Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pelaksanaan pembelajaran di kelas membawa konsekuensi kepada seorang guru
untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya, sebab guru yang kompeten akan lebih
mampu mengelola kelas dan melaksanakan evaluasi bagi siswanya baik secara individu
maupun kelas.
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru adalah evaluasi
pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggungjawab guru dalam
pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran termasuk di dalamnya melaksanakan
penilaian proses dan hasil belajar. Kompetensi tersebut sejalan pula dengan instrumen
penilaian kemampuan guru, yang salah satu indikatornya adalah melakukan evaluasi
pembelajaran.1 Masih banyak lagi model yang menggambarkan kompetensi dasar yang
harus dikuasai guru. Hal ini menunjukkan bahwa pada semua model kompetensi dasar
guru selalu menggambarkan dan mensyaratkan adanya kemampuan guru dalam
mengevaluasi pembelajaran, sebab kemampuan guru dalam mengevaluasi pembelajaran
merupakan kompetensi dasar yang mutlak yang harus dimiliki setiap guru.
Evaluasi merupakan usaha untuk memperoleh informasi tentang perolehan belajar
siswa secara menyeluruh, baik pengetahuan, konsep, sikap, nilai maupun ketrampilan
proses. Hal ini dapat digunakan oleh guru sebagai balikan maupun keputusan yang sangat
diperlukan dalam menentukan strategi belajar mengajar. Untuk maksud tersebut guru
perlu mengadakan penilaian, baik terhadap proses maupun terhadap hasil belajar siswa.
Di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya mampeu mengajar
dengan baik tetapi jjga mampu melakukan evaluasi dengan baik. Kegiatan evaluasi
sebagai bagian dari program pembelajaran perlu lebih dioptimalkan. Evaluasi tidak hanya
bertumpu pada penilaian terhadap input, output maupun kualitas proses pembelajaran itu
sendiri.
Dalam bidang pendidikan ditinjau dari sasarannya, evaluasi ada yang bersifat
makro dan ada yang mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah program

1
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Rosda Karya, 2009), 1.

1
pendidikan, yaitu program yang direncanakan untuk memperbaiki bidang pendidikan.
Evaluasi mikro sering digunakan ditingkat kelas, khususnya untuk mengetahui
pencapaian belajar peserta didik. Pencapaian belajar ini bukan hanya yang bersifat
kognitif saja, tetapi juga mencakup semua potensi yang ada pada peserta didik.

B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian evaluasi pembelajaran?
2. Bagaimana kedudukan Evaluasi dalam pembelajaran?
3. Bagaimana tujuan dan fungsi evaluasi pembelajaran?
4. Bagaimana prinsip evaluasi pembelajaran?

C. Tujuan
1. untuk mengetahui pengertian evaluasi pembelajaran
2. untuk mengetahui kedudukan Evaluasi dalam pembelajaran
3. untuk mengetahui tujuan dan fungsi evaluasi pembelajaran
4. untuk mengetahui prinsip evaluasi pembelajaran

2
BAB II

A. Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Ada tiga istilah yang sering kita jumpai di dalam dunia pendidikan, terutama dalam
ranah evaluasi pembelajaran. Tiga istilah tersebut adalah Pengukuran, Penilaian, dan
Evaluasi. Istilah-istilah ini memiliki arti dan makna yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya namun ketiga istilah ini saling berhubungan sehingga sulit untuk di bedakan.

Pengukuran dalam bahasa Inggris dikenal dengan measurement dan dalam bahasa
Arabnya adalah muqayasah. Dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk
“mengukur” sesuatu. Mengukur sesuatu pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu
dengan atau atas dasar ukuran tertentu.2 Secara sederhana pengukuran dapat diartikan
sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu
gejala, peristiwa atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. 3 Misalnya
mengukur suhu tubuh dengan ukuran berupa thermometer, hasilnya 36 0 Celcius,dan
seterusnya. Contoh lainnya, dari 100 butir soal yang di ujikan, Ahmad menjawab dengan
benar sebanyak 80 soal. Dari contoh tersebut, dapat kita pahami bahwa pengukuran itu
bersifat kuantitatif.4

Dalam proses pembelajaran guru juga melakukan pengukuran terhadap proses dan
hasil belajar yang hasilnya berupa angka-angka yang mencerminkan capaian dan proses
hasil belajar tersebut. Proses tersebut bersifat kuantitatif dan belum dapat memberikan
makna apa-apa karena belum menyatakan tingkat kualitas dari apa yang diukur. Angka hasil
pengukuran baru mempunyai makna bila dibandingkan dengan kriteria atau patokan
tertentu.

“Penilaian” berarti menilai sesuatu. Depdikbud (1994) mengemukakan “penilaian


adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan
menyeluruh tentang proses dan hasil yanag telah dicapai siswa. menilai itu mengandung

2
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : Rajawali Pers, 2011), 4.
3
Hamzah B Uno & Satria Koni, Assessment Pembelajaran (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012), 2.
4
Ibid, Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, 4.

3
arti: mengambil Keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegangan
pada ukuran baik buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh, dan sebagai nya. Jadi penilaian
itu sifatnya adalah kualitatif.5 Dalam contoh di atas, seseorang yang suhu badannya 36 0
Celcius termasuk orang yang normal kesehatannya. Dari 100 butir soal, 80 butir dijawab
dengan benar oleh Ahmad, dengan demikian dapat ditentukan bahwa Ahmad termasuk anak
yang pandai.

Evaluasi berasal dari kata evaluation. Kata tersebut diserap ke dalam perbendaharaan
istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata aslinya dengan sedikit
penyesuaian lafal Indonesia menjadi evaluasi. Ada beberapa kamus yang dapat dijadikan
sumber acuan dalam mendefinisikan evaluasi. Salah satunya yang terdapat dalam kamus
Oxforrd Advanced Learner’s Dictionary of Current English, menerangkan bahwa evaluation
is to find out, decide the amount or value yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai
atau jumlah.6

Suchman memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah
dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung terciptanya tujuan7. Definisi
lain di kemukakan oleh Stufflebeam yang mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses
penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil
Keputusan dalam menentukan alternatif Keputusan. Senada dengan pendapat Mardapi,
evaluasi memiliki makna adanya pengumpulan informasi, penggambaran, pencarian, dan
penyajian informasi guna pengambilan keputusan tentang program yang dilaksanakan.8

Evaluasi adalah mencakup dua kegiatan yang telah di kemukakan, yaitu


“pengukuran” dan “penilaian”. Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu.
Untuk dapat menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai itu, dilakukanlah pengukuran
dan wujud dari pengukuran itu adalah pengujian atau bila dalam dunia pendidikan di sebut
dengan istilah tes.9

5
Ibid.
6
Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin A, Evaluasi Program Pendidikan (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008), 1.
7
Ibid.
8
Ismanto, ”EvaluasiHasil Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI)”, Edukasia, Vol. 9, No. 2, Agustus 2014, 216.
9
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : Rajawali Pers, 2011), 5.

4
Guba dan Lincoln, mendefinisikan evaluasi sebagai “a process for describing an
evaluand and judging its merit and worth” yakni suatu proses untuk menggambarkan
evaluan (orang yang dievaluasi) dan menimbang makna dan nilainya. Sax juga berpendapat
“evaluation is a process through which a value judgment ordecision is made from a variety
of observations and from the background and training of the evaluator” yakni evaluasi
adalah suatu proses dimana pertimbangan atau keputusan suatu nilai dibuat dari berbagai
pengamatan, latar belakang serta pelatihan dari evaluator.10 Dari rumusan tentang evaluasi
ini, dapat kita peroleh gambaran bahwa evaluasi adalah suatu proses sistematis dan
berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) daripada sesuatu, berdasarkan
pertimbangan dan kriteriatertentu untuk membuat suatu keputusan.

Berdasarkan pengertian evaluasi, ada beberapa hal yang perlu dipahami lebih lanjut,
yaitu:

1. Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk)


Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah kualitas daripada sesuatu, baik yang
menyangkut tentang nilai maupun arti. Sedangkan kegiatan untuk sampai kepada
pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi. Jika anda ingin melakukan kajian tentang
evaluasi, maka yang anda lakukan adalah mempelajari bagaimana proses pemberian
pertimbangan mengenai kualitas dari pada sesuatu. Gambaran kualitas yang dimaksud
merupakan konsekuensi logis dari proses evaluasi yang dilakukan. Proses tersebut tentu
dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan, dalam arti terencana, sesuai dengan
prosedur dan aturan serta terus menerus.
2. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas daripada sesuatu, terutama yang
berkenaan dengan nilai dan arti.
3. Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (judgement)
4. Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan kriteria tertentu.

Ada beberapa istilah yang sering disalahgunakan dalam praktik evaluasi, yaitu tes,
pengukuran, penilaian dan evaluasi. S. Hamid hasan menjelaskan “tes adalah alat
pengumpulan data yang diancang secara khusus
10
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Rosda Karya, 2009), 5.

5
B. Kedudukan Evaluasi Dalam Pembelajaran

Kata dasar pembelajaran adalah belajar. Dalam arti sempit pembelajaran dapat
diartikan sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan
kegiatan belajar mengajar. Sedangkan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
karena interaksi individu dengan lingkungan dan pengalaman. Perubahan tingkah laku
tersebut bukan karena pengaruh obat obatan atau zat kimia lainnya dan cenderung
bersifat permanen. Istilah pembelajaran (instruction) berbeda dengan istilah pengajaran
(teaching). Kata pengajaran lebih bersifat formal dan hanya ada di dalam konteks guru
dengan peserta didik di kelas, sedangkan kata pembelajaran tidak hanya ada dalam
konteks guru dengan peserta didik di kelas formal tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan
belajar peserta didik di luar kelas yang mungkin saja tidak dihadiri guru secara fisik.11

Kata pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan belajar peserta didik secara
sungguh-sungguh yang melibatkan aspek intelektual, emosional dan sosial, sedangkan
kata pengajaran lebih cenderung pada kegiatan guru mengajar di kelas. Dengan demikian
kata pembelajaran ruang lingkupnya lebih luas dari pada kata pengajaran. Dalam arti luas
pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis yang bersifat interaktif
dan komunikatif antara guru dan peserta didik, sumber belajar dengan lingkungan untuk
menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik,
baik dikelas maupun diluar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak untuk menguasai
kompetensi yang telah ditentukan.

Implikasi pembelajaran bagi seorang guru adalah:12

1. Pembelajaran adalah suatu program. Ciri suatu programm adalah sistematik ,sistemik
dan terencana. Sistematik artinya keteraturan. Yakni dapat membuat program
pembelajaran dengan urutan langkah-langkah tertentu, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan sampai evaluasi. Setiap langkah harus bersyarat, dimana langkah
pertama merupakan syarat untuk masuk langkah kedua dan seterusnya. Sistemik

11
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: RosdaKarya, 2009), 10.
12
Ibid., 11.

6
menunjukkan adanya suatu sistem, yakni memahami pembelajaran sebagai suatu
sistem yang terdapat berbagai komponen, antara lain tujuan, materi, metode, media,
sumber belajar, evaluasi, peserta didik, lingkungan dan guru yang saling berhubungan
dan ketergantungan satu sama lain serta berlangsung secara terencana. Dan dapat
membuat rencana program pembelajaran dengan baik, artinya disusun melalui proses
pemikiran yang matang. Hal ini penting,karena perencanaan program merupakan
pedoman bagi guru dalam melaksanakannya pada situasi nyata.
2. Setelah pembelajaran berproses, tentu perlu mengetahui keefektifan dan efisiensi
semua komponen yang ada dalam proses pembelajaran. Untuk itu, harus melakukan
evaluasi pembelajaran. Begitu juga ketika peserta didik selesai mengikuti proses
pembelajaran, tentu mereka ingin mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai. Untuk
itu, guru harus melakukan penilaian hasil belajar. Dalam pembelajaran terdapat proses
sebab akibat. Guru yang mengajar merupakan penyebab utama atas terjadinya
tindakan belajar peserta didik, meskipun tidak setiap tindakan peserta didik
merupakan akibat guru mengajar. Oleh karena itu, guru sebagai “figur sentral”, harus
mampu menetapkan strategi pembelajaran yang tepat, sehingga dapat mendorong
tindakan belajar peserta didik yang aktif, efektif, produktif, efisien dan
menyenangkan.
3. Pembelajaran bersifat interaktif dan komunikatif. Interaktif artinya kegiatan
pembelajaran merupakan kegiatan yang bersifat multi arah dan saling
memepengaruhi, artinya guru harus berinteraksi dengan semua komponen
pembelajaran. Sedangkan komunikatif dimaksudkan bahwa sifat komunikasi antara
peserta didik dengan guru atau sebaliknya, sesama peserta didik dan sesama guru
harus saling dapat memberi dan menerima serta memahami. Guru dengan peserta
didik harus dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar, dalam arti menggunakan
kosa kata yang sederhana, kalimat yang jelas dan efektif, intonasi yang baik, irama
dan tempo bicara yang enak di dengar. Guru juga harus menggunakan bahasa yang
runtut atraktif, mudah dipahami dan dapat mengundang antusisme peserta didik untuk
menyimak materi pelajaran.
4. Dalam proses pembelajaran guru harus dapat menciptakan kondisi kondisi yang
memungkinkan terjadinya kegiatan belajar peserta didik. Kondisi kondisi yang

7
dimaksud antara lain; memberi tugas, melakukan diskusi, tanya jawab, mendorong
siswa untuk berani mengemukakan pendapat, termasuk melakukan evaluasi.
5. Proses pembelajarann dimaksudkan agar guru dapat mencapai tujuan pembelajaran
dan peserta didik dapat menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Tujuan atau
kompetensi tersebut biasanya sudah dirancang dalam perencanaan pembelajaran yang
berbentuk tujuan pembelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator.
Untuk mengetahui hinggamana peserta didik mencapai tujuan pembelajaran atau
menguasai kompetensi tertentu, maka guru harus melakukan evaluasi.

Sebagaimana telah dikemukakan diatas, bahwa pembelajaran sebagai suatu sistem


memiliki berbagai komponen yang saling berinteraksi dan berinterelasi. Salah satu
komponen pembelajaran adalah evaluasi. Begitu juga dalam prosedur pembelajaran
dimana salah satu langkah yang harus ditempuh guru adalah evaluasi. Dengan demikian
dilihat dari berbagai konteks pembelajaran, evaluasi mempunyai kedudukan yang sangat
penting dan strategis karena evaluasi merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari
pembelajaran itu sendiri.

C. Tujuan Evaluasi Pembelajaran


Dalam setiap kegiatan evaluasi, langkah pertama yang harus diperhatikan adalah
tujuan evaluasi. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan
efesiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, media,
sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri.
Secara umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua, yaitu :13
1. Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan bukti mengenai
taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik, setelah
mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah
dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.

13
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, 16.

8
Menurut Buchori dalam pendidikan orang mengadakan evaluasi memenuhi dua
tujuan, yaitu :14
1. Untuk mengetahui kemajuan anak atau murid setelah murid tersebut menyadari
pendidikan selama jangka waktu tertentu.
2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi metode-metode pendidikan yang dipergunakan
selama jangka waktu tertentu.
Dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa tujuan evaluasi adalah untuk
mengetahui kemajuan hasil belajar anak dan efektivitas serta efisiensi metode-metode
yang telah di gunakan selama proses belajar mengajar selama jangka waktu tertentu.
Menurut Chittenden (1994) tujuan evaluasi adalah:15
1. Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk itu, guru
harus mengumpulkan data dan informasi dalam kurun waktu tertentu melalui berbagai
jenis dan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian belajar
peserta didik.
2. Checking up, yaitu mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam proses
pembelajaran dan kekurangan kekurangan peserta didik selama mengikuti proses
pembelajaran. Dengan kata lain, guru perlu melakukan penilaian untuk mengetahui
bagian mana dari materi yang sudah dikuasai peserta didik dan bagian mana dari
materi yang belum dikuasai.
3. Finding out, yaitu mencari, menemukan dan mendeteksi kekurangan kesalahan atau
kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga guru dapat cepat
mencari solusi.
4. Summing up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil penyimpulan ini dapat digunakan guru untuk
menyusun laporan kemajuan belajar ke berbagai pihak yang berkepentingan.

D. Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Ibid, Hamzah B Uno & Satria Koni, Assessment Pembelajaran, 12.


14

Zainal Arifin, Evaluasi, 23.


15

9
fungsi dari evaluasi, ada beberapa pendapat dari para ahli. Menurut Anas Sudijono
mengemukakan bahwa secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses
memiliki tiga macam fungsi, mengukur kemajuan, menunjang penyusunan rencana,
memperbaiki atau melalukan penyempurnaan kembali.
Adapun secara khusus, fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat dilihat dari tiga
segi, yaitu :16
1. Segi psikologi. Dapat di soroti dari dua sisi, yaitu peserta didik dan pendidik.
Bagi peserta didik, evaluasi pembelajaran secara psikologi akan memberikan pedoman
atau pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kapasitas dan status dirinya masing-
masing di tengah-tengah kelompok atau kelasnya.
Bagi pendidik, evaluasi pembelajaran akan memberikan kepastian atau ketetapan hati
kepada diri pendidik tersebut, sudah sejauh manakah kiranya usaha yang telah
dilakukannya selama ini telah membawakan hasil.
2. Segi didaktik.
Bagi peserta didik, secara didaktik evaluasi pembelajaran akan dapat memberikan
dorongan (motivasi) kepada mereka untuk dapat memperbaiki, meningkatkan dan
mempertahankan prestasinya.
Bagi pendidik, secara didaktik evaluasi pembelajaran setidak-tidaknya memiliki lima
macam fungsi :
a. Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh
peserta didiknya.
b. Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing
peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.
c. Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status
peserta didik.
d. Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik
yang memang memerlukannya.
e. Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah
ditentukan telah dapat dicapai.

16
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, 10-14.

10
3. Segi administratif. Setidak-tidaknya fungsi evaluasi pembelajaran memiliki tiga fungsi,
yaitu : memberikan laporan, memberikan bahan-bahan keterangan,dan memberikan
gambaran.
Selain itu, menurut Thoha, fungsi evaluasi pembelajaran bila dilihat dari kepentingan
masing-masing pihak mempunyai lima fungsi, yaitu :
1. Bagi guru. Fungsi evaluasi bagi pendidik atau guru antara lain : mengetahui kemajuan
belajar peserta didik, mengetahui kedudukan masing-masing individu peserta didik dalam
kelompoknya, mengetahui kelemahan-kelemahan cara belajar - mengajar dalam KBM,
memperbaiki proses belajar – mengajar, menentukan kelulusan murid.
2. Bagi peserta didik. Fungsi evaluasi bagi murid atau peserta didik antara lain : mengetahui
kemampuan dan hasil belajar, memperbaiki cara belajar, menumbuhkan motivasi dalam
belajar.
3. Bagi sekolah. Fungsi evaluasi bagi sekolah antara lain : mengukur mutu hasil pendidikan,
mengetahui kemajuan dan kemunduran sekolah, membuat Keputusan kepada peserta
didik, mengadakan perbaikan kurikulum.
4. Bagi orang tua. Fungsi evaluasi bagi orang tua antara lain : mengetahui hasil belajar
anaknya, meningkatkan pengawasan dan bimbingan serta bantuan dalam usaha belajar
anaknya, mengarahkan pemilihan jurusan.
5. Bagi masyarakat. Fungsi evaluasi bagi masyarakat antara lain : mengetahui kemajuan
sekolah, ikut mengadakan kritik dan saran perbaikan bagi kurikulum pendidikan pada
sekolah tersebut, lebih meningkatkan partisipasi masyarakat dalam usahanya membantu
lembaga pendidikan.

Evaluasi merupakan proses yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan formal.
Bagi guru evaluasi dapat menentukan efektivitas kinerjanya selama ini; sedangkan bagi
pengembang kurikulum, evaluasi dapat memberikan informasi untuk perbaikan kurikulum
yang sedang berjalan. Menurut Wina Sanjaya beberapa fungsi evaluasi adalah sebagai
berikut:17

1. Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi siswa. Melalui evaluasi
siswa akan mendapatkan informasi tentang efektivitas pembelajaran yang dilakukannya.

17
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Penada Media Grup, 2008), 339.

11
Dari hasil evaluasi siswa akan dapat menentukan harus bagaimana proses pembelajaran
yang perlu dilakukannya.
2. Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana ketercapaian siswa
dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan. Siswa akan tahu bagian mana yang perlu
dipelajari lagi dan bagian mana yang tidak perlu.
3. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum.
Informasi ini sangat dibutuhkan baik untuk guru maupun untuk para pengembang
kurikulum khususnya untuk program kurikulum.
4. Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan oleh siswa secara individual dalam
mengambil keputusan, khususnya untuk menentukan masa depan sehubungan dengan
pemilihan bidang pekerjaan serta pengembangan karir.
5. Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam menentukan
kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai misalnya, apakah tujuan itu perlu diubah atau
ditambah
6. Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik untuk semua pihak yang berkepentingan dengan
pendidikan di sekolah, misalnya untuk orang tua, untuk guru dan pengembang kurikulum,
untuk perguruan tinggi, pemakai lulusan, untuk orang yang mengambil kebijakan
pendidikan termasuk juga untuk masyarakat. Melalui evaluasi dapat dijadikan bahan
informasi tentang efektivitas program sekolah.

E. Prinsip Evaluasi Pembelajaran

Menurut Zainal Arifin, untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, guru
harus memperhatikan prinsip-prinsip umum evaluasi sebagai berikut:18

1. Kontinuitas
Prinsip kontinuitas (kesinambungan) dimaksudkan disini bahwa evaluasi hasil
belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan
sambung menyambung dari waktu ke waktu.19 Evaluasi tidak boleh dilakukan secara
insidental, karena pembelajaran itu sendiri adalah suatu proses yang kontinyu. Oleh
18
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: RosdaKarya, 2009), 30.
19
Anas Sudijono, 32.

12
sebab itu, guru harus melakukan evaluasi secara kontinyu. Hasil evaluasi yang
diperoleh pada suatu waktu harus senantiasa dihubungkan dengan hasil hasil pada
waktu sebelumnya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas dan berarti tentang
perkembangan peserta didik. Perkembangan belajar peserta didik tidak dapat dilihat
dari dimensi produk saja, tetapi juga dimensi proses bahkan dari dimensi input.
2. Komprehensif
Prinsip komprehensif dimaksudkan disini bahwa evaluasi hasil belajar dapat
dikatakan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh atau
menyeluuh. Harus senantiasa diingat bahwa evaluais hasil belajar tidak boleh
dilakukan secara terpisah-pisah melainkan harus dilaksanakan secara menyeluruh.
Dengan kata lain, evaluasi harus mecakup berbagai aspek yang dapat
menggambarkan perkembangan dan perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri
peserta didik sebagai makhluk hidup dan bukan benda mati. 20 Dalam melakukan
evaluasi terhadap suatu objek, guru harus mengambil seluruh objek itu sebagai bahan
evaluasi. Misalnya jika objek evaluasi itu adalah peserta didik, maka seluruh aspek
kepribadian peserta didik, maka seluruh aspek kepribadian peserta didik itu harus
dievaluasi baik yang menyangkut kognitif, afektiv maupun psikomotor. Begitu juga
dengan objek-objek evaluasi yang lain.
3. Adil dan objektif
Dalam melaksanakan evaluasi. Guru harus berlaku adil tanpa pilih kasih.
Semua peserta didik harus diperlakukan sama tanpa pandang bulu. Guru juga
hendaknya bertindak secara objektif, apa adanya sesuai dengan kemampuan peserta
didik. Prinsip obyektif mengandung makna, bahwa evaluasi hasil belajar dapat
dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila terlepas dari faktor faktor yang
sifatnya subyektif.21 Sikap like and dislike, perasaan, keinginan, dan prasangka yang
bersifat negatif harus dijauhkan. Evaluasi harus didasarkan atas kenyataan data dan
fakta yang sebenarnya bukan hasil manipulasi atau rekayasa.
4. Kooperatif
Dalam kegitan evaluasi guru hendaknya bekerjasama dengan semua pihak,
seperti orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, termasuk dengan peserta
20
Anas Sudijono, 31
21
Anas Sudijono, 33.

13
didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar semua pihak merasa puas dengan hasil
evaluasi dan pihak pihak tersebut merasa dihargai
5. Praktis
Praktis mengandung arti mudah digunakan, baik bagi guru sendiri yang
menyusunalat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut.
Untuk itu, guru harus memperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan soal.

Dalam konteks hasil belajar, Depdiknas mengemukakan prinsip-prinsip umum


penilaian adalah mengukur hasil hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan
sesuai dengan kompetensi serta tujuan pembelajaran; mengukur sampel tingkah laku
yang representatif dari hasil belajar yang diinginkan; direncanakan sedemikian rupa agar
hasilnya sesuai dengan yang digunakan secara khusu; dibuat dengan reliabilitas yang
sebesar-besarnya dan harus ditafsirkan secara hati hati; dan dipakai untuk memperbaiki
proses dan hasil belajar.

Dalam penilaian hasil belajar, guru harus memperhatikan pula hal hal sebagai berikut:22

1. Penilaian hendaknya dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus
dinilai, materi yang akan dinilai, alat penilaian dan interpretasi hasil penilaian.
2. Penilaian harus menjadi bagian integral dalam proses pembelajaran
3. Untuk memperoleh hasil yang objektif penilaian harus menggunakan berbagai alat
(instrumen), baik yang berbentuk tes maupun non tes
4. Pemilihan alat penilaian harus sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan
5. Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan kreatifitas peserta didik,
seperti: tes tulis esai, tes kinerja, hasil karya peserta didik, proyek dan portofolio.
6. Objek penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai
7. Penilian harus mengacu kepada prinsip deferensiasi, yaitu memberikan peluang kepada
peserta didik untuk menunjukkan apa yang diketahui, apa yyang dipahami dan apa yang
dapat dilakukan
8. Penilaian tidak bersifat diskriminatif. Artinya Guru harus bersikap adil dan jujur kepada
semua peserta didik serta bertanggung jawab kepada semua pihak.
9. Penilaian harus diikuti dengan tindak lanjut
22
Zainal Arifin, Evaluasi, 32.

14
10. Penelitian harus berorientasi kepada kecakapan hidup dan bersifat mendidik

15
BAB III

PENUTUP

Evaluasi adalah suatu proses sistemmatis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas
(nilai dan arti) daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteriatertentu untuk membuat
suatu keputusan.

Pembelajaran sebagai suatu sistem memiliki berbagai komponen yang saling berinteraksi
dan berinterelasi. Salah satu komponen pembelajaran adalah evaluasi. Begitu juga dalam
prosedur pembelajaran dimana salah satu langkah yang harus ditempuh guru adalah evaluasi.
Dengan demikian dilihat dari berbagai konteks pembelajaran, evaluasi mempunyai kedudukan
yang sangat penting dan strategis karena evaluasi merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan
dari pembelajaran itu sendiri.

Secara umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua, yaitu :

1. Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan bukti mengenai taraf
perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik, setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah
dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.

Evaluasi merupakan proses yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan formal.
Bagi guru evaluasi dapat menentukan efektivitas kinerjanya selama ini; sedangkan bagi
pengembang kurikulum, evaluasi dapat memberikan informasi untuk perbaikan kurikulum yang
sedang berjalan.

Menurut Zainal Arifin, untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, guru harus
memperhatikan prinsip-prinsip umum evaluasi sebagai berikut:

1. Kontinuitas
2. Komprehensif
3. Adil dan objektif

16
4. Kooperatif
5. Praktis

Dalam konteks hasil belajar, Depdiknas mengemukakan prinsip-prinsip umum penilaian


adalah mengukur hasil hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan sesuai dengan
kompetensi serta tujuan pembelajaran; mengukur sampel tingkah laku yang representatif dari
hasil belajar yang diinginkan; direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya sesuai dengan yang
digunakan secara khusu; dibuat dengan reliabilitas yang sebesar-besarnya dan harus ditafsirkan
secara hati hati; dan dipakai untuk memperbaiki proses dan hasil belajar.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: RosdaKarya, 2009

Arikunto, Suharsimi, & Cepi Safruddin A, Evaluasi Program Pendidikan,Jakarta : PT Bumi


Aksara, 2008

Ismanto, ”EvaluasiHasil Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI)”, Edukasia, Vol. 9, No. 2,
Agustus 2014

Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta: Penada Media Grup, 2008

Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Rajawali Pers, 2011

Uno, Hamzah B,& Satria Koni, Assessment Pembelajaran, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012

18

Anda mungkin juga menyukai