Anda di halaman 1dari 20

Laporan Kasus

Corpus alineum pada cornea

Oleh :

dr. Arifianti Latifah

Pembimbing :

dr. Pardawan Sp.M

RSUD H. MOCH. ANSARI SALEH

BANJARMASIN
BAB 1
PENDAHULUAN

Struktur bola mata terbentuk cukup baik untuk melindungi mata dari
trauma. Bola mata terletak pada permukaan yang dikelilingi oleh tulang-tulang
yang kuat. Kelopak mata dapat menutup dengan cepat untuk mengadakan
perlindungan dari benda asing dan mata dapat mentoleransi tabrakan kecil tanpa
kerusakan. Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik,
trauma dari luar dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak
mata, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan
atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan (Ilyas,
2015).
Corpus alienum pada mata sering merupakan penyebab masalah mata
pada anak dan dewasa muda, kelompok usia ini mengalami sebagian besar
cedera mata yang parah. Kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan, cedera
akibat olah raga, dan kecelakaan lalulintas merupakan keadaan yang paling
sering menyebabkan trauma mata. Corpus alienum adalah benda asing. Istilah
ini sering digunakan dalam istilah medis. Merupakan salah satu penyebab cedera
yang paling sering mengenai sklera,kornea,dan konjungtiva. Meskipun
kebanyakan bersifat ringan, tapi beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila
suatu corpus alienum masuk ke mata, biasanya terjadi reaksi infeksi yang
sangat hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata dan terjadi iridocylitis serta
panophthmitis. Karena itu perlu cepat mengenali benda asing tersebut dan
menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya.
Benda asing metal pada kornea sering terjadi akibat risiko pekerjaan di bidang
konstruksi dan industry metal. Benda asing ini adapat menurunkan kualitas
pengelihatan jika mengenai visual axis (Ozkurt, 2013).
.

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi


Fungsi mata tergantung dari pertahanan anatomi yang berhubungan
antara palpebra, kornea, bilik mata depan, lensa, retina, otot-otot ekstraokuler
dan saraf. Kerusakan permanen yang terjadi pada komponen diatas dapat
menyebabkan penurunan bahkan dapat mengakibatkan kebutaan (Ilyas, 2006).
Fungsi dari palpebra ada lah memberikan proteksi mekanis pada bola
mata anterior, mensekresi bagian berminyak dari lapisan film air mata,
menyebarkan film air mata ke konjungtiva dan kornea, mencegah mata kering
dan memiliki puncta tempat air mata mengalir ke sistem drainase
lakrimal(Vaughn,2009).

Gambar 1. anatomi dan histologi palperbra (Vaughn, 2009).


Konjungtiva atau selaput lendir mata adalah membran yang menutupi
sklera dan kelopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin
yang bersifat membasahi bola mata terutama kornea dihasilkan oleh sel Goblet.
Terdapat tiga bagian konjungtiva yaitu ; konjungtiva tarsal yang menutup tarsus,
konjungtiva bulbi membungkus bulbi okuli serta menutupi sklera, dan konjungtiva
forniks sebagai tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi
(Kanski,2007).
Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata dibagian luar, yang
hampir seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat dan berbatasan
dengan kornea disebelah anterior dan duramater nervus opticus di posterior.

2
Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis jaringan
elastik halus, episklera yang mengandung banyak pembuluh darah yang
mengaliri sklera (Vaughn,2009).
Kornea menempati pertengahan dari rongga bola mata anterior yang
terletak diantara sklera. Kornea sendiri merupakan lapisan avaskuler dan
menjadi salah satu media refraksi (bersama dengan humor aquous membentuk
lensa positif sebesar 43 dioptri). Kornea memiliki permukaan posterior lebih
cembung daripada anterior sehingga rata mempunyai ketebalan sekitar 11.5 mm
(untuk orang dewasa). Fungsi dari kornea adalah merefraksiakan cahaya dan
bersama dengan lensa memfokuskan cahaya ke retina serta melindungi struktur
mata internal (Vaughn, 2009).
Kornea memiliki lima lapisan yang berbeda dari anterior ke posterior,
yaitu : epitel., membrana Browman, stroma, membrana Descman dan endotel.
Kornea mendapat suplai makan dari humor aquous , pembuluh-pembuluh darah
sekitar limbus dan air mata. Perbedaan antara kapasitas regenarasi epitel dan
endotel sangat penting. Kerusakan lapisan epitel, misalnya karena abrasi,
dengan cepat diperbaiki. Endotel, yang rusak karena penyakit atau pembedahan
misalnya, tidak dapat bergeneras. Hilangnnya fungsi sawar dan pompa pada
endotel menyebakan hidrasi berlebihan, distorsi bentuk reguler serat kolagen
dan keruhnya kornea (Kansky, 2007; Vaugn, 2009).
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan
hampir transparan. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9mm. Lensa terletak
dibelakang pupil yang dipegang didaerah ekuator pada badan siliar melalui
zonula zinni. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf dilensa. Lensa
mata mempunyai perana pada akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar
dapat difokuskan didaerah makula lutea (Kansky, 2007; Vaugn, 2009).
Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan uvea dan sklera
dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah jika terjadi perdarahan
pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea ini terdiri
atas iris, badan siliar dan koroi. Pada iris didapatkan pupil yang oleh tiga susunan
otot dapat mengatur jumlah sinar masuk kedalam bola mata. Badan siliar yang
terletak dibelakang iris menghasilkan cairan bilik mata (aquos humor) yang
dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris dibatasi kornea
dan sklera (Kansky, 2007; Vaugn, 2009).

3
Retina merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan.
Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen
retina, sehingga juga bertumpuk dengan membrana Bruch, koroid dan sklera,
disebagian besar tempat, retina dan epitelium pigmen retina mudah terpisah
sehingga membentuk suatu ruang subretina, seperti yang terjadi pada ablasio
retina (Kansky, 2007; Vaugn, 2009).
Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membrane
neurosensoris yang merubah sinar menjadi rangsangan kesaraf optik dan
diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid
sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina (Kansky,
2007; Vaugn, 2009).

2.2 Pengertian
Trauma okuli adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan
rongga orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu
fungsi mata sebagai indra penglihat (Lang,2006).
Trauma okuli non perforans merupakan trauma pada mata yang
diakibatkan benda yang keras atau benda tidak keras dengan ujung tumpul,
dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan cepat atau lambat
sehingga terjadi kerusakan pada bola mata atau daerah sekitarnya (Lang,2006).
Trauma penetrans adalah trauma dimana hanya ditemukan laserasi tunggal dari
dinding mata yang disebabkan oleh benda tajam.
Corpus alienum adalah benda asing. Corpus alienum merupakan salah
satu penyebab cedera yang paling sering mengenai sklera,kornea,dan
konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tapi beberapa cedera bisa
berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum masuk ke mata, biasanya terjadi
reaksi infeksi yang sangat hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata dan
terjadi iridocylitis serta panophthmitis. Karena itu perlu cepat mengenali benda
asing tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian
mengeluarkannya.
Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung
dari besarnya corpus alienum, kecepatannya masuk, atau ada tidaknya proses

4
infeksi dan jenis bendanya sendiri. Bila ini berada pada segmen depan dari bola
mata,hal ini kurang berbahaya jika dibandingkan dengan bila benda ini terdapat
di dalam segmen belakang.

2.3 Patofisiologi
Jika suatu benda masuk kedalam mata maka akan terjadi salah satu dari
ketiga perubahan berikut :
 Mechanical Effect
Benda yang masuk ke dalam bola mata hingga melalui kornea ataupun
sklera.Setelah benda ini menembus kornea maka ia masuk kedalam kamrea
oculi anterior dan mengendap ke dasar. Bila benda ini melekat pada retina
biasanya kelihatan sebagai bagian yang dikelilingi oleh eksudat yang berwarna
putih serta adanya endapan sel-sel darah merah,akhirnya menjadi degenerasi
retina.
 Permulaan Terjadinya Proses Infeksi
Dengan masuknya benda asing ke dalam bola mata kemungkinan akan timbul
infeksi.Corpus vitreus dan lensa bukan media yang baik untuk pertumbuhan
kuman sehingga sering timbul infeksi supuratif.
 Terjadi Perubahan-perubahan spesifik pada jaringan mata karena proses
kimiawi (reaction of ocular tissue)
2.3.1 Closed globe injury
Dimana dinding mata(sklera dan kornea) tidak memiliki cedera pada
keseluruhan dindingnya tetapi ada kerusakan intraokuler. Terbagi menjadi 2 :
 Kontusio : mengarah pada trauma non perforan yang diakibatkan dari
trauma benda tumpul. Kerusakan mungkin terjadi pada tempat trauma
atau tempat yang jauh.
 Laserasi lamellar : mengarah pada trauma non perforans yang mengenai
hingga sebagian ketebalan dinding mata yang disebabkan oleh benda
tajam atau benda tumpul (Lang, 2006; Khurana, 2007).
2.3.2 Open globe injury
Dimana terdapat perlukaan yang mengenai seluruh lapisan pada sklera
atau kornea atau keduanya. Terdiri dari :

5
 Ruptur : kerusakan pada seluruh ketebalan dinding mata yang
diakibatkan oleh benda tumpul. Luka muncul akibat peningkatan
tekanan intraoculer yang jelas akibat mekanisme cedera masuk-keluar.
 Laserasi : Kerusakan pada seluruh ketebalan dinding mata yang
diakibatkan oleh benda tajam. Terbagi atas 3 yaitu luka penetrasi
(laserasi yang berjumlah hanya satu pada dinding mata yang
disebabkan oleh benda tajam), perforasi (terdapat dua laserasi pada
seluruh ketebalan dinding mata (satu masuk dan satu keluar) pada
dinding mata yang disebabkan oleh benda tajam. Kedua luka harus
disebabkan oleh luka yang sama).
 Benda asing intraoculer : luka penetrasi dimana benda asingnya tetap
tertinggal dalam mata (Lang, 2006; Khurana, 2007).

2.4 Jenis Benda Asing pada Mata


 Benda logam
Terbagi menjadi benda logan magnit dan bukan magnit
Contoh :emas, perak, platina, timah hitam, seng, nikel, aluminium, tembaga, besi.
 Benda bukan logam
Contoh :batu, kaca, porselin, karbon, bahan pakaian dan bulu mata.
 Benda inert
Adalah benda yang terdiri atas bahan-bahan yang tidak menimbulkan
reaksi jaringan mata, ataupun jika ada reaksinya sangat ringan dan tidak
mengganggu fungsi mata.
Contoh :emas, perak, platina, batu, kaca, porselin, plastic tertentu
Kadang-kadang benda inert memberikan reaksi magnit yang mungkin dapat
mengganggu fungsi penglihatan.

2.5 Gambaran klinis


Gejala klinis yang dapat terjadi pada benda asing pada mata antara lain:
1. Perdarahan dari mata atau sekitarnya.
2. Memar pada sekitar mata.
3. Penurunan visus dalam waktu yang mendadak.
4. Penglihatan ganda.

6
5. Mata berwarna merah.
6. Nyeri dan rasa menyengat pada mata.
7. Sakit kepala.
8. Mata terasa gatal dan ada yang mengganjal pada mata.
9. Fotofobia (Vaughn, 2009).
Efek mekanis akibat masuknya benda asing dapat berupa luka pada
konjungtiva , dimana luka dengan ukuran lebih dari 3 mm sebaiknya segera
dijahit. Luka pada kornea tanpa komplikasi tidak berkaitan dengan adanya
prolaps dari isi intraocular. Batas dari luka ini akan membengkak dan berakibat
pada penutupan otomatis dan restorasi dari segmen anterior. Luka pada kornea
dengan komplikasi berkaitan dengan prolaps iris dan material lensa bahkan
vitreus. Luka pada kornea dapat dimanifestasikan dalam bentuk hifema dan
celah pada iris (iris hole). Luka pada sclera lensa dapat berupa rupture lensa
ekstensif dengan kehilangan komponen vitreus. Luka kecil pada kapsul anterior
dapat menutup dan berakibat pada timbulnya katarak traumatic. Gangguan pada
lensa akibat luka penetrasi ini sering menyebabkan opasifikasi kortikal/ katarak
kortikal (Khurana, 2007).

2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Pada anamnesis informasi yang diperoleh dapat berupa mekanisme onset
terjadinya trauma, bahan penyebab trauma dan pekerjaan untuk mengetahui
objek penyebabnya. Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman
penglihatan sebelum dan segera seseudah cedera. Harus dicurigai adanya
benda asing intraokuler apabil terdapat riwayat terjadi ledakan atau mengasah.
 Anamnesis pada benda asing pada mata :
 Riwayat trauma
1. Bagaimana mekanisme kejadian
2. Waktu kejadian
3. Penggunaan pelindung mata
4. Riwayat penatalaksanaan trauma sebelumnya.
 Riwayat penyakit mata sebelumnya
1. Riwayat penglihatan kabur
2. Riwayat penyakit mata

7
3. Pengobatan mata
4. Riwayat operasi sebelumnya
 Riwayat medis
1. Diagnosis
2. Pengobatan
3. Alergi obat
4. Faktor resiko HIV dan hepatitis
5. Pemberian vaksin anti tetanus (Kansky, 2007; Lang, 2006;
Khurana, 2007).

2.6.2 Pemeriksaan fisik


Dilakukan pemeriksaan oftalmik lengkap termasuk pemeriksaan visus,
reaksi pupil, lapangan pandang, pergerakan otot-otot ekstraokuler, tekanan intra
okuler, pemeriksaan slit lamp, funduskopi dan lain-lain.
Pemeriksaan slit lamp dapat dilakukan untuk melihat kedalam cedera
disegmen anterior bola mata. Tes fluoresen digunakan untuk melihat defek epitel
pada kornea. Pemeriksaan tonometri perlu dilakukan untuk mengetahui tekanan
bola mata. Pemeriksaan fundus yang didilatasikan dengan oftalmoskop indirek
penting untuk dilakukan untuk mengetahui adanya benda asing intraokuler
(Ilyas,2006).

2.6.3 Pemeriksaan penunjang


 Foto polos orbita dapat berfungsi untuk mengevaluasi tulang orbita,
sinus parasinar dan mengidentifikasi benda asing radiopague.
 CT scan untuk evaluasi struktur intraokuler dan priorbita, deteksi
adanya benda asing intra okuler metalik dan menentukan terdapatnya
atau derajat kerusakan periokuler, keikutsertaan trauma intrakranial
misalnya perdarahan subdural.
 USG mata pada keadaan media refraksi keruh untuk mendapatkan
informasi status dari struktur intra okuler, lokalisasi dari benda asing
intraokuler, deteksi benda asing non metalik, deteksi perdarahan koroid,
ruptur sklera posterior, ablasio retina, dan perdarahan subretina
(Lang,2006; Khurana,2007; Harper,2008).

8
2.9 Penatalaksanaan benda asing pada mata
Penatalaksanaan benda asing pada mata mesti cepat dan tepat karena
apabila perbaikan primer tidak terjadi dalam 24 jam maka dapat terjadi edema
yang menghambat penutupan jaringan dan mengakibatkan akan terbentuk
sikatrik.
Penatalaksanaan benda asing pada mata bergantung pada berat
ringannya trauma ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian empat tujuan
utama dalam mengatasi kasus benda asing pada mata adalah :
 Memberbaiki penglihatan
 Mencegah terjadinya infeksi
 Mempertahankan arsitektur mata
 Mencegah skuele jangka panjang
Defek epitel kornea yang ringan diterapi dengan antibiotik dan tempelan
bertekanan untuk mengimobilisasi kelopak mata. Pada pengeluaran benda
asing, dapat diberikan anastetik topikal dan digunakan sebuah spud (alat
pengorek) atau jarum berukuran kecil untuk mengeluarkan benda asing sewaktu
pemeriksaan slit-lamp. Cincin logam yang mengelilingin fragmen besi atau
tembaga dapat dikeluarkan dengan bor berbaterai dengan ujung bor. Bahan inert
yang tertanam dalam (misal kaca, karbon) mungkin dapat dibiarkan berada
dalam kornea. Apabila pengeluaran fragmen yang tertanam dalam perlu
dilakukan atau apabila terjadi kebocoran cairan yang memerlukan jahitan atau
perekat siano akrilat, maka tindakan tersebut harus dilakukan dengan teknik
bedah mikro dalam kamar operasi, dan dilakukan pembentukan ulang kamera
anterior, apabila perlu, dengan atau viskoelastik di bawah kondisi steril. Setelah
suatu benda dikeluarkan, diberikan salep antibiotik dan mata ditutup. Luka harus
diperiksa tiap hari untuk mencari tanda-tanda infeksi sampai luka sembuh sendiri.
(Vaughn, 2009)

2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditemukan adalah :
 Katarak traumatika

9
Katarak dapat segera terjadi akibat rupturenya kapsul lensa. Epitel lensa
distimulasi oleh trauma untuk membentuk plak fibrosa yang lentikuler
dibagian anteror.
 Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder dapat terjadi akibat perlengketan iris ke depan yang
menyebabkan sudut. Galukoma dapat terjadi belakangan setelah
beberapa bulan atau tahun .
 Infeksi
Infeksi termasuk perorbital fasitis nekrotikan (ganggren streptokokus)
terjadi setelah laserasi kelopak mata. Endoftalmitis juga dapat terjadi
akibat trauma maupun akibat tatalaksana operasi sehingga perlu
antibiotic profilaksi (Khurana, 2007).

2.8 Prognosis
Prognosis dari benda asing pada mata bergantung pada (Lang, 2006)
 Visus awal penderita
 Mekanisme trauma
 Ukuran luka
 Zona trauma
 Ada tidaknya perdarahan intraokuler ( hifema, perdarahan vitreus)
 Dengan atau tanpa endoftalitis
 Prolaps uvea
 Ada tidaknya retinal detachment
 Jenis benda penyebab
 Lama waktu terapi.

10
BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas
 Nama : Tn. I
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Usia : 48 tahun
 Alamat : Alalak selatan
 Pekerjaan : Tukang bangunan
 Agama/Suku : Islam/banjar
 No. Register : 330376

3.2 Anamnesis
3.2.1 Keluhan utama
Mata merah sebelah kanan
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan mata kanan merah 2 hari sebelum datang
ke poli mata Rumah Sakit Ansari Shaleh. Pasien merasa mata nya terkena
benda asing pada saat bekerja . Keluhan mata merah (+), mengganjal (+),
nerocoh (+), kelopak mata bengkak (+), penurunan pengelihatan (+) pandangan
kabur, nyeri kepala (-), perdarahan (-).
3.2.3 Riwayat Terapi
Setelah pasien terkena benda asing, pasien mengucek mata, memberikan
obat tetes mata, membilas dengan air matang mata kanan nya tetapi tidak
membaik.
3.2.4 Riwayat Penyakit Terdahulu
. Riwayat menggunakan kacamata baca. Riwayat penyakit sistemik: DM (-),
Hipertensi (-). Riwayat trauma disangkal.

11
3.3 Pemeriksaan Fisik
Status Oftalmologi
Tanggal Pemeriksaan : 16 juni 2020

5/8.5 f VISUS 5/5 f


Orthoporia POSISI BM Orthoporia

dbN GERAKAN BM dbN

edema (+), spasme (+), edema (-), spasme (-),


PALPEBRA
makula (+) makula (-)
CI (+), PCI (+) CONJUNCTIVA CI (-), PCI (-)
Jernih, corpal (+) KORNEA Jernih
Dalam C.O.A. Dalam
Radline, rubeosis iridis (-) IRIS Radline, rubeosis iridis (-)
Bulat, RP (+) PUPIL Bulat, RP (+)
Jernih LENSA Jernih
n/p T.I.O. n/p
RF(+) FUNDUSKOPI RF(+)

Gambar :

12
Gambar 3.1: Mata kanan: Corpus alienum,

3.4 Assessment
OD Corpus alienum e.c gram

3.5.Rencana
3.5.1 Rencana Diagnosis : -
3.5.2 Rencana Terapi: Ekstraksi korpal OD / LA
Tobramycin 6x1 OD
C-Lyteers 6x1 OD

Gambar 3.2 Corpus alineum


3.5.3 Rencana Monitoring
 Keluhan subyektif
 Pemeriksaan visus
 Palpebra : spasme, edema
 Kornea : lesi
 Konjungtiva : CI dan PCI

3.5.4 Rencana KIE

13
 Memberitahukan kepada pasien bahwa keluhan nyeri pada mata
kanan pasien akibat benda asing pada kornea. Diduga berupa gram
yang didapat saat melakukan pekerjaan pasien.
 Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah ekstraksi benda asing
dengan anestesi lokal
 Setelah dilakukan ekstraksi, mata pasien akan diberikan salep dan
ditutup dengan kassa yang baru boleh dibuka pada jam 7 malam.
Pasien juga diharuskan menggunakan obat yang akan diresepkan
berupa tetes mata antibiotik untuk mencegah infeksi, artificial tears
untuk reepitelisasi, tidak boleh mengucek mata dan harus control
kembali

3.6 Prognosis
visam: bonam
vitam : bonam
functionam : bonam
sanationam :bonam
kosmetik: bonam

BAB 4

14
PEMBAHASAN

Pasien adalah seorang laki-laki berumur 48 tahun dan bekerja sebagai


tukang bangunan. Hal ini sesuai dengan sebuah yang artikel mengungkapkan
bahwa adanya benda asing metal atau gram pada pasien sering timbul sebagai
risio pekerjaan di bidang konstruksi atau industry metal (Ozkurt, 2013). Kejadian
mata pasien terkena benda asing terjadi saat bekerja dan pasien tidak
menggunakan kaca mata pelindung sehingga menjadi faktor risiko besar dalam
kasus ini.
Didapatkan keluhan utama mata merah setelah 2 hari sebelumnya
merasa ‘kelilipan’ sesuatu. Dirasa juga mata pasien berair, merah dan kadang-
kadang pandangan kabur, kelopak mata menjadi bengkak, terlebih rasa tidak
nyaman seperti mengganjal pada mata. Tanda tersebut cocok dengan Vaughn,
bahwa pada mata dengan benda asing dapat ditemukan gejala seperti
1. Memar pada sekitar mata.
2. Perdarahan dari mata atau sekitarnya.
3. Penurunan visus dalam waktu yang mendadak.
4. Penglihatan ganda.
5. Mata berwarna merah.
6. Nyeri dan rasa menyengat pada mata.
7. Sakit kepala.
8. Mata terasa gatal dan ada yang mengganjal pada mata.
9. Fotofobia (Vaughn, 2009)
Baik pada kasus maupun teori, kejadian ini tidak dipengaruhi oleh faktor
keturunan maupun penyakit sistemik.
Pada pemeriksaan fisik terdapat beberapa abnormalitas pada mata
kanan pasien. Melalui infeksi, kelopak mata terlihat bengkak kemerahan, mata
merah dan berair. Pada pemeriksaan Visus naturalis didapatkan penurunan
pengelihatan menjadi 5/8.5. Pada penggunaan slit lamp didapatkan mata
kemerahan berupa corneal injection dan periconjunctiva injection. Ditemukan
juga gambaran macula berwarna puth pada kornea pasien yang cocok dengan
riwayat penyakit dahulu dimana pasien pernah mengalami hal yang sama tetapi
dapat pulih dengan penanganan sendiri menggunakan bilasan air. Terdapat pula
benda asing bulat sangat kecil berwarna silver pada bagian kornea. Pada

15
pemeriksaan lain dalam batas normal. Pada kasus ini juga tidak dilakukan
pemeriksaan penunjang seperti foto polos skull, CT Scan maupun USG karena
pada anamnesa dan pemeriksaan fisik sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis.
Penatalaksanaan dalam kasus ini dilakukan extraksi corpal menggunakan
jarum spuit 1cc, cotton bud dan dengan tuntunan slit lamp. Ekstraksi ini dapat
dilakukan dengan hasil yang memuaskan. Setelah itu mata pasien diberikan
salep Chloramphenicol ditutup dengan kassa. Pasien diberitahukan untuk tetap
menutup mata nya sampai jam 7 malam. Diberikan juga obat tetes mata
antibiotik Tobramycin dipakai 6x1 dan Cendo Lyteers 6x1. Penatalaksaan ini
sesuai dengan Vaugn dimana pada kasus corpus alienum utamanya harus
dilakukan ekstraksi dan sesudahnya diberikan salep antibiotik.
Pasien diminta untuk kontrol 1 minggu. Pada follow up nya diperhatikan
bagaimana keluhan utama sebelumnya, membaik atau tidak dan
membandingkan hasil pemeriksaan awal dan saat kontrol. Pada saat kontrol,
telah didapatkan perbaikan kualitas pengelihatan mata, tidak didapatkan lagi
kelopak mata bengkak, mata merah, berair dan nyeri. Sehingga benar bahwa
prognosis pada pasien ini baik vitam, visam, kosmetikam dan sanationam adalah
bonam.

BAB 5

16
KESIMPULAN

Pada kasus ini didapatkan kesimpulan bahwa :


1. Faktor risiko pada penyakit ini adalah para pekerja di lingkungan
konstruksi maupun industry metal
2. Pada anamnesa perlu ditanyakan
 Riwayat trauma
1. Bagaimana mekanisme kejadian
2. Waktu kejadian
3. Penggunaan pelindung mata
4. Riwayat penatalaksanaan trauma sebelumnya.
 Riwayat penyakit mata sebelumnya
1. Riwayat penglihatan kabur
2. Riwayat penyakit mata
3. Pengobatan mata
4. Riwayat operasi sebelumnya
 Riwayat medis
1. Diagnosis
2. Pengobatan
3. Alergi obat
4. Faktor resiko HIV dan hepatitis
5. Pemberian vaksin anti tetanus (Kansky, 2007; Lang, 2006;
Khurana, 2007).
3. Pada gejala klinis dapat ditemukan
 Perdarahan dari mata atau sekitarnya.
 Memar pada sekitar mata.
 Penurunan visus dalam waktu yang mendadak.
 Penglihatan ganda.
 Mata berwarna merah.
 Nyeri dan rasa menyengat pada mata.
 Sakit kepala.
 Mata terasa gatal dan ada yang mengganjal pada mata.
 Fotofobia (Vaughn, 2009).

17
4. Penatalaksanaan dari kasus ini yang terutama adalah ekstraksi korpal
dari kornea serta pemberian salep antibiotik pada mata sesudahnya.
5. Komplikasi yang dapat terjadi tergantung pada seberapa besar benda
asing yang masuk ke mata, seberapa dalam benda tersebut masuk ke
mata, secepat apa pasien mendapatkan penanganan dan pengobatan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Harper, R.A. and J.P. Shock. 2008. Lens in P. Riordan-Eva and J.P. Whitcher
(Eds). Vaughan and Ashbury General Ophtalmology. Mc Graw Hill Co,
New York.
Ilyas, S., dan Yulianti, S.R. 2011. Ilmu Penyakit Mata Edisi Keempat. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI.
Kanski, J. J. 2003. Clinical Ophtalmology, A Systematic Approach. Fifth Edition.
Butterworth Heinemann. Edinburg, p:510
Kanski JJ, Bowling B. 2011. Clinical ophthalmology: a systemic approach
[ebook]. 7th ed. USA: Saunders Elsevier.
Khurana AK. 2007. Ocular Injuries. In: Comprehensive Ophtalmology. 4th
Edition. India: New Age International (P) Ltd; pg 401-16
Lang GK. 2006. Ocular Trauma. In: OPhtalmology. 2nd Edition. Stuttgart – New
York: Thieme; pg 507-35
Ozkurt, ZP; Yuskel, H; Saka, G; Guclu, H; Evsen, S; Balsak, S. 2013. Mteallic
Corneal Foreign Bodies : an Occupational Health Hazard. Arq Bras
Oftamol 77(2):81-3. Turkey

Vaughan DG, Asbury T, Eva Riordan. 2009. Oftalmologi umum. Ed. 17.
Diterjemahkan oleh: Tambajong, Pendit. Widya Medika. Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai