Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

A. Pengertian

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Adanya perasaan hilang percaya diri , merasa gagal karena karena tidak mampu mencapai
keinginansesuai ideal diri (keliat. 2001). Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga
diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.

B. Proses Terjadinya Masalah

Konsep diri di definisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat
seseorang mengetahui tentang diriya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain
(Stuart & Sunden, 1999). Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir namun dipelajari.
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian individu
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri
(Keliat, 2001). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal
maka cenderung harga diri rendah.

Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima
penghargaan dari orang lain.

Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan,
mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain,
perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang
tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus
mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :
Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam.
Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi peran :
Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau
keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui
kelahiran atau kematian.
Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit.
Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk,
penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.

Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga
diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan perianal
dll.), harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di
rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai. Kronik, yaitu perasaan
negatif terhadap diri telah berlangsung lama
C. Tanda dan Gejala

Menurut Carpenito, L.J (2003 : 352); Keliat, B.A (2001 : 20)


Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit.
Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada
kanker
Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke
rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan
tidak tahu apa-apa
Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang
lain, lebih suka sendiri.
Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif
tindakan.
Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien
ingin mengakhiri kehidupan.

D. Penyebab

Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus
sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh
KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan
perneal).
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/
penyakit. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/ dirawat.
Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah
persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive.
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan
jiwa. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh
kembang, misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima dalam kelompok (Yosep, 2007)
Tanda dan Gejalanya :
Data subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain dan
mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan sesuatu.
Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan tidak melakukan
aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung.

E. Akibat   

Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak mampu bergaul
dengan orang     lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial menarik diri
adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive,
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336).
Tanda dan gejala :
Data Subyektif :
Mengungkapkan untuk memulai hubungan/ pembicaraan
Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
Data Obyektif :
Kurang spontan ketika diajak bicara
Apatis
Ekspresi wajah kosong
Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara

F. Pohon Masalah

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri: Harga diri

Gangguan citra tubuh

G.Diagnosa Keperawatan Yang Muncul

1.Isolasi sosial : menarik diri


2.Harga diri rendah
3.Gangguan citra tubuh
H.    Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

D Perencanaan
x
k
e T Kret Int
p uj eria er
er u Eval ve
a a uasi nsi
w n
a
at
a
n

G T 1.       1.   
a U Klie    
n M n M
g : men em
g unju bin
u Kl kan a
a ie eksp hu
n n resi bu
k m waja ng
o e h an
ns m bersa sal
e ili haba ing
p ki t, per
di ko men ca
ri: ns unju ya
h ep kan de
ar di rasa ng
g ri sena an
a ya ng, me
di ng ada ng
ri po kont gu
re sit ak na
n if mata ka
d , n
a T mau pri
h U berja nsi
K bat p
: tang ko
an, mu
1.   mau nik
     men asi
Kl yebu ter
ie tkan ap
n nam eut
da a, ik :
pa mau
t menj –    
m awab       
e sala Sa
m m, pa
bi klien kli
na mau en
hu dudu de
bu k ng
ng berd an
an ampi ra
sa ngan ma
li deng h
ng an bai
pe pera k
rc wat, ver
ay mau bal
a men ma
de gutar up
ng akan un
an masa no
pe lah n
ra yang ver
w diha bal
at dapi .

–    
      
Pe
rke
nal
ka
n
dir
i
de
ng
an
so
pa
n.

–    
      
Ta
ny
ak
an
na
ma
len
gk
ap
da
n
na
ma
pa
ng
gil
an
ya
ng
dis
uk
ai
kli
en.

–    
      
Jel
as
ka
n
tuj
ua
n
per
te
mu
an

–    
      
Juj
ur
da
n
me
ne
pat
i
jan
ji

–    
      
Tu
nju
ka
n
sik
ap
em
pat
i
da
n
me
ner
im
a
kli
en
ap
a
ad
an
ya.

–    
      
Be
ri
per
hat
ian
da
n
per
hat
ika
n
ke
but
uh
an
da
sar
kli
en.

2.   2.       2.1 


     Klie  Di
Kl n sk
ie men usi
n yebu ka
da tkan: n
pa de
t –        ng
m    As an
en pek kli
gd posit en
en if ten
tif dan tan
ik kem g:
as amp
i uan –    
as yang       
pe dimil As
k iki pe
po klien k
sit po
if –        siti
da    As f
n pek ya
ke posit ng
m if di
a kelu mi
m arga lik
pu i
an –        kli
ya    As en,
ng pek kel
di posit uar
m if ga,
ili lingk lin
ki unga gk
n un
klien ga
n.

–    
      
Ke
ma
mp
ua
n
ya
ng
di
mi
lik
i
kli
en.

2.2 
 B
ers
am
a
kli
en
bu
at
daf
tar
ten
tan
g:

–    
      
As
pe
k
po
siti
f
kli
en,
kel
uar
ga,
lin
gk
un
ga
n

–    
      
Ke
ma
mp
ua
n
ya
ng
di
mi
lik
i
kli
en

2.3 
 B
eri
puj
ian
ya
ng
rea
list
is,
hin
dar
ka
n
me
mb
eri
pe
nil
aia
n
ne
gat
if.

3.   3.0   2.4 


     Klie  Di
Kl n sk
ie mam usi
n pu ka
da men n
pa yebu de
t tkan ng
m kem an
en amp kli
ila uan en
i yang ke
ke dapa ma
m t mp
a dilak ua
m sana n
pu kan. ya
an ng
ya da
ng pat
di dil
m ak
ili sa
ki na
un ka
tu n
k
di 2.5 
la  Di
ks sk
an usi
ak ka
an n
ke
ma
mp
ua
n
ya
ng
da
pat
dil
anj
utk
an
pel
ak
sa
na
an
ya.

4.   4.0   4.1 


     Klie  R
Kl n en
ie mam ca
n pu na
da mem ka
pa buat n
t renc ber
m ana sa
er kegi ma
en atan kli
ca haria en
na n akt
ka ivi
n tas
ke ya
gi ng
at da
an pat
se dil
su ak
ai uk
de an
ng kli
an en
ke ses
m uai
a de
m ng
pu an
an ke
ya ma
ng mp
di ua
m n
ili kli
ki en:

–    
      
Ke
gia
tan
ma
ndi
ri

–    
      
Ke
gia
tan
de
ng
an
ba
ntu
an

4.2 
 Ti
ng
kat
ka
n
ke
gia
tan
ses
uai
ko
ndi
si
kli
en.

4.3 
 B
eri
co
nto
h
car
a
pel
ak
sa
na
an
ke
gia
tan
ya
ng
da
pat
kli
en
lak
uk
an.

5.   5.0   5.1 


     Klie  A
Kl n nju
ie dapa rka
n t n
da mela kli
pa kuka en
t n unt
m kegi uk
el atan me
ak sesu lak
uk ai sa
an jadw na
ke al ka
gi yang n
at dibu ke
an at. gia
se tan
su ya
ai ng
re tel
nc ah
an dir
a en
ya ca
ng na
di ka
bu n.
at.
5.2 
 Pa
nta
u
ke
gia
tan
ya
ng
dil
ak
sa
na
ka
n
kli
en.

5.3 
 B
eri
puj
ian
ata
s
us
ah
a
ya
ng
dil
ak
uk
an
kli
en.

5.4 
 Di
sk
usi
ka
n
ke
mu
ng
kin
an
pel
ak
sa
na
an
ke
gia
tan
set
ela
h
pul
an
g.

6.   6.0   6.1 


     Klie  B
Kl n eri
ie mam pe
n pu ndi
da mem dik
pa anfa an
t atka ke
m n se
e siste hat
m m an
an pend ke
fa ukun pa
at g da
ka yang kel
n ada uar
si dikel ga
st uarg ten
e a tan
m g
pe car
nd a
uk me
un ra
g wa
ya r
ng kli
ad en
a de
ng
an
har
ga
dir
i
ren
da
h.

6.2 
 B
ant
u
kel
uar
ga
me
mb
eri
ka
n
du
ku
ng
an
sel
am
a
kli
en
dir
aw
at.

6.3 
 B
ant
u
kli
en
me
nyi
ap
ka
n
lin
gk
un
ga
n
dir
um
ah.
I.       Daftar Pustaka

Boyd dan Nihart. (1998). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice.  1st      edition.

Lippincot- Raven     Publisher: Philadelphia.

Carpenito, Lynda Juall. (2003). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC:   Jakarta.

Keliat, Budi Anna dll. (2001). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.

Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition.

Lippincott- Raven Publisher: philadelphia.

Stuart dan Sundeen. (1999). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.

Townsend. (1995). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan

Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai