista ini menyebabkan
penderitanya mengalami pendarahan di luar siklus haid 10 dan nyeri pinggul.
Biasanya kista korpus luteum akan hilang dalam beberapa bulan dengan
berkonsultasi dengan dokter.5
3) Kista Teka Lutein
Kista teka lutein biasanya terjadi pada wanita yang mengalami
kehamilan ektopik dan akan hilang saat penderita telah melahirkan bayinya.
Kehamilan ektopik adalah keadaan tidak normal dari pembuahan sel telur
yang dibuahi di luar uterus. Biasanya dibuahi pada salah satu tuba falopi.
4) Kista Endometrium
Kista endometrium merupakan kista yang paling sering ditemukan
pada wanita muda dan tidak mempunyai banyak anak. Kista ini berupa
kistakista biru kecil dan kista besar yang berisi darah tua berwarna coklat.
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang
masih berfungsi terdapat di luar kavun uteri. Jaringan endometrium terdapat di
dalam miometrium atau pun di luar uterus.5
5) Kista Stein Leventhhal
Kista Stein Leventhal (Polycystic Ovary Syndrome) sering
menyebabkan ketidakteraturan menstruasi pada wanita usia reproduksi. Kadar
Luteinizing Hormone (LH) meninggi yang menyebabkan folikel terstimulasi
tanpa menghasilkan telur. Folikel tersebut mengalami lutenisasi yang
mengakibatkan produksi testosteron ovarium dan secara tidak langsung
mengubah kadar estrogen. Kista terbentuk di dalam ovarium karena ovarium
tidak dapat melepaskan sebuah telur pun dan kemudian terjadi hiperplasia sel

10
teka. Kista kecil-kecil yang banyak dapat dilihat di dalam ovarium pada pemeriksaan
ultrasonografi pelvis. Setiap kista berdiameter < 8mm dengan peningkatan
stroma sentral yang menyebabkan gangguan hormonal yang bertanggung
jawab sebagai penyebab kombinasi beberapa gejala berikut: anovulasi kronis,
kelebihan androgen yang menyebabkan penampilan hirsutisme, jerawat,
hiperinsulinemia, hiperestrogenemia, hiperprolaktinemia, peningkatan berat
badan, pembesaran ovarium, dan infertilitas. Penyakit ini dapat muncul saat
menarche, setelah terapi androgen, atau setelah mengalami stress pada jangka
waktu lama6

Gambar 2: Polycystic Ovary

b. Neoplastik
Yang termasuk golongan ini ada 3 jenis:
1) Kistoma ovarii musinosum
Kistoma ovarii musinosum atau kistadenoma musinosa adalah kista
yang bersifat multilokular, berlobus-lobus, dan memiliki permukaan halus.
Lesi bilateral jarang ditemukan. Lesi ini dapat menjadi sangat besar, kadang-
kadang mencapai berat >50kg. Secara mikroskopik, tampak kista berdinding
selapis atau dua lapis sel columnar. Sel epitel membengkak dan sitoplasma
berisi musin, sehingga mendorong inti sel ke basal. Bila sel pecah, musin
tercurah ke dalam lumen kista.7 Kista ovarium jenis ini di dalam banyak aspek
analog dengan tumor serosa dan perbedaannya bahwa epitel terdiri atas sel
penghasil musin yang serupa dengan yang ditemukan pada mukoendoserviks.
Delapan puluh persen tumor ini bersifat jinak, 10% memiliki potensi

11
keganasan yang rendah, sisanya ganas atau kistadenokarsinoma.

Gambar 3: Kista Ovarii Musinosum8


2) Kista Ovarii Serosum
Jenis ini lebih sering terjadi bila dibandingkan dengan musinosum,
tetapi ukurannya jarang sampai besar sekali. Dinding luarnya dapat
menyerupai kista musinosum. Pada umumnya kista ini berasal dari epitel
permukaan ovarium (germinal ephitelium). Isi kista cair, kuning, dan kadang
coklat karena bercampur darah. Kistoma ovarii serosum ini merupakan kista
unilokular atau multilokular dengan 10-20 % bersifat bilateral. Kistoma ovarii
serosum biasanya ditemukan pada usia antara 30 sampai 40 tahun. Sekitar
60% jinak, 15% dengan potensi keganasan rendah, dan 25% ganas.9

12
Gambar 4: Kista Ovarii Serosum8
3) Kista dermoid
Kista dermoid mewakili 25% dari semua neoplasma ovarium. Teratoma ini
bervariasi ukurannya mulai dari diameter beberapa milimeter hingga 25cm
dan bersifat bilateral pada 10-15% kasus. Strukturnya biasanya merupakan
struktur kistik kompleks dan mengandung unsur-unsur dari ketiga lapisan sel
germinal (endoderm, mesoderm, ektoderm). Sebanyak 1-2% akan mengalami
transformasi ke arah keganasan. Tumor mengandung elemen ektodermal,
mesodermal dan entodermal. Lumen dari kista dermoid ini mengandung
material sebasea dan rambut.7,10

Gambar 5: Kista Dermoid8

13
D. Faktor penyebab timbulnya kista ovarium
Penyebab timbulnya kista ovarium adalah terjadinya gangguan pembentukan
hormon pada hipotalamus, hipofisis, atau indung telur itu sendiri dan timbul dari
folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi, faktor penyebab timbulnya
kista ovarium yaitu11:
 Riwayat kista ovarium terdahulu.
 Siklus haid tidak teratur.
 Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda).
 Penderita hipotiroid.
 Penderita kanker payudara yang pernah menjalanii kemoterapi.

E. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan
kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang
abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal
melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu
terbentuk kista di dalam ovarium.
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter
lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista
ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,
korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikular dan luteal yang kadang-kadang
disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin,
termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi

14
gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Kista folikel dan
luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak pecah
atau folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian seringnya
adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium,
biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi
ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4-5 cm,
sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah pelvis.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg
menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas,
induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang
clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila
disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel
yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau
jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium.
Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini
adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri
dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan
germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang
berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan
mesodermal.

F. Manifestasi Klinis
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit
nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapun kista yang berkembang menjadi besar dan
menimbulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak biasa dilihat dari gejala-
gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti
endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker
ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan
ditubuh anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut yang
muncul bila anda mempunyai kista ovarium:
a. Perut terasa penuh, berat, kembung
b. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)

15
c. Haid tak teratur
d. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar kepanggul
bawah dan paha.
e. Nyeri senggama
f. Mual, ingin muntah, atau pergeseran payudara mirip seperti pada saat hamil.
Gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera :
a. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
b. Nyeri bersamaan dan demam
c. Rasa ingin muntah

G. Pemeriksaan Penunjang5
a. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal
dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.
b. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau
solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak.

c. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya,
pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan
foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon
disebut di atas.
d. CA-125

16
CA-125 yaitu memeriksa kadar protein di dalam darah yang disebut CA125.
Kadar CA-125 juga meningkat pada perempuan subur, meskipun tidak ada proses
keganasan. Tahap pemeriksaan CA-125 biasanya dilakukan pada perempuan
yang berisiko terjadi proses keganasan, kadar normal CA-125 (0-35 u/ml).

H. Diagnosis
Diagnosis tentang adanya kista di ovarium umumnya ditemukan setelah
melakukan pemeriksaan fisik (pemeriksaan ginekologis) serta pemeriksaan
ultrasonografi. Temuan mengenai adanya kista ovarium baik kista fisiologis maupun
patologis kadangkala merupakan temuan yang tidak disengaja ketika melakukan
pemeriksaan ginekologis atau pemeriksaan ultrasonografi. Adanya kista di ovarium
baik yang bersifat fisiologis maupun patologis pada umumnya tidak disadari oleh
seorang wanita, kecuali kista tersebut membesar, menekan organ lain atau melintir
(torsi), sehingga menimbulkan berbagai keluhan.

I. Penatalaksanaan
Menurut Wiknjosastro (2011), menyatakan bahwa dapat dipakai prinsip
bahwa kista ovarium neoplastik memerlukan operasi dan kista nonneoplastik tidak.
Jika menghadapi kista yang tidak memberi gejala atau keluhan pada penderita dan
yang besar kistanya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm,
kemungkinan besar kista tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum, jadi
merupakan kista nonneoplastik. Tidak jarang kista-kista tersebut mengalami
pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan
setelah beberapa minggu dapat ditemukan ovarium yang kira-kira besarnya normal.
Oleh sebab itu, dalam hal ini perlu menunggu selama 2 sampai 3 bulan, sementara
mengadakan pemeriksaan ginekologik berulang. Jika selama waktu observasi dilihat
peningkatan dalam pertumbuhan kista tersebut, maka dapat mengambil kesimpulan
bahwa kemungkinan besar kista itu bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan
satu pengobatan operatif.5
Tindakan operasi pada kista ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan kista dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung kista. Akan tetapi, jika kistanya besar atau ada komplikasi, perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba
(salpingo-ooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk

17
mengetahui apakah ditemukan pada satu atau pada dua ovarium.5
Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka, untuk
mengetahui apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada
waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh
seorang ahli patologi anatomik untuk mendapatkan kepastian apakah kista ganas atau
tidak. Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi dan salpingo-
ooforektomi bilateral. Akan tetapi, wanita muda yang masih ingin mendapat
keturunan dan tingkat keganasan kista yang rendah (misalnya kista sel granulosa),
dapat dipertanggung-jawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi
yang tidak seberapa radikal5.
Terapi bergantung pada ukuran dan konsistensi kista dan penampakannya
pada pemeriksaan ultrasonografi. Mungkin dapat diamati kista ovarium berdiameter
kurang dari 80 mm, dan skening diulang untuk melihat apakah kista membesar. Jika
diputuskan untuk dilakukan terapi, dapat dilakukan aspirasi kista atau kistektomi
ovarium. Kista yang terdapat pada wanita hamil, yang berukuran >80 mm dengan
dinding tebal atau semisolid memerlukan pembedahan, setelah kehamilan minggu ke
12. Kista yang dideteksi setelah kehamilan minggu ke 30 mungkin sulit dikeluarkan
lewat pembedahan dan dapat terjadi persalinan prematur. Keputusan untuk melakukan
operasi hanya dapat dibuat setelah mendapatkan pertimbangan yang cermat dengan
melibatkan pasien dan pasangannya. Jika kista menimbulkan obstruksi jalan lahir dan
tidak dapat digerakkan secara digital, harus dilakukan seksio sesaria dan kistektomi
ovarium.5

J. Komplikasi
Menurut Wiknjosastro (2011), komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium
yaitu:
1) Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-angsur menyebabkan
pembesaran kista dan menimbulkan gejala klinik yang minimal. Akan tetapi bila
perdarahan terjadi dalam jumlah banyak, akan terjadi distensi cepat dari kista
yang menimbulkan nyeri perut mendadak.
2) Putaran tungkai
Dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm. Putaran tangkai
menyebabkan gangguan sirkulasi, adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan

18
terhadap peritonium perietale dan ini menimbulkan rasa sakit. Karena vena lebih
mudah tertekan, terjadilah pembendungan darah dalam tumor dengan akibat
pembesaran tumor dan terjadi perdarahan didalamnya.
3) Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat kista ada kuman patogen, seperti appendisitis,atau
salpingitis.
4) Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh,
atau pukulan di perut. Bila terjadi robekan disertai hemoragi maka akan terjadi
perdarahan dan menimbulkan nyeri yang berlangsung terus-menerus.
5) Perubahan keganasan
Dapat terjadi pada beberapa kista seperti kistadenoma ovary serosum,
kistadenoma ovari musinosum. Oleh sebab itu, setelah diangkat perlu
pemeriksaan yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan.

K. Prognosis
Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di
jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Kematian disebabkan karena
karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali
dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir. Angka
harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%, bervariasi antara 86.9% untuk stadium
FIGO Ia dan 11.1% untuk stadium IV. Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan
hidup 82% sedangakan karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid
berkaitan dengan prognosis yang buruk. Sebagian besar tumor sel germinal yang
terdiagnosis pada stadium awal memiliki prognosis yang sangat baik. Disgerminoma
dengan stadium lanjut berkaitan dengan prognosis yang lebih baik dibandingkan
germinal sel tumor nondisgerminoma. Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi
keganasan yang rendah mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi tetap berhubungan
dengan angka kematian yang tinggi. Secara keseluruhan angka bertahan hidup selama
5 tahun adalah 86.2%.

19
20
DAFTAR PUSTAKA

1. Owen, E. (2005). Panduan kesehatan bagi wanita (Edisi 1). Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya.
2. Vorvick, Linda J. 2012. Ovarian Cysts. Available from:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/17108.htm [Accessed 26
Februari 2012]
3. Triyanto E, Handoyo. Peran suami terhadap istri yang menderita kista ovarium di
purwokerto. The Sudirman Journal of Nursing. 2009; 4(2):80-74.
4. Yunni S. Pengalaman wanita usia subur dengan kista ovarium [internet]. Medan:
USU; 2011 [diakses tanggal 29 Juli 2020]. Tersedia dari: http://repository.usu.ac.id
5. Winkjosastro H. dan Prawiroraharjo S., 2011. ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
6. Sinclair, Norman. 2010. Polycystic Ovary Syndrome. United States of America:
Cambridge.
7. Norwitz, Errol dan John Schorge. 2008. At a Glance: Obstetri & Ginekologi. Jakarta:
Erlangga.
8. Netter, Frank H. 2008. Netter’s Obstetry & Gynecology.United States Of America:
Saunders, an imprint of Elsevier Inc.
9. Kumar, Cotran, Robbins. 2013. Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC
10. Hoskins, William J. 2005. Principles and Practice of Gynecologic Oncology. United
States of America: Lippincott Williams & Wilkins.
11. Leli L. Tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang kista ovarium di desa Jabung
Sragen tahun 2013. Puwokerto: Stikes Kusuma Husada; 2013

21

Anda mungkin juga menyukai