Anda di halaman 1dari 27

Laporan Kasus

OTITIS MEDIA EFUSI DENGAN RHINITIS ALERGIKA

Oleh :
dr. Arifianti Latifah

Pembimbing :
dr.Hj. Hamita Sp.THT, KL

RSUD H. MOCH. ANSARI SALEH


BANJARMASIN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks

( pendengaran dan keseimbangan ).Indera pendengeran berperan penting untuk

seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari hari.

Telinga pada manusia terdiri atas tiga daerah yaitu telinga luar, telinga tengah

dan telinga dalam. Telinga luar pada dasarnya merupakan corong pengumpul suara

yang terdiri atas pinna dan saluran pendengaran luar. Telinga tengah adalah bagian

yang menyalurkan suara dari telinga luar ketelinga dalam yang mengubah suara

menjadi rangsangan saraf.

Adanya cairan ditelinga tengah dengan membrane timpani utuh tanpa adanya

tanda tanda infeksi disebut otitis media efusi. Kejadian otitis media dengan efusi ini

sering terjadi pada anak anak, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang

dewasa. Otitis media efusi ini memiliki rekurensi yang tinggi sekitar 50% dalam 2

tahun. Sehingga diperlukan tatalaksana yang komprehensif untuk mengobati otitis

media efusi. .

OME bisa mengakibatkan gangguan pendengaran permanen, keterlambatan

bicara, berbahasa, ketidaksempurnaan artikulasi, masalah komunikasi dan

gangguan intelek. Identifikasi OME sedini mungkin penting untuk mencegah

berbagai komplikasi dan dampak merugikan di kemudian hari. Diluar negeri,

khususnya di Negara yang mempunyai 4 musim penyakit ini di temukan dengan

angka insiden dan prevalensi yang tinggi. Dari beberapa kepustakaan dapat

disimpulkan rata-rata insiden OME sebesar 14%- 62%, sedang peneliti lain ada yang

melaporkan angka rata-rata prevelensi OME sebesar 2% - 52%.

Meskipun banyak kasus OME sembuh spontan, tetapi 30% hingga 40%

mengalami rekurensi setelah 3 bulan dan 5% sampai 10% kasus bisa bertahan
hingga 1 tahun.Di Indonesia masih jarang ditemukan kepustakaan yang melaporkan

angka kejadian penyakit ini, hal ini di sebabkan kerena belum ada penelitian yang

khusus mengenai penyakit ini.


ВАB II

TINJAUAN PUSTAKА.

A. DEFINISI

Otitis media efusi adalah inflamasi pada telinga tengah yang ditandai dengan

adanya penumpukan cairan efusi ditelinga tengah dengan membrane timpani utuh

tanpa adanya tanda dan gejala inflamasi akut.

Untuk Memahami terjadinya OME, anatomi Dan fungsi fungsi tuba

Eustachius memegang Peranan Penting. Tuba Eustachius merupakan bagian dari

sistem yang berhubungan dengan hidung, nasofaring, telinga tengah, dan rongga

mastoid. Tuba Eustachius tidak hanya berupa tabung melainkan sebuah organ

yang mengandung lume dengan mukosa, kartilago, dikelilingi jaringan lunak,

muskulus peritubular seperti veli palatine, levator veli palatine, salpingofaringeus,

dan tensor timpani dan di bagian superior didukumg tulang. Perbedaan tuba

Eustachius pada anak dan orang dewasa yang menyebabkan meningkatnya insiden

otitis media pada anak-anak.

Panjang tuba pada anak setengah panjang tuba dewasa, sehingga secret

nasofaring lebih mudah refluks ke dalam telinga tengah melalui tuba yang

pendek.Arah tuba bervariasi pada anak, sudut antara tuba dengan bidang horizontal

adalah10°. Sedangkan pada dewasa 45°. Sudut antara tensor veli palatine

dengankartilago bervariasi pada anak-anak tetapi relatif stabil pada dewasa.

Perbedaan inidapat membantu menjelaskan pembukaan lumen tuba ( kontraksi

tensor velipalatini ) yang tidak efisien pada anak-anak. Masa kartilago bertambah

dari bayisampai dewasa. Densitas elastin pada kartilago lebih sedikit pada bayi

tetapidensitas kartilago lebih besar. Ostmann fat pad lebih kecil volumenya pada

bayi.Pada anak-anak banyak lipatan mukosa di lumen tuba Eustachius, hal ini dapat

menjelaskan peningkatan compliance tuba pada anak-anak.


B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

 Batas luar : membran timpani


 Batas depan : tuba eustachius yang menghubungkan daerah telinga
tengah tengah dengan nasofaring
 Batas bawah : vena (bulbus) jugularis yang superior lateral menjadi sinus
 sigmoideus dan ketengah menjadi sinus cavernous, cabang aurikulus
saraf vagus sigmoideus masuk telinga tengah dari dasarnya
 Batas belakang: aditus ad antrum yaitu lubang yang menghubungk
menghubungkan telinga tengahdengan antrum mastoid.
 Batas dalam : berturut berturut   dari atas kebawah kanalis semisirkularis
horizontal, kanalis fasialis, tingka poval,tingkap bundar,dan promontorium.
 Batas Atas : Segmen timpani

1. Membran timpani

Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani yang

memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran ini memiliki panjang

vertikal rata-rata 9-10 mm dan diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm dengan

ketebalannya rata-rata 0,1 mm (Dhingra, 2007). Secara Anatomis membran timpani

dibagi dalam 2 bagian, yaitu: Pars tensa dan pars flaksida. Pars tensa merupakan
bagian terbesar dari membran timpani suatu permukaan yang tegang dan bergetar

dengan sekelilingnya yang menebal dan melekat di anulus timpanikus pada sulkus

timpanikus pada tulang dari tulang temporal. Pars flaksida atau membran Shrapnell,

letaknya dibagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa. Pars flaksida dibatasi

oleh 2 lipatan yaitu plika maleolaris anterior (lipatan muka) dan plika maleolaris

posterior (lipatan belakang) (Dhingra, 2007).

2. Kavum timpani
Kavum timpani merupakan rongga yang disebelah lateral dibatasi oleh membran

timpani, disebelah medial oleh promontorium, di sebelah superior oleh tegmen

timpani dan inferior oleh bulbus jugularis dan n. Fasialis. Dinding posterior dekat ke

atap, mempunyai satu saluran disebut aditus, yang menghubungkan kavum timpani

dengan antrum mastoid melalui epitimpanum. Pada bagian posterior ini, dari medial

ke lateral, terdapat eminentia piramidalis yang terletak di bagian superior-medial

dinding posterior, kemudian sinus posterior yang membatasi eminentia piramidalis

dengan tempat keluarnya korda timpani.Kavum timpani terutama berisi udara yang

mempunyai ventilasi ke nasofaring melalui tuba Eustachius. Menurut ketinggian

batas superior dan inferior membran timpani, kavum timpani dibagi menjadi tiga

bagian, yaitu epitimpanum yang merupakan bagian kavum timpani yang lebih tinggi

dari batas superior membran timpani, mesotimpanum yang merupakan ruangan di


antara batas atas dengan batas bawah membran timpani, dan hipotimpanum yaitu

bagian kavum timpani yang terletak lebih rendah dari batas bawah membran timpani.

Di dalam kavum timpani terdapat tiga buah tulang pendengaran (osikel), dari luar ke

dalam maleus, inkus dan stapes. Selain itu terdapat juga korda timpani, muskulus

tensor timpani dan ligamentum muskulus

stapedius (Dhingra, 2007).

3. Tuba Eustachius
Tuba Eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani, bentuknya

seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan antara kavum

timpani dengan nasofaring. Tuba Eustachius terdiri dari 2 bagian yaitu : bagian

tulang yang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian) dan bagian

tulang rawan yang terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian). Fungsi

tuba Eusthachius untuk ventilasi telinga yang mempertahankan keseimbangan

tekanan udara di dalam kavum timpani dengan tekanan udara luar, drainase sekret

yang berasal dari kavum timpani menuju ke nasofaring dan menghalangi masuknya

sekret dari nasofaring menuju ke kavum timpani

C. ETIOLOGI

Etiologi dan patogenesis OME bersifat multifaktorial antara lain infeksi virus

atau bakteri, gangguan fungsi tuba Eustachius, status imunologi, alergi,faktor

lingkungan dan sosial. Walaupun demikian tekanan telinga tengah yang negatif,

abnormalitas imunologi, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut diperkirakan

menjadi faktor utama dalam pathogenesis OME. Faktor penyebab lainnya termasuk

hipertropi adenoid, adenoiditis kronis, palatoskisis, tumornasofaring, barotrauma,

terapi radiasi, dan radang penyerta seperti sinusitis atau rinitis. Merokok dapat

menginduksi hiperplasi limfoid nasofaring dan hipertropiadenoid yang juga

merupakan patogenesis timbulnya OME. Berikut merupakan etiologi nya :

 Gangguan fungsi tuba

Gangguan fungsi tuba menyebabkan mekanisme aerasi ke rongga telinga

tengah terganggu, drainase dari rongga telinga ke rongga nasofaring terganggu dan

gangguan mekanisme proteksi rongga telinga tengah terhadap refluks dari rongga

nasofaring. Akibat gangguan tersebut rongga telinga tengah akan mengalami

tekanan negatif. Tekanan negatif di telinga tengah menyebabkan peningkatan

permaebilitas kapiler dan selanjutnya terjadi transudasi. Selain itu terjadi infiltrasi
populasi sel-sel inflamasi dan sekresi kelenjar. Akibatnya terdapat akumulasi sekret

di rongga telinga tengah. Inflamasi kronis di telinga tengah akan menyebabkan

terbentuknya jaringan granulasi, fibrosis dan destruksi tulang.Obstruksi tuba

Eustachius yang menimbulkan terjadinya tekanan negatif ditelinga tengah akan

diikuti retraksi membran timpani. Orang dewasa biasanya akan mengeluh adanya

rasa tak nyaman, rasa penuh atau rasa tertekan dan akibatnya timbul gangguan

pendengaran ringan dan tinnitus. Anak-anak mungkin tidak muncul gejala seperti ini.

Jika keadaan ini berlangsung dalam jangka waktu lama cairan akan tertarik keluar

dari membran mukosa telinga tengah,menimbulkan keadaan yang kita sebut dengan

otitis media serosa. Kejadian ini sering timbul pada anak-anak berhubungan dengan

infeksi saluran nafas atas dan sejumlah gangguan pendengaran mengikutinya.

 Infeksi

Infeksi bakteri merupakan faktor penting dalam patogenesis terjadinya OME

sejak dilaporkan adanya bakteri di telinga tengah. Strepto coccus Pneumonia,

Haemophilus Influenzae, Moraxella Catarrhalis dikenal sebagai bakteri pathogen

terbanyak ditemukan dalam telinga tengah. Meskipun hasil yang didapat dari kultur

lebih rendah. Penyebab rendahnya angka ini diduga karena :

1. Penggunaan antibiotik jangka lama sebelum pemakian ventilation

tube akanmengurangi proliferasi bakteri pathogen

2. Sekresi immunoglobulin dan lisosim dalam efusi telinga tengah

akanmenghambat proliferasi pathogen

3. .Bakteri dalam efusi telinga tengah berlaku sebagai biofilm.

 Status Imunologi

Faktor imunologis yang cukup berperan dalam OME adalah sekretori Ig A.

immunoglobulin ini diproduksi oleh kelenjar di dalam mukosa kavum

timpani.Sekretori Ig A terutama ditemukan pada efusi mukoid dan di kenal sebagai

suatu imunoglobulin yang aktif bekerja dipermukaan mukosa respiratorik. Kerjanya


yaitu menghadang kuman agar tidak kontak langsung dengan permukaan

epitel,dengan cara membentuk ikatan komplek. Kontak langsung dengan dinding sel

epitel adalah tahap pertama dari penetrasi kuman untuk infeksi jaringan. Dengan

demikian Ig A aktif mencegah infeksi kuman

 Alergi

Bagaimana faktor alergi berperan dalam menyebabkan OME masih belum

jelas. Akan tetapi dari gambaran klinis di percaya bahwa alergi memegang peranan.

Dasar pemikirannya adalah analogi embriologik, dimana mukosa timpani berasal

sama dengan mukosa hidung. Setidak-tidaknya manifestasi alergi pada tuba

Eustachius merupakan penyebab okulasi kronis dan selanjutnya menyebabkan efusi.

Namun demikian dari penelitian kadar Ig E yang menjadi kriteria alergi atopik, baik

kadarnya dalam efusi maupun dalam serum tidak menunjang sepenuhnya alergi

sebagai penyebab.Etiologi dan patogenesis otitis media oleh karena alergi mungkin

disebabkan oleh satu atau lebih dari mekanisme di bawah ini :

 Mukosa telinga tengah sebagai organ sasaran ( target organ )

 Pembengkakan oleh karena proses inflamasi pada mukosa tuba

Eustachius

 Obstruksi nasofaring karena proses inflamasi, dan

 Aspirasi bakteri nasofaring yang terdapat pada sekret alergi ke dalam

ruang telinga tengah.

D. GEJALA KLINIS

Penderita OME jarang memberikan gejala sehingga kalau pada kasus anak-

anak sering terlambat diketahui. Gejala OME ditandai dengan rasa penuh dalam

telinga,terdengar bunyi berdengung yang hilang timbul atau terus menerus,

gangguan pendengaran dan rasa nyeri yang ringan. Dizziness juga dirasakan

penderita-penderita OME. Gejala kadang bersifat asimtomatik sehingga adanya

OME diketahui oleh orang yang dekat dengan anak misalnya orang tua atau guru.
Anak-anak dengan OME juga kadang-kadang sering terlihat menarik-narik telinga

mereka atau merasa seperti telinganya tersumbat.

Pada kasus yang lanjut sering ditemukan adanya gangguan bicara dan

perkembangan berbahasa. Kadang-kadang juga ditemui keadaan kesulitan dalam

berkomunikasi dan keterbelakangan dalam pelajaran

E. PATOFISIOLOGI

Teori klasik menjelaskan disfungsi persisten tuba Eustachius (TE). Fungsi TE

adalah sebagai ventilasi, proteksi, dan drainase. Fungsi ventilasi untuk

menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah sama dengan tekanan udara luar.

Fungsi proteksi untuk perlindungan telinga tengah terhadap tekanan dan sekret

nasofaring. Fungsi drainase untuk mengalirkan produksi sekret dari telinga tengah ke

nasofaring.TE tidak hanya tabung melainkan sebuah organ yang mengandung lumen

dengan mukosa, kartilago, dikelilingi jaringan lunak, musculus tensor veli palatine,

levator veli palatine, salpingofaringeus, dan tensor timpani. Tuba terdiri atas tulang

rawan pada 2/3 ke arah nasofaring dan sepertiganya terdiri atas tulang. Panjang

tuba pada anak 17,5 mm, lebih pendek, lebih lebar, dan lebih horizontal daripada TE

dewasa.

Otitis media dengan efusi (OME) dapat terjadi selama resolusi otitis media akut

(OMA) sekali peradangan akut telah teratasi. Di antara anak-anak yang telah

memiliki sebuah episode dari otitis media akut, sebanyak 45 % memiliki efusi

persisten setelah 1 bulan, tetapi jumlah ini menurun menjadi 10 % setelah 3

bulan.Terdapat 3 fungsi utama tuba eustachius yaitu ventilasi untuk menjaga agar

tekanan udara antara telinga tengah dan telinga luar selalu sama, pembersihan

sekret dan sebagai proteksi pada telinga tengah. Gangguan fungsi yang dapat

disebabkan oleh sejumlah keadaan dari penyumbatan anatomi peradangan

sekunder terhadap alergi , infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) atau trauma. Jika

gangguan fungsi tuba eustachius berlangsung terus-menerus, tekanan negative


berkembang dalam telinga tengah dari penyerapan dan atau penyebaran nitrogen

serta oksigen ke dalam sel mukosa telinga tengah. Jika berlangsung cukup lama

dengan sejumlah besar yang sesuai, terjadi transudasi dari mukosa akibat tekanan

negatif yang menyebabkan terjadinya akumulasi serosa dengan dasar efusi yang

steril. Disebabkan gangguan fungsi dari tuba eustachius, efusi menjadi mediayang

baik untuk perkembangbiakan bakteri dan bisa mengakibatkan terjadinya otitis media

akut.Hampir keseluruhan otitis media efusi disebabkan gangguan fungsi

tubaeustachius. Apabila peradangan dan infeksi bakteri akut telah jelas, kegagalan

dari mekanisme pembersihan telinga tengah memungkinkan terjadinya efusi

padatelinga tengah. Banyak faktor yang telah terlibat dalam kegagalan dari

mekanismepembersihan , termasuk gangguan fungsi siliar, edema mukosa,

hiperviskositasefusi, dan tekanan udara antar telinga tengah dan telinga luar yang

tidak baik

F. DIAGNOSIS

Diagnosis OME pada anak tidak mudah dan terdapat perbedaan yangbermakna

sesuai dengan kecakapan klinisi, khususnya di tingkat pelayanan primeratau dokter

anak yang mendiagnosisnya. Gejala tidak ada sensitif maupunspesifik, banyak anak

justru tanpa gejala. Pemeriksaan fisik pada anak penderitaOME berpotensi tidak

akurat kerena kesan subjektif gambaran membran timpanisulit dinilai. Belum lagi

anak-anak yang tidak kooperatif saat dilakukan pemeriksaan. Namun enamnesis dan

pemeriksaan fisik tetap sangat berperandalam mendiagnosis OME.

 .Anamnesis

Dalam mendiagnosis OME diperlukan kejelian dari pemeriksa. Inidisebabkan

keluhan yang tidak khas terutama pada anak-anak. Biasanya orang tuamengeluh

adanya gangguan pendengaran pada anaknya, guru melaporkan bahwaanak

mempunyai problem pendengaran, kemunduran dalam pelajaran di sekolah,bahkan


dalam gangguan wicara dan bahasa. Sering kali OME ditemukan secaratidak

sengaja pada saat skrining pemeriksaan telinga dan pendengaran di sekolah-

sekolah.Pada anak-anak dengan OME dari anamnesis keluhan yang paling

seringadalah penurunan pendengaran dan kadang merasa telinga merasa penuh

sampaidengan merasa nyeri telinga. Dan pada anak-anak penderita OME

biasanyamereka juga sering didapati dengan riwayat batuk pilek dan nyeri

tenggorokanberulang. Pada anak-anak yang lebih besar biasanya mereka

mengeluhkankesulitan menengarkan pelajaran di sekolah, atau harus membesarkan

volume saatmenonton televisi di rumah. Orang tua juga sering mendengarkan

keluhan telingaanaknya terasa tidak nyaman atau sering melihat anaknya menarik-

narik dauntelinganya.

 Pemeriksaan fisik

Untuk mendiagnosis OME pada pemeriksaan fisik perlu dilakukan pemeriksaan

otoskopi, timpanogram, audiogram dan kadang tindakan miringotomi untuk

memastikan adanya cairan dalam telinga tengah

.• Otoskopi

Pemeriksaan otoskopi dilakukan untuk kondisi, wama, dan translusensimembrana

tempani. Macam-macam perubahan atau kelainan yang terjadi padamembran

timpani dapat dilihat sebagaimana berikut :

a) Membrana timpani yang suram dan berwarna kekuningan yang

menggatigambaran tembus cahaya selain itu letak segitiga reflek cahaya

padakuadran antero inferior memendek, mungkin saja didapatkan pula

peningkatan pembuluh darah kapier pada membran timpani tersebut.

Padakasus dengan cairan mukoid atau mukupurulen membrana

timpaniberwarna lebih muda( krem )

b) Membrana timpani retraksi yaitu bila manubrium malei terlihat lebihpendek

dan lebih horizontal, membran kelihatan cekung dan reflex

cahayamemendek. Warna mungkin akan berubah agak kekuningan.


c) Atelektasis, membrana timpani biasanya tipis, atropi dan mungkinmenempel

pada inkus, stapes dan promontium, khusunya pada kasus-kasusyang sudah

lanjut, biasanya kasus yang seperti ini karena disfungsi tubaEustachius dan

otitis media efusi yang sudah berjalan lama.

d) Membrana timpani dengan sikatrik, suram sampai retraksi berat

disertaibagian yang atropi didapatkan pada otitis media adesiva oleh

karenaterjadi jaringan fibrosis ditelinga tengah sebagai akibat proses

peradangansebelumnya yang berlangsung lama.

e) Gambaran air fluid level atau bubles biasanya ditemukan pada OME

yangberisi cairan serus.

f) Membrana timpani berwarna biru gelap atau ungu diperlihatkan padakasus

hematotimpanum yang disebabkan oleh fraktur tulang temporal,leukemia,

tumor vaskuler telinga tengah. Sedangkan warna biru yang lebihmuda

mungkin disebabkan oleh barotraumas.

g) Gambaran lain adalah ditemukan sikatrik dan bercak kalisifikasi.Pada

pemeriksaan otoskopi menunjuk kecurigaan OME apabila ditemukan tanda-

tanda

 Tidak didapatkan tanda-tanda radang akut.

 Terdapat perubahan warna membrana timpani akibat refleksi dariadanya

cairan didalam kavum timpani.

 Membran timpani tampak lebih menonjol.

 Membran timpani retraksi atau atelektasis.

 Didapatkan air fluid levels atau buble, atau.

 Mobilitas membran berkurang atau fikasi.

Pada pemeriksaan otoskopi terlihat membran timpani suram dan retraksi, kadang

kekuningan, atau efusi kebiruan


Otoskop pneumatik / otoskop Siegle.

Otoskop pneumatik diperkenalkan pertama kali oleh Siegle, bentuknya relatif tidak

berubah sejak pertama diperkenalkan pada tahun 1864. Pemeriksaanotoskopi

pneumatik selain bisa melihat jenis perforasi, jaringan patologi, danuntuk membrana

timpani yang masih utuh bisa juga di lihat gerakanya( mobilitas ) dengan jalan

memberi tekanan positif maka membrana timpani akanbergerak ke medial dan bila

diberi tekanan negatif maka membrana timpani akanbergerak ke leteral.

Pemeriksaan otoskopi pneumatik merupakan standar fisik diagnostik pada OME.

Timpanometri

Timpanometer adalah suatu alat untuk mengetahui kondisi dari sistemtelinga tengah.

Pengukuran ini memberikan gambaran tentang mobilitasmembrana timpani, keadaan

persediaan tulang pendengaran, keadaan dalamtelinga tengah termasuk tekanan

udara didalamnya, jadi berguna dalammengetahui gangguan konduksi dan fungsi

tuba Eustachius.Grafik hasil pengukuran timpanometeri atau timpanogram dapat

untukmengetahui gambaran kelainan di telinga tengah. Meskipun ditemukan banyak

variasi bentuk timpanogram akan tetapi pada prinsipnya hanya ada tiga tipe,

yaknitipe A, tipe B, dan tipe C.Pada penderita OME gambaran timpanogram yang

sering didapati adalahtipe B. Tipe B bentuknya relatif datar, hal ini menunjukan

gerakan membranatimpani terbatas karena adanya cairan atau pelekatan dalam

kavum timpani.Grafik yang sangat datar dapat terjadi akibat perforasi membrana

timpani,serumen yang banyak pada liang telinga luar atau kesalahan pada alat
yaitusaluran buntu.Pemerikasaan timpanometri dapat memperkirakan adanya cairan

didalamkavum timpani yang lebih baik dibanding dengan pemeriksaan otoskopi saja.

Audiogram

Dari pemeriksaan audiometrik nada murni didapatkan nilai ambang tulang

danudara.Gangguan pendengaran lebih sering ditemukan pada pasien OME

dengancairan yang kental (glue ear). Meskipun demikian beberapa studi

mengatakantidak ada perbedaan yang signifikan antara cairan serus dan kental

terhadapgangguan pendengaran, sedangkan volume cairan yang ditemukan di

dalamtelinga tengah adalah lebih berpengaruh.Pasien dengan OME ditemukan

gangguan pendengaran dengan tulikonduksi ringan sampai sedang sehingga tidak

begitu berpengaruh dengankehidupan sehari-hari. Tuli bilateral persisten lebih dari

25 dB dapat menggangguperkembangan intelektual dan kemampuan berbicara

anak. Bila hal ini dibiarkanbisa saja ketulian bertambah berat yang berakibat buruk

bagi pasien. Akibat burukini dapat berupa gangguan local pada telinga maupun

gangguan yang lebih umum,seperti gangguan perkembangan bahasa dan

kemunduran dalam pelajaran sekolah.Pasien dengan tuli konduksi yang lebih berat

mungkin sudah didapatkan fiksasiatau putusnya rantai osikel.Garis pedoman OME

yang disusun bersama oleh AAFP, AAOHNS danAAP menyatakan bahwa audiologi

merupakan salah satu komponen pemeriksaanpasien OME. Pemeriksaan

audiometrik direkomendasikan pada pasien dengan OME selama 3 bulan atau

lebih ,kelambatan berbahasa, gangguan belajar ataudicurigai terdapat penurunan

pendengaran bermakna. Berdasarkan beberapapenelitian, tuli konduksi sering

berhubungan dengan OME dan berpengaruh padaproses mendengar kedua telinga,

lokalisasi suara, persepsi bicara dalamkebisingan. Penurunan pendengaran yang

disebabkan oleh OME akanmengahalangi kemampuan awal berbahasa yang

didapat.
Radiologi

Pemeriksaan radiologi foto mastoid dahulu efektif digunakan untukskrining OME,

tetapi sekarang jarang dikerjakan. Anamnesis riwayat penyakit danpemeriksaan fisik

banyak membantu diagnosis penyakit ini.CT Scan sangat sensitive dan tidak

diperlukan untuk diagnosis. MeskipunCT scan penting untuk menyingkirkan adanya

komplikasi dari otitis media missalmastoiditis, trombosis sinus sigmoid ataupun

adanya kolesteatoma. CT scanpenting khususnya pada pasien dengan OME

unilateral yang harus dipastikanadanya massa di nasofaring telah disingkirkan.

G. PENATALAKSANAAN

Diagnosis dan pengobatan sedini mungkin memegang peranan

penting.Keberhasilan dari penatalaksanaan ditentukan dengan mencari faktor

penyebabdan mengatasinya guna mencegah akibat lanjut penyakit tersebut.

Sumbatan tubadan infeksi saluran nafas atas yang kronis serta berulang merupakan

salah satufaktor yang penting diperhatikan.Namun penatalaksanaan OME sendiri

masih menjadi perdebatan, inidisebabkan oleh karena baik pengobatan yang bersifat

konservatif maupuntindakan operatif, masing-masing mempunyai kelebihan dan

kekurangan.Pengobatan OME secara konservatif ada yang belum terbukti

menyembuhkan penderita dengan OME, namun pada pokoknya dapat mengurangi

morbiditasketika terapi konservatif dianggap gagal atau tidak

memuaskan.Pengobatan pada OME meliputi pengobatan konservatif dan

tindakanoperatif. Pengobatan konservatif secara local ( obat tetes hidung atau

spray ) dansistemik antara lain antibiotika spektrum luas, antihistamin, dekongestan,

denganatau tanpa kortikosteroid. Pengobatan dan control terhadap alergi

dapatmengurangi atau menyembuhkan otitis media efusi.Pengobatan secara operatif

dilakukan pada kasus dimana setelah dilakukanpengobatan konservatif selam lebih

dari 3 bulan tidak sembuh. Untukmemberikan hasil yang baik terhadap drainase

dilakukan miringotomi danpemasangan pipa ventilasi. Pipa ventilasi dipasang pada


daerah kuadran anteroinferior atau antero superior. Pipa ventilasi akan

dipertahankan sampai fungsi tubaini paten. Penatalaksanaan secara operatif meliputi

mirigotomi dengan atau tanpapemasangan pipa ventilasi dan adenoidektomi dengan

atau tanpa tonsilektomi.Tujuan pemasangan pipa ventilasi adalah menghilangkan

cairan pada telingatengah, mengatasi gangguan pendengaran yang terjadi,

mencegah kekambuhan,mencegah gangguan perkembangan kognitif, bicara,

bahasa dan psikososial

H. KOMPLIKASI

Akibat lanjut OME dapat mengakibatkan hilangnya fungsi

pendengaransehingga akan mempengaruhi perkembangan bicara dan intelektual.

Perubahanyang terjadi pada telinga tengah dapat mengakibatkan penyakit berlanjut

menjadiotitis media adesiva dan otitis media kronis maligna.

Audiometri Nada Murni

Pada pemeriksaan ini didapatkan tuli konduksi ringan sampai sedang. Tuli konduksi

bilateral persisten lebih dari 25 dB dapat mengganggu perkembangan intelektual dan

kemampuan berbicara anak.24 Derajat ketulian menurut International Standard

Organization (ISO):

0-25 dB : normal

>25-40 dB : tuli ringan

>40-55 dB : tuli sedang

>55-70 dB : tuli sedang berat

>70-90 dB : tuli berat

>90 dB : tuli sangat berat


LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.F
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pekerjaan : Honorer
Pendidikan : S1
Alamat : Alalak utara, Banjarmasin Utara
No. Register : 377491
Tgl. Pemeriksaan : 30 APRIL 2020

ANAMNESA (Autoanamnesa) (Tanggal 30 April 2020)


Keluhan utama : Pendengaran telinga kiri berkurang
Pasien mengeluh pendengaran telinga kiri menurun. Telinga kiri terasa penuh
dan buntu. Grebeg – grebeg (-/-), berdenyut (-/+) dengung (-/-), keluar cairan dari
telinga (-/-), nyeri (-/-), keluhan telinga kiri dirasakan membaik 2 tahun yang lalu,
namun telinga kiri kembali ada keluhan sejak 1 minggu yang lalu hingga sekarang.
Sering pilek (+), hidung buntu (+), bersin-bersin bila kena dingin / debu (+).
Tenggorok tidak ada keluhan.
Riwayat pengobatan : Dua tahun yang lalu pada tahun 2018 berobat di Poli
THT Ansari shaleh Riwayat terpasang grommet.
Riwayat penyakit dahulu : OME, Hypertropi Adenoid, Asma (+)
Riwayat alergi : Obat (-), makanan (-), debu (+)
Riwayat penyakit keluarga : ibu pasien mempunyai asma
Riwayat sosial : Bekerja sebagai honorer, telah menikah, Rokok (-),
alkohol (-)

Anamnesa Umum :
Telinga Hidung
Korek telinga : -/- Rinore : -/-
Nyeri telinga : -/- Lamanya :-
Bengkak : -/- Terus menerus :-
Otore : -/- Kumat-kumatan :-
Lamanya :- Cair/lendir/nanah :-
Terus menerus :- Campur darah/bau : -
Kumat-kumatan :- Hidung buntu :-
Cair/lendir/nanah :- Lamanya :-
Tuli : -/+ Terus menerus :-
Tinnitus : -/+ Kumat-kumatan :-
Vertigo :- Bersin :-
Mual :- Dingin/lembab :-
Muntah :- Debu rumah :+
Mau jatuh :- Berbau : -/-
Muka menceng :- Mimisen : -/-
Pajanan bising :- Nyeri hidung : -/-
Suara sengau :-

Tenggorok Laring
Sukar menelan :- Suara parau :-
Sakit menelan :- Lamanya :-
Lamanya :- Terus menerus : -
Frekuensi :- Kumat-kumatan : -
Yang terakhir : - Afonia :-
Badan panas :- Sesak nafas :-
Lamanya :- Rasa sakit :-
Frekuensi :- Rasa mengganjal : -
Yang terakhir : -
Trismus :-
Ptyalismus :-
Rasa mengganjal : -
Rasa berlendir :-
Rasa kering :-

Status Generalis
Keadaan umum : baik Sesak nafas :-
Kesadaran : compos mentis Sianosis :-
Gizi : kesan cukup Stridor inspiratoir :-
Anemi :- Retraksi suprasternal : tdk diperiksa
Tensi : tdk diperiksa interkostal : tdk diperiksa
Nadi : tdk diperiksa epigastrial : tdk diperiksa
Suhu badan : tdk diperiksa Thorak – jantung : tdk diperiksa
Muntah :- – paru : tdk diperiksa
Kejang :- Abdomen : tdk diperiksa
Nistagmus :- Ekstremitas : tdk diperiksa
Parese/paralise n.fasialis :-

Status Lokalis THT


Kanan Kiri
Telinga Pembengkakan retro aurikuler - -
Fistula auris kongenital - -
Nyeri tekan - -
Meatus acusticus externus :
 Hiperemi - -
 Edema - -
 Penyempitan - -
 Furunkel - -
 Fistel - -
 Sekret, sifat - -
 Granulasi - -
MT retraksi, suram  Polip - -
 Kolesteatoma - -
 Foetor - -
Membran timpani :
 Intak + +
 N/Retraksi/bombans N N
 Warna putih suram
 Perforasi - -
 Pulsasi - -
 Cairan + ++
 Tes fistula ¯ ¯
Reflex Cahaya
Hidung Deformitas - -
Hematoma - -
Krepitasi - -
Nyeri - -

Rhinoskopi anterior :
Vestibulum - -
 Edema - -
 Sekret - -
 massa - -
Kavum nasi
 luas Lapang Lapang
 mukosa Licin Licin
 hiperemi - -
 massa - -
 sekret - -
 konka edema - -
 konka hiperemi - -
 septum deviasi - -
Fenomena palatum mole + +

Rinoskopi posterior :
Septum nasi Deviasi –
Konka Kesan massa –
Meatus nasi Kesan massa –
Muara tuba eustachius Kesan massa –
Fossa rosenmuller Dbn
Atap nasofaring Dbn
Koane Dbn
Transiluminasi
Sinus Frontalis Tidak dievaluasi
Sinusi Maksilaris Tidak dievaluasi
Tenggorok Palatum molle N N
Uvula Di tengah
Tonsil T1 T1
 Hiperemi - -
 Kripte melebar - -
 Detritus - -
Arcus anterior N N
Arcus posterior N N
Faring : edema (-), hiperemi (-), lendir (-), granula (-)
Laring Laringoskopi indirek :tidak dievaluasi
Regio colli Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Gambar Oto Endoskopi
Pada gambar Oto endoskopi dextra dan sinistra pada membran timpani dextra
dan sinistra tampak cairan didalam cavum timpani.

Pemeriksaan Audiometri (11 april 2018)

D : 55 db ( MHL sedang )
S : 53,75 db ( MHL sedang )

DIAGNOSIS
Working Diagnosa
 Otitis Media Efusi Sinistra
Rencana Diagnosis
-

Rencana Terapi
 Iliadin nasal spray ( 2xII hidung kanan kiri )
 Tremenza tab 2x1 caps
Rencana Monitoring
Subjektif, Tanda Vital

Rencana Edukasi
 Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita yaitu
keradangan telinga tengah kiri yang disebabkan penumpukan cairan di
telinga tengah sehingga menurunkan pendengaran
 Memberitahu tentang rencana tindakan lebih lanjut yaitu pemasangan gromet
pada gendang telinga kiri agar gejala dapat diperbaiki
 Menjelaskan tentang kontrol dan follow up yang harus rutin dilakukan pada
pasien
 Menjaga agar telinga kiri tidak kemasukan air, kalau mandi telinga kiri ditutupi
kapas

Prognosis
 Dubia ad bonam
PEMBAHASAN

Dilaporkan seorang pasien laki-laki berumur 30 tahun yang datang kepoli

THT RSUD Dr. H. Moch. Anshari Shaleh Banjarmasin dari tanggal 30 april 2020

dengan diagnosis Otitis Media Efusi. Pasien datang ke poli THT RSUD dr.H. Moch.

Anshari Shaleh dengan keluhan pendengaran berkurang. Telinga kiri terasa penuh

dan buntu. Tidak ada terdengar Grebeg – grebeg ditelinga kana maupun kiri, terlinga

kiri terasa berdenyut, tidak ada suara seperti mendengung ,tidak ada keluar cairan

dari telinga kanan maupun telinga kiri, telinga juga tidak terasa nyeri , keluhan

telinga kiri dirasakan membaik 2 tahun yang lalu, namun telinga kiri kembali ada

keluhan sejak 1 minggu yang lalu hingga sekarang. Pasien mengatakan sering pilek

dan hidung terasa buntu, bersin-bersin bila kena dingin / debu. Tenggorokan tidak

ada keluhan. Pada 2 tahun yang lalu tahun 2018 pasien berobat di poli THT

dengan diagnosis Otitis Media efusi dan pernah terpasang gromme ditelinga kanan

dan kiri.

Pasien ini didiagnosis dengan Otitis Media Efusi. Definisi Otitis Media Efusi

adalah suatu proses inflamasi mukosa telinga tengah yang ditandai dengan adanya

cairan non-purulen di telinga tengah tanpa tanda infeksi akut. Nama lain penyakit ini

antara lain glue ear, allergic otitis media, mucoid ear, otitis media sekretoria, otitis

media non-supuratif, dan otitis media serosa.

Etiologi pada Otitis media efusi bersifat multipel. OME terjadi karena interaksi

berbagai faktor host, alergi, faktor lingkungan, dan disfungsi tuba Eustachius.

Tekanan telinga tengah negatif, abnormalitias imunologi, atau kombinasi kedua

faktor tersebut diperkirakan menjadi faktor utama. Faktor penyebab lain adalah

hipertrofi adenoid, adenoiditis kronik, palatoskisis, barotrauma, dan radang penyerta

seperti sinusitis atau rinitis. Etiologi disini saat berkaitan dengan pasien pada laporan
kasus ini, factor resiko yaitu karena pasien ini mempunyai alergi, kemudian pasien

juga memiliki riwayat rhinitis. Pada pasien ini juga 2 tahun lalu ,memiliki riwayat

hypertrofi adenoid.

Manifestasi klinis yang tampak pada pasien yang mengeluh pendengaran

nya berkurang, telinga terasa penuh dan buntu, juga pasien memiliki riwayat alergi

dimana manifestasi klinis ini berhubungan dengan patofisiologi dari otitis media efusi

yaitu Teori klasik menjelaskan disfungsi persisten tuba Eustachius (TE). Fungsi TE

adalah sebagai ventilasi, proteksi, dan drainase. Fungsi ventilasi untuk

menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah sama dengan tekanan udara luar.

Fungsi proteksi untuk perlindungan telinga tengah terhadap tekanan dan sekret

nasofaring. Fungsi drainase untuk mengalirkan produksi sekret dari telinga tengah ke

nasofaring.TE tidak hanya tabung melainkan sebuah organ yang mengandung lumen

dengan mukosa, kartilago, dikelilingi jaringan lunak, musculus tensor veli palatine,

levator veli palatine, salpingofaringeus, dan tensor timpani. Tuba terdiri atas tulang

rawan pada 2/3 ke arah nasofaring dan sepertiganya terdiri atas tulang. Panjang

tuba pada anak 17,5 mm, lebih pendek, lebih lebar, dan lebih horizontal daripada TE

dewasa. Disfungsi TE bisa terjadi karena upper respiratory tract infection (URTI),

trauma, obstruksi mekanis, atau alergi yang mengakibatkan inflamasi.

Jika disfungsi tuba persisten, akan terbentuk tekanan negatif dalam telinga

tengah akibat absorpsi dan/ atau difusi nitrogen dan oksigen ke dalam sel mukosa

telinga tengah. Selanjutnya sel mukosa akan menghasilkan transudasi, kemudian

akan terjadi akumulasi cairan serous, berupa efusi steril sehingga terjadi OME.

Jika disfungsi tuba Eustachius berlanjut, efusi menjadi media ideal untuk

tumbuhnya bakteri, sehingga OME berubah menjadi OMA. Beberapa ahli

mengoreksi teori ini karena ditemukan patogen pada OME, sama seperti pada kasus

OMA. Cairan efusi tidak steril.


Diagnosis ome dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik yang menunjang diagnosis pasien dilihat

dari otoskop berupa membrane timpani tampak suram, tampak masih keluar cairan.

Pada pemeriksaan penunjang tampak terlihat pada alat endoskopi terlihat jelas pada

gambaran membrane timpani nya berwarna suram dan masih keluar cairan.
DAFTAR PUSTAKA

Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajarilmu

kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta:FKUI, 2001.

Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam: SoepardiEA, Iskandar

N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepalaleher. Edisi kelima. Jakarta:

FKUI, 2001.

Irwan AG. Sugianto. Atlas bewarna teknik pemeriksaan kelainan telinga hidungtenggorok. FK

UNSRI. Penerbit buku kedokteran EGCMegantara, Imam. 2008.

Informasi Kesehatan THT: Otitis Media Efusi. [5 screens]Cited 15 Juni 2009. Available from:

http://www.perhati-kl.org/Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan

mastoid. Dalam:Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT.

Edisi 6. Jakarta: EGCThrasher, Richard D. 2009. Middle Ear, Otitis Media With Effusion [10

screens] Cited15 Juni 2009. Available from: http://www.emedicine.medscape.com/ 9Admin .

2009.

Dhingra , PL. Editor: Otitis media with Efusion . Diseasem of Ear, nose, and throat. New

delhi : Churchill livingstone Pvt Ltd. 1998. P 64=67

Anda mungkin juga menyukai