PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Otitis media supuratif kronis (OMSK) ialah infeksi kronik di telinga
tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga
tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental,
bening atau berupa nanah. OMSK didalam masyarakat Indonesia dikenal dengan
istilah congek, teleran atau telinga berair. Kebanyakan penderita OMSK
menganggap penyakit ini merupakan penyakit yang biasa yang nantinya akan
sembuh sendiri. Penyakit ini umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali
apabila sudah terjadi komplikasi.1
Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit infeksi telinga yang
memiliki prevalensi tinggi dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat.
Dinegara berkembang dan negara maju prevalensi OMSK berkisar antara 1 46%
, dengan prevalensi tertinggi terjadi pada populasi di Eskimo (12 46%) dan
prevalensi terendah pada populasi di Amerika dan Inggris (kurang dari 1%). Di
Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran Depkes
1993 1996 prevalensi OMSK sekitar 3,1% populasi. OMSK hingga saat ini
masih sering dijumpai di Indonesia.2
Penyakit ini sangat menggangu dan sering menyulitkan dokter maupun
pasiennya sendiri. Perjalanan penyakit yang panjang, terputusnya terapi,
terlambatnya pengobatan ke spesialis THT dan sosioekonomi yang rendah
membuat penatalaksanaan penyakit ini tetap menjadi problem di bidang THT.3
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini adalah :
1. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan tinjauan kepustakaan mengenai
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
puncak ini dinamakan umbo. Dari umbo ke muka bawah tampak refleks cahaya
(cone of light).
Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu:
1. Stratum kutanem (lapisan epitel) berasal dari liang telinga
2. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani
3. Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratumkutaneum dan
mukosum.
Lamina propria yang terdiri dari dua lapisan anyaman penyambung elastic
yaitu:
1. Bagian dalam sirkuler
2. Bagian luar radier.
Secara anatomi membran timpani dibagi dalam dua bagian:
1. Pars Tensa
Merupakan bagian terbesar dari membran timpani suatu permukaan yang
tegang dan bergetar sekeliling menebal dan melekat pada anulus fibrosus pada
sulkus timpanikus bagian tulang dari tulang temporal.
2. Pars Flasida atau membran Sharpnell, letaknya dibagian atas muka dan lebih
tipis dari pars tensa dan pars flasida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu:
1. Plika maleolaris anterior (lipatan muka)
2. Plika maleolaris posterior ( lipatan belakang).
Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang
dinamakan sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus
ini dan bagian ini disebut insisura timpanika (Rivini). Permukaan luar dari
membran timpani disarafi oleh cabang n. aurikulo temporalis dari nervus
mandibula dan nervus vagus. Permukaan dalam disarafi oleh n. timpani cabang
dari nervus glosofaringeal.
4
Aliran darah membran timpani berasal dari permukaan luar dan dalam.
Pembuluh-pembuluh epidermal berasal dari aurikula yang dalam cabang dari
arteri maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh timpani
anterior cabang dari arteri maksilaris interna dan oleh stylomastoid cabang dari
arteri aurikula posterior.
2.1.2. Kavum Timpani6
Kavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal,
bentuknya bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter anteroposterior atau
vertikal 15mm, sedangkan diameter tranversal 2 6 mm. kavum timpani
mempunyai 6 dinding yaitu:
Dinding posterior
2.2.2 Etiologi
Terjadinya OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
(adenoiditis, tonsilitis, rinitis dan sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba
Eustachius.6
Penyebab OMSK antara lain:6
1. Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi
mempunyai hubungan erat antara penderita OMSK dan sosioekonomi, dimana
kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah
hampir dipastiakn hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet,
tempat tinggal yang padat.
2. Genetik
4. Infeksi
Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram- negatif, flora tipe- usus,
dan beberapa organisme lainnya. Bakteri aerob yang sering ditemukan yaitu
Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan proteus.
5. Infeksi saluran nafas atas
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran
nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah
menyebabkanmenurunya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara
normal berada dalam telinga tengah sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.
6. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar
terhadap otitis media kronis.
7. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi
dibanding yang bukan
penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksintoksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.
2.2.3 Klasifikasi
Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe atau
jenis OMSK. Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral,
marginal atau atik. Oleh karena itu disebut perforasi sentral, marginal atau atik.1
11
dengan kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau tipe
tulang. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau atik, kadangkadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal.
Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe
maligna.1
Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani dikenal juga OMSK
aktif dan OMSK tenang.1
1. OMSK aktif
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh
perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eustachius atau setelah berenang
dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid
sampai purulen. Jarang ditemukan polip yang besar pada liang telinga luas.
Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang luas dan
penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila tindakan konservatif gagal
untuk mengontrol infeksi atau jika granulasi pada mesotimpanum dengan atau
tanpa migrasi sekunder kulit, dimana kadang-kadang adanya sekret yang
berpulsasi diatas kuadran posterosuperior.1,6
2. OMSK tenang
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan
mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala ini dijumpai berupa tuli konduktif
12
ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus atau suatu rasa penuh
dalam telinga.1,6
Kolesteatoma1
Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel
Kolesteatoma
Patogenesis kolesteatom1
Banyak
teori
dikemukakan
oleh
para
ahli
tentang
patogenesis
kolesteatoma, antara lain adalah teori invaginasi, teori migrasi, teori metaplasi dan
teori implantasi.
Teori tersebut akan lebih mudah dipahami bila diperhatikan definisi
kolesteatoma menurut Gray (1964) yang mengatakan; kolesteatoma adalah epitel
kulit yang berada pada tempat yang salah, atau menurut pemahaman penulis,
kolesteatoma dapat terjadi oleh karena adanya epitel kulit terperangkap.
Sebagaimana kita ketahui bahwa seluruh epitel kulit (keratinizing stratified
squamosa epitelium) pada tubuh kita berada pada lokasi yang terbuka / terpapar
13
ke dunia luar. Epitel kulit di liang telinga merupakan suatu daerah Cul-de-sac
sehingga apabila terdapat serumen padat di liang telinga dalam waktu yang lama
maka dari epitel kulit yang berada medial dari serumen tersebut seakan
terperangkap sehingga membentuk kolesteatoma.
Klasifikasi Kolesteatom1
Kolesteatoma dapat dibagi atas dua jenis:
14
iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membram tipani dan infeksi.
Keluarnya secret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah secret dapat
disebabkan infeksi saluran nafas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah
mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inakatif dijumpai adanya secret
telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan
kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keeping-keping kecil,
berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan secret
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas.
secret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan
polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu
secret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkolosis.
2. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya
dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan
pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena
daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif
ke fenestra ovalis. Bila
pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran
menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian
tergantung dari besar dan letak perforasi membrane timpani serta keutuhan dan
mobilitas system pengantaran suara ke telinga tengah pada OMSK tipe maligna
biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran,
tetapi seringkali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga
ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.
Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya
infeksi karena penetrasi toksin melaui jendela bulat (foramen rotundum) atau
fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis akan
terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi kohlea.
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan
suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya
drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran secret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau
ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh
adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi
OMSK seperti petrositis, subperiosteal abses atau thrombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala serius lainnya. Keluhan
vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi
dinding labiarin oleh kolestotum. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan
tekanan udara yang mendadak atau pada penderita yang sensitif keluhan vertigo
dapat terjadi hanya karena perforasi besar membrane timpani yang akan
menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran
infeksi ke dalam labirin juga akan menyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga
bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius,
karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga
dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanjut menjadi
meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo.
Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membrane
timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga tengah.
Tanda Klinis
1.
2.
3.
4.
Pemeriksaan Audiometri6
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli
konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensorineural, beratnya ketulian
tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistem penghantaran suara di telinga tengah.
Evaluasi audiometri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan
fungsi koklea. Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara
dan tulang serta penilaian tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran
dapat diperkirakan, dan bisa ditentukan manfaat operasi rekonstruksi telinga
tengah untuk perbaikan pendengaran.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Radiologi daerah mastoid pada penyakit telinga tengah
2.2.7 Penatalaksanaan
Prinsip
terapi
OMSK
tipe
maligna
ialah
pembedahan,
yaitu
Untuk OMSK
tipe
maligna
pembedahan
yang
dilakukan
yaitu
Mastoidektomi radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau
kolesteatom yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum
timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Maleus, inkus dan krus
anterior posterior stapes diangkat kecuali basis stapes. Dinding batas antara liang
telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga
ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini ialah
untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke
intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.3
19
C. Komplikasi Ekstradural
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hidrosefalus otits
Shambough (2003) membagi atas komplikasi sebagai berikut:1
A. Komplikasi intratemporal
B. Komplikasi ekstratemporal
Abses subperiosteal
C. Komplikasi intrakranial
Abses otak
Tromboflebitis
Hidrosefalus otikus
Empiema subdura
Abses subdura / ekstradura
2.2.8 Prognosis
Frekuensi komplikasi yang mengancam jiwa pada OMSK telah menurun
drastis dengan ditemukannya antibiotik. Komplikasi ke kranial merupakan
penyebab utama kematian pada OMSK di negara sedang berkembang, yang
sebagian besar kasus terjadi karena penderita mengabaikan keluhan telinga berair.
20
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
MRS tanggal 26 Oktober 2010
Nama
: Tn. P
21
Umur
: 33 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Buruh Tambang
Alamat
Pendidikan terakhir
: SMA
II. Anamnese
Keluhan Utama
Tidak ada riwayat sakit gigi berulang, pilek dan batuk berulang
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien
22
Riwayat kebiasaan:
: Composmentis
Vital Sign
Status Generalis:
Kepala
: Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), sianosis (-), pupil isokor
3mm/3mm, refleks cahaya (-), pembesaran KGB (-)
Thorax
Abdomen
: flat, soefel, hepar lien tidak teraba, bising usus (+) normal
Ekstremitas
Kanan
Kiri
TELINGA
23
Aurikula
Radang (-),
Radang (-),
Radang (+),
Retroaurikula
Radang (-),
tekan (+)
Fistel (+)
tekan (-)
Hiperemis (+), ,
MAE
Hiperemis (-),
sekret (-)
(+)
Jernih, tipis,
Membran timpani
Sulit dievaluasi
HIDUNG
Fetor
Septum nasi
Vestibulum nasi
Mukosa cavum
nasi
Konka nasi
Tidak ada
Tidak ada
Hiperemis (-)
Hiperemis (-),
Hiperemis (-),
discharge (-),
discharge (-),
tumor (-)
tumor (-)
Permukaan halus,
Permukaan halus,
hiperemis (-),
hiperemis (-),
edema (-)
edema (-)
TENGGOROKAN
Fetor
Tonsil
(+)
Membesar (-),
Membesar (-),
hiperemis (-),
hiperemis (-),
24
debris (-)
debris (-)
Uvula
Palatum mole
Dinding faring
Pemeriksaan Pendengaran
Tes Garputala
Kanan
Kiri
Rinne
Negatif
Positif
Weber
Lateralisasi ke telinga
kanan
Schwabach
Memanjang
13.500
/mm3
Hemoglobin
17,1 gr/dL
Hematokrit
50.6 %
Trombosit
317.000 /
mm3
BT
CT
25
Laporan Operasi
Laporan Operasi Mastoidektomi Radikal tanggal 29 Oktober 2010 :
1. Pasien dilakukan general anastesi, ETT terpasang
2. Desinfeksi lapangan operasi, pasang duk steril
3. Insisi retroaurikuler dekstra, tampak fistel + jaringan granulasi di retroaurikula
4. Insisi diperdalam sampai tulang tampak jaringan granulasi + jaringan fibrosa,
tulang tereskpose, tampak hole di daerah antrum mastoid
5.Tampak massa kolesteatoma memenuhi rongga mastoid dengan dinding
posterior MAE sudah runtuh, tegmen dura masih intak, sinus dura sudah
menipis.
6. Kuret kolesteatoma
7. Buat meatoplasty, pasang tampon pada daerah mastoid.
8. Tutup luka operasi dan jahit luka operasi. Operasi selesai.
26
27
28
LEMBAR FOLLOW UP
Tanggal/Jam
27 Oktober 2010
Hasil Observasi
Penatalaksanan
IVFD RL : D5% = 1: 2
(14 tpm)
Inj. Cefotaxim 2 x 1 gr
O : KU baik
Vital Sign : T:36.6, N : 98x/menit, R : 26
x/menit, TD : 130/80
Sekret mukopurulent (+), otore fetor (+),
Hasil laboratorium
Hb : 14.7
Hct : 45%
Leukosit : 9.400
Plt : 246.000
Sgot/Sgpt : 18/16
otalgia (-),
A : OMSK Maligna (D) + Fistel
Retroaurikula (D) + paralise saraf fasialis
28 Oktober 2010
Cefotaxim 2x1 gr iv
O : KU baik
25x/menit, TD : 130/80
Luka operasi sedikit basah,
A : Post Op hari 1 Mastoidektomi
Radikal (D) a/i OMSK Maligna (D) +
Terapi lanjut
Diazepam 5 mg malam hari
O : KU baik
Vital Sign : T:36, N : 80x/menit, R :
20x/menit, TD : 120/80
Luka operasi ,
A : Post Op hari 2 Mastoidektomi
Radikal (D) a/i OMSK Maligna (D) +
Fistel Retroaurikula (D) + paralise saraf
29
fasialis
30 Oktober 2010
Terapi lanjut
kepala (-)
O : KU baik
Vital Sign : T:36, N : 80x/menit, R :
20x/menit, TD : 140/80
Luka operasi ,
A : Post Op hari 3 Mastoidektomi
Radikal (D) a/i OMSK Maligna (D) +
paralise saraf fasialis + Fistel
Retroaurikula (D)
Tanggal/Jam
1 November 2010
Hasil Observasi
S : Nyeri Kepala (-)
Penatalaksanan
Aff Infus (vemplon)
Terapi lain lanjut
O : KU baik
Vital Sign : T:36.6, N : 98x/menit, R : 26
x/menit, TD : 130/80
Luka operasi sedikit basah
A : Post op hari 5 OMSK Maligna (D) +
Fistel Retroaurikula (D) + paralise saraf
fasialis
2 November 2010
Terapi lanjut
O : KU baik
Vital Sign : T:36, N : 98x/menit, R :
25x/menit, TD : 130/80
Luka operasi kering,
A : Post Op hari 6 Mastoidektomi
Radikal (D) a/i OMSK Maligna (D) +
Fistel Retroaurikula (D) + paralise saraf
fasialis
3 November 2010
Aff Hecting
30
kepala (+)
Pulang
O : KU baik
Vital Sign : T:36, N : 80x/menit, R :
20x/menit, TD : 120/80
Luka operasi kering
A : Post Op hari 7 Mastoidektomi
Radikal (D) a/i OMSK Maligna (D) +
Fistel Retroaurikula (D) + paralise saraf
fasialis
31
BAB IV
DISKUSI
Otitis media purulenta kronik (OMSK) dengan kolesteatoma merupakan
keradangan atau infeksi kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di
dalam kavum timpani dan dengan terbentuknya kolesteatoma (deskuamasi epitel
liang telinga) ditandai dengan perforasi membran timpani, sekret yang keluar terus
menerus atau hilang timbul.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
penunjang, pasien didiagnosa menderita OMSK Maligna + Fistel Retroaurikuler.
Berdasarkan anamnesa, pasien mengeluhkan keluarnya cairan dari telinga kanan
dalam satu tahun terakhir, dimana sekret seperti nanah, berbau busuk dan pasien
juga mengeluhkan pendengaran menurun dan sering mengalami nyeri kepala
sebelah kanan.
Pada pemeriksaan otoskopi sulit untuk mengevaluasi keadaan membrane
timpani dikarenakan MAE menyempit dikarenakan adanya pendesakan dari
bagian posterior.. Sedangkan pada pemeriksaan tes pendengaran dengan garpu tala
didapatkan tes Rinne negatif pada telinga kanan, Weber lateralisasi ke sebelah
kanan, dan Schwabah mmemanjang pada telinga sebelah kanan dengan
kesimpulan adanya tuli konduksi pada telinga kanan. Penurunan pendengaran
pada pasien OMSK tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran
32
yang terjadi. Biasanya dijumpai tuli konduktif, namun dapat pula terjadi tuli
persepsi yaitu bila telah terjadi invasi ke labirin atau tuli campuran. Beratnya
ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan
dan mobilitas sistem penghantaran suara ke telinga tengah. Tuli konduktif
merupakan tuli yang disebabkan oleh kelainan di telinga luar dan tengah. Pada
kasus otitis media supuratif kronik dengan kolesteatoma pada pasien, tuli
konduktif yang terjadi dimungkinkan disebabkan oleh perforasi membran timpani
yang hampir total dan kerusakan tulang pendengaran yang terdestruksi akibat
kolesteatoma oleh rena berbagai enzim kolagenase, asam fospatase dan enzim
proteolitik yang dilepaskan oleh osteoklast dan sel inflamasi mononuclear terkait
kolesteatoma.
Dari pemeriksaan penunjang X-ray yaitu foto mastoid posisi Schuller
didapatkan gambaran kolesteatoma. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kolesteatoma
yang terdapat pada penderita telah menyebabkan kerusakan di sekitar
kolesteatoma tersebut yang menyebabkan kerusakan tulang disekitarnya sehingga
pada operasi mastoidektomi radikal didapatkan dinding posterior MAE yang
sudah runtuh, tegmen dura intak, dan sinus dura yang sudah menipis.
Mekanisme pengrusakan tulang oleh kolesteatoma dikatakan mungkin
oleh reaksi imunologik yang timbul, juga karena penekanan debris yang
menumpuk bersama dengan reaksi asam yang timbul karena dekomposisi bakteri.
Proses tersebut menyebabkan erosi yang perlahan-lahan pada tulang disekitarnya.
Erosi tulang ini akhirnya akan merusak sel-sel mastoid, bahkan dapat terus
merusak ke arah mastoid menyebabkan abses retroaurikuler.
Pasien diketahui menderita Paralisis Saraf Fasialis, ini ditandai dengan
kelumpuhan pada otot-otot wajah, dimana pasien tidak atau kurang dapat
menggerakkan otot-otot wajah seperti ketika menggembungkan pipi dan
mengerutkan dahi tampak sekali wajah pasien tidak simetris.
Salah satu komplikasi OMPK yang dijumpai pada telinga tengah adalah
paralisis saraf fasialis perifer yang menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot
wajah, komplikasi paralisis saraf fasialis perifer setelah pasien mengalami otitis
media terjadi sekitar 1 2,3% pada era preantibiotik. Dilaporkan oleh beberapa
penelitian insiden terjadinya paralisis saraf fasialis bervariasi dari 0,16 5,1%
33
pada era antibiotik, namun telah banyak diterima bahwa insiden tersebut
cenderung menurun pada era antibiotik.
Mekanisme efek dari OMPK terhadap fungsi saraf fasialis dapat disebabkan
oleh :
Proses inflamasi secara langsung yang meluas di sepanjang saraf fasialis.
Penekanan saraf fasialis oleh kolesteatoma ataupun jaringan granulasi.
Proses neuropatologi saraf fasialis itu sendiri.
Patogenesis terjadinya paralisis fasialis pada OMPK belum diketahui pasti
karena keterbatasan biopsi pada saraf yang rusak dan belum banyak
diteliti.Sebuah penelitian menyatakan terjadinya gangguan pada saraf fasialis
disebabkan oleh adanya infiltrasi sel-sel inflamasi yang berasal dari kolesteatoma
pada selubung saraf epineural (epineural nerve sheath) yang menyebabkan
neuritis dan degenerasi akson. Paralisis fasialis tidak hanya tergantung dari
besarnya destruksi tulang di kanalis fasialis akan tetapi juga oleh perluasan proses
inflamasi disepanjang saraf fasialis. Pada banyak kasus, seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, segmen timpani merupakan tempat tersering dari kanalis
fasialis yang mengalami destruksi dan sebagian kasus terdapat pada segmen atas
mastoid, sedangkan destruksi tulang pada segmen labirin sangat jarang
Prinsip pengobatan pasien OMSK maligna adalah operasi. Pada pasien ini
dilakukan mastoidektomi radikal pada tanggal 29 Oktober 2010 dengan maksud
menghentikan infeksi secara permanen dan mencegah terjadinya komplikasi. Saat
operasi dilakukan didapatkan kumpulan kolesteatoma yang memenuhi rongga
mastoid. Pada pasien ini fungsi pendengaran tidak dapat dipertahankan oleh
karena telah terjadi destruksi tulang pendengaran oleh kolesteatoma. Selain itu
didapatkan rongga pembatas antara telinga luar dan tengah telah hancur yang
dimungkinkan disebabkan destruksi oleh kolesteatoma. Setelah operasi dilakukan
pasien diberikan antibiotik Cefotaxime sebagai antibiotik sefalosforin generasi III
yang memiliki kelebihan lebih mudah menembus blood brain barier sehingga
dapat menekan aktivitas bakteri apabila menginfeksi otak dan sekitarnya,
Metronidazol untuk mematikan mikroba anaerob, Antrain yang mengandung
Metamizole
diberikan
karena
kemampuannya
sebagai
analgetik,
dan
Setelah beberapa hari perawatan pasca operasi dan luka operasi telah
kering, pasien diijinkan pulang pada tanggal 3 November 2010 atau tepatnya 7
hari pasca operasi Mastoidektomi Radikal (D). Edukasi yang diberikan kepada
pasien agar penyakit tidak berulang kembali yaitu pasien diingatkan untuk tidak
mengorek telinga, menjaga agar air tidak masuk ke telinga sewaktu mandi,
menghindari berenang.
35