Anda di halaman 1dari 13

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi

HIV merupakan singkatan dari human immunodeficiency virus


disebut human (manusia) karena virus hanya dapat menginfeksi manusia,
immune–deficiency karena efek virus ini adalah menurunkan kemampuan
sistem kekebalan tubuh termasuk golongan virus karena salah satu
karakteristiknya adalah tidak mampu mereproduksi diri sendiri, melainkan
memanfaatkan sel-sel tubuh. Virus HIV menyerang sel darah putih
manusia dan menyebabkan turunnya kekebalan tubuh sehingga mudah
terserang penyakit. Virus ini merupakan penyebab penyakit AIDS.

AIDS merupakan singkatan dari Acquired immune deficiency


syndrome. Acquired berarti didapat, immune berarti sistem kekebalan
tubuh, deficiency berarti kekurangan syndrome berarti kumpulan gejala.
AIDS disebabkan virus HIV yang merusak sistem kekebalan tubuh. Itu
sebabnya, tubuh menjadi mudah terserang penyakit-penyakit lain yang
dapat berakibat fatal, misalnya infeksi akibat virus, cacing, jamur,
protozoa dan basi (Wandoyo G. 2007 ).

Jadi dapat di simpulkan bahwa AIDS adalah suatu peyakit fatal


secara keseluruhan, dimana kebanyakan pasien memerlukan perawatan
medis dan keperawatan yang canggih selama perjalananan penyakit
akibat virus HIV. Sedangkan HIV adalah virus yang hanya hidup dalam
tubuh manusia yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia.

B. Etiologi

Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang
disebut HIV dari kelompok virus yang dikenal dengan retrovirus.
Retrovirus ditularkan oleh darah melalui kontak intim (seksual) dan
mempunyai afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
C. Manifestasi Klinis

1. Panas lebih dari 1 bulan


2. Batuk-batuk
3. Sariawan dan nyeri saat menelan
4. Badan menjadi sangat kurus
5. Sesak napas
6. Pembesaran kelenjar getah bening
7. Kesadaran menurun
8. Penurunan ketajaman penglihatan
9. Bercak ungu kehitaman dikulit

Disamping gejala-gejala di atas, terdapat pula beberapa gejala


yang meliputi :
a) Gejala mayor :
1) Penurunan berat badan
2) Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan
3) Diare kronis
4) Tuberkulosis
b) Gejala minor
1) Kandidiasis orofaringeal
2) Batuk menetap
3) Kelemahan tubuh
4) Berkeringat malam
5) Hilang nafsu makan
6) Infeksi kulit

D. Patofisiologi

Perjalanan klinis pasien dari tahap terinfeksi HIV sampai tahap


AIDS, sejalan dengan penurunan derajat imunitas pasien, terutama
imunitas seluler dan menunjukan gambaran penyakit yang kronis.
Penurunan imunitas sering dikuti dengan peningkatan resiko derajat
keparahan infeksi opportunistk serta penyakit keganasan. Dari semua
orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang menjadi AIDS pada tiga
tahun pertam, 50 % menjadi AIDS sesudah 10 tahun, dan hampir 100%
pasien HIV menunjukan gejala AIDS setelah 13 tahun ( Sudoyo,2006).

Dalam tubuh ODHA, partikel virus akan bergabung dengan DNA


sel pasien, sehingga orang yang terinfeksi HIV seumur hidup akan tetap
terinfeks. Sebagian pasien memperlihatkan gejala tidak khas infeksi
seperti demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening,
ruam, diare, atau batu pada 3-6 minggu setelah infeksi ( Sudoyo,2006).
Kondisi ini dikenal sebagai infeksi primer.

Infeksi primer berkaitan dengan periode waktu dimana HIV pertama


kali masuk ke dalam tubuh. Pada fase awal proses infeksi
(imunokompeten) akan terjadi respon imun berkaitan aktifitas imun, yaitu
pada tingkat seluler, (HLA-D:seI: L-2R) : serum atau humoral (beta-2
mikrogglobulin, neopterin, CD8, IL-R) dan antibodi upregulatio (g 120, anti
p24:IgA) (Hoffmann, rockstroh, kamps, 2006). Induksi sel T-helper dan
sel–sel lain diperlukan untuk mempertahankan fingsi sel-sel faktor sistem
imun agar tetap berfungsi baik. Infeksi HIV akan menghancurkan se–sel
T, sehingga T–helper tidak dapat memberikan infeksi kepada sel-sel
efektor sistem imun seperti T8 sitotoksin, sel NK, monosit dan sel B tidak
dapat berfungsi secara baik. Daya tahan tubuh menurun sehingga pasien
terjatuh ke dalam stadium lebih lanjut.
Saat ini, darah pasien menunjukan jumlah virus yang sangat tinggi
yang berarti banyak virus lain di dalam darah. Orang dewasa yang baru
terinfeksi sering menunjukan sindrom retroviral akut. Tanda dan gejala
dari sindrom retroviral akut ini meliputi : panas, nyeri otot, sakit kepala,
mual, muntah,diare, berkeringat di malam hari, kehilangan BB, dan timbul
ruam. Tanda dan gejala tersebut biasanya terjadi 2-4 minggu setelah
infeksi, kemudian hilang atau menurun setelah beberapa hari dan sering
salaah terdeteksi sebagai influenza dan infeksi mononucleusis atau
penyakit–penyakit lain dengan tanda gejala serupa.
Selama infeksi primer jumlah monosit CD4+ dalam darah menurun
dengan cepat. Target virus ini adalah limfosit CD4+ pada nodus limfa dan
thymus selama waktu tersebut, yang membuat individu yang terinfeksi HIV
akan mungkin terkena infeksi oportunistik dan membatasi kemampuan
thymus untuk memproduksi limfosit T. Tes antibodi HIV menggunakan
Enzim Linked Imunoabsorbent Assay (ELISA ) yang akan menunjukan
hasil positif.
Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik (tanpa
gejala). Masa tanpa gejala ini bisa berlangsung selama 8-10 tahun. Tetapi
ada sekelompok orang yang perjalanan penyakitnya sangat cepat, hanya
sekitar 2 tahun, dan ada pula perjalannya sangat lambat.
Seiring dengan semakin memburuknya kekebalan tubuh, ODHA
mulai menampakan gejala akibat infeksi oportunistik (penurunan berat
badan,demam lama,pembesaran kelejar getah benih, diare, tuberculosis,
infeksi jamur, herpes, dan lain-lain), (Sudoyo, 2006 ). Pada fase ini di
sebut dengan imunodefesiensi, dalam serum pasien yang terinfeksi HIV
ditemukan adanya faktor supresif berupa antibodi terhadap proliferasi sel
T. Adanya supresif pada proliferasi sel T tersebut dapat menekan sintesis
dan sekresi limfokin. Sehingga sel T tidak mampu memberikan respon
terhadap mitogen, terjadi disfungsi imun yang di tandai dengan penurunan
kadar CD4+, sitokin, antibody down regulation, TNF, dan antinef .
Perjalanan penyakit lebih progesif pada pengguna narkoba.
Lamanya penggunaan jarum suntik berbanding lurus dengan infeksi
pneumonia dan tubeculosis. (Sudoyo, 2006).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Elisa (Enzyme-linked immunosorbent assay)
Elisa (Enzyme-linked immunosorbent assay) atau penetapan
kadar imunosorben taut-enzim merupakan uji serologis yang
umum digunakan diberbagai laboratorium imunologi. Uji untuk
mengidentifikasi sistem imun pada tubuh pada tubuh dan
menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi di dalam
suatu sampel dengan menggunakan enzim sebagai pelapor. Uji
ini memiliki beberapa keunggulan seperti teknik pengerjaan
yang realtif sederhana, ekonomis, dan memiliki sensitivitas yang
tinggi. Elisa diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter
Perlmann dan Eva Engvall.
2. Western blot
Sama halnya dengan ELISA, Western Blot juga mendeteksi
antibodi terhadap HIV. Western blot menjadi test konfirmasi bagi
ELISA karena pemeriksaan ini lebih sensitif dan lebih spesifik,
sehingga kasus yang tidak dapat disimpulkan sangat kecil.
Walaupun demekian, pemeriksaan ini lebih sulit dan butuh
keahlian lebih dalam melakukannya.
3. Tes antibodi HIV
Ada tiga buah tes untuk memastikan adanya antibodi terhadap HIV
dan membantu mendiagnosis infeksi HIV. Tiga tes tersebut
meliputi :
a) ELISA
b) Western Blot
c) PCR (Polymerase Chain Reaction)
4. Tes darah lengkap
Tes ini mengukur tiap komponen dalam darah. Tes darah
lengkap sangat penting karena beberapa jenis obat-obatan
dapat menyebabkan rendahnya jumlah darah merah atau darah
putih, yang kemudian dapat menyebabkan anemia atau
kelainan darah lain. Tes ini mengukur jumlah sel darah putih,
hemoglobin, hematocrit, dan platelet dalam darah. Dengan
menggunakan tes ini jumlah sel darah putih yang tinggi dapat
berarti tubuh melakukan perlawanan terhadap infeksi yang
mungkin tidak terdeteksi, jumlah sel darah merah yang rendah
dengan hemoglobin dan hematocrit bisa jadi merupakan anemia
akibat konsumsi obat HIV, dan jumlah platelet yang rendah
dapat mempengaruhi pembekuan darah.
5. Skrining kimia darah
Tes ini merupakan skrining umum untuk mengukur apakah
organ-organ tubuh (jantung, hati, ginjal, pankreas), otot dan
tulang, bekerja dengan benar dengan mengukur kimia-kimia
tertentu dalam darah. Tes ini penting untuk mendeteksi infeksi
atau efek samping obat. Salah satu fokus terpenting dalam tes
ini adalah monitor ensim hati. Hati merupakan organ tubuh
penting karena hati membantu memproses obat-obatan, dan
karena obat-obatan menuntut lebih banyak di hati, ada
kemungkinan terjadi toksisitas hati yang dapat mempengaruhi
kesehatan umum. Albumin, alkalin , fosfat , dan biribulin juga
perlu dimonitor untuk memastikan hati bekerja dengan baik.
Fokus penting lain adalah untuk memonitor tingkat lipid jantung.
Tes ini membantu memonitor kolestrol LDL (kolestrol jahat),
kolestrol HDL (kolestrol sehat), serta trigliserida. Tes kimia
darah ini sebaiknya dilakukan setiap tiga bulan, hasilnya dapat
diperoleh dalam dua atau tiga hari kerja.

F. Penatalaksanaan

1.Pengendalian infeksi oportunistik

Tujuan utama dari penatalaksanaan pasien AIDS yang sakit


kritis adalah menghilangkan, mengendalikan, atau pemulihan
infeksi oportunisti, infeksi nosokomia, atau sepsis.
Penatalakasanaan infeksi–infeksi oportunistik di arahkan pada
dukungan terhadap sistem–sistem yang terlibat di gunakan
agen-agen farmakologik spesifik untuk megidentifikasi
organisme juga agen–agen eksprimental atau organisme yang
tidak umum. Pada lingkungan perawatan kritis, prosedur-
prosedur isolasi tambahan seperti tindakan kewaspadaan
neutropenik mungkin diperlukan untuk mencegah tenaga
perawatan kesehatan dari penularan organisme lingkungan
yang umum kepada pasien dengan AIDS. Infeksi stafilokokus
adalah perhatian utama pada lingkungan perawatan kritis.
Pasien–pasien dengan AIDS yang terifeksi oleh bakteri ini akan
mengalami septik, yang ditandai oleh demam, hipotensi dan
takikardi. Tindakan–tindakan pengendali infeksi yang aman
untuk mencegah kombinasi bakteri dan komplikasi-komplikasi
yang mengakibatkan sepsis harus di pertahankan bagi pasien di
lingkungan perawatan krisis.
1. ARV (antiretroviral)
ARV bisa di berikan pada pasien untuk menghentikan
aktivitas virus, memulihkan sistem imun dan mengurangi
terjadinya infeksi oportunistik, memperbaiki kualitas hidup dan
menurunkan kecatatan. ARV tidak menyembuhkan pasien HIV,
namun bisa memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang
usia harapan hidup penderita HIV-AIDS.
a) Cara kerja ARV
Obat–obatan ARV yang beredar saat ini sebagian besar bekerja
berdasarkan siklus replikasi HIV, sementara obat- obat baru
lainya masih dalam penelitian. jenis-jeis obat ARV
mempunyai target yang HIV yaitu :
1) Entry (saat masuk)
HIV harus masuk ke dalam sel T untuk dapat memulai
kerjanya yang merusak. HIV mula–mula meletakan diri
pada sel, kemudian menyatukan membran luarnya
dengan membran luar sel. Enzim reverse trascriptase
dapat di halangi oleh obat AZT, ddC, 3TC, dan D4T.
Enzim integrase mungkin di halangi oleh obat yang
sekarang sedang dikembangkan, enzim protease
mungkin dapat di halangi oleh obat saquinavir, ritonivir,
dan indinivir.
2) Early Replication
Sifat HIV adalah mengambil alih mesin genetic sel T .
setelah bergabung dengan sebuah sel, HIV menaburkan
bahan–bahan genetiknya ke dalam sel. Di sini HIV
mengalami masalah dengan kode genetiknya yang
tertulis dalam bentuk RNA sedangkan pada manusia
kode genetiknya manusia tertulis dalam DNA.
3) Late Replication
HIV harus digunting sel DNA untuk kemudian
memasukan DNAnya sendiri ke dalam guntingan
tersebut dan menyambung kembali helaian DNA
tersebut. Alat penyambung itu adalah enzim integrase
inhibitors di perlukan untuk menghalangi penyambungan
ini.
4) Assembly (perakitan atau penyatuan)
Begitu HIV mengambil alih bahan-bahan genetik sel,
akan diatur untuk membuat berbagai potongan sebagai
bahan untuk membuat virus baru, potongan ini harus di
potong dalam ukuran yang benar dilakukan enzim
protease HIV, maka pada fase ini obat jenis protease
inhibitors diperlukan untuk menghalangi terjadinya
penyambungan ini.
b) Obat ARV terdiri atas beberapa golongan :
1) Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
Obat ini dikenal sebagai analog nukleosida yang
menghambat proses perubahan RNA virus menjadi DNA
(proses ini di laukan oleh virus HIV agar bisa bereplikasi).
2) Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NtRTI)
Yang termasuk golongan ini adalah tenofovir (TDF).
3) Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)
Golongan ini juga bekerja dengan menghambat
proses perubahan RNA, menjadi DNA dengan mengikat
reverse transcriptase sehingga tidak bverfungsi.
4) Protease Inhibitor
PI menghalangi kerja enzim protease yang berfungsi
memotong DNA yang dibentuk oleh virus dengan ukuran
yang benar untuk memproduksi virus baru, contoh obat
golongan ini adalah Indinavir (IDV), Nelvinavir (NFV),
Squinavir (SQV), Ritonavir (RTV), Amprenavir (APV), dan
Loponavir/Ritonavir (LPV/r).
5) Fusion Inhibitor
Yang termasuk golongan ini dalah enfuvirtide(T-20).
2. Vaksin dan rekonstruksi
Tantangan terapeutik untuk pengobatan AIDS tetap ada
sejak agen penyebab infeksi HIV dan AIDS dapat di isolasi,
pengembangan vaksin telah diteliti secara aktif. Upaya-upaya
rekontruksi imun juga sedang diteliti dengan agen tersebut
seperti interferon. Penelitian yang akan datang tidak diragukan
lagi akan menghasilkan obat–obat tambahan dan protokol
tindakan terhadap penyakit ini.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

SKENARIO II

Seorang laki-laki usia 35 tahun, masuk RS dengan keluhan mual,muntah,


diare dan batuk kering yang tidak kunjung sembuh sejak 5 bulan yang
lalu. Klien juga mengatakan berkeringat pada malam hari walau cuaca
sangat dingin, seluruh badan muncul bintik kemerahan terutama dalam
mulut, bengkak pada pangkal paha dan ketiak. Hasil pengkajian diperoleh
TD 100/80 mmHg, suhu 38◦C, Respirasi 24X/menit, frekuensi nadi
80x/menit, ruam pada kulit, serta pembengkakan pada kelenjar getah
bening, BB 40 kg dan TB 163 cm.

A. PENGKAJIAN

Tgl/Jam Masuk Rumah sakit :16 Mei 2018

Ruangan : ANGGREK

No. Registrasi Medik (RM) :57 86 31

Diagnosa Medis :HIV/AIDS

Tanggal Pengkajian :18 Mei 2018

1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn “S”
Jenis kelamin: Laki-Laki
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Bugis / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
Alamat : Jln.Kosgoro

1. Riwayat Kesehatan
a) Status kesehatan saat ini
Keluhan mual, muntah, diare, dan batuk kering yang
tidak kunjung sembuh sejak 5 bulan yang lalu.
b) Riwayat penyakit sekarang
Klien juga mengatakan berkeringat pada malam hari
walau cuaca sangat dingin, seluruh badan muncul bintik
kemerahan terutama dalam mulut, bengkak pada pangkal
paha dan ketiak.
c) Riwayat kesehatan Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya atau memiliki riwayat penyakit yang lain yang
mengharuskan klien dirawat di RS. Penyakit klien hanya
batuk kering yang tidak kunjung sembuh sejak 5 bulan yang
lalu.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang
sama seperti pasien.
e) Riwayat Alergi : -
2. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Mual, muntah, diare, dan batuk kering yang tidak kunjung
sembuh sejak 5 bulan yang lalu.
b) Tanda-tanda Vital
TD : 100/80 mmHg
Suhu : 28 ºc
Respirasi : 24x/menit
Frekuensi nadi : 80x/menit
BB : 40 kg

TB : 163 cm

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan.
2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
imunologis.
4. Perubahan mukosa oral berhubungan dengan defisit imunologis
dan timbulnya lesi penyebab patogen.

Anda mungkin juga menyukai