Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN

GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT 


 
 

DISUSUN OLEH :
NADILA RIZKY AMALIA
NPM 2030702014
Lokal A1 D3 Keperawatan
 

 
PROGRAM STUDI D3-KEPERAWATAN 
FAKULTAS  KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO
TARAKAN 
2021
A. DEFINISI
Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan fisiologis
dan lingkungan (Tamsuri 2004).

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu bagian dari
fisiologi homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari (pelarut) dan
zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan Elektrolit masuk ke
dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.

B. MASALAH KEPERAWATAN
1. Hipovolemik.
Hipovolemik adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler
(CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan
sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme nya adalah peningkatan rangsangan
saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung dan tekanan vaskuler), rasa
haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron. Gejala: pusing, lemah, letih, anoreksia, mual
muntah, rasa haus, gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan TD, HR meningkat,
suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah terasa kering dan kasar, mukosa mulut kering.
Tanda-tanda penurunan berat badan dengan akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis.
Pada bayi dan anak adanya penurunan jumlah air mata.
2. Hipervolemik
Hipervolemik adalah penambahan volume CES dapat terjadi pada saat:
a) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
b) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
c) Kelebihan pemberian cairan.
d) Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
e) Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan TD, nadi kuat, asites, adema,
adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher, dan irama gallop.

3. Gangguan mekanisme regulasi (mis. Diabetes)


Diabetes adalah penyakit kronis atau yang berlangsung jangka panjang yang
ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah (glukosa) hingga di atas nilai normal.
Ada dua jenis utama diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2.
4. Efek samping prosedur (mis. Pembedahan)
5. Diare
6. Muntah
7. Disfungsi ginjal
8. Disfungsi regulasi endokrin

C. PENGKAJIAN
Ny. J berusia 50 tahun , sudah menikah, beragama islam, pendidikan terakhir SMA
dan bekerja sebagai ibu rumah Tangga Ny. J masuk ke RSUP Dr. M. Djamil Padang. datang
melalui IGD pada tanggal 22 Mei 2017 pukul 15.05 WIB diantar oleh keluarga, dengan
keluhan badan terasa lemah, letih, lesu, sembab pada tangan dan kaki serta air kencing keluar
sedikit.

Riwayat kesehatan sekarangtanggal 25 Mei 2017, pasien mengatakan bahwa kaki dan
tangannya masih sembab, mengeluh air kencing masih sedikit, dan sering merasa mual dan
badan lemah. Pasien mengatakan bahwa pasien dahulunya sudah dikenal menderita Diabetes
Melitus tipe II sejak 5 tahun yang lalu, adanya riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu dan
adanya riwayat stroke sejak 8 bulan yang lalu. Pasien dan keluarga pasien mengatakan bahwa
ada ibu dan kakak pasien yang juga menderita Diabetes Melitus. Pasien mengatakan suka
makanan yang bersantan dan berminyak. Pasien diberikan diit ML RG II, pasien mampu
menghabiskan diit ., minum pasien dibatasi +- 750 cc. Pola aktivitas pasien sehari-hari yaitu
sebagai ibu rumah tangga dan terkadang pergi membantu suami kesawah. pasien lebih banyak
tidur dari hari yang biasanya.

Saat dilakukan pemeriksaan fisik, tanggal 25 Mei 2017 keadaan umum pasien adalah,
GCS : 15, hasil pengukuran tekanan darah : 140/90 mmHg (normal sistolik : 120-139)
(normal diastolik 80-90), nadi : 80 kali permenit (normal nadi : 60-100 kali permenit), suhu :
370C (suhu normal : 36,50C – 37,50C), pernafasan : 24 kali permenit (pernafasan normal 16-
24 kali permenit). Wajah tampak pucat, konjungtiva anemis, mulut tidak bersih,mukosa bibir
kering, tidak ada pernapasan cuping hidung, leher tidak ada pembengakakan, tidak ada
distensi vena jugularis.
Pemeriksaan pada paru-paru, dada simetris kiri dan kanan, tidak terdapat tarikan
dinding dada, fremitus kiri dan kanannsama, perkusi : sonor, auskultasi : vesikuler, pada
pemeriksaan jantung, ictus cordis tidak terlihat, ictus teraba 1 jari di RIC VI , perkusi : pekak,
auskultasi : irama regular. Pemeriksaan abdomen, tampak tidak membuncit, ketika dilakukan
palpasi distensi abdomen, perkusi : asietes, auskultasi : bising usus normal.

Pada pemeriksaan ekstremitas atas, kulit tampak kering, dan mengkilap, terdapat
pitting edema, pruritus serta area ekimosis pada kulit. Kekuatan otot anggota gerak kanan 1,
otot gerak kiri 5, CRT kembali cepat <2 detik. Ekstremitas bawah tampak edema, kulit kering
dan mengkilap, pruritus serta terdapat area ekimosis pada kulit kaki, kekuatan otot anggota
gerak kanan adalah 1,otot gerak kiri 5, CRT kembali cepat < 2 detik. Data psikologis pasien
tampak gelisah dan cemas, pasien mengatakan ingin cepat pulang karena ia ingin berkumpul
dengan keluarganya di rumah. Hubungan pasien dengan keluarga baik.

Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan oleh pasien pada tanggal 22 Mei 2017,
adalah gula darah sewaktu 132 mg/dl (normalnya 200), ureum darah 140 mg/dl (normalnya :
10,0-50,0), kreatinin darah 7,0 mg/dl (normalnya 6,6-8,7), protein total : 5,9 g/dl (normalnya
6,6 – 8,7) albumin : 1,8 (3,4 - 4,8), APTT : 40,6 detik (normalnya 28,20 – 38,10), pH : 7,32
(normalnya 7,35) PCO2 : 30 mmHg (normalnya : 35-45), PO2 : 66 mmHg (normalnya ),
HCO3- : 15,5 mmol/L (normalnya 22- 26), BE : -9,4 mmol/L (normalnya -2 sampai +2),
Na+ : 146 (normalnya 135- 145), K+ : 3,3 mmol/L (normalnya 3,5- 5,3).

Terapi pengobatan yang didapatkan oleh Ny. J dimulai dari tanggal 22 Mei 2017
adalah diit ML DD RG II asam folat 1x5 mg, bicnat 3x500 mg, candesartan 1x16 mg, lasix
2x1 amp dan HD 2x seminggu.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Setelah dilakukan pengkajian dengan mengelompokkan data, memvalidasi data,


ditemukan beberapa diagnose keperawatan pada pasien. Adapun diagnose keperawatan pada
pasien yang ditemukan berkaitan dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah
sebagai berikut : diagnose pertama yaitu kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi
cairan dan naatrium ,
Diagnose keperawatan ini ditemukan karena beberapa karakteristik dari data subjektif
dan data objektif. Data subjektif yang ditemukan yakni klien mengatakan tangan dan kaki
sembab, untuk data objektifnya dinilai dari pemeriksaan pada ektremitas atas dan bawah yaitu
klien tampak sembab, terdapat pitting edema } 3 mm (derajat III), dan kulit tampak
mengkilap. dari hasil labor Na+: 146 (normalnya 135-145), Setelah dilakukan pengkajian
dengan mengelompokkan data, memvalidasi data ditemukan beberapa diagnose keperawatan
pada pasien, adapun diagnose keperawatan pada pasien yang ditemukan berkaitan dengan
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah sebagai berikut :

1. Diagnosa yang pertama yaitu ketidakseimbangan cairan dan elektrolit


Berhubungan dengan destruksi struktur ginjal secara progresif. Diagnosa keperawatan ini
ditemukan karena klien mengeluh bahwa badan terasa lemah, mual, tidak nafsu makan dan
kulit kering bersisik. dari data objektif yang didapat yaitu ureum darah 152 mg/dl
(normalnya : 10,0-50,0), kreatinin darah 7,5 mg/dl (normalnya 6,6-8,7), albumin 2,3 g/dl
(normalnya 3,8-5,0), globulin 3,2 g/dl, protein total : 5,5 g/dl (normalnya 6,6 – 8,7).
hematokrit 32% (normalnya wanita : 37-43), K+ : 3,3 mmol/L (normalnya 3,5- 5,3),
albumin : 1,8 (3,4 - 4,8).

2. Diagnosa keperawatan yang kedua yaitu kerusakan integritas kulit


Berhubungan dengan gangguan status metabolic. Diagnosa keperawatan ini ditemukan
karena klien mengeluh bahwa kulit kering, bersisik. Dari data objektif yang didapat yaitu kulit
tampak kering bersisik dan pruritus serta terdapat area ekimosis pada kulit. Ureum darah 140
mg/dl (normalnya : 10,0-50,0), kreatinin darah 7,0 mg/dl(normalnya 6,6-8,7).

E. INTERVENSI KEPERAWATAN

Perencanaan diawali dengan menentukan tujuan, kriteria hasil dan rencana tindakan
yang akan dilakukan. perencanaan ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah keperawatan
yang muncul pada pasien selama perawatan. Pada masalah utama kelebihan volume cairan
tubuh tujuan yang diharapkan adalah Electrolit and acid base balance , serta fluid balance
dengan indikator serum albumin, kreatinin, hematokrit, Blood Urea Nitrogen (BUN), dalam
rentang normal, tidak terjadi kelemahan otot, tidak terjadi disritmia, tidak terjadi asites,
ekstremitas tidak edema dan tidak terjadi distensi vena jugularis.

Rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu dengan pertahankan catatan intake dan
output yang akurat, monitor hasil labor yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit,
albumin, protein, natrium dan kadar kalium), monitor vital sign, pengukuran berat badan
harian, pantau adanya tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk atau dehidrasi,
pengukuran berat badan harian kolaborasi pemberian diuretic sesuai interuksi

Pada diagnose keperawatan yang kedua kerusakan integritas kulit berhubungan


dengan gangguan status metabolic. Tujuan yang diharapkan adalah Tissue integrity: skin and
mucous membranes dengan indicator integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi,
elastisitas, temperature, hidrasi, dan pigmentasi), tidak ada luka atau lesi pada kulit, mampu
melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dengan perawatan alami. Rencana
tindakan yang akan dilakukan yaitu hindari kerutan pada tempat tidur, jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan kering, mobilisasi pasien ( ubah posisi setiap 2 jam sekali), oleskan
lotion atau baby oil pada daerah yang tertekan dan monitor status nutrisi pasien.

F. LUARAN KEPERAWATAN

Cukup Cukup
Kriteria hasil Menurun Sedang meningkat
menurun meningkat

Asupan cairan 1 2 3 4 5

Haluaran urin 1 2 3 4 5

Kelembaban
1 2 3 4 5
membran

Mukosa

Asupan makanan 1 2 3 4 5

Cukup Sedang Cukup Menurun


Meningkat
meningkat menurun
Endma 1 2 3 4 5

Dehidrasi 1 2 3 4 5

Asites 1 2 3 4 5

Konfusi 1 2 3 4 5

Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik


memburuk membaik

Tekanan 1 2 3 4 5
darah

Denyut 1 2 3 4 5
nadi
radial

Tekanan 1 2 3 4 5
arteri
rata-rata

Membra 1 2 3 4 5
n mukosa

Mata 1 2 3 4 5
cekung

Turgor 1 2 3 5
4
kulit

Berat 1 2 3 4 5
badan
Penutup

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai macam
gangguan. Masingmasing gangguan keseimbangan tersebut menimbulkan berbagai gejala dan bahkan
kegawatdaruratan medis. Oleh sebab itu, praktisi kesehatan seharusnya mengetahui tentang
pentingnya keseimbangan cairan dan elektrolit agar tidak terjadi kasus-kasus terebut.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai