Anda di halaman 1dari 96

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BERDASARKAN PSAK NOMOR 102

(STUDI KASUS BTPN SYARIAH)

SKRIPSI

Oleh :

Noviyanti Wulandari

151103050309

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

2020

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BERDASARKAN PSAK NOMOR 102

(STUDI KASUS BTPN SYARIAH)

i
ii

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ibn Khaldun Bogor

Oleh :

Noviyanti Wulandari

151103050309

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

2020
ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian penerapan


pembiayaan murabahah pada BTPN Syariah dengan PSAK 102. Penelitian ini
termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunanakan
metode analisis komparatif serta pemilihan objek dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria BUS yang menerapkan
akad pembiayaan murabahah Teknik pengumpulan data- data penelitian ini adalah
dengan dokumentasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan akuntansi syariah berdasarkan PSAK 102 pada pembiayaan murabahah
di BTPN Syariah belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK 102, karena BTPN
Syariah tidak menerapkan aturan yang sesuai dengan PSAK 102 yang menyatakan
bahwa denda bagi nasabah yang terlambat membayar diterima dan diakui sebagai
dana kebajikan. BTPN Syariah tidak mengenakan denda dalam bentuk apapun
berdasarkan keputusan Dewan Pengawas BTPN Syariah. BTPN Syariah juga tidak
memberikan potongan pelunasaan ataupun potongan angsuran saat nasabah
mampu melunasi lebih cepat dan pembayaran tepat waktu.

Kata Kunci : Analisis Perlakuan Akuntansi, Pembiayaan Murabahah, PSAK 102

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the suitability of the application of


murabaha financing in BTPN Syariah with PSAK 102. This research is included in
the type of qualitative descriptive research by using comparative analysis methods
and object selection in this study using purposive sampling techniques with BUS
criteria that apply murabahah financing agreements. Data collection techniques for
this research are documentation and interviews. The of research shows that the
application of sharia accounting based on PSAK 102 in murabaha financing in
BTPN Syariah is not fully in accordance with PSAK 102, because BTPN Syariah
does not apply the rules in accordance with PSAK 102 which states that fines for
customers who are late paying received and recognized as a benevolent fund. BTPN
Syariah does not impose any form of fines based on the decision of the Shariah
BTPN Supervisory Board. BTPN Syariah also does not provide any deductions or
installments when customers are able to pay more quickly and make payments on
time.

Key Word : Analysis Of Accounting Treatment, Murabahah Financing, PSAK 102

i
ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Noviyanti Wulandari

NPM : 151103050309

Program Studi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Judul : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Murabahah

Berdasarkan PSAK Nomor 102

Studi Kasus BTPN Syariah

Bogor, Maret 2020

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Hj. Indupurnahayu, Ak., M.M., CA   Hurriyaturrohman, S.E., M.M.


LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Noviyanti Wulandari

NPM : 151103050309

Program Studi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Judul : Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Murabahah

Berdasarkan PSAK Nomor 102

Studi Kasus BTPN Syariah

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Hj. Indupurnahayu, Ak., M.M., CA   Hurriyaturrohman, S.E., M.M.

Mengesahkan

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ketua Prodi Akuntansi

Hj. Titing Suhartini, S.E.,M.M H.M. Imam Sundarta, S.E.,Ak,M.Si, CPA

iii
iv

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang,

Syukur Alhamdullilah atas kehadiran Allah S.W.T yang telah melimpahkan

rahmat dan ridho-Nya berupa ilmu pengetahuan, kesehatan, dan kenikmatan

yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BERDASARKAN PSAK NOMOR 102 (Studi Kasus Pada BTPN Syariah)”

Skripsi ini ditulis merupakan bagian dan persyaratan untuk menyelesaikan

studi pendidikan program strata satu (S1) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Ibn Khaldun Bogor. Namun penulis menyadari bahwa masih

banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, baik dalam penyusunan kata-

kata atau penyajiannya. Banyak pihak yang telah membantu serta memberikan

dorongan didalamnya. Maka dari itu, pada kesempatan yang berbahagia ini

perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Ibu Hj. Titing suharti, S.E., M.M., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Ibn Khaldun

2. Bapak H. M Imam Sundarta, S.E., Ak., M.Si., CA., CPAI selaku Ketua

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ibn

Khaldun Bogor
3. Ibu Hurriyaturrohman, S.E., M.M. selaku Sekretaris Program Studi

Akuntansi dan Dosen Pembimbing Teknis Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Ibn Khaldun Bogor

4. Dosen pembimbing utama ibu Dr. Hj. Indupurnahayu, Ak., M.M., CA

yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan

pengarahan, pemikiran dan semangat kepada penulis di tengah kepadatan

beliau, semoga Allah SWT mempermudah setiap gerak perjuangan beliau dan

senantiasa melimpahkan kebaikan.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah mengorbankan

segala tenaga dan pelajaran kepada penulis selama proses perkuliahan.

6. Seluruh staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ibn Khaldun Bogor

yang selalu memberikan informasi akurat selama perkuliahan.

7. Mbak Irmayanti, Mba yuni, Mba yuyun, Mba Rahmawati selaku Bussines

Manager BTPN Syariah yang selalu memberikan izin untuk mengikuti

perkuliahan selepas bekerja.

8. Team MMS Cibungbulang yang selalu memberikan dukungan tak henti.

9. Team MMS Ciampea yang selalu memberikan dukungan tak henti.

10. Team MMS Leuwisadang yang selalu memberikan dukungan tak henti.

11. Seluruh teman-teman seperjuangan yang telah ikut membantu.

Dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan Syukur

Alhamdullilah kepada semua pihak yang telah mendukung semoga Allah

senaniasa membalas lebih dari apa yang telah diberikan. Aamiin Ya Robbal

a’Lamiin.

v
vi

Daftar Isi

ABSTRAK.......................................................................................................i

HALAMAN JUDUL.......................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING............................iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................iv

KATA PENGANTAR....................................................................................v

DAFTRA ISI...................................................................................................vi

DAFTRA TABEL...........................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1 Latar Belakang Penelitian.......................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah................................................................................8

1.3 Rumusan Masalah...................................................................................8

1.4 Tujuan Penelitian.....................................................................................8

1.5 Kegunaan Penelitian................................................................................8

A. Kegunaan Akademis.........................................................................9

B. Kegunaan Praktis..............................................................................9

1.6 Penelitian Terdahulu...............................................................................10


1.7 Kerangka Pemikiran................................................................................12

1.8 Metode Penelitian....................................................................................13

A. Desain Penelitian................................................................................13

B. Definisi Operasional variable............................................................14

C. Sampel..................................................................................................15

D. Sumber Data........................................................................................16

E. Cara pengumpulan Data.....................................................................16

F. Metode Analisis Data.........................................................................17

1.9 Waktu dan Lokasi Penelitian..................................................................17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akuntansi Syariah...................................................................................19

2.2 Bank Syariah...........................................................................................25

2.3 Pembiayaan..............................................................................................29

2.4 Murabahah...............................................................................................31

2.5 Prinsip Wakalah......................................................................................40

2.6 Pengakuan dan Pengukuran, Penyajian dan Pengungkapan..............43

BAB III TINJAUAN UMUM OBJEK PERUSAHAAN

3.1 Sejarah dan Kegiatan Perusahaan.........................................................47

3.2 Produk BTPN Syariah............................................................................48

3.3 Visi dan Misi BTPN Syariah.................................................................48

3.4 Struktur Organisasi.................................................................................50

vii
viii

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

4.1 Pembahasan

A. Mekanisme Pembiayaan Murabahah..............................................51

B. Akad Pembiayaan Murabahah........................................................52

C. Perlakuan Akuntansi BTPN Syariah..............................................53

4.2 Hasil Penelitian

A. Pembahasan mengenai kesesuaian pengakuan Akuntansi pada

Murabahah.........................................................................................58

B. Pembahasan Mengenai Kesesuaian Pengukuran Murabahah......59

C. Pembahasan Mengenai Kesesuaian Penyajian Akuntansi

Pembiayaan Murabahah...................................................................61

D. Pembahasan Kesesuaian Pengungkapan Akuntansi Pembiayaan

Murabahah.........................................................................................61

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan.............................................................................................68

5.2 Saran........................................................................................................69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BIOGRAFI PENULIS

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN/ TIDAK PLAGIAT


Daftar Tabel

Tabel 1.1 Total Pembiayaan Oleh Otoritas Jasa Keuangan.....................3


Tabel 1.2 Hasil Penelitian Terdahulu.........................................................10
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional...................26
Tabel 2.2 Pengakuan dan Pengukuran, Penyajian dan Pengungkapan
Murabahah....................................................................................43
Tabel 4.1 Rincian Pembiayaan BTPN Syariah..........................................54
Tabel 4.2 Jadwal Angsuran BTPN Syariah................................................56
Tabel 4.3 Laporan Posisi Keuangan BTPN Syariah.................................57
Tabel 4.4 Laporan Laba Rugi BTPN Syariah............................................58
Tabel 4.5 Pembahasan Perlakuan Akuntansi Terhadap Pembiayaan
Murabahah....................................................................................62

ix
x

Daftar Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran..................................................................12

Gambar 2.1 Alur Pembiayaan Murabahah dengan Pesanan......................35

Gambar 2.2 Alur Pembiayaan Murabahah Tanpa Pesanan........................36

Gambar 3.1 Struktur Organisasi BTPN Syariah.........................................51


Daftar Lampiran

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara

Lampiran 2 : Hasil Wawancara 1

Lampiran 3 : Hasil Wawancara 2

Lampiran 3 : Rincian Angsuran BTPN Syariah

Lampiran 4 : Surat keterangan melakukan peneltian

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pada saat ini pembangunan pada sektor keuangan di Indonesia

khususnya pada bidang perbankan mempunyai peran yang sangat

penting dalam menggerakan roda perekonomian masyarakat, salah

satunya yang menjadi penunjang perekonomian di Indonesia yaitu

usaha-usaha mikro.

Namun keberadaan usaha-usaha mikro di Indonesia masih belum

berkembang dengan baik salah satunya adalah minimnya modal yang

dimiliki pengusaha mikro, selain itu kurangnya perhatian pemerintah

dalam menangani masalah ini. Dalam masalah ini dunia perbankan

berperan penting dalam membantu mengembangkan usaha-usaha

mikro karena bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa

disebut financial intermediary artinya lembaga bank adalah lembaga

yang aktivitasnya berkaitan dengan masalah uang dan usaha bank akan

selalu terkait dengan komoditas antara lain memindahkan uang,

menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening Koran,

membeli dan menjual surat-surat berharga, memberi jaminan bank.

Bagi pelaku usaha maupun bukan tidak lepas dari kebutuhan jasa

bank, baik Bank Konvensional ataupun Bank Syariah. Dilihat dari

jumlah penduduk Indonesia dimana mayoritas penduduknya beragama

1
Islam tentu saja menuntut adanya sistem baku yang mengatur

dalam kegiatan kehidupannya. Hal ini seiring semakin banyaknya

umat muslim untuk melakukan transaksi berdasarkan akad.

Bank Syariah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap

persoalan pertentangan antara bunga bank dengan riba. Prinsip syariah

adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan

pihak lain untuk menyimpan dana pembiayaan kegiatan usaha, atau

kegiatan lainnya yang dinyatakan dengan syariah.

Kegiatan operasional yang dilakukan oleh bank syariah sangatlah

banyak, meliputi kegiatan penghimpunan dana maupun pembiayaan.

Kegiatan penghimpunan dana dalam bank syariah mencakup simpanan

wadi’ah, simpanan haji dan umroh, simpanan pendidikan, dan

simpanan-simpanan lainnya. Sementara itu untuk kegiatan

pembiayaannya, produk pembiayaan yang ada pada bank syariah

mencakup tiga hal. Pertama, pembiayaan bagi hasil seperti

pembiayaan mudharabah, dan pembiayaan musyarakah. Kedua,

pembiayaan piutang yang meliputi pembiayaan murabahah,

pembiayaan qardh, dan pembiayaan istishna’. Dan ketiga, pembiayaan

sewa dengan akad ijarah (Azmi, 2015).

Berikut ini adalah tabel total pembiayaan pada bank umum

syariah, sejak tahun 2014 sampai dengan 2018:


3

Tabel 1.1
Total pembiayaan pada Bank Umum Syariah tahun 2014 sampai
dengan 2018 (dalam miliar rupiah)
Su
mb 2014 2015 2016 2017 2018 er :
PEMBIAYAAN Rupiah Rupiah Rupiah Rupiah Rupiah
Murabahah 117.371 122.111 139.536 150.276 154.805
Musyarakah 49.336 60.173 78.421 101.561 129.641
Mudharabah 14.354 14.820 15.292 17.090 15.866
Ijarah 11.620 10.631 9.150 9.230 10.578
Qardh 5.965 3.951 4.731 - 7.674
Istishna 633 770 878 1.189 1.608

Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

tersebut, minat masyarakat dalam produk pembiayaan syariah menunjukkan

angka yang cukup besar. Sampai pada tahun 2018 tercatat pembiayaan

murabahah mencapai angka Rp. 154.805 triliun, dimana angka ini

menunjukkan bahwa pembiayaan murabahah merupakan produk

pembiayaan yang sangat diminati, serta mengambil peran yang sangat

signifikan dalam portofolio pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah di

Indonesia. Berdasarkan data statistik di atas, dapat dipahami bahwa

kontribusi penyaluran dana terbanyak adalah akad pembiayaan murabahah.

Dan perlakuan akuntansi yang dilakukan harus sesuai dengan standar

keuangan yang ada, yaitu PSAK No. 102 tentang pembiayaan murabahah.

Dalam seluruh transaksinya, bank syariah harus tunduk dengan

aturan yang telah ditentukan, sehingga pencatatan yang dilakukan juga

harus sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Standar akuntansi

keuangan digunakan sebagai acuan atau pedoman dalam pembuatan


4

laporan keuangan, dalam kaitannya dengan proses pengakuan,

pengukuran, pengungkapan, dan penyajian (Pratiwi dan Septiarini,

2014). Sehingga laporan keuangan yang disajikan dapat menyajikan

informasi keuangan yang cukup jelas, transparan, relevan, dapat

diandalkan, dapat diperbandingkan, serta bisa lebih dipahami oleh

orang-orang yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan

tersebut (Wasilah, 2015).

Lembaga keuangan syariah seharusnya sudah menerapkan PSAK

No. 102 dalam menjalankan kegiatan pembiayaannya, khususnya

pembiayaan murabahah. Akan tetapi, fakta yang ada menunjukkan

belum semua lembaga keuangan syariah menerapkan apa yang sudah

ditentukan dalam PSAK No. 102 tentang akuntansi murabahah. Hal

ini dapat dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh Irfan (2018),

yang menunjukan bahwa dalam mengimplementasikan PSAK No. 102

pada bank Syariah Mandiri Cabang Makasar sama sekali belum

menerapkan yakni pencatatan, pengakuan, pengukuran, penyajian dan

pengungkapan terkait asset murabahah, diskon, potongan pelunasan

piutang murabahah, uang muka dan piutang murabahah. Sedangkan

pencatatan yang sudah sesuai yakni mengenai piutang murabahah,

keuntungan murabahah, denda, margin murabahah tangguhan dan beban

murabahah.

Ahmad Fajar Firmansyah (2016), Pada PT BRI Syariah

perlakuan akuntansi murabahah meliputi pengakuan, pengukuran, dan

penyajian yang dilakukan kurang sesuai dengam PSAK No. 102


5

M. Dolly Rahmatullah (2018), Pelaksanaan pembiayaan murabahah di

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Puduarta Insani telah disusun dan

disajikan sesuai dengan PSAK 102.

Hasbi Shiddiq (2017), Secara prinsip sistem akuntansi yang

diterapkan pada PT. Bank BNI Syariah Pekanbaru telah sesuai dengan

PSAK No. 102

Imaniyah As’ad (2017), Perlakuan Akuntansi pembiayaan murabahah

yang meliputi pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan pada

BMT NU Sumenep sebagaiaman aturan pembiayaan murabahah prosedur

pembiayaan murabahah, dan akuntansi pembiayaan murabahah berdasarkan

PSAK No. 102 namun masih ada beberapa yang belum sesuai dengan

PSAK No. 102.

Penelitian Pera Fitriah (2017), Hasilnya nilai piutang disajikan terlalu

rendah karena hanya berdasarkan pada harga perolehan pada saat terjadinya

akad. Lebih jauh nilai piutang tercatat tidak menggambarkan kondisi

sebenarnya khususnya kejadian tunggakan selama masa akad.

Sedangkan penelitian Joni Ahmad Mughni (2019), menunjukkan

bahwa beberapa hal pada pembiayaan murabahah belum sesuai dengan

PSAK 102. Bank Jatim Cabang Syariah Malang pada praktiknya tidak

berperan sebagai penjual namun hanya sebagai penyedia dana, sehingga

tidak mengakui adanya persediaan.

Penelitian Zyarina Safriani Rakhma (2018), pembiayaan murabahah

belum sesuai dengan PSAK 102. Bank Jatim Cabang Syariah Malang pada
6

praktiknya tidak berperan sebagai penjual namun hanya sebagai penyedia

dana, sehingga tidak mengakui adanya persediaan. Hal tersebut belum

sesuai dengan PSAK 102 yang mengatur akad jual beli antara bank dengan

nasabah. Pengukuran keuntungan dihitung dengan metode anuitas, sehingga

belum sesuai dengan PSAK 102. Bank Jatim Cabang Syariah Malang tidak

berperan sebagai penjual, sehingga tidak dapat mengungkapkan informasi

mengenai persediaan murabahah seperti harga perolehan dan janji

pemesanan. Perlakuan akuntansi untuk pengukuran dan pengakuan pada

saat akad, pencatatan potongan pelunasan, denda, serta Penyajian

murabahah telah sesuai dengan PSAK 102.

Diah Nuwaty (2018), penelitian dengan hasil menunjukan penerapan

akuntansi syarah pada pembiayaan murabahah dan mudharabah pada

KSPPS BMT NU Jombang sesuai dengan SOP yang ada di KSPPS BMT

NU Jombang. Sedangkan kesesuaian perlakuan pembiayaan akuntansi

syariah pembiayaan Murabahah, Mudharabah terhadap PSAK No. 102 dan

105 belum sesuai. Ketidaksesuaian terdapat pengakuan dan pengukuran

asset dan uang muka pembiayaan murabahah

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin melakukan

penelitian pada pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh bank umum

syariah dalam kaitannya dengan pencatatan yang telah dilakukan. Apakah

sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam PSAK 102.
7

1.2 Identifikasi Masalah

1. Murabahah harus diatur oleh Standar Akuntansi Keuangan

2. Perlakuan Akuntansi Murabahah dicatat sesuai dengan standar yang

berlaku

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah perlakuan akuntansi murabahah berdasarkan PSAK

No. 102 ?

2. Bagaimanakah perlakuan akuntansi murabahah yang di terapkan

pada BTPN Syariah dan relevansinya dengan PSAK No. 102 tahun

2014-2018 ?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi mengenai pengakuan,

pengukuran, penyajian dan pengungkapan pembiayaan murabahah

yang ada di BTPN Syariah Cabang Bogor.

2. Untuk mengetahui kesesuaian perlakuan akuntansi pembiayaan

murabahah yang ada di BTPN Syariah Cabang Bogor.

1.5. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan informasi

bermanfaat bagi berbagai pihak :


8

A. Kegunaan Akademis

Mampu memberikan sumbangan untuk pengembangan

ilmu pengetahuan yang berhubungan mengenai perbankan

syariah dan akuntansi syariah dan diharapkan agar penelitian ini

dapat digunakan sebagai alat perbandingan ataupun sebagai dasar

referensi bagi penelitian yang serupa dimasa yang akan datang.

B. Kegunaan Praktis

1. Bagi penulis

Bagi penulis penelitian yang dilakukan sangat bermanfaat

dalam menerapkan ilmu-ilmu yang sudah penulis dapatkan

sejak duduk dibangku kuliah fakultas ekonomi dan bisnis

Universitas Ibn Khaldun Bogor sehingga menambah wawasan

terutama mampu dalam membandingkan ilmu yang telah

diterapkan diperkuliahan dengan praktek lapangan.

2. Bagi Perusahaan

Sebagai pertimbangan pengambilan keputusan serta penulis

berharap penelitian ini dapat memberikan masukan kepada

bank, khususnya bank syariah dalam kesesuaian pencatatan

mengenai pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan

laporan keuangan berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan

oleh PSAK yang berlaku.


9

1.6 Penelitian Terdahulu

Tabel 1.2
Hasil Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul Hasil
1 Irfan Analisis Perlakuan Metode yang digunakan PT Bank Syariah
Akuntansi Pembiayaan Mandiri Cabang Makasar yaitu deskriptif
(2018) Murabahah Berdasar Kualitatif dengan hasil sama sekali belum
kan PSAK Nomor 102 menerapkan yakni pencatatan pengakuan,
pada PT Bank Syariah pengukuran, penyajian dan pengungkapan
Mandiri Cabang terkait asset murabahah,diskon, potongan
Makasar pelunasan piutang murabahah, uang muka dan
piutang murabahah. Sedangkan pencatatan
yang sudah sesui yakni mengenai piutang
murabahah,keuntungan murabahah, denda,
margin murabahah tangguhan dan beban
murabahah.

2 Ahmad Analisis Perlakuan PT BRI Syariah dengan menggunakan


Fajar Akuntansi Terhadap metode kualitatif hasilnya ialah perlakuan
Firmasyah Jual Beli Murabahah akuntansi murabahah meliputi pengakuan,
(2016) Berdasarkan PSAK 102 pengukuran, dan penyajian yang dilakukan
pada PT BRI Syariah kurang sesuai dengam PSAK No. 102
Cabang Malang
Analisis Penerapan Metode yang digunakan Bank Pembiayaan
M. Dolly Akuntansi Syariah Rakyat Syariah ialah deskriptif kualitatif yg
3 Rahmatull Berdasarkan PSAK menyatakan Puduarta Insani telah disusun dan
ah (2018) 102 Tentang disajikam sesuai dengan PSAK 102.
Pembiayaan Murabahah
Pada PT.BPRS
Puduarta Insani
Desilvasa Penerapan PSAK 102 Metode yang digunakan BPRS Bandar
ri (2018) Tentang Akuntansi Lampung ialah deskriptif kualitatif yang
4 Murabahah Pada hasilnya telah sesui dengan PSAK 102 dalam
Piutang Murabahah perlakuan murabahah pada piutang
Pada BPRS Bandar murabahah
Lampung
Hasbi Analisis Perlakuan Metode yang digunakan pada PT Bank BNI
Shiddiq Akuntansi Pebiayaan Syariah Pekanbaru adalah deskriptif kualitatif
5 (2017) Murabahah Pada BNI dengan hasil bahwa secara prinsip
Syariah Pasuruan sistem akuntansi yang diterapkan telah
sesuai dengan PSAK No. 102

6 Imaniyah Analisis Perlakuan Metode yang digunakan di BMT NU


As’ad Akuntansi Terhadap Sumenep adalah deskriptif kualitatif dengan
10

(2017) Pembiayaan Murabahah hasil masih ada beberapa yang belum sesuai
berdasarkan PSAK No. PSAK No. 102 sebagaiaman aturan
102 Pada Baitul Maal pembiayaan murabahah prosedur
Wa Tamwil Sumenep pembiayaan murabahah, dan akuntansi
pembiayaan murabahah.
7 Pera Analisis Perlakuan Nilai piutang disajikan terlalu rendah karena
Fitriah Akuntansi Pembiayaan hanya berdasarkan pada harga perolehan pada
(2017) Murabahah Berdasarka saat terjadinya akad. Lebih jauh nilai piutang
PSAK 102 Pada KJKS tercatat tidak menggambarkan kondisi
BMT UGT Sidogiri sebenarnya khususnya kejadian tunggakan
selama masa akad metode yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif.
8 Diah Akuntansi Syariah Metode yang digunakan KSPPS BMT NU
Nuwaty untuk pembiayaan Jombang deskriptif kualitatif dengan hasil
(2018) murabahah, penerapan akuntansi syariah pada pembiayaan
mudharabah serta murabahah dan mudharabah telah sesuia
kesesuaian dengan dengan SOP. Sedangkan kesesuain perlakuan
PSAK Syariah No. 102 pembiayaan akuntansi
dan 105 pada KSPPS syariah pembiayaan murabahah, mudhara-bah
BMT NU Jombang. terhadap PSAK No. 102 dan 105 belum
sesuai. Ketidak sesuaian terdapat pengaku-an
dan pengukuran asset dan uang muka
pembiayaan murabahah.
9 Joni Analisis Penenrapan Metode yang digunakan KSPPS BMT Al-
Ahmad Akuntansi Syariah Ittihad adalah deskriptif kualitatif menyata-
Mughni Berdasarkan PSAK kan bahwa sudah sesuai dengan PSAK 102,
(2019) Nomor 102 Pada yaitu piutang murabahah disajikan di neraca
Pembiayaan Murabahah sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan,
Di BMT AL-ITTIHAD keuntungan murabahah disa-jikan di laporan
Tasikmalaya. laba rugi dan keuntungan murabahah
tangguhan disajikan di neraca akan tetapi
dicatat dengan cadangan kerugian piutang.
10 Zyarina Analisis kesesuaian Metode yang digunakan Bank Jatim Cabang
Safriani Perlakuan Akuntansi Syariah Malang deskriptif kualitatif
Rakhma Dalam Transaksi menunjukkan bahwa beberapa hal pada pe-
(2018) Pembiayaan Murabahah mbiayaan murabahah belum sesuai dengan
Bedasarkan PSAK 102 PSAK 102. Pada praktiknya tidak berperan
Pada Bank Jatim sebagai penjual namun hanya sebagai
Cabang Malang penyedia dana, sehingga tidak mengakui
adanya persediaan..Pengukuran keuntungan
dihitung dengan metode anuitas, sehingga
belum sesuai dengan PSAK 102. Bank tidak
berperan sebagai penjual, sehingga tidak
dapat mengungkapkan informasi mengenai
persediaan murabahah seperti harga perolehan
dan janji pemesanan. Perlakuan akuntansi
untuk pengukuran dan pengakuan pada saat
akad, pencatatan potongan pelunasan, denda,
11

serta Penyajian murabahah telah sesuai


dengan PSAK 102.
Sumber : Data Olahan

1.7 Kerangka Pemikiran

Gambar 1.1
Kerangka Berpikir

Bank Syariah

Penyaluran Dana

Murabahah

Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Murabahah di BTPN


Syariah

PSAK No.102

Analisis
1. Pengakuan dan
Pengukuran
2. Penyajian
Sesuai 3. Pengungkapan Tidak sesuai

1.8 Metodologi Penelitian


12

A. Desain penelitian

Desain penelitian adalah pedoman atau prosedur serta teknik

dalam perencanaan penelitian yang berguna sebagai panduan untuk

membangun strategi yang menghasilkan model penelitian.

Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis akan menggunakan

pendekatan penelitian kualitatif deskriptif adapun yang dimaksud

metode kualitatif deskriftif menurut Denzin & Lincoln (1994) yaitu

suatu jenis penelitian yang menghasilkan temuan-temuan yang tidak

diperoleh oleh alat-alat prosedur statistik atau alat-alat kuantitatif

lainnya. Sementara menurut Creswell (1998: 15), penelitian kualitatif

mencakup penggunaan dan pengumpulan beragam material empiris

yang digunakan studi kasus,pengalaman personal, kisah hidup, teks

wawancara, observasi, sejarah yang mendeskripsikan momen-momen

rutin dan problematik serta makna dalam kehidupan individual.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

menguraikan kesesuaian penerapan akuntansi mengenai pengakuan,

penyajian, pengukuran dan pengungkapan berdasarkan PSAK No. 102

serta PSAK No. 105 tentang murabahah. Penggunaanya pendekatan

kualitatif sebagai pendekatan penelitian karena penulis melihat sifat

dari masalah yang diteliti dapat berkembang secara alamiah sesuai

dengan dan situasi lapangan. Penulis juga berkeyakinan bahwa dengan

pendekatan alamiah penelitian ini akan menghasilkan informasi yang

lebih kaya. Jadi, dipilihnya pendekatan kualitatif karena penulis

berkeinginan untuk memahami secara mendalam kasus yang terjadi


13

dilokasi. Sehingga dalam penelitian Kualitatif Desriptif tidak perlu

merumuskan Hipotesis.

B. Definisi Operasionalisasi variabel

Menurut Arikunto (2010), variabel penelitian adalah objek

penelitian atau Apa yang menjadi perhatian suatu titik perhatian suatu

penelitian. Dalam penelitian ini digunakan dua jenis variabel yaitu :

1. Variabel bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas adalah vaiabel stimulus atau variabel yang

mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan

variabel yang variabelnya dapat diukur, dimanipulasi, atau

dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubunganya dengan

suatu gejala yang diobservasi.

2. Variabel terikat (Dependend Variabel)

Variabel terikat adalah variabel yang memberikan reaksi/

respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel

terikat, variabelnya dapat diamti serta diukur untuk

menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas.

Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan

variabel-variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional

dalam kaitannya dengan proses pengukuran variabel-variabel tersebut.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian pembiayaan

murabahah berdasarkan PSAK Nomor 102 pada Bank Tabungan


14

Pensiunan Nasional Syariah. Variabel pada penelitian ini secara

operasional dapat didefinisikan sebagai berikut:

 Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan berdasarkan prinsip

syariah dengan akad jual beli barang dengan harga jual sebesar

biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan

penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut

kepada pembeli pada BTPN Syariah. Indikator pembiayaan

murabahah mencakup persyaratan, berdasarkan murabahah,

pembiayaan, keuntungan, barang.

 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK Nomor 102)

tentang akad murabahah adalah Standar Akuntansi Keuangan

Syariah yang bertujuan untuk mengatur akad murabahah berupa

pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan pada

Bank BTPN Syariah.

C. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan

menganalisis data Laporan Keuangan BTPN Syariah tahun

2014-2018

D. Sumber Data
15

1. Data Primer

Data primer yaitu dapat berupa sumber data yang akurat dimana

diperoleh dalam hasil wawancara ataupun observasi dengan karyawan

di BTPN Syariah.

2. Data Sekunder

Data sekunder dapat diperoleh dari data yang bersumber dari literatur,

buku studi pustaka baik yang di publikasikan ataupun tidak di

publikasikan yang berhubungan dengan penerapan perlakuan

akuntansi atas pembiayaan Murabahah.

E. Cara Pengumpulan Data

1. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan mengajukan beberapa pertanyaan

data dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan wawancara berstruktur di mana penulis akan

melakukan wawancara secara langsung dengan pimpinan di lokasi

penelitian tersebut. sehingga dalam wawancara penulis menggunakan

daftar pertanyaan atau daftar isian sebagai peuntun selama dalam

proses wawancara.

2. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan cara dimana penulis langsung

mengamati dari kegiatan yang dilakukan manajemen

3. Pengumpulan Data Kepustakaan


16

Pengumpulan informasi dengan memanfaatkan teori-teori yang

ada dibuku atau literatur dengan kesesuaian dari penelitian yang

akan dibahas. Diharapkan dengan penelitian kepustakaan ini

penulis mampu memperlancar penyelesaian penelitian ini

F. Metode Analisis Data

Metode analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis Kualitatif Deskriptif, yaitu analisis data dengan cara

memberikan penjelasan terhadap variablel yang diteliti dengan kondisi

yang sebenarnya. Menganalisis data yang diperoleh sehingga mendapat

gambaran yang jelas mengenai penerapan PSAK No. 102 berupa

pengakuan, pengukuran, penyajian serta pengungkapan. Dalam

penelitian ini, peneliti melakukan analisa perlakuan akuntansi dari

pembiayaan murabahah di BTPN Syariah, kemudian dibandingkan

dengan pedoman PSAK No. 102 yang berisi pengakuan, pengukuran,

penyajian serta pengungkapan

1.9. Waktu Dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Maret 2019 sampai dengan

Februari 2020. Adapun tempat yang dijadikan sebagai objek penelitian

adalah Bank Umum Syariah. Bank Umum Syariah (BUS) yang digunakan

yaitu BTPN Syariah Cabang Dramaga yang beralamat Jl. Bubulak No.11,

RT.02/RW.11, Bubulak, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat 16115

serta MMS Leuwisadang Pemilihan objek dalam penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria BUS yang


17

menerapkan akad pembiayaan murabahah serta bersedia untuk menjadi

objek penelitian.

BAB II
18

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akuntansi Syariah

1. Pengertian Akuntansi Syariah

Akuntansi adalah serangkaian proses yang memiliki tujuan utama

yaitu menyajikan informasi keuangan dalam periode tertentu yang berguna

bagi pihak-pihak yang berkepentingan baik dalam bank syariah maupun di

luar bank syariah. Menurut Littleton, tujuan utama dari akuntansi adalah

untuk melaksanakan perhitungan periodik antara biaya (usaha) dan hasil

(prestasi). Dalam buku A statement of Basic Accounting Theory dinyatakan

akuntansi adalah “proses mengidentifikasi mengukur, dan menyampaikan

informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal pertimbangan dalam

mengambil kesimpulan oleh para pemakaianya.

Akuntansi dalam Islam merupakan domain muamalah artinya

akuntansi Islam dibangun atas dasar pemikiran manusia yang mengindahkan

hukum-hukum Allah SWT, Al-Quran dan Al-Hadis praktik akuntansi pada

masa Rasulullah mulai berkembang setelah ada perintah Allah melalui

Al-Quran untuk mencatat transaksi yang bersifat tidak tunai dan untuk

membayar zakat. Melalui Al-Quran yaitu terdapat pada ayat Al-Baqarah

ayat 282 :

        


          
19

          
            
           
         
        
            
          
          
         
           
            
282. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[179] tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,
meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.
jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau
Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan
dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki
(di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua
orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa
Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang
itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian
itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali
jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka
tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu
adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah Allah
mengajarmu dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

2. Karakteristik Akuntansi Syariah

Konsep adanya sistem syariah dapat dijadikan sebagai nilai dasar

dalam pembangunan kerangka konseptual sistem akuntansi syariah.

Rancangannya yaitu sebagai berikut :

Konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan

syariah bagi para penggunanya, yaitu:


20

a. Penyusunan standar akuntansi keuangan syariah dalam pelaksanaan

tugasnya.

b. Penyusunan laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi

syariah yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah.

c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan

keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku

umum.

d. Para pemakai laporan keuangan, dalam mentafsirkan informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar

akuntansi keuangan syariah.

Pihak yang menggunakan laporan keuangan syariah dalam rangka

memenuhi kebutuhan informasi yang berbeda, meliputi:

a. Investor; membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah

harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut.

b. Pemberi dana qardh; terkait dengan pengambilan keputusan apakah

dana qardh dapat dibayarkan pada saat jatuh tempo.

c. Pemilik dana syirkah temporer; sebagai informasi dalam mengambil


keputusan investasi dengan tingkat keuntungan yang bersaing dan
aman.
d. Pemilik dana titipan; membutuhkan informasi likuiditas yang

berhubungan dengan dana titipan apakah dapat diambil setiap saat.

e. Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah, dan wakaf, sebagai

informasi tentang sumber dan penyaluran dana tersebut.

f. Pengawas syariah; berkepentingan dengan kepatuhan pihak pengelola

terhadap prinsip syariah.


21

g. Karyawan; membutuhkan informasi yang menunjukkan stabilitas dan

profitabilitas lembaga syariah. Karyawan juga berkepentingan dalam

menilai kemampuan memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan

kesempatan kerja.

h. Pemasok dan mitra usaha lainnya; membutuhkan informasi dalam

memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat

jatuh tempo.

i. Pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenaikelangsungan

usaha lembaga syariah.

j. Pemerintah; membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas entitas

syariah terkait dengan penetapan kebijakan pajak dan sebagai dasar

menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

k. Masyarakat; laporan keuangan syariah sebagai penyedia informasi

kecenderungan (trend), menunjukkan perkembangan kemakmuran dan

rangkaian aktivitas lembaga syariah.

Prinsip dasar dalam penyusunan Laporan Keuangan Syariah harus

sesuai dengan asas:

a. Persaudaraan (ukhuwah)

Transaksi syariah menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam

memperoleh manfaat (sharing economics) sehingga tidak boleh

mendapat keuntungan namun merugikan pihak lain. Ukhuwah

dalam transaksi syariah berdasarkan prinsip saling mengenal

(ta ’aruf), saling memahami (tafahum), saling menolong (ta ’awun),


22

saling menjamin (takaful), saling bersinergi dan beraliansi

(tahaluf).

b. Keadilan { ‘adalah)

Implementasi keadilan berarti bebas dari unsur:

1. Riba yaitu setiap tambahan pada pokok piutang yang

dipersyaratkan baik riba nasiah maupun fadhl.

2. Kezaliman yaitu sesuatu yang merugikan bagi diri sendiri, orang

lain, maupun lingkungan.

3. Maysir yaitu setiap transaksi yang mengandung unsur judi dan

spekulatif.

4. Gharar yaitu transaksi yang berpontensi merugikan salah satu pihak

karena ada ketidakjelasan.

5. Haram baik dalam hal barang atau jasa serta aktivitas operasional

yang terkait.

c. Kemaslahatan (maslahah)

Merupakan segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi

duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan

kolektif.

d. Keseimbangan (tawazun)

Yaitu keseimbangan aspek material dan spiritual, aspek privat dan

publik, sektor keuangan dan riil, bisnis dan sosial, serta

keseimbangan aspek kemanfaatan dan pelestarian.


23

e. Universalisme (syumuliyah)

Universalisme artinya dilakukan oleh, dengan dan untuk semua

pihak yang berkepentingan (stakeholder) tanpa membedakan suku,

ras dan golongan sesuai dengan semangat kerahmatan semesta

(rahmatan lil alamin)

Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan azas

transaksi syariah, harus memenuhi syarat:

 Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan

saling ridha.

 Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal

dan baik.

 Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai,

bukan sebagai komoditas.

 Tidak mengandung unsur riba.

 Tidak mengandung unsur kezaliman.

 Tidak mengandung unsur maysir (judi/untung-untungan)

 Tidak mengandung unsur gharar (tipu daya/penipuan)

 Tidak mengandung unsur haram.

 Tidak mengandung prinsip nilai waktu dari uang (time value of

money).

 Tidak diperkenankan menggunakan standard ganda harga untuk satu

akad.

 Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy) mau

pun melalui distorsi penawaran (ihtikar).


24

Laporan keuangan syariah mempunyai identifikasi yang tidak sama

dengan laporan keuangan. Unsur-unsur dalam laporan keuangan syariah

meliputi:

a. Kegiatan komersial

 Laporan posisi keuangan

 Laporan laba rugi

 Laporan arus kas

 Laporan perubahan ekuitas

b. Kegiatan sosial

 Laporan sumber dan penggunaan dana zakat

 Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan

 Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan


dan tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut.

2.2 Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya

berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri dari atas bank

umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah. Bank umum Syariah

(BUS) merupakan bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS) adalah bank syariah yang dalam kegiatanya tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Berdasarkan

undang-undang perbankan nomor 7 tahun 1992 yang kemudian direvisi


25

dengan undang-undang nomor 10 tahun 1988 dan disempurnakan dengan

undang-undang nomor 21 tahun 2008 Bank Syariah telah diakui secara

tegas untuk berperan dalam pembangunan.

2. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Tabel 2.1
No Bank Syariah No Bank Konvensional
1 Investasi hanya untuk proyek 1 Investasi, tidak mempertimbangkan
  yang halal serta menguntungkan   halal atau haram asalkan proyek
      yang di biayai menguntungkan  
2 Return yang dibayar dan/atau 2 Return baik yang dibayar kepada
  diterima berasal dari bagi   nasabah penyimpan dana dan  
  hasil atau pendapatan lainnya   return yang diterima dari nasabah
  berdasarkan prinsip syariah   pengguna dana berupa bunga  
3 Perjanjian dibuat dalam bentuk 3 Perjanjian menggunakan hukum
  akad sesuai dengan syariah   Positif  
  Islam          
4 Orientasi pembiayaan, tidak 4 Orientasi Pembiayaan, untuk  
  hanya untuk keuntungan akan   memperoleh keuntungan atas  
  tetapi juga falah oriented, yaitu   dana yang dipinjamkan  
  berorientasi pada kesejahteraan    
  Masyarakat          
5 Hubungan antara bank dan 5 Hubungan antara bank dan  
  nasabah adalah mitra   nasabah adalah kreditor dan  
6 Dewan pengawas terdari dari BI, 6 Dewan pengawas terdari dari BI,
  Bapepam,Komisaris, dan DPS   Bapepam, dan komisaris  
7 Penyelesaian sengketa, diupayakan 7 Penyelesai sengketa melalui  
  diselesaikan secara musyawarah   pengadilan negeri setempat.  
   
antara bank dan nasabah, melalui  
  peradilan agama.          
Sumber : Ismail.2016:34. Perbankan Syariah

3. Prinsip-Prinsip Dasar Operasional Bank Syariah

a. Prinsip simpanan murni (al-wadiah)


26

Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh

Bank Islam untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang

kelebihan dana untuk menyimpan dana nya dalam bentuk titipan.

Tujuannya untuk investasi serta mendapatkan keuntungan seperti

halnya tabungan dan deposito.

b. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

Merupakan tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana

dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini

adalah mudharabah dan musyarakah.

c. Prinsip Jual Beli (at-Tijarah)

Sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank membeli terlebih

dahulu barang yang dibutuhkan, kemudian bank menjual kepada nasabah

dengan ditambah margin

d. Prinsip Sewa ( al-Ijarah )

Dalam teknis perbankan, bank dapat membeli dahulu equipment yang

dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam waktu dan hanya

yang telah disepakati nasabah.

e. Prinsip Fee/Jasa (al-Ajr Wallumullah)

Meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank, bentuk

produk yang berdasarkan prinsip ini anatar lain Bank Garansi, kliring,

inkaso, transfer dll.


27

4. Kegiatan Operasional Bank Syariah

Pada sistem operasi bank syariah pemilik dana menanamkan

uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka

mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian

disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (modal usaha), dengan

perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Menurut

undang-undang nomor 21 tahun 2008 kegiatan Bank Syariah meliputi :

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk :

a. Simpanan berupa tabungan yang dipersembahkan dengan itu

berdasarkan akad wadiah atau akad lain yang tidak bertentangan

dengan prinsip syariah.

b. Investasi berupa deposito atau tabungan atau bentuk lainnya yang

dipersembahkan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad

lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syraiah

2. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk :

a. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah atau

musyarakah

b. Pembiayaan berdasarkan mudharabah, salam, atau istisha

c. Pembiayaan berdasarkan Akad qardh

d. Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada

nasabah berdasarkan Akad ijarah dan sewa beli dalam bentuk ijarah

muntahiya bittamalik

e. Pengembalian berdasarkan akad hawalah


28

f. Menempatkan dana Bank Syariah lain dalam bentuk titipan

berdasarkan akad wadiah atau investasi berdasarkan Akad

mudharabah

g. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank syariah

lainnya yang sesuai dengan prinsip Syariah berdasarkan persetujuan

Bank Indonesia

2.3 Pembiayaan

1. Pengertian pembiayaan

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu

pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-

pihak yang merupakan defisit unit. Bank syariah mempunyai mekanisme

tersendiri untuk memenuhi kebutuhan pendanaan persediaan tersebut

antara lain menggunakan prinsip jual beli (al-bai’)

Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998,

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau

tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil.

2. Tujuan Pembiayaan
29

Pembiayaan merupakan bagian dari tujuan Bank sebagai

perusahaan, yaitu untuk memperoleh keuntungan bagi kesejahteraan

stakeholdernya. Oleh karena itu, tujuan pembiayaan harus

mendukung visi, misi dan strategi usaha Bank. Tujuan pembiayaan

harus dirumuskan dengan jelas, realistis dan dapat diketahui oleh

semua orang yang terlibat dalam organisasi agar mereka dapat

berpatisipasi dengan penuh kesadaran (Zainul, 2012:210). Secara

umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok menurut

Ismail (2016:18), yaitu:

1. Tujuan pembiayaan untuk tingkat makro

Untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, tersedianya dana bagi

peningkatan usaha, meningkatnya produktivitas, membuka

lapangan kerja baru, terjadinya distribusi pendapatan.

2. Tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro

Untuk memaksimalkan laba, meminimkan resiko,

pemberdayagunaan sumber ekonomi dan penyaluran kelebihan

dana.

Menurut Ismail (2016:113), sifat penggunaannya

pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal berikut :

1. Pembiayaan produktif

Yaitu pembiyaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik

usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.

2. Pembiayaan konsumtif
30

Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

komsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi

kebutuhan.

Menurut keperluannya, pembiyaan produktif dapat dibagi

menjadi dua hal berikut :

1. Pembiayaan modal kerja

Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan (a) peningkatan produksi

baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi maupun secara

kualitatif yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi (b)

untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place

dari suatu barang.

2. Pembiayaan investasi

Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal

capitals goods serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan

itu.

2.4 Murabahah

1. Pengertian Murabahah

Murabahah secara bahasa adalah bentuk mutual (bermakna saling)

dari kata Ribh yang artinya keuntungan, yakni pertambahan nilai modal

(jadi artinya saling mendapatkan keuntungan) menurut termilogy ilmu fiqih

artinya murabahah

Murabahah berasal dari kata “Ribh” yang berarti keuntungan, laba,

atau tambahan. Murabahah faktanya adalah suatu istilah dalam fiqih Islam

yang menunjukan suatu jenis jual beli yang tidak ada kaitanya sama sekali
31

dengan pembiayaan. Murabahah dalam pengertian aslinya menurut Islam

adalah ”is simply a sale”, jual beli. Pembayaran, bisa dilakukan secara tunai

(as spot) atau nanti pada suatu tanggal telah disepakati (a subsequents date)

para pihak. (Sugeng, 2017:48)

Karim (2013:113) menjelaskan bahwa murabahah adalah akad jual

dengan menyatakan perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati

oleh penjual dan pembeli. Akan ini merupakan bentuk dari natural certainty

contract, karena dalam murabahah ditentukan beberapa required rate of

return-nya (keuntungan yang ingin diperoleh). Jadi karakteristik dari

Murabahah adalah penjual harus memberitahu pembeli tentang harga

pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan

pada biaya tersebut

2. Landasan Hukum Murabahah

a. Al-Quran

 QS. Al-Baqarah (2) ayat 275 :

          
            
           
            

Artinya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.
32

 QS : Ali Imron (3) 130 :

        


    
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan
berlipat ganda[228]] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.
 QS : An-Nisaa (4) 29 :

          
              
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

 Hadist Nabi dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma :


Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma , dari Rasullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, “Jika dua saling berjual beli, maka
masing-masing di antara keduanya mempunyai hak pilih selagi keduanya
belum berpisah, dan keduanya sama-sama mempunyai hak, atau salah
seorang di antara keduanya belum berpisah, dan keduanya memberi
pilihan kepada yang lain”. Beliau Bersabda, “Jika salah seorang di
antara keduanya memberi pilihan kepada yang lain, lalu keduanya
menetapkan jual beli atas dasar pilihan itu, maka jual beli menjadi
wajib.” (HR Bukhari-Muslim)

3. Syarat dan Rukun Murabahah

Al-Kasani menyatakan bahwa akad bai‟ murabahah akan

dikatakan sah, jika memenuhi beberapa syarat berikut ini :

a. Mengetahui harga pokok (harga beli), disyaratkan bahwa harga beli harus

diketahui oleh pembeli kedua, karena hal itu merupakan syarat mutlak

bagi keabsahan bai‟ murabahah.

b. Adanya kejelasan margin (keuntungan) yang diinginkan penjual kedua,

keuntungan harus dijelaskan nominalnya kepada pembeli kedua atau

dengan menyebutkan persentasi dari harga beli.

c. Modal yang digunakan untuk membeli objek transaksi harus merupakan


33

barang mitsli, dalam arti terdapat padanya di pasaran, dan lebih baik jika

menggunakan uang.

d. Objek transaksi dan alat pembayaran yang digunakan tidak boleh berupa

barang ribawi.

e. Akad jual beli pertama harus sah adanya.

f. Informasi yang wajib dan tidak diberitahukan dalam bai‟ murabahah.

Rukun murabahah antara lain:

1. Penjual (Bai‟)

Penjual merupakan seseorang yang menyediakan alat komoditas atau

barang yang akan dijual belikan, kepada konsumen atau nasabah.

2. Pembeli (Musytari)

Pembeli merupakan seseorang yang membutuhkan barang untuk

digunakan, dan bisa didapat ketika melakukan transaksi dengan penjual.

3. Objek jual beli (Mabi‟)

Adanya barang yang akan diperjual belikan merupakan salah satu unsur

terpenting demi suksesnya transaksi. Contoh : alat komoditas

transportasi, alat kebutuhan rumah tangga dan lain lain.

4. Harga (Tsaman)

Harga merupakan unsur terpenting dalam jual beli karena merupakan

suatu nilai tukar dari barang yang akan atau sudah dijual.

5. Ijab qobul

Para ulama fiqih sepakat menyatakan bahwa unsur utama dari jual beli

adalah kerelaan kedua belah pihak, kedua belah pihak dapat dilihat dari

ijab qobul yang dilangsungkan. Menurut mereka ijab dan qabul perlu
34

diungkapkan secara jelas dan transaksi yang bersifat mengikat kedua

belah pihak, seperti akad jual beli, akad sewa, dan akad nikah.

4. Jenis Akad Murabahah

a. Murabahah dengan pesanan

Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian

barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan

dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli

barang yang dipesannya. Kalau bersifat mengikat, berarti pembeli harus

membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat membatalkan

pesanannya.

Jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual, dalam

murabahah pesanan mengikat, mengalami penurunan nilai sebelum

diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban

penjual dan akan mengurangi nilai.

Gambar 2.1
Alur murabahah berdasarkan pesanan

(2) pemesanan/pengadaan barang (1) Negosiasi dan persyaratan

Bank
(4) akada murabahah
Syariah Pembeli
Pemasok
(6) pembayaran kewajiban

( 3) pengiriman barang (5) penyerahan barang

Sumber : Ismail.2016:167.Perbankan Syariah

b. Murabahah tanpa pesanan

Dalam jenis pengadaan barang yang merupakan objek jual beli

dilakukan tanpa memperhatikan adanya pesanan atau tidak, ada yang


35

membeli atau tidak, ada yang pesan atau tidak, jika barang dagangan sudah

menipis penjual mencari tambahan barang dagangan.

Gambar 2.2

Alur Murabahah tanpa pesanan

(1) Negosiasi dan persyaratan

(2) akad murabahah


Bank Pembeli
Pemasok (4) pembayaran kewajiban
Syariah

(3) penyerahan barang

Sumber : Ismail.2016:165 .Perbankan Syariah

5. Fatwa Dewan Syariah Nasional

Dewan Syariah Nasional setelah menimbang bahwa masyarakat

banyak memerlukan bantuan penyaluran dana dari bank berdasarkan

pada prinsip jual beli, oleh karenannya MUI mengesahkan fatwa No:

04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah. Adapun Ketentuan-ketentuan

yang diatur sebagai berikut :

a. Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syariah’ah :

 Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang

bebas riba.

 Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari’ah

Islam.
36

 Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian

barang yang telah disepakati kualifikasinya.

 Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama

bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

 Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan

dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan

secara utang.

 Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah

(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus

keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu

secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut

biaya yang diperlukan.

 Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati

tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

 Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau

kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan

perjanjian khusus dengan nasabah.

 Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk

membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli

murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,

menjadi milik bank.

b. Ketentuan Murabahah Kepada Nasabah :


37

 Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian

suatu barang atau aset kepada bank.

 Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli

terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan

pedagang.

 Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah

dan nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan

janji yang telah disepakatinya, karena secara hukum janji

tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus

membuat kontrak jual beli.

 Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk

membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal

pemesanan.

 Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut,

biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.

 Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus

ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa

kerugiannya kepada nasabah.

 Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai alternatif

dari uang muka, maka

a) jika nasabah memutuskan untuk membeli barang

tersebut, ia tinggal membayar sisa harga.

b) jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik


38

bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh

bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka

tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.

3 Jaminan dalam Murabahah

 Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius

dengan pesanannya.

 Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan

yang dapat dipegang.

4. Utang dalam Murabahah

 Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi

murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang

dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut.

Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan

keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk

menyelesaikan utangnya kepada bank.

 Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran

berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.

 Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah

tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai kesepakatan awal. Ia

tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta

kerugian itu diperhitungkan.

5 Penundaan pembayaran dalam Murabahah


39

 Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda

penyelesaian utangnya.

 Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika

salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka

penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah

setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

6. Bangkrut dalam Murabahah

Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan

utangnya, bank harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi

sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.

2.5 Prinsip Wakalah

1. Bank boleh memberi kuasa melalui akad wakalah kepada nasabah

untuk membeli obyek murabahah sesuai dengan spesifikasi, kondisi,

serta harga yang telah disetujui oleh bank.

2. Nasabah yang ditunjuk sebagai kuasa bank berkewajiban memeriksa

obyek murabahah terhadap kualitas, kondisi, pemilihan dan

spesifikasi obyek murabahah sesuai dengan yang telah disepakati.

3. Dalam pelaksanaan tugas nasabah sebagai wakil bank, nasabah

bertindak langsung untuk dan atas nama bank dan mengambil

langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi hak-hak dan

kepentingan bank dan tidak melakukan atau melalaikan hal yang

tidak sesuai dengan kewajiban dan tanggung jawab nasabah.


40

4. Wakalah dalam transaksi murabahah dapat meliputi namun tidak

terbatas pada pemesanan obyek murabahah, pembayaran sebagian

atau keseluruhan harga obyek murabahah dengan dana yang berasal

dari nasabah dan/atau bank.

5. Dalam hal para pihak ingin melaksanakan akad pembiayaan

murabahah sebelum nasabah melaksanakan tugas wakalahnya, maka

akad murabahah berlaku efektif setelah melakukan tugas wakalah.

Hal ini hanya bisa dilakukan ketika obyek murabahah memerlukan

waktu untuk mendapatkannya dan harus ditentukan jangka waktunya.

6. Nasabah yang bertindak sebagai wakalah pihak bank tidak memiliki

hak atau otoritas, baik secara tersirat maupun tersurat, untuk:

a. Membuat atau memberikan jaminan hutang, pernyataan atau

jaminan (warranties) sehubungan dengan pembelian atas nama

bank;

b. Melaksanakan suatu kewajiban atau mengikat kontrak penjualan

barang atas nama bank selain dari yang dinyatakan secara tegas

dalam perjanjian atau akad;

c. Meminta, menuntut, atau memperoleh penggantian biaya baik

yang berkaitan dengan asuransi, upah, pergudangan, pengiriman,

atau hal-hal lainnya sehubungan dengan barang selain dari yang

ditetapkan dalam harga beli yang ditentukan.

7. Sebagai wakil, nasabah akan bertanggung jawab untuk membeli dan

melakukan penyerahan atas barang secara langsung dari penyedia


41

pada tanggal penyerahan sebagaimana disebutkan dalam

pemberitahuan transaksi yang telah disetujui oleh bank.

8. Kepemilikan atas barang berpindah kepada bank setelah penyerahan

barang dari penyedia kepada nasabah sebagai wakil bank sesuai

dengan cara yang telah ditetapkan dan disepakati lebih lanjut dalam

perjanjian.

9. Nasabah menanggung semua resiko sehubungan dengan pencurian,

kerugian, kerusakan, dan musnahnya barang kecuali diakibatkan oleh

hal-hal force majeur sejak tanggal penyerahan dari penyedia sampai

dengan tanggal dimana bank menyerahkannya kepada nasabah.

10. Nasabah dengan menggunakan biaya nasabah sendiri dapat menutup

asuransi atas obyek pembiayaan secara memadai, dimana bank

menjadi penerima utama pembayaran asuransi, yang meliputi resiko

seperti kebakaran, kerugian, gempa bumi, pencurian, atau menutup

asuransi lainnya yang diperlukan untuk mengasuransikan

pemindahan, penyimpanan, dan pergudangan dari barang dengan

nilai asuransi penuh, sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan oleh

bank.

11. Nasabah tidak diperbolehkan mengadakan perubahan, pengesampingan,

atau pembatalan terhadap pembelian, dan tidak ada ketentuan manapun

yang dijadikan dasar bagi nasabah untuk membatalkan pembelian tersebut

tanpa persetujuan tertulis sebelumnya dari bank.

12. Sepanjang seluruh syarat untuk pembayaran telah dipenuhi oleh

nasabah dan tidak terjadi wanprestasi terhadap perjanjian


42

pembiayaan, pembayaran harga beli akan dilakukan oleh bank

kepada nasabah atau kepada penyedia.

2.6 Pengakuan dan Pengukuran, Penyajian dan Pengungkapan Murabahah

a. Akuntansi Untuk Penjual ( Bank Syariah)

Dalam pembiayaan murabahah, bank syariah bertindak sebagai

penjual yang bertugas memenuhi permintaan nasabah yang bertindak

sebagai pembeli yakni dengan menyediakan barang yang diperlukan

oleh pembeli dan sesuai dengan permintaan pembeli.

Tabel 2.2
Pengakuan dan Pengukuran, Penyajian dan Pengungkapan
Keterangan PSAK No. 102
Pengakuan dan Aset murabahah diakui sebagai persediaan
pengukuran saat sebesar biaya perolehan (par. 18).
perolehan aset
murabahah
1. Pengukuran aset 2. Jika murabahah pesanan mengikat, maka:
setelah perolehan a. dinilai sebesar biaya perolehan; dan
b. jika terjadi penurunan nilai aset karena
usang, rusak atau kondisi lainnya sebelum
diserahkan ke nasabah, penurunan nilai
tersebut diakui sebagai beban dan
mengurangi nilai aset (par. 19)

3. Jika murabahah pesanan tidak mengikat, maka:


a. Dinilai sebesar biaya perolehanatau nilai
neto yang dapat direalisasi, mana yang
lebih rendah; dan
b. Jika nilai neto yang dapat direalisasi lebih
rendah dari biaya perolehan, maka
selisihnya diakui sebagai kerugian (par. 19).
2. Diskon pembelian 1. Jika terjadi sebelum akad, maka diakui
aset sebagai pengurang biaya perolehan aset
murabahah.
2. Liabilitas kepada pembeli, jika terjadi setelah
akad murabahah dan sesuai akad yang
disepakati, maka menjadi hak pembeli.
3. Tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi
43

setelah akad murabahah dan sesuai dengan


akad, maka menjadi hak penjual; atau
4. Jika terjadi setelah akad murabahah dan
tidak diperjanjikan dalam akad, maka
menjadi pendapatan operasi lain (par. 20).

Liabilitas penjual kepada pembeli atas


pengembalian diskon pembelian akan tereliminasi
pada saat:
1. Dilakukan pembayaran kepada pembeli
sebesar jumlah potongan setelah dikurangi
dengan biaya pengembalian; atau
2. Dipindahkan sebagai dana kebajikan jika
pembeli sudah tidak dapat dijangkau oleh
penjual (par. 21).
3. Piutang Pada saat akad murabahah, piutang murabahah
murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah
ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir
periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai
sebesar nilai neto yang dapat direalisasi, yaitu saldo
piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang
(par.22).
4. Pengakuan 1. Pada saat terjadinya penyerahan barang jika
keuntungan dilakukan secara tunai atau secara tangguh
Murabahah yang tidak melebihi satu tahun; atau
2. Selama periode akad sesuai dengan tingkat
risiko dan upaya untuk merealisasikan
keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh
lebih dari satu tahun. Metode-metode berikut
ini digunakan, dan dipilih yang paling sesuai
dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi
murabahah-nya:
a. Keuntungan diakui saat penyerahan aset
murabahah. Metode ini terapan untuk
murabahah tangguh dimana risiko
penagihan kas dari piutang murabahah dan
beban pengelolaan piutang serta
penagihannya relatif kecil.
Keuntungan diakui proporsional dengan
besaran kas yang berhasil ditagih dari
piutang murabahah. Metode ini terapan
untuk transaksi murabahah tangguh dimana
risiko piutang tidak tertagih relatif besar
dan/atau beban untuk mengelola dan
menagih piutang tersebut relatif besar juga.
b. Keuntungan diakui saat seluruh piutang
murabahah berhasil ditagih. Metode ini
terapan untuk transaksi murabahah tangguh
44

dimana risiko piutang tidak tertagih dan


beban pengelolaan piutang serta
penagihannya cukup besar. Dalam praktik,
metode ini jarang dipakai, karena transaksi
murabahah tangguh mungkin tidak terjadi
bila tidak ada kepastian yang memadai akan
penagihan kasnya (par. 23).
c. Pengakuan keuntungan, dalam paragraph 23
(b) (ii), dilakukan secara proporsional atas
jumlah piutang yang berhasil ditagih dengan
mengalikan persentase keuntungan terhadap
jumlah piutang yang berhasil ditagih.
Persentase keuntungan dihitung dengan
perbandingan antara marjin dan biaya
perolehan aset murabahah (par. 24
5. Potongan Potongan pelunasan piutang murabahah yang
pelunasan piutang diberikan kepada pembeli yang melunasi secara tepat
murabahah waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati
diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah
(par. 26).

Pemberian potongan pelunasan piutang


murabahah dapat dilakukan dengan menggunakan
salah satu metode berikut:
1. Diberikan pada saat pelunasan, yaitu penjual
mengurangi piutang murabahah dan
keuntungan murabahah; atau
2. Diberikan setelah pelunasan, yaitu penjual
menerima pelunasan piutang dari pembeli
dan kemudian membayarkan potongan
pelunasannya kepada pembeli (par. 27).
6. Potongan angsuran Potongan angsuran murabahah diakui sebagai
murabahah berikut:
1. Jika disebabkan oleh pembeli yang membayar
secara tepat waktu, maka diakui sebagai
pengurang keuntungan murabahah;
2. Jika disebabkan oleh penurunan kemampuan
pembayaran pembeli, maka diakui sebagai beban
(par. 28).
7. Denda Denda dikenakan jika pembali lalai dalam
melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan
denda yang diterima diakui sebagai bagian dana
kebajikan (par. 29).
8. Uang muka Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah
sebagai berikut:
1. Diakui sebagai uang muka pembelian sebesar
jumlah yang diterima;
2. Jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka
45

uang muka diakui sebagai pembayaran piutang


(merupakan bagian pokok);
3. Jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka
uang muka dikembalikan kepada pembeli
setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya
yang telah dikeluarkan oleh penjual (par. 30).
Sumber : PSAK 102 (IAI, 2016)

1. Penyajian

Dalam PSAK 102 (IAI, 2016: 102.7), disebutkan bahwa:

a. Piutang murabahah disajikan sebesar neto yang dapat

direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi

penyisihan kerugian piutang.

b. Marjin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang

piutang murabahah.

c. Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang

utang

murabahah

2. Pengungkapan

Dalam PSAK 102 (IAI, 2016: 102.8), disebutkan bahwa:

Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi

murabahah. Akan tetapi, tidak hanya terbatas pada:

a. Harga perolehan aset murabahah,

b. Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan

sebagai kewajiban atau bukan, dan

c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 tentang

penyajian laporan keuangan syariah.


46

BAB III

TINJAUAN UMUM OBJEK PENELITIAN

3.1 Sejarah Dan kegiatan perusahaan

Dibentuk melalui proses konversi PT Bank Sahabat Purba Danarta

dan spin off Unit Usaha Syariah BTPN pada 14 Juli 2014 BTPN Syariah

menjadi Bank Umum Syariah ke–12 di Indonesia, yang fokus dengan model

bisnis memberdayakan keluarga prasejahtera produktif yang telah dilakukan

sejak 2010 di Unit Usaha Syariah BTPN.

Pada Tahun 2015-2016 BTPN Syariah resmi dicatat oleh OJK

sebagai Bank dengan kategori modal inti BUKU 2 berdasarkan kegiatan

usaha dan jaringan kantor berdasarkan modal Inti Bank. Selain itu, BTPN

Syariah juga mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak eksternal atas

performa prima dengan memperoleh apresiasi sebagai; Bank Umum Syariah

terbaik pertama kategori buku I, Bank Umum Syariah dengan

penyaluran pembiayaan tertinggi kategori buku I, Bank Umum Syariah

dengan Profitabilitas tertinggi kategori buku I.

BTPN memfokuskan diri untuk melayani dan memberdayakan

segmen mass market yang terdiri dari pensiun, usaha mikro dan kecil, serta

komunitas pra-sejahtera produktif. BTPN Syariah memiliki hampir 12.000

karyawan yang menjemput bola di hampir 70% total kecamatan di

Indonesia, yang secara langsung melakukan program pemberdayaan

keluarga prasejahtera produktif di sentra-sentra nasabah dengan


47

mengajarkan 4 perilaku unggul pemberdayaan yaitu Berani Berusaha,

Disiplin, Kerja Keras, dan Saling Bantu.

3.2 Produk Bank BTPN Syariah

 Pembiayaan

Salah satu produk unggulan Bank BTPN Syariah yaitu Produk Paket Masa

Depan yang terdiri dari :

1. Pembiayaan diberikan hanya untuk tujuan produktif, baik yang sudah

punya usaha ataupun baru berniat untuk memulai usaha. Mitigasi risiko

dilakukan dengan cara perbedaan besarnya dan batasan

maksimum pembiayaan. Jenis usaha yang dibiayai harus disetujui oleh

teman-temannya yang juga merupakan calon nasabah dimana

dikelompokan dalam satu kelompok yang kita sebut dengan nama

Sentra Nasabah.

2. Tabungan memiliki fitur yang sangat mudah, tidak ada saldo minimum,

dan tidak dikenakan biaya administrasi.

3. Asuransi jiwa juga diberikan kepada nasabah secara gratis sehingga jika

nasabah meninggal dunia tidak membebani ahli waris. Selain itu Bank

juga memberikan asuransi gratis berupa uang santunan jika suami nasabah

meninggal dunia.

3.3 Visi Dan Misi BTPN Syariah

1. Visi BTPN Syariah adalah menjadi bank syariah terbaik untuk keuangan

inklusif dan mengubah hidup berjuta rakyat Indonesia. Berdasarkan visi

inilah BTPN Syariah mengembangkan produk pembiayaannya. BTPN


48

Syariah menyadari bahwa penetrasi di segmen yang relatif rendah

menyebabkan banyak kebutuhan pembiayaan usaha yang belum terlayani,

meski adanya potensi pasar yang sebenarnya sangat besar. Terlebih lagi,

BTPN Syariah menganggap hal ini merupakan suatu panggilan untuk “Do

Good, Do Well”, dimana nilai kehidupan secara menyeluruh dapat

ditingkatkan oleh BTPN Syariah.

2. Misi BTPN Syariah adalah “Bersama, Kita Ciptakan Kesempatan Tumbuh

Dan Hidup Yang Lebih Berarti”, memiliki makna mendalam. Bersama

diartikan bahwa setiap kegiatan dilakukan secara bersama-sama oleh

seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) tanpa terkecuali.

Stakeholders adalah kita sebagai bagian dari masyarakat luas secara

umum, nasabah, pemerintah dan regulator, karyawan serta pemegang

saham. Kita ciptakan kesempatan artinya mengupayakan untuk

menjadikan segala aktivitas yang kita lakukan di BTPN Syariah adalah

sebuah kesempatan untuk tumbuh. Tumbuh bermakna semua kesempatan

yang ada harus mampu membawa perubahan untuk setiap stakeholders ke

arah yang lebih baik. Hidup yang lebih berarti artinya seluruh stakeholders

BTPN Syariah yang telah tumbuh, diharapkan mampu memberikan

manfaat bagi sekitarnya.
49

3.4 Struktur Organisasi

Gambar 3.1
Struktur Organisai BTPN Syariah cabang Bogor

RUPS

DEWAN PENGAWAS
DEWAN KOMISARIS
SYARIAH

DIREKSI

BAGIAN PEMASARAN BAGIAN OPERASIONAL

BC SCS

BM BACK OFFICE

CO TELLER

Sumber : Data Diolah dari BTPN Syariah


50

BAB 1V

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

4.1 Pembahasan

A. Mekanisme pembiayaan Murabahah

Mekanisme pembiayaan murabahah pada BTPN Syariah,

merupakan langkah-langkah atau tahapan penyaluran dana pembiayaan.

Akad pembiayaan Murabahah yang dilakukan oleh pihak BTPN Syariah

adalah akad Murabahah bil wakalah, dimana bank berlaku sebagai pihak

yang memberikan pembiayaan, dan mewakilkan pembelian barang (aset)

murabahah kepada nasabah. Kemudian, nasabah adalah pihak yang

melakukan pembiayaan murabahah kepada bank kemudian melakukan

pembelian barang (aset) kepada penjual.

Mekanisme atau proses pembiayaan Murabahah yang ada pada

BTPN Syariah, meliputi :

1. Nasabah datang ke BTPN Syariah untuk melakukan

pembiayaan murabahah.

2. Nasabah menyerahkan berkas kelengkapan administrasi yang

telah ditetapkan oleh bank. Berkas administrasi tersebut

meliputi; Fotokopi KTP Suami istri, Kartu Keluarga yang

masih berlaku saat pencairan.

3. Nasabah melakukan wawancara terkait pembiayaan.

4. Nasabah wajib melengkapi AP3R (Aplikasi Permohononan


51

Pembiayaan Dan Pembukaan Rekening), menandatangani

AP3R

5. Semua berkas dan informasi dari nasabah kemudian dibawa

untuk dilakukan cek dan collect data, kemudian semuanya itu

akan diproses dan dianalisa untuk akhirnya diputuskan apakah

disetujui untuk dilakukan pembiayaan atau tidak.

6. Setelah disetujui adanya pembiayaan, maka bagian community

officer pembiayaan akan melakukan akad pembiayaan

murabahah dengan nasabah tersebut.

7. Setelah dilakukan akad, maka bagian community officer

pembiayaan ini akan melakukan proses pencairan dana

pembiayaan murabahah.

8. Pencairan dilakukan di rumah nasabah dalam bentuk cash yang

selanjutnya digunakan nasabah untuk penambahan modal

usaha.

B. Akad Pembiayaan Murabahah

Akad pembiayaan murabahah ini merupakan akad jual beli yang

dilakukan oleh bank yang bertindak sebagai pihak yang memberikan dana

pembiayaan dengan nasabah yang bertindak sebagai pembeli. Di dalam akad

murabahah ini terdapat suatu perjanjian tertulis, dimana dokumen tertulis ini

berisikan tentang ketentuan dari akad yang dilakukan serta kesepakatan dari

dua belah pihak yang berakad. Dan akad ini dinyatakan selesai apabila pihak

nasabah sudah mengembalikan atau melakukan pelunasan terhadap

kewajibannya kepada pihak BTPN Syariah .


52

C. Perlakuan Akuntansi di Bank BTPN Syariah

1. Pengakuan Pembiayaan Murabahah

BTPN Syariah melayani pembiayaan murabahah dalam bentuk

pesanan yang sifatnya mengikat dan diangsur, BTPN Syariah tidak

menerapkan pembiyaan murabahah tanpa pesanan mengingat bahwa

bank sebagai lembaga pembiayaan bukan sebagai lembaga perdagangan

yang harus memiliki persediaan yang akan dijual. Dan dalam

pelaksanaannya bank menganut akad pembiayaan murabahah bil

wakalah berdasarkan pada Fatwa Dewan Syariat Nasional No: 04/

DSN-MUI/IV/2000 yaitu jika bank hendak mewakilkan kepada

nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli

Murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi

milik bank. BTPN Syariah tidak meminta uang muka kepada nasabah

serta jaminan dalam bentuk barang atau aset sebagai bentuk komitmen

dari nasabah yang mengajukan pembiayaan. Nasabah melakukan

angsuran pembayaran kepada bank setiap dua minggu sekali pada

tanggal yang telah ditetapkan dan disepakati.

BTPN Syariah mengakui keuntungan Murabahah pada saat

terjadinya akad.

2. Pengukuran Pembiayaan Murabahah

BTPN Syariah mengukur aset Murabahah dilihat berdasarkan

jenis pesanannya. Untuk jumlah angsuran, margin, uang muka yang

harus disetorkan.
53

Pengakuan dan pengukuran akad murabahah Bil Wakalah di

BTPN Syariah dapat dijelaskan melalui studi kasus. Studi kasus berikut

adalah salah satu transaksi pembelian untuk keperluan usaha nasabah

melalui produk PMD ( Paket Masa Depan ) BTPN Syariah :

Tabel 4.1
Studi Kasus Akad Murabahah
Rincian Pembiayaan

Nama : Helen Moray


Fasilitas : Murabahah Bil Wakalah
Tujuan Penggunaan : Warung Sembako
Harga Beli : Rp. 4.000.000
Margin : Rp. 1.200.000 (30%)
Harga Jual : Rp. 5.200.000
Jangka Waktu : 1 Tahun
Sumber : Data diambil dari BTPN Syariah

Informasi di atas adalah informasi ringkas mengenai akad

Murabahah Bil Wakalah yang dilakukan oleh BTPN Syariah sebagai

penjual dengan Helen Moray sebagai nasabah atau pembeli. Peneliti

melakukan deskripsi pengakuan dan pengukuran akuntansi

a) Pada Saat Pencairan Pembiayaan Murabahah

Ketika Helen Moray dan BTPN Syariah telah melaksanakan

ijab qabul akad Murabahah untuk tujuan pembelian sembako, BTPN

Syariah memberikan kuasa kepada Helen Moray untuk melakukan

pembelian sembako ke pemasok menggunakan akad wakalah. Jurnal

untuk mencatatnya adalah :

Piutang Wakalah Rp. 4.000.000


Kas Rp. 4.000.000
54

Setelah sembako berpindahtangan kepada Helen Moray,

nasabah kemudian melaporkan pembelian sembakonya kepada BTPN

Syariah dengan menyerahkan dokumen pembelian berupa Nota. BTPN

Syariah yang menerima laporan pembelian sembako dari Helen Moray

kemudian melakukan penghapusan piutang wakalah dengan jurnal:

Persediaan Aktiva Murabahah Rp. 4.000.000

Piutang Wakalah Rp. 4.000.000

Saat itu juga, BTPN Syariah mencatat penghapusan persediaan

murabahah berupa rumah dan mengakui adanya piutang murabahah

kepada Andayani. Selain itu, BTPN Syariah juga melakukan pengakuan

margin murabahah tangguh untuk mengakui keuntungannya. Jurnal

penghapusan persediaan murabahah yang dilakukan BTPN Syariah

adalah:

Piutang Murabahah Rp. 4.000.0000


Persediaan Aktiva Murabahah Rp. 4.000.000

Jurnal Pengakuan Margin Murabahah tangguh adalah :


Piutang Murabahah Rp. 5.200.000
Margin Murabahah Ditangguhkan Rp. 5.200.000

b) Pada Saat Pembayaran Angsuran

BTPN Syariah kemudian melakukan penjadwalan angsuran yang

wajib dibayarkan oleh Helen Moray setiap dua minggu sekali sesuai

tanggal kesepakatan. BTPN Syariah menerima angsuran murabahah


55

selama 12 bulan atau 25 kali pertemuan. Peneliti menyajikan jadwal

angsuran Murabahah milik Helen Moray selama tiga periode pertama,

sedangkan sisa tahun lainnya ditampilkan pada lampiran.

Tabel 4.2
Jadwal Angsuran Murabahah Helen Moray

( BTPN Syariah-Pengakuan Margin Murabahah Metode Anuitas)

Angsuran Sisa Angsuran Angsuran Jumlah Margin


ke- Pokok Pokok Margin Efektif
1 4.992.000 122.836 85.164 208.000 30%
2 4.784.000 125.451 82.549 208.000 30%
3 4.576.000 128.122 79.878 208.000 30%

Sumber : Data diambil dari BTPN Syariah

BTPN Syariah menggunakan metode anuitas dalam menghitung

jumlah angsuran dan angsuran margin yang dibayar oleh Helen Moray.

BTPN Syariah melakukan penjurnalan pada angsuran pokok dan margin

sebagai berikut :

Jurnal pada Angsuran Pokok sebagai berikut :

Piutang Murabahah Ditangguhkan Rp. 122.836


Piutang Murabahah Rp. 122.836

Jurnal pada Angsuran Margin sebagai berikut :

Margin Murabahah Ditangguhkan Rp. 85.164


Pendapatan Akrual Rp. 85.164
c) Jika terjadi tunggakan

Apabila nasabah lambat membayar angsuran atau dalam hal ini

terdapat tunggakan, pihak bank tidak memberikan denda pada nasabah

seperti yang berlaku pada umumnya. Pihak bank akan mencatat reverse
56

pembebanan margin sebagai berikut:

Pendapatan akrual margin murabahah Rp. 85.164


Tagihan Pendapatan Margin Murabahah Rp. 85.164

3. Penyajian Pembiayaan Murabahah

BTPN Syariah menyajikan piutang murabahah sebesar nilai

bersih yaitu nilai piutang murabahah setelah dikurangi dengan

cadangan penyisihan kerugian. Margin murabahah ditangguhkan

disajikan sebagai pos lawan piutang murabahah. Penyajian piutang

murabahah dapat ditampilkan seperti tebel berikut:

Tabel 4.3
Laporan Posisi Keuangan Bank BTPN Syariah
Per Tanggal 31 Desember 2018
Piutang Murabahah
- Setelah dikurangi pendapatan yang ditangguhkan masing-
masing sebesar Rp1.761.499 dan Rp 1.456.861 pada tanggal
31 Desember 2018 dan 2017
7.277.011
- Pihak ketiga 82.139
Pendapatan yang akan diterima dari piutang murabahah 7.359.150

Dikurangi : Cadangan kerugian penurunan nilai (215.949)

Neto 7.143.201
57

Sumber: BTPN Syariah,2018

BTPN Syariah menyajian pendapatan murabahah kedalam kategori

pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib pada Laporan

Laba Rugi Komprehensif sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.4
Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Konprehensif lain
BTPN Syariah
Untuk tahun yang berakhir pada
Tanggal 31 Desember 2018

Pendapatan pengelolaan dana oleh Bank sebagai


mudharib
Pendapatan dari jual beli marjin Murabahah 3.303.491
Pendapatan usaha utama lainnya 143.775

3.447.266
Jumlah

Sumber : BTPN Syariah,2018

4. Pengungkapan Pembiayaan Murabahah

BTPN Syariah mengungkapkan hal-hal yang diperlukan

sesuai dengan PSAK 101 tentang penyajian laporan keuangan

syariah, yaitu laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan

penghasilan komprehensif lain, laporan perubahan ekuitas,

laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

4.2 Hasil Penelitian


58

A. Pembahasan Mengenai Kesesuaian Pengakuan Akuntansi Pembiayaan

Murabahah di BTPN Syariah Cabang Bogor dengan PSAK No.102

1. Pengakuan Aset Murabahah

Dalam PSAK No. 102 tentang akuntansi pembiayaan

murabahah paragraf 18, dijelaskan bahwa pada saat perolehan aset

murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan.

BTPN Syariah menerapkan sistem Murabahah bil wakalah dalam

akadnya terkait pembelian aset murabahah. Hal ini berdasarkan pada

Fatwa DSN MUI praktik yang seperti ini menjadi alasan mengapa

BTPN Syariah tidak mengakui adanya persediaan aset murabahah.

Angsuran murabahah tersebut terdiri dari dua bagian yaitu

bagian pokok dan bagian margin murabahah. BTPN Syariah tidak

memberikan potongan pembayaran terhadap nasabah yang dapat

membayar angsurannya secara tepat waktu.

Untuk kasus pembiayaan macet, BTPN Syariah tidak

mengenakan denda kepada nasabah yang mengalami pembiayaan

macet. Tetapi dalam praktik di lapangan terlebih dahulu melakukan

analisa kepada nasabah yang bermasalah. Ketika diketahui bahwa

kelalaian pemenuhan kewajiban memang karena nasabah belum

mampu untuk mengangsur, maka bank akan memberikan

perpanjangan waktu untuk nasabah membayar angsuran tersebut.

BTPN Syariah tidak memberlakukan adanya penyerahan uang muka

pada saat awal akad.

B. Pembahasan Mengenai Kesesuaian Pengukuran Pembiayaan


59

Murabahah di BTPN Syariah dengan PSAK No. 102

Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

Keuangan Syariah (KDPPLKS) paragraf 127 disebutkan bahwa

pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan

memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan

laba rugi. Dalam PSAK No. 102 paragraf 19 dijelaskan bahwa

pengukuran aset murabahah setelah perolehan adalah:

1. Jika murabahah pesanan mengikat, maka:

a. Dinilai sebesar biaya perolehan Rp 4.000.000 ; dan

b. Jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak atau kondisi

lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut

diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset .

2. Jika murabahah pesanan tidak mengikat, maka:

a. Dinilai sebesar biaya perolehan Rp 4.000.000 atau nilai neto Rp

4.992.000 yang dapat direalisasi, mana yang lebih rendah; dan

b. Selisih antara nilai neto Rp. 4.992.000 yang dapat direalisasi

dengan biaya perolehan Rp 4.000.000, maka selisihnya senilai

Rp 992.000 diakui sebagai kerugian dengan jurnal :

Kerugian Piutang Rp 992.000


Cadangan Kerugian Piutang Rp 992.000

Dalam praktiknya, sebagian besar akad yang dilakukan

oleh BTPN Syariah adalah akad murabahah bil wakalah,

sehingga pembelian aset diwakilkan kepada nasabah yang

melakukan pembiayaan murabahah. Bank hanya melakukan


60

crosscheck kepada nasabah setelah pembelian aset selesai,

dengan meminta bukti pembelian kepada nasabah. Dan BTPN

Syariah menilai aset murabahah tersebut sebesar biaya

perolehan.

C. Pembahasan Mengenai Kesesuaian Penyajian Akuntansi

Pembiayaan Murabahah di BTPN Syariah dengan PSAK No. 102

Penyajian adalah tentang bagaimana semua transaksi disajikan

ke dalam laporan keuangan sehingga dapat dibaca oleh pihak-pihak yang

memiliki kepentingan dan kebutuhan terhadap laporan keuangan tersebut

(Yahdiyani; 2015). Dalam PSAK No. 102 paragraf 37, 38, dan 39

dijelaskan bahwa (a) piutang murabahah disajikan sebesar neto yang

dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi

penyisihan kerugian piutang, (b) margin murabahah tangguhan disajikan

sebagai pengurang piutang murabahah, (c) beban murabahah tangguhan

disajikan sebagai pengurang utang murabahah.

BTPN Syariah dalam laporan keuangannya menyajikan piutang

murabahah sebesar Rp. 7.277.011 merupakan jumlah yang dapat

direalisasikan. Dan menyajikan margin murabahah tangguhan sebagai

pengurang piutang murabahah.

D. Pembahasan Mengenai Kesesuaian Pengungkapan Akuntansi

Pembiayaan Murabahah di Bank BTPN Syariah dengan PSAK No.


61

102

Menurut Yahdiyani (2015) pengungkapan adalah suatu informasi

yang disertakan sebagai lampiran pada laporan keuangan untuk catatan kaki

atau tambahan. Dalam PSAK No. 102 paragraf 40 dijelaskan bahwa penjual

mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah. Akan

tetapi, tidak hanya terbatas pada:

1. Harga perolehan aset murabahah,

2. Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan

sebagai kewajiban atau bukan, dan

3. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 tentang

penyajian laporan keuangan syariah.

BTPN Syariah menggunakan sistem laporan keuangan terpusat.

Kantor cabang melakukan input data dan kantor pusat yang akan

melakukan penyusunan laporan keuangan. Dan laporan keuangan yang

disusun sudah sesuai dengan PSAK 101 tentang penyajian laporan

keuangan syariah.

Untuk pembahasan mengenai kesesuain perlakuan perlakuan

akuntansi Murabahah lebih jelasnya terdapat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5

Pembahasan Perlakuan Akuntansi Terhadap Pembiayaan Murabahah

PSAK No.102 BTPN Syariah Penjelasan kesesuaian


62

Penjual dapat meminta Tidak adanya Sesuai. karena sifatnya


pembeli menyediakan agunan/jaminan kepada opsional dan merupakan
agunan atas piutang nasabah yang kebijakan internal
murabahah, antara lain, mengajukan perusahaan
dalam bentuk barang pembiayaan
yang telah dibeli dari murabahah, baik
penjual dan/atau aset berupa aset murabahah
lainnya. (paragraf 13) yang dibeli ataupun aset
lain.
Pengakuan : Tidak mengakui adanya Sesuai. Karena Bank
1. Pada saat perolehan, persediaan, karena Btpn Syariah
aset murabahah pembelian aset menggunakan akad
diakui sebagai menggunakan akad wakalah dalam
persediaan sebesar wakalah sesuai dengan transaksi murabahah,
biaya perolehan. fatwa DSN MUI No. maka bank tidak
(paragraf 18) 04/DSN- MUI/IV/2000. mengakui adanya
persediaan.

2. Pada saat akad Mengakui piutang Sesuai. Pembiayaan


murabahah, murabahah sebesar dilakukan secara
piutang biaya perolehan aset tangguhan dan sesuai
murabahah diakui ditambah dengan PSAK
sebesar biaya keuntungan yang
perolehan aset disepakati pada saat
murabahah akad.
ditambah
keuntungan yang
disepakati.
(paragraf 22)

3. Keuntungan Mengakui keuntungan Sesuai. Pembiayaan


murabahah diakui murabahah selama dilakukan secara
selama periode periode akad untuk tangguhan dan sesuai
akad dengan transaksi tangguh lebih PSAK
tingkat resiko dan dari satu tahun.
upaya untuk Dihitung secara
merealisasikan proporsional dengan
keuntungan besaran kas yang
tersebut untuk berhasil ditagih dari
transaksi tangguh piutang murabahah.
lebih dari satu
tahun. Dengan
perhitungan
63

4. Potongan pelunasan Tidak Memberikan Tidak sesuai. Karena


piutang murabahah potongan pelunasan pihak bank tidak
yang diberikan kepada pembeli yang memberikan denda
kepada pembeli yang dapat melunasi lebih pada nasabah seperti
melunasi secara tepat cepat dari waktu yang yang berlaku pada
waktu atau lebih disepakati. umumnya. Pihak bank
cepat dari waktu yang akan mencatat sebagai
disepakati diakui reverse
sebagai pengurang
pengurang
keuntungan
murabahah. (paragraf
26)

5. Potongan angsuran Tidak memberikan Tidak Sesuai. Setelah


murabahah diakui potongan angsuran dinilai bank hanya
sebagai pengurang kepada pembeli yang berorientasi untuk
keuntungan membayar tepat waktu. memperoleh
murabahah, jika keuntungan.
pembelimembayar
tepat waktu.
(paragraph 28)

Denda dikenakan jika Berdasarkan Keputusan Tidak Sesuai.


pembeli lalai dalam dewan pengawas syariah Seharusnya denda
melakukan bank Btpn Syariah tidak diakui dan diterima
kewajibannya mengenakan denda sebagai dana kebajikan
sesuai dengan akad, dan dalam bentuk apapun
denda yang diterima
diakui sebagai bagian
dana kebajikan.
(paragraf
29
Pengukuran : Aset murabahah Sesuai. Pembelian
Aset murabahah dinilai dinilai berdasarkan dilakukan secara
sebesar berdasarkan biaya perolehan. tangguh
biaya perolehan atau
nilai neto yang dapat
direalisasi, mana yang
lebih rendah. (paragraf
19)

Penyajian : Sesuai
1. Piutang murabahah Piutang murabahah Karena Pembelian
disajikan sebesar disajikan sebesar nilai dilakukan secara
nilai neto yang neto yang dapat
64

dapat direalisasikan. tangguh


direalisasikan;
saldo piutang
murabahah
dikurangi
penyisihan kerugian
piutang. (paragraf
37) Margin murabahah Sesuai. Karena
2. Margin murabahah tangguhan disajikan Pembelian dilakukan
tangguhan sebagai pengurang secara tangguh
disajikan sebagai piutang murabahah
pengurang piutang
murabahah.
(paragraf 38)
Pengungkapan : Laporan keuangan yang Sesuai dengan PSAK
Penjual disusun mengungkapkan No. 101
mengungkapkan hal- laporan posisi keuangan,
hal yang terkait dengan laporan laba rugi dan
transaksi murabahah, penghasilan
tetapi tidak terbatas komprehensif lain,
laporan perubahan
pada:
ekuitas, laporan arus
a. Harga perolehan aset kas, dan catatan atas
murabahah, laporan keuangan.
b. Janji pemesanan
dalam murabahah
berdasarkan
pesanan sebagai
kewajiban atau
bukan, dan
Pengungkapan yang
diperlukan sesuai PSAK
101 tentang penyajian
laporan keuangan
syariah.
Sumber : Hasil analisa BTPN Syariah

Berdasarkan tabel perbandingan di atas dapat disimpulkan bahwa

BTPN Syariah belum sepenuhnya menerapkan PSAK 102. Berkaitan

dengan denda, BTPN tidak menerapkan aturan yang sesuai dengan PSAK

102 yang menyatakan bahwa denda diterima dan diakui sebagai dana

kebajikan. BTPN Syariah tidak mengenakan denda dalam bentuk apapun,


65

hal ini berdasarkan keputusan Dewan Pengawas Syariah Bank BTPN

Syariah. Sehingga, pada laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan

tidak temukan akun denda sebagai sumber dana kebajikan.

BTPN Syariah tidak sepenuhnya menerapkan PSAK 102 berkaitan

dengan potongan saat pelunasan kepada pembeli yang dapat melunasi lebih

cepat dan potongan angsuran saat pembeli bayar tepat waktu, hal ini dinilai

bertentangan dengan tujuan Bank Syariah dimana orientasi pembiayaan

tidak hanya untuk keuntungan akan tetapi harus berorientasi pada

kesejahteraan masyarakat.

Apabila pihak bank mewakilkan pembelian barang dengan

wakalah, BTPN Syariah memberikan kas kepada nasabah dan mencatat

sebagai hutang syariah lainnya bukan sebagai piutang wakalah. Sehingga

pada saat nasabah memberikan bukti atas pembelian barang dari pemasok

maka bank akan memutuskan akad wakalah dengan menghapus hutang

syariah lainnya dan mengakui adanya persediaan aktiva murabahah, yang

selanjutnya akun persediaan tersebut dieliminasi dengan mengakui adanya

piutang murabahah pada saat akad murabahah yaitu penyerahan barang

kepada nasabah. Berdasarkan transaksi tersebut pencatatan yang dilakukan

BTPN Syariah secara substansi tidak melanggar PSAK 102 karena adanya

pemisahan antara akad wakalah dengan akad murabahah namun belum

sesuai dalam hal penamaan akun.

BTPN Syariah telah mematuhi PSAK 102 yang mewajibkan

penjual menyajikan piutang murabahah bersih. BTPN Syariah menyajikan

piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. BTPN Syariah


66

mengungkapkan hal yang terkait dengan transaksi murabahah sesuai PSAK

No. 101 Tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah, namun BTPN

Syariah tidak mengungkapkan secara terperinci harga perolehan persediaan

murabahah.

BAB V
67

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari BTPN Syariah

dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa:

1. Perlakuan akuntansi yang diterapkan BTPN mengenai

pengakuan, pengukuran, penyajian serta pengungkapan

terhadap pembiayaan murabahah sudah sesuai dengan

PSAK No. 102.

2. Kesesuaian perlakuan akuntansi BTPN Syariah :

a. Perlakuan Akuntansi murabahah pada BTPN Syariah

belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK 102, karena

BTPN Syariah tidak menerapkan aturan yang sesuai

dengan PSAK 102 yang menyatakan bahwa denda bagi

nasabah yang terlambat membayar diterima dan diakui

sebagai dana kebajikan BTPN Syariah

a. Bank tidak mengakui adanya persediaan aset murabahah

karena pembelian aset menggunakan akad wakalah. Hal

ini sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam Fatwa

DSN MUI No. 04/DSN- MUI/IV/2000.

b. Bank tidak memberikan potongan angsuran kepada

nasabah yang tepat waktu membayar. Hal ini bersifat

opsional, sehingga bank berhak untuk memberikan atau

tidak memberikan potongan angsuran kepada nasabah.


68

c. Pengukuran aset murabahah yang dilakukan sudah sesuai

dengan aturan yang ditetapkan dalam PSAK No. 102

tentang pembiayaan murabahah.

d. Penyajian piutang murabahah dan margin murabahah

tangguhan sudah sesuai dengan aturan yang ditetapkan

dalam PSAK No. 102 tentang pembiayaan murabahah.

e. Pengungkapan laporan keuangan yang dilakukan sudah

sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam PSAK No.

102 tentang pembiayaan murabahah

5.2 Saran

1. Diharapkan BTPN Syariah dapat terus mengembangkan dan

mensosialisasikan produk pembiayaan murabahah kepada

masyarakat dan tetap mempertimbangkan margin agar tidak terlalu

besar.

2. BTPN Syariah diharapkan dapat menerapkan PSAK 102 Secara

keseluruhan baik dalam pengukuran, penyajian dan pengungkapan.

Terkhusus mengenai keputusan untuk tidak mengenakan denda

apabila terjadi tunggakan angsuran, jika itu dianggap sebagai

keunggulan dari pihak bank diharapkan bank mampu memberikan

solusi yang lebih efektif untuk menangani nasabah yang lalai

terhadap kewajiban membayar angsuran.

3. lebih terbuka kepada mahasiswa dan peneliti-peneliti lainnya yang

ingin melakukan penelitian pada BTPN Syariah karena melalui


69

penelitian ini justru dapat menjadi suatu bahan masukan bagi

BTPN Syariah untuk melihat kelemahan-kelemahan yang dapat

diperbaiki dan meningkatkan hal-hal yang sudah dianggap baik


70

Daftar Pustaka

Ahmad Mughni, Joni. 2019. Analisis penerapan akuntansi syariah berdasarkan

PSAK Nomor 102 pada pembiayaan murabahah pada BMT AL-Ittihad

Tasikmalaya

Al-Qur’an dan Terjemahannya. (2005). Jakarta: Departemen Agama RI.

Antonio,Muhammad Syafii. 2001. Bank Syariah Teori dan Praktek. Jakarta :

Gema Insani

Desilvasari. 2018. Penerapan PSAK 102 tentang auntansi murabahah pada

piutang murabahah pada BPRS Lampung

Fajar Firmansyah, Ahmad. 2016. Analisis perlakuan akuntansi terhadap jual

beli murabahah berdasarkan PSAK 102 pada PT. BRI Syariah

Fatwa DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000

Firdaus, dan Fakhry Zamzam. 2018. Aplikasi Metodologi Penelitian. Sleman :

CV Budi Utama

Fitrah, dan Luthfiyah. 2017. Metode Penelitian. Sukabumi : CV Jejak

Fitriah, Pera. 2017. Analisis perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah

berdasarkan PSAK 102 Pada KJKS BMT UGT Sidogiri

Ikatan Akuntansi Indonesia. (2016). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


71

No. 102, Akuntansi Murabahah. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi

Syariah Ikatan Akuntansi Indonesia.

Imaniyah, 2017. Analisi perlakuan akuntansi terhadap pembiayaan murabahah

berdasarkan PSAK No 102 pada Baitul Maal Wa Tamwil Sumenep

Irfan. 2018. Analisis perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah berdasarkan

PSAK 102 pada PT. Bank Syariah Mandiri

Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta :Prenandamedia Group

Muhammad. 2011. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: Sekolah Tinggi

Ilmu Manajemen YKPN

Muhammad. 2013. Akuntansi Syariah. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu

Manajemen YKPN

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2017. Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta :

Salemba Empat.

Nuwaty, Diah. 2018. Akuntansi syariah untuk pembiayaan murabahah serta

kesesuaian dengan PSAK Syariah 102 pada KSPPS BMT NU Jombang

Rahmatullah, Dolly. 2018. Analisis penerapan akuntansi Syariah berdasarkan

PSAK 102 Tentang pembiayaan murabahah pada PT. BPRS puduarta


72

insani

Safriani Rakhma, Zyarina. 2018. Analisi kesesuaian perlakuan akuntansi

dalam transaksi pembiayaan murabahah berdasarkan PSAK 102 pada

Bank Jatim.

Shiddiq, Hasbi. 2017. Analisi perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah

pada BNI Syariah pasuruan

Siyoto, Sandu dan Ali Sodikin. 2015. Dasar Metodologi Penelitian.

Yogyakarta : Literasi Media Publishing.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi

(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta

Undang-undang RI No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

Yahdiyani. 2015. Teori Akuntansi. Yogyakarta : Deeppublish


73

PEDOMAN WAWANCARA

Lampiran 1

A. Bagian Pembiayaan

1. Jenis murabahah apa yang diterapkan oleh BTPN Syariah?

2. Bagaimanakah prosedur pengajuan pembiayaan murabahah di BTPN

Syariah ? Dan syarat apa saja yang harus dipenuhi oleh nasabah?

3. Berapakah jumlah pembiayaan yang dapat diajukan oleh nasabah di

BTPN Syariah ?

4. Nasabah lebih banyak menggunakan akad murabahah ini untuk

pembiayaan apa?

5. Jenis murabahah apa yang diterapkan oleh BTPN Syariah ?

6. Bagaimanakah proses pembelian aset murabahah pada BTPN

Syariah ?

7. Bagaimana proses pencairan dana pembiayaan murabahah bil

wakalah?

8. Apakah pihak BTPN Syariah meminta jaminan kepada nasabah

yang melakukan pembiayaan murabahah? Atau barang yang

diakadkan tersebut yang dijadikan sebagai jaminan.

9. Berapa prosentase keuntungan (margin) yang ditetapkan oleh

BTPN Syariah terhadap pembiayaan murabahah?

10. Apakah BTPN Syariah meminta uang muka kepada nasabah yang

mengajukan pembiayaan murabahah? Dan bagaimana bank


74

memperlakukan uang muka tersebut?

11. Bagaimana perlakuan BTPN Syariah, jika ada nasabah yang bisa

melunasi hutang tepat waktu atau lebih awal dari waktu yang telah

disepakati?

12. Bagaimana perlakuan BTPN Syariah, ketika terjadi pembiayaan

macet ?

13. Apakah pihak BTPN Syariah memberikan denda kepada nasabah

yang lalai dalam melakukan kewajibannya?

B. Bagian Operasional

1. Kapan BTPN Syariah melakukan input data ke software?

2. Bagaimanakah proses pencatatan laporan keuangan terkait

pembiayaan murabahah?

3. Piutang murabahah itu dicatat sebesar apa? Dan kapan piutang

tersebut dicatat ?

4. Kapan keuntungan murabahah mulai dicatat?

5. Jika ada nasabah yang melakukan pembayaran angsuran atau

pelunasan tepat waktu atau lebih awal dari waktu yang ditetapkan,

bagaimanakah yang dilakukan oleh bank?

6. Bagaimana tindakan bank jika ada nasabah yang mengalami

penurunan kemampuan pembayaran

7. Bagaimana BTPN Syariah mencatat saat pencairan pembiayaan

Murabahah terjadi ?
75

8. Bagaimanakah BTPN Syariah mencatat pada saat pembayaran

angsuran ?

9. Bagaimanakah BTPN Syariah mencatat pada saat terjadi

tunggakan ?

10. Bagaimanakah BTPN Syariah menyajikan piutang murabahah

dalam laporan keuangan?


76

LAMPIRAN 2

Hasil Wawancara 1

Informan : Ayu Candra Komala


Jabatan : Community Officer

1. Jenis murabahah apa yang diterapkan oleh BTPN Syariah ?

Jawab : Murabahah Bil Wakalah

2. Bagaimanakah prosedur pengajuan pembiayaan murabahah di BTPN

Syariah ? Dan syarat apa saja yang harus dipenuhi oleh nasabah?

Jawab : pada pertemuan rutin sentra nasabah dapat memberikan

syarat-syarat berupa fotokopi KTP Suami Istri yang masih aktif, fotokopi

KK, setelah dirasa memenuhi syarat bank akan survey ke rumah nasabah

untuk validasi tempat tinggal serta usaha yang akan diajukan.

3. Berapakah jumlah pembiayaan yang dapat diajukan oleh nasabah di

BTPN Syariah ?

Jawab : Untuk Nasabah baru dapat mengajukan minimal

Rp 2.000.000 sampai Rp 5.000.000 dan untuk nasabah lanjutan dan

sudah bergabung selama ≥ 1 tahun maximal pengajuan hingga Rp

50.000.000

4. Nasabah lebih banyak menggunakan akad murabahah ini untuk

pembiayaan apa?

Jawab : Usaha yang tergolong mikro yang berkaitan dengan jual beli
77

5. Jenis murabahah apa yang diterapkan oleh Bank BTPN Syariah ?

Jawab : Murabahah tanpa pesanan

6. Bagaimanakah proses pembelian aset murabahah pada BTPN Syariah

Jawab : Pembelian barang disini menggunakan akad Wakalah jadi

pembelian barang kita wakilkan kepada nasabah, dengan syarat kita

(bank) harus tau penjualannya yang mana.

7. Bagaimana proses pencairan dana pembiayaan murabahah bil wakalah?

Jawab : Setelah terjadinya akad, uang yang cair ini nantinya akan kami

berikan langsung kepada nasabah. Dan nantinya nasabah sendiri yang

akan membelanjakan uang tersebut untuk kebutuhan modal maksimal dua

minggu setelahnya bank akan meminta bukti atas pembelian barang

kepada nasabah.

8. Apakah pihak BTPN Syariah meminta jaminan kepada nasabah yang

melakukan pembiayaan murabahah? Atau barang yang diakadkan

tersebut yang dijadikan sebagai jaminan.

Jawab : Tidak, kita (bank) tidak meminta jaminan dalam bentuk

apapun kepada nasabah, jaminannya hanya nasabah harus selalu

datang dalam pertemuan rutin sentra pada saat pembayaran angsuran

9. Berapa presentase keuntungan (margin) yang ditetapkan oleh Bank

BTPN Syariah terhadap pembiayaan Murabahah?

Jawab : Bank menetapkan margin sebesar 30% selama 1 tahun

10. Apakah BTPN Syariah meminta uang muka kepada nasabah yang

mengajukan pembiayaan murabahah? Dan bagaimana bank


78

memperlakukan uang muka tersebut?

Jawab : Tidak diberlakukan nya penyerahan uang muka.

11. Bagaimana perlakuan BTPN Syariah, jika ada nasabah yang bisa

melunasi hutang tepat waktu atau lebih awal dari waktu yang telah

disepakati?

Jawab : Secara prinsip, dari akad Murabahah ini, yang menjadi

kewajiban dari nasabah adalah harga jual yang harus dilunasi. Namun

atas kebijakan perusahaan tetap tidak adanya potongan angsuran yang

diberikan

12 .Bagaimana perlakuan BTPN Syariah, ketika terjadi pembiayaan macet ?

Jawab: Ketika ada pembiayaan macet pihak bank akan

bermusy warah kepada nasabah untuk dilakukan restrukturisasi. Jika

sudah sampai tidak ada i`tikad baik bank akan melakukan Write Off.

13. Apakah pihak BTPN Syariah memberikan denda kepada nasabah yang

lalai dalam melakukan kewajibannya?

Jawab : Secara akad tidak adanya perjanjian mengenai keterlambatan

membayar denda secara aturan uang denda yang masuk ini nantinya tidak

bisa dihitung sebagai pendapatan, haram hukumnya. Jadi uang denda yang

masuk, itu nanti akan jadi dana sosial. Tapi dalam prakteknya sendiri

selama ini kita belum pernah mengenakan denda kepada nasabah.


79

LAMPIRAN 3

HASIL WAWANCARA 2

Informan : Dewi Rismawati

Jabatan : Senior Community Support

1. Kapan BTPN Syariah melakukan input data ke software?

Jawab : Dua minggu sebelumnya, sehingga pencairan nasabah dua

minggu setelahnya dapat pencairan

2. Bagaimanakah proses pencatatan laporan keuangan terkait

pembiayaan murabahah?

Jawab : Untuk proses pancatatannya juga dilakukan langsung di hari

yang sama saat akad dilakukan. Jadi pencatatan pembiayaan

Murabahah ini terkait berapa pembiayaannya, berapa kali

angsurannya, berapa margin dan plafonnya, itu semua langsung

dicatatat saat akad dilakukan hari itu.

3. Piutang murabahah itu dicatat sebesar apa? Dan kapan piutang

tersebut dicatat?

Jawab : Sebesar harga perolehan ditambah marjin. Dan dicatat setiap

menerima angsuran dari nasabah tiap dua minggu.

4. Kapan keuntungan Murabahah mulai dicatat?

Jawab : Keuntungan Murabahah mulai dictat selama periode akad

5. Jika ada nasabah yang melakukan pembayaran angsuran atau

pelunasan tepat waktu atau lebih awal dari waktu yang ditetapkan,
80

bagaimanakah yang dilakukan oleh bank

Jawab : Ya itu hak nasabah jadi kalau mau melunasi lebih awal

pihak bank terima-terima saja.

6. Bagaimana tindakan bank jika ada nasabah yang mengalami

penurunan kemampuan pembayaran?

Jawab : Kita proses sesuai aturan. Bank akan menawarkan untuk

restrukturisasi pembiayaan sehingga nasabah hanya membayar sisa

pokok tanpa margin

7. Bagaimana BTPN Syariah mencatat saat pencairan pembiayaan

Murabahah terjadi ?

Jawab : Ketika nasabah telah melaksanakan ijab qabul akad

Murabahah bil wakalah BTPN memberikan sejumlah pembiayaan

kepada nasabah untuk melakukan pembelian ke pemasok sehingga

Pada saat awal akad Bank langsung mencatat sebagai piutang

wakalah ketika nasabah sudah memberikan bukti pembelian bank

akan mencatat sebagai persediaan akad Murabahah pada piutang

wakalah.

8. Bagaimanakah BTPN Syariah mencatat pada saat pembayaran

angsuran ?

Jawab : Pada saat menerima pembayaran bank akan mencatat pokok

sebagai piutang murabahah ditangguhkan pada piutang murabahah

dan dalam mencatat margin yaitu margin murabahah ditangguhkan

pada pendapatan akrual


81

9. Bagaimanakah BTPN Syariah mencatat pada saat terjadi

tunggakan ?

Jawab : dalam prakteknya BTPN Syariah tidak memberikan sanksi

berupa denda sehingga pihak bank mencatat sebagai pembeban

margin yaitu pendapatan akrual margin murabahah pada tagihan

pendapatan margin Murabahah

10. Bagaimanakah BTPN Syariah menyajikan piutang murabahah

dalam laporan keuangan?

Jawab : Kalau untuk itu, semua sudah diolah di pusat. Jadi kita

hanya melakukan input data saja. Setiap ada akad, kita input data dan

nanti sudah terhitung semuanya, nasabah harus angsur berapa setiap

bulannya, itu nanti sudah otomatis. Jadi, kita hanya input dan untuk

selebihnya pusat yang urus.


82

Daftar Riwayar Hidup

1. DATA PRIBADI

Nama : Noviyanti Wulandari


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Bogor, 25 November 1995

Agama : Islam
Alamat : JL. Kebon Pedes Rt 07/04 Ds. Tanah
Sareal, Kota Bogor
No HP : 089623896250
E-mail : Noviyantiwulandari28@gmail.com

2. PENDIDIKAN FORMAL
Jenjang Nama Sekolah Lama / Tahun
SD SDN Sasanawiyata 2 Bogor 2001-2007
SMP SMP Negeri 3 Cibinong 2007-2010

SMA SMK PGRI 3 Bogor 2010-2013


Sarjana/ S1 Universitas Ibn Khaldun Bogor 2015-2020

3. RIWAYAT PEKERJAAN

Jabatan Perusahaan Lama / Tahun


Magang PT. Astra Otopart Winteq Mei-Agustus 2012
Marketing Koprasi Dana Karya 2013-2014
CO BTPN Syariah 2014-sekarang
83

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Noviyanti Wulandari

NPM : 151103050309

Jurusan Akuntansi :Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Judul :Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Murabahah

Berdasarkan PSAK Nomor 102

Studi kasus BTPN Syariah

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri

sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya yang ditulis atau diterbitkan orang

lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah

yang lazim.

Bogor, 14 Maret 2020

Yang menyatakan

Noviyanti Wulandari
151103050309

Anda mungkin juga menyukai