BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Propeller
Propeller adalah salah satu bagian mesin yang berfungsi sebagai alat
penggerak mekanik, misalnya pada pesawat terbang, kapal laut, hovercraft
dan lainlain. Baling-baling (propeller) ini memindahkan tenaga dengan cara
merubah gaya putar dari baling-baling menjadi daya dorong untuk
menggerakkan badan kapal dengan perantara massa air (kapal laut), massa
udara (pesawat terbang), dengan memutar bilah-bilah yang bersumbu pada
poros.
Propeller mempunyai banyak tipe, antara lain fixed pitch, ground
adjustable picth, two position, controllable pitch, constant speed, full
feathering, reversing dan beta control. Propeller terdiri dari dua atau lebih
bilah yang terhubung ke porosnya. Setiap bilah adalah airfoil yang bertindak
seperti sayap yang berputar karena faktor – faktor aerodinamika yang
mempengaruhinya sama dengan airfoil.
Namun dalam prakteknya, propeller menjadi bagian penyumbang
kebisingan terbesar dibandingkan bagian pesawat yang lain. Kebisingan ini
disebabkan oleh adanya turbulensi dan pulsasi yang terjadi akibat adanya
kecepatan udara yang bergerak melewati propeller. Kebisingan yang terjadi
akibat putaran propeller ini telah menimbulkan gangguan dan masalah untuk
lingkungan terbuka, dimana berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor KEP48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat
kebisingan adalah sebesar 50 dB. Namun pada realisasinya, pesawat secara
umum memiliki tingkat kebisingan diatas 80 dB untuk pengukuran pada jarak
300 m. Untuk mengatasi hal ini, berbagai usaha telah dilakukan dalam
penelitian geometri propeller untuk mengurangi tingkat kebisingan pesawat.
Pada umumnya pengujian geometri propeller dilakukan dengan menguji
airfoil di dalam wind tunnel yang dialirkan udara dengan kecepatan tertentu
dan melakukan pengujian eksperimental kebisingan pada propeller pesawat.
Propeller yang akan digunakan menggunakan paduan material Aluminium
– Magnesium (Al – Mg) dengan perbandingan 94 Al – 6 Mg. Propeller
merupakan sistem propulsi yang secara umum digunakan pada pesawat tanpa
awak. Propeller mengubah tenaga mesin menjadi kekuatan aerodinamis.
Bagian dari gaya ke depan adalah kekuatan dorong dan bagian yang bertindak
dalam bidang rotasi adalah torsi propeller. Propeller ini mempunyai tiga blade
(sudu ).
3.2 Pengecoran
Pengecoran logam merupakan suatu proses pembuatan benda yang
dilakukan melalui beberapa tahapan mulai dan pembuatan pola, cetakan,
proses peleburan, penuangan, pembongkaran dan pembersihan coran. Proses
ini dapat digunakan untuk membuat benda-benda dengan bentuk rumit. Benda
berlubang yang sangat besar yang sangat sulit atau sangat mahal jika dibuat
dengan metode lain, dapat diproduksi masal secara ekonomis menggunakan
teknik pengecoran yang tepat. Pengecoran logam dapat dilakukan untuk
bermacam macam logam seperti, besi, baja, paduan tembaga (perunggu,
kuningan, perunggu aluminium dan lain sebagainya), paduan logam ringan
(paduan aluminium, paduan magnesium, dan sebagainya), serta paduan lain,
semisal paduan seng, monel (paduan nikel dengan sedikit tembaga), hasteloy
(paduan yang mengandung molibdenum, krom, dan silikon), dan sebagainya.
Keuntungan proses pembentukan dengan pengecoran :
1. Dapat mencetak bentuk kompleks, baik bentuk bagian luar maupun
bentuk bagian dalam.
2. Beberapa proses dapat membuat bagian (part) dalam bentuk jaringan.
3. Dapat mencetak produk yang sangat besar, lebih berat dari 100 ton.
4. Dapat digunakan untuk berbagai macam logam
5. Beberapa metode pencetakan sangat sesuai untuk keperluan produksi
massal.
Setiap metode pengecoran memiliki kelemahan, tetapi secara umum
kerugian proses pembentukan dengan pengecoran dapat disebutkan sebagai
berikut :
1. Keterbatasan sifat mekanik.
2. Sering terjadi porositas.
3. Dimensi benda cetak kurang akurat.
4. Permukaan benda cetak kurang halus.
5. Bahaya pada saat penuangan logam panas.
6. Masalah lingkungan.
Hampir semua benda-benda logam yang berbentuk rumit baik logam ferro
maupun non ferro mulai dari yang berukuran kecil sampai besar dibuat
melalui proses pengecoran. Besi cor bergrafit bulat (FCD) masuk dalam kelas
besi cor, jenis besi cor ini sekarang banyak digunakan sebagai bahan
pengganti baja untuk komponen-komponen seperti mesin pertanian, otomotif,
konstruksi dan lain-lain, hal ini dikarenakan sifat fisik dan mekanik yang
dimiliki hampir menyamai sifat-sifat yang dimiliki oleh baja konvensional
baik dari segi kekuatan tarik, perpanjangan, maupun keliatannya.
3.3 Cetakan
3.3.1 Rangka Cetak
Rangka tuang atau sering disebut rangka cetak (frame) yang berfungsi sebagai
tempat membuat cetakan pasir. Rangka cetak dapat dibuat dari plat baja, besi atau
kayu. Rangka cetak (frame) harus mampu mempertahankan bentuk apabila
cetakan menerima beban dari logam cair maupun saat dipindah-pindahkan.
Pemilihan macam dan bentuk rangka cetak disesuaikan dengan benda yang akan
dibuat, bahan, volume, tingkat kerumitan, dan jumlah produk. Rangka cetak
biasanya terdiri dari 2 pasang bingkai dapat di pisahkan yang saat proses
penuangan disatukan. Bingkai bagian atas disebut kup (cope) dan bagian bawah
disebut drag, kedua bingkai di ikat oleh pin.
1. Rangka cetak persegi dari kayu
3.3.2 Pola
Pola atau model sering disebut dengan “mold” adalah alat untuk membuat
rongga pada cetakan yang dalam proses pengecoran akan di isi cairan logam,
jika membuat benda cor dalam jumlah sedikit, atau benda cor sederhana, atau
mempergunakan cetakan tetap maka polal tidak diperlukan. Sebagai gantinya,
diperlukan tukang cetak yang ahli dalam membuat ronga-ronga cetak.
Pembuatan pola perlu diperhatikan hal-hal berikut ini, yaitu :
1. Usahakan pola dibuat semudah-mudahnya.
2. Kestabilan inti, sehingga tidak terjadi pergeseran sewaktu proses
penuangan logam cair yang akan menyebabkan cacat coran.
3. Proses pembuatan cetakan, pola harus mudah diambil sehingga tidak
merusak cetakan.
4. Mempermudah pembongkaran cetakan.
5. Posisi permukaan pisah.
6. Penetapam arah kup dan drag.
7. Kemiringan pola.
8. Tambahan ukuran untuk proses penyusutan dan pengerjaan selanjutnya
(permesinan).
Umumnya pola dibuat dari kayu atau logam, dalam hal khusus pola dibuat
dari lilin. Kayu dipilih karena murah, pola lebih cepat dan lebih mudah dibuat
dan umumnya kayu digunakan untuk cetakan pasir. Sehingga kayu yang
sering dipakai adalah kayu jati, kayu mahoni, kayu pinus, multi-plex yang
cocok untuk landasan pola. Setelah pola selesai dibuat tersebut dihaluskan
dengan amplas dan lubang-lubang bekas paku atau sekrup ditutup dengan
dempul. Kemudian pola dicat untuk menghilangkan alur-alur serat kayu,
melindungi pola dari kelembaban di ruang penyimpanan dan melindungi
perembesan air dari pasir cetak. Logam dipilih karena tahan lama, sehingga
dapat menjaga ketelitian benda cor (produk masa), umumnya logam yang
dipakai yaitu besi cor karena tahan panas dan aluminium karena mudah
dikerjakan dan ringan.
A. Perencanaan pola
3. Kemiringan pola
Sisi-sisi pada pola yang tegak terhadap arah penarikan perlu dibuat
miring agar lebih mudah melepaskan pola dari cetakan. Penambahan
kemiringan pola sesuai dengan bahan pola yang digunakan dilihat pada
table 3.2. Beberapa contoh kemiringan pola tampak pada Gambar 3.3.
alumunium dapat pula dipakai sebagai bahan pola karena ringan dan
mudah dikerjakan.
Kelebihan bahan pola dari logam yaitu:
a. Bisa digunakan untuk produksi missal.
b. Mudah didapat.
Kekurangan dari bahan pola logam yaitu:
a. Tingkat kesulitan pengerjaannya.
b. Tidak bisa mengerjakan pola yang rumit bentuk maupun
ukurannya.
3.3.3 Inti
Inti adalah pasir yang dibentuk dan dipadatkan kemudian ditempatkan pada
rongga cetakan untuk mencegah masuknya logam cair ke bagian-bagian yang
didesain berbentuk lubang atau berongga dalam suatu coran. Macam-macam inti
dibedakan berdasar pengikatnya atau cara pembuatannya, antara lain: inti minyak,
kulit, CO2, udara dan sebagainya, disamping pasir dengan pengikat tanah
lempung.
Pembuatan inti membutuhkan kotak inti sebagai tempat untuk mencetak inti.
(Gambar 3.6)
1. Kotak ini ini terbuat dari kayu atau tripleks dan diukir dengan pahat.
Sesuai untuk membuat inti dengan ukuran kecil.
2. Kotak inti biasa berbentuk persegi dengan permukaan yang terluas
merupakan permukaan tumbuk. Bagian-bagian menonjol terdapat di
samping atau di dasar.
3. Kotak inti lengkung dipakai untuk membuat inti dengan diameter besar
yang terbagi menjadi beberapa bagian yang sama.
4. Kotak inti setengah dengan pelat penyapu berupa setengah kotak dengan
sebuah penggeret yang dapat diputar di sekeliling poros pada kedua ujung
kotak.
5. Kotak inti untuk membuat tebal dipakai untuk membuat inti yang bertebal
tetap.
6. Kotak inti untuk mesin pembuat cetakan digunakan dengan memasangnya
pada mesin pembuat cetakan. Ukurannya harus cocok dengan ukuran
kemampuan pasir cetak mengalirkan gas-gas dari cetakan atau logam cair
mampu dilepaskan selama penuangan. Permeabilitas yang rendah
menyebabkan kulit coran lebih halus karena gelembung udara terjebak
didalam cetakan dan mengahasikan cacat permukaan pada coran.
c. Distribusi ukuran besar butir pasir sesuai. Hal ini terkait dengan dua hal diatas
agar terpenuhi sifat mampu bentuk yang baik dan mudahnya gas-gas keluar
dari dalam rongga cetakan.
d. Tahan terhadap tingginya suhu logam cair selama penuangan. Pasir dan bahan
pengikat harus tahan suhu tinggi sehingga dinding dalam rongga cetakan
tidak rontok saat penuangan logam cair.
e. Perbandingan komposisi yang sesuai antara bahan baku pasir dengan bahan
pengikat atau tambah lainnya.
f. Pasir harus dapat digunakan berulang-ulang sehingga lebih ekonomis.
Pasir cetak yang paling lazim dipergunakan adalah pasir gunung berasal
dari gunung berwarna cenderung hitam, pasir pantai berasal dari pantai laut
berwarna coklat agak kehitaman, pasir sungai berasal dari sungai berwarna
kehitaman, dan pasir silika berasal dari persediaan alam berwarna kekuningan.
Dalam praktiknya bahan-bahan pasir dipilih dengan ukuran yang sesuai
sehingga dapat langsung dipakai begitu saja. Bentuk butir pasir ada yang
bulat, sebagian bersudut, bersudut, dan berkristal.
Pasir dengan butiran bulat baik digunakan sebagai bahan pasir cetak,
karena diperlukan jumlah bahan pengikat yang sedikit untuk memperoleh
kekuatan dan permeabilitas yang sesuai, serta memiliki sifat alir yang baik
sekali. Sebaliknya pasir berbutir kristal kurang baik karena ketahanan api dan
3.4 Peleburan
Peleburan (smelting) adalah proses reduksi bijih sehingga menjadi logam
unsur yang dapat digunakan berbagai macam zat seperti karbid, hidrogen,
logam aktif atau dengan cara elektrolisis. Pemilihan zat pereduksi ini
tergantung dari kereaktifan masing-masing zat. Makin aktif logam makin
sukar direduksi, sehingga diperlukan pereduksi yang lebih kuat.
3.4.1 Tungku Kupola
3.5 Finishing
3.6.1 Fettling
Fettling merupakan suatu proses penghilangan atau pemisahan antara
gating system dengan produk. Proses pemisahan dapat dilakukan dengan
beberapa metode tergantung pada ukuran dan logam yang digunakan.
1. Dengan chipping hammer : ini sangat cocok dalam kasus coran besi abu-
abu dan bahan rapuh. Gating system dan produk dapat dengan mudah
dipatahkan dengan memukul palu.
2. Dengan gergaji potong : gergaji ini dapat berupa gergaji tangan dan
gergaji listrik digunakan untuk memotong besi seperti baja, besi yang
dapat dilelehkan dan untuk bahan non-besi kecuali aluminium. Sebagian
besar gergaji tangan digunakan untuk pekerjaan kecil dan menengah tetapi
ketika digunakan untuk pekerjaan besar maka dengan menggunakan
gergaji listrik.
3. Dengan api pemotong : jenis metode ini khusus digunakan untuk bahan-
bahan besi dari coran berukuran besar di mana gating system dan produk
sangat berat. Dalam hal ini pemotongan gas api dan metode pemotongan
busur dapat digunakan (tidak berlaku untuk coran kecil).
4. Dengan mesin potong abrasif : mesin-mesin ini dapat bekerja dengan
semua logam tetapi dirancang khusus untuk logam keras yang tidak dapat
dipotong oleh pemotongan api, ini lebih mahal daripada metode lain.
3.6.2 Grinding
Grinding adalah suatu proses penghalusan permukaan dari produk yang
telah dilakukan proses pemotongan dengan menggunakan mesin gerinda.
Mesin gerinda adalah salah satu mesin perkakas yang digunakan untuk
memotong atau mengasah benda kerja dengan tujuan tertentu. Prinsip kerja
mesin gerinda adalah roda gerinda berputar bersentuhan dengan benda kerja
dan terjadi pemotongan atau pengasahan.