Anda di halaman 1dari 35

KONSEP PATOFISIOLOGI PADA

PENYAKIT SISTEM MUSKULOSKELETAL

Ikit Netra Wirakhmi


PRODI S1 KEPERAWATAN
ALIH JENJANG

Pngwing.com
SETELAH MENGIKUTI PERKULIAHAN DIHARAPKAN
MAHASISWA DAPAT MENGETAHUI TENTANG :

1.Definisi luka bakar


2.Anatomi system integument
3.Patofisiologi
4.Klasifikasi luka bakar
5.Penatalaksanaan keperawatan
6.Komplikasi
1. DEFINISI LUKA BAKAR

• Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan


yang disebabkan kontak dengan sumber panas
seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke
tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh
benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik,
akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari
(sunburn) (Moenajat, 2001).
JENIS-JENIS LUKA BAKAR

• Luka bakar termal (panas) : luka ini disebabkan oleh kobaran


api, kontak dengan benda panas, uap yang mudah terbakar
yang membakar dan menyebabkan kilatan atau ledakan, uap
panas atau cairan panas.
• Luka bakar kimiawi : agen-agen kimiawi dapat menyebabkan
kerusakan dan kematian jaringan jika kontak dengan kulit.
 3 jenis agen kimiawi : asam, alkali dan senyawa2 organik.
• Luka bakar listrik : keparahan cedera akibat kontak dengan
aliran listrik bergantung pada jenis aliran listrik (searah(DC)
atau bolak-balik(AC)), voltase, area tubuh yang terpajan, dan
lamanya kontak.
2. ANATOMI SISTEM INTEGUMEN
Rambut
3. PATOFISIOLOGI
CEDERA LUKA BAKAR

• Cedera luka bakar umumnya terjadi akibat penghantaran energi


panas dari sumber panas ke tubuh manusia.
• Ada beberapa faktor yang menghambat penghantaran panas di
tubuh manusia:
 Konduktifitas dari jaringan yang terkena. Jaringan yang paling buruk
menghantarkan panas adalah tulang dan yang baik dalam
penghantaran panas adalah jaringan otot, pembuluh darah dan
persarafan.
 Keadekuatan dari sirkulasi perifer
 Ketebalan dari kulit, jenis atau ketebalan baju pelindung atau
kelembaban kulit
PATOFISIOLOGI (LANJUTAN….)

Reaksi fisiologis dari luka bakar sama dengan


reaksi inflamasi pada umumnya.
 Pada daerah kulit yang terkena, terjadi
pelebaran pembuluh darah,
mengakibatkan kulit memerah
 Trombosit dan leukosit menempel
pada dinding endotel pembuluh darah
sebagai bagian dari proses inflamasi
 Peningkatan permeabilitas kapiler pada
luka mengakibatkan luka menjadi
edema
PATOFISIOLOGI (LANJUTAN….)

Kedalaman luka bakar sangat dipengaruhi oleh suhu dari sumber


energi panas dan lama kontak dengan jaringan tubuh.

 Panas <44 ˚C tidak terdapat cedera pada kulit kecuali


kontak dengan sumber dalam waktu lama
 Panas 49 ˚C selama 5 menit dapat mengakibatkan luka
bakar sampai kulit pada lapisan dermis
 Panas 52 ˚C selama 2 menit atau 60 ˚C selama 6 detik
dapat mengakibatkan luka bakar sampai kulit pada lapisan
dermis
 Panas 70 ˚C selama 1 detik pada dewasa atau kurang dari
1 detik pada anak-anak atau Lansia dapat mengakibatkan
luka bakar sampai kulit pada lapisan dermis
PATOFISIOLOGI (LANJUTAN….)
CEDERA INHALASI

• Sering terjadi pada area saluran nafas bagian atas dalam


hitungan menit atau jam atau sampai saluran nafas bawah
yang dapat mengakibatkan ARDS (Acut Respiratory
Distress Syndrom). Umumnya ARDS terjadi setelah
cedera jalan nafasnya berlangsung lebih dari 4 jam.
• Dampak lain serius dari cedera inhalasi adalah keracunan
gas CO yang memiliki daya ikat dengan hemoglobin 200
kali lebih kuat dari oksigen. Hipoksia otak yang dapat
mengakibatkan kerusakan irreversible pada susunan saraf
pusat yang permanen.
PERPINDAHAN/KEHILANGAN CAIRAN

 Kulit sebagai bagian terluar dari tubuh


yang berfungsi untuk mengatur proses
penguapan, apabila terjadi kerusakan
akibat cedera luka bakar
mengakibatkan klien akan mengalami
kehilangan cairan.
 Cedera luka bakar mengakibatkan
peningkatan permeabilitas kapiler,
dimana cairan akan berpindah dari
vaskuler ke interstitiel. Dampak
lanjutnya terjadi kebocoran
plasma/protein yang terjadi 24 - 36
jam pertama pasca cedera luka bakar.
PERPINDAHAN/KEHILANGAN CAIRAN

 Permeabilitas kapiler kembali berangsur normal


setelah 48 jam, namun protein plasma akan kembali
ke vaskuler setelah 5 hari sampai 2 minggu.
 Pada klien dengan fungsi jantung & ginjal yang
baik, akan mengalami diuresis.
 Pada klien yang mengalami masalah jantung dan
ginjal, klien akan mengalami kelebihan cairan dan
edema pulmonal
 Sel darah merah akan hilang sebagian akibat
terjadinya trombosis dan kematian sel darah merah
akibat luka bakar.
 Aliran darah melambat seiring terjadinya
peningkatan nilai hematokrit, mengakibatkan perfusi
menurun, iskemi jaringan bahkan terjadi nekrosis
jaringan.
4. KLASIFIKASI LUKA BAKAR
Derajat Tanda & Proses
Gejala Penyembuhan
Derajat 1 Kulit Kurang lebih
memerah, terjadi dalam 5
sedikit edema, hari kulit
Nyeri terjadi epidermis akan
sampai mengelupas,
dengan 48 jam sembuh dengan
sendirinya. Kulit
terasa gatal dan
berwarna pink
terjadi dalam 1
minggu. Tidak
terbentuk
jaringan parut
4. KLASIFIKASI LUKA BAKAR

Derajat Tanda & Gejala Proses


Penyembuhan

Derajat 2 Kulit memerah, Membutuhkan


menggelembung, waktu
edema, elastis & beberapa
lembab. Klien minggu untuk
mengeluh nyeri sembuh. Akan
hebat. Helai terbentuk
rambut tidak jaringan parut
mudah untuk
dicabut
4. KLASIFIKASI LUKA BAKAR
Derajat Tanda & Gejala Proses
Penyembuhan
Derajat 3 Kulit yang rusak Jaringan
meliputi epidermis nekrotik harus
& dermis. Kulit tidak dibersihkan.
elastis. Kerusakan “Skin graft”
dapat terjadi dilakukan
sampai lapisan otot, terutama area
lemak bahkan luka >5cm.
tulang. Klien tidak Debridement
mengeluh nyeri mempercepat
proses
penyembuhan
dan tumbuhnya
kulit diarea
“skin graft”
• Rumus 9 atau rule of nine
untuk orang dewasa
 Luas kepala dan leher,
dada, punggung, pinggang
dan bokong, ekstremitas
atas kanan, ekstremitas
atas kiri, paha kanan,
paha kiri, tungkai dan
kaki kanan, serta tungkai
dan kaki kiri masing-
masing 9%.
 Daerah genitalia = 1%.
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Resiko tinggi kekurangan cairan b/d proses kehilangan/
perpindahan cairan
 Resiko tinggi infeksi b/d hilangnya integritas kulit
 Resiko gangguan pertukaran gas b/d cedera inhalasi
 Tidak efektifnya pola nafas b/d obstruksi jalan nafas,ARDS
 Penurunan curah jantung b/d kehilangan cairan dan shock
hipovolemik
 Nyeri b/d cedera pada saraf perifer di kulit
 Gangguan perfusi jaringan b/d terjadinya edema
 Resiko tinggi kelebihan cairan b/d proses resusitasi cairan
 Keterbatasan aktifitas b/d nyeri, edema, kontraktur pada sendi
 Harga diri rendah b/d dampak lanjut (efek kosmetik) dari luka
bakar
INTERVENSI KEPERAWATAN PADA RESIKO
KEKURANGAN CAIRAN
1. Hitung kebutuhan cairan pengganti menggunakan rumus perhitungan cairan
2. Berikan cairan sesuai dengan rumus yang digunakan
3. Monitor & hitung jumlah pemasukan & pengeluaran cairan setiap 30 menit
4. Setelah jumlah cairan yang ditentukan dari perhitungan rumus tersebut telah
selesai diberikan, berikan cairan lanjutan dengan mengurangi dosis pemberian
cairan secara bertahap, sesuai kebutuhan klien
5. Monitor & hitung jumlah pemasukan dan pengeluaran cairan klien setiap 3 jam
6. Ukur berat badan klien tiap hari
7. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium Na, K dan elektrolit penting lainnya.
8. Waspada terhadap tanda-tanda kelebihan cairan dan gagal jantung, terutama
saat pemberian resusitasi cairan.
9. Berikan diuretik apabila terdapat tanda-tanda kelebihan cairan
RUMUS RESUSITASI CAIRAN
• Baxter
 24 jam pertama
• RL: 4ml x kgBB x % LB
• Diberikan :
a. ½ nya diberikan
pada 8 jam
pertama
b. ¼ nya diberikan
pada 8 jam kedua
c. ¼ nya diberikan
pada 8 jam ketiga
 24 jam kedua
• Plasma: 0,3-0,5 ml x
kgBB x % LB
• Dextrose: +/- 2000cc
RUMUS RESUSITASI CAIRAN
• Brooke
 24 jam pertama
• Koloid (darah/plasma): 0,5 x kgBB x % LB
• RL: 1,5 x kgBB x % LB
• Dextrose: 2000 ml
• Diberikan:
a. ½ nya untuk 8 jam pertama
b. ¼ nya untuk 8 jam kedua
c. ¼ nya untuk 8 jam ketiga
 24 jam kedua
• Koloid & RL : ½ dari jumlah yang diberikan pada 24 jam
pertama
INTERVENSI KEPERAWATAN PADA RESIKO
INFEKSI

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah ke klien/pasien menggunakan cairan


disinfektan
2. Gunakan skort/gaun, masker, sarung tangan steril dan penutup kepala pada saat
setiap kali perawat melakukan perawatan ke pasien
3. Kaji kondisi luka saat perawatan luka, ada tidaknya tanda infeksi seperti
kemerahan, pembengkakan dan adanya pus
4. Bersihkan luka dengan cairan fisiologis steril, berikan salep antibiotik tipis dan
merata
5. Pastikan klien telah mendapatkan imunisasi tetanus
6. Ganti infus/kateter sesuai dengan standar pemasangan/ penggantian
infus/kateter
7. Berikan terapi antibiotik profilaksis iv/im/oral sesuai program
8. Kaji adanya tanda-tanda septikemia seperti penurunan kesadaran, peningkatan
frekuensi pernafasan, penurunan bising usus; tanda lanjut seperti peningkatan
denyut nadi, penurunan tekanan darah.
9. Berikan kebutuhan kebersihan diri klien seperti mandi, keramas, sikat gigi,
membersihkan area perineum setelah eliminasi dan mencukur rambut sekitar
area luka bakar
INTERVENSI KEPERAWATAN PD RESIKO GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
1. Berikan oksigen sesuai program, hati-hati untuk
memberikan oksigen pada klien yang menderita PPOK
2. Jika klien stabil lakukan pengambilan darah arteri untuk
pemeriksaan analisa gas darah (AGD)
3. Kaji tanda-tanda hipoksemia seperti gelisah, takikardi dan
takipnu
4. Kaji adanya tanda-tanda cedera jalan nafas seperti
rambut/bulu hidung yang keriting karena terbakar, bibir,
wajah ataupun leher yang terbakar, atau adanya suara
ngorok.
5. Kaji warna dan konsistensi dahak/sputum, jika berwarna
kehitaman (jelaga) segera kolaborasikan dengan dokter
untuk kemungkinan dilakukan intubasi
INTERVENSI KEPERAWATAN PD RESIKO
GANGGUAN PERTUKARAN GAS
1. Pastikan alat-alat intubasi siap untuk digunakan, dan
ventilator (ruang ICU) siap untuk menerima klien
2. Jika cedera inhalasi benar terjadi, jika cedera
sedang:
a. Berikan oksigen dengan pelembaban/humidifikasi
yang cukup
b. Anjurkan klien nafas dalam dan batuk efektif
c. Lakukan penghisapan lendir (suction) jika
diperlukan
3. Jika cedera inhalasi benar terjadi, jika cedera berat:
a. Monitor ketat tanda vital, hasil AGD dan urin
output
b. Berikan bronkhodilator sesuai program
c. Lakukan suction lebih sering
6. KOMPLIKASI

a. Syok hipovolemik/neurogenic
b. Distres pernafasan
c. Gangguan kardiovaskuler : gangguan irama (pada luka
bakar listrik) dan gagal jantung
d. Gagal ginjal akut
e. Compartmen syndrome (pada LB derajat III daerah
ekstremitas)
REFERENSI
 https://studylibid.com/doc/184802/1.-struktur-dan-fungsi-sistem-
integumen
 https://www.academia.edu/34835710/ANATOMI_FISIOLOGI_SISTEM
_INTEGUMEN
 https://www.academia.edu/28400202/luka_bakar
 https://www.nerslicious.com/luka-bakar-pengertian-patofisiologi-
klasifikasi-dan-cara-menghitung-luas-luka-bakar/
 https://slideplayer.info/slide/13952752/

Anda mungkin juga menyukai