Anda di halaman 1dari 1

Nama : Abdurrazzaq Dzaky

NIM : 19323015

Gender Log

Saya memiliki seorang tante yang dia bekerja sebagai guru PNS di salah satu sekolah
yang terletak di Bangka Belitung, sekitar dua atau tiga minggu lalu saya mendengar suatu
fenomena yang dialami oleh tante saya.
Tante saya mengatakan, sangat sulit bagi seorang guru perempuan untuk bisa menjadi
posisi sebagai pemimpin di sekolah nya. "Di sekolah tempat saya mengajar, mayoritas guru
adalah perempuan, dan cuma ada tujuh orang guru pria. Tapi tetap saja kepala sekolahnya
dari kaum pria," kata Tante saya kala itu.
Dalam penjelasan tante saya, secara umum di sekolah nya tidak ada perbedaan yang
menjadi tantangan bagi para guru atau para pekerja perempuan. Hal ini termasuk juga dalam
kesulitan untuk berorganisasi. Menurutnya, sebagai seorang perempuan jika ia berkecimpung
dalam berorganisasi dia akan mempunyai kerumitan tersendiri. Karena selain harus aktif
dalam organisasi, seorang perempuan pun juga harus mengurus masalah rumah tangga. Dan
hal tersebut yang menjadi alasan sehingga perempuan tidak bisa menduduki posisi sebagai
pemimpin di sekolah itu.
Jika kita melihat lebih dalam, sebenarnya jika perempuan menjadi pemimpin itu
merupakan hal yang lumrah saja. Bahkan jika dibandingkan dengan pria bisa jadi jika
perempuan menduduki kursi pemimpin tersebut organisasi yang dijalankan bisa menjadi
lebih berkembang dan lebih baik.
Dalam proses pemilihan pemimpin jangan kita turunkan standar kemampuan bagi
perempuan hanya karena kita ingin memilihnya sebagai pemimpin, akan tetapi pilihlah dia
karena memang dia memang handal dan mampu. Begitu pula dalam memilih pemimpin
untuk pria. Naikkan standar perekrutan sehingga kita bisa benar-benar mendapatkan orang
yang layak menduduki kursi sebagai pemimpin.

Anda mungkin juga menyukai