Anda di halaman 1dari 16

Nama : Aldi Awaludin

NIM :192102032
Mata Kuliah : Akuntansi Sektor Publik
Program : D3 Akuntansi
Hari/tanggal : Rabu, 11 Nopember 2020
Dosen : Rasdianto, SE,MS,Ak,CA.

1 1. Akuntansi Sektor Publik tidak dapat dikatakan sebagai Akuntansi Pemerintahan,


namun Akuntansi Pemerintahan merupakan Akuntansi Sektor Publik. Jelaskan!
2. Jelaskan ruang lingkup Akuntansi Sektor Publik.
3. Jelaskan tentang hak keuangan negara dan daerah.
4. Jelaskan tentang Keuangan Negara yang dikelola langsung Pemerintah.
5. Sebutkan dan jelaskan satu set Laporan Keuangan pemerintahan. Semua entitas
pemerintahan wajib menyusun dan menyajikan semua komponen LK tersebut.
Jelaskan!
6. Kenapa Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan PSAP No. 2 (PP 71-2010) disusun
dan disajikan dengan basis kas.
7. Jelaskan perbedaan Belanja dengan Transfer yang terdapat dalam LRA.
8. Semua entitas pemerintahan wajib menyusun dan menyajikan LAK karena dia
termasuk bagian dari laporan finansial pemerintahan. Jelaskan !
9. Jelaskan perbandingan Akuntansi Sektor Publik dengan Akuntansi Sektor Privat.
10. Jelaskan apa yang menjadi kreteria suatu organisasi dikelompokkan sebagai sektor
privat dan sektor publik.

11. Jelaskan perbedaan Pertanggungjawaban Anggaran Daerah sebelum dan sesudah


tahun 2000.
12. Bagaimana reformasi akuntansi keuangan daerah yang terjadi pada tahun 2000
tentang:
a. Dasar Pencatatan
b. Sistem Pencatatan
c. Dokumen Pertanggungjawaban
d. Azas Anggaran
2
Catat penjurnalan transaksi berikut untuk LRA dan LO (pada SKPD dan SKPKD):

Pada tanggal 2 Januari diterbitkan Surat Ketetapan Restribusi PPK-SKPD DinKes sebesar
Rp. 150.000.000. Dari SPJ dan lampirannya diketahui bahwa selama bulan Januari 2012,
Dinas Kesehatan telah menerima pendapatan retribusi sebagai berikut:
10 Januari 2012 Dinas Kesehatan menerima retribusi pelayanan kesehatan sebesar Rp
7.500.000,-

11 Januari 2012 Bendahara Penerimaan Dinas Kesehatan menyetor uang retribusi


sebesar Rp 7.500.000,- tersebut ke Kas Daerah
19 Januari 2012 Bendahara Penerimaan menerima retribusi pelayanan kesehatan
sebesar Rp 2.000.000,-
20 Januari 2012 Bendahara Penerimaan Pembantu menyetor uang retribusi sebesar Rp
2.000.000,- tersebut ke Kas Daerah
28 Januari 2012 Diterima info dari BUD bahwa telah dilakukan pengembalian kelebihan
pembayaran uang pendaftaran Mahasiswa/i Akademi Keperawatan
untuk tahun 2011. Kelebihan ini disebabkan adanya kesalahan
perhitungan dalam sistem computer. Pembayaran kelebihan tersebut
sebesar 50 juta rupiah

3
Berikut adalah data yang diperoleh dari BUD Kota Penuh Kenangan untuk tahun 2014:
1. Tanggal 20 Nopember 2014 BUD menerima nota kredit dari Bank Daerah berupa
penambahan rekening kas daerah penerimaan kas yang berasal dari:
a. Pajak daerah, meliputi pajak hotel sebesar Rp.62.000.000,-dan pajak restoran
sebesar Rp.37.000.000,-;
b. Retribusi daerah, meliputi retribusi jasa umum sebesar Rp.201.000.000,-dan
retribusi perizinan tertentu sebesar Rp.15.000.000,-.
2. Tanggal 25 Nopember 2014, dibayarkan kelebihan pembayaran pajak hiburan sebesar
Rp.10.000.000,- berdasarkan SP2D No.257/PEMDAXYZ/II/2012 atas pembayaran pajak
hiburan pada tahun anggaran berjalan.
3. Pada Tanggal 26 Nopember 2014, Berdasarkan DIPA DAU Nomor 1000/DIPA-
DAU/2012 Pagu sebesar Rp.200 milyar, Pemerintah Daerah Kota X menerima SP2D dari
KPPN Z dan Nota Kredit dari Bank Daerah berupa Dana Alokasi Umum Bulan
Desember 2014 sebesar Rp.25.000.000.000,-dan Dana Alokasi Khusus Bulan
Desember 2014 sebesar Rp.5.500.000.000,-Berdasarkan DIPA DAK Nomor
1001/DIPA-DAK/2014Pagu sebesar Rp.60.000.000.000,-.
4. Pada Tanggal 28 Nopember 2014, BUD menerima SP2D dari KPPN Z dan nota kredit
dari Bank Daerah berupa penerimaan kas yang berasal dari:
a. Bagi Hasil Pajak sebesar Rp.27.500.000,-
b. Bagi Hasil Sumber Daya Alam sebesar Rp.75.000.000,-
5. Tanggal 30 Nopember 2014, dibayarkan kelebihan penerimaan pembiayaan dari
pinjaman daerah sebesar Rp. 1.500.000.000,- berdasarkan SP2D
No.300/PEMDAXYZ/II/2014 atas penerimaan pembiayaan dari pinjaman daerah pada
tahun anggaran berjalan.

Saudara diminta untuk mencatat transaksi tersebut!


Jawab:
1.
1. Akuntansi Sektor Publik adalah aktivitas untuk mengidentifikasi, mengukur,
mencatat, dan melaporkan suatu transaksi/ kejadian dari sebuah organisasi publik
sehingga informasi yang dihasilkan dapat digunakan pihak yang membutuhkan
untuk pengambilan keputusan. Akuntansi sektor publik merupakan penerapan dan
perlakuan akuntansi pada sektor publik, dimana wilayah sektor publik itu lebih
kompleks dari sektor swasta. Beberapa yang ada pada sektor publik dapat
dilakukan juga oleh sektor swasta (misalnya: layanan pendidikan untuk
masyarakat), tetapi dalam hal birokrasi pemerintahan hanya bisa dilakukan oleh
sektor publik. Dalam menjalankan pemerintahan, pemerintah pun memerlukan
akuntansi dalam pengelolaannya, salah satu tujuannya adalah agar dapat
menghasilkan informasi yang akan dibutuhkan. Akuntansi pemerintahan itu sendiri
merupakan akuntansi yang berkaitan dengan lembaga/badan pemerintah atau
lembaga/badan yang tidak berorientasi laba lainnya.

Akuntansi sektor publik terdiri dari akuntansi pemerintahan, akuntansi rumah sakit,
akuntansi lembaga pendidikan, dan akuntansi organisasi nirlaba lain yang didirikan
untuk kepentingan publik dan bukan semata-mata untuk mencari keuntungan. Jadi,
akuntansi pemerintah merupakan salah satu bentuk dari akuntansi sektor publik.
Kepentingan publik terkait dengan pemerintahan, walaupun lingkup sektor publik
termasuk organisasi non pemerintah. Akuntansi pemerintahan merupakan suatu
hal yang semakin dibutuhkan dalam era globalisasi seperti sekarang ini, karena
adanya tuntutan transparansi dari masyarakat.

2. ruang lingkup Akuntansi Sektor Publik adalah

Organisasi sektor publik saat ini tengah menghadapi tekanan untuk lebih efisien,
memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial, serta dampak negatif atas
aktivasi yang dilakukan. Berbagai tuntutan tersebut menyebabkan akuntasi dapat
dengan cepat diterima dan diakui sebagai ilmu yang dibutuhkan untuk mengelola
urusan-urusan publik. Akuntansi sektor publik pada awalnya merupakan aktivitas
yang terspesialisasi dari suatu profesi yang relatif kecil. Namun demikian, saat ini
akuntansi sektor publik sedang mengalami proses untuk menjadi disiplin ilmu yang
lebih dibutuhkan dan subtansial keberadaannya. Akuntansi sektor publik memiliki
kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi dibandingkan dengan
sektor swasta. Keluasan wilayah publik tidak hanya disebabkan luasnya jenis dan
bentuk organisasi yang berada di dalamnya, akan tetapi juga karena kompleksnya
lingkungan yang mempengaruhi lembaga-lembaga publik tersebut. Secara
kelembagaan, domain publik antara lain meliputi badan-badan pemerintah
(pemerintah pusat dan daerah serta unit kerja pemerintah), perusahaan miliki
negara (BUMN dan BUMD), yayasan, organisaasi politik dan organisasi massa,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), universitas, dan organisasi nirbala lainnya.
Jika dilihat dari variabel lingkungan, sektor publik dipengaruhi banyak faktor tidak
hanya faktor ekonomi semata, akan tetapi faktor politik sosial, budaya, dan historis
juga memilik pengaruh yang signifikan. Sektor publik tidak seragam dan sangat
heterogen. Istilah “sektor publik” sendiri memiliki pengertian yang bermacam-
macam. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik,
sehingga setiap disiplin ilmu (ekonomi, politik, hokum, sosial) memiliki cara
pandang dan definisi yang berbeda-beda. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor
publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan
dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka
memenuhi kebutuhan hak publik.

Beberapa tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan oleh
sektor swasta, misalnya tugas untuk mengahasilkan beberapa jenis pelayanan
publik, seperti layanan komunikasi, penarikan pajak, pendidikan, transportasi
publik, dan sebagainya. Akan tetapi, untuk tugas tertentu keberadaan sektor publik
tidak dapat digantikan oleh sektor swasta, misalnya fungsi birokrasi pemerintahan.
Sebagai konsekuesinya, akuntansi sektor publik dalam beberapa hal berbeda
dengan akuntasi pada sektor swasta.

3.Hak Keuangan negara dan daerah adalah

Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut. Hak-hak keuangan negara :

-hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;

-kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan


negara dan membayar tagihan pihak ketiga; Penerimaan Negara; Pengeluaran
Negara; Penerimaan Daerah; Pengeluaran Daerah;

-kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/
perusahaan daerah;

-kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka


penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;

-kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.

Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi


perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah. Frasa pengertian pengelolaan keuangan daerah di
dalam PP Nomor 58 Tahun 2005, dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
sebagaimana diubah dengan Permendagri Negeri Nomor 21 Tahun 2011 adalah
sama, namun ruang lingkupnya berbeda. Ruang lingkup pengelolaan keuangan
daerah menurut PP Nomor 58 Tahun 2005, meliputi: asas umum pengelolaan
keuangan daerah; pejabat-pejabat yang mengelola keuangan daerah; struktur
APBD; penyusunan RKPD, KUA, PPAS, dan RKA-SKPD; penyusunan dan
penetapan APBD; pelaksanaan dan perubahan APBD; penatausahaan keuangan
daerah; pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; pengendalian defisit dan
penggunaan surplus APBD; pengelolaan kas umum daerah; Pengelolaan piutang
daerah; Pengelolaan investasi daerah; Pengelolaan barang milik daerah;
Pengelolaan dana cadangan; Pengelolaan utang daerah; Pembinaan dan
pengawasan pengelolaan keuangan daerah; penyelesaian kerugian daerah;
pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah; pengaturan pengelolaan
keuangan daerah. Sedangkan ruang lingkup pengelolaan keuangan daerah
menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana diubah dengan
Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 meliputi: kekuasaan pengelolaan keuangan
daerah, azas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan
APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD,
pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan
daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,
pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah &
pengelolaan keuangan BLUD.

4.) Keuangan Negara yang dikelola langsung Pemerintah adalah Di lingkungan


pemerintahan di Indonesia, terdapat banyak satuan kegiatan yang berpotensi
untuk dikelola lebih efektif melalui pola Badan Layanan Umum. Di antara mereka
ada yang memperoleh imbalan dari masyarakat dalam proporsi signifikan
sehubungan dengan layanan yang diberikan, dan ada pula yang bergantung
sebagian besar pada dana yang disediakan oleh APBN/APBD. Kepada mereka,
terutama yang selama ini mendapatkan hasil pendapatan dari layanannya dalam
porsi signifikan, dapat diberikan keleluasaan dalam mengelola sumber daya untuk
meningkatkan pelayanan yang diberikan. Dengan pola pengelolaan keuangan
BLU, fleksibilitas diberikan dalam rangka pelaksanaan anggaran, termasuk
pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, dan pengadaan
barang/jasa. Kepada BLU juga diberikan kesempatan untuk mempekerjakan
tenaga profesional non PNS serta kesempatan pemberian imbalan jasa kepada
pegawai sesuai dengan kontribusinya. Tetapi sebagai pengimbang, BLU
dikendalikan secara ketat dalam perencanaan dan penganggarannya, serta dalam
pertanggungjawabannya, Dalam Peraturan Pemerintah ini, BLU wajib menghitung
harga pokok dari layanannya dengan kualitas dan kuantitas yang distandarkan
oleh menteri teknis pembina. Demikian pula dalam pertanggungjawabannya, BLU
harus mampu menghitung dan menyajikan anggaran yang digunakannya dalam
kaitannya dengan layanan yang telah direalisasikan. Oleh karena itu, BLU
berperan sebagai agen dari menteri/pimpinan lembaga induknya. Kedua belah
pihak menandatangani kontrak kinerja (a contractual performance agreement), di
mana menteri/pimpinan lembaga induk bertanggung jawab atas kebijakan layanan
yang hendak dihasilkan, dan BLU bertanggung jawab untuk menyajikan layanan
yang diminta.
5. satu set Laporan Keuangan pemerintahan. Semua entitas pemerintahan wajib
menyusun dan menyajikan semua komponen LK tersebut yaitu:

1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyediakan informasi mengenai anggaran


dan realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan
pembiayaan dari suatu entitas pelaporan. Informasi tersebut berguna bagi para
pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-
sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap
anggaran karena menyediakan informasi-informasi sebagai berikut: Informasi
mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi; Informasi
mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna dalam
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan
anggaran.

Penyusunan dan penyajian LRA didasarkan pada akuntansi anggaran, akuntansi


pendapatan-LRA, akuntansi belanja, akuntansi surplus/ defisit, akuntansi
pembiayaan dan akuntansi sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
(SiLPA/SiKPA), yang mana berdasar pada basis kas.

2. LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL) menyajikan pos-pos berikut,


yaitu: saldo anggaran lebih awal (saldo tahun sebelumnya), penggunaan saldo
anggaran lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SILPA/SIKPA) tahun
berjalan, koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, lain-lain dan Saldo
anggaran lebih akhir untuk periode berjalan. Pos-pos tersebut disajikan secara
komparatif dengan periode sebelumnya. LP-SAL dimaksudkan untuk memberikan
ringkasan atas pemanfaatan saldo anggaran dan pembiayaan pemerintah,
sehingga suatu entitas pelaporan harus menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-
unsur yang terdapat dalam LP-SAL dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Struktur LP-SAL baik pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota tidak memiliki perbedaan.

3. LAPORAN OPERASIONAL

Laporan Operasional (LO) menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan


operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO,
beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang
penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya. Pengguna laporan
membutuhkan Laporan Operasional dalam mengevaluasi pendapatan-LO dan
beban untuk menjalankan suatu unit atau seluruh entitas pemerintahan. Berkaitan
dengan kebutuhan pengguna tersebut, Laporan Operasional menyediakan
informasi sebagai berikut:
-Mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk
menjalankan pelayanan;

-Mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam


mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan kehematan
perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi;

-Yang berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan diterima untuk


mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang
dengan cara menyajikan laporan secara komparatif;

-Mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan peningkatan ekuitas


(bila surplus operasional).

Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi


berbasis akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan
yang dapat dipertanggungjawabkan.

4. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos Ekuitas awal


atau ekuitas tahun sebelumnya, Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan dan
koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain
berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan
akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya:

-Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode


sebelumnya;

-Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.

Di samping itu, suatu entitas pelaporan juga perlu menyajikan rincian lebih lanjut
dari unsur-unsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan Ekuitas yang dijelaskan
pada Catatan atas Laporan Keuangan.

Struktur Laporan Perubahan Ekuitas baik pada Pemerintah Pusat, Pemerintah


Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota tidak memiliki perbedaan.

5. NERACA

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset,


kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Dalam neraca, setiap entitas
mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan nonlancar serta
mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka
panjang. Apabila suatu entitas memiliki aset/barang yang akan digunakan dalam
menjalankan kegiatan pemerintahan, dengan adanya klasifikasi terpisah antara
aset lancar dan nonlancar dalam neraca maka akan memberikan informasi
mengenai aset/barang yang akan digunakan dalam periode akuntansi berikutnya
(aset lancar) dan yang akan digunakan untuk keperluan jangka panjang (aset
nonlancar). Konsekuensi dari penggunaan sistem berbasis akrual pada
penyusunan neraca menyebabkan setiap entitas pelaporan harus mengungkapkan
setiap pos aset dan kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan
akan diterima atau dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal
pelaporan dan jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam
waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan. Informasi tentang tanggal jatuh tempo aset
dan kewajiban keuangan bermanfaat untuk menilai likuiditas dan solvabilitas suatu
entitas pelaporan. Sedangkan informasi tentang tanggal penyelesaian aset
nonkeuangan dan kewajiban seperti persediaan dan cadangan juga bermanfaat
untuk mengetahui apakah aset diklasifikasikan sebagai aset lancar dan nonlancar
dan kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek dan jangka
panjang.

Neraca setidaknya menyajikan pos-pos berikut: (1) kas dan setara kas; (2)
investasi jangka pendek; (3) piutang pajak dan bukan pajak; (4) persediaan; (5)
investasi jangka panjang; (6) aset tetap; (7) kewajiban jangka pendek; (8)
kewajiban jangka panjang; dan (9) ekuitas

6. LAPORAN ARUS KAS

Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan menyajikan laporan keuangan
dengan basis akuntansi akrual wajib menyusun laporan arus kas untuk setiap
periode penyajian laporan keuangan sebagai salah satu komponen laporan
keuangan pokok. Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan
arus kas adalah unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum
atau unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara/daerah dan/atau
kuasa bendaharawan umum negara/daerah. Tujuan pelaporan arus kas adalah
memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara
kas selama suatu periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal
pelaporan. Kas adalah uang baik yang dipegang secara tunai oleh bendahara
maupun yang disimpan pada bank dalam bentuk tabungan/giro. Sedangkan setara
kas pemerintah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek atau
untuk tujuan lainnya. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi jangka
pendek harus segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang dapat diketahui
tanpa ada risiko perubahan nilai yang signifikan. Oleh karena itu, suatu investasi
disebut setara kas kalau investasi dimaksud mempunyai masa jatuh tempo 3 (tiga)
bulan atau kurang dari tanggal perolehannya. Informasi arus kas berguna sebagai
indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta berguna untuk menilai
kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya. Laporan arus
kas juga menjadi alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar
selama periode pelaporan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya,
laporan arus kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna
laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas suatu entitas
pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas)

Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Klasifikasi
arus kas menurut aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris
memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai
pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan setara kas pemerintah.
Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.

7. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Agar informasi dalam laporan keuangan pemerintah dapat dipahami dan


digunakan oleh pengguna dalam melakukan evaluasi dan menilai
pertanggungjawaban keuangan negara diperlukan Catatan Atas Laporan
Keuangan (CaLK). CaLK memberikan informasi kualitatif dan mengungkapkan
kebijakan serta menjelaskan kinerja pemerintah dalam tahapan pengelolaan
keuangan negara. Selain itu, dalam CaLK memberikan penjelasan atas segala
informasi yang ada dalam laporan keuangan lainnya dengan bahasa yang lebih
mudah dicerna oleh lebih banyak pengguna laporan keuangan pemerintah,
sehingga masyarakat dapat lebih berpartisipasi dalam menyikapi kondisi keunagan
neagra yang dilaporkan secara lebih pragmatis.

Secara umum, struktur CaLK mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

1. Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;

2. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;

3. Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut


kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;

4. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-


kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainnya;

5. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada laporan


keuangan lainnya, seperti pos-pos pada Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan
Neraca.

6. Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi


Pemerintahan yang belum disajikan dalam laporan keuangan lainnya;

6) Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan PSAP No. 2 (PP 71-2010) disusun


dan disajikan dengan basis kas karena memberikan informasi realisasi dan
anggaran entitas pelaporan. Perbandingan antara anggaran dan realisasinya
menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara
legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

7) Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara


Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah. Sedangkan Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh
suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana
perimbangan dan dana bagi hasil.

8) Karena Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (disingkat LKPP) adalah laporan


pertanggung-jawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
yang terdiri dari Laporan realisasi anggaran, Neraca, Laporan arus kas dan
Catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintah. LKPP Merupakan konsolidasi laporan keuangan Kementerian
Negara/Lembaga yang disusun dengan berdasarkan praktik terbaik internasional
(best practice) dalam pengelolaan keuangan Negara. LKPP diterbitkan setiap
tahun, dan pertama kali diterbitkan pada tahun 2004 sejak Indonesia merdeka
sebagai bentuk pertanggungjawaban keuangan pemerintah. LKPP disusun oleh
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, Direktorat Jenderal
Perbendaharaan, Kementerian Keuangan Indonesia.

9) perbandingan Akuntansi Sektor Publik dengan Akuntansi Sektor Privat adalah

Perbedaan Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Sektor Privat

Tujuan Organisasi Nonprofit motives Profit motives


Sumber Pendanaan Pajak, retribusi, utang, Pembiayaan internal : Modal
obligasi pemerintah, laba sendiri, laba ditahan,
BUMN/BUMD, penjualan penjualan aktiva
asset negara, dsb. Pembiayaan eksternal :
Utang bank, obligasi,
penerbitan saham.
Pertanggungjawaba Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban kepada
n kepada masyarakat (publik) pemegang saham dan
dan parlemen (DPR/DPRD). kreditor.
Struktur Organisasi Birokratis, kaku dan Fleksibel: datar, piramid,
hierarkis. lintas fungsional, dsb.
Karakteristik Terbuka untuk publik. Tertutup untuk publik.
Anggaran

Perbedaan nya terdapat pada tujuan, kondisi dan bebanyang ditanggung oleh
sector public sangat berbeda jauh dengan sektor privat.-Anggaran Biaya =
anggaran di sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas yangmemang
seharusnya dipublikasikan untuk melihat proses penentuan jumlah alokasidana,
sedangkan untuk sektor privat anggaran adalah sesuatu yang tidak
bolehdipublikasikan atau bersifat tertutup.Tujuan dari Akuntansi Sektor Publik dan
Sektor Privat =Pada sektor public tujuanutamanya bukan untuk mencari laba
melainkan memberikan pelayanan untukkesejahteraan masyarakat, berbanding
terbalik dengan sektor privat yang mencarilaba sebanyak-banyaknya.Sumber
pembiayaan atau pendanaan= Pada sektor public sumber pendanaan berasaldari
pajak dan restribusi, laba perusahaan milik Negara atau Daerah,
pinjamanpemerintah berupa utang luar negeri dengan obligasi pemerintah, dan
lain-lainpendapatan yang sah.

10) yang menjadi kreteria suatu organisasi dikelompokkan sebagai sektor privat
dan sektor public adalah

Adapun kriteria organisasi sektor privat antara lain :

A. Sektor privat lebih mendasarkan pada pilihan individu (individual choice)


dalampasar. Organisasi di sektor privat dituntut untuk dapat memenuhi selera dan
pilihanindividual untuk memenuhi keputusan tiap-tiap individu pelanggan.

B. Karakteristik sektor privat adalah dipengaruhi hukum permintaan dan


penawaran(supply and demand). Permintaan dan penawaran tersebut akan
berdampak pada hargasuatu produk barang atau jasa. Artinya pelayan di sektor
privat sangat bergantung dengan opini pasar dan mekanisme pasar.

C. Manajemen di sektor privat bersifat tertutup terhadap akses publik. mencari


kepuasan pelanggan (selera pasar), sedangkan sektor publik bertujuan untuk
menciptakan keadilan dan kesejahteraan sosial.

D. Sektor privat berorientasi pada keadilan pasar (equity of market). Keadilan


pasar berarti adanya kesempatan yang sama untuk masuk pasar. Sektor swasta
berkepentingan untuk menghilangkan hambatan dalam memasuki pasar (barrier to
entry).

Adapun kriteria organisasi sektor public antara lain :


A. Model manajemen pelayanan Sektor publik tidak mendasarkan pada pilihan
individual dalam pasar akan tetapi pilihan kolektif dalam pemerintahan. Organisasi
sektor publik mendasarkan pada tuntutan masyarakat yang sifatnya kolektif
(massa). Untuk memenuhi tuntutan individual tentu berbeda dengan pemenuhan
tuntutan kolektif. Oleh karena itu, manajemen pelayanan yang digunakan tentunya
juga berbeda.

B. Penggerak sektor publik adalah karena kebutuhan sumber daya. Adanya


kebutuhan masyarakat terhadap sumber daya, seperti air bersih, listrik, keamanan,
kesehatan, pendidikan, dan sebagainya menjadi alasan utama bagi sektor publik
untuk menyediakannya. Dalam hal penyediaan produk barang atau jasa pelayanan
publik tersebut, sektor publik tidak bisa sepenuhnya menggunakan prinsip
mekanisme pasar. Dalam sistem pasar, harga ditentukan sepenuhnya oleh
penawaran dan permintaan, namun di sektor publik harga pelayanan publik tidak
bisa ditentukan murni berdasarkan harga pasar.

C. Dalam organisasi sektor publik, informasi harus diberikan kepada publik seluas
mungkin untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik sehingga
pelayanan yang diberikan dapat diterima seluruh masyarakat secara menyeluruh.

D. orientasi sektor publik adalah menciptakan keadilan kebutuhan (equity of need).


Manajemen pelayanan sektor publik berkepentingan untuk menciptakan adanya
kesempatan yang sama bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
misalnya kebutuhan terhadap kesehatan, pendidikan, dan sarana-sarana umum
lainnya.

11) Perbedaan Pertanggungjawaban Anggaran Daerah sebelum dan sesudah


tahun 2000 adalah

Secara Khusus Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah menetapkan landasan yang
jelas dalam penataan pengelolaan dan pertanggungjawaban Keuangan Daerah,
antara lain memberikan keleluasaan dalam penetapan produk pengaturan sebagai
berikut:

a.Ketentuan tentang pokok-pokok pengelolaan Keuangan Daerah diatur dengan


Peraturan Daerah;

b.Sistem dan prosedur pengelolaan Keuangan Daerah diatur dengan Surat


Keputusan Kepala Daerah sesuai dengan Peraturan Daerah tersebut;

c.Kepala Daerah menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada DPRD


mengenai pengelolaan Keuangan Daerah dan kinerja Keuangan Daerah dari segi
efisiensi dan efektivitas keuangan;
d.Laporan pertanggungjawaban Keuangan Daerah tersebut merupakan dokumen
Daerah sehingga dapat diketahui oleh Keuangan;

Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan dan


pertanggung jawaban keuangan daerah yang kemudian direvisi menjadi Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah yang mengganti Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 29 Tahun 2002. Hal tersebut sesuai dengan yang diamanatkan dalam
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 yang kemudian telah diubah oleh
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor. 59 Tahun 2007 tentang Keuangan Negara
yang menetapkan penerapan anggaran berbasis kinerja pada APBD. Reformasi
keuangan daerah diwujudkan melalui kebijakan otonomi daerah dan perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang diatur dalam satu paket UndangUndang Otonomi
Daerah yang selanjutnya akan disingkat menjadi UU Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah dan UU 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Dengan berlakunya kedua UndangUndang
tersebut, maka diberikan kewenangan dan tanggungjawab yang lebih besar
kepada Pemerintah Daerah untuk mampu mewujudkan penyelenggaraan
pemerintah yang lebih efisien, efektif, demokratis dan mampu memberdayakan
segenap potensi daerah dan masyarakat untuk kesejahteraan dan kemajuan
daerah. Tuntutan ini secara implisit merupakan tantangan bagi pemerintah daerah
untuk menata kembali manajemen keuangannya secara lebih baik mulai dari
perumusan perencanaan sampai kepada tata kelola keuangan dan administratif.

12) Reformasi akuntansi keuangan daerah yang terjadi pada tahun 2000 tentang
dasar pencatatan, sistem pencatatan,dokumen pertanggungjawaban, asas
anggaran, yaitu:

 Sistem pencatatan Double entry, untuk dapat menyusun neraca


diperlukan adanya sistem pencatatan yang akurat
(approriate recording)

 Unified budget (anggaran terpadu), tidak mengenal lagi rutin dan


pembangunan (DIKDA dan DIPDA)

 Performance budget (berbasis kinerja), dan lebih output oriented

 Laporan yang dihasilkan berupa laporan perhitungan anggaran


dan nota perhitungan, neraca daerah dan laporan arus kas.

 Pengakuan belanja dan pendapatan daerah pada dasarnya sama yaitu


kas basis, tetapi untuk kepentingan penyusunan neraca digunakan
modified accrual basis. Artinya belanja modal atau investasi dicatat
sebagai aset di neraca daerah melalui jurnal korolari : Debet :
Aset TetapKredit : Ekuitas DanaSedangkan pengeluaran kasnya
dijurnal dalam laporan realisasi anggaran : Debet : Belanja
ModalKredit : Kas

Surplus/(defisit) anggaran, dengan struktur anggaran : Pendapatan Daerah:


xxx Belanja Daerah : xxxSurplus/(Defisit) : (xxx) Pembiayaan ;
xxx Pembiayaan digunakan untuk menutup defisit anggaran, seperti
sumber dana dari pinjaman dan penjualan aset daerah/kekayaan
daerah yg dipisahkan.

2) Jurnal transaksi LRA dan LO (Pada SKPD dan SKPKD)

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
2 Januari Tidak ada jurnal
2012
10 Kas di Bendahara Penerimaan Rp7.500.000
Januari Pendapatan Retribusi Rp7.500.000
2012 Kesehatan
11 RK PPKD Rp7.500.000
Januari Kas di Bendahara Rp7.500.000
2012 Penerimaan
19 Kas di Bendahara Penerimaan Rp2.000.000
Januari Pendapatan Retribusi Rp2.000.000
2012 Kesehatan
20 RK PPKD Rp2.000.000
Januari Kas di Bendahara Rp2.000.000
2012 Penerimaan
28 SKPD tidak melakukan pencatatan atau jurnal karena pengembalian
Januari kelebihan pendapatan tersebut bersifat tidak berulang dan
2012 merupakan pendapatan periode sebelumnya. Pencatatan hanya
dilakukan oleh akuntansi PPKD atau SKPKD.

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
2 Januari Tidak ada jurnal
2012
10 Estimasi Perubahan SAL Rp7.500.000
Januari Pendapatan LRA-Retribusi Rp7.500.000
2012 Kesehatan
11 Tidak ada Jurnal
Januari
2012
19 Estimasi Perubahan SAL Rp2.000.000
Januari Pendapatan LRA-Retribusi Rp2.000.000
2012 Kesehatan
20 Tidak ada Jurnal
Januari
2012
28 SKPD tidak melakukan pencatatan atau jurnal karena pengembalian
Januari kelebihan pendapatan tersebut bersifat tidak berulang dan
2012 merupakan pendapatan periode sebelumnya. Pencatatan hanya
dilakukan oleh akuntansi PPKD atau SKPKD.

3.

1.

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
20 Nov Kas di kas daerah Rp.
2014 Pendapatan pajak hotel – LO 315.000.000 Rp. 62.000.000
Pendapatan pajak restoran – Rp. 37.000.000
LO Rp.
Pendapatan retribusi jasa 201.000.000
umum -LO
Pendapatan retribusi perizinan Rp. 15.000.000
– LO
Laporan Realisasi Anggaran
Tanggal Uraian Debit Kredit
20 Nov Estimasi perubahan SAL Rp.
2014 Pendapatan pajak hotel – LRA 315.000.000 Rp. 62.000.000
Pendapatan pajak restoran – Rp. 37.000.000
LRA
Pendapatan retribusi jasa Rp.
umum -LRA 201.000.000
Pendapatan retribusi perizinan
– LRA Rp. 15.000.000
2.

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
25 Nov Pendapatan pajak hiburan – LO Rp. 10.000.000
2014 Kas di kas daerah Rp. 10.000.000
Laporan Realisasi Anggaran
Tanggal Uraian Debit Kredit
25 Nov Pendapatan pajak hiburan – Rp. 10.000.000
2014 LRA Rp. 10.000.000
Estimasi perubahan SAL
3.

26 Nov Tidak ada jurnal transaksi Akuntansi pendapatan – LO dilaksanakan


2014 berdasarkan asas bruto,yaitu dengan membukukan pendapatan bruto
dan tidak mencatat jumlah neto-nya (setelah dikompersasikan
dengan pengeluaran). Dan juga menurut Permendagri No.64 Tahun
2013,walaupun pemerintah pusat telah mengeluarkan penetapan
mengenai jumlah yang akan diterima oleh pemerintah daerah. Namun
pengakuan tersebut belum dapat dipastikan karena pengakuan
pendapatan – LO dapat diakui setelah pendapatan transfer dilakukan
bersamaan dengan diterimanya kas pada rekening umum daerah.
Tanggal Uraian Debit Kredit
26 Nov Tidak ada jurnal
2014

Anda mungkin juga menyukai